KINERJA PROGRAM PARTNESHIP BUILDING DALAM PENANGGULANGAN NARKOTIKA DI POLRES LAMPUNG TENGAH

ABSTRAK

THE PERFORMANCE OF PARTNERSHIP BUILDING PROGRAM IN
MITIGATING DRUG ABUSE
(A Case Study in Middle Lampung Police Office)

By
Dewinta Fenny Utami

The study be appointed from its the rampant problem of drug abuse and interference
Kamtibmas. Objective of this research was to asses the presence of the performance of
Partnership Building program in mitigating drug abuse in middle Lampung Police Office.
This research used qualitative method. This research focused on the conduct of Partnership
Building. Program in mitigating drug abuse and its result.The informant were unit of drug
abuse detective in middle Lampung Police office,State Senior High School (SSHS) 1 Gunung
Sugih,SSHS 1 anak Tuha,State Vocational School 3 Terbanggi,Regional Narcotics Agency
(BNK) in Middle Lampung district,and traditional society of Gunung Sugih . Data were
collected with observation,interview,and documentation.Data were analyzed with qualitative
analysis. The result showed that the performance of Partnership Building program in
mitigating drug abuse was good because Middle Lampung Police Office conducted the
program through it unit of drug abuse detective by establishing community police

(POLMAS),Bina Mitra, A million Friends Program,education to students,youth organizations
(Karang Taruna) and public figures and other public organizations,as well as throuh Antidrug Task Force Unit,Online telephone,and under cover buy technique.
Keyword : Partnership Program, Performance

ABSTRAK

KINERJA PROGRAM PARTNESHIP BUILDING
DALAM PENANGGULANGAN NARKOTIKA
DI POLRES LAMPUNG TENGAH

Oleh
Dewinta Fenny Utami

Penelitian ini diangkat dari adanya masalah maraknya penyalahgunaan narkotika
dan gangguan Kamtibmas. Tujuan penelitian untuk menilai adanya Kinerja
Program Partnership Building dalam Penanggulangan Bahaya Narkotika Di
Polres Lampung Tengah. Metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Fokus penelitian adalah Rumusan Program Partnership Building,
Proses pelaksanaan Program Partnership Building, dan Hasil pencapain dari
Program Partnership Building dalam penanggulangan narkotika. Informan

penelitian adalah: Satuan Reserse Narkoba Polres Lampung Tengah, SMAN 1
Gunung Sugih, SMAN1 Anak Tuha, SMKN 3 Terbanggi, BNK Kabupaten
Lampung Tengah dan warga Adat masyarakat Gunung Sugih.. Teknik
pengumpulan data adalah Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi, analisa data
menggunakan Analisis Kualitatif. Hasil penelitian pencapaian Kinerja Program
Partnership Building dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika dapat
dikatakan BAIK karena dilakukan oleh Polres Lampung Tengah melalui Satuan
Reserse Narkoba dalam bentuk Polmas atau Perpolisian Masyarakat (comunity
policing), Bina Mitra, Program Sejuta Kawan, Pembinaan dan Penyuluhan
terhadap (Binluh Pelajar, Mahasiswa, Karang taruna, dan Tokoh Masyrakat serta
organisasi lainnya) termasuk melalui Satgas Anti Narkoba, Telepon Online, dan
Teknik Under Cover Buy.
Kata Kunci: Partnership Building , Kinerja

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Dewinta Fenny Utami,
penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal
18 Mei 1992, merupakan anak pertama dari dua
bersaudara pasangan Bapak Ujang Saad, SH dan Ibu

Aprita.

Penulis

merasa

sangat

beruntung

dan

bersyukur karena dilahirkan dan dibesarkan dalam
keluarga yang harmonis, kebahagiaan selalu tercurah
untuk keluarga ini. Karena doa, dukungan dan semangat dari keluargalah penulis
bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Hal inilah yang mendasari penulis
untuk selalu berbakti dan mengutamakan keluarga.
Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Al-azhar II yang
diselesaikan pada tahun 1998, lalu lanjut ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 2
Perumnas Wayhalim Bandar Lampung lulus pada tahun 2004, kemudian

dilanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 29 Bandar Lampung
lulus pada tahun 2007, dan dilanjutkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta
YP Unila Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010. Selanjutnya
penulis diterima menjadi mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Ujian
Mandiri (UM).

Pada bulan Januari-Februari 2013 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Kabupaten Pesawaran, tepatnya di Kecamatan Padang Cermin, Desa Cilimus.
Di sini penulis bisa mendapatkan pengalaman yang luar biasa karena bisa belajar
secara langsung dan bisa menerapkan bidang ilmu penulis kepada masyarakat
setempat.

MOTTO

wa man jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi.”

“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk
dirinya sendiri.”
(QS Al-Ankabut [29]: 6)


Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga diri
agar tidak tertidur
(Richard Wheeler)

Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak
lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai
dirinya dikala ia marah..
(Nabi Muhammad Saw)

“Motivasi terbesar di kehidupanmu berasal dari dalam dirimu sendiri”
(Dewinta fenny Utami)

PERSEMBAHAN

dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya kecil ini untuk yang menyayangiku:
Papaku tercinta Ujang Saad,SH
mamaku tercinta Aprita

Selalu menjadi sumber inspirasi didalam kehidupanku
Selalu mendoakan dan mendukung segala aktivitasku hingga sekarang
Semua curahan kasih sayang yang kalian berikan tidak akan mampu aku gantikan
dengan apapun
Adikku Billy Gesta Prasetya
Kehadiranmu menyempurnakan hidupku
Semoga kita bisa berhasil dan tetap menjadi kebanggaan orang tua

Segenap keluarga yang selalu mendukungku selama ini
Terima kasih atas semua dukungannya

Almamaterku Tercinta Universitas Lampung

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil‟alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
ALLAH SWT, karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi


yang

berjudul

“Kinerja

Program

Partnership

Building

dalam

penanggulangan bahaya narkotika (studi POLRES Lampung Tengah)”. Penulisan
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
jurusan Ilmu Admnistrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Lampung.
Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga penulis membutuhkan bantuan dari

berbagai pihak, baik keluarga, dosen, maupun teman-teman. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.

