STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL DAN INTERNAS

STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Yuyun Indrianingsih (1102414044); Haifah Tri Rahayu (1102414072); Syarif Hidayat
(1102414079); Gigih Muhammad Ridho (1102414107)
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Abstrak
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar yang konduktif
sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan dan mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia memiliki dasar yang hingga saat ini dijadikan filosofi
negara yaitu Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara dan filosofis menjadi patokan standar
nasional dan internasional di Indonesia. Standar Pendidikan Nasional (SPN) di Indonesia
menjadi standar yang wajib dilaksanakan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia,
sedangkan standar pendidikan internasional yang sering kali menggunakan standar ISO
digunakan oleh beberapa jenjang pendidikan untuk mendapatkan pengakuan baik karena
alasan kontaktual maupun non kontaktual. Standar ISO yang digunakan dalam dunia
pendidikan yaitu ISO 9000 atau lebih khususnya ISO 9000:2008.
Kata kunci: ISO, Pendidikan, Standar Nasional, Standar Internasional.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan secara sadar dengan
tujuan tertentu. Pendidikan menurut Langeveld seorang ahli pedagogik dari negeri Belanda

(Munib, 2012: 23) mengemukakan batasan pengertian pendidikan yaitu pendidikan adalah
suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk
mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Bimbingan tersebut dilakukan hingga anak tersebut
dewasa atau mengerti apa yang diajarkan oleh pendidik. Dalam bimbingan, terdapat tiga
aspke yaitu bimbingan sebagai proses, orang dewasa sebagai pendidik dan tujuan pendidikan
sebagai sesuatu yang ingin dicapai. Dengan menggunakan istilah bimbingan, maka
pendidikan dapat diartikan sebagai proses atau usaha secara sadar yang dilakukan oleh
pendidik kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Munib, 2012: 30) pendidikan berarti upaya untuk
memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin atau karakter), pikiran, dan tubuh anak.
Sedangkan menurut John Deway, pendidikan merupakan proses yang berupa pengajaran dan
bimbingan bukan paksaan yang terjadi adanya interaksi di masyarakat. Dari pengertian
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara
sadar tanpa adanya paksaan untuk mencapai tujuan yang lebih baik dalam lingkungan
masyarakat.
Berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasioanl No. 20 tahun 2003 (Munib, 2012: 30),
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan tersebut di lakukan berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
Pendidikan yang berlangsung layaknya memiliki pedoman atau acuan untuk
penyelenggaraannya. Di Indonesia, pendidikan diselenggarakan atas Pancasila, UUD 1945,
dan UU Sistem Pendidikan Nasional. Hal tersebut harusnya dapat menjadi patokan yang kuat
untuk melaksanakan pendidikan di Indonesia. Pedoman pendidikan Indonesia atau biasa yang
kita sebut Standar Pendidikan Nasional merupakan standar akan berbagai aspek dalam
penyelenggaraan pendidikan. Standar tersebut kemudian digunakan dan diterapkan dalam
proses pendidikan dengan harapan tercapai tujuan pendidikan nasional Indonesia.
Di dunia internasional, suatu kegiatan atau proses yang berlaku mempunyai pedoman
yang dianggap sebagai acuan untuk melaksanakan dan menilai apakah hal tersebut
mempunyai mutu yang tinggi atau tidak. Standar tersebut seringkali disebut dengan ISO
( Internastional Standar Organization). ISO yang ada di dunia bermacam-macam jenisnya dan
fungsinya pula. Indonesia sebagai negara berkembang menggunakan dua sistem standar yang
biasa digunakan terutama dalam hal pendidikan, yaitu Standar Nasional Pendidikan dan ISO.
Orientasi Pendidikan Indonesia
Ideologi merupakan suatu konsep yang dijadikan dasar atau suatu proses atau
pemikiran. Pendidikan sebagai salah satu proses pembelajaran yang dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu harus berdasarkan pada ideologi yang dianutnya. Di Indonesia,
pendidikan dilakukan berdasarkan ideologi Sistem Pendidikan Nasional yaitu Pancasila.
Pancasila (Munib, 2013: 8) merupakan dasar negara Indonesia yang tidak lain adalah
ideologi negara Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala hukum di Indonesia
merupakan dasar ideologi sistem pendidikan nasional yang berarti pelaksanaan pendidikan
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian
dijabarkan ke dalam UUD 1945 yang kemudian turun ke undang-undang hingga ke peraturan
pemerintah.
Ideologi pencasila sebagai ideologi terbuka (Munib, 2013: 9),dapat terpengaruh pada
ideologi-ideologi dari luar yang suatu saat dapat menggangu atau bahkan sebaliknya
memperkuat ideologi sendiri. Untuk mengantisipasi hal tersebut, makan kita harus memilih
ideologi-ideologi mana yang bertentangan atau hal-hal apa saja yang harus ditinggalkan dan
diterima. Dalam pelaksanaan, pendidikan harus tetap berpedoman pada nilai-nilai pancasila.
Sistem pendidikan nasional di Indonesia dalam pelaksanaan mempunyai dasar hukum
yang kuat. Dasar hukum yang menjadi landasan pendidikan di Indonesia (Munib, 2012: 63)
yaitu Pancasila sebagai landasan ideal, UUD 1945 sebagai landasan konstitusinal, dan UU

