Identifikasi dan Karakterisasi Pola Kokok pada Ayam Pelihara Berdasarkan Pendekatan Bioakustik

(1)

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI POLA KOKOK

PADA AYAM PELIHARA BERDASARKAN

PENDEKATAN BIOAKUSTIK

SKRIPSI

Oleh:

ANDIKA VERDIAN GINTING 100306029

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI POLA KOKOK

PADA AYAM PELIHARA BERDASARKAN

PENDEKATAN BIOAKUSTIK

SKRIPSI

Oleh:

ANDIKA VERDIAN GINTING 100306029/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

Judul Skripsi : Identifikasi dan Karakterisasi Pola Kokok Pada Ayam Pelihara Berdasarkan Pendekatan Bioakustik

Nama : Andika Verdian Ginting

NIM : 100306029

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Hamdan , SPt., MSi Ir. Tri Hesti Wahyuni., Msc

Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan


(4)

ABSTRAK

ANDIKA VERDIAN GINTING, 2014 : “Identifikasi dan Karakterisasi Pola Kokok Pada Ayam Pelihara Melalui Pendekatan Bioakustik ”. Dibimbing oleh HAMDAN dan TRI HESTI WAHYUNI.

Penelitian ini bertujuan untuk yaitu untuk memperoleh data dasar karakteristik suara kokok, melakukan analisis suara kokok dan pola bioakustik pada kokok ayam. Penelitian dilaksanakan di Ai Martubung Farm Kelurahan Martubung Bulan Juni sampai dengan September 2014. Analisis Data Penelitian ini menggunakan Aplikasi Sound Forge Xp 10. Penelitian ini menggunakan 11 jenis Ayam Jantan dewasa yaitu Ayam Bangkok, Birma, Hutan, Kampung, Kate, Serama, Bagon, Magon, Saigon dan Suratani dengan masing-masing jenis terdiri dari 2 ekor dengan total jumlah 22 ekor Paramater yang diamati adalah Jumlah suku kata kokok, durasi kokok, Freuensi gelombang dan frekuensi berkokok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam kampung memiliki durasi kokok terpanjang dengan durasi kokok 3,659 detik dan durasi yang tercepat adalah ayam Magon dengan durasi kokok 1,326 detik. Hasil analisis untuk Jumlah suku kata kokok menunjukkan 10 jenis ayam memiliki 4 suku kata kokok dan 1 jenis memiliki 3 suku kata. Hasil analisis suara untuk frekuensi berkokok menunjukkan ayam kampung memiliki frekuensi berkokok terbanyak dengan 17 kali kokok .


(5)

ABSTRACT

ANDIKA VERDIAN GINTING, 2014:’’Identification and Characterization of crowing Pattern Approach to Keep Chickens In Bioacoustic’’. Guided by

HAMDAN and TRI HESTI WAHYUNI.

The aim of this study is to obtain data for the basic characteristics of the crowing sound, crowing sound analysis and bioacoustic patterns on the crowing of the cock. The experiment was conducted in Ai Martubung Farm Village Martubung on June to September 2014. This study uses Data Analysis Applications Sound Forge Xp 10. This study uses 11 types of the adult Roosters Chicken Bangkok, Burma, Junglefowl, Local, Kate, Serama, Bagon, Magon, Saigon and Suratani where each type is consisting of 2 head with a total number are 22 head Parameters measured were number of syllables crowing, crowing duration, wave frequency and frequency of crowing.

The results showed that the chicken had the longest duration of crowing crowing 3,659 seconds in which the fastest crowing is Magon 1,326 seconds. The results of the analysis for the number of syllables crowing shows 10 types of chicken has 4 syllables crowing and 1 type has 3 syllables. The results of the analysis of the frequency of crowing sound is indicate that the frequency range at local chicken has the most frequency is 17 times of crowing.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 2 Juni 1992 dari ayah Thomas Ginting dan ibu Listina Elviana br. Surbakti. Penulis merupakan Putra kedua dari 5 bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 15 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih Program Studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET), anggota Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP) dan anggota Kelompok Kecil ( KK) UKM KMK USU .

Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Mabar Feed Indonesia divisi Layer farm di Desa Gunung Tinggi Kabupaten Deli Serdang tahun 2012. Penulis melaksanakan penelitian di Kelurahan Martubung ( Ai Farm) dilaksanakan selama 9 minggu dimulai dari tanggal 3 Juni sampai 16 September 2014.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi dan Karakterisasi Pola Kokok Pada Ayam Pelihara Berdasarkan Pendekatan Bioakustik”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Hamdan dan Ibu Tri Hesti Wahyuni selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua civitas akademika di Program Studi Peternakan serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi dan Bapak Syarul Pelatih Ayam Petarung di Ai Farm yang telah membantu penulis penelitian di Peternakan Ai Farm Martubung.


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Pengenalan Ayam Pelihara ... 3

Tipe-Tipe Ayam Pelihara ... 4

Karakteristik dan Keistimewaan Ayam ... 7

Kajian Bioakustik pada Tipe Ayam Penyanyi ... 11

Organ Penghasil Suara pada Unggas ... 11

Fungsi Suara pada Unggas ... 13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Gambaran Umum tentang Sound Forge xp 10 ... 15

Deskripsi tentang Sony ICD-PX333M ... 15

Metode Penelitian ... 16

Parameter yang Diamati ... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Pengumpulan Data ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Berbagai Jenis Suara Kokok Ayam ... 19

Jumlah Suku Kata Kokok ... 20

Durasi Kokok ... 22

Frekuensi Gelombang Kokok ... 23


(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 26

Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27


(10)

DAFTAR TABEL

No Hal 1. Hasil Analisis Suara dari Berbagai Jenis Ayam ... 20 2. Frekuensi Berkokok dan Durasi Jarak antara Periode 1 dan 2 ... 24


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Gambar Sistem Pernapasan Unggas ... 12

2. Deskripsi Sony ICD-PX333M ... 15

3. Tampilan Umum Sony Sound Forge xp 10 ... 16

4. Wafe Form Jumlah Suku Kata Kokok ... 21

5. Wafe Form Frekuensi Gelombang Kokok ... 23


(12)

ABSTRAK

ANDIKA VERDIAN GINTING, 2014 : “Identifikasi dan Karakterisasi Pola Kokok Pada Ayam Pelihara Melalui Pendekatan Bioakustik ”. Dibimbing oleh HAMDAN dan TRI HESTI WAHYUNI.

Penelitian ini bertujuan untuk yaitu untuk memperoleh data dasar karakteristik suara kokok, melakukan analisis suara kokok dan pola bioakustik pada kokok ayam. Penelitian dilaksanakan di Ai Martubung Farm Kelurahan Martubung Bulan Juni sampai dengan September 2014. Analisis Data Penelitian ini menggunakan Aplikasi Sound Forge Xp 10. Penelitian ini menggunakan 11 jenis Ayam Jantan dewasa yaitu Ayam Bangkok, Birma, Hutan, Kampung, Kate, Serama, Bagon, Magon, Saigon dan Suratani dengan masing-masing jenis terdiri dari 2 ekor dengan total jumlah 22 ekor Paramater yang diamati adalah Jumlah suku kata kokok, durasi kokok, Freuensi gelombang dan frekuensi berkokok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam kampung memiliki durasi kokok terpanjang dengan durasi kokok 3,659 detik dan durasi yang tercepat adalah ayam Magon dengan durasi kokok 1,326 detik. Hasil analisis untuk Jumlah suku kata kokok menunjukkan 10 jenis ayam memiliki 4 suku kata kokok dan 1 jenis memiliki 3 suku kata. Hasil analisis suara untuk frekuensi berkokok menunjukkan ayam kampung memiliki frekuensi berkokok terbanyak dengan 17 kali kokok .