ALLAH SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menciptakan
siang dan malam yang selalu mengiringi hidup penulis, dan Nabi Muhammad
SAW yang selalu menjadi suri tauladan dan inspirasi dalam kehidupan
penulis.

2.

Orang tuaku tercinta, anakmu ini mencoba memberikan yang terbaik
untukmu. Betapa diri ini ingin melihat kalian bangga padaku. Betapa tak
ternilai kasih sayang dan pengorbanan kalian padaku. Terimakasih atas
dukungan moril maupun materil untukku selama ini.kepada penulis. Papaku
yang kubanggakan Ujang Saad, SH , Papa yang selalu menjadi sumber
inspirasiku, makasih ya Pah buat pelajaran kesabaran yang sangat luar biasa,

Papa yang selalu berkorban segala sesuatunya kepada keluarga terlebih
kepada penulis, dan mendukung harapan serta keinginan anak-anaknya.

Mamaku tersayang Aprita, sosok wanita hebat yang senantiasa berdoa bagi
kesuksesan disetiap langkah anak-anaknya, yang selalu tiada henti
mencurahkan kasih dan sayangnya kepada keluarga. Makasih ya Ma buat
pelajaran keikhlasannya selama ini. Terima kasih ya Allah karena telah
memberikan kedua orang tua yang hebat dan sangat luar biasa dalam
hidupku. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan limpahan
rahmat bagi kedua orang tua yang sangat kusayangi. Amiiin.
3.

Adikku tersayang Billy Gesta Prasetya. Kehadiranmu menyempurnakan
hidupku. Contoh yang baik-baik aja ya dek dari ses , yang buruk-buruknya
jangan dicontoh. Semoga kedepannya kita bisa berhasil dan tetap menjadi
kebanggaan orang tua.

4.

Keluarga besar ku tersayang (kakek-nenek,om-tante,sepupu-sepupu) yang
selalu memberikan semangat dihidupku dalam menyelesaikan skripsi ini dan
untuk om Erson Towi yang senantiasa memberikan masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini.


5.

Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.

6.

Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara.

7.

Rahayu Sulistiowati, S.Sos., M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran, bimbingan, pengarahan, saran serta
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan proses akademik .

8.

Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si., selaku dosen pembimbing utama yang

telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran, bimbingan, pengarahan, saran serta
masukan dengan sabar kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9.

Ibu Dr.Novita Tresiana, S.Sos. M.Si selaku dosen pembahas yang telah
memberikan

kritik, saran ,dan masukan yang baik serta memberikan

perhatiannya kepada penulis
10. Dosen-dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UNILA, Bu Yayuk,
Bu Meli, Bu Novita, Pak Noverman, Bu Devi, Pak Bambang, Bu Dewi, Pak
Simon, Pak Syamsul,Pak Nana, Pak Fery,Pak Eko dan Bu Dian.. Terima
kasih atas segala ilmu yang telah bapak ibu berikan. Semoga ilmu dan
pengalaman yang telah penulis peroleh selama perjalanan di kampus dapat
menjadi bekal yang berharga untuk kehidupan penulis ke depannya.
11. Bu Nur sebagai staf Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang selalu
memberikan pelayanan bagi penulis dan administrasi di jurusan.
12. Pihak-pihak informan yang bersedia meluangkan waktunya dan memberikan
data kepada penulis serta seluruh pihak informan yang telah memberikan izin
penelitian serta memberikan informasi, masukan, dan kerjasamanya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
13. Untuk sahabat ku Atika Anggeriyani terimakasih karena selalu meluangkan
waktu nya untuk mendengarkan keluh kesah penulis serta selalu direpotkan
oleh penulis untuk menemani dan membantu selama proses bimbingan skripsi
ini hingga selesai. Dan juga untuk kedua sahabat ku Agitia Nabilla dan
Kurnia Puspa Dewi terimakasih sudah menjadi sahabat yang baik bagi

penulis . Semoga persahabatan kita akan selalu baik sampai kita mencapai
kesuksesaan kelak .
14. Untuk sahabat-sahabat ku sedari awal perkuliahan Hanny Mutiara , Maritha
Septiana dan Nurul Anninda yang selalu menemani dan membantu penulis
selama menjalani dunia perkuliahan sampai menyelesaikan Skripsi ini Serta
Jian Renata yang menemani disaat proses skripsi ini dan Semoga keinginan
kita untuk wisuda bareng terkabul ya. Aminn
15. Untuk teman-teman “Aduselon” Ilmu Administrasi Negara angkatan 2010. .
Astria Noviana , Karina Aprilita, Nona Veronika, Pandu Pamungkas, Shela
Rohisti, Corie Maharani, Mery Asnida, Shari Putri, Nuzul Liliana terimakasih
atas kesabaran memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini. Teman-teman ANE010 yang lainnya, Maya, Indah, Bunga
mayang,Bunga janati , Ali Samsu , Triyadi, Desmon, Abdu.Begg, Fadri,
Satria, Uyung, Rofi, , Gideon, Hady, Aden, Loy, Bogel, Tian, Lussy, Indah
Putri , Dora, Gery, Ade, Anjas,Jody, Daus, Cita, Dita dan temen-temen ANE
010 yang tidak bisa disebutkan satu-satu, terimakasih atas segala bentuk
kebahagiaan yang kalian berikan selama ini. Keep contact guys!
16. Untuk senior-seniorku yang banyak membantu peneliti, baik saat kuliah
maupun saat menunggu dosen pembimbing, Mba Ipeh, Mba Fanny , Mba
Kiki ,Mba Regina, Kak Edo , Bang Brow.Kak Adi,bang fahmi Serta adik
tingkat Aliza puspita,emi,dkk semoga kalian selalu diberi kelancaran
menjalankan perkuliahan Dan Untuk semuanya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu. Terima kasih karena telah menjadi keluarga dan menjalin
kebersamaan di Jurusan Ilmu Administrasi Negara UNILA.

17. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam penelitan dan yang telah
menemani penulis selama kuliah di UNILA yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Terima kasih semuanya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 21 Juli 2014
Penulis

Dewinta Fenny Utami
NPM. 1016041088

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL DAN BAGAN .......................................................

i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................
B. Perumusan Masalah ................................................................
C. Tujuan Masalah ......................................................................
D. Manfaat Penelitian ..................................................................

1
10
10
11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Tinjauan Konsep Kebijakan Publik .....................................
Tinjauan Implementasi Kebijakan Publik .............................
Tinjauan Perspektif New Public Management ......................
Tinajauan Tentang Kinerja Program .....................................
Tinjauan Tentang Kepolisian ................................................
Tinjauan Tentang Narkotika ................................................
Narkotika sebagai persoalan publik ......................................
Kerangka pikir.......................................................................

12
13
20
27
30
36
42
44

BAB III METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Metode Penelitian .................................................................
Fokus Penelitian ...................................................................
Informan Penelitian ..............................................................
Metode Pengumpulan Data ..................................................
Analisis data .........................................................................
Teknik Keabsahan Data .......................................................

46
47
48
50
51
53

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran umum Lokasi Penelitian ......................................

55

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Rumusan Program Partnership Building Dalam Penanggulangan
Bahaya Narkotika .................................................................
62
B. Pelaksanaan Program Partnership Building Dalam Penanggulangan
Bahaya Narkotika ..................................................................
76
C. Hasil/output pencapaian dari program partnership building dalam
penanggulangan bahaya narkotika ........................................
159
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...........................................................................

171

B. Saran .....................................................................................

171

Daftar Pustaka
Lampiran

Daftar Tabel
Tabel

.............................................................................................................Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penyalahgunaan Narkotika Lampung Tengah Periode Tahun 2009 s/d
2013.......................................................................................................................................... 6
Tabel 2.1 Jenis-jenis Narkotika ..............................................................................................39
Tabel 2.2 Narkotika dan Bentuknya .......................................................................................41
Tabel 3.1 Informan terkait kinerja program Partnership Building dalam penanggulangan
bahaya narkotika ....................................................................................................................49
Tabel 5.1 data jumlah penangkapan kasus narkotika selama 5 tahun.....................................66
Tabel 5.2 data penyandang narkotika sampai dengan 2013....................................................68
Tabel 5.3 Daftar jumlah kasus yang diungkap melalui Kinerja Program Partnership Building
Polres Lampung Tengah tahun 2013.....................................................................................168

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia telah lebih dari setengah abad membangun peradaban dan
perilakunya dengan berlandaskan kemandirian budaya bangsa yang berideologi
pancasila dan UUD 1945. Dalam perjalanannya saat ini, banyak halangan yang
menghambat dan harus ditanggulangi.Salah satu masalah yang merambah sejak
tahun

1960

adalah

berkembangnya

penyalahgunaan

narkotika.

Proses

penyelesaian tersebut telah ditetapkan bahwa ancaman bahaya penyalahgunaan
Narkotika adalah merupakan ancaman Nasional yang perlu ditanggulangi sedini
mungkin. Ancaman bahaya penyalahgunaan maupun peredaran gelap narkotika
yang dapat menjadi penghambat bagi kelancaran pembangunan sumber daya
manusia di Indonesia .
Kata Narkotika berasal dari kata Narcosis yang berarti narkose atau menidurkan
yaitu zat atau obat-obatan yang membiuskan. Dalam pengertian lain, Narkotika
adalah zat atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan,
karena zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral. Menurut
UU RI No 35 tahun 2009 tentang jenis-jenis Narkotika yang dimaksud dengan
Narkotika adalah Candu, Morphine, Heroin, Ganja, Kokain, dan Narkotika Semi
Sintetis dan Sintetis. Narkotika semi sintetis merupakan hasil proses yang bahan-

2

bahannya dimodifikasi zat kimia yang terdapat dalam opium,sedangkan narkotika
sintetis sebagai hasil produksi laboratorium yang pembuatannya sepenuhnya dari
bahan kimia seperti methadone, meperidine (pethidine). Narkotika banyak sekali
macamnya, ada yang berbentuk cair, padat, serbuk, daun-daun.

Dampak negatif penyalahgunaan narkotika, Menurut definisi di atas,

bahwa

narkotika, jika disalahgunakan, sangat membahayakan bagi kesehatan fisik dan
mental manusia. Bahkan, pada pemakaian dengan dosis berlebih atau yang
dikenal dengan istilah over dosis (OD) bisa mengakibatkan kematian. Di balik
dampak negatif, narkotika juga memberikan dampak yang positif dalam bidang
kedokteran jika digunakan sebagaimana mestinya, terutama untuk menyelamatkan
jiwa manusia dan membantu dalam pengobatan, sehingga narkotika memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia.

