KAJIAN MENGENAI PUTUSAN MAHKAMAH INTERNASIONAL DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA KUIL PREAH VIHEAR ANTARA THAILAND DAN KAMBOJA BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL
A.Novindri Aji Sukma
ABSTRACT
STUDY ON THE INTERNATIONAL COURT OF JUSTICE JUDGEMENT
IN RESOLVING PREAH VIHEAR TEMPLE DISPUTES BETWEEN
THAILAND AND CAMBODIA UNDER INTERNATIONAL LAW
by
A. Novindri Aji Sukma
Preah Vihear temple territorial dispute between Thailand and Cambodia has been
going on since a long time. However, the conflict which led to casualties occurred
again since the temple was named as a world heritage site by UNESCO. Various
of problem-resolving both bilaterally and regionally has been done, however, the
relations between the two countries were not being improved. The conflict
actually extended from a point disputed as the result of differences in the
interpretation of the Court's Judgement 1962, so that Cambodia applied
interpretation of the 1962 Judgement back to the International Court of Justice
(ICJ) in 2011. The research was to investigate the process of the Preah Vihear
temple dispute between Cambodia and Thailand, then the reason that became the
legal basis of the International Court in deciding the dispute.
This research was a normative law through data collection procedures derived
from primary legal materials. Data obtained then processed were secondary data
from literature studies. Materials were from the sources of International law
related to International Court of Justice Regulation, International conventions and
other relevant sources of law. The data were then used to explain the problem by
looking at the facts associated with the rule of law and applicable legal theory.
This study resulted in the conclusion that in the dispute settlement process of
Preah Vihear temple, ICJ based on the article 60 Statute of ICJ and article 98 rules
of Court. The Court has jurisdiction to interpret the 1962 Judgement. Trial
processes were conducted through 5 stages started from the Application by
Cambodia based on request on 28 April 2011 No. 151 then Provisional Measure
to conduct cease-fire, Written Pleading about the difference of interpretation in
1962 Judgement delivered in the trial, Oral Pleading through presentation by both
parties until Judgement 11 November 2013 No. 151. The legal basis in the
settlement process consisted of United Nations Charter, the Statute of the Court,
A.Novindri Aji Sukma
Court Rules, 1978, Rules of Practice. The legal basis for the Court to resolve the
dispute consisted of evidences of prior agreements by France and Siam, general
principles of International Law such as the principle of Estoppel, supporting
evidences such as Annex I map and other supporting documents, and the
arguments of both sides in the trial, decision of 1962 Judgement that re-affirmed
through interpretation of the ICJ's Judgement 11 November 2013. In the process
of interpretation, ICJ adjudged that Cambodia's request for interpretation could be
accepted, and the term of 'surrounding area' and 'area' had the same meaning, as
well as the obligation of Thailand to withdraw troops from Cambodia's sovereign
territory. It is expected that the implementation effort can be done effectively and
minimize the conflict in the future and create peace between countries
Keywords : International Court Judgement, Disputes, Temple of Preah Vihear,
Thailand and Cambodia
A.Novindri Aji Sukma
ABSTRAK
KAJIAN MENGENAI PUTUSAN MAHKAMAH INTERNASIONAL
DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA KUIL PREAH VIHEAR
ANTARA THAILAND DAN KAMBOJA BERDASARKAN HUKUM
INTERNASIONAL
Oleh
A. Novindri Aji Sukma
Sengketa wilayah Kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja telah
berlangsung sejak lama. Namun, konflik yang menyebabkan korban kembali
terjadi semenjak kuil tersebut dinobatkan sebagai situs warisan dunia oleh
UNESCO. Berbagai usaha penyelesaian baik secara bilateral maupun regional
telah dilakukan, namun hubungan kedua negara tidak kunjung mengalami
perbaikan. Konflik yang terjadi justru meluas dari titik yang dipersengketakan
akibat dari perbedaan dalam penafsiran putusan Mahkamah tahun 1962 sehingga
Kamboja mengajukan penafsiran atas putusan tahun 1962 kembali ke Mahkamah
Internasional pada tahun 2011. Penelitian ini menyelidiki mengenai proses
penyelesaian sengketa kuil Preah Vihear antara Thailand dengan Kamboja serta
alasan yang menjadi dasar hukum Mahkamah Internasional dalam memutus
sengketa tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif melalui prosedur
pengumpulan data yang berasal dari bahan hukum primer. Data yang diperoleh
kemudian diolah yaitu data skunder dari studi kepustakaan. Materi dari sumber
hukum internasional terkait pengaturan Mahkamah Internasional konvensikonvensi Internasional dan sumber hukum lain yang terkait. Data tersebut
kemudian digunakan untuk menjelaskan permasalahan dengan melihat fakta-fakta
yang dikaitkan dengan aturan hukum dan teori hukum yang berlaku.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa dalam proses penyelesaian
sengketa Kuil Preah Vihear Mahkamah Internasional berdasarkan kepada pasal
60 statuta Mahkamah dan pasal 98 aturan Mahkamah, Mahkamah memiliki
yurisdiksi untuk menafsirkan putusan 1962. Proses persidangan melalui 5 tahap
antara lain mulai dari Permohonan (Application) oleh Kamboja melalui
permohonan 28 April 2011 No. 151, Kemudian Keputusan Sementara
(Provisional Measure) untuk melakukan gencatan senjata, Pembelaan tertulis
(Written Pleading) yang disampaikan mengenai perbedaan pendapat dari
A.Novindri Aji Sukma
keputusan 1962 dipersidangan, Pembelaan Lisan (Oral Pleading) melalui
presentasi argumen para pihak sampai dengan Putusan (Judgement) 11 November
2013 No. 151. Dasar hukum dalam proses penyelesaian berupa Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Statuta Mahkamah, Aturan Mahkamah 1978, Aturan
Praktek. Dasar hukum Mahkamah dalam menyelesaikan yaitu bukti- bukti
perjanjian terdahulu yaitu perjanjian antara Perancis dan Siam, prinsip hukum
umum seperti prinsip Estoppel, bukti-bukti pendukung seperti peta Annex I serta
bukti lainnya, dan argumen-argumen kedua belah pihak di persidangan. Dalam
proses penafsiran sesuai dengan keputusan 11 November 2013 Mahkamah
Internasional memutuskan bahwa permohonan penafsiran Kamboja dapat
diterima, istilah ‘daerah sekitar’ dan ‘areal’ memiliki arti yang sama, serta
kewajiban Thailand untuk menarik pasukan dari wilayah kedaulatan Kamboja.
Diharapkan upaya pelaksanaan dapat dilakukan secara efektif dan dapat
meminimalisir timbulnya konflik dikemudian hari dan menciptakan perdamaian
antar negara.
Kata Kunci : Putusan Mahkamah Internasional, Sengketa, Kuil Preah
Vihear, Thailand dan Kamboja
RIWAYAT HIDUP
A.Novindri Aji Sukma lahir di Kotabumi pada 13
November 1992, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Bapak Rusbani Adi Cahya, S.H dan Ibu
Erlin Mawarlina,S.P.d. Penulis menjalani kehidupan
sehari-hari dengan motivasi, cinta dan kasih sayang yang
selalu diberikan oleh keluarga tercinta.
Penulis menjalani Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Darmawanita Unila yang diselesaikan pada Tahun 1998.
Dilanjutkan pada jenjang Sekolah Dasar Negeri 2
Rajabasa Bandar Lampung, yang diselesaikan pada Tahun
2004. Sedangkan Pendidikan Menegah Pertama penulis selesaikan pada Tahun
2007 di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan. Selanjutnya, penulis
menyelesaikan Pendidikan Menengah Atas pada tahun 2010 di SMA Negeri 5
Bandar Lampung.
Penulis tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung
melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat pada Pertengahan
Juli 2010. Penulis telah aktif di berbagai organisasi kampus untuk mengasah
minat dan bakatnya sejak tahun pertama di universitas. Dimulai dengan tergabung
sebagai anggota UKM-U English Society Unila sebagai Debater dan telah
mengikuti berbagai kompetisi debat bahasa inggris baik regional maupun
nasional. Selain itu penulis juga terdaftar sebagai pengurus di beberapa organisasi
kampus seperti FOSSI, HIMA-HI, LEC serta tim perekam sidang KPK
berkerjasama dengan FH Unila. Penulis juga aktif di organisasi luar kampus
seperti Komunitas Gitaris Lampung, Lampung Model United Nations Club,
Scholarship Hunters, dsb. Sebagai mahasiswa yang aktif berorganisasi penulis
memperoleh berbagai macam penghargaan seperti juara lomba karya tulis ilmiah,
mahasiswa berprestasi tingkat universitas serta berbagai macam penghargaan
lainnya dengan mengikuti konferensi, forum, dll. Ketertarikan penulis di bidang
Hubungan Internasional membawa penulis memfokuskan diri untuk mendalami
Hukum Internasional. Prestasi penulis yang sangat membanggakan antara lain
telah membawa nama Universitas Lampung dan Indonesia di kancah Internasional
menjadi delegasi di Konferensi PBB di Florida, USA 2013 dan World MUN di
Brussels, Belgia 2014. Selain itu penulis juga di undang untuk menghadiri
Konferensi UNESCO dan manjadi satu-satunya delegasi dari Indonesia dan
mendapat penghargaan sebagai pemenang Youth Multimedia Competition di
Markas PBB, New York, USA pada tahun 2014.
Melalui pencapaian yang diperoleh selama menempuh studi penulis menyalurkan
ilmu yang diperoleh melalui kegiatan sosial masyarakat dengan aktif dalam
komunitas pemuda yang bergerak di bidang sosial. Sebagai wakil presiden
Indonesian Future Leaders Lampung penulis melaksanakan projek-projek sosial,
pemberdayaan pemuda dan kerelawanan bersama teman-teman relawan lainnya.
Tahun 2013 penulis menjadi salah satu mahasiswa yang terpilih untuk mengikuti
program beasiswa Study of United States Institute oleh U.S Department of State
selama 5 minggu di Ball State University, Indiana, Amerika Serikat untuk
mendalami ilmu mengenai Media dan Jurnalistik bersama dengan 7 mahasiswa
berprestasi lainnya dari seluruh Indonesia dan menjadi satu-satunya mahasiswa
dari Pulau Sumatra. Pengalaman yang penulis dapatkan selama dua bulan di
Amerika Serikat memicu penulis untuk terus belajar dan berkarya Selain itu
penulis juga telah mengikuti beberapa program pertukaran dan Fellowship di
beberapa negara seperti Hongkong, Taiwan dan sebagainya.
Mimpi untuk menjadi seorang Diplomat mendorong penulis terus belajar dan
berjuang untuk menggapai cita- cita dengan aktif di kegiatan- kegiatan positif
yang mendukung, serta melalui ilmu yang dimiliki penulis tidak lupa untuk
berkontribusi dengan mengisi acara sebagai pembicara dan motivator untuk
mahasiswa dan pelajar agar terus semangat menggapai cita-cita.
Fiat Justicia Ruat Caelum
“Hendaklah keadilan ditegakkan, walaupun langit akan runtuh”
Lucius Calpurnius Piso Caesoninus
“If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become
more, you are a leader”
John Quincy Adams
“Don’t give up now, because you never know that you are one step before finish
line”
Ahmad Novindri Aji Sukma
Persembahan
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT dan Nabi
Muhammad SAW, Kupersembahkan karya ini kepada:
Papa yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat
kepada anak-anaknya serta menjadi teladan bagi keluarga,
Mama tercinta yang selalu memberikan limpahan cinta kasih,
dukungan dan doa yang selalu menjadi kekuatan bagi penulis
dalam menyelesaikan studi
Abang dan adikku tersayang yang senantiasa memberikan
semangat, kasih sayang, dukungan, serta mendoakan penulis.
