Analisis Incrementalisme Anggaran Terhadap Revisi Anggaran pada Pemerintah Daerah di Indonesia

ABSTRAK

Analisis Incrementalisme Anggaran Terhadap Revisi Anggaran pada
Pemerintah Daerah di Indonesia

Oleh :
Rakhmawati Listyarini

Rendahnya daya serap pada anggaran pemerintah daerah mencerminkan perencanaan
dalam proses anggaran pemerintah daerah yang lemah dan tidak matang sehingga memicu
terjadinya revisi anggaran. Karena dalam proses penyusunan anggaran masih memakai
pendekatan sistem lama yaitu secara tradisional, padahal pemerintah sudah menerapkan
penganggaran berbasis kinerja. Karakteristik pendekatan ini antara lain: bersifat line item dan
incremental sehingga sulit melihat harmonisasi antara pendapatan dan belanja yang berorientasi
pada input, dan berperspektif tahunan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris bahwa tingkat inkrementalisme
anggaran belanja operasional dan anggaran belanja modal, kemampuan keuangan daerah, Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dan area geografis mempengaruhi revisi anggaran belanja
operasional dan revisi anggaran belanja modal pada pemerintah daerah kota/kabupaten di
Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa peraturan daerah

atau peraturan walikota yang memberikan secara rinci mengenai APBD, Perubahan APBD dan
Laporan Realisasi Anggaran 2012 dan 2013, serta data PDRB masing-masing daerah dilengkapi
data Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan Republik
Indonesia yang diambil dari www.djpk.kemenkeu.go.id dan www.bps.go.id. Alat Analisis yang
digunakan adalah program SPSS 20.
Hasil pengujian hipotesis dari persamaan regresi Tingkat incrementalisme anggaran
belanja (belanja operasional dan belanja modal) mempunyai pengaruh negatif terhadap revisi
anggaran belanja operasional dan revisi anggaran modal. Kemampuan keuangan di masingmasing daerah mempunyai pengaruh negatif terhadap revisi anggaran belanja operasional dan
revisi anggaran belanja modal. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) akan mempengaruhi
revisi anggaran belanja modal, pengaruh PDRB menunjukkan koefisien positif. Untuk Area
geografis, dimana dibedakan antara pulau jawa dengan luar jawa menunjukkan adanya pengaruh
terhadap revisi anggaran belanja operasional maupun revisi anggaran belanja modal.

Kata Kunci : Tingkat Incrementalisme anggaran, kemampuan keuangan dan revisi anggaran

ABSTRAK

An Analysis of Budget Incrementalism on Budget Revision of Regional
Government in Indonesia


By:
Rakhmawati Listyarini

Low absorptive capacity at the local government budget reflected that
planningin the budget process of local governments is weak and immature so that it
triggered the need on budget revision. Because,the system used in the budgeting
process was old approach which was traditional. Whereas, when the government has
already implemented performance-based budgeting. Characteristics of this approach
are line items and incrementalisme nature so that it is difficult to see harmonization
between revenue and input-oriented expenditure, and an annual perspective
This study aims to obtain empirical evidence that the level of incrementalisme
on current expenditure and capital expenditure, fiscal capacity, Gross Domestic
Product (GDP) and the geographical area affect the revision of budget revenue and
expenditure budget on the local government city / regency in Indonesia.
The data used in this research were secondary data from local laws or
regulations of mayor that provide details on the budget, budget changes and Budget
Realization Report 2012 and 2013, and the data on the GDP of each region including
data from the General Directorate of Fiscal Balance (DJPK) Ministry of Finance
Republic of Indonesia taken from www.djpk.kemenkeu.go.id and www.bps.go.id.
The analysis tool used was SPSS 20.

Results
of
testing
the
hypothesis
of
the
regression
equation incrementalisme level of spending (operating expenditure and capital
expenditure) has a negative influence on the revised operating budget and capital
budget revision. Financial capability in each region has a negative effect on the
operating expenditure budget revision and the revision of the capital
expenditure.Gross Regional Domestic Product (GDP) will influence the revision of
the capital expenditure budget, the influence of the GDP shows a positive
coefficient. For geographical area, which distinguished between the islands of Java
and outside Java showed their effect on the budget revision operational and capital
expenditure budget revision.
.
Keywords: Level of budget Incrementalisme, financial capability and budget revision


ANALISIS INCREMENTALISME ANGGARAN
TERHADAP REVISI ANGGARAN PADA
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

(Tesis)

Oleh
RAKHMAWATI LISTYARANI

MAGISTER ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

ABSTRAK

Analisis Incrementalisme Anggaran Terhadap Revisi Anggaran pada
Pemerintah Daerah di Indonesia