Standar Pendidikan Nasional yaitu No. 20 tahun 2003. Ketiga landasan menjadi dasar hukum
pelaksanaan pendidikan yang hingga kini terus berlaku.
Standar Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman (Pasal 1 ayat 2 UU RI
No. 20 Tahun 2003). Adapun sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
(Pasal 1 ayat 3 UU RI No. 20 Tahun 2003).
Dasar Hukum Pendidikan Nasional yaitu UU RI Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Indonesia Nomer 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan yang mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dn menengah disusun oleh satuan pendidikan
dengan mengacu Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta berpedoman pada
panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Adapun dasar hukum
pelaksanaan pendidikan dalam konteks Sistem Pendidikan Nasional mencakupi : (1)
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; (2)
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Sandar Isi; (3) Permendiknas Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan; (4) Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006
TENTANG Pelaksanaan Standar Isi; dan (5) SKL pada satuan pendidikan dasar dan
menengah. Disamping itu ada Permen Nomor 47 Tahun 2008 tentang Standar Isi yaitu
Permen Nomer 173 tahun 2007 tentang Kepala Sekolah; Permen Nomor 16 Tahun 2007 dan
Nomor 32 Tahun 2008 enang Guru; Permen Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan; Permen Nomer 24 Tahun 2008 tentang TU. Dasar hukum pelaksanaan

pendidikan sebagaimana tersebut, menjadi acuan untuk mengelola berbagai hal sesuai dengan
bidang yang ada dalam lingkup pendidikan.
Setelah diberlakukannya UU pendidikan maka muncul wacana yang mengubah sistem
pendidikan yang selama itu bersifat sentralistik ke desentralistik. Implikasi sejarah terhadap
konsep sejarah pendidikan yakni adanya upaya dalam mengembangkan potensi dan tujuan
pendidikan kepribadian peserta didik. Materi pelajaran harus di sesuaikan antara proses
pendidikan dengan tingkat perkembangan tingkat peserta didik. Menurut Undang-undang
Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan
Pendidikan Nasional adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang
dicantumkan pada undang-undang pendidikan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ktrampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap
dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Berdasarkan tujuan
pendidikan nasional itulah dilaksanakan proses pendidikan di Indonesia. Setiap lima tahun

