Patogenesis Diagnosis Tinjauan Pustaka 1.

terjadi transmisi transplasenta dari ibu hamil yang berada dalam bakterimia kepada bayinya Anonim b , 2008. Masa tunas demam tifoid berlangsung 10 sampai 14 hari. Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi, dalam minggu pertama penyakit , keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah dan diare. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif, lidah yang khas kotor ditengah, tepi dan ujung merah, dan tremor, hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, dan psikosis Juwono, 2004.

b. Patogenesis

Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respons imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan menembus ke sel-sel epitel terutama sel-M dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofog. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofog dan selanjutnya dibawa ke plaque Peyer ilieum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofog ini masuk ke dalam sirkulasi darah mengakibatkan bakterimia pertama yang simtomatis dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakterimia Anonim a , 2006.

c. Diagnosis

Gambaran klinis demam tifoid sangat bervariasi dari yang ringan hingga tidak terdiagnosa, sampai gambaran yang khas dengan komplikasi, sehingga terkadang mengalami kesulitan dalam penegakan diagnosa apabila hanya berdasar gambaran klinis. Oleh karena itu pemeriksaan laboratorium mikrobiologi tetap diperlukan. Pemeriksaan laboratorium yang ada sampai saat ini adalah dengan metode konvensional, yaitu kultur kuman dan uji serologi widal serta metode nonkonvensional antara lain Polymeras Chain Reaction PCR, Enzyme Immunoassay EIA, dan Enzyme Linked Immunosorbent Assay ELISA Muliawan dan Surjawidjaja, 1999. Uji TUBEX, Typhidot-M dan dipstik merupakan metode diagnostik yang cepat, mudah dilakukan dan terjangkau harganya untuk negara berkembang dengan sensitivitas dan spesifitas yang cukup baik, sehingga dapat mulai dirintis penggunaanya di Indonesia. Tes Thypidot dan Thypidot- M memang lebih unggul dibandingkan tes Widal, akan tetapi biayanya mencapai 4 kali biaya tes Widal. Di samping itu, tes Thypidot dan Thypidot- M tidak bisa menggantikan kultur dalam biakan empedu gall culture sebagai standar baku mendiagnosis demam tifoid. Meskipun demikian, jika secara klinis pasien diduga tifoid sementara hasil kultur negatif atau tidak bisa melakukan kultur darah. Thypidot-M ini bisa digunakan Anonim b , 2008. Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya bakteri Salmonella dalam darah penderita, selain itu tes widal O dan H mulai positif pada hari ke sepuluh dan titer akan semakin meningkat sampai berakhirnya penyakit. Pengulangan tes widal selang 2 hari yang menunjukkan kenaikan progresif dari titer agglutinin diatas 1:200 menunjukkan diagnosis positif dari infeksi aktif demam tifoid. Biakan tinja pada minggu ke dua dan ke tiga serta biakan urin pada minggu ke tiga dan ke empat, juga dapat mendukung diagnosis, dengan ditemukannya Salmonella typhi Soedarto, 1996.

d. Komplikasi

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Anak Di Instalasi Rawat Inap Rsau Adi Soemarmo.

1 4 12

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEWASA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Dewasa Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Pada Tahun 2014.

1 10 16

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEWASA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Dewasa Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Pada Tahun 2014.

0 3 11

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Sayidiman Magetan Tahun 2014.

1 28 17

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Sayidiman Magetan Tahun 2014.

0 1 11

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS “X” Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2011.

5 16 17

KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. R. SOETRASNO REMBANG TAHUN 2010.

0 1 17

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2009.

0 1 16

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh: DHEN

0 0 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRI PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PURBALINGGA TAHUN 2009

0 0 15