menjalankan usaha di negara lainnya itu baik melalui suatu Bentuk Usaha Tetap ataupun dengan cara lain, hal itu tidak dengan sendirinya akan
berakibat bahwa salah satu dari perusahaan itu merupakan Bentuk Usaha Tetap dari yang lainnya.
Penjelasan: 1.
Pasal 5 ayat 1 Tax Treaty model adalah sebagai berikut:
Dengan demikian BUT memiliki karakteristik sebagai berikut: yaitu adanya tempat usaha berupa gedung atau pabrik dll., tempatnya bersifat
tetap dan dalam menjalankan usahanya melalui tempat yang tetap tersebut.
2. Pasal 5 ayat 2 dan 3 Tax Treaty model adalah sebagai berikut:
BUT merupakan cabang perusahaan, atau tempat kedudukan manajemen, kantor, pabrik, tempat kerja atau suatu hak penambangan dan kekayaan
alam lainnya. Dalam pengertian ini juga termasuk proyek pembuatan gedung atau konstruksi yang dilakukan dan melewati tes waktu yang
ditentukan dalam Undang-undang di negara domisili, di Indonesia diatur dalam Pasal 2 ayat 5 bahwa untuk dianggap BUT, apabila mereka
melakukan kegiatan di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, sedangkan untuk pemberian jasa, waktu tes yang diberikan untuk
menjadi BUT apabila jasa yang diberikan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
3. Pasal 5 ayat 4 Tax Treaty model adalah sebagai berikut:
Penggunaan fasilitas-fasilitas semata-mata dengan maksud untuk menyimpan atau memamerkan barang-barang atau barang dagangan milik
perusahaan, atau untuk diolah oleh perusahaan lain, atau untuk kegiatan yang bersifat persiapan atau penunjang tidak dianggap BUT, karena
Subjek Pajak tersebut belum melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 5 UU PPh.
Perusahaan yang menjalankan kegiatan persiapan atau penunjang tentu belum memiliki hasil atau keuntungan di negara domisili, oleh karena itu
wajar sekali jika belum dianggap sebagai BUT, untuk dapat dianggap sebagai subjek pajak kalau mereka telah mendirikan usaha dan berniat
memperoleh penghasilan dari negara sumber.
4. Penjelasan Pasal 5 ayat 5 Tax Treaty model adalah sebagai berikut:
Orang atau Badan yang bertindak atas nama perusahaan dari negara lain dapat dianggap sebagai BUT, hal ini dapat dibuktikan dengan surat kuasa
dalam Model OECD, UN, dan Model Indonesia
untuk menandatangani kontrak atau tanpa surat kuasa namun dapat menyerahkan barang-barang dari perusahaan yang diwakilinya. Namun
jika hanya menyimpan atau memamerkan barang-barang atau barang dagangan milik perusahaan, atau untuk diolah oleh perusahaan lain, atau
untuk kegiatan yang bersifat persiapan atau penunjang tidak dianggap BUT termasuk jika menjadi agen yang berdiri sendiri tanpa ada pengaruh
dari perusahaan pusat.
5. Penjelasan Pasal 5 ayat 6 Tax Treaty model adalah sebagai berikut: