Pengujian Asumsi Klasik HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2008.

41

B. Pengujian Asumsi Klasik

Formula atau rumus regresi diturunkan dari suatu asumsi data tertentu. Dengan demikian tidak semua data dapat diterapkan regresi. Jika data tidak memenuhi asumsi regresi, maka penerapan regresi akan menghasilkan estimasi yang bias. Berikut ini adalah hasil pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. 1. Uji Normalitas Uji Normalitas merupakan pengujian untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi datanya normal atau tidak normal. Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji kolmogorov Smirnov. Dasar pengambilan keputusan adalah jika profitabilitas signikanya di atas tingkat kepercayaan 5, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas Ghozali, 2001: 84. Berikut adalah hasil pengujian normalitas: Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kolmogorov Smirnov Z p value Keterangan Unstandardized Residual 0,99. 0,278 Normal Sumber: data primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 15.0 for windows diperoleh nilai kolmogorov 42 smirnov z untuk residual µ i sebesar 0,993 dengan probability 0,278. Perbandingan antara probability dengan standar signifikansi yang sudah ditentukan diketahui bahwa nilai probaility sebesar 0,278 lebih besar dari 0,05. Sehingga menunjukkan bahwa distribusi data dalam penelitian normal. 2. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinieritas merupakan pengujian, apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas Sularmi, 2003. Model enter digunakan untuk menguji adanya multikonieritas yaitu dengan melihat pada tolerence value atau variance inflation facor VIF. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas mempunyai tolerence value di atas angka 0,1, sedangkan batas VIF adalah 10 dan mempunyai angkan mendekati 1 Ghozali, 2001: 67. Berikut adalah hasil pengujian multikolinearitas: Tabel 4.5 Hasil Pengujian Multikolinearitas No Variabel Tolerance VIF Keterangan 1. LAR X 1 0,879 1,138 Tidak Terjadi Multikolinearitas 2. ROA X 2 0,690 1,449 Tidak Terjadi Multikolinearitas 3. ROE X 3 0,725 1,380 Tidak Terjadi Multikolinearitas 4. NPM X 4 0,893 1,119 Tidak Terjadi Multikolinearitas Sumber: data sekunder diolah, 2011 Dengan melihat hasil pengujian multikolinearitas di atas, diketahui bahwa tidak ada satupun dari variabel bebas yang mempunyai nilai tolerance lebih kecil dari 0,1. Begitu juga nilai VIF masing-masing variabel tidak ada yang lebih besar dari 10. Dengan demikian dapat 43 disimpulkan bahwa tidak ada korelasi yang sempurna antara variabel bebas independent, sehingga model regresi ini tidak ada masalah multikolinearitas. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian sama dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain, maka disebut homoskedastisitas Sularmi, 2003. Dalam penelitian ini pengujian heterokedastisitas digunakan metode Lagrang Multiplier LM, yaitu dengan prosedur sebagai berikut. a. Pengujian regresi dengan persamaan: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + e i b. Dapatkan e dan nilai estimasi Y Y Predicted Ŷ c. Kuadratkan kedua variabel baru. d. Lakukan regresi dengan persamaan: e 2 = a + b Ŷ 2 + U: e. Hitung R 2 dan kalikan R 2 dengan jumlah sampel LM = R 2 × N. f. Bandingkan hasil tersebut dengan tabel Chi Square dengan derajat bebas 1 yaitu sebesar 9,2. g. Apabila R 2 × N lebih besar dari 9,2 maka standar error e mengalami heteroskedastisitas. Sebaliknya jika R 2 × N lebih kecil dari 9,2 maka standar error e tidak mengalami heteroskedastisitas. 44 Tabel 4.6 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas .592 a .351 .339 523.50354 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: Constant, Res² a. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan bantuan progam komputer SPSS 15.0 for windows diperoleh R 2 = 0,351 sehingga diperolah nilai LM = 0,351 × 20 = 7,02 dengan demikian nilai LM lebih kecil dari tabel Chi Square 9,2 yang menunjukkan bahwa standar error e tidak mengalami heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi adalah adanya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Autokorelasi bisa diatasi dengan cara melakukan transformasi data atau menambah data observasi Sularmi, 2003. Pengujian autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson Test. Kriteria pengambilan keputusan pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut: a. Angka D-W antara 0 sampai 1,5 berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W antara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka D-W antara 2,5 sampai 4 berarti ada autokorelasi negatif. 45 Tabel 4.7 Hasil Pengujian Autokorelasi 2. 344 a Model 1 Durbin- Watson Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan bantuan progam komputer SPSS 15.0 for windows diperoleh nilai Durbin- Watson sebesar 2,344 lihat lampiran uji autokorelasi. Dengan nilai Durbin-Watson 2,344 yang berada di antara 1,5 sampai 2,5 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak ada masalah autokorelasi.

C. Pengujian Hipotesis