(13)

ABSTRACT

ANDIKA VERDIAN GINTING, 2014:’’Identification and Characterization of crowing Pattern Approach to Keep Chickens In Bioacoustic’’. Guided by

HAMDAN and TRI HESTI WAHYUNI.

The aim of this study is to obtain data for the basic characteristics of the crowing sound, crowing sound analysis and bioacoustic patterns on the crowing of the cock. The experiment was conducted in Ai Martubung Farm Village Martubung on June to September 2014. This study uses Data Analysis Applications Sound Forge Xp 10. This study uses 11 types of the adult Roosters Chicken Bangkok, Burma, Junglefowl, Local, Kate, Serama, Bagon, Magon, Saigon and Suratani where each type is consisting of 2 head with a total number are 22 head Parameters measured were number of syllables crowing, crowing duration, wave frequency and frequency of crowing.

The results showed that the chicken had the longest duration of crowing crowing 3,659 seconds in which the fastest crowing is Magon 1,326 seconds. The results of the analysis for the number of syllables crowing shows 10 types of chicken has 4 syllables crowing and 1 type has 3 syllables. The results of the analysis of the frequency of crowing sound is indicate that the frequency range at local chicken has the most frequency is 17 times of crowing.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam pelihara merupakan ayam hasil domestikasi dari ayam liar menjadi ayam yang dijinakkan dan dipelihara. Ayam pelihara di Indonesia ada yang diproduksi masyarakat untuk petelur dan pedaging namun ada juga beberapa bangsa ayam dipelihara untuk kesenangan atau hobi. Ayam tersebut dipelihara untuk kesenangan manusia seperti menimakti kemerduan suara, keunikan bentuk tubuhnya untuk menghilangkan stress dan menyalurkan hobi.

Di Indonesia, Saat ini, suara telah menjadi komoditas ekonomi. Berdasarkan tipenya ada dua jenis suara pada bangsa unggas, yaitu call ( suara panggilan) dan song (suara nyanyian). Tipe suara call digunakan dalam berkomunikasi antar sesama, sebagai isyarat adanya musuh (respon predator) atau adanya gangguan, saat terkejut dan ketika menemukan makanan. Tipe suara song

merupakan tipe suara sebagai pernyataan wilayah kekuasaan (territorial declare)

dan sebagai atraksi memikat unggas betina yang akan dikawini. Tipe suara call

terdapat pada unggas jantan dan betina, sedangkan tipe song hanya pada unggas jantan. Selain itu, suara dijadikan sebagai indikator kesejahteraan hewan, ekspresi emosional dan status fisiologi hewan.

Suara dapat pula dijadikan sebagai penanda individu, karena setiap individu mempunyai karakteristik suara spesifik. Tidak satupun orang atau hewan yang mempunyai suara persis sama, perbedaan frekuensi dan amplitudo, baik antar individu maupun antar spesies. Suara kokok pada ayam jantan merupakan salah satu potensi yang bernilai ekonomi. Ayam jantan yang memiliki suara kokok merdu biasanya memiliki nilai jual yang tinggi. Sebagai contoh ayam AKB


(15)

yang menang kontes memiliki harga 50 kali lebih tinggi dari ayam jantan yang berkokok tidak merdu( Rusfidra, 2004)

Perekaman suara kokok ayam dilakukan untuk mengetahui ciri dari ayam tipe song atau tipe call . Sound forge pro 10 atau sound forge pro 11 merupakan suatu perangkat lunak komputer yang digunakan untuk memproses dan menganalisa suara dan biasanya digunakan untuk proses penyuntingan musik.

Oleh karena itu untuk mengetahui ciri khas dari setiap suara kokok dari berbagai bangsa ayam maka dilakukannya analisis tentang suara kokok dari setiap bangsa ayam tersebut dan mengetahui makna dari suara kokok tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh data dasar karakteristik suara kokok, melakukan analisis suara kokok dan pola bioakustik pada kokok ayam.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai informasi dasar dalam penyeleksian bangsa ayam berdasarkan penentuan suara dan penyusunan kebijakan pemuliaan dalam rangka meningkatkan jumlah lenggek kokok.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Mengenal Ayam Pelihara

Sejarah dan klasifikasi ayam menurut sejarahnya, ayam jinak yang dipelihara manusia sekarang adalah berasal dari ayam liar. Keturunan ayam yang telah menjadi jinak kemudian disilangkan atau dikawinkan oleh manusia. Konon, menurut teorinya, ayam liar ini adalah ayam hutan atau Gallus gallus. Hirarki klasifikasi ayam menurut Rose (2001) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Subkingdom : Metazoa

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata Divisi : Carinathae Kelas : Aves Ordo : Galliformes Family : Phasianidae Genus : Gallus

Spesies : Gallus gallus domestica sp

Tipe-tipe ayam pelihara

1.Tipe ayam petelur

Ayam Buras petelur adalah ayam-ayam Buras betina yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Umumnya produksi telur ayam Buras tidak sebanding dengan produksi telur ayam Ras. Beberapa ayam Buras yang memiliki produksi 5 telur tinggi diantaranya yaitu ayam Arab 190-250 butir/tahun, ayam Cemani 215 butir/tahun, dan ayam Sentul 13-20 butir/periode (Rusfidra, 2004).


(17)

2. Tipe Ayam Pedaging

Tipe pedaging pada ayam Buras dapat diketahui dari kemampuan ayam tersebut mengonversi pakan menjadi daging. Beberapa ayam Buras penghasil daging yaitu ayam Nunukan, ayam Pelung, dan ayam Bangkok (Jatmiko, 2001).

3 Tipe Penyanyi / Suara

Ayam lokal yang potensial sebagai ayam penyanyi adalah ayam Pelung, ayam Kokok Balenggek, dan ayam Bekisar. Ke-3 bangsa ayam lokal tersebut memiliki suara kokok merdu, enak didengar, dan masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda satu sama lainnya.

a. Ayam Kokok Balenggek (AKB)

Ayam Kokok Balenggek (AKB) merupakan ayam penyanyi yang berasal dari Sumatera Barat. Populasi AKB berkembang di Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

AKB merupakan hasil persilangan antara ayam hutan merah (Gallus gallus) dengan ayam buras (Gallus domesticus). Menurut legenda dan cerita yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dari Kecamatan Payung Sakaki Kabupaten Solok, AKB merupakan turunan dari ayam yang menjadi binatang kesayangan anak Nagari pada zaman kerajaan Minangkabau dahulu. Kini AKB sudah dipelihara oleh masyarakat di luar habitatnya di Kecamatan Payung Sakaki Kabupaten Solok dan menyebar ke berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat, bahkan sudah banyak yang dipelihara ke luar provinsi Sumatera barat. Pada umumnya ayam ini dipelihara sebagai ayam hias/hewan kesayangan


(18)

yang-diperlakukan secara khusus seperti hewan kesayangan lainnya (Rusfidra, 2005). Berdasarkan ukuran tubuhnya AKB dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu a) AKB yang berukuran besar dan penduduk di lokasi habitat aslinya menyebut sebagai ayam Gadang, b) ayam Ratiah yaitu ayam yang berukuran lebih kecil. Untuk memperkenalkan AKB kemasyarakat di luar Sumatera Barat, ayam ini biasanya juga dibawa sebagai materi/produk unggulan di bidang peternakan Sumatera Barat dalam berbagai kesempatan yang dilaksanakan secara nasional seperti di Jakarta dan tempat-tempat lainnya.

