Penulisan Karya Sastra Kendala Proses Penulisan

6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Penulisan Karya Sastra

Belajar sastra pada hakikatnya adalah belajar menghargai manusia dan nilai- nilainya Depdiknas, 2003. Belajar pada intinya adalah mengalami membuat perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa menjadi mampu. Ini berarti, belajar membutuhkan pengalaman, keterlibatan aktif, dan proses Dewey, 1994. Inti dari kegiatan belajar sastra adalah terlibat aktif dengan karya sastra itu, baik dalam bentuk aktif-reseptif maupun aktif ekspresif. Berbagai model telah dikembangkan demi mencapai inti kegiatan belajar ini, antara lain model kontekstual Kartini, 2005; Heryanto, 2005, model critical discourse analysis CDA Dharmojo, 2002, model bengkel Abidin, 2005, dan model triadik pembelajaran sastra yang meliputi apresiasi, reakreasi, dan re-kreasi Sudardi, 2003. Penulisan karya sastra menjadi harapan banyak pihak sebagai puncak pembelajaran. Hal ini didasarkan pada asumsi ilmiah bahwa menulis melibatkan dan menggerakkan berbagai komponen psikologis pembelajaran. Dengan menulis, anak didik memiliki hasrat untuk terus belajar, menambah pengetahuan, menguatkan kemampuan, dan mengukuhkan kompetensinya. Hal ini mengondisikan anak didik dalam mencapai kepribadian yang baik dan mencapai tugas perkembangan sesuai dengan usia, dalam berbagai aspeknya. 7

B. Kendala Proses Penulisan

Menulis merupakan suatu proses. Artinya, tidak ada seseorang pun belajar menulis dengan hasil optimal seketika. Di dalam prosesnya ini, seorang penulis pemula akan menghadapi berbagai masalah yang dapat dikategorikan sebagai kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kendala proses kepenulisan adalah kendala yang dialami penulis dalam setiap tahap menulis. Kendala itu mungkin terjadi pada satu tahap atau lebih, dari tahap pramenulis, menulis draft, merevisi, menyunting, hingga mempublikasi. Pramenulis adalah tahapan persiapan, yakni tahap menyiapkan materi penulisan yang akan dituliskan, seperti memilih topik, mempertimbangkan tujuan, bentuk, dan pembaca serta memperoleh dan menyusun ide-ide lihat Tomkins Hoskisson, 1995. Tahap menulis draft adalah tahap menulis ide-ide mereka ke dalam bentuk tulisan yang kasar sebelum dituliskan dalam bentuk tulisan yang sudah jadi. Tahapan penulisan draft ini memungkinkan para siswa meninjau lagi tulisan mereka sebelum dikembangkan lebih lanjut lagi. Dengan demikian, ide-ide yang dituliskan pada draft itu sifatnya tentatif dan masih mungkin diubah atau dilakukan perubahan terhadapnya. Tahap merevisi adalah tahap memperbaiki ulang atau menambahkan ide-ide baru terhadap karya. Tambahan dapat berupa materi, teknik penceritaan, ataupun pengubahan diksi. Sharing dengan pembimbing bagi penulis pemula sangat membantu memperbaiki dan memperkaya hasil karya. Unsur intrinsik karya mungkin akan mengalami perubahan. 8 Tahap penyuntingan adalah tahap meninjau aspek mekanik karangan. Tujuannya adalah agar karangan lebih mudah terbaca. Tahap publikasi dapat dilakukan dengan mempublikasikan hasil tulisan siswa dalam lingkup sekolah, seperti bulletin atau majalah dinding sekolah, atau di luar lingkup sekolah, seperti media massa. Publikasi ini sangat penting karena tahapan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap karya.

C. Kendala Kesastraan dan Kebahasaan