JUDUL INDONESIA: PENGARUH DOSIS VERMIKOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) dan PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL TAMAN BOGO

ABSTRAK

PENGARUH DOSIS VERMIKOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) dan PERUBAHAN
BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL TAMAN BOGO

Oleh
I GUSTI PUTU SETIAWAN

Penggunaan pupuk akhir-akhir ini semakin berkembang, bahkan cenderung
mutlak diperlukan. Pada tanah pertanian sering digunakan pupuk buatan atau
kimia. Penggunaaan pupuk kimia secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
lama dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan menyebabkan produktivitas
tanah menurun. Untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat
penggunaan pupuk kimia, petani dapat menggunakan pupuk organik yang
memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan kesuburan tanah, salah satu pupuk
organik yang dapat digunakan tersebut adalah vermikompos. Pemupukan ini
dimaksudkan untuk menambahkan unsur hara tanah yang semakin lama semakin
berkurang karena terserap oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk
keluarga Brassicaceae. Media tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami

pakcoy adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta

I Gusti Putu Setiawan
pembuangan airnya baik derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk
pertumbuhannya adalah antara pH 5 sampai pH 7.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2013. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 ulangan,
secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari 24 satuan percobaan . Perlakuan yang
digunakan adalah Kontrol, Tanah dengan 10 % (0,5 kg vermikompos), Tanah
dengan 20 % (1 kg vermikompos), dan Tanah dengan 30 % (1,5 kg
vermikompos). Data yang diperoleh dirata-ratakan, kemudian diuji
homogenitasnya dengan uji Bartlet dan aditivitasnya dengan uji Tukey.
Selanjutnya data dianalisis dengan analisis ragam pada taraf 5%. Untuk
mengetahui beda nilai tengah dilakukan uji BNT pada taraf 5%, serta untuk
melihat hubungan antara pertumbuhan tanaman dengan pH, C-organik, dan Ntotal dilakukan uji korelasi pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi vermikompos 20% menghasilkan
bobot tanaman pakcoy yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Aplikasi vermikompos mempengaruhi sifat kimia tanah ,yaitu melalui proses

dekomposisi bahan organik oleh mikroba tanah. Hasil analisis kimia tanah
menunjukan hasil analisis tanah setelah pertanaman dengan pH yang mengalami
kenaikan disetiap perlakuan yaitu dari pH awal tanah 4,69 menjadi 5,64
sampai6,98, untuk N-total tanah 1,70 menjadi berkisar 0,07 sampai 0,63, dan
untuk C-organik berpenurunan dari 6,6 menjadi 0,6 sampai 3,50.

Kata kunci: pakcoy, sifat kimia tanah, vermikompos

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Gedung Wani, Kecamatan Marga Tiga, Kabupaten
Lampung Timur pada tanggal 13 Juni 1991. Penulis adalah anak pertama dari 1
bersaudara dari pasangan bapak I gusti Made Sujandra dan ibu Ni Sayu Made
Kariasih.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Aisiah Bustanul
Alfa Marga Tiga, Lampung Timur pada tahun 1996 – 1997.Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan ke sekolah dasar di SDN 1 Gedung Wani, Lampung
Timur dan lulus pada tahun 2003, kemudian penulis melanjutkan pendidikanya di
SMP Xaverius 2 Pahoman, Bandar Lampung pada tahun 2003 dan lulus pada

tahun 2006. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN
10 Bandar Lampung pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Penulis melaksanakan praktik umum di Dinas Pertamanan Kota Bandar Lampung
bulan Januari – Februari 2012. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti
kegiatan keorganisasian, Pada tahun 2009 - 2010, penulis aktif di Persatuan
Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian sebagai kader.
Penulis juga mengikuti beberapa kegiatan seperti Latihan Kepemimpinan
Menengah Tingkat Dasar (LKMTD), Training Organisasi dan PAKAR (Pelatihan

Penulisan Karya Ilmiah), Kemah Bakti Sosial Mahasiswa (KBSM) di Persatuan
Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT). Pada tahun 2011-2012, penulis
terdaftar sebagai sekertaris bidang organisasi di Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu
(UKMH) Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi
asisten dosen pada praktikum Dasar – Dasar Budidaya Tanaman 2013/2014.

Jangan pernah berpikir setiap apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang siasia, rugi itu belajar dan hiduplah tanpa penyesalan. Kita memang terlahir
untuk kalah tapi bukan untuk menyerah (Bagus Prambudi, S.P.)
Niatkan dalam dirimu untuk dapat memberikan kebahagian kepada orang

disekitarmu dan sayangilah mereka yang masih bisa tersenyum untukmu karena
mengenang itu menyakitkan (Anggi Setyawan, S.P.)

Rasa syukur selalu ditujukan kepada Sang Hyang Widhi,
Tuhan Yang Maha Esa
Kupersembahkan karyaku ini untuk Bapak I Gusti Made Sujandra, Ibu
Ni Sayu Made Kariasih, serta Almamater tercinta.