Karakteristik khas AKB adalah suara kokoknya yang bertingkat-tingkat, bersusun-susun dari 3-21 suku kata atau lebih. Pengelompokan suku kata kokok AKB menjadi tiga bagian, yaitu kokok depan, kokok tengah dan kokok belakang. Kokok depan dimulai dari suku kata pertama, kokok tengah terdiri dari suku kata kokok kedua dan ketiga, dan kokok belakang dihitung dari suku kata keempat sampai suku kata terakhir. Kokok bagian belakang disebut lenggek kokok (Rusfidra, 2005).

b. Ayam Pelung.

Ayam Pelung berasal dari Kecamatan Warungkondang, Kab. Cianjur. Ayam jenis ini mulai dipelihara dan dikembangkan tahun 1850 oleh para bangsawan dan ulama. Berdasarkan penelusuran ilmiah, ayam Pelung diduga merupakan turunan ayam hutan merah yang terdapat di Pulau Jawa. Hal ini kemudian diperkuat oleh riset molekuler yang dilaporkan oleh Fumihito. et.,all.

(2003) yang menyatakan bahwa ayam domestik yang berkembang sekarang di

seluruh dunia berasal dari turunan ayam hutan merah (Gallus gallus) (Jatmiko, 2001).


(19)

Dengan semakin bertambahnya penggemar ayam Pelung maka penyebarannya pun semakin meluas ke berbagai daerah sekitar Bandung, Bogor, Sukabumi, dan daerah lainnya. Kontes ayam pelung juga semakin marak diadakan baik oleh institusi pemerintah maupun inisiatif perhimpunan penggemar ayam pelung (Achmad, 2005).

Ayam Pelung memiliki suara kokok merdu. Suara kokoknya sangat khas, mengalun panjang, besar, dan mendayu-dayu. Durasi kokok ayam Pelung cukup panjang, dapat mencapai waktu 10 detik bahkan lebih. Dengan kemampuan durasi kokok yang panjang ayam Pelung dapat dikelompokkan kedalam ayam berkokok panjang (long crow fowl) (Achmad, 2005).

c. Ayam Bekisar

Ayam Bekisar adalah hasil perkawinan antara ayam hutan hijau jantan (Gallus varius) dan ayam kampung/ayam buras betina (Gallus gallus domesticus). Ciri-ciri khusus dari ayam Bekisar yang paling menonjol adalah bentuk bulu leher yang ujungnya bulat/lonjong bukan lancip (Fumihito, Miyake, Takada, Shingu and Endo, 1994).

Menurut Sarwono (1995) Ayam Bekisar memiliki suara kokok melengking dan sangat keras, bahkan suara kokoknya masih dapat terdengar sejauh 1 mil. Ayam Bekisar biasanya memiliki suara kokok berirama, lurus, dan panjang. Kokoknya terdiri atas dua bagian, yaitu kokok depan dan 8 belakang. Suara depan

memiliki nada rendah, besar, tebal, panjang, dan bersih, sedangkan kokok belakang memiliki nada tinggi, tebal, panjang, lurus, dan bersih.


(20)

Karakteristik berbagai jenis ayam pelihara

1.Ayam Kampung

Ayam Kampung atau ayam lokal khas Indonesia memiliki beragam jenisnya. Masing-masing memiliki kelebihan dan keunggulan yang berbeda-beda. Misalnya saja dari warna bulu yang indah, pertumbuhan yang pesat, kokok yang merdu dan unik, penghasil telur yang bagus dan lain sebagainya. Sesungguhnya dengan kekayaan hayati tersebut. Indonesia bisa menjadi penghasil bibit ayam yang baik dengan melakukan pemuliaan bibit ayam kampung dengan kekayaan alam yang dimiliki tersebut.

2.Ayam Bangkok

Ayam Bangkok atau ayam Siam yang berasal dari Bangkok merupakan ayam aduan hasil persilangan. Untuk mengetahui cirri khas dari ayam Bangkok tersebut dapat dari bentuk tubuh dan kokoknya yaitu 1. Suara kokok ayam keras

dan pendek. 2. Badan panjang, tulangan kasar dan kaku.

3. Pada pangkal paha belakang, terdapat bulu yang memiliki warna yang sama dengan leher, bahu dan punggung.

3.Ayam Birma

Ayam Birma merupakan ayam aduan yang berasal dari Burma/Myanmar. Ayam Birma/Burma merupakan ayam aduan, sekilas ayam birma terlihat mirip dengan ayam kampung , namun terdapat perbedaan antara ayam kampung dengan ayam birma. Ciri khas dari ayam birma adalah Ayam birma umumnya bertulang kecil. Tulang kecil ini adalah kelemahan dari ayam birma. Sehingga ayam birma yang baik untuk aduan adalah setelah berusia 12-15 bulan, menunggu tulangnya keras dahulu. Wajah mulut/paruh tajam garis lurus (Face sharp mouth a straight


(21)

line). Bentuk jengger biasanya seperti bantam ular, atau seperti cabe rawit, atau seperti tanduk ular mata melotot. Bulu sayap tebal dan panjang Sisik kecil dan full, menunjukkan ayam tersebut memukul dengan akurat Taji mengirim (Spurs sent)

kuping di bagian telinga putih (tanda ayam tersebut tergolong ayam hutan liar/ayam kampung). Jenis suara kokok pada ayam birma adalah pendek dan keras mirip dengan kokok ayam Bangkok ( Rahayu, dkk., 2002)

4.Ayam Serama

Ayam Serama memiliki badan yang mungil sekali, beratnya tidak sampai 500 gram atau setengah kilo, tinggi ayam serama kurang lebih hanya sejengkal tangan orang dewasa, kaki ayam pendek dan tidak berbulu. Pialnya berbentuk tunggal atau single berwarna merah darah tunggal dan si Jantan memiliki pial yang lebih besar daripada yang betina. Jenggernya juga mengantung dua dibawah, pada gelambir telinganya terkadang ada warna putih. Ayam Serama tegak dan kadang-kadang badannya seperti tegak lurus karena jarak antara leher dan ekor sangat sempit. Ayam Serama biasanya berkokok dalam nada "kok..kok..kok..kiok.."

dengan bunyi hujungnya yang pendek manakala Ayam Kapan

"kok..kok..kok..kooooooooook" dengan ujungnya yang panjang.

5.Ayam Kate

Ayam kate merupakan salah satu jenis ayam hias. Ayam kate sangat digemari karena ukurannya yang mini, bentuk fisik yang menarik dan suara yang merdu. Ayam kate menjadi sangat populer sebagai hewan peliharaan dari jenis ayam. Maklum, bentuknya yang unik dan perilakunya yang jenaka telah memikat para pecinta ayam.


(22)

6. Ayam Birma-Saigon ( Magon )

Ayam Magon adalah silangan ayam Birma dengan ayam Saigon (vietnam).