Almamaterku tercinta…
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Kajian Mengenai Putusan Mahkamah Internasional Dalam
Menyelesaikan Sengketa Kuil Preah Vihear Antara Thailand dan Kamboja
Berdasarkan Hukum Internasional” adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana hukum di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
2. Bapak Abdul Muthalib Tahar, S.H., M.H., selaku Ketua bagian Hukum
Internasional sekaligus Pembahas Utama atas kesediaannya meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik
dalam proses penyelesaian skripsi ini;
3. Ibu Melly Aida, S.H., M.H., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan,
saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4. Ibu Desy Churul Aini, S.H., M.H., selaku Pembimbing Kedua atas
kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5. Ibu Rehulina, S.H., M.H., selaku Pembahas Kedua atas kesediaannya
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan,
saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
6. Bapak Charles Jackson, S.H, M.H selaku Pembimbing Akademik;
7. Dosen Fakultas Hukum, khususnya bagian Hukum Internasional (Bapak
Khaidir Anwar S.H., M.H.,Naek Siregar, S.H., M.H., Ahmad Sofyan, S.H.,
M.H.,Bayu Sujadmiko S.H., M.H.,Rudi Natamihardja S.H., M.H., Ibu Widya
Krulinasari, S.H., M.H., Ria Wierma S.H., M.H., Siti Azizah S.H., M.H), atas
bimbingan dan masukannya dalam penyelesaian skripsi ini;
8. Bapak Marjiyono, Bapak Sujarwo dan Bapak Supendi selaku Staf
Administrasi Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas
Lampung, atas bantuan, saran dan masukannya serta motivasinya dalam
menyelesaikan skripsi ini;
9. Kedua Orang Tuaku Erlin Marwalina, S.Pd dan Rusbani Adi Cahya, S.H
Nenek dan Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakan;
10. Abang dan adikku Noverdi Puja Saputra,S.H, Ade Gamma Gusthreehan atas
dukungan dan doannya, gapai selalu cita-cita kalian;
11. UKM-U English Society Unila (ESo) yang memberikan ilmu, pengalaman
dan teman- teman yang luar biasa, ( My Best Partner in Crime Rio Sanjaya,
Anwar, Fadhil, Dwi, Fadlan, Dani, Irfan, Vani, Uli, Wisnu, Ria, Irfan, Desi,
Mba Desi, Mba Dede, Mba Candra, Ko Heri, Kak Arif, Kak Tian)
12. Squad of International Law 2010 (Haves, Jaya, Jeffry, Insan, Oji, Aryo, Ade,
Reza, Emi, Asha, Siska dan Mba Aldis) atas rasa kekeluargaan, kebersamaan,
dukungan dan pengalaman yang luar biasa yang kalian berikan. Akan selalu
mengingat hari dimana kita bersama;
13. Sahabat Indonesian Future Leaders Chapter Lampung yang selalu
menginspirasi untuk dukungan dan kebersamaannya selama ini ;
14. Sahabat Program Study of United States Institute (SUSI) 2013, New Media in
Journalism, (Bowo, Zacky, Amelia, Mega, Aca, Nden, Melia, Fitri, Mary,
Suzy, Mike, Terry, Jeff, Michelle, Kayln, Amanda) untuk pengalaman yang
tak terlupakan dan ilmu yang luar biasa;
15. Sahabat seperjuangan SDN 2 Rajabasa, SMPN 1 Natar, SMAN 5
B.Lampung, FH Unila 2010, FOSSI, Persikusi, GenBI, KGL, Lampung MUN
Club, Mujahid Forces (Gian,Afid,Tama,Ilham) yang selalu mendukung;
16. Seluruh Guru-Guruku yang telah memberikan ilmunya sampai saat ini (Ibu
Paulina, Miss. Zul, Miss. Ari, Miss. Preni, Mam Endang , Ummi Yenny);
17. Kepada semua pihak yang terlibat namun tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 15 Juli 2014
Penulis,
A.NOVINDRI AJI SUKMA
DAFTAR ISI
ABSTRACT
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERSEMBAHAN
MOTTO
RIWAYAT HIDUP
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
I.
Halaman
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 10
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 10
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 11
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian-Pengertian ........................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Kajian .......................................................................... 14
2.1.2 Pengertian Sengketa ..................................................................... 15
2.2 Prinsip-Prinsip Penyelesaian Sengketa secara Damai ........................... 16
2.2.1 Prinsip Itikad Baik ........................................................................ 16
2.2.2 Prinsip Larangan Penggunaan Kekerasan dalam Sengketa
Bersenjata .................................................................................... 16
2.2.3 Prinsip Kebebasan Memilih Cara Penyelesaian Sengketa ............ 17
2.2.4 Prinsip Kebebasan memilih Hukum yang akan Diterapkan pada
Pokok Sengketa ............................................................................ 17
2.2.5 Prinsip Kesepakatan Para Pihak yang Bersengketa ....................... 18
2.2.6 Prinsip Exhaustion of Local Remidies .......................................... 18
2.2.7 Prinsip-Prinsip Hukum Internasional tentang Kedaulatan,
Kemerdekaan, dan Integritas Wilayah Negara-Negara ................ 19
2.3 Penyelesaian Sengketa Internasional secara Politik atau Diplomatik.... 20
2.3.1 Penyelesaian dalam Kerangka antar Negara ................................. 20
2.3.2 Penyelesaian Sengketa Internasional dalam Kerangka PBB ........ 24
2.3.3 Penyelesaian dalam Kerangka Organisasi-Organisasi dan
Badan- Badan Regional ............................................................... 28
2.4 Penyelesaian Sengketa secara Hukum ................................................... 29
2.4.1 Arbitrasi Internasional ................................................................... 29
2.4.2 Mahkamah Internasional ................................................................ 30
2.5 Penyelesaian Sengketa melalui Mahkamah Internasional ..................... 34
2.5.1 Struktur Mahkamah Internasional ................................................. 38
2.5.2 Yurisdiksi Mahkamah Internasional ............................................. 41
2.5.3 Keputusan Mahkamah Internasional ............................................. 45
2.6 Gambaran Umum Wilayah Thailand ...................................................... 48
2.6.1 Sejarah ........................................................................................... 48
2.6.2 Letak Geografis ............................................................................. 49
2.6.3 Kebudayaan ................................................................................... 50
2.6.4 Ekonomi ........................................................................................ 51
2.6.5 Politik Pemerintahan ..................................................................... 52
2.7 Gambaran Umum Wilayah Kamboja ...................................................... 52
2.7.1 Sejarah ........................................................................................... 52
2.7.2 Letak Geografis ............................................................................. 54
2.7.3 Kebudayaan ................................................................................... 54
2.7.4 Ekonomi ........................................................................................ 55
2.7.5 Politik Pemerintahan ..................................................................... 56
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 57
3.2 Pendekatan Masalah ............................................................................... 59
3.3 Sumber Data ............................................................................................ 60
3.4 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................................... 61
3.4.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 61
3.4.2 Metode Pengolahan Data ............................................................ 62
3.5 Analisis Data ......................................................................................... 62
IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Sengketa Kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja ................... 64
4.1.1 Sejarah Kuil Preah Vihear ............................................................ 64
4.1.2 Penyebab Terjadinya Konflik Antara Thailand dan Kamboja ....... 68
4.2 Proses Penyelesaian Sengketa Kuil Preah Vihear Antara Thailand
Dan Kamboja di Mahkamah Internasional ............................................ 76
4.2.1 Proses Peradilan dan Putusan Mahkamah Internasional 1962 ....... 80
4.2.2 Proses Peradilan Tahun 2011 dan Putusan Mahkamah
Internasional Tahun 2013............................................................... 88
4.2.3 Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Kuil Preah Vihear
antara Thailand dan Kamboja di Mahkamah Internasional ....... 103
4.3 Kajian Mengenai Dasar Hukum Mahkamah Internasional dalam
Menyelesaikan Sengketa Kuil Preah Vihear Thailand dan Kamboja ..108
4.3.1 Putusan Mahkamah Internasional 1962 ......................................108
4.3.2 Dasar Hukum dan Pertimbangan Mahkamah Internasional .......109
4.3.3 Putusan Mahkamah Internasional 2013 .......................................113
4.3.4 Dasar Hukum dan Pertimbangan Mahkamah Internasional .......113
4.3.5 Analisis Putusan Mahkamah Internasional 1962 dan 2013 ........117
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................130
5.2 Saran .....................................................................................................132
Daftar Pustaka
Daftar Singkatan
ASEAN
: Association of Southeast Asian Nations
DK-PBB
: Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa
ICC
: International Criminal Court
ICJ
: International Court of Justice
IMF
: International Monetary Fund
KTT-ASEAN : Konferensi Tingkat Tinggi Association of Southeast Asian
Nations
LBB
: Liga Bangsa- Bangsa
MI
: Mahkamah Internasional
MoU
: Memorandum of Understanding
PBB
: Perserikatan Bangsa-Bangsa
PCIJ
: Permanent Court of International of Justice
TAC
: Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia
UNESCO
: United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization
UNSCOM
: United Nations Special Comission
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Gambar Kuil Preah Vihear ...................................................................... 69
2.
Gambar Peta Kuil Preah Vihear ............................................................... 70
3.
Gambar Wilayah Areal sekitar Kuil yang menjadi Sengketa ................... 72
4.
Gambar Peta Annex I ................................................................................ 73
5.
Gambar Batas pada Peta Annex I ............................................................. 74
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Permasalahan di dalam hubungan Internasional merupakan hal yang tidak dapat
dihindari oleh setiap negara. Hal ini menyangkut hubungan antara negara dalam
mempertahankan kedaulatan maupun kepentingan masing-masing, sehingga
timbul suatu perselisihan internasional akibat dari interaksi yang dilakukan antar
negara. Penyebab dari sengketa dapat terjadi akibat berbagai macam
permasalahan seperti faktor politik, ekonomi, sosial, bahkan budaya. Hal ini bisa
saja menimbulkan suatu permasalahan besar berupa sengketa yang melibatkan
berbagai negara maupun organisasi internasional.
Hubungan Internasional dalam hal ini sudah tertuang di dalam Konvensi
Montevideo 1933 mengenai unsur-unsur berdirinya suatu negara, salah satunya
menyatakan syarat dari terbentuknya negara yang paling penting adalah mampu
menjalin hubungan internasional dengan negara lain, tujuannya adalah adanya
sikap saling membutuhkan satu negara dengan negara lainnya, karena tidak ada
satu negara yang dapat memenuhi kebutuhan negaranya sendiri tanpa bantuan dari
negara lain. Apabila suatu negara menjalin hubungan internasional dengan negara
lain, banyak dampak positif yang dihasilkan dan tidak dipungkiri lagi selain
dampak positif yang didapatkan sisi negatifnya pun ada, misalkan suatu negara
2
terlibat suatu pertikaian atau sengketa internasional di antara
kedua negara,
banyak kasus yang sering menyebabkan ketegangan di antara negara yang bertikai
dan banyak kasus yang terjadi yang menyebabkan masalah .1
Upaya-upaya penyelesaian terhadap sengketa internasional telah menjadi
perhatian yang cukup penting di masyarakat internasional sejak awal abad ke-20.
Upaya-upaya ini ditunjukan untuk menciptakan hubungan antarnegara yang lebih
baik berdasarkan prinsip perdamaian dan keamanan internasional.2 Peran hukum
internasional dalam penyelesaian sengketa internasional adalah memberikan cara
bagaimana para pihak yang bersengketa menyelesaikan sengketanya menurut
hukum internasional. Dalam perkembangan awalnya, hukum internasional
mengenal 2 cara penyelesaian, yaitu cara penyelesaian secara damai dan perang
(militer).3 Cara perang untuk menyelesaikan sengketa merupakan cara yang telah
diakui dan dipraktikan sejak lama. Bahkan perang telah juga dijadikan sebagai
alat atau instrumen dan kebijakan luar negeri. Sebagai contoh Napoleon
Bonaparte menggunakan perang untuk menguasai wilayah-wilayah di Eropa di
abad XIX.4
1
Dewa Gede Sudika Mangku, (2012), Suatu Kajian Tentang Penyelesaian Sengketa Internasional
Termasuk di dalam tubuh ASEAN, Jurnal Perspektif Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,
Volume XVII No. 3 Tahun 2012, hlm. 150 Sebagaimana Diakses pada
http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/201303002803047914/3.pdf 12 Januari 2014 Pukul 18.04 WIB
2
Ion Diaconu, Peaceful Settlement of Disputes between States: History and Prospects, dalam R.
St. J. MacDonald and Douglas M. Johnson (eds), The Structure and Process of Internastional
Law: Essays in Legal Philosophy Doctrine and Theory, Martinus Nijhoff, 1986, hlm. 1095
Sebagaimana Dikutip dalam Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, (Jakarta:
Raja Grasindo Persada, 2008), hlm. 1
3
Huala Adolf, Ibid.
4
Jose Sette-Camara, Methods of Obligatory Settlement of Disputes, In Bedjaoui (ed.),
International Law: Achievements and Prospects, The Netherlands: Martinus Nijihoff Publishers,
1997, hlm.520 Sebagaimana Dikutip dalam Huala Adolf, Ibid.
