Latar Belakang Penelitian S TM 0906900 Chapter1

Zaenal Mutakin, 2016 STUDI EKSPLORASI ANTHROPOMETRI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yg dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. Ilmu bisa dikatakan juga pengetahuan dan kepandaian. Ilmu didapat dari penelusuran baik natural atau alamiah, dan bersistem seperti halnya pembelajaran dalam pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Pengertian pendidikan tercantum pula dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN, Bab I Pasal 1 Ayat 1, bahwasannya Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ”. Pendidikan dalam usaha untuk mencari ilmu guna mengembangkan potensi diri merupakan hak setiap insan. Pengembangan potensi diri melalui pendidikan akan memajukan peradaban manusia yang sejahtera. Pemaparan pendidikan tertuang dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pen didikan”. Ayat 3 menyatakan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang ”. Ayat 5 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai 2 agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”. Penyelenggaraan pendidikan nasional di Republik Indonesia diatur Undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. B ab I Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman ”. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional diterangkan pada Bab II Pasal 3, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis secara bertanggung jawab. Pendidikan nasional diselenggarakan melalui sistem yang tersusun dengan jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Jalur pendidikan saat ini terdiri dari tiga jalur pendidikan, Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 11 menyatakan bahwa “pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi ”. UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 17 Aya t 1 menyatakan “Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah ”. Ayat 2 menyatakan “Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah MTs, atau bentuk lain yang sederajat. ”. Pendidikan menengah merupakan jalur pendidikan formal dengan jenjang pendidikan tahapan lanjutan dari pendidikan dasar. Peserta didik yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan dasar SD dan SMP dapat melanjutkan ke tahap pendidikan menengah, sebagaimana UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 18 Ayat 1 menyatakan “Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar ”. Ayat 2 manyatakan “Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan 3 menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan ”. Ayat 3 menyatakan “Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas SMA, Madrasah Aliyah MA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK, dan Madrasah Aliyah Kejuruan MAK, atau bentuk lain yang sederajat ”. Ayat 4 menyatakan “Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah ”. Berdasarkan penjelasan UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa: “...Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu... ”. Pendidikan menengah selanjutnya diperjelas dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan mencakup institusi SMK dan MAK. Pasal 1 Ayat 15 menyatakan “Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah...”. Ayat 16 menyatakan “Madrasah Aliyah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat MAK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah...”. Usaha dalam mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industridunia usaha asosiasi profesi, substansi diklat pendidikan dan pelatihan dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokkan dan diorganisasikan menjadi program normatif, adaptif, dan produktif. Program Normatif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi yang utuh, pribadi yang memiliki norma - norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial anggota masyarakat, sebagai warga Negara Indonesia maupun sebagai warga dunia. Program Adaptif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, 4 teknologi dan seni. Program Produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja, sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia SKKNI. Dalam hal ini SKKNI belum ada, maka digunakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang dianggap mewakili dunia usahaindustri atau asosiasi profesi. Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha atau industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai kebutuhan setiap program keahlian. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan tentang pendidikan kejuruan, sudah jelas bahwa orientasi hasil dari pendidikan kejuruan ini adalah siswa yang siap kerja pada bidang yang dipilih diminatinya. Pendidikan kejuruan memiliki spektrum program keahlian pendidikan kejuruan yang berisi bidang studi keahlian, program studi keahlian, dan kompetensi keahlian. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor : 7013DKP2013 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan, memutuskan salah satu spektrum melalui tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan NO BIDANG STUDI KEAHLIAN PROGRAM STUDI KEAHLIAN KOMPETENSI KEAHLIAN NOMOR KODE 1 Teknologi dan Rekayasa 1.15 Teknik Otomotif 1.15.1 Teknik Kendaraan Ringan 042 1.15.2 Teknik Sepeda Motor 043 1.15.3 Teknik Perbaikan Bodi Otomotif 044 1.15.4 Teknik Alat Berat 045 1.15.5 Teknik Perbaikan Bodi Otomotif 046 Sumber: Keputusan Dirjen Pendidikan Menengah Kemendikbud Tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan Tahun 2013 Program Studi Keahlian Teknik Otomotif merupakan bagian dari bidang studi teknologi dan rekayasa. Program studi keahlian teknik otomotif lahir atas dasar 5 berkembangnya industri otomotif dan tingginya permintaan pasar kerja di bidang tersebut di Indonesia. Industri otomotif tanah air terus berkembang dengan pesat, meskipun kita baru dalam tahap perakitan dan after sales service. After sales service merupakan pelayanan jasa purna jual untuk perawatan dan perbaikan produk otomotif. Jasa perawatan dan perbaikan dapat di berikan oleh bengkel resmi maupun bengkel umum. Suatu industri atau dunia usaha harus dapat bersaing dengan industri dan dunia usaha sejenis lainnya. Agar dapat bersaing dengan dunia industri atau dunia usaha lainnya salah satu faktor penentu keberhasilan adalah karyawan yang produktif. Produktifitas karyawan ditentukan oleh dimensi individu yang harus mempunyai kompetensi yang sesuai, motivasi dan komitmen pada organisasi, serta dimensi organisasi yang memberikan upah atau balas jasa yang sebanding dengan apa yang dilakukan karyawannya. Karyawan industri ini untuk posisi mekanik diisi oleh lulusan SMK, dengan demikian lulusan SMK harus berkompeten, terlatih, terdidik, terampil dibidangnya dan sehat fisik serta mental. Lulusan SMK yang berkompeten dan berkualitas dihasilkan dari sebuah lembaga pendidikan yang memberikan pengalaman belajar yang baik pada siswanya. Pengalaman belajar yang baik ditentukan oleh Kurikulum, sarana dan prasarana serta guru pengajar. Karakteristik pengajaran di lingkungan pendidikan kejuruan seperti setingkat SMK Teknik Otomotif khususnya pada kelompok mata pelajaran produktif, yakni belajar yang didominasi oleh gerak motorik sebagai manifest pengetahuan dan sikap. Hal tersebut, ditunjukkan melalui performa proses dan hasil belajar siswa yang bersifat membekali ketangkasan di kemudian hari. Kemampuan kerja fisik adalah suatu kemampuan fungsional dari seseorang untuk melakukan aktivitas kerja yang melibatkan kekuatan. “Kompleksitas sistem ketubuhan manusia, dapat berjalan karena ada sistem kendali sebagai komponen yang dapat mengatur berbagai variabel masukan dalam proses mencapai tujuan. Sistem kendali tersebut, berpangkal dari sistem saraf otak yang bekerja relatif cepat melalui hantaran impuls elektris sepanjang saraf “ Kuswana,2014, hlm. 81. Pekerjaan pada pemeliharaan atau servis pada bidang otomotif kendaraan ringan ini terutama servis engine menuntut posisi badan dan gerakan fisik yang sangat 6 bervariasi. Posisi badan tersebut harus menyesuaikan dengan kondisi kendaraan yang sedang di perbaiki sehingga kadang-kadang melakukan pekerjaan dengan posisi yang tidak aman, tidak nyaman atau canggung. Kodisi kerja seperti ini akan memaksa pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang “aneh” dan kadang juga harus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Kegiatan tersebut tentu saja akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, membuat banyak kesalahan kerja dan menderita cacat tubuh. Domino H.W Heinrich 1031-1980 mempresentasikan serangkaian teorema yang dikenal sebagai aksioma keselamatan industri. Aksioma pertama berurusan dengan penyebab kecelakaan, yang menyatakan bahwa terjadinya cedera merupakan hasil dari faktor kerumitan urutan pekerjaan, yang berakhir menjadi kecelakaan itu sendiri. Kedua, menyajikan sebuah model yang dikenal sebagai ‘teori domino’ karena hal ini menurut urutan kejadian. Model domino telah dicatat sebagai satu dimensi dari suatu peristiwa. Kecelakaan biasanya, multifaktor dan berkembang melalui urutan yang relatif panjang perubahan dan kesalahan. Hal ini telah menyebabkan beberapa prinsip sebab akibat. Berdasarkan prinsip penyebab terjadinya kecelakaan, model Domino mengemukakan yakni ada penyebab langsung dan penyebab dasar. Penyebab langsung terjadinya kecelakaan yang dapat diobservasi dan diidentifikasi yakni unsafe act tindakan tidak aman dan unsafe condition kondisi tidak aman. Faktor penyebab dasar merupakan salah satu awal kecelakaan, meskipun telah diidentifikasi, sering kali adanya kemungkinan atau satu hal yang tidak sesuai dengan sesuai dengan instrumen saat seleksi pekerja. Penyebab dasar dapat diklasifikasikan menjadi dua hal, yaitu: faktor pribadi dan faktor pekerjaan. Berdasarkan faktor pribadi pekerja salah satunya kemampuan fisik atau fisiologi tidak