Size & rangka tulang kasar besar berat bisa mencapai 3,0 Kg hingga 4,0 Kg, Berbulu lebat & biasanya berwarna gelap kurang menarik (jalak,kelabu,merah coklat,hitam) Kaki besar merit kering bulat berwarna gelap (biru,hitam,kuning coklat) Gaya bertarung adalah sedikit lambat seperti ayam Saigon adalah ada tempel kiri kanan memancing lock dengan pukulan adalah pukulan keras pama tentunya dengan tingkat akurasi / ketepatan pukulan hingga 90% mengenai kepala (mata, paruh, tenggorokan) suara kokok ayam magon keras dan berat.

7. Ayam Bangkok-Saigon ( Bagon)

Ayam Bagon adalah hasil persilangan ayam Bangkok dengan ayam Saigon. Bentuk tubuh ayam Bagon mirip dengan ayam Saigon dengan rangka tulang yang besar dan bobotnya mencapai 3,5 Kg. Ayam jenis Bagon tergolong masih jenis baru dalam dunia ayam petarung, karena jenis ini baru saja ditemukan. Ayam Bagon memiliki jenis suara berat dan pendek.

8. Ayam Saigon

Ayam Vietnam atau lebih dikenal dengan ayam Saigon, Jenis yang satu ini memiliki kelebihan pukulan yang cukup keras dan ketahanan badan yang luar biasa , namun versi awal dari ayam Saigon ini kurang memiliki teknik bertarung namun versi sekarang dari ayam ini sudah sama cerdiknya dengan ayam Bangkok.. Size

ayam Saigon rata – rata besar sehingga untuk kalangan kelas bawah terkadang sulit untuk mencari lawannya. Ketahanan dan kehebatan ayam Saigon inilah yang akhirnya mengilhami para peternak untuk menyilang dengan ayam Bangkok atau jenis lain yang diharapkan dapat saling menutupi kekurangan.


(23)

9. Ayam Suratani

Ayam Suratani adalah Ayam jenis Bangkok namun yang membedakan ayam suratani dengan ayam Bangkok adalah daerah asal ayam tersebut. Ayam Suratani berasal dari desa Suratani atau Bangkok Selatan. Ayam Suratani memiliki ukuran yang besar dan lebih berotot daripada ayam Bangkok. Berbulu lebih lebat dan ukuran kaki lebih besar dari ayam Bangkok. Ayam Suratani memiliki suara kokok yang pendek dan berat.

10. Ayam Pakhoi

Ayam Pakhoi adalah ayam asli dari tanah Malaysia yang diimprovisasi dengan perpaduan 4 darah, awalnya ayam tersebut khusus untuk melawan ayam Birma. karena untuk ukuran kelas di bawah 3 kg. Birma di kalangan di bangkok hampir tidak terkalahkan, maka ayam burma dijuluki hoy atau setan oleh peternak di bangkok membuat jenis baru yang terdiri dari 4 darah (Bangkok, Burma, Saigon, Brazil) yang setelah dikenalkan ternyata hampir selalu mampu mengalahkan ayam Burma, maka disebut pakhoi atau pemukul setan.

11. Ayam Hutan

Ayam hutan adalah nama umum bagi jenis-jenis

ayam alas, dalam

ajem alas, dan dalamjunglefowl; semuanya merujuk pada tempat hidupnya dan sifatnya yang liar. Ayam-ayam ini dari segi bentuk tubuh dan perilaku sangat serupa dengan ayam-ayam peliharaan, karena memang merupakan

dan ukurannyasexual dimorphism). Ayam jantan berkokok

dengan suaranya yang khas, nyaring sengau. Mula-mula bersuara cek-kreh..


(24)

Rataan durasi berkokok ayam domestik pada umumnya berkisar antara 2-3 detik Siegel dan Dunington (1990). Ayam Toutenko Toumaru dan Koeyoshi mampu berkokok selama 15 detik Tsudzuki ( 2003). Pencatatan yang pada enam ekor ayam peserta Kontes Ayam Pelung tingkat Nasional di IPB Bogor tahun 2001, terlihat bahwa durasi kokok ayam Pelung berkisar antara 3,44-7,06 detik, sedangkan Jatmiko (2001) menyatakan bahwa durasi kokok ayam Pelung berkisar 3,0-8,9 detik.

Kajian Bioakustik pada Ayam Tipe Penyanyi

Bioakustik adalah ilmu biologi terapan yang mempelajari karakteristik suara, organ penghasil suara, fungsi suara, fisiologi suara, dan analisis suara. Pada bangsa unggas, ada dua tipe suara, yaitu call dan song. Suara call digunakan untuk berkomunikasi antar sesama, sebagai isyarat adanya musuh, saat terkejut, dan saat menemukan makanan. Suara song merupakan tipe suara untuk menyatakan daerah kekuasaan (territorial) dan sebagai atraksi untuk memikat unggas betina yang akan dikawininya. Selain itu, suara dijadikan sebagai indikator kesejahteraan hewan (animal welfare), ekspresi emosional, status fisiologi hewan, penanda individu dan kegiatan taksonomi hewan (sonotaksonomi) (Rusfidra, 2005).

Organ penghasil suara pada unggas

Pada bangsa unggas, suara diproduksi oleh syring atau kotak suara yang terdapat pada persimpangan antara trakhea dengan bronkus Young (1986). Pada syring terdapat sepasang membran tymphani medial (MTM) yaitu selaput getar dan menghasilkan bunyi jika dilewati oleh udara pada saat ekspirasi. Pada sebagian besar unggas, selaput ini berupa organ yang sederhana, namun merupakan selaput yang kompleks pada burung penyanyi Young (1986). Perkembangan syring diatur


(25)

oleh hormon-hormon gonad Turner dan Bagnara (1988), yakni hormon androgen Oliver (1966). Syring atau kotak suara (voice box) terdapat pada persimpangan antara trakhea dengan bronkus.

Gambar 1. Kantong Udara pada Sistem Pernafasan Unggas ( Sumber: Caceci, 1995)

Menurut Dloniak dan Deviche (2000), produksi song dan song learning dikontrol oleh sebuah daerah di otak yang disebut vocal control region (VCR). Kerja VCR sangat dipengaruhi oleh hormon testosteron dan photo period. Jackman (2003) menambahkan bahwa terdapat dua jalur di otak yang mengatur vokalisasi, yaitu jalur posterior (posterior pathway) dan jalur anterior (anterior pathway). Jalur posterior mengontrol produksi song dan jalur anterior bertanggung jawab mengontrol song learning.

Fungsi suara pada unggas

Berdasarkan tipenya ada dua jenis suara pada bangsa unggas, yaitu call (suara panggilan) dan song (suara nyanyian) Young, (1986); Moiseyeva (1996). Tipe suara call digunakan dalam berkomunikasi antar sesama, sebagai isyarat


(26)

adanya musuh (respon predator), saat terkejut dan ketika menemukan makanan. Jenis suara song merupakan tipe suara sebagai pernyataan wilayah kekuasaan (territorial declare) dan sebagai atraksi untuk memikat ayam betina yang akan dikawini. Tipe suara call terdapat pada ayam jantan dan betina, sedangkan tipe song hanya terdapat pada ayam jantan. Eskpresi vokalisasi pada unggas merupakan bentuk dimorfisme seksual pada daerah di otak yang bertanggung jawab terhadap produksi song (Jackman, 2003). Selanjutnya dikatakan bahwa song merupakan perilaku yang kompleks sebagai hasil interaksi faktor genetik dan lingkungan. Fredde (1976) menjelaskan bahwa pada kebanyakan spesies burung, suara song hanya diproduksi pada ternak jantan. Pada ayam, suara kokok termasuk suara tipe song dan merupakan karakteristik seks sekunder. Sifat berkokok biasanya baru muncul setelah dewasa kelamin dan dipengaruhi oleh hormon testosteron. Siklus song terjadi sepanjang hari (pagi, siang, sore dan malam). Suara hewan juga dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan Zymmerman (1995); Koene (2001), sebagai ekspresi emosional dan status fisiologi ternak (Koene, 1996). Dengan mendengarkan suara, kita dapat mengetahui apakah seekor hewan dalam keadaan sehat atau sakit atau seekor ternak dalam keadaan stress atau tidak.


(27)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan. Penelitian ini dilaksanakan dari Mei sampai Juni 2014.

Bahan dan Alat Bahan

11 Bangsa Ayam yaitu Bangsa Ayam Kampung, Ayam Bangkok, Ayam Birma, Ayam serama, Ayam Kate , Ayam Magon, Ayam Hutan, Ayam Bagon, Ayam Suratani, Ayam Pakhoi, Ayam Saigon yang masing-masing 2 ekor per bangsa dengan total 22 ekor.

Alat

Alat yang digunakan adalah: 1. Sangkar ayam individu 2. Batrei 2 Set,

3. satu set alat perekam Sony ICD-PX333M

Keterangan Sony ICD-PX333M : Perekam suara digital ini telah dilengkapi dengan teknologi Intelligent Noise Cut untuk mengurangi suara bising yang terdapat di sekitar objek saat sedang melakukan perekaman. Track Mark akan membantu memberi tanda saat melakukan perekaman untuk memudahkan menemukan suatu sesi. Perekam suara ini dilengkapi dengan slot memori eksternal dan klip mic. Dengan kualitas 128 kbps, speaker output 300 mW serta dilengkapi dengan teknologi untuk mengurangi suara bising, hasil rekaman akan terdengar jernih.


(28)

Perekam suara ini dapat merekam hingga 178 jam dengan waktu standby hingga 72 jam.

Gambar tampilan Sony ICD-PX333M

4. 1 set laptop yang dilengkapi dengan aplikasi program analisis suara Sound Forge xp 10

Keterangan Soun Forge Xp 10 : Sound Forge xp adalah salah satu produk audio dari perusahaan sony. Sound forge xp berfungsi untuk pemotongan audio, menyambung audio, memberi efek audio, membesarkan volume, compressing audio, editing equalizer, dan converting format audio. Analisis suara kokok dengan memanfaatkan berbagai perangkat lunak sound forge xp 10 dan

spectrogram 6,4 dapat membantu proses penjurian pada kontes ayam Gaga’. Dengan melakukan analisis suara kokok dan menvisualisasikannya, maka proses penjurian dapat dilakukan secara objektif, transparan, terukur, dapat diulang, dan tingkat tingkat akurasi yang baik. Visualisasi suara kokok ditampilkan dalam bentuk waveform berupa suara kokok dalam bentuk grafik. Sumbu X adalah dimensi waktu (detik) dan sumbu Y adalah dimensi frekuensi (kHz). Waveform berguna untuk menggambarkan pola kokok (Anderson, 2010).


(29)

Tampilan Sound Forge Xp 10 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap diantaranya : 1.Persiapan Ayam Penelitian

11 Bangsa Ayam yaitu Ayam kampung, ayam Bangkok, Ayam Birma, Ayam Serama, Ayama Kate, Ayam Magon, Ayam Hutan, Ayam Bagon, Ayam Pakhoi, Ayam Suratani, Ayam Saigon masing-masing yang sudah berkokok atau dewasa dijadikan sampel.

2. Analisis Suara Kokok

1. Kegiatan merekam suara kokok dengan alat perekam suara 2. Perekaman Suara kokok dilakukan selama 2 jam

3. melakukan digitalisasi rekaman suara kokok ke komputer menggunakan program Sound forge xp 10.

4. Analisis suara kokok untuk visualisasi, gelombang suara, durasi kokok, dan frekuensi kokok.


(30)

Parameter Yang Diamati

1.Jumlah Suku kata kokok

a. Jumlah suku kata kokok gelombang ke- 1 adalah suara kokok yang merapat antara suku kata ku dengan suku kata ku berikutnya dari suara kokok gelombang ke-1.

b. Jumlah suku kata kokok pada gelombang ke- 2 adalah total suku kata suara kokok setelah kokok gelombang ke-1 hingga kokok berakhir.

2. Durasi Kokok

a. Durasi kokok gelombang ke-1 adalah lama waktu berkokok (detik) yang dihasilkan dari suara kokok pada gelombang ke-1.

b. Durasi kokok gelombang ke- 2 adalah lama waktu berkokok (detik) yang dihasilkan dari suara kokok pada gelombang ke-2.

3.Frekuensi Gelombang Kokok

a. Panjang gelombang kokok adalah alur gelombang kokok (heartz) yang dihasilkan dari suara kokok.

4.Frekuensi Berkokok

Yaitu jumlah ayam berkokok dalam 1 gelombang waktu.

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dibuat dengan sangkar individu dan diletakkan didalam ruangan kosong yang kedap suara dan dhadapkan ke arah jendela. hal ini dibuat untuk mempermudah perekaman suara kokok ayam agar tidak bercampur dengan suara lain.


(31)

2. Pemilihan Ternak

Ayam yang dipilih adalah ayam yang telah dewasa atau yang sudah berkokok. Ayam yang dipilih adalah ayam yang sehat dan tidak stres.

3.Perekaman Suara

Perekaman suara dilakukan dengan cara meletakkan alat perekam disebelah sangkar individu agar perekaman suara kokok dapat direkam dengan baik dan diharapkan dapat menghasilkan rekaman suara kokok yang baik. Perekaman suara dilakukan selama 2 jam Per ekor dan direkam pada pagi hari sesuai dengan pernyataan Rusfidra (2005) yang menyatakan bahwa ayam paling sering berkokok yaitu pada saat pagi hari .

4.Analisis Suara

Hasil perekaman suara kokok ayam tersebut lalu diolah dalam aplikasi

sound forge xp 10. Hasil perekaman tersebut akan diubah dalam bentuk wave form.

Pengumpulan Data

1. Data berupa hasil rekaman suara dari alat rekaman kemudian dimasukkan Kedalam komputer untuk diolah melalui Software Sound Forge xp 10 dengan menampilkan gambar wave form.

2. Analisis data yang didapat pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif, dihitung nilai rataannya (Sudjana, 2005).


(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Suara Kokok berbagai Jenis Ayam

Suara kokok berbagai jenis ayam memiliki ciri khas masing-masing jenis ayam tersebut ada yang tipe song dan ada tipe call. Suara kokok tipe call adalah suara kokok untuk berinteraksi dengan sesama ayam lainnya sedangkan tipe song

merupakan suara kokok untuk mendominasi wilayah kekuasaan dan untuk memikat betina untuk dikawini. Suara kokok ayam tipe song memiliki ciri tersendiri tergantung dari jenis ayam jantan tersebut. Seperti ayam Bangkok yang memiliki suara kokok yang kuat dan pendek http://ayam-bangkok-com.blogspot.com (2014), ayam kampung yang memiliki suara kokok yang khas yaitu merdu dan unik berbeda jelas dengan ayam Bangkok dan berbagai jenis ayam lainnya memiliki keunikan suara kokok masing-masing.