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kerena berkat
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang
berjudul Pengaruh Pemberian Verikompos Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pakcoy (Brasicca rapa L.) dan Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol
Taman Bogo.
Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah
membimbing dan membantu kelancaran akan terselesaikannya skripsi ini, yaitu
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku Pembimbing Utama
yang telah mendidik, memberikan banyak arahan dan saran, motivasi,
bimbingan serta fasilitas yang diberikan selama penelitian hingga penulisan

skripsi ini selesai.
2. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku anggota Komisi Pembimbing atas saran,
nasihat, motivasi, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Sc., selaku Penguji atas saran, arahan,
motivasi dan bimbingan yang telah diberikan.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

6. Seluruh dosen Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, khususnya Program
Studi Agroteknologi yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan
serta motivasi selama penulis menyelesaikan studi.
7. Ibu Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan,
motivasi dan saran selama penulis menempuh masa studi.
8. Ayah (Gusti Made), Ibu (Sayu Made) dan Nenek (nini) atas doa, bantuan, kasih
sayang, motivasi, serta dukungan dalam semua hal kepada penulis.
9. Wayan Herlina Wati atas dukungan, motivasi dan waktu yang telah diluangkan
kepada penulis.
10.Teman-teman seperjuangan Fajar Santoso, S.P., Yoga Herianto, S.P., Rizky

Angga Kurniawan, S.P., Anggita Cheryani, S.P., Dharma Mahardika, S.P.,
Fajar Apriyaldi, S.P., Angga Sukowardana, S.P., Reza Utama Saputra, S.P.,
Saede Nerotama, S.P., Panji Perwira, S.P., dan seluruh mahasiswa
Agroteknologi Angkatan 2009 serta teman-teman yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, atas bantuan, dukungan, persehabatan, dan kebersamaan
selama ini.
Semoga karunia Tuhan Yang Maha Esa dilimpahkan atas keikhlasan bantuan
yang telah diberikan kepada penulis dan semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat.
Bandar Lampung,
Penulis,

I Gusti Putu Setiawan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .........................................................................................


iii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

vii

I. PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang ................................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Kerangka Pemikiran .........................................................................
Hipotesis ...........................................................................................

1
3
3

6

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
2.3
2.4

Vermikompos ...................................................................................
Proses Pembuatan Vermikompos .....................................................
Tanah Ultisol ....................................................................................
Tanaman Pakcoy ..............................................................................

7
9
9
11

III. BAHAN DAN METODE
3.1

3.2
3.3
3.4

Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................
Bahan dan Alat .................................................................................
Metode Penelitian .............................................................................
Pelaksanaan Penelitian .....................................................................
3.4.1 Penyiapan Media Tanam .................................................
3.4.2 Pencampuran Pupuk Vermikompos ..................................
3.4.3 Penyemaian Benih Tanaman Pakcoy ...............................
3.4.4 Penanaman Bibit Pakcoy .................................................
3.4.5 Pemeliharaan Tanaman ...................................................

13
13
13
14
14
14

15
15
15

3.5 Pengamatan ......................................................................................
3.5.1 Jumlah Daun ....................................................................
3.5.2 Tinggi Tanaman ...............................................................
3.5.3 Bobot Basah .....................................................................
3.5.4 Bobot Kering .....................................................................

16
16
16
16
16

ii

3.5.5 pH Tanah Awal ................................................................
3.5.6 C organik Tanah Awal .....................................................

3.5.7 N Total Tanah Awal ........................................................
3.5.8 pH Tanah Setelah di Beri Vermikompos .........................
3.5.9 C organik Tanah setelah di Beri Vermikompos ..............
3.5.10 N Total Tanah Setelah di Beri Vermikompos....................

16
16
17
17
17
17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ..............................................................................
4.1.1.
4.1.2.
4.1.3.
4.1.4.
4.1.5.
4.1.6.

18

Ringkasan Analisi Ragam .......................................................
Bobot Basah ...........................................................................
Bobot Kering ..........................................................................
Tinggi Tanaman .....................................................................
Jumlah Daun ............................................................................
Sifat Kimia ..............................................................................

18
18
19
20
21
22

4.2. Pembahasan .....................................................................................

23

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................
5.2 Saran .................................................................................................

27
27

PUSTAKA ACUAN .....................................................................................

28

LAMPIRAN ..................................................................................................

31

iii

DAFTAR TABEL

Tabel
1.

Halaman
Ringkasan analisis ragam pengaruh pemberian dosis
vermikompos terhadap parameter tanaman pakcoy
pada tanah Ultisol Taman Bogo ………………………………

18

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap
bobot basah tanaman pakcoy pada tanah Ultisol
Taman Bogo ............................................................................

19

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap
bobot kering tanaman pakcoy pada tanah Ultisol
Taman Bogo ............................................................................

20

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap
tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke-4 ..................................................................

21

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap
jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo
minggu ke-4 ............................................................................

22

6.

Hasil analisis awal tanah Ultisol Taman Bogo .......................

22

7.

Hasil analisis tanah Ultisol Taman Bogo setelah panen .........

22

8.

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap
bobot basah tanaman pakcoy pada tanah Ultisol
Taman Bogo ............................................................................

31

Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap bobot basah tanaman pakcoy pada tanah Ultisol
Taman Bogo ............................................................................

31

Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap bobot basah tanaman pakcoy pada tanah Ultisol
Taman Bogo ….........................................................................

31

2.

3.

4.

5.

9.

10.

iv

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap
bobot kering tanaman pakcoy pada tanah Ultisol
Taman Bogo .............................................................................

32

Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap bobot kering tanaman pakcoy pada tanah Ultisol
Taman Bogo .............................................................................

32

Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap bobot kering tanaman pakcoy pada tanah Ultisol
Taman Bogo .............................................................................