3
Ketentuan hukum positif menyebutkan bahwa penggunaan kekerasan dalam
hubungan antar negara sudah dilarang dan oleh karena itu sengketa-sengketa
internasional harus diselesaikan secara damai. Keharusan untuk menyelesaikan
sengketa secara damai ini, pada mulanya dicantumkan dalam pasal 1 Konvensi
mengenai penyelesaian sengketa-sengketa secara damai yang ditandatangani di
Den Haag pada tanggal 18 Oktober 1907, yang kemudian dikukuhkan oleh Pasal
2 ayat 3 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan selanjutnya oleh
deklarasi prinsip-prinsip Hukum Internasional mengenai hubungan bersahabat dan
kerjasama antar negara yang diterima oleh majelis umum Perserikatan BangsaBangsa (PBB) pada tanggal 24 Oktober 1970. Deklarasi tersebut meminta agar
semua negara menyelesaikan sengketa mereka dengan cara damai agar
perdamaian, keamanan internasional dan keadilan tidak sampai terganggu.5
Negara memiliki unsur- unsur sebagai suatu kedaulatan, yakni adanya teritorial
dan batas- batas tertentu. Setiap negara memiliki perbatasan berdasarkan beragam
kriteria. Namun, batas politik suatu negaralah yang paling sering memicu
perdebatan dan sengketa. Beberapa kasus bahkan menyulut pecahnya konflik
bersenjata antara dua negara yang masih terus berlangsung hingga saat ini.6 Di
dalam konflik internasional, persoalan wilayah menjadi sangat penting yang
sering menimbulkan permasalahan, karena hal tersebut merupakan sifat alamiah
teritorial sebuah negara yang berdaulat. Konflik atas kontrol wilayah dapat
dibedakan dalam dua variasi: Perselisihan teritorial (mengenai garis perbatasan)
5
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dinamika
Global, Edisi Kedua, cet ke-4, (Bandung: Alumni, 2011) hlm. 193
6
10
Sengketa
Wilayah
Paling
Kontroversial
Sebagaimana
Diakses
pada
http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/09/10-sengketa-wilayah-paling-kontroversial
14
Januari 2014 Pukul 13.21 WIB
4
dan
konflik
atas
kontrol
keseluruhan
wilayah
termasuk
perbatasan.
Mempertimbangkan perbedaan utama mengenai penarikan garis batas antara
kedua negara tersebut, maka negara harus mengontrol wilayah
yang
diperselisihkan. Karena nilai wilayah negara hampir sama dengan kesetiaan dan
kefanatikan, perselisihan batas negara cenderung menjadi persoalan yang rumit
dalam hubungan internasional. Negara tidak akan menukar wilayahnya untuk
mendapatkan uang atau imbalan dalam bentuk apapun. Negara pun tidak akan
cepat melupakan wilayah yang hilang secara paksa akibat dari sengketa.7
Permasalahan mengenai perbatasan ditunjukan dengan terjadinya kasus- kasus
sengketa perbatasan yang sering terjadi khususnya di kawasan Asia-Pasifik.
Hingga saat ini banyak negara menghadapi persoalan perbatasan dengan
tetangganya yang belum terselesaikan lewat perundingan.8 Bahkan kebiasaan
menunda penyelesaian masalah justru menambah rumit persoalan. Beberapa
persoalan perbatasan dan dispute territorial (perselisihan teritorial) yang cukup
mengusik harmonisasi antar negara maupun keamanan kawasan, antara lain;
Sengketa Indonesia dan Malaysia mengenai garis perbatasan di perairan laut
Sulawesi menyusul perubahan status kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan, dan
garis perbatasan di pulau Kalimantan (salah satunya mengenai blok Ambalat),
Perbedaan pendapat dan kepentingan antara Indonesia, Australia dan Timor Leste
di perairan Celah Timor, Konflik historis antara Malaysia dan Filipina mengenai
7
Dewi Utariah, Makalah Konflik Internasional, FISIP Universitas Padjajaran, 2006 hlm 1
Sebagaimana diakses pada
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/konflik_internasional.pdf 26 November
2013 Pukul 14.41 WIB
8
Indo Dwi Haryono, Konflik Perbatasan Negara di Kawasan Asia-Pasifik, hlm 2-3 Sebagaimana
diakses pada
http://indronet.files.wordpress.com/2007/09/konflik-perbatasan-asia-pasifikrefisi1.pdf
26 November 2013 Pukul 14.53 WIB
5
klaim Filipina atas wilayah Kesultanan Sabah Malaysia Timur dan lain
sebagainya.9 Berbagai kasus sengketa mengenai perbatasan yang terjadi tentunya
sangat mempengaruhi hubungan regional antara negara. Sebagai negara tetangga
tentunya hubungan regional baik harus terjalin, begitu juga segala bentuk
sengketa yang terjadi haruslah di selesaikan melalui jalan damai sebagaimana
amanat dari Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB).
Kasus sengketa yang sejak dahulu berlangsung sampai dengan saat ini salah
satunya adalah sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja yang
memperebutkan warisan budaya berupa Kuil Preah Vihear yang telah berdiri
sejak abad ke-11.10 Konflik antara Thailand dan Kamboja berpusat pada Candi
Preah Vihear yang terletak sekitar 400 Kilometer utara Phanom Penh. Pada tahun
1954, pasukan Thailand menempati dan mengklaim Preah Vihear, lalu 5 tahun
kemudian Kamboja membawa Thailand ke Mahkamah Internasional dengan dasar
kesepakatan dari masa kolonial dan dokumen lainnya sebagai
usaha untuk
memperoleh kembali apa yang menjadi warisan budaya, dengan berpendapat
bahwa kuil merupakan bagian dari kompleks Angkor Wat, 140 Kilometer barat
daya kompleks tersebut.11 Mengingat pentingnya situs warisan budaya ini bagi
masing-masing negara, sengketa Kuil Preah Vihear sejak 1962 telah memicu
konflik berdarah antara Thailand dan Kamboja. Konflik mengenai kuil Preah
9
Ibid.
UNESCO, World Herritage List, Temple of Preah Vihear Sebagaimana diakses pada
http://whc.unesco.org/en/list/1224 26 November 2013 Pukul 14.54 WIB
11
Dokuman lengkap untuk kasus ini dapat dilihat di website ICJ “contentious cases” (www.icjcij.org), Thailand initially argued the court had no jurisdiction to hear this case, but the court
ruled unanimously that it did. “Case concerning the Temple of Preah Vihear” (Cambodia v.
Thailand), Preliminary Objections, Keputusan 26 May 1961: ICJ Reports 1961, hlm. 17.
10
6
Vihear kembali pecah pada 22 April 2011.12 Pemerintah Kamboja dan Thailand
mengklaim bahwa kuil tersebut milik kedua negara. Pada tahun 1962, Mahkamah
Internasional di Den Haag memutuskan bahwa candi dari abad ke-11 itu milik
Kamboja dengan dasar peta dari wilayah bekas jajahan Perancis Franco-Simase
1908 dengan jelas menunjukan kuil berada di garis Kamboja. Sehingga Thailand
wajib menarik pasukan, polisi dan penjaga dari kuil dan sekitarnya serta
mengembalikan objek dari area tersebut yang diambil olehnya. Thailand
mengakui keputusan Mahkamah Internasional dan segera menarik pasukan dan
polisi. Hal ini sudah menjadi kebijakan pemerintah Thailand sejak kompleks Kuil
berada di wilayah kedaulatan Kamboja.13
Penyelesaian konflik ini sudah dibawa ke meja perundingan baik melalui jalur
diplomatik, hukum, maupun dalam kerangka organisasi internasional dan badan
regional seperti Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), kemudian
Perserikatan Bangsa- Bangsa melalui Dewan Keamanan turut membahas konflik
tersebut di meja perundingan dengan mengundang wakil dari Thailand dan
Kamboja untuk menyelesaikan konflik yang berlarut-larut. Kamboja telah
meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) untuk
mengerahkan pasukan pemelihara perdamaian PBB ke perbatasan itu. Tapi dewan
yang beranggota 15 negara itu menyatakan dalam satu pernyataan perannya akan
dibatasi dengan cara mendukung usaha-usaha regional dan usaha-usaha bilateral
12
Kamboja Minta Pengadilan Internasional Tangani Konflik, Sebagaimana Diakses pada
http://international.okezone.com/read/2011/05/03/411/452842/kamboja-minta-pengadilaninternasional-tangani-konflik 14 Januari 2014 Pukul 14.29 WIB
13
Dapat dilihat di website ICJ “Case concerning the Temple of Preah Vihear (Cambodia v.
Thailand)”, (www.icj-cij.org), merits, Keputusan of 15 June 1962, ICJ Reports, 1962, hlm. 36;
press briefing on Thailand’s pleadings before the ICJ, Thai foreign ministry, 16 June 2011.
7
untuk merundingkan diakhirinya konflik tersebut. Kamboja telah meminta DKPBB untuk mengadakan sidang darurat mengenai isu itu. Pada awalnya para
anggota DK enggan membawa perselisihan itu ke New York tapi akhirnya setuju
mengadakan sidang, namun DK tetap berharap isu tersebut akan ditangani
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagai badan regional. 14
Konflik tersebut memicu kekerasan serius pada awal tahun 2011, sengketa ini
telah menguji kapasitas Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) yang
belum pernah sebelumnya untuk menyelesaikan konflik di antaranya anggota
sendiri. ASEAN menyatakan sebagai sebuah organisasi dari negara cinta damai.
Disusunnya
Deklarasi
Bangkok
8
Agustus
1967
berkomitmen
untuk
mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional. Mengikuti Perjanjian 1976
Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asian ( TAC ) yang dikembangkan
oleh lima anggota pendiri, termasuk Thailand, untuk mempromosikan perdamaian
persahabatan dan kerjasama yang kekal. Organisasi ini dipandu oleh sejumlah
prinsip utama termasuk
non-campur tangan dalam urusan internal satu lain,
penyelesaian perbedaan atau perselisihan dengan damai serta penolakan terhadap
ancaman atau penggunaan kekuatan. Namun, penyelesaian melalui Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN masih menemui titik terang walaupun sudah
melibatkan negara-negara regional sebagai mediator dikarenakan menemui
banyak kendala.15
14
Berita dapat diakses pada http://www.antaranews.com/berita/246145/dk-pbb-serahkanpenyelesaian-konflik-thailand-kamboja-kepada-asean 14 Januari 2014 Pukul 14.31 WIB
15
International Crisis Group, ‘Waging Peace: ASEAN and the Thai-Cambodian Border ‘, Conflict,
Asia
Report
N°215,
6
December
2011,
Sebagaimana
Diakses
Pada
http://www.crisisgroup.org/en/publication-type/media-releases/2011/asia/waging-peace-asean-thethai-cambodian-border-conflict.aspx 14 Januari 2014, Pukul 14.01 WIB
8
Thailand dan Kamboja juga saling tuding mengenai siapa yang pertama kali
menarik pelatuk senjata. Menurut pemerintah Thailand, insiden dimulai ketika
pasukan Kamboja menembaki pihak Thailand. Sedangkan menurut pemerintah
Kamboja, militer Thailand melanggar garis perbatasan dan menyerang pos militer
Kamboja di sepanjang perbatasan dari Ta Krabey hingga wilayah Chub Koki yang
berada jauh di tengah wilayah Kamboja. Tujuannya untuk mengambil alih kedua
candi yang diklaim milik Kamboja.16 Hingga saat ini, 18 Prajurit kedua belah
pihak 8 tentara Thailand 9 tentara Kamboja dan seorang warga sipil Thailand
dinyatakan tewas serta kemudian dari 50 ribu warga dievakuasi ke pusat- pusat
pengungsian.17
Mahkamah Internasional telah memutuskan bahwa kuil ini milik Kamboja pada
tahun 1962, namun tidak mengeluarkan putusan tentang areal perbukitan di
sekitar Kuil. Thailand menegaskan bahwa mereka memiliki lahan di perbukitan
ini. Kamboja meminta klarifikasi Mahkamah Internasional pada 28 April 2011
dengan mengisi permintaan kepada Mahkamah Internasional untuk menafsirkan
keputusan 1962 mengenai sengketa kepemilikan Kuil Preah Vihear antara
Thailand dan Kamboja yang keputusanya menyatakan bahwa Kuil Preah Vihear
berada di bawah kedaulatan Kamboja berdasarkan peta batas wilayah yang dibuat
oleh pendahulu kedua negara tersebut pada tahun 1904-1908. Permintaan tersebut
diajukan 6 hari setelah pecah bentrok bersenjata dengan Thailand di daerah
16
Ibid.
Perang Thailand Kamboja 18 Orang Terbunuh, Berita dapat diakses pada
http://harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4328:perang-thailandkamboja-18-orang-terbunuh&catid=3:luar-negeri&Itemid=79 26 November 2013 Pukul 14.55
WIB
17
9
perbatasan.18 Puluhan ribu orang mengungsi yang memaksa Kamboja meminta
klarifikasi Mahkamah atas putusan pada 1962.19 Pada tanggal 11 November 2013
Mahkamah secara bulat menyatakan bahwa Kamboja memiliki kedaulatan di areal
sekitar Preah Vihear, dan sebagai konsekuensinya, Thailand berkewajiban
menarik pasukan militer dan polisinya dari daerah tersebut sesuai putusan yang
dibacakan di Den Haag, sebagaimana dilansir dalam siaran pers Mahkamah
Internasional.20 Sejak berdiri pada tahun 1945 dengan dasar piagam Perserikatan
Bangsa- Bangsa, Mahkamah Internasional merupakan pengadilan Internasional
yang menyelesaikan persengketaan hukum antara negara- negara dan memberikan
nasehat atau opini hukum menurut hukum internasional yang sah sebagai organ
PBB atau badan khusus21 sehingga keputusan yang dikeluarkan berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak akan mengikat bagi masing-masing negara.