Kondisi sekarang ini menunjukan bahwa dunia adalah sebuah arena kompetisi
yang luas, dimana persaingan dari masing-masing bangsa untuk menjadi bangsa
yang terbaik. Untuk menjadi pemenang maka setiap bangsa harus senantiasa
mengembangkan potensi dan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat bersaing
dengan bangsa lain, menghadapi kondisi seperti ini maka upaya untuk senantiasa
mengembangkan kemampuan bangsa mempertahankan hidupnya (ketahanan
bangsa) adalah sebuah keharusan, tanpa kemampuan tersebut sebuah bangsa akan
kalah dan mati.

Secara langsung maupun tidak langsung akan

dapat

membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Menyimak dari Pembukaan UUD 1945 “ Pemerintah Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

3

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social” Dari sinilah Sendi-sendi ketahanan bangsa akan berwujud dalam
bentuk: ketahanan ideology, ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan
sosial dan budaya, ketahanan hankam. Dari enam ketahanan tersebut

akan

menjadikan sendi ketahanan bangsa yang akan menciptakan karakter bangsa yang
kuat dengan sendirinya meningkatkan ketahanan bangsa. Ketahanan bangsa yang
kuat adalah modal dasar pembangunan.

Pengaruh penyalahgunaan narkotika terhadap karakter dan ketahanan bangsa
berdampak negative yakni menghancurkan ketahanan bangsa/nasional, ketahanan
daerah, keluarga dan ketahanan pribadi, narkotika bisa membuat hedonisme dan
ideologi kebebasan tanpa batas, menurunnya patriotisme, nasionalisme dan
semangat hankam bela negara, akibat narkotika malas berusaha, menurunkan
produktifitas ekonomi, meningkatnya kriminalitas, dan lain-lain. Pelaku
penyalahgunaan narkotika akan bersifat apatisme, patron politik kotor, dalam
bidang sosial budaya menyebabkan dekadensi moral. Sehingga berakibat secara
luas kepada bangsa, bangsa indonesia menjadi bangsa yang malas, bangsa yang
tidak mampu berpikir,bangsa yang tidak memiliki kepribadian bangsa karena
telah tercerabut dari karakter Pancasilanya sehingga bangsa Indonesia akan
menjadi bangsa yang lemah dan kalah (loser), melihat kondisi ini maka
penyalahgunaan narkotika harus menjadi musuh bersama dan harus dinyatakan
perang terhadap Penyalahgunaan Narkotika demi kelangsungan hidup bangsa.

4

Selama kurun waktu dua dasa warsa terakhir ini Indonesia telah menjadi salah
satu negara yang dijadikan pasar utama dari jaringan sindikat peredaran Narkotika
yang berdimensi internasional untuk tujuan-tujuan komersial. Untuk jaringan
peredaran Narkotika di negara-negara Asia, Indonesia diperhitungakan sebagai
pasar (market-state) yang paling prospektif secara komersial bagi sindikat
internasioanl

yang

beroperasi

di

negara-negara

sedang

berkembang.

Meningkatnya jumlah penyalahgunaan Narkotika dari tahun ke tahun tentunya
tidak bisa dianggap masalah yang ringan, tetapi perlu dianggap serius agar
penanggulangannya juga bisa dilakukan secara serius.

Secara umum diakui bahwa permasalahan penyalahgunaan narkotika di Indonesia
sangatlah kompleks, baik dilihat dari penyebabnya maupun penanganannya. Bila
dilihat dari penyebab terjadinya, penyalahgunaan narkotika disebabkan oleh
banyak faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor – faktor tersebut
antara lain faktor letak geografi Indonesia, faktor ekonomi, faktor kemudahan
memperoleh obat, faktor keluarga dan masyarakat, faktor kepribadian serta faktor
fisik dari individu yang menyalahgunakannya.

Dilihat dari letak geografi, Indonesia memang sangat beresiko menjadi sasaran
pengedar Narkotika karena terletak di antara dua benua dan dua samudra. Di
samping itu juga karena negara Indonesia adalah negara kepulauan dengan banyak
pelabuhan yang memudahkan jaringan gelap dalam mengedarkan narkotika. Dari
faktor ekonomi, keuntungan yang berlipat dari bisnis narkotika menyebabkan
semakin maraknya bisnis ini di negeri kita. Untuk faktor kemudahan memperoleh
Narkotika, saat ini di Indonesia narkotika bisa dengan mudah diperoleh baik di

5

tempat umum melalui para pengedar gelap dan serta di tempat – tempat tertentu
seperti diskotik yang banyak menawarkan dan menipu si korban agar mau
mencoba dengan cara awalnya diberikan gratis dengan dalih pertemanan atau
ingin menolong mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
Menurut Kusumanto dan Saifun dalam Yongky, 2003. Faktor keluarga juga turut
berperan dalam maraknya penyalahgunaan narkotika, akibat tuntutan kebutuhan
hidup, kedua orang tua harus bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga.
Hal tersebut juga didukung oleh Hawari (2002) yang menyatakan bahwa alasan
remaja menyalahgunakan narkotika adalah karena kehidupan keluarga yang tidak
harmonis, orang tua yang terlalu sibuk dan untuk lari dari masalah yang sedang
dihadapi. Kurangnya contoh teladan dari orang tua dan kurangnya nilai disiplin di
rumah membuat anak-anak cenderung bebas melakukan apa saja. Faktor lain yang
juga menjadi penyebab banyaknya penyalahguna Narkotika adalah pola hidup
masyarakat, akibat gaya hidup yang cenderung individualistis, saat ini kepedulian
diantara anggota masyarakat terhadap anggota masyarakat lainnya menjadi sangat
berkurang. Hal-hal tersebut membuat remaja akhirnya terjerumus kepada
penyalahgunaan narkotika.
Menurut