32

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi
tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu
ke-1 ..........................................................................................

33

Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke-1 …...............................................................

33

Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke-1 ...................................................................

33

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi
tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu
ke-2 .........................................................................................

34

Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke-2 ..................................................................

34

Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke-2 ..................................................................

34

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap tinggi
tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu
ke-3 .........................................................................................

35

Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke-3 .................................................................

35

Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke-3 ..................................................................

35

v

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap
tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke-4 ...................................................................

36

Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke-4 ...................................................................

36

Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap tinggi tanaman pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke-4 ...................................................................

36

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap
jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo
minggu ke-1 ............................................................................

37

Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke-1.....................................................................

37

Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman
Bogo minggu ke1......................................................................

37

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlahdaun
pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu ke-2.................

38

Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol
Taman Bogo minggu ke-2.........................................................

38

Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol
Taman Bogo minggu ke-2.........................................................

38

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap Jumlah daun
pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu ke- 3................

39

Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap jumlah daun pakcoy pada tanahUltisol Taman Bogo
minggu ke-3............. ..................................................................

39

Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos
terhadap jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol
Taman Bogo minggu ke-3..........................................................

39

Pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap jumlah daun
pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu ke-4................

40

vi

36.

37.

38.

39.

40.

Uji homogenitas pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap
jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu ke4..........................................................................................................

40

Analisis ragam pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap
jumlah daun pakcoy pada tanah Ultisol Taman Bogo minggu ke4..........................................................................................................

40

Pengaruh pemberian pupuk vermikompos terhadap tinggi tanaman
Pakcoy setiap minggu........................................................................

41

Pengaruh pemberian pupuk vermikompos terhadap jumlah daun
tanaman pakcoy setiap minggu.........................................................

41

Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan bobot basah pengaruh
pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan tanaman
pakcoy...............................................................................................

42

41.

Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan bobot kering pengaruh
pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan tanaman
pakcoy................................................................................................ 42

42.

Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan tinggi tanaman
pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan
tanaman pakcoy..................................................................................

42

Analisis ragam uji korelasi antara pH dengan jumlah daun pengaruh
pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan tanaman
pakcoy................................................................................................

43

Analisis ragam uji korelasi antara N total dengan bobot basah
pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan
tanaman pakcoy..................................................................................

44

Analisis ragam uji korelasi antara N total dengan bobot kering
pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan
tanaman pakcoy..................................................................................

45

Analisis ragam uji korelasi antara N total dengan tinggi tanaman
pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan
tanaman pakcoy..................................................................................

45

Analisis ragam uji korelasi antara N total dengan jumlah daun
pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan
tanaman pakcoy.................................................................................

45

43.

44.

45.

46.

47.

vii

48.

49.

50.

51.

Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan bobot basah
pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan
tanaman pakcoy.................................................................................

47

Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan bobot kering
pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan
tanaman pakcoy..................................................................................

47

Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan tinggi tanaman
pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan
tanaman pakcoy..................................................................................

47

Analisis ragam uji korelasi antara C-organik dengan jumlah daun
pengaruh pemberian dosis vermikompos terhadap pertumbuhan
tanaman pakcoy..................................................................................

48

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Korelasi antara pH dengan bobot basah .......................................

43

2. Korelasi antara pH dengan bobot kering ......................................

43

3. Korelasi antara pH dengan tinggi tanaman .....................................

44

4. Korelasi antara pH dengan jumlah daun .........................................

44

5. Korelasi antara N-total dengan bobot basah ...................................

46

6. Korelasi antara N-total dengan bobot kering ..................................

46

7. Korelasi antara N-total dengan tinggi tanaman ...............................

46

8. Korelasi antara N-total dengan jumlah daun ...................................

46

9. Korelasi antara C-organik dengan bobot bobot basah ....................

48

10. Korelasi antara C-organik dengan bobot kering .............................

48

11. Korelasi antara C-organik dengan tinggi tanaman ..........................

49

12. Korelasi antara C-organik dengan jumlah daun ..............................

49

13. Pengaruh pemberian pupuk vermikompos terhadap tinggi
tanaman pakcoy setiap minggu .......................................................

41

14. Pengaruh pemberian pupuk vermikompos terhadap jumlah
daun tanaman pakcoy setiap minggu ..............................................

41

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah
Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan
penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.
Untuk meningkatkan produksi pangan diperlukan tanah yang subur. Pemupukan
merupakan salah satu komponen penting dalam usaha meningkatkan kesuburan
tanah. Petani biasanya melakukan pemupukan dangan menggunakan pupuk kimia
seperti Urea, SP36, KCl dan sebagainya. Di samping menggunakan pupuk kimia,
petani juga sering menggunakan pupuk organik yang memiliki potensi tinggi
untuk meningkatkan kesuburan tanah, salah satu pupuk organik yang dapat
digunakan tersebut adalah vermikompos. Pemupukan dimaksudkan untuk
menambahkan unsur hara tanah yang semakin lama semakin berkurang karena
terserap oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Sutedjo dkk., 1991).
Jika kekurangan ini berlangsung secara terus menerus, akan mengakibatkan
terjadinya degradasi kesuburan tanah, sehingga pertumbuhan dan produktivitas
tanaman akan terganggu (Syekhfani, 2003). Untuk mengatasi keadaan tersebut
perlu dilakukan penambahan hara dari luar yaitu dengan pemupukan. Pemupukan
ditujukan untuk menyediakan unsur hara, yang secara langsung atau tidak
langsung dapat memperbaiki struktur dan produktivitas tanah
(Sanusi dan Riyanto, 2003).