Berdasarkan uraian diatas penulis, tertarik untuk membahas dan menganalisis
lebih lanjut tentang proses penyelesaian sengketa kuil Preah Vihear antara
Thailand dan Kamboja serta apa yang menjadi dasar pertimbangan Mahkamah
Internasional dalam memutus sengketa perbatasan tersebut, ke dalam bentuk
skripsi yang berjudul : “Kajian Mengenai
Putusan Mahkamah Internasional
dalam Menyelesaikan Sengketa Kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja
Berdasarkan Hukum Internasional”.
18
Kamboja mengajukan permintaan untuk menerjemahkan putusan Mahkamah pada 15 Juni 1962
dalam kasus Kuil Preah Vihear (Cambodia-Thailand) dan juga meminta untuk indikasi penting
dari provisional measures”, press release, ICJ, 2 May 2011, Sebagaimana Diakes Pada
http://www.icj-cij.org/docket/files/151/16480.pdf 8 Februari 2014 Pukul 23.36 WIB
19
Berita dapat diakses pada http://www.pelitaonline.com/mobile/detail.php?id=131517
26 November 2013 Pukul 19.23 WIB
20
Sebagaimana diakses pada
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=46461&Cr=court+of+justice&Cr1=#.UpSmXdL
rw1Y 26 November 2013 Pukul 20.49 WIB
21
Ibid.
10
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan diatas, yang menjadi permasalahan
dalam penulisan ini adalah :
1.
Bagaimana proses penyelesaian sengketa kuil Preah Vihear antara Thailand
dan Kamboja di Mahkamah Internasional ?
2.
Apa
yang
menjadi
dasar
hukum
Mahkamah
Internasional
dalam
menyelesaikan sengketa kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja?
1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok pembahasan serta rumusan masalah di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk :
a. Menjelaskan dan menganalisis proses penyelesaian sengketa kuil Preah
Vihear antara Thailand dan Kamboja melalui Mahkamah Internasional.
b. Mengkaji dan menganalisis dasar hukum Mahkamah Internasional dalam
menyelesaikan sengketa kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini berguna untuk memberikan kontribusi dalam pengembangan
pemikiran dan kemampuan mengenai karya ilmiah berdasarkan konsep
keilmuan yang telah dipelajari. Kemudian sebagai kontribusi pengetahuan
dari topik yang di bahas yaitu mengenai peran Mahkamah Internasional
11
dalam menyelesaikan sengketa perbatasan Kamboja dan Thailand serta
analisis dari putusan Mahkamah Internasional.
b.
Kegunaan Praktis
Sebagai hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi dan sarana referensi bagi pembaca dalam kaitanya dengan
penegakan hukum internasional bagi pelanggaran yang terjadi, agar
kedepanya baik mahasiswa, dosen maupun masyarakat mengetahui proses
bagaimana peran Mahkamah Internasional dalam memutus suatu sengketa
internasional.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mengkaji mengenai proses penyelesaian sengketa kuil
Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja di Mahkamah Internasional serta
dasar hukum dari Mahkamah Internasional dalam memutuskan sengketa
tersebut.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab, yang bertujuan untuk
memberikan kemudahan bagi pembaca untuk mendapatkan kerangka pokok
penulisan secara sistematis dan berurutan.
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara singkat mengenai sengketa perbatasan yang terjadi
di wilayah Kamboja dan Thailand. Latar belakang permasalahan yaitu sejarah
12
terjadinya sengketa perbatasan serta tindakan- tindakan yang dilakukan oleh
kedua negara dalam menyelesaikan sengketa dan peran Mahkamah
Internasional sebagai badan penyelesaian sengketa internasional yang dipilih
oleh kedua negara untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Selain itu pada bab
ini dicantumkan tujuan umum dari penelitian dan kegunaan penelitian sebagai
sumber pengetahuan bagi pembaca. Kemudian, pada bab ini juga dipaparkan
mengenai sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan secara teoritis dan singkat mengenai konsep penyelesaian
sengketa internasional, landasan hukum dalam penyelesaian sengketa
internasional, dasar hukum pembentukan Mahkamah Internasional, peran
organisasi internasional dalam hal ini Mahkamah Internasional sebagai
lembaga penyelesaian sengketa internasional, tujuan Mahkamah Internasional
dan putusan Mahkamah Internasional.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan langkah- langkah yang digunakan dalam penulisan skripsi
ini. Kemudian metode yang digunakan dalam pendekatan masalah, sumber
data dan teknik pengumpulan data sehingga dapat diolah kemudian dianalisis
secara komprehensif dari data yang diperoleh untuk memudahkan dalam
melakukan penelitian skripsi ini.
13
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas mengenai hasil dari penelitian bagaimana peran Mahkamah
Internasional dalam menyelesaikan sengketa perbatasan antara Kamboja dan
Thailand melalui proses persidangan di Mahkamah Internasional, serta dasar
dari putusan yang dijatuhkan oleh Mahkamah Internasional terhadap sengketa
tersebut. Dari analisis putusan Mahkamah Internasional tersebut akan didapat
landasan
hukum
dan
pertimbangan
Mahkamah
Internasional
dalam
memutuskan sengketa antara Kamboja dan Thailand.
Bab V Penutup
Bab ini menguraikan bagian terakhir dari penelitian yang terdiri dari
kesimpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan pada skripsi ini.
Dijelaskan secara komprehensif pokok- pokok dari permasalahan dan solusi
dari inti permasalahan tersebut secara singkat dan jelas. Kemudian,
dicantumkan juga saran yang diharapkan dapat membangun untuk kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi/ Pengertian yang Relevan
2.1.1 Pengertian Kajian
Oxford compact english dictionary mendefinisikan kajian sebagai the systematic
investigation into and study of materials, and sources in order to establish facts
and reach the new conclusion
23
yang berarti penelusuran yang dilakukan secara
sistematis dalam studi materil dan sumber untuk membangun fakta dan mencapai
kesimpulan baru. Ilmu pengetahuan merupakan suatu pernyatan yang berdasar
atau memiliki rasionalisasi sehingga dapat dibuktikan secara empiris.
Sedang kepercayaan adalah sesuatu yang diyakini tanpa perlu ada pembuktian
empiris, tanpa proses rasionalisasi, dan umumnya bersifat subjektif dan implisit.
Jadi pada dasarnya Ilmu pengetahuan hanya berangkat dari kepercayaan atau
keyakinan terhadap sesuatu yang dilanjuti dengan keinginan untuk membuktikan
sesuatu itu benar atau dengan kata lain ilmu pengetahuan merupakan bentuk
rasionalisasi terhadap kepercayaan, sehingga kerpercayaan itu dapat diterima
secara masal. Kajian adalah proses rasionalisasi dan pembuktian empirik terhadap
kepercayaan atau ketidakpercayaan menjadi pemahaman atau ilmu pengetahuan
23
Oxford Online Dictionary, Sebagaimana dikutip dalam www.isical.ac.in/~palash/researchmethodology/RM-intro.pdf, 12 Januari 2014, Pukul 14.03 WIB
15
2.1.2 Pengertian Sengketa
Sengketa adalah suatu pertentangan atas kepentingan, tujuan dan/ atau
pemahaman antara 2 (dua) pihak atau lebih. Sengketa akan menjadi masalah
hukum apabila pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan
atau perlawanan terhadap hak yang dilanggar, dan atau tuntutan terhadap
kewajiban atau tanggung jawab.24 Sengketa dalam konflik internasional terbagi
menjadi 2 macam, yaitu sengketa hukum (legal or judicial disputes) dan sengketa
politik (political or nonjusticiable dispute).25 Namun sengketa yang terjadi antara
Kamboja dan Thailand merupakan sengketa internasional mengenai perbatasan
yang melibatkan kedua batas wilayah negara yang sama-sama mengklaim
kepemilikan dari wilayah tersebut. Kedua negara sama- sama memiliki kedaulatan
penuh terhadap batas teritorialnya, namun yang terjadi adalah saling klaim antara
kedua negara.
Demi
mempertahankan
kedaulatan (sovereignty) dan hak-hak berdaulat
(sovereignty rights) antar negara serta menyelesaikan semua persoalan yang
berkaitan dengan hubungan international, negara perlu menetapkan perbatasan
wilayah baik dimensi perbatasan darat maupun perbatasan laut dan udara.
Penetapan perbatasan wilayah (Border Zone) tersebut dapat dilakukan sesuai
ketentuan hukum international agar dapat memberikan kepastian hukum,
24
Sengketa, Sebagaimana diakses pada http://www.bakti-arb.org/arbitrase.html 27 November
2013 Pukul 11.04 WIB
25
Huala Adolf, Op.Cit. hlm. 3
16
kemanfaatan hukum dan keadilan bagi masyarakat yang mendiami wilayah
perbatasan dimaksud.26
2.2 Prinsip- Prinsip Penyelesaian Sengketa Secara Damai
2.2.1 Prinsip Itikad Baik ( Good Faith )
Prinsip itikad baik dapat dikatakan sebagai prinsip fundamental dan paling sentral
dalam penyelesaian sengeta antarnegara. Prinsip ini mensyaratkan dan
mewajibkan adanya itikad baik dari para pihak dalam menyelesaikan sengketanya.
Tidak heran apabila prinsip ini dicantumkan sebagai prinsip pertama (awal) yang
termuat dalam Manila Declaration (Section 1 paragraph 1).27
2.2.2 Prinsip Larangan Penggunaan Kekerasan dalam Penyelesaian Sengketa
Prinsip ini sangat sentral dan penting. Prinsip inilah yang melarang para pihak
untuk menyelesaikan sengketanya dengan menggunakan senjata (kekerasan).
Prinsip ini termuat antara lain dalam Pasal 13 Bali Concord dan preambule ke-4
Deklarasi Manila. Pasal 13 Bali Concord antara lain menyatakan :
In case of disputes on matters directly affecting them, they shall refrain from the
threat or use of force and shall at all time settle such disputes among themselves
through friendly negotiations.
Dalam berbagai perjanjian International lainnya, prinsip ini tampak dalam Pasal 5
Pakta Liga Negara-Negara Arab 1945 (Pact of the League of Arab States), Pasal 1
dan 2 the Inter-American Treaty of Reciprocal Assistant (1947), dan lain-lain.28
26
Perbatasan Wilayah Menurut Hukum Internasional, Sebagaimana diakses pada
http://kupang.tribunnews.com/2012/03/07/perbatasan-wilayah-menurut-hukum-international
27
November 2013 Pukul 11.04 WIB
27
Mengenai bunyi Section 1 Paragraph 1 Deklarasi Manila Sebagaimana dikutip dalam Huala
Adolf, Op. Cit. hlm. 15
28
Huala Adolf, Op. Cit. hlm. 16
17
2.2.3 Prinsip Kebebasan Memilih Cara-Cara Penyelesaian Sengketa
Prinsip penting lainnya adalah prinsip di mana para pihak memilih kebebasan
penuh untuk menentukan dan memilih cara atau meknisme bagaimana
sengketanya diselesaikan (principle of free choice of mens). Prinsip ini termuat
dalam pasal 33 ayat (1) Piagam PBB dan Section paragraph 3 dan 10 Deklarasi
Manila dan paragraf ke-5 dari friendly Relations Declaration. Instrumen hukum
tersebut menegaskan bahwa penyerahan sengketa dan prosedur penyelesaian
sengketa atau cara-cara penyelesaian sengketa harus didasarkan keinginan bebas
para pihak. Kebebasan ini berlaku baik untuk sengketa yang telah terjadi atau
sengketa yang akan datang.29
2.2.4 Prinsip Kebebasan Memilih Hukum yang akan Diterapkan terhadap
Pokok Sengketa
Prinsip fundamental selanjutnya yang sangat penting adalah prinsip kebebasan
para pihak untuk menentukan sendiri hukum apa yang akan diterapkan bila
sengketanya diselesaikan oleh badan peradilan. Kebebasan para pihak untuk
menentukan hukum ini termasuk kebebasan untuk memilih kepatutan dan
kelayakan ( ex aequo et bono ).30 Yang terakhir ini adalah sumber bagi pengadilan
untuk memutus sengketa berdasarkan prinsip keadilan, kepatuhan, atau
kelay
ABSTRACT
STUDY ON THE INTERNATIONAL COURT OF JUSTICE JUDGEMENT
IN RESOLVING PREAH VIHEAR TEMPLE DISPUTES BETWEEN
THAILAND AND CAMBODIA UNDER INTERNATIONAL LAW
by
A. Novindri Aji Sukma
Preah Vihear temple territorial dispute between Thailand and Cambodia has been
going on since a long time. However, the conflict which led to casualties occurred
again since the temple was named as a world heritage site by UNESCO. Various
of problem-resolving both bilaterally and regionally has been done, however, the
relations between the two countries were not being improved. The conflict
actually extended from a point disputed as the result of differences in the
interpretation of the Court's Judgement 1962, so that Cambodia applied
interpretation of the 1962 Judgement back to the International Court of Justice
(ICJ) in 2011. The research was to investigate the process of the Preah Vihear
temple dispute between Cambodia and Thailand, then the reason that became the
legal basis of the International Court in deciding the dispute.
