4.
Rencana Stratejik Dephutbun 2001-2005 yang telah disusun dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 213Kpts-VIII2000 tanggal 24 Juli 2000
perlu segera disempurnakan sesuai dengan lima prioritas kebijakan Departemen Kehutanan dan PROPENAS. Penyusunan rencana kegiatan Bidang Planologi Kehutanan tahun 2002 mengacu
kepada Rencana Pembangunan Tahunan Repeta Departemen Kehutanan Tahun 2002.
5.
Sebelum terbitnya SK Menteri Kehutanan tentang Pedoman dan kriteria penyusunan MP-RRH daerah dan MP-RRH Nasional, maka Pedoman Sementara Penyusunan MP-RRH Daerah yang
disampaikan melalui Surat Kepala Badan Planologi Kehutanan No. 688VII-Ren2001 tanggal 26 September 2001, dijadikan pedoman penyusunan.
C. BIDANG PEMBENTUKAN WILAYAH DAN PERUBAHAN KAWASAN HUTAN
1. Kesatuan pengelolaan hutan merupakan satu wadah diterapkannya satu preskripsi pengelolaan hutan yang bersifat utuh. KPH dibentuk bersama oleh Pusat dan Daerah dengan meliibatkan
para pihak stakeholders sehingga memenuhi aspek legalitas dan legitimasinya baik de facto maupun de jure.
2. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan harus memperhatikan nuansa, semangat dan jiwa pengelolaan hutan lestari yang bermanfaat secara berkelanjutan, berkeadilan, produktif, efisien,
desentralisasi, transparan, tanggung gugat accountable dengan proses holistik melibatkan seluruh para pihak stakeholders.
3. Dalam penyusunan Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH perlu memperhatikan sifat-sifat biofisik hutan dengan bio-region dan DAS sebagai satuan analisisnya, serta batas-batas administrasi
pemerintahan khususnya KPHP. 4. KPH berfungsi sebagai satu kesatuan perencanaan pengelolaan hutan, satu kesatuan
pengelolaan, satu kesatuan kepemilikan ijin dan satu kesatuan pengawasan wilayah hutan. 5. Kegiatan dalam rangka penyusunan KPHP oleh Daerah Tahun 2002 untuk lanjutan kegiatan
Tahun 2001 antara lain berupa: • Reidentifikasi kawasan KPHP dalam bentuk Peta Rancangan KPHP sesuai konsep KPH;
• Memfasilitasi pengembangan pemikiran untuk menampung aspirasi daerah Provinsi dan KabupatenKota dalam penyempurnaan kriteria dan standar, serta
• penyusunan Pedoman Pembentukan KPHP, KPHL dan KPHK. 6. Untuk penyempurnaan konsep Kriteria dan Standar Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan,
Daerah agar menyampaikan saranmasukan ke Pusat, dengan mengakomodasikan aspirasi stakeholders di daerah Provinsi, Kabupaten, Swasta dan Masyarakat.
7. Sesuai dengan kesepakatan antara Pemerintah RI dengan Dana Moneter Internasional IMF tentang moratorium konversi hutan alam, permohonan pelepasan kawasan hutan yang diajukan
setelah 22 Mei 2000 ditolak, sedang permohonan yang diajukan sebelum tanggal tersebut akan diproses apabila kelengkapan persyaratannya dipenuhi.
8. Sebagai akibat meleburnya kelembagaan Kanwil dan Sub Biphut ke Dinas Kehutanan Provinsi, maka tatabatas pelepasan kawasan hutan dilaksanakan oleh BIPHUT bersama Dinas Kehutanan
Kabupaten dibawah koordinasi Dinas Kehutanan Provinsi. 9. Badan Planologi Kehutanan perlu segera menelusuri dan menyelesaikan SK Pelepasan hasil
tatabatas pelepasan kawasan hutan yang sudah dikirimkan ke Pusat dan belum ada tindak lanjutnya.
D. BIDANG INVENTARISASI DAN STATISTIK KEHUTANAN
1. Informasi potensi SDH provinsi, KabupatenKota, kecamatan, desa masih rendah, sehingga diperlukan:
. Peningkatan kegiatan inventarisasi terestris
. Pengumpulan dan pengolahan data inventarisasi terestris yang pernah dilaksanakan
. Penyusunan database potensi sumber daya hutan
. Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam bidang inventarisasi hutan
. Peningkatan SDM dalam bidang inventarisasi melalui training pelatihan
2. Untuk mempercepat penyusunan informasi potensi Sumber Daya Hutan maka diperlukan pemanfaatan teknologi dalam bidang inventarisasi hutan, melalui:
. Identifikasi alternatif teknologi inventarisasi tepat guna
. Penyusunan metoda inventarisasi yang sederhana, praktis, murah dan akurat
mengakibatkan hutan produksi primer tersisa sekitar 40,3. Untuk itu, diperlukan perhitungan kembali etat tebangan tahunan AAC dan sebagai langkah awal perlu menurunkan etat
tebangan tahunan yang telah ditetapkan dengan metode Soft landing penurunan AAC secara perlahan-lahan antara lain berdasarkan pada growth and yield.
4. Berkaitan dengan likuidasinya Kanwil Departemen Kehutanan ke Dinas Kehutanan, maka penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan NSDH Provinsi dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan
Provinsi dengan melibatkan UPT Departemen Kehutanan. 5. Pengolahan data hasil Re-Enumerasi yang selama ini dilaksanakan oleh pusat, mulai Tahun
Anggaran 2002 secara bertahap akan dilaksanakan oleh BIPHUT sesuai dengan perkembangan kemampuan tenaga dan ketersediaan peralatan antara lain melalui training pelatihan.
6. Dalam rangka meningkatkan kemampuan pengelolaan sistem jaringan data, maka perlu dilakukan upaya untuk:
. Meningkatkan kemampuan dalam pengumpulan, pengolahan dan distribusi data dan
informasi di pusat dan daerah .
Mengembangkan sarana prasarana jaringan data LAN, jaringan internet, database di pusat
. Membangun pusat informasi kehutanan di daerah serta mengoptimalkan pemanfaatan
saranaprasarana komunikasi data yang telah ada .
Meningkatkan kemampuan SDM melalui kursuspelatihan .
Menyusun kembali prosedur aliran informasi dan pelaporan serta menyusun Standard Oerating Procedure SOP
7. Perlu meningkatkan kualitas penyajian informasi melalui: .
Pembudayaan pengiriman file data melalui E-mail sehingga dapat: • Memperkaya dan meningkatkan updating informasi yang disajikan dalam
Website Dephut • Meningkatkan kualitas informasi statistik kehutanan
. Diversifikasi produk dan format sajian informasi secara lebih informatif dengan
membangun database kehutanan yang terstruktur serta berbasis teknologi web, sehingga dapat diakses oleh stakeholders.
. Peningkatan kemampuan SDM melalui kursuspelatihan dalam pengemasan informasi
. Menyusun kembali prosedur aliran data yang disajikan dalam Website dan Statistik
Kehutanan
E. BIDANG PERPETAAN HUTAN