Suara kokok ayam yang bagus adalah ketika ayam tersebut sudah dewasa atau ketika ayam jantan tersebut sudah dapat kawin Fredde (1976). Suara kokok ayam tipe song biasanya terjadi pada waktu pagi, siang, sore dan malam Zymmerman (1995). Namun jika ingin mendengar suara kokok tipe song yang terbaik kita dapat mendengarnya pada pagi hari.

Ayam bernapas dengan menggunakan paru-paru dan kantong udara (air sacs). Secara umum sistem pernapasan dari unggas didukung oleh beberapa organ, yaitu lubang hidung, larinx, trakhea, srinx, bronkhi, paru-paru, kantung udara dan rongga tulang. Pita suara atau bagian jakun bawah pada batang tenggorok (percabangan bronki menjadi dua) ini menghasilakan suara pada unggas. Pita suara merupakan satu-satunya bagian alat pernapasan yang mampu menghasilkan suara,


(33)

sedangkan jakun merupakan bagian pembentuk suara bagi ayam jantan (Oliver 1966).

Hasil Perhitungan analisis suara dari berbagai jenis ayam pelihara dapat dilihat pada tabel 1.

No Jenis Ayam Jumlah suku kata gelombang 1 Jumlah suku kata gelombang 2 Durasi kokok gelombang 1(detik) Durasi kokok gelombang 2(detik) Frekuensi gelombang kokok (hertz)

1 Bangkok 4 4 3,501 3,551 937,5

2 Birma 4 4 3,242 3,488 1110

3 Hutan 4 4 3,098 2,952 1229

4 Kampung 4 4 3,609 3,709 1154

5 Kate 4 4 3,479 3,214 2435,5

6 Serama 4 4 2,986 3,010 2747,5

7 Bagon 4 4 1,433 1,411 948,5

8 Magon 4 4 1,514 1,469 1336

9 Pakhoi 4 4 1,629 1,371 916

10 Saigon 4 4 1,631 1,764 1056

11 Suratani 3 3,5 1,431 1,737 1013

1. Jumlah Suku Kata Kokok

Jumlah suku kata kokok adalah suara kokok yang berkelompok dan menghasilkan suara kokok. Suku kata kokok adalah bunyi suara seperti kuk-kuk-kuk-kuk yang rapat dan berirama merdu menghasilkan suara dengan nada yang berbeda. Dari hasil analisis suara kokok yang telah dilakukan pada tabel 1 dapat dilihat jumlah suku kata kokok yang dihasilkan dari 11 jenis ayam yang berbeda. Dari 11 jenis ayam yang telah dianalisis terdapat 10 jenis ayam dengan jumlah suku kata kokok yang sama yaitu dengan jumlah suku kata kokok 4 dan 1 jenis berbeda yaitu jenis ayam suratani dengan jumlah suku kata kokok adalah 3.

a. Jumlah suku kata kokok gelombang 1

Jumlah suku kata kokok gelombang ke-1 adalah suara kokok yang merapat antara suku kata ku dengan kata ku berikutnya dari suara kokok gelombang pertama. Pada 11 jenis ayam yang telah dianalisis terdapat 10 jenis yang memiliki


(34)

jumlah suku kata 4. Dari hasil penelitian Junaidi ( 2012) ayam gaga memiliki suku kata pada gelombang ke -1 adalah sebanyak 2 suku kata. Pada ayam Balenggek terdapat jumlah suku kata sebanyak 3 suku kata terdiri dari kokok depan dan belakang Rusfidra ( 2004).

Berikut adalah contoh wave form dari analisis suara jumlah suku kata kokok gelombang 1 dari jenis ayam Bangkok

4 3 2 1 4 Keterangan Gambar :

1. Angka 1 merupakan awalan suara kata “kuk” yang pertama 2. Angka 2 dan 3 merupakan suara “kuk” yang berada ditengah

3. Angka 4 merupakan suara “kuk” yang berada diakhir dari kokok ayam

b. Jumlah suku kata kokok gelombang 2

Jumlah suku kata kokok gelombang ke-2 adalah jumlah suara kata “kuk” yang merapat dari awal kokok sampai ayam berhenti berkokok. Dari hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan jumlah suku kata kokok gelombang ke-2 pada 11 jenis ayam 10 jenis ayam memiliki jumlah suku kata kokok adalah 4 suku kata dan


(35)

1 jenis ayam yaitu ayam suratani memiliki suku kata kokok 3. Menurut Junaidi (2012) ayam gaga memiliki jumlah suku kata pada gelombang ke-2 adalah 18,4 suku kata dan ayam balenggek memiliki 19 suku kata pada gelombang kedua.

2. Durasi Kokok

Dari hasil analisis suara ayam yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 1. Dari ke-11 jenis ayam yang telah dianalisis didapat 6 jenis ayam yaitu ayam Bangkok, Birma, Hutan, Kampung, Serama dan Kate memiliki durasi kokok diatas 2,8 detik lebih lama dari ayam buras yaitu 2,28 detik (Nurningsih, 2010). Namun 5 jenis ayam lainnya yaitu ayam Bagon, Magon, Suratani, Saigon dan Pakhoi memiliki durasi kokok yang lebih cepat dari ayam buras yaitu dibawah 2 detik. Selain itu, dari semua ayam yang telah dianalisis ternyata masih sangat jauh berbeda dengan ayam gaga tipe dangdut kelas panjang yang mampu berkokok selama 30,83 detik Junaidi (2012) dan berbeda dengan ayam Toutenko Toumaru dan Koeyoshi dari jepang yang mampu berkokok dengan rataan 15 detik (Tsudzuki, 2003).

a. Durasi kokok gelombang 1

Durasi kokok gelombang pertama merupakan awalan kokok ayam atau pertama kali ayam mulai berkokok. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa durasi kokok ayam gelombang 1 memiliki durasi paling panjang yaitu ayam kampung dengan rata-rata durasi kokok yaitu 3,609 detik dan ayam yang memiliki durasi kokok paling singkat adalah ayam Suratani dengan rata-rata durasi kokok yaitu 1,431 detik.

b. Durasi Kokok Gelombang 2

Durasi kokok gelombang 2 adalah lama atau durasi kokok ayam setelah gelombang 1. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa durasi kokok gelombang ke 2


(36)

memiliki durasi paling panjang yaitu ayam kampung dengan rata-rata durasi yaitu 3,709 detik dan ayam dengan durasi paling singkat adalah ayam Pakhoi dengan rata-rata durasi kokok yaitu 1,371 detik.

3. Frekuensi Gelombang Kokok

Frekuensi gelombang kokok adalah bunyi atau frekuensi yang dikeluarkan dari kokok ayam yang nilainya dalam satuan hertz (Hz) dalam sekali berkokok. Dari hasil analisa suara yang dilakukan dapat kita lihat pada tabel 1 bahwa ayam memiliki variasi nilai frekuensi. Ayam yang memiliki frekuensi tertinggi yaitu ayam Serama yang memiliki frekuensi 2747,5 Hz dan ayam yang memiliki frekuensi terendah adalah ayam Pakhoi dengan frekuensi 916 Hz. Hasil analisa tersebut merupakan frekuensi dari perhitungan sekali berkokok. Bunyi suara kokok yang dihasilkan ayam dapat didengar manusia dengan jelas karena memiliki frekuensi paling rendah yaitu 916 Hz. Hal ini sesuai dengan pernyataan http://prismanita.blogspot.com (2013) yang menyatakan manusia dapat mendengar suara terkecil mulai dari frekuensi 16 Hz sampai dengan 16.000 Hz.