This research was a normative law through data collection procedures derived
from primary legal materials. Data obtained then processed were secondary data
from literature studies. Materials were from the sources of International law
related to International Court of Justice Regulation, International conventions and
other relevant sources of law. The data were then used to explain the problem by
looking at the facts associated with the rule of law and applicable legal theory.
This study resulted in the conclusion that in the dispute settlement process of
Preah Vihear temple, ICJ based on the article 60 Statute of ICJ and article 98 rules
of Court. The Court has jurisdiction to interpret the 1962 Judgement. Trial
processes were conducted through 5 stages started from the Application by
Cambodia based on request on 28 April 2011 No. 151 then Provisional Measure
to conduct cease-fire, Written Pleading about the difference of interpretation in
1962 Judgement delivered in the trial, Oral Pleading through presentation by both
parties until Judgement 11 November 2013 No. 151. The legal basis in the
settlement process consisted of United Nations Charter, the Statute of the Court,
A.Novindri Aji Sukma
Court Rules, 1978, Rules of Practice. The legal basis for the Court to resolve the
dispute consisted of evidences of prior agreements by France and Siam, general
principles of International Law such as the principle of Estoppel, supporting
evidences such as Annex I map and other supporting documents, and the
arguments of both sides in the trial, decision of 1962 Judgement that re-affirmed
through interpretation of the ICJ's Judgement 11 November 2013. In the process
of interpretation, ICJ adjudged that Cambodia's request for interpretation could be
accepted, and the term of 'surrounding area' and 'area' had the same meaning, as
well as the obligation of Thailand to withdraw troops from Cambodia's sovereign
territory. It is expected that the implementation effort can be done effectively and
minimize the conflict in the future and create peace between countries
Keywords : International Court Judgement, Disputes, Temple of Preah Vihear,
Thailand and Cambodia
A.Novindri Aji Sukma
ABSTRAK
KAJIAN MENGENAI PUTUSAN MAHKAMAH INTERNASIONAL
DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA KUIL PREAH VIHEAR
ANTARA THAILAND DAN KAMBOJA BERDASARKAN HUKUM
INTERNASIONAL
Oleh
A. Novindri Aji Sukma
Sengketa wilayah Kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja telah
berlangsung sejak lama. Namun, konflik yang menyebabkan korban kembali
terjadi semenjak kuil tersebut dinobatkan sebagai situs warisan dunia oleh
UNESCO. Berbagai usaha penyelesaian baik secara bilateral maupun regional
telah dilakukan, namun hubungan kedua negara tidak kunjung mengalami
perbaikan. Konflik yang terjadi justru meluas dari titik yang dipersengketakan
akibat dari perbedaan dalam penafsiran putusan Mahkamah tahun 1962 sehingga
Kamboja mengajukan penafsiran atas putusan tahun 1962 kembali ke Mahkamah
Internasional pada tahun 2011. Penelitian ini menyelidiki mengenai proses
penyelesaian sengketa kuil Preah Vihear antara Thailand dengan Kamboja serta
alasan yang menjadi dasar hukum Mahkamah Internasional dalam memutus
sengketa tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif melalui prosedur
pengumpulan data yang berasal dari bahan hukum primer. Data yang diperoleh
kemudian diolah yaitu data skunder dari studi kepustakaan. Materi dari sumber
hukum internasional terkait pengaturan Mahkamah Internasional konvensikonvensi Internasional dan sumber hukum lain yang terkait. Data tersebut
kemudian digunakan untuk menjelaskan permasalahan dengan melihat fakta-fakta
yang dikaitkan dengan aturan hukum dan teori hukum yang berlaku.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa dalam proses penyelesaian
sengketa Kuil Preah Vihear Mahkamah Internasional berdasarkan kepada pasal
60 statuta Mahkamah dan pasal 98 aturan Mahkamah, Mahkamah memiliki
yurisdiksi untuk menafsirkan putusan 1962. Proses persidangan melalui 5 tahap
antara lain mulai dari Permohonan (Application) oleh Kamboja melalui
permohonan 28 April 2011 No. 151, Kemudian Keputusan Sementara
(Provisional Measure) untuk melakukan gencatan senjata, Pembelaan tertulis
(Written Pleading) yang disampaikan mengenai perbedaan pendapat dari
A.Novindri Aji Sukma
keputusan 1962 dipersidangan, Pembelaan Lisan (Oral Pleading) melalui
presentasi argumen para pihak sampai dengan Putusan (Judgement) 11 November
2013 No. 151. Dasar hukum dalam proses penyelesaian berupa Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Statuta Mahkamah, Aturan Mahkamah 1978, Aturan
Praktek. Dasar hukum Mahkamah dalam menyelesaikan yaitu bukti- bukti
perjanjian terdahulu yaitu perjanjian antara Perancis dan Siam, prinsip hukum
umum seperti prinsip Estoppel, bukti-bukti pendukung seperti peta Annex I serta
bukti lainnya, dan argumen-argumen kedua belah pihak di persidangan. Dalam
proses penafsiran sesuai dengan keputusan 11 November 2013 Mahkamah
Internasional memutuskan bahwa permohonan penafsiran Kamboja dapat
diterima, istilah ‘daerah sekitar’ dan ‘areal’ memiliki arti yang sama, serta
kewajiban Thailand untuk menarik pasukan dari wilayah kedaulatan Kamboja.
Diharapkan upaya pelaksanaan dapat dilakukan secara efektif dan dapat
meminimalisir timbulnya konflik dikemudian hari dan menciptakan perdamaian
antar negara.
Kata Kunci : Putusan Mahkamah Internasional, Sengketa, Kuil Preah
Vihear, Thailand dan Kamboja
RIWAYAT HIDUP
A.Novindri Aji Sukma lahir di Kotabumi pada 13
November 1992, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Bapak Rusbani Adi Cahya, S.H dan Ibu
Erlin Mawarlina,S.P.d. Penulis menjalani kehidupan
sehari-hari dengan motivasi, cinta dan kasih sayang yang
selalu diberikan oleh keluarga tercinta.
Penulis menjalani Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Darmawanita Unila yang diselesaikan pada Tahun 1998.
Dilanjutkan pada jenjang Sekolah Dasar Negeri 2
Rajabasa Bandar Lampung, yang diselesaikan pada Tahun
2004. Sedangkan Pendidikan Menegah Pertama penulis selesaikan pada Tahun
2007 di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan. Selanjutnya, penulis
menyelesaikan Pendidikan Menengah Atas pada tahun 2010 di SMA Negeri 5
Bandar Lampung.
Penulis tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung
melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat pada Pertengahan
Juli 2010. Penulis telah aktif di berbagai organisasi kampus untuk mengasah
minat dan bakatnya sejak tahun pertama di universitas. Dimulai dengan tergabung
sebagai anggota UKM-U English Society Unila sebagai Debater dan telah
mengikuti berbagai kompetisi debat bahasa inggris baik regional maupun
nasional. Selain itu penulis juga terdaftar sebagai pengurus di beberapa organisasi
kampus seperti FOSSI, HIMA-HI, LEC serta tim perekam sidang KPK
berkerjasama dengan FH Unila. Penulis juga aktif di organisasi luar kampus
seperti Komunitas Gitaris Lampung, Lampung Model United Nations Club,
Scholarship Hunters, dsb. Sebagai mahasiswa yang aktif berorganisasi penulis
memperoleh berbagai macam penghargaan seperti juara lomba karya tulis ilmiah,
mahasiswa berprestasi tingkat universitas serta berbagai macam penghargaan
lainnya dengan mengikuti konferensi, forum, dll. Ketertarikan penulis di bidang
Hubungan Internasional membawa penulis memfokuskan diri untuk mendalami
Hukum Internasional. Prestasi penulis yang sangat membanggakan antara lain
telah membawa nama Universitas Lampung dan Indonesia di kancah Internasional
menjadi delegasi di Konferensi PBB di Florida, USA 2013 dan World MUN di
Brussels, Belgia 2014. Selain itu penulis juga di undang untuk menghadiri
Konferensi UNESCO dan manjadi satu-satunya delegasi dari Indonesia dan
mendapat penghargaan sebagai pemenang Youth Multimedia Competition di
Markas PBB, New York, USA pada tahun 2014.
Melalui pencapaian yang diperoleh selama menempuh studi penulis menyalurkan
ilmu yang diperoleh melalui kegiatan sosial masyarakat dengan aktif dalam
komunitas pemuda yang bergerak di bidang sosial. Sebagai wakil presiden
Indonesian Future Leaders Lampung penulis melaksanakan projek-projek sosial,
pemberdayaan pemuda dan kerelawanan bersama teman-teman relawan lainnya.
Tahun 2013 penulis menjadi salah satu mahasiswa yang terpilih untuk mengikuti
program beasiswa Study of United States Institute oleh U.S Department of State
selama 5 minggu di Ball State University, Indiana, Amerika Serikat untuk
mendalami ilmu mengenai Media dan Jurnalistik bersama dengan 7 mahasiswa
berprestasi lainnya dari seluruh Indonesia dan menjadi satu-satunya mahasiswa
dari Pulau Sumatra. Pengalaman yang penulis dapatkan selama dua bulan di
Amerika Serikat memicu penulis untuk terus belajar dan berkarya Selain itu
penulis juga telah mengikuti beberapa program pertukaran dan Fellowship di
beberapa negara seperti Hongkong, Taiwan dan sebagainya.
Mimpi untuk menjadi seorang Diplomat mendorong penulis terus belajar dan
berjuang untuk menggapai cita- cita dengan aktif di kegiatan- kegiatan positif
yang mendukung, serta melalui ilmu yang dimiliki penulis tidak lupa untuk
berkontribusi dengan mengisi acara sebagai pembicara dan motivator untuk
mahasiswa dan pelajar agar terus semangat menggapai cita-cita.
Fiat Justicia Ruat Caelum
“Hendaklah keadilan ditegakkan, walaupun langit akan runtuh”
Lucius Calpurnius Piso Caesoninus
“If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become
more, you are a leader”
John Quincy Adams
“Don’t give up now, because you never know that you are one step before finish
line”
Ahmad Novindri Aji Sukma
Persembahan
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT dan Nabi
Muhammad SAW, Kupersembahkan karya ini kepada:
Papa yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat
kepada anak-anaknya serta menjadi teladan bagi keluarga,
Mama tercinta yang selalu memberikan limpahan cinta kasih,
dukungan dan doa yang selalu menjadi kekuatan bagi penulis
dalam menyelesaikan studi
Abang dan adikku tersayang yang senantiasa memberikan
semangat, kasih sayang, dukungan, serta mendoakan penulis.