sekali biasanya ditetapkan tujuan pendidikan nasional itu dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan dijelaskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Zahar Idris (1987) mengemukakan bahwa “Pendidikan Nasional sebagai suatu sistem adalah
karya manusia yang terdiri dari komponen-komponen yang memepunyai hubungan
fungsional dalam rangka membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah
laku seseorang sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum dalam Undang Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945.
Secara realitis sistem pendidikan senantiasa menghadapi tantangan baru, seiring dengan
timbulnya kebutuhan baru. Kebutuhan-kebutuhan baru tersebut, sebagai tantangan yang harus
dipenuhi. Sebagai solusi terhadap tantangan yang dihadapi dunia pendidikan senantiasa
melakukan pembaharuan dengan cara menyempurnakan sistemnya. Pembaharuan pendidikan
mencakupi landasan yuridis, kurikulum, struktur pendidikan, kualitas tenaga pendidikan, dan
perangkat penunjangnya. Pembaharuan yang tertuju pada landasan yuridis ini merupakan hal
yang paling mendasar.
Standar pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan dasar filosofi Indonesia yaitu
pancasila. Pendidikan sebagai proses berkembangnya suatu negara, harus mampu
menyesuaikan dengan perubahan zaman, termasuk pendidikan nasional di Indonesia. Badan
standar nasional Indonesia atau sering yang kita sebut BSN mengeluarkan sistem akreditasi
yang berada langsung di bawah Kemendikbud. Badan yang mempunyai wewenang untuk
melakukan akreditasi pendidikan sesuai dengan standar nasional yang telah ditentukan yaitu
BAN-PT. Badan tersebut melakukan akreditasi kepada berbagai jenjang pendidikan dengan
ketentuan yang berlaku.

Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional merupakan salah satu dasar hukum
pelaksanaan pendidikan di Indonesia dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi,
otonomi, keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dalam setiap kebijakan
pendidikan prinsip-prinsip tersebut, senantiasa harus dapat mewarnai penyelenggaraan
pendidikan. Secara garis besar Undang-Undang sebagaimana undang-undang sistem
pendidikan Nasional memiliki rangka yang standar. Dicantumkan konsideran yang melandasi
diterbitkannya Undang-Undang atau dengan kata lain konsideran itu dimaksudkan sebagai
argumentasi pentingnya Undang-Undang itu diterbitkan. Disamping iu juga dicantumkannya
Undang-Undang lain yang relevan dan mendukungnya.
Kemudian setelah adanya kosideran diikuti oleh ketentuan umum yaitu berbagai
ketentuan umum mengenai berbagai istilah yang terkai dengan substansi Undang-Undang
yang dimaksud. Penjelasan terhadap istilah dalam ketentuan umum dimaksudkan untuk
menghindari salah tafsir terhadap ungkapan yang diergunakan dalam pasal-pasalnya.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional berisi pasal-pasal yang merupakan
pokok-pokok rangkaian ketentuan yang mengatur penyelenggraan pendidikn beserta hal-hal
yang dianggap terkait dengan Undang-Undang. Dalam penyelenggraan pendidikan yang

termuat didalam Undang-Undang, diatur bab demi bab sesuai urutan prioritas yang hendak
disampaikan kepad para pelaksanannya.

Bab-bab yang dicantumkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
disusun sedemikian rupa, sehingga memudahkan bagi yang hendak memahaminya. Secara
garis besar bab-bab yang termuat dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
mencakupi bab, pasal, dan ayat. Adapun Undang- Undang yang berkenaan dengan Sistem
Pendidikan Nasional: (1.) UU NO 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) PP
NO. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional (SNP); (3) Pedoman Penghitungan
Beban Kerja Guru 24 Jam; (4) PP NO. 37 Tahun 2009 tentang Dosen; (5) UU NO 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen; (6) PP NO. 74 Tahun 2008 tentang Guru; (7) PP NO. 48 Tahun
2008 tentang Pendanaan Pendidikan; (8) PP No 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan; (9) Permendiknas NO. 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru
sebagai kepala sekolah; (10) PP No. 36 Tahun 2007 tentang Penyaluran Tunjangan Profesi
Bagi Guru; (11) Permendiknas No. 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru; (12)
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Guru; (13) Permendiknas No. 13 Tahun
2007 tentang Standat Kepala Sekolah; (14) Permendiknas No. 28 Tahun 2008 tentang Standat
Kompetensi Konselor; (15) Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi KTSP; (16)
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan; (17) Permendiknas No. 20
Tahun 2007 tentang Standar Penilaian; dan (18) Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang
Standar Sarana Prasarana.
Standar Pendidikan Internasional
Standar internasional (id.wikipedia.org, 2015) merupakan standar yang dikembangkan