Berikut adalah contoh gambar pola gelombang suara dari suara kokok Ayam Kampung


(37)

4. Frekuensi Berkokok

Frekuensi berkokok adalah jumlah kokok yang dihasilkan ayam dalam 1 periode waktu. Pada tabel 2 dapat dilihat jumlah kokok ayam dalam 2 periode waktu.

Tabel 2. Frekuensi Berkokok dan Durasi Jarak antara periode 1 dan periode 2

No Nama Ayam Jumlah

Kokok Periode 1 Jumlah Kokok Periode 2 Durasi Kokok Periode 1 (Menit) Durasi Kokok Periode 2 (menit) Jarak Kokok periode 1-2 (Menit)

1 Bangkok 9,5 13,5 1.82.942 3.03.902 17.09.479

2 Birma 10,5 12,5 3.34.831 3.29.517 24,31.112

3 Hutan 6,5 5 2.12.616 1.33.362 58.32.373

4 Kate 12,5 8 3.18.951 2.28.790 42.29.876

5 Serama 10,5 11 2.23.851 3.28.468 27.21.403

6 Kampung 17 11,5 4.33.711 4.25.156 23.39.947

Dari hasil Tabel 2 dapat dilihat bahwa ayam Kampung memiliki jumlah kokok terbanyak dengan jumlah 17 kali berkokok dalam periode 1 dalam waktu 4.33.711 Menit dan pada periode 2 ayam dengan jumlah kokok terbanyak adalah ayam Bangkok dengan jumlah kokok 13,5 kali dalam waktu 3.03.902 menit. Hal ini berbeda dengan ayam AKB ( Ayam Kokok Balenggek) yang mampu berkokok sebanyak 8,08 kali dalam waktu 10 menit ( Rusfidra, 2005). Puncak Berkokok ayam terjadi pada pagi hari dan akan menurun pada siang dan sore hari. Kenyataan tersebut sependapat dengan pendapat Lunberg dan Alatallo (1992) yang menyatakan bahwa puncak berkicau pada burung terjadi pada pagi hari dan cenderung turun pada siang dan sore hari.


(38)

Contoh Wave Form Frekuensi Suara Kokok ayam Birma

Berdasarkan hasil analisis suara, dilakukan uji tambahan yaitu dengan melakukan uji T ( T-Test) dengan Softaware Microsoft Excel. Dari hasil uji T untuk masing-masing parameter dalam Frekuensi berkokok didapat kesimpulan bahwa untuk jumlah berkokok periode 1, jumlah berkokok periode 2 dan Durasi jarak antara periode 1 dan periode 2 menunjukkann hasil yang Sangat Nyata. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan dimana ( t hitung > t tabel). Pada parameter Durasi kokok periode 1 dan durasi kokok periode 2 menunjukkan hasil Berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan perhitungan dimana ( t hitung < dari t tabel. Kesimpulan dari analisis Uji T adalah bahwa untuk jumlah berkokok periode 1 dan periode 2 dapat dijadikan tolak ukur dalam membedakan jenis ayam tersebut sesuai dengan bangsanya, sedangkan untuk durasi kokok 1 dan durasi kokok 2 tidak dapat dijadikan tolak ukur dalam membedakan jenis ayam.


(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis suara didapat durasi kokok terpanjang adalah jenis ayam Kampung dengan durasi kokok 3,659 detik dan yang tercepat adalah jenis ayam Magon dengan durasi 1,326 detik. Jumlah suku kata kokok pada ayam yang telah direkam didapat 10 jenis memiliki suku kata kokok sebanyak 4 suku kata dan 1 jenis memiliki suku kata 3 yaitu ayam Suratani.

Berdasarkan uji lanjut dengan menggunakan uji T didapat kesimpulan bahwa untuk jumlah berkokok periode 1 dan periode 2 dapat dijadikan tolak ukur dalam membedakan jenis ayam tersebut sesuai dengan bangsanya, sedangkan untuk durasi kokok 1 dan durasi kokok 2 tidak dapat dijadikan tolak ukur dalam membedakan jenis ayam.

Penggunaan Sound Forge xp 10 untuk menganalisis suara kokok ayam sangat berguna karena dapat menampilkan hasil yang detail dan terperinci.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar menambah durasi untuk adaptasi ayam dengan lingkungan tempat perekaman untuk menghasilkan suara kokok yang lebih baik.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

G. Ahmad. 2005. Karakteristik pola warna, bulu kulit, sisik kaki, dan paruh Ayam pelung di Garut dan Ayam sentul di Ciamis. Balai Pengkajian dan Peng- -embangan Teknologi Pertanian, Bogor.

Anderson. 2010. Pengolahan suara melalui soundforge. http://wiaderko.net/id do- -wnload-programy/161322-sony-sound-forge-pro-10-0c-build-491-incl- keygen.htm. Diakses 23 maret 2014.

Caceci, T. 1995. Mechanics of Respiration on Birds.http://education. Vetmed.Vt .edu/curriculum/vm8054.

Dlonak S, and Deviche P. 2001. Effects of testosterone and photoperiodic condi- -tion on song production anf vocal control region volume in adult male Dark –eyes Juncos ( Junco hyemalis). J. Hormones and Behavior 39:95 -105.

Fredde M. R. 1976. Respiration. Di dalam: Sturkie PD. (ed.). 1976. Avian Phi- -sichology Ed. ke-3. New Yorl, Heiderberg, Berlin: Springer-Verlag. Fumihito, A., T. Miyake, M. Takada, R. Shingu and T. Endo. 1994. One subspeci- -es of the red jungle fowls ( Gallus gallus gallus) suffices as the matri- -archic ancestor of all domestic breeds. Proceeding National Academy Science, 91: 12505-12509 (Abstrak).

Jackman N. 2003. Avian song control. (www.serendipe.brynmawr.edu/bb/neuro// neuro03/webi/njackman.html

Jatmiko. 2001. Studi fenotipe ayam pelung untuk seleksi tipe ayam penyanyi. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Koene P. 1996. Stress and emotional in animal. Noldus News, Volume 3, No. 1. Februari 1996. 3p.(http://noldus.com /application /zoology /koene.html). ---. 2001. Vocalisation as a welfare indicator in chicken. (http://www.zod. wau.nl/-www.vh/etho/t2-titO2.html). ( 1 Juli 2001).

Lunberg, A. and R. V. Alatalo. 1992. The Pied Flycatcher. T&AD Poyser. Moiseyeva IG. 1996. The state of poultry genetic resources in Russia. AGRI 17: 73-81.

Nurningsih. 2010. Karakteristik Bioakustik Suara Ayam Buras Jantan Pada Umur Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Oliver J. 1966. Kehidupan burung. Dalam: Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 7. Jak- -arta. Groller International Inc – PT. Widyadara


(41)

Rahayu, Iman, Sudaryani, Titik., Santosa, Hari .2002. Panduan Lengkap Ayam. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rahmanto. 2012. Struktur Histologik Usus halus dan Efisiensi Pakan Ayam Ka- mpung dan Ayam Broiler. S1 Thesis. Universitas Negeri Yogyakarta.

Repository.unhas.ac.id. 2012. Skripsi Terakhir Junaedi. Universitas Hasanuddin.

Rose, S.P. 2001. Principles of Poultry Science. CAB International.