Almamaterku tercinta…
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Kajian Mengenai Putusan Mahkamah Internasional Dalam
Menyelesaikan Sengketa Kuil Preah Vihear Antara Thailand dan Kamboja
Berdasarkan Hukum Internasional” adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana hukum di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
2. Bapak Abdul Muthalib Tahar, S.H., M.H., selaku Ketua bagian Hukum
Internasional sekaligus Pembahas Utama atas kesediaannya meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik
dalam proses penyelesaian skripsi ini;
3. Ibu Melly Aida, S.H., M.H., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan,
saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4. Ibu Desy Churul Aini, S.H., M.H., selaku Pembimbing Kedua atas
kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5. Ibu Rehulina, S.H., M.H., selaku Pembahas Kedua atas kesediaannya
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan,
saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
6. Bapak Charles Jackson, S.H, M.H selaku Pembimbing Akademik;
7. Dosen Fakultas Hukum, khususnya bagian Hukum Internasional (Bapak
Khaidir Anwar S.H., M.H.,Naek Siregar, S.H., M.H., Ahmad Sofyan, S.H.,
M.H.,Bayu Sujadmiko S.H., M.H.,Rudi Natamihardja S.H., M.H., Ibu Widya
Krulinasari, S.H., M.H., Ria Wierma S.H., M.H., Siti Azizah S.H., M.H), atas
bimbingan dan masukannya dalam penyelesaian skripsi ini;
8. Bapak Marjiyono, Bapak Sujarwo dan Bapak Supendi selaku Staf
Administrasi Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas
Lampung, atas bantuan, saran dan masukannya serta motivasinya dalam
menyelesaikan skripsi ini;
9. Kedua Orang Tuaku Erlin Marwalina, S.Pd dan Rusbani Adi Cahya, S.H
Nenek dan Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakan;
10. Abang dan adikku Noverdi Puja Saputra,S.H, Ade Gamma Gusthreehan atas
dukungan dan doannya, gapai selalu cita-cita kalian;
11. UKM-U English Society Unila (ESo) yang memberikan ilmu, pengalaman
dan teman- teman yang luar biasa, ( My Best Partner in Crime Rio Sanjaya,
Anwar, Fadhil, Dwi, Fadlan, Dani, Irfan, Vani, Uli, Wisnu, Ria, Irfan, Desi,
Mba Desi, Mba Dede, Mba Candra, Ko Heri, Kak Arif, Kak Tian)
12. Squad of International Law 2010 (Haves, Jaya, Jeffry, Insan, Oji, Aryo, Ade,
Reza, Emi, Asha, Siska dan Mba Aldis) atas rasa kekeluargaan, kebersamaan,
dukungan dan pengalaman yang luar biasa yang kalian berikan. Akan selalu
mengingat hari dimana kita bersama;
13. Sahabat Indonesian Future Leaders Chapter Lampung yang selalu
menginspirasi untuk dukungan dan kebersamaannya selama ini ;
14. Sahabat Program Study of United States Institute (SUSI) 2013, New Media in
Journalism, (Bowo, Zacky, Amelia, Mega, Aca, Nden, Melia, Fitri, Mary,
Suzy, Mike, Terry, Jeff, Michelle, Kayln, Amanda) untuk pengalaman yang
tak terlupakan dan ilmu yang luar biasa;
15. Sahabat seperjuangan SDN 2 Rajabasa, SMPN 1 Natar, SMAN 5
B.Lampung, FH Unila 2010, FOSSI, Persikusi, GenBI, KGL, Lampung MUN
Club, Mujahid Forces (Gian,Afid,Tama,Ilham) yang selalu mendukung;
16. Seluruh Guru-Guruku yang telah memberikan ilmunya sampai saat ini (Ibu
Paulina, Miss. Zul, Miss. Ari, Miss. Preni, Mam Endang , Ummi Yenny);
17. Kepada semua pihak yang terlibat namun tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 15 Juli 2014
Penulis,
A.NOVINDRI AJI SUKMA
DAFTAR ISI
ABSTRACT
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERSEMBAHAN
MOTTO
RIWAYAT HIDUP
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
I.
Halaman
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 10
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 10
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 11
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian-Pengertian ........................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Kajian .......................................................................... 14
2.1.2 Pengertian Sengketa ..................................................................... 15
2.2 Prinsip-Prinsip Penyelesaian Sengketa secara Damai ........................... 16
2.2.1 Prinsip Itikad Baik ........................................................................ 16
2.2.2 Prinsip Larangan Penggunaan Kekerasan dalam Sengketa
Bersenjata .................................................................................... 16
2.2.3 Prinsip Kebebasan Memilih Cara Penyelesaian Sengketa ............ 17
2.2.4 Prinsip Kebebasan memilih Hukum yang akan Diterapkan pada
Pokok Sengketa ............................................................................ 17
2.2.5 Prinsip Kesepakatan Para Pihak yang Bersengketa ....................... 18
2.2.6 Prinsip Exhaustion of Local Remidies .......................................... 18
2.2.7 Prinsip-Prinsip Hukum Internasional tentang Kedaulatan,
Kemerdekaan, dan Integritas Wilayah Negara-Negara ................ 19
2.3 Penyelesaian Sengketa Internasional secara Politik atau Diplomatik.... 20
2.3.1 Penyelesaian dalam Kerangka antar Negara ................................. 20
2.3.2 Penyelesaian Sengketa Internasional dalam Kerangka PBB ........ 24
2.3.3 Penyelesaian dalam Kerangka Organisasi-Organisasi dan
Badan- Badan Regional ............................................................... 28
2.4 Penyelesaian Sengketa secara Hukum ................................................... 29
2.4.1 Arbitrasi Internasional ................................................................... 29
2.4.2 Mahkamah Internasional ................................................................ 30
2.5 Penyelesaian Sengketa melalui Mahkamah Internasional ..................... 34
2.5.1 Struktur Mahkamah Internasional ................................................. 38
2.5.2 Yurisdiksi Mahkamah Internasional ............................................. 41
2.5.3 Keputusan Mahkamah Internasional ............................................. 45
2.6 Gambaran Umum Wilayah Thailand ...................................................... 48
2.6.1 Sejarah ........................................................................................... 48
2.6.2 Letak Geografis ............................................................................. 49
2.6.3 Kebudayaan ................................................................................... 50
2.6.4 Ekonomi ........................................................................................ 51
2.6.5 Politik Pemerintahan ..................................................................... 52
2.7 Gambaran Umum Wilayah Kamboja ...................................................... 52
2.7.1 Sejarah ........................................................................................... 52
2.7.2 Letak Geografis ............................................................................. 54
2.7.3 Kebudayaan ................................................................................... 54
2.7.4 Ekonomi ........................................................................................ 55
2.7.5 Politik Pemerintahan ..................................................................... 56
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 57
3.2 Pendekatan Masalah ............................................................................... 59
3.3 Sumber Data ............................................................................................ 60
3.4 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................................... 61
3.4.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 61
3.4.2 Metode Pengolahan Data ............................................................ 62
3.5 Analisis Data ......................................................................................... 62
IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Sengketa Kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja ................... 64
4.1.1 Sejarah Kuil Preah Vihear ............................................................ 64
4.1.2 Penyebab Terjadinya Konflik Antara Thailand dan Kamboja ....... 68
4.2 Proses Penyelesaian Sengketa Kuil Preah Vihear Antara Thailand
Dan Kamboja di Mahkamah Internasional ............................................ 76
4.2.1 Proses Peradilan dan Putusan Mahkamah Internasional 1962 ....... 80
4.2.2 Proses Peradilan Tahun 2011 dan Putusan Mahkamah
Internasional Tahun 2013............................................................... 88
4.2.3 Analisis Proses Penyelesaian Sengketa Kuil Preah Vihear
antara Thailand dan Kamboja di Mahkamah Internasional ....... 103
4.3 Kajian Mengenai Dasar Hukum Mahkamah Internasional dalam
Menyelesaikan Sengketa Kuil Preah Vihear Thailand dan Kamboja ..108
4.3.1 Putusan Mahkamah Internasional 1962 ......................................108
4.3.2 Dasar Hukum dan Pertimbangan Mahkamah Internasional .......109
4.3.3 Putusan Mahkamah Internasional 2013 .......................................113
4.3.4 Dasar Hukum dan Pertimbangan Mahkamah Internasional .......113
4.3.5 Analisis Putusan Mahkamah Internasional 1962 dan 2013 ........117
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................130
5.2 Saran .....................................................................................................132
Daftar Pustaka
Daftar Singkatan
ASEAN
: Association of Southeast Asian Nations
DK-PBB
: Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa
ICC
: International Criminal Court
ICJ
: International Court of Justice
IMF
: International Monetary Fund
KTT-ASEAN : Konferensi Tingkat Tinggi Association of Southeast Asian
Nations
LBB
: Liga Bangsa- Bangsa
MI
: Mahkamah Internasional
MoU
: Memorandum of Understanding
PBB
: Perserikatan Bangsa-Bangsa
PCIJ
: Permanent Court of International of Justice
TAC
: Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia
UNESCO
: United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization
UNSCOM
: United Nations Special Comission
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Gambar Kuil Preah Vihear ...................................................................... 69
2.
Gambar Peta Kuil Preah Vihear ............................................................... 70
3.
Gambar Wilayah Areal sekitar Kuil yang menjadi Sengketa ................... 72
4.
Gambar Peta Annex I ................................................................................ 73
5.
Gambar Batas pada Peta Annex I ............................................................. 74
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Permasalahan di dalam hubungan Internasional merupakan hal yang tidak dapat
dihindari oleh setiap negara. Hal ini menyangkut hubungan antara negara dalam
mempertahankan kedaulatan maupun kepentingan masing-masing, sehingga
timbul suatu perselisihan internasional akibat dari interaksi yang dilakukan antar
negara. Penyebab dari sengketa dapat terjadi akibat berbagai macam
permasalahan seperti faktor politik, ekonomi, sosial, bahkan budaya. Hal ini bisa
saja menimbulkan suatu permasalahan besar berupa sengketa yang melibatkan
berbagai negara maupun organisasi internasional.
Hubungan Internasional dalam hal ini sudah tertuang di dalam Konvensi
Montevideo 1933 mengenai unsur-unsur berdirinya suatu negara, salah satunya
menyatakan syarat dari terbentuknya negara yang paling penting adalah mampu
menjalin hubungan internasional dengan negara lain, tujuannya adalah adanya
sikap saling membutuhkan satu negara dengan negara lainnya, karena tidak ada
satu negara yang dapat memenuhi kebutuhan negaranya sendiri tanpa bantuan dari
negara lain. Apabila suatu negara menjalin hubungan internasional dengan negara
lain, banyak dampak positif yang dihasilkan dan tidak dipungkiri lagi selain
dampak positif yang didapatkan sisi negatifnya pun ada, misalkan suatu negara
2
terlibat suatu pertikaian atau sengketa internasional di antara
kedua negara,
banyak kasus yang sering menyebabkan ketegangan di antara negara yang bertikai
dan banyak kasus yang terjadi yang menyebabkan masalah .1
Upaya-upaya penyelesaian terhadap sengketa internasional telah menjadi
perhatian yang cukup penting di masyarakat internasional sejak awal abad ke-20.
Upaya-upaya ini ditunjukan untuk menciptakan hubungan antarnegara yang lebih
baik berdasarkan prinsip perdamaian dan keamanan internasional.2 Peran hukum
internasional dalam penyelesaian sengketa internasional adalah memberikan cara
bagaimana para pihak yang bersengketa menyelesaikan sengketanya menurut
hukum internasional. Dalam perkembangan awalnya, hukum internasional
mengenal 2 cara penyelesaian, yaitu cara penyelesaian secara damai dan perang
(militer).3 Cara perang untuk menyelesaikan sengketa merupakan cara yang telah
diakui dan dipraktikan sejak lama. Bahkan perang telah juga dijadikan sebagai
alat atau instrumen dan kebijakan luar negeri. Sebagai contoh Napoleon
Bonaparte menggunakan perang untuk menguasai wilayah-wilayah di Eropa di
abad XIX.4
1
Dewa Gede Sudika Mangku, (2012), Suatu Kajian Tentang Penyelesaian Sengketa Internasional
Termasuk di dalam tubuh ASEAN, Jurnal Perspektif Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,
Volume XVII No. 3 Tahun 2012, hlm. 150 Sebagaimana Diakses pada
http://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/201303002803047914/3.pdf 12 Januari 2014 Pukul 18.04 WIB
2
Ion Diaconu, Peaceful Settlement of Disputes between States: History and Prospects, dalam R.
St. J. MacDonald and Douglas M. Johnson (eds), The Structure and Process of Internastional
Law: Essays in Legal Philosophy Doctrine and Theory, Martinus Nijhoff, 1986, hlm. 1095
Sebagaimana Dikutip dalam Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, (Jakarta:
Raja Grasindo Persada, 2008), hlm. 1
3
Huala Adolf, Ibid.
4
Jose Sette-Camara, Methods of Obligatory Settlement of Disputes, In Bedjaoui (ed.),
International Law: Achievements and Prospects, The Netherlands: Martinus Nijihoff Publishers,
1997, hlm.520 Sebagaimana Dikutip dalam Huala Adolf, Ibid.