2

Pada tanah pertanian sering digunakan pupuk buatan atau kimia. Penggunaaan
pupuk kimia secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan dan menyebabkan produktivitas tanah
menurun. Untuk itu diperlukan penggunaan bahan organik agar dapat
menstabilkan proses fisika, kimia, dan biologo tanah.

Penggunaan bahan organik dimaksudkan untuk mengurangi pupuk kimia yang
cendrung mahal, karena kebanyakan petani memiliki modal yang sedikit. Untuk
menghemat biaya dan mencegah kerusakan lahan lebih lanjut, diperlukan
penggunaan pupuk organik sebagai alternatif pilihan atau substitusi sebagian dari
pupuk kimia. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat meningkatkan
kandungan hara, baik yang tergolong unsur makro maupun mikro. Pupuk organik
juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, melalui perannya sebagai
sumber energi mikrobia di dalam tanah (Sugito dkk., 1995). Residu nitrogen dan
hara lain dari pupuk organik diperkirakan dapat bertahan 5-10 tahun karena proses
dekomposisi bahan organik yang berjalan tahap demi tahap (Sosrosoedirdjo dkk.,
1970). Salah satu pupuk organik yang saat ini sedang populer adalah
vermikompos.

Vermikompos merupakan pupuk organik dari perombakan bahan-bahan
organik dengan bantuan mikroorganisme dan cacing tanah. Dalam proses
dekomposisi bahan kompos oleh cacing tanah, hasil dekomposisi tersebut
mengandung berbagai unsur hara dan kaya akan zat pengatur tumbuh yang
mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut Zahid (1994) vermikompos
mengandung zat pengatur tumbuh seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta

3

unsur hara N, P, K, Mg dan Ca dan Azotobacter sp yang merupakan bakteri
penambat N nonsimbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang
dibutuhkan oleh tanaman. Vermikompos juga mengandung berbagai unsur hara
mikro yang dibutuhkan tanaman seperti Fe, Mn, Cu, Zn, Bo dan Mo
(Mashur, 2001).

Akhir-akhir ini tanah subur untuk tanaman sayuran semakin berkurang. Oleh
karena itu produksi tanaman sayuran akan berekspansi ke tanah yang relatif
kurang subur seperti tanah Ultisol. Permasalahannya adalah apakah vermikompos
dapat meningkatkan kesuburan tanah ultisol dan berapa dosis yang yang baik bagi
tanaman sayuran, khususnya pakcoy.

1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian vermikompos
dalam berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan perubahan beberapa sifat kimia
tanah pada tanah yang ditanami pakcoy.
1.3 Kerangka Pemikiran
Beberapa spesies cacing tanah yang berperan dalam proses pengomposan yaitu
Eisenia fetida dan Lumbricus rubellus. Vermikompos dari cacing tanah
Lumbricus rubellus mengandung C 20,20%. N 1,58%, C/N 13, P 70,30 mg kg-1, K
21,80 mg kg-1, Ca 34,99 mg kg-1, Mg 21,43 mg kg-1, S 153,70 mg kg-1, Fe 13,50
mg kg-1, Mn 661,50 mg kg-1, AI 5,00 mg kg-1, Na 15,40 mg kg-1, Cu 1,7 mg kg-1,
Zn 33,55 mg kg-1, Bo 34,37 mg kg-1, dan pH 6,6-7,5. Sedangkan vermikompos
yang dihasilkan dengan menggunakan cacing tanah E. fetida mengandung unsur-

4

unsur hara seperti N-total 1,4-2,2%, P 0,6-0,7%, K 1,6-2,1%, C/N rasio 12,5-19,2,
Ca 1,3-1,6%, Mg 0,4-0,95, pH 6,5-6,8. Vermikompos yang berkualitas baik
ditandai dengan warna hitam kecoklatan hingga hitam, tidak berbau, bertekstur
remah dan matang (C/N < 20) (Mashur, 2001).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa vermikompos dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman hortikultura, seperti jagung manis, mentimun,
melon, dan padi. Hasil analisis menunjukkan bahwa vermikompos mempunyai
sifat-sifat kimia yang lebih unggul. Hal ini dapat dilihat dari sifat-sifat kimia
tanah dalam vermikompos seperti kandungan unsur hara N dan P didalam
vemikompos lebih tinggi, begitu pula dengan C-organik dan bahan organik tanah
(BPPP, 2008). Selain kelebihan dari pupuk organik seperti vermikompos itu
sendiri, terdapat beberapa kekurangannya yaitu nutrisi yang terkandung dalam
pupuk organik dirilis lebih lambat dan disimpan untuk waktu yang lama di dalam
tanah sehingga efeknya beresidu panjang serta nutrisi/unsur hara yang terkandung
lebih sedikit daripada anorganik (Sharma dan Mittra, 1991).