Badan

Narkotika

Nasional

Provinsi

Lampung,

perkembangan

penyalahgunaan narkoba di Provinsi Lampung setiap waktu semakin berkembang
dengan pesat dan pada saat ini telah memasuki masa yang sangat
mengkhawatirkan

terutama

bagi

perkembangan

masa

depan

generasi

muda. Jumlah kasus yang terungkap oleh pihak aparat keamanan cenderung terus
meningkat, dengan jumlah korban pengguna yang semakin beragam, baik dari
segi umur, latar belakang pendidikan, ataupun latar belakang pekerjaan. Lembaga

6

pemasyarakatan di Lampung 80 persen diisi narapidana kasus penyalahgunaan
narkotika, baik sebagai bandar, pengedar, kurir, maupun pengguna.
Letak geografis wilayah Propinsi Lampung,yang strategis khususnya wilayah
Kabupaten Lampung Tengah, memungkinkan pelaku-pelaku kejahatan dapat
melakukan kejahatan diwilayah ini, sehingga aparat kepolisian dalam hal ini
Kepolisian Resort (Polres) Lampung Tengah beserta jajarannya memerlukan kiatkiat khusus dan inovasi untuk dalam rangka mengatasi meminimalkan tindak
pidana penyalahgunaan narkotika di wilayah hukum Polres Lampung Tengah
sejalan dengan UU No. 2 Tahun 2002 pasal 13 tentang Kepolisian RI yang
menyatakan bahwa kepolisian merupakan alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta
memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Permasalahan penyalahgunaan narkotika sangatlah kompleks dan melibatkan
berbagai faktor dalam penanganan kasus penyalahgunaan Narkotika di wilyah
hukum Polres Lampung Tengah ini dapat di lihat 5 tahun terakhir dari Januari
2009 sampai dengan Agustus 2013 telah menangani 122 kasus penyalahgunaan
narkotika.
Tabel. 1.1. Jumlah Penyalahgunaan Narkotika Lampung Tengah Periode
Tahun 2009 s/d Tahun 2013
No
Tahun
Jumlah Penyalahgunaan Narkotika
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah
Sumber : database Badan Narkotika Nasional, 2014
1.
2.
3.
4.

26 Kasus
17 Kasus
14 Kasus
33 Kasus
32 Kasus
122 Kasus

7

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Kepala Satuan
Reserse Narkotika Polres Lampung Tengah (AKP Ujang Saad, S.H.) 12
November 2013 yang mengatakan dalam satu hari saja seorang pengedar bisa
mendapatkan uang yang sangat banyak karena harga Narkotika itu mahal. Satu pil
ekstasi saja harganya rata rata 150.000 rupiah. Disamping faktor keuntungan,
faktor sulitnya mendapatkan pekerjaan dan gaya hidup yang serba konsumtif juga
merupakan faktor penyebab yang mendorong seseorang menjadi pengedar
Narkotika.
Bahkan Narkotika saat ini bisa ditemukan di kamar kos mahasiswa. Peredaran
Narkotika dan obat-obatan terlarang khususnya di Lampung Tengah mulai marak
ini terbukti pada 3 Juni lalu Satnarkotika Polres Lampung Tengah mengungkap
kasus penyalahgunaan Narkotika tidak hanya pada kaum remaja tetapi juga
melibatkan seorang calon anggota legislatif yang tertangkap di kamar nomor 209
Hotel Wisata, Kelurahan Bandarjaya Timur , ditangkap karena kedapatan
memiliki satu paket sabu-sabu senilai Rp.400 ribu berikut alat pengisap (bong).
(Sumber : Lampost, edisi 21 Juli 2013).
Upaya pemberantasan narkotika sudah sering dilakukan, namun masih sedikit
kemungkinan untuk menghindarkan narkotika dari kalangan remaja maupun
dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus
Narkotika. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah
penyalahgunaan narkotika pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang
tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi
narkotika.

8

Narkotika adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya
satu pihak saja. Karena narkotika bukan hanya masalah individu namun masalah
semua orang sehingga mencari solusi penanggulangannya melibatkan dan
memobilisasi semua pihak baik pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dan komunitas lokal adalah sangat penting dalam rangka melindungi anak
dari bahaya narkotika dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring
dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkotika dan konsekuensi
negatif yang akan mereka terima. Anak-anak membutuhkan informasi, strategi,
dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkotika atau juga
mengurangi dampak dari bahaya pemakaian narkotika dari orang lain.

Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkotika adalah dengan
melakukan program yang menitikberatkan pada anak usia sekolah (school-going
age oriented) karena hingga saat ini para pencandu narkotika tersebut pada
umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Menyadari tingginya kasus dan
potensi perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, Badan
Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia melalui Badan Narkotika Nasional
Provinsi Lampung bersama-sama dengan Kepolisian Daerah Lampung terus
berupaya keras melakukan pencegahan dalam rangka mengatasi penyalahgunaan
Narkotika di wilayah hukum Kepolisian Daerah Lampung secara umum dan
daerah Lampung Tengah secara khusus.

Untuk dapat melakukan pencegahan yang efektif adalah melalui penanggulangan
masalah narkotika

secara

terintegrasi,

terpadu, terarah, berencana dan

berkelanjutan yang tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) SAT RES

9

Narkotika POLRES Lampung Tengah Tahun 2013 yang melalui Patnership
Building

diwujudkan dalam bentuk Program Lidik/Sidik Tindak Pidana

Narkotika dan Program-Program BINLUH (Pembinaan dan Penyuluhan).
Kepolisian membentuk program Kemitraan (Patnership Building ) berdasarkan
dalam Skep Kapolri/737/X/2005, kepolisian membentuk Polmas mencangkup
dua unsur yakni Perpolisian dan masyarakat dari tingkat Polsek sampai Polres.