3
Ketentuan hukum positif menyebutkan bahwa penggunaan kekerasan dalam
hubungan antar negara sudah dilarang dan oleh karena itu sengketa-sengketa
internasional harus diselesaikan secara damai. Keharusan untuk menyelesaikan
sengketa secara damai ini, pada mulanya dicantumkan dalam pasal 1 Konvensi
mengenai penyelesaian sengketa-sengketa secara damai yang ditandatangani di
Den Haag pada tanggal 18 Oktober 1907, yang kemudian dikukuhkan oleh Pasal
2 ayat 3 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan selanjutnya oleh
deklarasi prinsip-prinsip Hukum Internasional mengenai hubungan bersahabat dan
kerjasama antar negara yang diterima oleh majelis umum Perserikatan BangsaBangsa (PBB) pada tanggal 24 Oktober 1970. Deklarasi tersebut meminta agar
semua negara menyelesaikan sengketa mereka dengan cara damai agar
perdamaian, keamanan internasional dan keadilan tidak sampai terganggu.5
Negara memiliki unsur- unsur sebagai suatu kedaulatan, yakni adanya teritorial
dan batas- batas tertentu. Setiap negara memiliki perbatasan berdasarkan beragam
kriteria. Namun, batas politik suatu negaralah yang paling sering memicu
perdebatan dan sengketa. Beberapa kasus bahkan menyulut pecahnya konflik
bersenjata antara dua negara yang masih terus berlangsung hingga saat ini.6 Di
dalam konflik internasional, persoalan wilayah menjadi sangat penting yang
sering menimbulkan permasalahan, karena hal tersebut merupakan sifat alamiah
teritorial sebuah negara yang berdaulat. Konflik atas kontrol wilayah dapat
dibedakan dalam dua variasi: Perselisihan teritorial (mengenai garis perbatasan)
5
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dinamika
Global, Edisi Kedua, cet ke-4, (Bandung: Alumni, 2011) hlm. 193
6
10
Sengketa
Wilayah
Paling
Kontroversial
Sebagaimana
Diakses
pada
http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/09/10-sengketa-wilayah-paling-kontroversial
14
Januari 2014 Pukul 13.21 WIB
4
dan
konflik
atas
kontrol
keseluruhan
wilayah
termasuk
perbatasan.
Mempertimbangkan perbedaan utama mengenai penarikan garis batas antara
kedua negara tersebut, maka negara harus mengontrol wilayah
yang
diperselisihkan. Karena nilai wilayah negara hampir sama dengan kesetiaan dan
kefanatikan, perselisihan batas negara cenderung menjadi persoalan yang rumit
dalam hubungan internasional. Negara tidak akan menukar wilayahnya untuk
mendapatkan uang atau imbalan dalam bentuk apapun. Negara pun tidak akan
cepat melupakan wilayah yang hilang secara paksa akibat dari sengketa.7
Permasalahan mengenai perbatasan ditunjukan dengan terjadinya kasus- kasus
sengketa perbatasan yang sering terjadi khususnya di kawasan Asia-Pasifik.
Hingga saat ini banyak negara menghadapi persoalan perbatasan dengan
tetangganya yang belum terselesaikan lewat perundingan.8 Bahkan kebiasaan
menunda penyelesaian masalah justru menambah rumit persoalan. Beberapa
persoalan perbatasan dan dispute territorial (perselisihan teritorial) yang cukup
mengusik harmonisasi antar negara maupun keamanan kawasan, antara lain;
Sengketa Indonesia dan Malaysia mengenai garis perbatasan di perairan laut
Sulawesi menyusul perubahan status kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan, dan
garis perbatasan di pulau Kalimantan (salah satunya mengenai blok Ambalat),
Perbedaan pendapat dan kepentingan antara Indonesia, Australia dan Timor Leste
di perairan Celah Timor, Konflik historis antara Malaysia dan Filipina mengenai
7
Dewi Utariah, Makalah Konflik Internasional, FISIP Universitas Padjajaran, 2006 hlm 1
Sebagaimana diakses pada
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/konflik_internasional.pdf 26 November
2013 Pukul 14.41 WIB
8
Indo Dwi Haryono, Konflik Perbatasan Negara di Kawasan Asia-Pasifik, hlm 2-3 Sebagaimana
diakses pada
http://indronet.files.wordpress.com/2007/09/konflik-perbatasan-asia-pasifikrefisi1.pdf
26 November 2013 Pukul 14.53 WIB
5
klaim Filipina atas wilayah Kesultanan Sabah Malaysia Timur dan lain
sebagainya.9 Berbagai kasus sengketa mengenai perbatasan yang terjadi tentunya
sangat mempengaruhi hubungan regional antara negara. Sebagai negara tetangga
tentunya hubungan regional baik harus terjalin, begitu juga segala bentuk
sengketa yang terjadi haruslah di selesaikan melalui jalan damai sebagaimana
amanat dari Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB).
Kasus sengketa yang sejak dahulu berlangsung sampai dengan saat ini salah
satunya adalah sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja yang
memperebutkan warisan budaya berupa Kuil Preah Vihear yang telah berdiri
sejak abad ke-11.10 Konflik antara Thailand dan Kamboja berpusat pada Candi
Preah Vihear yang terletak sekitar 400 Kilometer utara Phanom Penh. Pada tahun
1954, pasukan Thailand menempati dan mengklaim Preah Vihear, lalu 5 tahun
kemudian Kamboja membawa Thailand ke Mahkamah Internasional dengan dasar
kesepakatan dari masa kolonial dan dokumen lainnya sebagai
usaha untuk
memperoleh kembali apa yang menjadi warisan budaya, dengan berpendapat
bahwa kuil merupakan bagian dari kompleks Angkor Wat, 140 Kilometer barat
daya kompleks tersebut.11 Mengingat pentingnya situs warisan budaya ini bagi
masing-masing negara, sengketa Kuil Preah Vihear sejak 1962 telah memicu
konflik berdarah antara Thailand dan Kamboja. Konflik mengenai kuil Preah
9
Ibid.
UNESCO, World Herritage List, Temple of Preah Vihear Sebagaimana diakses pada
http://whc.unesco.org/en/list/1224 26 November 2013 Pukul 14.54 WIB
11
Dokuman lengkap untuk kasus ini dapat dilihat di website ICJ “contentious cases” (www.icjcij.org), Thailand initially argued the court had no jurisdiction to hear this case, but the court
ruled unanimously that it did. “Case concerning the Temple of Preah Vihear” (Cambodia v.
Thailand), Preliminary Objections, Keputusan 26 May 1961: ICJ Reports 1961, hlm. 17.
10
6
Vihear kembali pecah pada 22 April 2011.12 Pemerintah Kamboja dan Thailand
mengklaim bahwa kuil tersebut milik kedua negara. Pada tahun 1962, Mahkamah
Internasional di Den Haag memutuskan bahwa candi dari abad ke-11 itu milik
Kamboja dengan dasar peta dari wilayah bekas jajahan Perancis Franco-Simase
1908 dengan jelas menunjukan kuil berada di garis Kamboja. Sehingga Thailand
wajib menarik pasukan, polisi dan penjaga dari kuil dan sekitarnya serta
mengembalikan objek dari area tersebut yang diambil olehnya. Thailand
mengakui keputusan Mahkamah Internasional dan segera menarik pasukan dan
polisi. Hal ini sudah menjadi kebijakan pemerintah Thailand sejak kompleks Kuil
berada di wilayah kedaulatan Kamboja.13
Penyelesaian konflik ini sudah dibawa ke meja perundingan baik melalui jalur
diplomatik, hukum, maupun dalam kerangka organisasi internasional dan badan
regional seperti Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), kemudian
Perserikatan Bangsa- Bangsa melalui Dewan Keamanan turut membahas konflik
tersebut di meja perundingan dengan mengundang wakil dari Thailand dan
Kamboja untuk menyelesaikan konflik yang berlarut-larut. Kamboja telah
meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) untuk
mengerahkan pasukan pemelihara perdamaian PBB ke perbatasan itu. Tapi dewan
yang beranggota 15 negara itu menyatakan dalam satu pernyataan perannya akan
dibatasi dengan cara mendukung usaha-usaha regional dan usaha-usaha bilateral
12
Kamboja Minta Pengadilan Internasional Tangani Konflik, Sebagaimana Diakses pada
http://international.okezone.com/read/2011/05/03/411/452842/kamboja-minta-pengadilaninternasional-tangani-konflik 14 Januari 2014 Pukul 14.29 WIB
13
Dapat dilihat di website ICJ “Case concerning the Temple of Preah Vihear (Cambodia v.
Thailand)”, (www.icj-cij.org), merits, Keputusan of 15 June 1962, ICJ Reports, 1962, hlm. 36;
press briefing on Thailand’s pleadings before the ICJ, Thai foreign ministry, 16 June 2011.
7
untuk merundingkan diakhirinya konflik tersebut. Kamboja telah meminta DKPBB untuk mengadakan sidang darurat mengenai isu itu. Pada awalnya para
anggota DK enggan membawa perselisihan itu ke New York tapi akhirnya setuju
mengadakan sidang, namun DK tetap berharap isu tersebut akan ditangani
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagai badan regional. 14
Konflik tersebut memicu kekerasan serius pada awal tahun 2011, sengketa ini
telah menguji kapasitas Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) yang
belum pernah sebelumnya untuk menyelesaikan konflik di antaranya anggota
sendiri. ASEAN menyatakan sebagai sebuah organisasi dari negara cinta damai.
Disusunnya
Deklarasi
Bangkok
8
Agustus
1967
berkomitmen
untuk
mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional. Mengikuti Perjanjian 1976
Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asian ( TAC ) yang dikembangkan
oleh lima anggota pendiri, termasuk Thailand, untuk mempromosikan perdamaian
persahabatan dan kerjasama yang kekal. Organisasi ini dipandu oleh sejumlah
prinsip utama termasuk
non-campur tangan dalam urusan internal satu lain,
penyelesaian perbedaan atau perselisihan dengan damai serta penolakan terhadap
ancaman atau penggunaan kekuatan. Namun, penyelesaian melalui Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN masih menemui titik terang walaupun sudah
melibatkan negara-negara regional sebagai mediator dikarenakan menemui
banyak kendala.15
14
Berita dapat diakses pada http://www.antaranews.com/berita/246145/dk-pbb-serahkanpenyelesaian-konflik-thailand-kamboja-kepada-asean 14 Januari 2014 Pukul 14.31 WIB
15
International Crisis Group, ‘Waging Peace: ASEAN and the Thai-Cambodian Border ‘, Conflict,
Asia
Report
N°215,
6
December
2011,
Sebagaimana
Diakses
Pada
http://www.crisisgroup.org/en/publication-type/media-releases/2011/asia/waging-peace-asean-thethai-cambodian-border-conflict.aspx 14 Januari 2014, Pukul 14.01 WIB
8
Thailand dan Kamboja juga saling tuding mengenai siapa yang pertama kali
menarik pelatuk senjata. Menurut pemerintah Thailand, insiden dimulai ketika
pasukan Kamboja menembaki pihak Thailand. Sedangkan menurut pemerintah
Kamboja, militer Thailand melanggar garis perbatasan dan menyerang pos militer
Kamboja di sepanjang perbatasan dari Ta Krabey hingga wilayah Chub Koki yang
berada jauh di tengah wilayah Kamboja. Tujuannya untuk mengambil alih kedua
candi yang diklaim milik Kamboja.16 Hingga saat ini, 18 Prajurit kedua belah
pihak 8 tentara Thailand 9 tentara Kamboja dan seorang warga sipil Thailand
dinyatakan tewas serta kemudian dari 50 ribu warga dievakuasi ke pusat- pusat
pengungsian.17
Mahkamah Internasional telah memutuskan bahwa kuil ini milik Kamboja pada
tahun 1962, namun tidak mengeluarkan putusan tentang areal perbukitan di
sekitar Kuil. Thailand menegaskan bahwa mereka memiliki lahan di perbukitan
ini. Kamboja meminta klarifikasi Mahkamah Internasional pada 28 April 2011
dengan mengisi permintaan kepada Mahkamah Internasional untuk menafsirkan
keputusan 1962 mengenai sengketa kepemilikan Kuil Preah Vihear antara
Thailand dan Kamboja yang keputusanya menyatakan bahwa Kuil Preah Vihear
berada di bawah kedaulatan Kamboja berdasarkan peta batas wilayah yang dibuat
oleh pendahulu kedua negara tersebut pada tahun 1904-1908. Permintaan tersebut
diajukan 6 hari setelah pecah bentrok bersenjata dengan Thailand di daerah
16
Ibid.
Perang Thailand Kamboja 18 Orang Terbunuh, Berita dapat diakses pada
http://harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4328:perang-thailandkamboja-18-orang-terbunuh&catid=3:luar-negeri&Itemid=79 26 November 2013 Pukul 14.55
WIB
17
9
perbatasan.18 Puluhan ribu orang mengungsi yang memaksa Kamboja meminta
klarifikasi Mahkamah atas putusan pada 1962.19 Pada tanggal 11 November 2013
Mahkamah secara bulat menyatakan bahwa Kamboja memiliki kedaulatan di areal
sekitar Preah Vihear, dan sebagai konsekuensinya, Thailand berkewajiban
menarik pasukan militer dan polisinya dari daerah tersebut sesuai putusan yang
dibacakan di Den Haag, sebagaimana dilansir dalam siaran pers Mahkamah
Internasional.20 Sejak berdiri pada tahun 1945 dengan dasar piagam Perserikatan
Bangsa- Bangsa, Mahkamah Internasional merupakan pengadilan Internasional
yang menyelesaikan persengketaan hukum antara negara- negara dan memberikan
nasehat atau opini hukum menurut hukum internasional yang sah sebagai organ
PBB atau badan khusus21 sehingga keputusan yang dikeluarkan berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak akan mengikat bagi masing-masing negara.