oleh badan standardisasi internasional yang diterapkan di seluruh dunia. Standar tersebut
digunakan dan disesuaikan dengan kondisi negara yang menerapkan standar internasional
tersebut. Standar internasional pendidikan merupakan standar pendidikan yang
dikembangkan oleh badan standarisasi internasional. ISO (International Organization for
Standardization) merupakan badan standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari
badan standardisasi nasional di berbagai negara (www.safetyshoe.com, 2016). ISO didirikan
pada tanggal 23 Februari 1947 dengan nama IOS dan sekarang diubah menjadi ISO karena
dalam bahasa Yunani isos berarti equal. ISO memiliki kantor pusat yang berkedudukan di
Geneva, Swiss dengan keanggoataan 153 negara termasuk Indonesia. ISO telah
mengeluarkan kurang lebih 15000 standar.
ISO (Wiyono, 2015) sebagai badan standardisasi internasional yang menangani
masalah standardisasi untuk barang dan jasa. Keanggotaan Indonesia dalam ISO diwakili
oleh Dewan Standardisasi Nasional (DSN). Lebih dari 153 negara telah mengadopsi sistem
standar tersebut dan disesuaikan dengan keadaan negara tersebut.Hal tersebut berarti ISO
merupakan lembaga standarisasi internasional yang telah menjadi acuan standar bagi banyak
negara.
ISO (www.iso.org, 2016) mengeluarkan beberapa standar internasional diantaranya ISO
9000 tentang quality management; ISO 14000 tentang environmental management; ISO 3166
tentang country codes; ISO 26000 tentang social responsibility; ISO 50001 tentang energy


management; ISO 31000 tentang risk management; ISO 22000 tentang Food safety
management; ISO 27001 tentang Information security management; ISO 45001 tentang
Occupational health and safety; ISO 37001 tentang Anti bribery management systems; dan
ISO 13485 tentang Medical devices. Standar tersebut memiliki fungsi dan tujuannya masingmasing yang didapatkan berdasarkan rapat koordinasi antar bangsa-bangsa.
Pada tahun 1989 (Sallis, 2012: 120) ISO menunjukkan ketertarikannya di dunia
pendidikan. Meskipun pada tahun tersebut belum ada perguruan tinggi atau lembaga
pendidikan yang sesuai dengan standarisasi dari ISO. Dalam dunia pendidikan, ISO yang
digunakan yaitu ISO 9000 hal tersebut dikarenakan pendidikan mengeluarkan suatu produk
yaitu peserta didik. Ketika pendidikan memperoleh logo ISO 9000 maka lembaga pendidikan
tersebut mempunyai beberapa keuntungan, salah satunya lembaga tersebut dapat membina
hubungan atau kontrak dengan lembaga internasional.
ISO 9000 (Sallis, 2012: 124) memiliki filosofi yaitu sistem jaminan mutu lebih
menekankan pencegahan daripada pengobatan. Mutu yang dibangun oleh ISO ada di setiap
tahapan. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan hasil yang konsisten sesuai dengan tujuan. ISO
9000 terdiri dari 5 standar yaitu ISO 9000 tentang Quality Manajemen and Quality
standardization Guidelines for Selection and Use; ISO 9001 tentang Quality System-Model
quality assurance in design/ development, production, instalation and servicing; ISO 9002
tentang Quality System-Model quality assurance in instalation and servicing; ISO 9003
tentang Quality System-Model quality assurance in final inspection and test; dan ISO 9004
tentang Guidelines- quality management and quality system element. Tujuan dari ISO 9000

yaitu untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi permintaannya. ISO 9000
mencakup lima hal, yaitu kebijakan mutu, manajemen mutu, sistem mutu, pengendalian
mutu, dan jaminan mutu.
Pada tahun 1992 (Sallis, 2012: 127) badan standar internasioanl mengeluarkan panduan
standar dalam pendidikan dan pelatihan. Dalam dunia industri, dibutuhkan waktu selama 18
bulan untuk memperoleh registrasi kerja ISO 9000. Berikut ini terjemahan beberapa syarat
utama ISO 9000 untuk pendidikan :
No.
1.
2.
3.