Partnership building dimaksudkan sebagai kegiatan membangun kemitraan
polisi-masyarakat dalam mewujudkan Kamtibmas. Sebagai strategi mencapai
partnership building maka implementasi Polmas menekankan kemitraan polisimasyarakat dalam menyelesaikan setiap permasalahan Kamtibmas. Sehingga
harapan bahwa perang melawan narkotika hanya dapat dicapai melalui upaya
pencegahan yang terpadu dan terencana dengan partisipasi seluruh masyarakat
sebagai mitra (Patnership Building) Polres Lampung Tengah dalam pencegahan
narkotika di wilayahnya dapat memberikan tingkat kepuasan terhadap rasa aman
dan keadilan diharapkan semakin baik, tuntutan masyarakat akan melebar pada
manajemen rasa aman dan adil yang akuntabel, transparan dan patuh rule of law
dapat terpenuhi. Adanya konsep partispasi publik menurut Conyers (1991)
memberikan tiga alasan utama sangat pentingnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, yaitu: (1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna
memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat
setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan dan proyek akan gagal,
(2) Masyarakat mempercayai program pembagunan jika dilibatkan dalam proses
persiapan dan perencanaannya, karena masyarakat lebih mengetahui seluk beluk
proyek dan merasa memiliki proyek tersebut, (3) Partisipasi merupakan hak

10

demokrasi masyarakat dalam keterlibatannya di pembangunan ). Oleh karena itu
sebuah Kinerja program Partnership Building dalam penanggulangan bahaya
narkotika diperlukan nya sebuah partisipasi publik dalam melaksanakan sebuah
program dalam penanggulangan bahaya narkotika sehingga dengan adanya
keterlibatan dari publik sendiri sebuah pembangunan institusi Polri bisa berkinerja
dengan baik .

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji secara lebih
mendalam dan mengangkatnya dalam sebuah penelitian, serta menuangkannya
dalam bentuk tulisan skripsi dengan judul Kinerja Program Partnership
Building Dalam Penanggulangan Bahaya Narkotika Di Polres Lampung
Tengah
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana kinerja program
Partneship Building dalam penanggulangan bahaya narkotika yang dilakukan oleh
Kepolisian Resort Lampung Tengah ?”
C.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mendapatkan nilai

Kinerja Program institusi Polres Lampung

Tengah dalam mengatasi

Penyalahgunaan Narkotika melalui Program

Patnership Building

11

D.

Manfaat Penelitian
1. Secara akademis hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pemikiran,informasi dan pengetahuan bagi studi Ilmu Administrasi negara
mengenai Kinerja Program dalam mengatasi penyalahgunaan Narkotika
2. Secara praktis dengan adanya gambaran kinerja mampu mengoreksi dan
mengupayakan perbaikan-perbaikan pada institusi dan memberikan
informasi-informasi yang bermanfaat bagi Institusi Kepolisian Lampung
Tengah

dalam

meningkatkan

penyalahgunaan Narkotika

kinerja

Program

dalam

mengatasi

12

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebijakan Publik

Friedrich dalam Agustino (2012:7) mendefinisikan kebijakan publik adalah
serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang,kelompok,atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hamabatan
(kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan)
dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk
mencapai tujuan yang dimaksud. Dye mendefinisikan kebijakan publik dalam
Subarsono (2013:2) adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan (public is whatever goverments choose to do or not to do), Konsep ini
dimaksudkan (1). Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah,bukan
organisasi swasta, (2) kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan
atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah .

Dari definisi-definisi diatas, penulis memilih definisi kebijakan publik menurut
Anderson dalam Agustino (2012:7) mengatakan kebijakan publik dalam bukunya
Publik

Policy

Making

adalah

serangkaian

kegiatan

yang

mempunyai

maksud/tujuan tertentu yang dikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau

13

sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal
yang diperhatikan.

B. Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan
1. Konsep Kebijakan Publik

Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya Implentation and Publik
Policy) yang dikutip oleh Agustino (2012:139) mendefiniskan Implementasi
Kebijakan Sebagai :
“Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar dalam bentuk undangundang , namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan
eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.Lazimnya keputusan
tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi,menyebutkan secara
tegas tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstruktur
atau mengatur proses implementasi nya”,
Sedangkan menurut Van Metter dan Van Horn (1975) mendefinisikan kebijakan
sebagai tindakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau
pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan
pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijaksanaan.
Dari dua definisi diatas tersebut diketahui kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu
(1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas atau kegiatan
pencapaian tujuan , dan (3) adanya hasil kegiatan. (Agustino,2012:139)
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan
suatu proses yang dinamis,dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas

14

atau kegiatan,sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai
dengan Tujuan atau sasaran dari kebijakan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Lester dan Stewart Jr (2000:104) yang dikutip oleh Agustino
(2012:139) mereka mengungkapkan implentasi sebagai suatu proses dan suatu
hasil (output). Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau
dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai atau
tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih .

2. Model Implementasi
Menurut teori implementasi kebijakan Donald Van Metter dan Carl Van Horn
dalam Agustino (2012:141), terdapat enam variabel yang mempengaruhi kinerja
kebijakan publik, yaitu:
1.

Ukuran dan tujuan kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jikadan-hanya-jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan
sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran
kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk
dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan
kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

2.

Sumber daya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan
sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses
implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi

15

menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan
pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara
apolitik. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumber daya
itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan.
Tetapi diluar sumber daya manusia, sumber daya lain yang perlu
diperhitungkan juga ialah sumber daya finansial dan sumber daya waktu.
Karena itu sumber daya yang diminta dan dimaksud oleh Van Metter dan Van
Horn adalah ketiga bentuk sumber daya tersebut.
3.

