Kajian Pustaka Penerapan Algoritma Pencarian Jalur Terpendek untuk Robot Perbandingan Algoritma

5 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa teori yang digunakan sebagai acuan dan pendukung dalam merealisasikan perancangan sistem pada skripsi ini.

2.1. Kajian Pustaka

a. Penerapan Algoritma

Flood Fill untuk Menyelesaikan Maze pada Line Follower Robot [1] Pada jurnal ini, penulis merancang sebuah robot line follower yang dapat berjalan mengikuti garis dengan menerapkan algoritma flood-fill sebagai algoritma pencarian jalur terpendek di dalam sebuah labirin yang berbentuk garis. Algoritma flood-fill merupakan suatu metode pemecahan masalah dimana penyelesaiannya langsung mengarah ke solusi. Algoritma flood-fill ini memanfaatkan penilaian tiap sel dimana harus disesuaikan dengan kondisi lapangan maze yang dihadapi. Berdasarkan hasil pengujian, penulis menyimpulkan bahwa algoritma flood-fill yang diterapkan pada robot line follower memiliki tingkat error sebesar 20 yang disebabkan oleh pengerjaan mekanik robot yang kurang baik. Namun algoritma ini bisa dikatakan sudah dapat berjalan dengan tingkat keberhasilan 80 .

b. Pencarian Jalur Terpendek untuk Robot

Micromouse dengan Menggunakan Algoritma Backtracking [2] Pada jurnal ini, penulis merancang sebuah robot micromouse dengan menerapkan algoritma backtracking sebagai algoritma pencarian jalur terpendek di dalam sebuah labirin. Algoritma backtracking merupakan suatu metode pemecahan masalah dimana mencoba setiap kemungkinan yang ada. Hanya penyelesaian yang 6 mengarah ke solusi saja yang akan dikembangkan lebih lagi hingga dicapainya penyelesaian akhir. Berdasarkan hasil pengujian, penulis menyimpulkan bahwa robot micromouse yang dibuat masih belum dapat menjelajahi semua labirin dengan baik sehingga robot tidak dapat melakukan pemetaan dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh body robot yang terlalu besar sehingga membuat robot mengalami kesusahan saat menjelajahi labirin.

2.2. Penerapan Sensor

Dalam menyelesaikan suatu permasalahan di dalam peta labirin, robot micromouse membutuhkan sensor – sensor tertentu untuk dapat memetakan isi dari suatu peta labirin. Beberapa sensor penting yang perlu diterapkan di dalam robot micromouse adalah sensor dinding, sensor penghitung langkah, dan sensor penunjuk arah. Penjelasan dari sensor – sensor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sensor Dinding

Sensor dinding sangat diperlukan oleh robot micromouse untuk dapat mendeteksi dinding – dinding labirin. Sensor yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya dinding labirin adalah sensor cahaya. Pada umumnya, sensor ini memanfaatkan pantulan cahaya yang dipancarkan melalui transmitter untuk diterima oleh receiver pada sensor. Proses pemantulan cahaya pada sensor cahaya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Proses pemantulan cahaya pada sensor cahaya 7 Gambar 2.2. Pengaruh warna objek terhadap pantulan cahaya [3] Objek yang digunakan sebagai media pemantulan cahaya harus memiliki warna dasar putih karena warna putih mampu memantulkan cahaya. Sedangkan objek dengan warna hitam akan menyerap cahaya yang telah dipancarkan oleh sensor cahaya [3]. Gambar 2.2 menunjukkan pengaruh warna objek terhadap pantulan cahaya. Gambar 2.3. Penempatan Sensor Cahaya Untuk dapat mendeteksi dinding labirin dari berbagai arah, maka sensor cahaya perlu ditempatkan pada sisi kanan, kiri dan depan robot. Dengan demikian robot micromouse mampu mendeteksi dinding pada bagian kanan, kiri dan depan. Gambar 2.3 menunjukkan penempatan sensor cahaya pada robot.