Oleh :
Rakhmawati Listyarini

Rendahnya daya serap pada anggaran pemerintah daerah mencerminkan perencanaan
dalam proses anggaran pemerintah daerah yang lemah dan tidak matang sehingga memicu
terjadinya revisi anggaran. Karena dalam proses penyusunan anggaran masih memakai
pendekatan sistem lama yaitu secara tradisional, padahal pemerintah sudah menerapkan
penganggaran berbasis kinerja. Karakteristik pendekatan ini antara lain: bersifat line item dan
incremental sehingga sulit melihat harmonisasi antara pendapatan dan belanja yang berorientasi
pada input, dan berperspektif tahunan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris bahwa tingkat inkrementalisme
anggaran belanja operasional dan anggaran belanja modal, kemampuan keuangan daerah, Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dan area geografis mempengaruhi revisi anggaran belanja
operasional dan revisi anggaran belanja modal pada pemerintah daerah kota/kabupaten di
Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa peraturan daerah
atau peraturan walikota yang memberikan secara rinci mengenai APBD, Perubahan APBD dan
Laporan Realisasi Anggaran 2012 dan 2013, serta data PDRB masing-masing daerah dilengkapi
data Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan Republik
Indonesia yang diambil dari www.djpk.kemenkeu.go.id dan www.bps.go.id. Alat Analisis yang

digunakan adalah program SPSS 20.
Hasil pengujian hipotesis dari persamaan regresi Tingkat incrementalisme anggaran
belanja (belanja operasional dan belanja modal) mempunyai pengaruh negatif terhadap revisi
anggaran belanja operasional dan revisi anggaran modal. Kemampuan keuangan di masingmasing daerah mempunyai pengaruh negatif terhadap revisi anggaran belanja operasional dan
revisi anggaran belanja modal. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) akan mempengaruhi
revisi anggaran belanja modal, pengaruh PDRB menunjukkan koefisien positif. Untuk Area
geografis, dimana dibedakan antara pulau jawa dengan luar jawa menunjukkan adanya pengaruh
terhadap revisi anggaran belanja operasional maupun revisi anggaran belanja modal.

Kata Kunci : Tingkat Incrementalisme anggaran, kemampuan keuangan dan revisi anggaran

ABSTRAK

An Analysis of Budget Incrementalism on Budget Revision of Regional
Government in Indonesia

By:
Rakhmawati Listyarini

Low absorptive capacity at the local government budget reflected that

planningin the budget process of local governments is weak and immature so that it
triggered the need on budget revision. Because,the system used in the budgeting
process was old approach which was traditional. Whereas, when the government has
already implemented performance-based budgeting. Characteristics of this approach
are line items and incrementalisme nature so that it is difficult to see harmonization
between revenue and input-oriented expenditure, and an annual perspective
This study aims to obtain empirical evidence that the level of incrementalisme
on current expenditure and capital expenditure, fiscal capacity, Gross Domestic
Product (GDP) and the geographical area affect the revision of budget revenue and
expenditure budget on the local government city / regency in Indonesia.
The data used in this research were secondary data from local laws or
regulations of mayor that provide details on the budget, budget changes and Budget
Realization Report 2012 and 2013, and the data on the GDP of each region including
data from the General Directorate of Fiscal Balance (DJPK) Ministry of Finance
Republic of Indonesia taken from www.djpk.kemenkeu.go.id and www.bps.go.id.
The analysis tool used was SPSS 20.
Results
of
testing
the

hypothesis
of
the
regression
equation incrementalisme level of spending (operating expenditure and capital
expenditure) has a negative influence on the revised operating budget and capital
budget revision. Financial capability in each region has a negative effect on the
operating expenditure budget revision and the revision of the capital
expenditure.Gross Regional Domestic Product (GDP) will influence the revision of
the capital expenditure budget, the influence of the GDP shows a positive
coefficient. For geographical area, which distinguished between the islands of Java
and outside Java showed their effect on the budget revision operational and capital
expenditure budget revision.
.
Keywords: Level of budget Incrementalisme, financial capability and budget revision

ANALISIS INCREMENTALISME ANGGARAN
TERHADAP REVISI ANGGARAN PADA
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA


Oleh
RAKHMAWATI LISTYARANI

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER SAINS AKUNTANSI
Pada
Program Magister Ilmu Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung

MAGISTER ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Polanharjo Kabupaten Klaten pada tanggal 30 Maret 1978, sebagai anak ke
empat dari pasangan Bapak H.Anwar Sanusi, BA dan Ibu Hj.Sri Lestari, Pendidikan formal

penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak BA Aisyiah Di Polanharjo yang diselesaikan pada
tahun 1985. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di selesaikan pada tahun 1990 di MIN Polanharjo
Kabupaten Klaten, Pada tahun 1993 Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Polanharjo Kabupaten Klaten, dan Pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat diselesaikan oleh Penulis pada tahun 1996 di SMAN 1
Jatinom, Kabupaten Klaten. Pada tahun 2000 Penulis telah menyesaikan Pendidikan Strata-1 di
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Pada tahun 2013 Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Magister Ilmu Akuntansi Unversitas Lampung.

PERSEMBAHAN

Teriring doa dan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan hidayahNya,
Kupersembahkan tesis ini dengan segala kerendahan hati untuk setiap orang yang berharga
dalam hidupku, yang mencintai dan menyayangiku dengan penuh ketulusan, atas segala
dukungan yang telah diberikan selama ini serta doa yang tiada henti- henti kepada :
1. Suamiku Didik Kurniawan Abdullah, S.E, M.M, yang terus memberikan kasih sayang,
nasehat dan semangat serta motivasi;
2. Putri-putriku Diva Qaisya Rakenditya, Devika Saaqila Rakhenditya, Dinnaya Zhafira
Rakhenditya yang selalu menjadi motivator dalam hidupku;
3. Ayah dan ibu serta keluargaku semua yang senantiasa mendoakan, memberi kasih sayang

yang berlimpah, nasehat semangat dan dukungan yang tiada henti;
4. STAIN Jurai Siwo Metro
5. Almamater tercinta.