Berdasarkan uraian diatas penulis, tertarik untuk membahas dan menganalisis
lebih lanjut tentang proses penyelesaian sengketa kuil Preah Vihear antara
Thailand dan Kamboja serta apa yang menjadi dasar pertimbangan Mahkamah
Internasional dalam memutus sengketa perbatasan tersebut, ke dalam bentuk
skripsi yang berjudul : “Kajian Mengenai
Putusan Mahkamah Internasional
dalam Menyelesaikan Sengketa Kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja
Berdasarkan Hukum Internasional”.
18
Kamboja mengajukan permintaan untuk menerjemahkan putusan Mahkamah pada 15 Juni 1962
dalam kasus Kuil Preah Vihear (Cambodia-Thailand) dan juga meminta untuk indikasi penting
dari provisional measures”, press release, ICJ, 2 May 2011, Sebagaimana Diakes Pada
http://www.icj-cij.org/docket/files/151/16480.pdf 8 Februari 2014 Pukul 23.36 WIB
19
Berita dapat diakses pada http://www.pelitaonline.com/mobile/detail.php?id=131517
26 November 2013 Pukul 19.23 WIB
20
Sebagaimana diakses pada
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=46461&Cr=court+of+justice&Cr1=#.UpSmXdL
rw1Y 26 November 2013 Pukul 20.49 WIB
21
Ibid.
10
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan diatas, yang menjadi permasalahan
dalam penulisan ini adalah :
1.
Bagaimana proses penyelesaian sengketa kuil Preah Vihear antara Thailand
dan Kamboja di Mahkamah Internasional ?
2.
Apa
yang
menjadi
dasar
hukum
Mahkamah
Internasional
dalam
menyelesaikan sengketa kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja?
1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok pembahasan serta rumusan masalah di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk :
a. Menjelaskan dan menganalisis proses penyelesaian sengketa kuil Preah
Vihear antara Thailand dan Kamboja melalui Mahkamah Internasional.
b. Mengkaji dan menganalisis dasar hukum Mahkamah Internasional dalam
menyelesaikan sengketa kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini berguna untuk memberikan kontribusi dalam pengembangan
pemikiran dan kemampuan mengenai karya ilmiah berdasarkan konsep
keilmuan yang telah dipelajari. Kemudian sebagai kontribusi pengetahuan
dari topik yang di bahas yaitu mengenai peran Mahkamah Internasional
11
dalam menyelesaikan sengketa perbatasan Kamboja dan Thailand serta
analisis dari putusan Mahkamah Internasional.
b.
Kegunaan Praktis
Sebagai hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi dan sarana referensi bagi pembaca dalam kaitanya dengan
penegakan hukum internasional bagi pelanggaran yang terjadi, agar
kedepanya baik mahasiswa, dosen maupun masyarakat mengetahui proses
bagaimana peran Mahkamah Internasional dalam memutus suatu sengketa
internasional.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mengkaji mengenai proses penyelesaian sengketa kuil
Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja di Mahkamah Internasional serta
dasar hukum dari Mahkamah Internasional dalam memutuskan sengketa
tersebut.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab, yang bertujuan untuk
memberikan kemudahan bagi pembaca untuk mendapatkan kerangka pokok
penulisan secara sistematis dan berurutan.
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara singkat mengenai sengketa perbatasan yang terjadi
di wilayah Kamboja dan Thailand. Latar belakang permasalahan yaitu sejarah
12
terjadinya sengketa perbatasan serta tindakan- tindakan yang dilakukan oleh
kedua negara dalam menyelesaikan sengketa dan peran Mahkamah
Internasional sebagai badan penyelesaian sengketa internasional yang dipilih
oleh kedua negara untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Selain itu pada bab
ini dicantumkan tujuan umum dari penelitian dan kegunaan penelitian sebagai
sumber pengetahuan bagi pembaca. Kemudian, pada bab ini juga dipaparkan
mengenai sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan secara teoritis dan singkat mengenai konsep penyelesaian
sengketa internasional, landasan hukum dalam penyelesaian sengketa
internasional, dasar hukum pembentukan Mahkamah Internasional, peran
organisasi internasional dalam hal ini Mahkamah Internasional sebagai
lembaga penyelesaian sengketa internasional, tujuan Mahkamah Internasional
dan putusan Mahkamah Internasional.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan langkah- langkah yang digunakan dalam penulisan skripsi
ini. Kemudian metode yang digunakan dalam pendekatan masalah, sumber
data dan teknik pengumpulan data sehingga dapat diolah kemudian dianalisis
secara komprehensif dari data yang diperoleh untuk memudahkan dalam
melakukan penelitian skripsi ini.
13
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas mengenai hasil dari penelitian bagaimana peran Mahkamah
Internasional dalam menyelesaikan sengketa perbatasan antara Kamboja dan
Thailand melalui proses persidangan di Mahkamah Internasional, serta dasar
dari putusan yang dijatuhkan oleh Mahkamah Internasional terhadap sengketa
tersebut. Dari analisis putusan Mahkamah Internasional tersebut akan didapat
landasan
hukum
dan
pertimbangan
Mahkamah
Internasional
dalam
memutuskan sengketa antara Kamboja dan Thailand.
Bab V Penutup
Bab ini menguraikan bagian terakhir dari penelitian yang terdiri dari
kesimpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan pada skripsi ini.
Dijelaskan secara komprehensif pokok- pokok dari permasalahan dan solusi
dari inti permasalahan tersebut secara singkat dan jelas. Kemudian,
dicantumkan juga saran yang diharapkan dapat membangun untuk kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi/ Pengertian yang Relevan
2.1.1 Pengertian Kajian
Oxford compact english dictionary mendefinisikan kajian sebagai the systematic
investigation into and study of materials, and sources in order to establish facts
and reach the new conclusion
23
yang berarti penelusuran yang dilakukan secara
sistematis dalam studi materil dan sumber untuk membangun fakta dan mencapai
kesimpulan baru. Ilmu pengetahuan merupakan suatu pernyatan yang berdasar
atau memiliki rasionalisasi sehingga dapat dibuktikan secara empiris.
Sedang kepercayaan adalah sesuatu yang diyakini tanpa perlu ada pembuktian
empiris, tanpa proses rasionalisasi, dan umumnya bersifat subjektif dan implisit.
Jadi pada dasarnya Ilmu pengetahuan hanya berangkat dari kepercayaan atau
keyakinan terhadap sesuatu yang dilanjuti dengan keinginan untuk membuktikan
sesuatu itu benar atau dengan kata lain ilmu pengetahuan merupakan bentuk
rasionalisasi terhadap kepercayaan, sehingga kerpercayaan itu dapat diterima
secara masal. Kajian adalah proses rasionalisasi dan pembuktian empirik terhadap
kepercayaan atau ketidakpercayaan menjadi pemahaman atau ilmu pengetahuan
23
Oxford Online Dictionary, Sebagaimana dikutip dalam www.isical.ac.in/~palash/researchmethodology/RM-intro.pdf, 12 Januari 2014, Pukul 14.03 WIB
15
2.1.2 Pengertian Sengketa
Sengketa adalah suatu pertentangan atas kepentingan, tujuan dan/ atau
pemahaman antara 2 (dua) pihak atau lebih. Sengketa akan menjadi masalah
hukum apabila pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan
atau perlawanan terhadap hak yang dilanggar, dan atau tuntutan terhadap
kewajiban atau tanggung jawab.24 Sengketa dalam konflik internasional terbagi
menjadi 2 macam, yaitu sengketa hukum (legal or judicial disputes) dan sengketa
politik (political or nonjusticiable dispute).25 Namun sengketa yang terjadi antara
Kamboja dan Thailand merupakan sengketa internasional mengenai perbatasan
yang melibatkan kedua batas wilayah negara yang sama-sama mengklaim
kepemilikan dari wilayah tersebut. Kedua negara sama- sama memiliki kedaulatan
penuh terhadap batas teritorialnya, namun yang terjadi adalah saling klaim antara
kedua negara.
Demi
mempertahankan
kedaulatan (sovereignty) dan hak-hak berdaulat
(sovereignty rights) antar negara serta menyelesaikan semua persoalan yang
berkaitan dengan hubungan international, negara perlu menetapkan perbatasan
wilayah baik dimensi perbatasan darat maupun perbatasan laut dan udara.
Penetapan perbatasan wilayah (Border Zone) tersebut dapat dilakukan sesuai
ketentuan hukum international agar dapat memberikan kepastian hukum,
24
Sengketa, Sebagaimana diakses pada http://www.bakti-arb.org/arbitrase.html 27 November
2013 Pukul 11.04 WIB
25
Huala Adolf, Op.Cit. hlm. 3
16
kemanfaatan hukum dan keadilan bagi masyarakat yang mendiami wilayah
perbatasan dimaksud.26
2.2 Prinsip- Prinsip Penyelesaian Sengketa Secara Damai
2.2.1 Prinsip Itikad Baik ( Good Faith )
Prinsip itikad baik dapat dikatakan sebagai prinsip fundamental dan paling sentral
dalam penyelesaian sengeta antarnegara. Prinsip ini mensyaratkan dan
mewajibkan adanya itikad baik dari para pihak dalam menyelesaikan sengketanya.
Tidak heran apabila prinsip ini dicantumkan sebagai prinsip pertama (awal) yang
termuat dalam Manila Declaration (Section 1 paragraph 1).27
2.2.2 Prinsip Larangan Penggunaan Kekerasan dalam Penyelesaian Sengketa
Prinsip ini sangat sentral dan penting. Prinsip inilah yang melarang para pihak
untuk menyelesaikan sengketanya dengan menggunakan senjata (kekerasan).
Prinsip ini termuat antara lain dalam Pasal 13 Bali Concord dan preambule ke-4
Deklarasi Manila. Pasal 13 Bali Concord antara lain menyatakan :
In case of disputes on matters directly affecting them, they shall refrain from the
threat or use of force and shall at all time settle such disputes among themselves
through friendly negotiations.
Dalam berbagai perjanjian International lainnya, prinsip ini tampak dalam Pasal 5
Pakta Liga Negara-Negara Arab 1945 (Pact of the League of Arab States), Pasal 1
dan 2 the Inter-American Treaty of Reciprocal Assistant (1947), dan lain-lain.28
26
Perbatasan Wilayah Menurut Hukum Internasional, Sebagaimana diakses pada
http://kupang.tribunnews.com/2012/03/07/perbatasan-wilayah-menurut-hukum-international
27
November 2013 Pukul 11.04 WIB
27
Mengenai bunyi Section 1 Paragraph 1 Deklarasi Manila Sebagaimana dikutip dalam Huala
Adolf, Op. Cit. hlm. 15
28
Huala Adolf, Op. Cit. hlm. 16
17
2.2.3 Prinsip Kebebasan Memilih Cara-Cara Penyelesaian Sengketa
Prinsip penting lainnya adalah prinsip di mana para pihak memilih kebebasan
penuh untuk menentukan dan memilih cara atau meknisme bagaimana
sengketanya diselesaikan (principle of free choice of mens). Prinsip ini termuat
dalam pasal 33 ayat (1) Piagam PBB dan Section paragraph 3 dan 10 Deklarasi
Manila dan paragraf ke-5 dari friendly Relations Declaration. Instrumen hukum
tersebut menegaskan bahwa penyerahan sengketa dan prosedur penyelesaian
sengketa atau cara-cara penyelesaian sengketa harus didasarkan keinginan bebas
para pihak. Kebebasan ini berlaku baik untuk sengketa yang telah terjadi atau
sengketa yang akan datang.29
2.2.4 Prinsip Kebebasan Memilih Hukum yang akan Diterapkan terhadap
Pokok Sengketa
Prinsip fundamental selanjutnya yang sangat penting adalah prinsip kebebasan
para pihak untuk menentukan sendiri hukum apa yang akan diterapkan bila
sengketanya diselesaikan oleh badan peradilan. Kebebasan para pihak untuk
menentukan hukum ini termasuk kebebasan untuk memilih kepatutan dan
kelayakan ( ex aequo et bono ).30 Yang terakhir ini adalah sumber bagi pengadilan
untuk memutus sengketa berdasarkan prinsip keadilan, kepatuhan, atau
kelay