2. Sensor Penghitung Langkah

Sensor penghitung langkah sangat diperlukan oleh robot micromouse untuk menentukan seberapa jauh langkah yang akan ditempuh. Sensor yang 8 dapat digunakan untuk menghitung langkah adalah rotary encoder dimana merupakan sebuah alat elektromagnetik yang dapat memonitor posisi sudut suatu poros benda berputar. Pada umumnya, rotary encoder menggunakan sensor optik yang terdiri dari LED dan photo-transistor untuk menghasilkan serial pulsa. Sensor optik tersebut dipasang diantara suatu piringan tipis yang memiliki lubang – lubang pada bagian lingkaran piringan. Ketika piringan tersebut berputar, photo-transistor akan mendeteksi cahaya LED melalui lubang – lubang pada piringan sehingga menghasilkan suatu pulsa gelombang persegi melalui squaring circuit [4]. Susunan rotary encoder dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Susunan Rotary Encoder [4] Banyaknya deretan pulsa yang dihasilkan pada satu putaran inilah yang akan menentukan akurasi dari suatu rotary encoder . Sehingga semakin banyak jumlah lubang pada piringan, akan semakin banyak deretan pulsa yang dihasilkan. Jumlah deretan pulsa ini nantinya akan berpengaruh pada sistem incremental untuk tiap pulsa yang diproses oleh kontroler untuk menghitung suatu jarak. Dengan begitu, robot lebih akurat dalam menentukan langkah yang akan ditempuh.

3. Sensor Penentu Arah

Sensor penunjuk arah sangat diperlukan oleh robot micromouse untuk menentukan arah hadap di dalam peta labirin. Pada peta labirin terdapat 4 arah yang perlu untuk ditentukan, yaitu : utara, selatan, timur, dan barat. Sensor penunjuk arah yang dapat digunakan adalah kompas dimana 9 merupakan sebuah alat navigasi untuk menentukan arah yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian, yaitu : kompas analog dan kompas digital. Kompas analog menggunakan jarum atau lempengan besi sebagai penunjuk arah, sedangkan kompas digital menggunakan komponen – komponen elektronika seperti sensor magnet dimana telah menggunakan proses digitalisasi [5]. Gambar 2.5. Penempatan Kompas Digital Pada umumnya, kompas digital merupakan sensor penunjuk arah yang paling praktis untuk diterapkan pada robot. Kompas digital mampu menghasilkan suatu nilai sudut dari arah mata angin yang sangat berguna untuk dijadikan sebagai acuan penunjuk arah pada robot. Acuan penunjuk arah tersebut dapat digunakan oleh robot untuk menentukan kapan harus belok kiri, belok kanan, maju lurus, atau berputar balik di dalam peta labirin. Kompas digital perlu ditempatkan tepat di tengah – tengah robot seperti pada Gambar 2.5 sehingga proses penentuan arah hadap pada robot menjadi lebih akurat.

2.3. Perbandingan Algoritma

Pada dasarnya, kedua algoritma yang diterapkan masing – masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Perbandingan antara algoritma flood-fill dengan algoritma backtracking secara teoritis dapat dilihat pada Tabel 2.1. 10 Tabel 2.1. Perbandingan Algoritma

Dokumen yang terkait

Robot Maze Solving Menggunakan Algoritma Flood Fill - Maze Solving Robot Using Flood Fill Algorithm.

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Algoritma Flood-Fill dengan Algoritma Backtracking dalam Pencarian Jalur Terpendek pada Robot Micromouse

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Algoritma Flood-Fill dengan Algoritma Backtracking dalam Pencarian Jalur Terpendek pada Robot Micromouse T1 612009009 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Algoritma Flood-Fill dengan Algoritma Backtracking dalam Pencarian Jalur Terpendek pada Robot Micromouse T1 612009009 BAB IV

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Algoritma Flood-Fill dengan Algoritma Backtracking dalam Pencarian Jalur Terpendek pada Robot Micromouse T1 612009009 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Algoritma Flood-Fill dengan Algoritma Backtracking dalam Pencarian Jalur Terpendek pada Robot Micromouse

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Simulasi Routing untuk Pencarian Jalur Terpendek pada Trafik Jaringan Seluler Menggunakan Algoritma Dijkstra

0 0 1

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Algoritma Pencarian Titik Api (Pointing) Mengunakan Kamera pada Robot Pemadam Api T1 BAB II

0 0 8

Perancangan Simulasi Jalur Pada Robot Line Follower Menggunakan Algoritma Flood Fill

0 2 10

Pencarian Jalur Terpendek dengan Algoritma Dijkstra

0 3 6