MOTO

“Sesungguhnya bersama kesukuran itu ada kemudahan. Karena itu bila kamu
sudah selesai (dari semua urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
(Q.S/ Al Insyirah : 6-8)

Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setia kali jatuh.”

“ Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat
amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi
pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatan, sedang mereka sedikitpun
tidak dianiaya (dirugikan).” (Q.S. Al An’am : 160)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin dan Syukur ke Hadirat Allah SWT, karena atas rakhmat dan
hidayah

NYA,

penulis

INCREMENTALISME

dapat

menyelesaikan

ANGGARAN

tesis

TERHADAP

dengan

REVISI

judul

“ANALISIS

ANGGARAN

PADA

PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA” .
Penyusunan tesis ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Magister
Ilmu Akuntansi di Universitas Lampung.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini Penulis mendapatkan banyak
pembelajaran, petunjuk, saran dan kritik dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Satria Bangsawan, S.E, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung;
2. Ibu Susi Sarumpet, Ph.D., Akt. Selaku Ketua Program Magister Ilmu Akuntansi Universitas
Lampung;
3. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M. Si., Akt selaku pembimbing Utama atas kesediaan
memberikan bimbingan, saran, pengarahan serta dukungan pengalaman selama proses kuliah
dan penyusunan tesis;

4. Ibu Dr. Agrianti Komalasari, S. E., M. Si., Akt selaku pembimbing pendamping atas
kesediaan memberikan bimbingan, bantuan, saran, perhatian dan waktunya selama
penyusunan tesis;
5. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M. Si selaku Penguji Utama pada ujian tesis yang telah
memberikan masukan dan saran yang membangun pada saat seminar dan ujian;
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Magister Ilmu Akuntansi yang telah banyak berbagi ilmu dan
pengalaman;
7. Suamiku Didik Kurniawan Abdullah, S.E, M.M, yang telah begitu banyak mengorbankan
waktu dan terus memberikan motivasi dalam pelaksanaan kuliah maupun penyusunan tesis;
8. Putri-putriku Diva Qaisya Rakenditya, Devika Saaqila Rakhenditya, Dinnaya Zafira
Rakhenditya yang selalu menjadi motivator dalam hidupku;
9. Ayah dan ibu serta keluargaku semua yang senantiasa mendoakan, memberi kasih sayang
yang berlimpah, nasehat semangat dan dukungan yang tiada henti;
10. Keluarga MIA Angkatan 4, Mba’ Nyimas, Ayu, Mba’ Nina dan keluarga MIA lainnya yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan, bantuan, semanngat,
kerjasama dan pengalaman yang tak terlupakan selama ini;
11. Mas Ayin, Mas Andri, Mas Jaya, Mas Dwi, Mbak Tina, Mbak Lenny serta semua staf dan
karyawan fakultas ekonomi dan bisnis yang selalu bersedia membantu kelancaran dan
penyusunan tesis;
12. Seluruh Pimpinan dan teman-teman di STAIN Jurai Siwo Metro yang telah memberikan
semangat dan motivasi dalam penyusunan tesis ini;

13. Terimakasih untuk Orang-orang yang telah memberikan inspirasi dan motivasi dan orang –
orang yang terlewat disebutkan tetapi memiliki arti yang sama pemting nya bagi kehidupan
saya serta semua pihak yang mendukung penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian Penulis
berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandarlampung ,
Penulis

Rakhmawati Listyarini

2016

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..............…….

i

DAFTAR TABEL ……………………………………………...............................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………

1

1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………………………

7

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………….

8

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………………..

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka …………………………………………………………………

10

2.1.1 Anggaran ……………………………………………………………………

10

2.1.2 Anggaran Daerah (APBD) …………………………………………………

11

2.1.3 Revisi Anggaran ……………………………………………………………

23

2.1.4 Laporan Keuangan …………………………………………………………

28

2.1.5 Agency Teory ………………………………………………………………

31

2.1.6 Karakteristik Pemerintah Daerah …………………………………………..

33

2.1.7 Tingkat incrementalisme dalam proses penyusunan anggaran ……………..

34

2.2 Penelitian sebelumnya………………………………………………………….…

36

2.3 Pengembangan Hipotesis …………………………………………………………

38

2.3.1 Pengaruh tingkat incrementalisme Anggaran Belanja Operasional terhadap
Revisi Anggaran Operasional ......................................................................

38

2.3.2 Pengaruh tingkat incrementalisme Anggaran Belanja Modal terhadap Revisi
Anggaran Belanja Modal ..............…………………………………………

40

2.3.3 Pengaruh Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah terhadap Revisi
Anggaran Belanja Opearsional dan Belanja Modal …………......................

42

2.3.4 Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap Revisi Anggaran
Belanja Opearsional dan Belanja Modal ………………………………….