Karakteristik Agen Pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik.
Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan (publik) akan
sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para
agen pelaksananya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi
kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen
pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya
semakin besar pula agen yang dilibatkan.

4.

Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak
mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan
publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang
dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul
persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang
akan implementor pelaksanaan adalah kebijakan dari atas (top down) yang

16

sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui
(bahkan tidak mampu menyentuh) kebtuhan, keinginan, atau permasalahan
yang warga ingin selesaikan.
5.

Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi
kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahankesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

6.

Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi
publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn
adalah, sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan
kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, dan
politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja
implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan
kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan
eksternal. (Agustino, 2008: 141-144)

Menurut teori implementasi kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier
dalam Agustino (2012:144), variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya
tujuan pada proses implementasi dapat dikategorikan menjadi tiga kategori besar,
yaitu:
1.

Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi:
a. Kesukaran-kesukaran teknis

17

b. Keberagaman perilaku yang diatur
c. Presentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran
d. Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki
2.

Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat
Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya untuk
menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:
a. Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan
dicapai
b. Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan
c. Ketetapan alokasi sumber dana
d. Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-lembaga
atau instansi-instansi pelaksana
e. Aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan pelaksana
f. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undangundang
g. Akses formal pihak-pihak luar

3.

Variabel-variabel diluar undang-undang yang mempengaruhi implementasi
a. Kondisi sosial-ekonomi dan teknologi
b. Dukungan publik
c. Sikap dan sumber-sumber yang dimilikikelompok masyarakat
d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana
(Agustino 2008:144-148)

18

Menurut teori implementasi kebijakan George C. Edward III dalam Agustino
(2012:149), terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan
implementasi suatu kebijakan, yaitu:
1.

Komunikasi

Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam mengukur
keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:
a.

Transmisi

b.

Kejelasan

c.

Konsistensi

2.

Sumber Daya

Indikator sumber daya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
a.

Staf

b.

Informasi

c.

Wewenang

d.

Fasilitas

3.

Disposisi

Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi adalah:
a.

Pengangkatan birokrat

b.

Insentif

4.

Struktur Birokrasi

Menurut teori implementasi kebijakan Merilee S. Grindle dalam Agustino
(2008:154), terdapat dua variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan

19

publik. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari
proses pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang
ingin diraih. Hal ini dikemukakan oleh Grindle, dimana pengukuran keberhasilan
implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari dua hal, yaitu:
1.

Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan
kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada aksi
kebijakannya.

2.

Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan melihat dua
faktor, yaitu:
a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok
b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan
perubahan yang terjadi.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik, juga menurut Grindle, amat
ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri atas
Content of Policy dan Context of Policy (1980:5).
1.

Content of Policy menurut Grindle adalah:

a.

Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)

b.

Type of Benefits (tipe manfaat)

c.

Extent of Change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)

d.

Site of Decision Making (letak pengambilan keputusan)

e.

Program Implementer (pelaksana program)

f.

Resources Committed (sumber-sumber daya yang digunakan)

20

2.

Context of Policy menurut Grindle adalah:

a.

Power, Interest, and Strategy of Actor Involved (kekuasaan, kepentingankepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat.

b.

Institution and Regime Characteristic (karakteristik lembaga dan rezim yang
berkuasa)

c.

Compliance and Responsiveness (tingkat kepatuhan dan adanya respon dari
pelaksana)

Dari penjelasan beberapa teori diatas mengenai implementasi kebijakan publik
maka pada penelitian ini peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan
publik dari Donald Van Metter dan Carl Van Horn. Pada model ini terdapat enam
variabel yang saling berkaitan yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik yaitu
ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana,
sikap/kecenderungan (disposition) para pelaksana, komunikasi antar organisasi
dan aktivitas pelaksana, dan lingkungan ekonomi sosial politik (Agustino, 2012).
C. Perspektif New Public Management.
Konsep New Public Management ini dapat dipandang sebagai suatu konsep baru
yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien yang dilakukan
oleh instansi dan pejabat-pejabat pemerintah, dengan konsep seperti inilah maka
Christopher Hood dari Londong School of Economics (1995) dalam (Thoha,
2008:75) mengatakan bahwan New Public Management mengubah cara-cara dan
model birokrasi publik yang tradisional kearah cara-cara dan model bisnis privat
dan

perkembangan

pasar.

Cara-cara

legitimasi

birokrasi

publik

untuk

menyelamatkan prosedur dari diskresi administrasi tidak lagi dipraktikan oleh
New Public Management dalam birokrasi pemerintah.

21

Konsep New Public Management mengenalkan konsep-konsep yang biasanya
diperlakukan untuk kegiatan bisnis dan sektor privat. Inti dari konsep ini adalah
untuk mentransformasikan kinerja yang selama ini dipergunakan dalam sector
privat dan bisnis ke sektor publik. Slogan yang terkenal dalam perspektif konsep
baru dalam New Public Management ini adalah mengatur dan mengendalikan
pemerintahan tidak jauh bedanya mengatur dan mengendalikan bisnis. Isu
berikutnya

yang berkembang tidak hanya

membatasi

pada bagaimana

mentransformasikan kinerja sektor bisnis ke sektor pmerintahan, malainkan lebih
jauh dari itu yakni New Public Management sudah menjadi suatu model
normative, yang ditandai dengan meninjau kembali peran administrator publik,
peran dan sifat dari profesi administrasi, dan mengapa serta bagaimana sebaiknya
kita bertindak dan berperan.