memenuhi prasyarat pekerja yang dietapkan oleh dokter ahli yang merekomendasikan kelayakan untuk melaksanakan tugas tertentu. Berdasarkan faktor pekerjaan salah satunya Sistem pengendalian dan pengawasan lemah, Sistem pengadaan alat, bahan dan mesin tidak sesuai dengan standar, Sistem pengembangan SDM pekerja kurang memadai, dan kesejahteraan kurang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Kuswana 2015, hlm. 65 mengemukakan bahwa “suatu kecelakaan di tempat kerja adalah kejadian diskrit dalam program kerja yang mengarah ke 7 kerusakan fisik atau mental”. Penghindaran terjadinya kecelakaan menurut Kuswana 2014, hal. 28 mengemukakan bahwa “safety merupakan suatu kondisi yang aman secara fisik, sosial, spiritual, finansial, emosional, pekerjaan dan psikologis yang terhindar dari ancaman terhadap kondisi yang dialami serta sebagai lawan dari bahaya danger ”. Pekerjaan yang sehat dan aman merupakan hak setiap orang sebagai mana yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan . Pasal 4 menyatakan “setiap orang berhak atas kesehatan”. Pasal 6 menyatakan “setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan”. Sehat diri dan lingkungan untuk pencapaian derajat kesehatan yang tinggi, pekerja memerlukan informasi dan edukasi merupakan hak sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 yakni “setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Selain menuntuk hak setiap orang juga wajib mewujudkan dan menciptakan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi tidak untuk diri sendiri. Pasal 9 menyatakan, 1. setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. 2. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan. Pasal 10 menyatakan “setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial ”. Pasal 11 menyatakan “setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi- tingginya ”. Disiplin keilmuan lahir dan berkembang sekitar pertengahan abad 20 ini yang berkaitan dengan perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang memperhatikan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya dikenal kemudian dengan nama ergonomi. Menurut Kuswana 2014, hal. 5 mengemukakan bahwa Ergonomi merupakan studi bersifat multidisiplin ilmu yang berakar mulai dari neurologi, anatomi, fisiologi, kinesiologi, dan biomekanika tubuh manusia, psikologi, higiene, antropometri, matematika komputasi, tempat alambuatan rekayasa, pemrograman dan seni yang berorientasi pada proses dan produk secara sinergis dengan alat atau mesin yang dimanfaatkan secara 8 aman, nyaman dan memberikan kepercayaan adanya keselamatan kerja yang tinggi, melalui metode tertentu. Ergonomi berbicara mengenai desain sistem terutama sistem kerja agar sesuai dengan atribut atau karakteristik manusia fit the job to the man. Kuswana 2014, hlm. 10 secara umum terdapat tiga macam cedera tubuh, yaitu cumulative trauma disorder trauma gangguan kumulatif, repetitive strain injury, musculoskeletal disorder gangguan muskuloskeletal. Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin ergonomi ialah aplikasi yang sistemis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia di dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai. Menurut Wignjosoebroto, 2003, hlm. 58 : Analisis dan penelitian ergonomi akan meliputi hal-hal yang berkaitan dengan a. Anatomi struktur, fisiologi bekerjanya dan antropometri ukuran tubuh manusia. b. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia. c. kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu pendek maupun panjang ataupun membuat celaka manusia dan sebaliknya ialah kondisi-kondisi kerja yang dapat membuat nyaman kerja manusia. Wignjosoebroto, 2008 , hlm 60 “ antropometri adalah studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya ”. Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan menggunakannnya. Data antropometri jelas diperlukan agar rancangan suatu produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakikatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual. Seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan job order. Situasi menjadi berubah manakala lebih banyak lagi produk standar yang harus dibuat dan dioperasikan oleh banyak orang. Permasalahan yang timbul di sini adalah ukuran siapa yang nantinya akan dipilih sebagai acuan untuk mewakili populasi. Pemaparan latar belakang masalah, literatur dan peraturan perundang-undangan 9 yang tersebut di atas, penulis memandang penting untuk meneliti dengan membuat skripsi dengan judul “Studi Eksplorasi Anthropometri Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Kendaraan Ringan di Kota Bandung ” 1.2. Rumusan Masalah Penulis melihat perlunya merumuskan masalah penelitian agar dapat dicapai tujuan yang lebih terarah. Masalah yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu: Bagaimanakah hasil pengukuran antropometri siswa SMK Teknik Kendaraan Ringan di Kota Bandung ?

1.3. Tujuan Penelitian