44

2.3.5 Pengaruh Area Geografis terhadap Revisi Anggaran Belanja Operasional dan
Belanja Modal ..................................………………………………………

46

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian …………………………………………………………………

50

3.2 Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel ………………………………

50

3.3 Data dan sumber data …………………………………………………………….

51

3.4 Definisi Operasional Variabel ……………………………………………………

51

3.4.1 Definisi dan Pengukuran Variabel Dependen ………………………………

52

3.4.2 Definisi dan Pengukuran Variabel Independen …………………………….

53

3.5 Analisis Data ……………………………………………………………………..

55

3.5.1 Statistik Deskriptif ………………………………………………………….

55

3.5.2 Uji Asumsi Klasik …………………………………………………………..

56

3.5.3 Uji Hipotesis ………………………………………………………………..

60

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif ……………………………………………………………….

64

4.1.1 Hasil Pemilihan Sampel……………………………………………………..

64

4.1.2 Sumber Data ………………………………………………………………..

65

4.1.3 Analisis Deskriptif ………………………………………………………….

66

4.1.4 Uji Asumsi Klasik ………………………………………………………….

69

4.1.5 Uji Hipotesis ………………………………………………………………..

71

4.1.6 Pembahasan

………………………………………………………………

74

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………

79

5.2 Keterbatasan ……………………………………………………………………..

80

5.3 Saran ………………………………………………………………………………

80

5.4 Implikasi ………………………………………………………………………….

81

BAB V PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Hasil Pemilihan Sampel …………………………………………………………

64

Tabel 4.2 Sumber Data ……………………………………………………………………

65

Tabel 4.3 Statitistic deskriptif untuk variable dependen Revisi Anggaran Belanja Operasional
………..................................................................................................................

66

Tabel 4.4 Statitistic deskriptif untuk variable dependen Revisi Anggaran Belanja Modal….. 66
Tabel 4.5 Hasil Uji Multi kolinearitas untuk variable dependen Revisi Anggaran
Belanja Operasional ...................…………………………………………………

70

Tabel 4.6 Hasil Uji Multi kolinearitas untuk variable dependen Revisi Anggaran
Belanja Modal ...........……………………………………………………………

70

Tabel 4.7 Hasil uji Regresi Linier Berganda untuk persamaan regresi variable dependen
Revisi Anggaran Belanja Operasional ............………………………………….

71

Tabel 4.8 Hasil uji Regresi Linier Berganda untuk persamaan regresi variable dependen
Revisi Anggaran Belanja Modal…………………………………………………

72

BAB I
Pendahuluan

1. 1

Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan otonomi, desentralisasi serta partisipasi rakyat

dalam

perencanaan

pembangunan

nasional

Indonesia,

pemerintah

telah

melakukan langkah penyempurnaan terhadap kebijaksanaan pembangunan. Setiap
daerah diharapkan tidak hanya berorientasi pada daerahnya saja agar dapat
mewujudkan otonomi daerah yang semakin meluas. Maka dari itu diterbitkan PP
No 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah. Menurut UndangUndang No 33 tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah, daerah otonomi mempunyai tiga sumber pendapatan, yaitu
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Penerimaan Lain-Lain.
Lahirnya otonomi daerah mampu mendorong demokratisasi, dalam arti memberi
ruang gerak kepada masyarakat di daerah untuk mengembangkan partisipasi,
prakarsa dan kreativitasnya dalam menata dan membangun daerah, dengan
mengacu pada persatuan dan kesatuan bangsa. Adapun aspek utama reformasi
manajemen keuangan daerah meliputi: perubahan sistem anggaran tradisional
menjadi sistem anggaran berbasis kinerja, perubahan kelembagaan pengelolaan
keuangan daerah sistem sentralisasi pada bagian keuangan sekretariat daerah
menjadi sistem desentralisasi ke masing-masing satuan kerja, perubahan sistem
akuntansi single entry menjadi sistem akuntansi double entry dan perubahan basis
akuntansi kas menjadi basis akrual.

Reformasi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah salah satunya
didasari dengan UU No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara yang
khususnya membahas tentang sistem penganggaran. Telah banyak perubahan
yang mendasar dalam sistem penganggaran salah satunya adalah penerapan
pendekatan yang digunakan dalam penyusunannya berupa pendekatan terpadu
(Unified Budget), Medium Term Expenditure Framework (MTEF), dan Anggaran
Berbasis Kinerja.
Berdasarkan PMK No 104 Tahun 2010, Penganggaran berbasis kinerja
merupakan

suatu

pendekatan

dalam

sistem

penganggaran

dengan

mempertimbangkan keterkaitan antara pendanaan dengan output dan outcome,
serta efisiensi dalam pencapaian hasil keluaran tersebut. Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) menurut Peraturan Pemerintah No 13 Tahun 2006
merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah selama masa satu tahun anggaran
sejak tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember yang berisikan rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui oleh pemerintah
daerah bersama dengan DPRD, dan ditetapkan oleh Peraturan Daerah.
Dalam penyusunan APBD perlu dilakukan perencanaan yang baik, dengan
perencanaan yang baik diharapkan penyerapan anggaran pemerintah daerah dapat
mencapai target yang direncanakan. Namun fenomena yang terjadi adalah
penyerapan anggaran pemerintah daerah yang rendah sampai bulan November dan
melonjak tajam pada bulan Desember. Dari data Kementerian Dalam Negeri yang
menggambarkan bahwa penyerapan anggaran pemerintah daerah pada tahun 2012
sampai dengan bulan November sebesar 75.5 persen dan melonjak tajam menjadi