Syarat Utama ISO 9000
Tanggungjawab manajemen
Sistem mutu
Kontak

4.
5.
6.

Kontrol Dokumen
Pengadaan Bahan
Persediaan Produk

7.
8.

Identifikasi Produk
Kontrol Proses

Terjemahan untuk pendidikan
Komitmen manajemen terhadap mutu
Sistem mutu
Kontrak dengan pelanggan Internal dan
Eksternal (Hak Pelajar dan Hak Pelanggan
Eksternal, seperti orang tua)
Kontrol Dokumen
Kebijakan Seleksi dan Ujian Masuk
Layanan
pendukung
pelajar
yang
mencakup kesejahteraan, konseling, dan
pengarahan tutorial.
Catatan Kemajuan Pelajar
Pengembangan, desain, penyampaian
kurikulum, strategi-strategi pengajaran dan
pembelajaran.

9.
10.

Inspeksi dan tes
Penilaian dan tes
Perlengkapan inspeksi, pengukuran, Konsistensi metode penilaina.
dan tes
11. Status inspeksi dan tes
Prosedur dan catatan penilaian yang
mencakup catatan prestasi.
12. Kontrol terhadap produk yang tidak Metode dan catatan penilaian yang
sesuai
mencakup catatan prestasi
13. Tindakan perbaikan
Tindakan perbaikan terhadapat kegagalan
pelajar,
sistem
untuk
menghadapi
komplain dan tuntutan.
13. Penanganan,
pengamanan, Fasilitas dan lingkungan fisik, bentuk
pengepakan, dan penyampaian.
tawaran lain seperti fasilitas olahraga,
kelompok-kelompok dan perkumpulan
ekstra kurikuler, persatuan pelajar, fasilitas
pembelajaran, dan lain-lain.
14. Catatan mutu
Catatan mutu
15. Audit mutu internal
Prosedur0prosedur pengesahan dan audit
mutu internal
16. Pelatihan
Pelatihan dan pengembangan staf yang
mencakup
prosedur-prosedur
untuk
menilai kebutuhan-kebutuhan pelatihan
dan evaluasi efektifitas pelatihan.
17. Teknik-teknik statistik
Metode-metode review, monitoring, dan
evaluasi.
Dari syarat-syarat tersebut kemudian diturunkan dan dijadikan patokan bagi lembagalembaga pendidikan yang ingin memiliki sertifikat ISO 9000. Dalam dunia pendidikan, ISO
9000 yang digunakan yaitu ISO 9001:2008 tentang sistem manajemen mutu sesuai dengan
revisi baru setelah ISO 9001:2000. ISO 9001 merupakan standar internasional di bidang
sistem manajemen mutu. Lembaga pendidikan yang telah mendapatkan akreditasi
(pengakuan dari pihak lain yang independen) ISO tersebut, dapat dikatakan telah memenuhi
persyaratan internasional dalam hal manajemen penjaminan mutu. Hal ini membuat lembaga
tersebut memiliki keuntungan-keuntungan lainnya pula.
ISO 9000 di Indonesia dijabarkan ke dalam SNI 19-9000. Penerapan ISO 9000 di
Indonesia terutama di dunia pendidikan didasarkan pada dua hal, yaitu kontraktual dan non
kontraktual. Kontraktual yaitu suatu lembaga menerapkan ISO bertujuan untuk memenuhi
permintaan dari pihak ketiga seperti sertifikat. Sedangkan alasan kontraktual yaitu suatu
lembaga menerapkan ISO karena keinginan dari intern lembaga tersebut. di samping itu,
manfaat yang diperoleh dari lembaga pendidikan yang menerapkan ISO 9001:2008 secara
baik dan benar yaitu: mempunyai perencanaan pendidikan yang bermutu baik; mempunyai
pengendalian program pendidikan yang bermutu baik; mempunyai jaminan mutu atas
program-program lembaga yang dikerjakannya; dapat meningkatkan mutu kinerja organisasi
lembaga yang dikelolanya; mempunyai standar kerja yang jelas bagi tenaga kependidikan
maupun manajemen sekolah; dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan pengguna
lulusannya atas mutu pelayanan dan pendidikan di lembaga tersebut; dan dapat memperluas
lingkup pasar kerja yang dikelolanya (Wiyono, 2015).