Pemberian vermikompos selain meningkatkan kesuburan tanah dengan
penambahan unsur hara juga meningkatkan sifat fisik tanah, dan sifat biologi
tanah sehingga tanah tetap lembah dan gembur. Kondisi tersebut sangat
menunjang pertumbuhan tanaman sayuran khususnya pakcoy.
Menurut Hadiwiyono dan Dewi (2000) pemberian vermikompos dengan dosis 20
t ha-1 dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pakcoy dari 26,2 t ha-1 (tanpa
vermikompos) menjadi 29,6 t ha-1. Dalam penelitian tersebut belum diketahui
tingkat serapan hara khususnya nitrogen.

5

Hasil penelitian Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP)
Denpasar menunjukkan caisim/pakcoy yang ditanam menggunakan media bekas
kascing sebanyak 5 t ha-1 meningkatkan panen caisin sebanyak 28,088 t ha-1.
Selain itu, penampilan caisim lebih segar, lembut, warna lebih hijau, cerah dan
mengkilap. Panen dapat dilakukan secara bertahap. Di sisi lain, penanaman
kedua dan ketiga tidak perlu menambahkan kascing lagi (Trubus, 2007).

Pengaplikasian vermikompos (dari kotoran sapi, ayam, kuda dan domba) dengan
dosis 10 t ha-1 pada tanaman caisim, menunjukkan bahwa semua jenis
vermikompos dapat meningkatkan kandungan N dan menurunkan C/N tanah
latosol, meningkatkan serapan N, kandungan klorofil, dan biomassa tanaman.
Diantara keempat jenis vermikompos, vermikompos asal kotoran sapi yang
memberikan pengaruh terbaik, baik terhadap tanah maupun terhadap tanaman
(Wahyudin, 2001).

Vermikompos mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Penambahan
vermikompos pada media tanam akan mempercepat pertumbuhan, meningkatkan
tinggi, dan bobot tumbuhan. Jumlah optimal kascing yang dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil positif hanya 10-20% dari volume media tanaman
( Mashur, 2001 ).

Tanah Ultisol umumnya mempunyai nilai kejenuhan basa < 35%, karena batas ini

6

merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi tanah Ultisol menurut Soil
Taxonomy. Beberapa jenis tanah Ultisol mempunyai kapasitas tukar kation < 16
cmol/kg liat, yaitu Ultisol yang mempunyai horizon kandik. Reaksi tanah Ultisol
pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 5−3,10), kecuali tanah Ultisol
dari batu gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam
(pH 6,80−6,50). Kapasitas tukar kation pada tanah Ultisol dari granit, sedimen,
dan tufa tergolong rendah masing-masing berkisar antara 2,90−7,50 cmol/kg,
6,11−13,68 cmol/kg, dan 6,10−6,80 cmol/kg, sedangkan yang dari bahan
volkan andesitik dan batu gamping tergolong tinggi (>17 cmol/kg). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa beberapa tanah Ultisol dari bahan volkan, tufa
berkapur, dan batu gamping mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi
(Prasetyo dkk., 2000). Dengan penggunaan vermikompos pada tanah Ultisol,
diharapkan memberikan pengaruh perubahan produksi pakcoy yang lebih baik.

1.4 Hipotesis
1. Tanaman pakcoy yang medianya diberi vermikompos, pertumbuhannya lebih
baik dibandingkan dengan media tanpa diberi vermikompos.
2. Pertumbuhan tanaman pakcoy yang terbaik adalah yang diberi dosis 20%
vermikompos dari volume media tanaman.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vermikompos
Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang
melibatkan cacing tanah dalam proses penguraian atau dekomposisi bahan
organiknya. Walaupun sebagian besar penguraian dilakukan oleh jasad renik,
kehadiran cacing justru membantu memperlancar proses dekomposisi. Karena
bahan yang akan diurai jasad renik pengurai, telah diurai lebih dulu oleh cacing.
Proses pengomposan dengan melibatkan cacing tanah tersebut dikenal dengan
istilah vermikomposting. Sementara hasil akhirnya disebut vermikompos
( Agromedia, 2007 ).
Vermikompos adalah hasil dekomposisi lebih lanjut dari pupuk kompos oleh
cacing tanah yang mempunyai bentuk dan kandungan hara lebih baik untuk
tanaman (Hadiwiyono dan Dewi, 2000).
Beberapa keunggulan vermikompos adalah menyediakan hara N, P, K, Ca, Mg
dalam jumlah yang seimbang dan tersedia, meningkatkan kandungan bahan
organik, meningkatkan kemampuan tanah mengikat lengas, menyediakan
hormon pertumbuhan tanaman, menekan resiko akibat infeksi patogen,
sinergis dengan organisme lain yang menguntungkan tanaman serta sebagai
penyangga pengaruh negatif tanah (Sutanto, 2002).

8

Vermikompos dari cacing tanah Lumbricus rubellus mengandung C 20,20%. N
1,58%, C/N 13, P 70,30 mg/100g, K 21,80 mg/ 100g, Ca 34,99 mg/100g, Mg
21,43 mg/100g, S 153,70 mg kg-1, Fe 13,50 mg kg-1, Mn 661,50 mg kg-1, AI 5,00
mg kg-1, Na 15,40 mg kg-1, Cu 1,7 mg kg-1, Zn 33,55 mg kg-1, Bo 34,37 mg kg-1,
dan pH 6,6-7,5. Sedangkan vermikompos yang dihasilkan dengan menggunakan
cacing tanah E. fetida mengandung unsur-unsur hara seperti N-total 1,4-2,2%, P
0,6-0,7%, K 1,6-2,1%, C/N rasio 12,5-19,2, Ca 1,3-1,6%, Mg 0,4-0,95, pH 6,56,8. Vermikompos yang berkualitas baik ditandai dengan warna hitam kecoklatan
hingga hitam, tidak berbau, bertekstur remah dan matang
(C/N < 20) (Mashur, 2001).