Menurut Thoha (2008:26) tema pokok dalam New Public Management antara lain
bagaimana menggunakan mekanisme pasar dan terminology di sektor publik.
Bahwa dalam melakukan hubungan antar instansi-instansi pemerintah dengan
pelanggannya dipahami sama dengan proses hubungan transaksi yang dilakukan
oleh mereka dunia pasar, dengan mentransformasikan kinerja pasar seperti ini
maka dengan kata lain akan mengganti kebiasaan kinerja sektor publik dari tradisi
berlandaskan aturan dan proses yang menggantungkan pada otoritas pejabat
menjadi orientasi pasar, dan dipicu untuk berkompetisi sehat.

Dalam konsep New Public Management semua pimpinan didorong untuk
menemukan cara-cara baru dan inovatif untuk memperoleh hasil yang maksimal
atau melakukan privatisasi terhadap fungsi-fungsi pemerintah, dengan demikian

22

kunci dari New Public Management adalah sangat menitikberatkan pada
mekanisme pasar dalam mengarahkan program-program publik. Pengaturan
seperti ini termasuk upaya melakukan kompetisi di dalam instansi pemerintah dan
unit-unit lintas batas bagi sektor organisasi yang berorientasi profit maupun
nonprofit.

Jonathan Boston dalam Thoha,(2008:76) menyebutkan bahwa pusat perhatian dan
doktrin New Public Management itu pada intinya, yaitu:
1.

Lebih menekankan pada proses pengelolaan dari pada perumusan kebijakan

2.

Perubahan dari penggunaan kontrol masukan ke penggunaan ukuran-ukuran
yang bisa dihitun terhadap output dan kinerja target.

3.

Devolusi manajemen control sejalan bersama dengan pengembangan
mekanisme system pelaporan, monitoring, akuntabilitas baru.

4.

Disagregrasi struktur birokrasi yang besar menjadi struktur instansi yang
kuasai otonomi secara khusus melakukan pemisahan antara fungsi-fungsi
komersial dengan yang nonkomersial.

5.

Menggunakan preferensi untuk kegiatan privat seperti privatisasi, system
kontrak sampai dengan penggunaan sistem penggajian dan renumerasi yang
efektif dan efisien.

Seiring dengan pendapat Jonathan Boston, Donald Kettle (2002) dalam (Thoha,
2008:75) menyebutkan dengan ”the global public management reform” yang
memfokuskan enam hal berikut ini :
1.

Bagaimana pemerintah bisa menemukan cara untuk mengubah pelayanan dari
hal yang sama dan dari dasar pendapatan yang lebih kecil.

23

2.

Bagaimana pemerintah bisa menggunakan insentif pola pasar untuk
memperbaiki patologi birokrasi.

3.

Bagaimana

pemerintah

bisa

menggunakan

mekanisme

pasar

untuk

memberikan kepada warga Negara alternative yang luas untuk memilih
bentuk dan macam pelayanan publik, atau paling tidak pemerintah bisa
mendorong timbulnya keberanian untuk memberikan pelayanan yang lebih
baik kepada warganya.
4.

Bagaimana pemerintah bisa membuat program yang lebih responsive.
Bagaimana pemerintah bisa melakukan desentralisasi responsibilitas yang
lebih besar dengan memberikan kepada manajemen terdepan insentif untuk
memberikan pelayanan.

5.

Bagaimana pemerintah bisa menyempurnakan kemampuan untuk membuat
dan merumuskan kebijakan.

6.

Bagaimana pemerintah bisa memusatkan perhatiannya pada hasil dan
dampaknya ketimbang perhatiannya pada proses dan struktur.

Prinsip-prinsip the Old Public Administration dilaksanakan dalam birokrasi
pemerintah, lain halnya dengan prinsip-prinsip atau pokok-pokok pemikiran dari
New Public Management, salah satu pengaplikasiannya adalah reinventing
government yang merupakan pemikiran pembarukan administrasi Negara dengan
memadukan prinsip-prinsip bisnis dalam birokrasi pemerintah. Dimana terdapat
10 prinsip menurut Osborne (Thoha, 2008:78) yaitu :
1.

Catalytic Government: steering rather than rowing
Pemerintah

harus

mengambil

peran

sebagai

katalisator

dalam

memenuhi/memberikan pelayanan publik dengan melalui cara merangsang

24

sektor swasta, pemerintah lebih berperan sebagai pengarah. Pemerintahan
katallis merupakan fungsi yang mampu memisahkan sebagai pengarah
dengan fungsi sebagai pelaksana.
2.

Community-Owned Government (Pemerintah Milik Masyarakat)
Pemerintah

yang

dalam

pengambilan

keputusan

yang

menyangkut

kepentingan masyarakat akan ikut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
keputusan tersebut. pemerintah milik masyarakat mengalihkan wewenang
control yang dimilikinya ke tangan masyarakat. Masyarakat diberdayakan
sehingga mampu mengontrol pelayanan yang diberikan oleh birokrasi
pemerintah
3.

Competitive Government (Pemerintah yang kompetitif)
Pemerintah menumbuhkan semangat untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat dengan melalui persaingan dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.Mereka memahami bahwa kompetisi adalah kekuatan
fundamental untuk memaksa badan atau birokrasi pemerintah melakukan
perbaikan.

4.

Mission-Driven Government (Pemerintahan yang digerakkan oleh Misi)
Tugas-tugas yang dilaksanakan aparat pemerintah lebih berorientasi kepada
misi.Pelaksanaan program harus lebih fleksibel. Mereka mengharuskan setiap
badan pemerintah untuk mempunyai misi yang jelas, kemudian memberikan
kebebasan kepada pemimpin untuk mnemukan cara terbaik mewujudkan misi
tersebut dalam dabat legal dan sah.

25

5.

Result Oriented government (Pemerintah Berorientasi pada hasil)
Pemerintah yan