Ketika suatu lembaga ingin memperoleh sertifikat ISO 9001:2008, makan lembaga
tersebut harus mempunyai delapan prinsip manajemen mutu. 8 prinsip manajemen tersebut
antara lain: fokus pelanggan yaitu peserta didik, orang tua dan lembaga yang bekerja sama;
kepemimpinan yaitu pemimpin yang mampu memberikan arakah dan target kemana lembaga
pendidikan tersebut berjalan dengan kerja sama staf dan karyawannya; pelibatan karyawan
dimana pemimpin harus mampu melibatkan semua karyawan untuk meningkatkan
kepeduliannya terhadap pencapaian mutu dan kepuasan pelanggan serta menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif dan mampu memenuhi harapan pelanggannya; pendekatan
proses dimana pemimpin harus mampu menciptakan kondisi sehingga terjadi keefisien dan
efektifitas dalam pekerjaan; pendekatan sistem pada manajemen; Perbaikan
berkesinambungan seperti peningkatan perbaikan untuk sarana prasaran; pendekatan fakta
untuk membuat keputusan; dan hubungan yang saling menguntungkan dari berbagai pihak
(Wiyono, 2015).
Lembaga pendidikan terutama pendidikan tinggi, dalam menyiapkan diri untuk
mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008 harus mempersiapkan beberapa hal, antara lain: (1)
Komitmen Manajemen; (2) Penunjukkan Wakil Manajemen; (3) Pembentukan Tim ISO; (4)
Struktur Organisasi; (5) Membangun Sistem Manajemen Mutu; (6) Audit Mutu Internal; (7)
Tinjauan Manajemen; (8) Sertifikasi ISO 9001:2008. Komitmen manajemen menjadi hal
paling dasar dalam hal persiapan untuk sertifikasi ISO. Komitmen manajemen yang baik
akan mempengaruhi semua proses yang berkaitan dengan proses pelaksanaan kegiatan
lembaga tersebut. selanjutnya penunjukan wakil manajemen yang membuktikan adanya
komitmen manajemen di lembaga tersebut dan sebagai akses ke pemimpin lembaga tersebut.
Hal ketiga yang perlu dipersiapkan yaitu pembentukan tim ISO yang tanggungjawab
semua pihak mulai pemimpin lembaga hingga level yang paling bawah dalam struktur
organisasi lembaga tersebut. Selanjutnya struktur organisasi sebagai pedoman untuk
pembagian tugas, kewajiban, dan wewenang dalam menjalankan program dan kegiatan
lembaga. Dalam hal membangun sistem manajemen mutu, pihak lembaga harus menyiapkan
berbagai hal baik dari personel maupun persiapan lainnya. Setelah itu, audit mutu internal
dilakukan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh lembaga untuk meninjau kesesuaian dan
efektivitas penerapan sistem manajemen mutu. Setelah audit internal dilaksanakan maka
lembaga tersebut dapat menyiapkan penilaian yang lebih baik lagi. Kemudian perlunya
tinjauan manajemen sebagai untuk memastikan manajemen yang berjalan sesua dengan
rencana atau tidak. Hal terakhir yang perlu dipersiapkan yaitu sertifikasi ISO 9001:2008 oleh
badan sertifikasi yang memiliki wewenang dan waktu yang dirasa mampu untuk
melaksanakan sertifikat tersebut.
Hal-hal tersebut dipersiapkan sebagai upaya untuk mendapatkan sertifikasi yang baik
dan standarisasi yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh ISO. Ada 20 kriteria
penilaian yang dilakukan dalam sistem manajemen mutu berstandar ISO 9001 (Wiyono,
2015) yaitu: (1) tanggungjawab manajemen; (2) sistem mutu; (3) tinjauan kontrak; (4)
pengendalian desain; (5) pengendalian dokumen dan data; (6) pembelian; (7) pengendalian
produk pasokan pelanggan; (8) identifikasi dan mampu telusur produk; (9) pengendalian
proses; (10) inspeksi dan pengujian; (11) pengendalian alat inspeksi, ukur, dan pengujian;