2

98.8 persen pada bulan Desember. Data Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia tahun 2014 menunjukkan
adanya kecenderungan serapan anggaran yang rendah dan lambat, dimana serapan
anggaran pada triwulan ke tiga per Bulan September 2014 rata-rata masih pada
kisaran 50 %, dan akan melonjak pada bulan Desember rata-rata diatas 80 %.
Banyak hal yang menyebabkan terjadinya keterlambatan penyerapan anggaran
diantaranya adalah tidak adanya perencanaan anggaran yang baik pada saat
persiapan pelaksanaan, eksekusi anggaran sepanjang tahun maupun akhir tahun
anggaran, instansi pemerintah terlalu berhati-hati ketika melakukan pengeluaran
sehingga terkesan lambat dalam memanfaatkan waktu.
Rendahnya daya serap pada anggaran pemerintah daerah mencerminkan
perencanaan dalam proses anggaran pemerintah daerah yang lemah dan tidak
matang sehingga memicu terjadinya revisi anggaran. Karena dalam proses
penyusunan anggaran masih memakai pendekatan sistem lama yaitu secara
tradisional, padahal pemerintah sudah menerapkan penganggaran berbasis kinerja.
Karakteristik pendekatan ini antara lain: bersifat line item dan incremental
sehingga sulit melihat harmonisasi antara pendapatan dan belanja yang
berorientasi pada input, dan berperspektif tahunan.
Revisi anggaran merupakan cara bagi pemerintah untuk memenuhi
beragam tujuan anggaran meliputi kontinuitas dan kontrol, perubahan dan
akuntabilitas, serta fleksibilitas dan prediktibilitas (Anessi-Pessina et al 2012)
yang terdiri atas:

3

a. Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan
pagu anggaran pendapatan dan belanja termasuk pergeseran rincian anggaran.
b. Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap.
c. Dan/atau perubahan/ralat karena kesalahan administrasi.
Secara sederhana, revisi APBD dapat diartikan sebagai upaya pemerintah
daerah untuk menyesuaikan rencana keuangannya dengan perkembangan yang
terjadi. Perkembangan dimaksud bisa berimplikasi pada meningkatnya anggaran
penerimaan maupun pengeluaran, atau sebaliknya. Namun, bisa juga untuk
mengakomodasi pergeseran-pergeseran dalam satu SKPD.
Revisi atas setiap komponen APBD memiliki latar belakang dan alasan
berbeda. Ada perbedaan alasan untuk perubahan anggaran pendapatan dan
perubahan anggaran belanja, yang memang menjadi salah satu alasan utama
mengapa perubahan APBD dilakukan. Revisi anggaran merupakan salah satu
aktivitas yang dilakukan pemerintahdaerah dalam aktivitas perubahan rincian
anggaran belanja yang telah ditetapkan berdasarkan APBD dan telah disahkan
dalam daftar isian pelaksanaan anggaran. Anessi-Pessina et al (2012) menemukan
bahwa persetujuan anggaran adalah hasil dari proses pengambilan keputusan,
namun merupakan proses yang berkesinambungan dari proses pelaksanaan
anggaran dan revisi anggaran. Akibatnya, revisi anggaran memiliki keterkaitan
dengan beberapa variabel yang mempengaruhi proses anggaran. Dalam konteks
ini ada 5 (lima) variabel yang digunakan untuk mengukur revisi anggaran.
Beberapa penelitian mengemukakan keterkaitan proses anggaran dengan
derajat incrementalisme yang diproyeksikan dengan perbandingan anggaran

4

sebelumnya atau proses revisi anggaran. Wildavsky (1964) menjelaskan bahwa
incrementalisme sangat erat kaitannya dengan anggaran, selain itu beberapa
penelitian selanjutnya seperti yang dikemukakan Boyne et al (2001) bahwa proses
anggaran dikatakan inkremental apabila perbedaan dengan anggaran tahun
sebelumnya kecil dan kurangnya fokus aparat terhadap proses tersebut sehingga
inkremental dianggap sebagai penyederhanaan dari proses anggaran.
Penelitian lain yang memberikan pendapat revisi anggaran adalah Devia
(2014), yang meneliti tentang pengaruh faktor internal dan faktor eksternal
terhadap tingkat revisi anggaran pada pemerintah daerah di Indonesia. Dari hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa derajat incrementalisme berpengaruh terhadap
revisi anggaran belanja operasional.
Setiap pemerintah kota/kabupaten memiliki perbedaan karakteristik,
kebijakan, dan aktivitas anggaran yang berbeda satu sama lain. Hal ini akan
mempengaruhi aktivitas revisi anggaran baik pertengahan maupun akhir tahun. Di
dalam kerangka otonomi, kemampuan suatu daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri tidak terlepas dari pandangan bahwa daerah harus
sanggup atau mampu untuk membiayai daerahnya sendiri. Kemampuan untuk
membiayai/mendanai daerah sendiri merupakan tantangan yang harus dihadapi
suatu daerah dalam penyelenggaraan otonomi. Dalam hal ini mendanai daerah
sendiri untuk anggaran pembelanjaan daerah, menunjukkan bahwa daerah harus
mempunyai sumber-sumber pendapatan sendiri. Sumber pendapatan daerah salah
satunya dapat diperoleh dari pajak atau retribusi, tetapi pajak atau retribusi dirasa
tidak akan cukup mandiri bagi suatu daerah. Sumber-sumber lain pun harus