Vermikompos mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Penambahan
kascing pada media tanam akan mempercepat pertumbuhan, meningkatkan tinggi,
dan berat tumbuhan. Jumlah optimal kascing yang dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil positif hanya 10-20% dari volume media tanaman
( Mashur, 2001 ).

2.2 Proses Pembuatan Vermikompos
Dalam pembuatan kascing, cacing tanah memegang peranan penting
yaitu sebagai dekomposer. Cacing tanah memiliki enzim seperti protease,
lipase, amilase, selulose dan kitin yang memberikan perubahan kimia secara
cepat terhadap meterial selulosa dan protein dari sampah organik. Aktivitas
cacing tanah menunjukkan peningkatan dekomposisisi dan penghancuran
sampah secara alami (60% - 80%). Hal ini sangat berpengaruh mempercepat
waktu pengomposan hingga beberapa minggu (Sinha dkk., 2002).

9

Vermikomposting menghasilkan 2 manfaat utama yaitu biomassa cacing tanah dan
vermikompos (Sharma dkk., 2005). Vermikompos memiliki struktur halus,
partikel-partikel humus yang stabil, porositas, kemampuan menahan air dan
aerasi, kaya nutrisi, hormon, enzim dan populasi mikroorganisme (Lavelle dkk.,
1999). Vermikompos yang dihasilkan berwarna coklat gelap, tidak berbau dan
mudah terserap air (Ismail 1997).

2.3 Tanah Ultisol

Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika,
mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Ultisol dicirikan
oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi
daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi
merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Ultisol dan sangat merugikan
karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena kesuburan tanah Ultisol
sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Bila
lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan hara. Tanah
Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan
oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman
tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini
mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah
ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti
Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka
terhadap erosi (Adiningsih dkk., 1993). Pada umumnya Ultisol berwarna kuning
kecoklatan hingga merah. Pada klasifikasi lama, Ultisol diklasifikasikan sebagai

10

Podsolik Merah Kuning (PMK). Warna tanah pada horizon argilik sangat
bervariasi dengan hue dari 10YR hingga 10R, nilai 3−6 dan kroma 4−8. Warna
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan organik yang
menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan mineral primer fraksi ringan
seperti kuarsa dan plagioklas yang memberikan warna putih keabuan, serta oksida
besi seperti goethit dan hematit yang memberikan warna kecoklatan hingga
merah. Makin coklat warna tanah umumnya makin tinggi kandungan goethit, dan
makin merah warna tanah makin tinggi kandungan hematit (Soepraptohardjo,
1961). Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk
tanahnya. Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya
mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir, sedangkan tanah Ultisol dari
batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus
seperti liat dan liat halus. Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga
kuat, dengan bentuk gumpal bersudut (Suharta dkk., 1986).

2.4 Tanaman Pakcoy
Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang
termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah
dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat
serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih
sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di
Filipina dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand (Anonim, 2012).
Adapun klasifikasi tanaman sawi pakcoy adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae

11

Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa L

Yogiandre dkk. (2011) menyatakan tanaman pakcoy merupakan salah satu
sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun pakcoy bertangkai,
berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala,
tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat
pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk
dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15–30 cm.

Tanaman pakcoy bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena
Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga
dikembangkan di Indonesia ini. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari
ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun
biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter
sampai 500 meter dpl.Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang
berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran
rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang
diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Tanaman pakchoy tahan terhadap air hujan,
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman secara teratur (Anonim, 2012).

12

Pakcoy ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan
kerapatan tinggi; yaitu sekitar 20– 25 tanaman/m2, dan bagi kultivar kerdil
ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar genjah dipanen umur 40-50 hari, dan
kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Pakcoy memiliki
umur pasca panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10
hari, pada suhu 0. Media tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami pakcoy
adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan
airnya baik Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya
adalah antara pH 5 sampai pH 7.

13

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu
Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu penyemaian benih dan penanaman
pakcoy yang dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2013.

3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
Tanah Ultisol yang diambil dari kebun percobaan Taman Bogo, benih pakcoy,
vermikompos dari Salatiga Jawa Tengah, air, label dan polibag.

Peralatan yang digunakan antara lain :
Polibag, bak pasir untuk penyemaian, hand sprayer, alat tulis, ayakan 5 mm, alat
tulis, penggaris, timbangan, ember, alat hitung, oven..