(12) status inspeksi dan uji; (13) pengendalian produk yang tidak sesuai; (14) tindakan
koreksi dan pencegahan; (15) penanganan, penyimpanan, pengemasan, pengawetan, dan
penyerahan; (16) pengendalian rekaman mutu; (17) audit mutu internal; (18) pelatihan; (19)
pelayanan; dan (20) teknik statistik.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka ketika suatu lembaga ingin memperoleh sertifikat
internasional ISO 9001:2008 hendaknya lembaga tersebut mampu menyiapkan hal-hal sesuai
dengan standar dan tujuan yang ingin dicapai. ISO 9001:2008 yang disusun oleh badan ISO
disesuaikan dan diturunkan oleh Indonesia. Pelaksanaan sertifikasi ISO seringkali kali kita
jumpai di lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah (SMA/K) dan perguruan tinggi.
Meskipun lembaga tersebut telah memiliki sertifikasi oleh badan standar nasional, namun
seringkali mereka melakukan sertifikasi oleh badan standar internasional pula.
Antara Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Internasional (ISO)
Indonesia sebagai negara yang berkembang telah mengeluarkan standar nasional
pendidikan yang sering kali disebut SNI. Seringkali orang menanyakan manakah yang lebih
baik antara SNI dan ISO. Kedua standar tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan masingmasing. SNI merupakan standar nasional yang dibentuk oleh badan standarisasi nasional
(BSN) yang merupakan anggota dari ISO. BSN sesuai tugas dan fungsinya melakukan
harmonisasi dengan standar internasional. BSN sebagai lembaga pemerintah menurunkan
standar internasioanl ke dalam standar nasional tanpa melupakan nilai-nalai filosofi indonesia
sendiri (www.ubaya.ac.id , 2014).
Dalam dunia pendidikan, ISO 9001 diadopsi menjadi SNI 9001. Masyarakat Indonesia
dituntut untuk dapat menerapkan SNI ISO 9001 sebagai upaya untuk menyamakan standar
yang ada di dalam negeri dan di dunia internasional. Dengan begitu, tanpa disadari bagi
mereka yang telah menerapkan SNI 9001 telah menerapkan juga standar internasional ISO
9001. Sementara itu, kemendiknas melalui BAN-PT mengeluarkan program standarisasi
nasional untuk berbagai jenjang pendidikan. Kesamaan antara penjaminan mutu
kemendiknas, dan ISO 9001:2008 (www.fip.unesa.ac.id, 2014) yaitu: (1) skema yang
digunakan menggunakan siklus; (2) Fokus pada pelanggan; (3) Menggunakan fakta dan data;
(4) Mengutamakan Proses; (5) Berbasis sistem; (6) Kepemimpinan yang tangguh;
(7)Komitmen seluruh anggota organisasi. Hal tersebut dijadikan pula sebagai prinsip
penilaian dalam proses akreditasi.
Selain kesamaan antara BSN dan ISO (www.fip.unesa.ac.id, 2014), terdapat pula
perbedaan diantara keduanya. Perbedaan tersebut antara lain: (1) Sistem Organisasi; (2)
Standar yang digunakan; (3) Model pengukuran; dan (4) Penilaian eksternal. Dalam sistem
organisasi, BSN dilakukan oleh BAN-PT, sedangkan ISO dilakukan oleh organisasi
independen dibawah badan ISO di Geneva. Selanjutnya untuk standar yang digunakan oleh
BAN-PT sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang standar nasional pendidika,
sedangkan oleh ISO menggunakan patokan yang telah ditentukan oleh ISO namun di
sesuaikan dengan negara yang akan dilakukan akreditasi dengan hasil A, B, C, dan tidak
terakreditasi. Dalam hal model pengukuran BAN-PT melakukan pengukuran menggunakan