5

didapat dari suatu daerah melalui pendapatan asli daerah (PAD) berupa
perusahaan di daerah ataupun hasil yang didapat dari pemanfaatan sumber daya
alam yang dimiliki daerah. Sehingga diasumsikan adanya keterkaitan dengan
besar kecilnya pendapatan pajak dan retribusi serta lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah mampu menstimulasi terjadinya revisi anggaran terkait
kebutuhan

akan

pembiayaan

operasional

dan

pembiayaan

proyek

dan

infrastruktur.
Indonesia merupakan

negara kepulauan

yang memiliki

beragam

demografik wilayah dimana masing-masing wilayah memiliki perbedaan
pendapatan bruto yang akan mempengaruhi proses anggaran maupun revisi
anggaran. Lu dan Facer (2004) melakukan survey dan menemukan adanya
keterkaitan antara proses anggaran dan struktur anggaran terhadap kepala daerah
dan lingkungan eksternal. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam
suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas harga konstan.
Pada penelitian yang dilakukan Anessi-Pessina et al (2012), daerah dengan Gross
Domestic Product (GDP) rendah akan cenderung melakukan revisi anggaran
dikarenakan daerah tersebut masih mengalami masalah fundamental terkait
perencanaan.
Selain itu, perlu dirumuskan terkait lokasi geografis Indonesia yang dibagi
menurut daerah Jawa dan daerah Luar Jawa. Apakah lokasi geografis tersebut
juga mempengaruhi revisi anggaran. Karena dilihat dari faktor-faktor antara lain
lokasi atau daerah Jawa yang lebih sentral bila dikaitkan dengan pemerintah pusat,

6

jumlah penduduknya lebih padat, dan kualitas infrastruktur yang lebih baik dan
lengkap.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Incrementalisme Anggaran terhadap
Revisi Anggaran Pada Pemerintah Daerah di Indonesia”.

1. 2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.

Apakah tingkat incrementalisme anggaran belanja operasional berpengaruh
terhadap revisi anggaran belanja operasional pada pemerintah daerah
kota/kabupaten di Indonesia?

b.

Apakah tingkat incrementalisme anggaran belanja modal berpengaruh
terhadap

revisi

anggaran

belanja

modal

pada

pemerintah

daerah

kota/kabupaten di Indonesia?
c.

Apakah kemampuan keuangan berpengaruh terhadap revisi anggaran belanja
operasional dan revisi anggaran belanja modal pada pemerintah daerah
kota/kabupaten di Indonesia?

d.

Apakah Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap revisi
anggaran belanja operasional dan

revisi anggaran belanja modal pada

pemerintah daerah kota/kabupaten di Indonesia?

7

e.

Apakah area geografis berpengaruh terhadap revisi anggaran belanja
operasional dan revisi anggaran belanja modal pada pemerintah daerah
kota/kabupaten di Indonesia?

1. 3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a.

Memperoleh bukti empiris bahwa tingkat incrementalisme anggaran belanja
operasional berpengaruh terhadap revisi anggaran belanja operasional pada
pemerintah daerah kota/kabupaten di Indonesia.

b.

Memperoleh bukti empiris bahwa tingkat incrementalisme anggaran belanja
modal berpengaruh terhadap revisi anggaran belanja modal pada pemerintah
daerah kota/kabupaten di Indonesia.

c.

Memperoleh bukti empiris bahwa kemampuan keuangan berpengaruh
terhadap revisi anggaran belanja operasional dan revisi anggaran belanja
modal pada pemerintah daerah kota/kabupaten di Indonesia.

d.

Memperoleh bukti empiris bahwa Produk Domestik Regional Bruto
berpengaruh

terhadap revisi anggaran belanja operasional dan revisi

anggaran belanja modal pada pemerintah daerah kota/kabupaten di
Indonesia.
e.

Memperoleh bukti empiris bahwa area geografis berpengaruh terhadap
revisi anggaran belanja operasional dan revisi anggaran belanja modal pada
pemerintah daerah kota/kabupaten di Indonesia.

8

1. 4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak
dibawah ini, yaitu:
a.

Pemerintah sebagai penentu kebijakan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana bagi para penentu
kebijakan mengenai fenomena yang ada terkait dengan revisi anggaran pada
pemerintah daerah kota/kabupaten, sehingga dapat memberikan masukan
agar lebih bijaksana dalam mengelola anggaran yang ada.

b.

Masyarakat Pengguna Informasi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai penganggaran yang ada, sehingga masyarakat dapat
mengkritisi semua kegiatan yang dilakukan pemerintah terkait dengan
penggunaan anggaran.

c.

Peneliti selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan peneliti
yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai anggaran dan revisi anggaran
pada pemerintah daerah.