Rusfidra. 2004. Karakterisasi sifat-sifat fenotipik sebagai strategi awal konservasi ayam Kokok Balenggek di Sumatera Barat. Disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

---.2005. Analisis suara kokok pada ayam Kokok Balenggek; ayam local berkokok merdu dari Sumatera Barat. Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Andalas Kampus UNAND Limau Manis, Padang.

---. 2005. Kajian Bioakustik pada Ayam Balenggek Ayam Lokal Penyanyi Sumatera Barat .Universitas Andalas.

Siegel PB, and Dunnington EA. 1990. Behavioral Genetic. pp: 877-895. In: Craw- ford RD. (ed.). Poultry Breeding and Genetics. 1990. Amsterdam, The Nederlands: Elsevier Sciences Publishers BV.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Edisi Ke-6. Tarsito. Bandung

Tzudzuki, M. 2003. Japanese Native Chickens. In: Chang, H, L., and Y. C. Huang .2003. The Relationship between Indigenous Animals and Humans in AP- EC Region. Chinese Taipe: The Chinese Society Anim, Sci, pp.91-116 Turner CD, dan Bagnara JT. 1988. Endokrinologi Umum. Ed ke-6. Surabaya: Air- -langga University Press.

Young, J. Z. 1986. The Life of Vertebrata. Ed. Ke-3. Clarendon Press. Oxford Zymmerman P. 1995. Vocalisation as a welfare indicator in laying hens.

http://prismanita.blogspot.com


(42)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Grafik wave form durasi dan suku kata ayam jantan

Keterangan : wave form suku kata dan durasi kokok ayam Bangkok


(43)

Keterangan : wave form suku kata dan durasi kokok ayam hutan


(44)

Keterangan : wave form suku kata dan durasi kokok ayam Kate


(45)

Keterangan : wave form suku kata dan durasi kokok ayam Bagon


(46)

Keterangan : wave form suku kata dan durasi kokok ayam Pakhoi


(47)

(48)

Lampiran 2. Wave form frekuensi berkokok ayam jantan

Keterangan : wave form frekuensi berkokok ayam Bangkok


(49)

Keterangan : wave form frekuensi berkokok ayam Hutan


(50)

Keterangan : wave form frekuensi berkokok ayam Kate


(51)

Keterangan : wave form frekuensi berkokok ayam Bagon


(52)

Keterangan : wave form frekuensi berkokok ayam Pakhoi


(53)

(54)

Lampiran 3. Foto-foto ayam jantan yang telah direkam

Keterangan : Ayam Bangkok Ayam Birma


(55)

Keterangan : Ayam Hutan Keterangan : Ayam Kampung

\


(56)

Keterangan: Ayam Magon Keterangan: Ayam Pakhoi

Keterangan: Ayam Suratani Keterangan: Proses Perekaman


(57)

Lampiran: Hasil analisis uji T untuk Frekuensi berkokok

t-Test: Jumlah berkokok periode 1

1 9.5

Mean 4 11.4

Variance 2.5 14.55

Observations 5 5

Pearson Correlation 0.704673

Hypothesized Mean

Difference 0

df 4

t Stat 5.65892

P(T<=t) one-tail 0.002403

t Critical one-tail 2.131847

P(T<=t) two-tail 0.004806

t Critical two-tail 2.776445

t-Test: Jumlah Berkokok periode 2

1 13.5

Mean 4 9.6

Variance 2.5 9.425

Observations 5 5

Pooled Variance 5.9625

Hypothesized Mean

Difference 0

df 8

t Stat 3.62613

P(T<=t) one-tail 0.003361

t Critical one-tail 1.859548

P(T<=t) two-tail 0.006723

t Critical two-tail 2.306004


(58)

t-Test: Durasi Kokok periode 1

1 1.82942

Mean 4 3.04792

Variance 2.5 0.819269696

Observations 5 5

Pooled Variance 1.659635

Hypothesized Mean

Difference 0

df 8

t Stat 1.168523

P(T<=t) one-tail 0.138118

t Critical one-tail 1.859548

P(T<=t) two-tail 0.276236

t Critical two-tail 2.306004

t-Test: Durasi Kokok Periode 2

1 3.03902

Mean 4 2.890586

Variance 2.5 1.239656

Observations 5 5

Pooled Variance 1.869828

Hypothesized Mean

Difference 0

df 8

t Stat 1.282812

P(T<=t) one-tail 0.117737

t Critical one-tail 1.859548

P(T<=t) two-tail 0.235474

t Critical two-tail 2.306004


(59)

t-Test: Jarak antara Durasi 1 dan Durasi 2

1 17.09479

Mean 4 35.10942

Variance 2.5 226.6635

Observations 5 5

Pooled Variance 114.5818

Hypothesized Mean

Difference 0

df 8

t Stat 4.5952

P(T<=t) one-tail 0.000883

t Critical one-tail 1.859548

P(T<=t) two-tail 0.001767


(1)

Lampiran 3. Foto-foto ayam jantan yang telah direkam

Keterangan : Ayam Bangkok Ayam Birma


(2)

Keterangan : Ayam Hutan Keterangan : Ayam Kampung

\


(3)

Keterangan: Ayam Magon Keterangan: Ayam Pakhoi

Keterangan: Ayam Suratani Keterangan: Proses Perekaman Suara kokok


(4)

Lampiran: Hasil analisis uji T untuk Frekuensi berkokok

t-Test: Jumlah berkokok periode 1

1 9.5

Mean 4 11.4

Variance 2.5 14.55

Observations 5 5

Pearson Correlation 0.704673 Hypothesized Mean

Difference 0

df 4

t Stat 5.65892

P(T<=t) one-tail 0.002403 t Critical one-tail 2.131847 P(T<=t) two-tail 0.004806 t Critical two-tail 2.776445

t-Test: Jumlah Berkokok periode 2

1 13.5

Mean 4 9.6

Variance 2.5 9.425

Observations 5 5

Pooled Variance 5.9625

Hypothesized Mean

Difference 0

df 8

t Stat 3.62613

P(T<=t) one-tail 0.003361

t Critical one-tail 1.859548

P(T<=t) two-tail 0.006723

t Critical two-tail 2.306004


(5)

t-Test: Durasi Kokok periode 1

1 1.82942

Mean 4 3.04792

Variance 2.5 0.819269696

Observations 5 5

Pooled Variance 1.659635 Hypothesized Mean

Difference 0

df 8

t Stat 1.168523

P(T<=t) one-tail 0.138118 t Critical one-tail 1.859548 P(T<=t) two-tail 0.276236 t Critical two-tail 2.306004

t-Test: Durasi Kokok Periode 2

1 3.03902

Mean 4 2.890586

Variance 2.5 1.239656

Observations 5 5

Pooled Variance 1.869828

Hypothesized Mean

Difference 0

df 8

t Stat 1.282812

P(T<=t) one-tail 0.117737

t Critical one-tail 1.859548

P(T<=t) two-tail 0.235474

t Critical two-tail 2.306004


(6)

t-Test: Jarak antara Durasi 1 dan Durasi 2

1 17.09479

Mean 4 35.10942

Variance 2.5 226.6635

Observations 5 5

Pooled Variance 114.5818 Hypothesized Mean

Difference 0

df 8

t Stat 4.5952

P(T<=t) one-tail 0.000883 t Critical one-tail 1.859548 P(T<=t) two-tail 0.001767 t Critical two-tail 2.306004