faktor internal dan kegiatan akreditasi. Sedangkan ISO menggunakan kegiatan audit internal
dan eksternal dengan hasil zero, faounding, minor, dan major.
Kemudian yang terakhir membedakan yaitu penilaian eksternal yang dilakukan oleh
BAN-PT yang seringkali disebut akreditasi, dan oleh ISO yang dilakukan oleh badan yang
mengeluarkan sertifikat penjaminan ISO. Berdasarkan pernyataan diatas, maka sertifikasi
oleh BAN-PT (standar nasional) dan oleh ISO (standar internasional) dapat dilakukan kedua
sesuai dengan tujuan dari diadakannya sertifikasi berikut. Sertifikasi yang dilakukan
mempunyai manfaat dan keuntungan yang diperoleh sehingga kedua hal tersebut baik atau
bahkan wajib di laksanakan.
Penutup
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia berdasarkan pada standar pendidikan nasional
dengan dasar hukum UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Standar
tersebut dilaksanakan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai filosofi Indonesia yaitu
Pancasila. Selain standar nasional pendidikan, standar internasional pendidikan juga memiliki
peran penting dalam keberlangsung pendidikan di Indonesia. Kedua standar tersebut
dikeluarkan oleh lembaga berbeda yaitu lembaga pemerintahan dan non pemerintahan.
Standar nasional pendidikan yang berada langsung di bawah Kemendikbud dipegang
oleh sebuah badan standarisasi nasional yaitu BAN-PT yang mempunyai wewenang untuk
melakukan akreditasi terhadap mutu pendidikan di Indonesia. Sedangkan untuk standar
internasional yang dilakukan oleh badan standarisasi internasional ISO dalam dunia
pendidikan menggunakan standar ISO 9001:2008 atau SNI 9001. Proses standarisasi oleh
ISO dilakukan oleh lembaga independen yang berada di bawah wewenang ISO. Keuntungan
dari adanya standar ISO yang dimiliki oleh suatu lembaga pendidikan yaitu adanya
pengakuan dari dunia luar termasuk dunia internasional.
Dalam pendidikan di Indonesia, pelaksanaan kedua standar tersebut layaknya
dilaksanakan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas mutu manajemen. Selain itu,
dengan adanya standar oleh nasional dan internasional maka lembaga tersebut dijamin
pengakuan oleh pihak ketiga.
Daftar Pustaka
Admin. 2016. Popular Standar. Di unduh di http://www.iso.org/iso/home.html pada tanggal 3
November 2016.
Admin. 2014. Sistem Penjaminan Mutu BAN-PT, ISO 9001:2008, dan MBNQA. Di unduh di
http://fip.unesa.ac.id/gpm/sistem-penjaminan-mutu-ban-pt-iso-90012008-dan-mbnqa
pada tanggal 3 November 2016.
Admin.
2014.
Pilih
SNI
Atau
ISO?.
Di
unduh
http://www.ubaya.ac.id/2014/content/news_detail/1832/Pilih-SNI-Atau-ISO-.html
pada tanggal 3 November 2016.

di

Munib, Achmad. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press.
OSHA Staff. 2016. ISO 9001. Di unduh di http://www.safetyshoe.com/tag/perbedaan-iso9000-dan-9001/ pada tanggal 3 November 2016.
Tim.

2015.
Standar
internasional.
Di
unduh
di
https://id.wikipedia.org/wiki/Standar_internasional pada tanggal 4 November 2016.

Sallis. 2012. Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu Pendidikan).
Yogyakarta: IRCiSod.
Wiyono, Giri. 2015. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu Berstandar ISO 9001:2008 di
Sekolah Menengah Kejuruan. Yogyakarta: FT UNY.