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 6 ulangan, secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari 24 satuan
percobaan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah:
TK0 = Tanah + 0 % (0 kg vermikompos/media pertanaman),
TK1 = Tanah + 10 % (0,5 kg vermikompos/media pertanaman),

14

TK2 = Tanah + 20 % (1 kg vermikompos/media pertanaman),
TK3 = Tanah + 30 % (1,5 kg vermikompos/media pertanaman),

Data yang diperoleh dirata-ratakan, kemudian diuji homogenitasnya dengan uji
Bartlet dan aditivitasnya dengan uji Tukey. Selanjutnya data dianalisis dengan
analisis ragam pada taraf 5%. Untuk mengetahui beda nilai tengah dilakukan uji
BNT pada taraf 5%, serta untuk melihat hubungan antara pertumbuhan tanaman
dengan pH, C-organik, dan N-total dilakukan uji korelasi pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan Media Tanam
Tanah yang digunakan adalah tanah ultisol yang diambil dari kebun percobaan
Taman Bogo, Lampung Timur. Tanah dibersihkan dari sisa-sisa akar tanaman dan
sampah atau kotoran plastik, kemudian tanah dikeringanginkan selama 2 hari.
Setelah itu diambil sampel tanah masing-masing 3 sampel sebanyak 5 g untuk
dioven guna mengetahui kadar air tanah.
3.4.2 Pencampuran pupuk vermikompos
Tanah setara BKO ditimbang sebanyak 5 kg dan dimasukkan ke dalam polybag.
Setiap contoh tanah diaplikasikan pupuk vermikompos dengan dosis sesuai
perlakuan masing-masing kemudian ditanam pakcoy yang telah berumur 2
minggu, dengan tampilan yang seragam seperti tinggi, jumlah daun.

15

3.4.3 Penyemaian benih tanaman pakcoy

Media untuk persemaian adalah tanah sebanyak 1,5 kg yang dimasukkan dalam
kotak dari geribik, selanjutnya benih pakcoy disebar merata pada media semai dan
ditutup tipis dengan tanah setebal 1 cm, lalu disiram. Kemudian ditutup dengan
daun pisang untuk menjaga kelembaban dan mempercepat perkecambahan.
Setelah berkecambah ± 3-5 hari sejak semai, daun pisang sebagai penutup
dibuka. Selanjutnya setelah berdaun 3 – 5 helai (umur 2 – 3 minggu), bibit dicabut
dengan hati-hati, selanjutnya dipindahkan ke dalam polibag percobaan yang telah
disiapkan sebelumnya.

3.4.4 Penanaman bibit pakcoy

Bibit pakcoy dipilih yang paling baik dan seragam, lalu bibit pakcoy ditanam
sebanyak 2 bibit/polibag dengan kedalaman 2 cm, tutupi bagian akar bibit dengan
media hingga melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan
media. Setelah 7 HST, bibit dipotong 1, bibit yang dipertahankan adalah yang
terbaik.

3.4.5 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman pakcoy meliputi penyulaman, yaitu dengan mengganti
tanaman yang mati dengan tanaman yang baru. Pengendalian hama dilakukan
secara kimia yaitu dengan menggunakan pestisida.

16

3.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap variabel utama dan variable pendukung antara
lain
Variabel utama yang diamati meliputi :
3.5.1 Jumlah daun
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah
membuka sempurna, yang dilakukan seminggu sekali sejak umur tanaman
1 minggu setelah tanam (MST) sampai panen. Jumlah daun dihitung dalam
satuan helai.
3.5.2 Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan media tumbuh sampai ujung
daun atau bagian tanaman tertinggi. Dilakukan seminggu sekali sejak umur
tanaman 1 minggu setelah tanam (MST) sampai panen. Tinggi tanaman
diukur dalam satuan sentimeter.
3.5.3 Bobot basah
Bobot basah tanaman ditimbang pada saat pemanenan tanaman yaitu pada
umur 28 hari, penimbangan dengan menggunakan timbangan elektrik.
3.5.4

Bobot kering
Bobot kering tanaman ditimbang setelah tanaman dioven dengan suhu 80°
C selama 24 jam, di timbang menggunakan timbangan elektrik.

Variabel pendukung yang diamati meliputi :
3.5.5

pH tanah awal

3.5.6

C organik tanah awal

17

3.5.7

N total tanah awal

3.5.8

pH tanah setelah diberi vermikompos

3.5.9

C organik tanah setelah diberi vermikompos

3.5.10 N total tanah setelah diberi vermikompos

18

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Aplikasi vermikompos meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
pakcoy serta maningkatkan pH tanah dan kandungan hara tanah,
2. Aplikasi vermikompos pada media tanam pakcoy dengan dosis minimal 20%
per bobot tanah menghasilkan bobot basah dan bobot kering terbaik
dibandingkan dengan yang lainnya, sedangkan tinggi tanaman dan jumlah daun
terbaik diperoleh pada aplikasi vermikompos sebesar 10% per bobot tanah.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan guna mengetahui residu yang ditinggalkan
oleh pupuk vermikompos. Selain itu, perlu dilakukan penelitian yang dilakukan
di lahan lapang untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan
dan hasil produksi tanaman pakcoy.

28

PUSTAKA ACUAN

Adiningsih, S. J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif teknik rehabilitasi dan
pemanfaatan lahan alang-alang. hal. 29-50.
Agromedia, R. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia, Jakarta. Hal 80-81
Anonim. Tanaman Pakcoy . http://id.wikipedia.org/wiki/. Diunduh 15 November
2012.
Atiyeh,R.M., S. Subler, C.A. Edwards, G. Bachman, J.D. Metzger, and W.
Shuster. 2000. Effects of vermicomposts and composts on plant growth in
horticultural container media and soil. Pedobiologia, 44: 579-590.
BPPP. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Jakarta. 80 hlm
Hadiwiyono dan W.S. Dewi. 2000. Uji pengaruh penggunaan vermikompos,
Trichoderma viride dan mikoriza Vesikula arbuskula terhadap serangan
cendawan akar bengkak (Plasmodiophora brassicae Wor.) dan pertumbuhan
pada caisin. Caraka Tani 15 (2): 20-28.
Hakim, N., M. Y., Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong,
H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Ultisol. Universitas
Lampung, Lampung.
Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2006. Sawi dan Selada. Penebar
Swadaya. Jakarta, hal 41-49
Ismail S.A. 1997. Vermicology: The Biology of Earthworms. Chennai: Orient
Longman
Mahanani, C. R. L 2003. Pengaruh media tanam dan pupuk NPK terhadap
produki tanaman pak-choi (Brassica chinensis) varietas green pakchoi. (Skripsi). Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian. Institut
Pertanian Bogor, 56 hlm.
Mamta, K.A. Wani and R.J. Rao, 2012. Effect of Vermicomposton Growth of
Brinjal plant (Solanum Melongena) under Field Conditions. J. New Biol.
Rep., 1:25-28.