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Anggaran
Halim dan Damayanti (2007) menyebutkan bahwa anggaran merupakan
informasi atau pernyataan mengenai rencana atau kebijakan bidang keuangan
dari suatu organisasi atau badan usaha untuk jangka waktu tertentu
(umumnya satu tahun) berupa perkiraan penerimaan dan pengeluaran negara
yang diharapkan akan terjadi pada suatu periode tertentu.
Sedangkan anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan yang
dipresentasikan dalam suatu bentuk perolehan pendapatan dan belanja dalam
suatu moneter (Mardiasmo, 2002). Dalam bentuk yang paling sederhana,
anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi
keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai
pendapatan, belanja dan aktifitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa
yang akan dilakukan organisasi dimasa yang akan datang. Setiap anggaran
memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam periode
yang akan datang.
Bastian (2010) menyebutkan terdapat tiga tujuan dari anggaran sektor
publik, yaitu:
a. Anggaran digunakan sebagai alat perencana yang menetapkan kehendak
pemerintah

guna

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

(Public

welfare), dengan jalan memanfaatkan sumber daya dan dana untuk
mendukung kegiatan pembangunan jangka panjang dalam bentuk
anggaran tahunan (annual budget)
b. Anggaran digunakan sebagai alat pengendalian yang efektif, yang harus
dilakukan secara melekat (built incontrol), dalam tubuh organisasi atas
berlangsungnya pelaksanaan kegiatan.
c. Anggaran digunakan sebagai alat evaluasi kinerja setiap pelaksanaan
kegiatan dapat diukur dan dievaluasi secara periodik maupun insidental.
Di Indonesia, anggaran diatur dalam pasal 23 ayat (1) UUD 1945 dan
diimplementasikan dengan disusunnya UU APBN setiap tahun. Selain itu,
untuk melaksanakan UU APBN, pemerintah mengeluarkan berbagai
peraturan perundangan lainnya, seperti UU Pajak, UU Bea Masuk danCukai,
Keppres Pelaksanaan APBN, dan peraturan pelaksana lainnya. Adapun dasar
Hukum Anggaran:


Pemerintah Pusat (APBN) : UU No. 17 Tahun 2003



Pemerintah Daerah (APBD) : UU 17 Tahun 2003, UU 32 & 33 Tahun
2004, PP 58 Tahun 2005, PERMENDAGRI 13 Tahun 2006,
PERMENDAGRI 59 Tahun 2007, PERDA

2.1.2. Anggaran Daerah (APBD)
Pengertian APBD adalah suatu rancangan keuangan tahunan daerah
yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah. Seperti halnya dengan APBN, rencana APBD diajukan

11

setiap tahun oleh pemerintah daerah kepada DPRD untuk dibahas dan
kemudian disahkan sebagai peraturan daerah. Atau dengan kata lain
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan
peraturan daerah (Nordiawan et al, 2007)
Fungsi APBD menurut Halim dan Damayanti (2007), adalah sebagai
berikut:
a. Fungsi Otorisasi
b. Fungsi Perencanaan
c. Fungsi Pengawasan
d. Fungsi Alokasi
e. Fungsi Distribusi
f. Fungsi Stabilisasi
Struktur APBD adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan Asli Daerah
Adalah pendapatan yang diperoleh daerah berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana
guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya.
PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.


Pajak daerah, Pungutan yang dilakukan Pemerintah Daerah berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku. Pajak daerah ini dapat dibedakan

12

dalam dua kategori yaitu pajak daerah yang ditetapkan oleh peraturan
daerah dan pajak negara yang pengelolaannya dan penggunaannya
diserahkan kepada daerah.


Retribusi daerah, Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.



Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, adalah penerimaan
yang berupa hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, yang terdiri dari bagian laba Perusahaan Daerah
Air Minum, bagian laba lembaga keuangaan bank, bagian laba lembaga
keuangan non bank, bagian laba perusahaan milik daerah lainnya dan
bagia laba atas penyertaan modal/investasi kepada pihak ketiga.



Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, Meliputi hasil penjualan
kekayaan daerah yang tidak dapat dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga
dan komisi, potong ataupun bentuk lain sebagai akibat penjualan dan atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

b. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Berdasarkan UU No 33 tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan Daerah, dana perimbangan terdiri dari:

13



Dana Bagi Hasil, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.



Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan

kemampuan

keuangan

antar-Daerah

untuk

mendanai

kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.


Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

c. Lain-lain Pendapatan Yang Sah


Hibah Tidak Mengikat. Hibah tidak mengikat diartikan bahwa pemberian
hibah tersebut ada batas akhirnya tergantung pada kemampuan keuangan
daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebut dalam menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hibah berasal dari pemerintah,
pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga, organisasi swasta dalam
negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang
tidak mengikat.



Dana Darurat Dari Pemerintah, adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa
luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas. Dana darurat dari pemerintah dalam

14

rangka penanggulangan korban atau kerusakan akibat bencana alam.
Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk
keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau
peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan
menggunakan sumber APBD.


Dana Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi Ke Kabupaten Atau Kota.
Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi
kepada

kabupaten/kota

atau

pendapatan

kabupaten/kota

kepada

pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada
pemerintah daerah lainnya pada APBD memperhitungkan rencana
pendapatan pada Tahun Anggaran 2011, sedangkan pelampauan target
Tahun Anggaran 2011 yang belum direalisasikan kepada pemerintah
daerah dan menjadi hak pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah desa
ditampung dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012.


Dana Penyesuaian Dan Dana Otonomi Khusus. Dana Penyesuaian dan
Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai
pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam
undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi
Provinsi Papua, dan penyesuaian Otonomi Khusus bagi Provinsi yang
menerima DAU lebih kecil dari tahun anggaran sebelumnya.



Bantuan Keuangan Dari Propinsi Atau Dari Pemerintah Daerah Lainnya.
Pemerintah

provinsi

atau

pemerintah

kabupaten/

kota

dapat

menganggarkan bantuan keuangan kepada pemerintah daerah lainnya dan

15

kepada desa yang didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi
kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusan pemerintahan daerah
yang tidak tersedia alokasi dananya, sesuai kemampuan keuangan masingmasing daerah. Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan
bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan untuk
mengatasi kesenjangan fiskal dengan menggunakan formula antara lain
variabel: pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin
dan luas wilayah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
Bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantu
capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah/desa penerima
bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang
bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi bantuan.
d. Belanja Tidak Langsung
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, kelompok Belanja
Tidak Langsung terdiri dari:


Belanja pegawai, merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.



Belanja bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang
yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding)

16

berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang.


Belanja subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi
kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang
dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. Belanja subsidi
dianggarkan sesuai dengan keperluan perusahaan/lembaga penerima
subsidi

dalam

peraturan

daerah

tentang

APBD

yang

peraturanpelaksanaannya lebih lanjut dituangkan dalam peraturan kepala
daerah.


Belanja hibah, bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak secara terus
menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam naskah perjanjian hibah daerah.



Bantuan sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan
dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan
tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif
dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya.



Belanja bagi hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang
bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau
pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan
pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah Iainnya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.

17



Bantuan keuangan, digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan
yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota,
pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah Iainnya atau dari
pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah
Iainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan
keuangan. Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan
penggunaannya

diserahkan

sepenuhnya

kepada

pemerintah

daerah/pemerintah desa penerima bantuan. Bantuan keuangan yang
bersifat khusus peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh
pemerintah daerah pemberi bantuan.


Belanja tidak terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya yang telah ditutup.

e. Belanja Langsung
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, mengenai belanja
langsung yang terdapat dalam Pasal 50, Kelompok belanja langsung dari
suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:


Belanja pegawai, untuk pengeluaran Honorarium atau upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

18



Belanja

barang

dan

jasa,

digunakan

untuk

pengeluaran

pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan
dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian
jasa mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor,
premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa
rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas
dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu,
perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.


Belanja modal, digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap
lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap
berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga
beli/bangun aset. Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi
pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset pada belanja
modal dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.

19

f. Penerimaan Pembiayaan


Sisa lebih perhitungan anggaran TA sebelumnya (SiLPA). Sisa lebih
perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) mencakup
pelampauan

penerimaan

PAD,

pelampauan

penerimaan

dana

perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang
sah,

pelampauan

penerimaan

pembiayaan,

penghematan

belanja,

kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum
terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.


Pencairan

Dana

Cadangan.

Pencairan

dana

digunakan

untuk

menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke
rekening kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan. Jumlah yang
dianggarkan yaitu sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam
peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.


Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, digunakan antara lain
untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD
dan penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan
pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.



Penerimaan Pinjaman Daerah. Penerimaan pinjaman daerah digunakan
untuk menganggarkan penerimaan pinjaman daerah termasuk penerimaan
atas penerbitan obligasi daerah yang akan direalisasikan pada tahun
anggaran berkenaan.



Penerimaan

Kembali

Pemberian

Pinjaman.

Penerimaan

kembali

pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan posisi penerimaan

20

kembali pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daerah lainnya.


Penerimaan Piutang Daerah, digunakan untuk menganggarkan penerimaan
yang bersumber dari pelunasan piutang fihak ketiga, seperti berupa
penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah, pemerintah,
pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan
bank dan penerimaan piutang lainnya.

g. Pengeluaran Pembiayaan
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang

Pedoman

Pengelolaan

Keuangan

Daerah,

Pengeluaran

pembiayaan terdiri dari pembentukan dana cadangan, penerimaan modal
(investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang dan pemberian
pinjaman daerah.


Dana Cadangan, adalah dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi
dalam satu tahun anggaran. Pemerintah daerah dapat membentuk dana
cadangan guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat
sekaligus/sepenuhnya

dibebankan

Pembentukan dana cadangan
Peraturan daerah

dalam

satu

tahun

anggaran.

ditetapkan dengan peraturan daerah.

mencakup penetapan tujuan pembentukan dana

cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan,
besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan dan
ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun

21

anggaran pelaksanaan dana

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PARTISIPASI ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi K

0 0 15

PENDAHULUAN PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN PARTISIPASI ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan).

0 0 6

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja Pegawai PemerintahE Daerah(Survey pada Pemerintah daerah di Kabupaten Klaten).

0 0 16

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 1 9

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 13

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Revisi Anggaran Pemerintah Daerah.

0 0 13

ANALISIS PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT REVISI ANGGARAN PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA (Studi pada kabupaten/kota di Indonesia pada periode 2010 - 2011).

0 0 20

ANALISIS KEUANGAN DAERAH PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KABUPATEN BERAU)

1 6 11

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Revisi Anggaran Pada Pemerintah Daerah di Indonesia (Studi Pada Pemerintah Provinsi Tahun 2013-2015) - UNS Institutional Repository

0 0 15

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN FAKTOR POLITIK TERHADAP ALOKASI ANGGARAN PENDIDIKAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

0 0 18