29

Manivannan, S., M.Balamurugan, K. Parthasarathi, G.Gunasekaran, and
L.S.Ranganathan. 2009. Effect of vermicompost on soil fertility and crop
productivity--beans (Phaseolus vulgaris). J. Environ. Biol. 30(2): 275-81.
Mashur, G. Djajakirana, Muladno. 2001. Kajian Pebaikan Teknologi Budidaya
Cacing Tanah Eisenia fetida Dengan memanfaatkan Limbah Organik Sebagai
Media. Med. Pet. 24 (1): 22-34.
Mashur. 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah). Instalasi Penelitian dan
Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Mataram. Mataram.
http:/kascing.comarticlemashurvermikompos.htm. Diakses tanggal 9 Januari
2013.
Pant, A., T.J.K. Radovich, N.V. Hue and N.Q. Arancon. 2011. Effects of
Vermicompost Tea (Aqueous Extract) on Pak Choi Yield, Quality, and on
Soil Biological Properties. Compost Science & Utilization. 19, (4): 279-292.
Prasetyo, B.H., H. Sosiawan, and S. Ritung. 2000. Soil of Pametikarata, East
Sumba: Its suitability and constraints for food crop development. Indon. J.
Agric. Sci. 1(1): 1-9.
Romaniuk, R., L. Giuffré, dan R. Romero. 2011. A Soil Quality Index to Evaluate
the Vermicompost Amendments Effects on Soil Properites. J. Agric. Sci. 2:
502-510.
Sanusi, M. dan S. Riyanto. 2003. Pertanian organik untuk menyelamatkan
ekosistem. Dalam Agustina, L., Syekhfani, D.A. Sunarto, U. Setyobudi, H.
Tarno, dan M. Muhtar (eds). Memasyarakatkan Pertanian Organik sebagai
Jembatan Menuju Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Prosiding
Lokakarya Nasional Pertanian Organik. Universitas Brawijaya Malang, 112
hlm
Sharma, A.R. dan B.N. Mittra, 1991. Effect of different rates of application of
organic and nitrogen fertilizers in a rice-based cropping system. J. Agric. Sci,
117: 313-318.
Sinha, R.K., S. Herat, S. Agarwal, R. Asadi and E. Carretero. 2002. Vermiculture
and Waste Management: Study of Action of Earthworms Elsinia foetida,
Eudrilus euginae and Perionyx excavatus on Biodegradation of Some
Community Wastes in India and Australia. The Environmentalist. 22 (3): 9094
Sinha, R.K. , S. Agarwal, K. Chauhan, and D.Valani. 2010. The wonders of
earthworms & its vermicompost in farm production: Charles Darwin’s
‘friends of farmers’, with potential to replace destructive chemical fertilizers.
J. Agric. Sci. 1: 76-94.
Soepraptohardjo, M. 1961. Tanah merah di Indonesia. Contr. Gen. Agric. Res.
Sta. No. 161. Bogor.

30

Sosrosoedirdjo, R.S., T.B. Bachtiar, Rifai, dan I.S. Prawiro. 1970. Ilmu Memupuk
II. Jakarta: Penerbit CV. Yasaguna, 80 hlm.
Suharta, N. dan B.H. Prasetyo. 1986. Karakterisasitanah-tanah berkembang dari
batuan granit di Kalimantan Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk
6: 51-60.
Sugito, Y., Y. Nuraini, dan E. Nihayati. 1995. Sistem Pertanian Organik.
Malang: Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 219 hlm.
Sutedjo, M.M., A.G. Kartosaputro, dan R.D.S. Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi
Tanah. (skripsi) Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Suwandi. 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman dalam Pengembangan
Inovasi Budi Daya Sayuran Berkelanjutan. Pengembangan Inovasi Pertanian
2(2): 131-147.
Syekhfani. 2003. Pengelolaan tanah secara organik. Dalam Agustina, L.,
Syekhfani, D.A. Sunarto, U. Setyobudi, H. Tarno, dan M. Muhtar (ed.).
Memasyarakatkan Pertanian Organik sebagai JembatanMenuju
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Lokakarya Nasional
Pertanian Organik. Universitas Brawijaya Malang, 130 hlm.
Trubus. 2007. Kascing Pengganti Pupuk. http://kascing.com. Diakses tanggal 29
Desember 2008.
Zahid, A. 1994. Manfaat Ekonomis Dan Ekologi Daur Ulang Limbah Kotoran
Ternak Sapi Menjadi Kascing. Studi Kasus Di PT. Pola Nusa Duta,Ciami