Penilaian kualitas terjemahan

PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN
(Studi Kasus Terjemahan Fiqh Al Islâm Wa Adilatuh Bab Salat Pasal 1
Karya Dr. Wahbah Al-Zuhailî)

Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Amir Hamzah
104024000829

JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M/1431 H

LEMBAR PERNYATAAN

Bismillahirrahmanirrohim
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
NIM

Jurusan
Fakultas

: Amir Hamzah
: 104024000829
: Tarjamah
: Adab dan Humaniora

Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Maret 2011

Amir Hamzah


PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN
( Studi Kasus Terjemahan Fiqh Al Islâm Wa Adilatuh Bab Salat Pasal 1
Karya Dr. Wahbah Al -Zuhailî)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sastra
Oleh
Amir Hamzah
NIM: 104024000829

Di bawah Bimbingan

Dr. Akhmad Saehudin M.Ag
NIP. 19700505 20003 1003

JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 M/1431 H


PENGESAHAN PANITA UJIAN

Skripsi yang berjudul Penilaian Kualitas Terjemahan (Studi Kasus Terjemahan Fiqh al-Islâm Wa
Adillatuh Bab Salat Pasal 1 karya Dr. Wahbah Al-Zuhaili), yang telah diujikan dalam Sidang
Munaqosah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada senin tanggal 14 Maret 2011, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sastra Strata 1 (S1) pada jurusan Tarjamah.

Jakarta, Senin 14 Maret 2011
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Sekretaris Panitia (Sekretaris Jurusan)

DR. H. Akhmad Saehudin M.Ag
NIP. 19700505 20003 1 003
Penguji 1

Dr. Abdullah M.A

NIP.19610825 199303 1 002

.
Moch Syarif Hidayatullah M.Hum
NIP. 19791229 200501 1 004
Anggota
Penguji 2

Moch Syarif Hidayatullah M.Hum
NIP. 19791229 200501 1 004
Mengetahui
Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

Dr. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag.
NIP. 19560817 198603 1 006

PEDOMAN TRANSLITERASI
Padanan Aksara
Huruf Arab
١

‫ب‬
‫ت‬
‫ث‬
‫ج‬
‫ح‬
‫خ‬
‫د‬
‫ذ‬
‫ر‬
‫ز‬
‫س‬
‫ش‬
‫ص‬
‫ض‬
‫ط‬
‫ظ‬
‫ع‬
‫غ‬
‫ف‬
‫ق‬

‫ك‬
‫ل‬
‫م‬
‫ن‬
‫و‬
‫ھ‬
‫ء‬
‫ي‬

Huruf Latin

Keterangan
tidak dilambangkan
be
te
te dan es
je
h dengan garis bawah
ka dan ha
de

de dan zet
er
zet
es
es dan ye
es dengan garis di bawah
de dengan garis di bawah
te dengan garis di bawah
zet dengan garis bawah
koma terbalik di atas hadap kanan
ge dan ha
ef
ki
ka
el
em
en
we
ha
apostrof

ye

b
t
ts
j
h
kh
d
dz
r
z
s
sy
s
d
t
z

gh

f
q
k
l
m
n
w
h

y

v

Vokal
a.

Vokal Tunggal
Tanda Vokal Arab

َ

ِ
ُ

b.

Keterangan
Fathah

i

kasrah

u

dammah

Tanda Vokal Latin
ai
au


Keterangan
a dan i
a dan u

Tanda Vokal Latin
â
î
û

Keterangan
a dengan topi di atas
i dengan topi di atas
u dengan topi di atas

Vokal Rangkap
Tanda Vokal Arab
‫ي‬
‫و‬

c.

tanda Vokal Latin
a

Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab
‫ﺎ‬
‫ي‬
‫و‬

d. Kata Sandang
Kata sandang, yang dialihkan dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik dikuti huruf syamsiah
maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijal bukan ar-rijal.
e. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasysid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda ( ّ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
f. Ta Marbutah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbutah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/.
hal yang sama juka berlaku jika ta marbutah tersebut diikuti oleh kata sifat
(na’t). namun, jika huruf ta marbutah tersebut diikuti kata benda (ism) maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadu huruf /t/.

vi

ABSTRAK
Amir Hamzah
Penilaian Kualitas Terjemahan (Studi Kasus Terjemahan Kitab Fiqh Al-Islam Wa
Adlatuh Karya Dr. Wahbah Al-Zuhaili)
Menilai terjemahan adalah kegiatan yang bertujuan melihat keakuratan,
mengukur kejelasan, serta menimbang kejelasan. Keakuratan berarti sejauh mana
pesan dalam Tsu disampaikan dengan benar dalam Tsa. Kejelasan berarti sejauh
mana pesan yang dikomunikasikan dalam Tsa dapat dipahami dengan mudah oleh
pembaca Tsa. Pesan yang ditangkap Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh
pembaca Tsa. Kewajaran berarti sejauh mana pesan dikomunikasikan dalam bentuk
yang lazim, sehingga pembaca Tsa merasa bahwa teks yang dibacanya adalah teks
asli yang ditulis dalam Bsa.
Dalam penilaian terjemahan sesuatu yang dinilai adalah produk bukan proses
penerjemahan, hal ini berarti bahwa yang dinilai adalah hasil terjemahan. Sehingga
penilaian di sini, bukan lagi menilai bagaimana hasil itu diproduksikan, pada tahap
mana kesalahan terjadi.
Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana ketepatan, kejelasan dan kewajaran
hasil terjemahan yang dilakukan oleh penerjemah pada setiap kata, frase, klausa dan
kalimat yang terdapat pada buku Fiqh Al-Islâm Wa adilatuh. Evaluasi dan analisa
yang dilakukan merujuk kepada beberapa aspek-aspek pokok penilaian. Aspek-aspek
itu antara lain : penyampain pesan yang tepat dan lugas, penggunaan struktur kata
yang sepadan dengan bahasa sasaran, pemilihan diksi yang berterima, keefektifan
kalimat, serta penggunaan tanda baca dan ejaan yang sesuai hingga penggunaan
gaya bahasa yang tepat. Hasil-hasil evaluasi tersebut akan dimasukan ke dalam tabel
hitungan matematis yang akan dijumlahkan untuk mengetahui nilai dari terjemahan.
Dari segi ketepatan hasil terjemahan buku ini, peneliti banyak mendapati ketidak
tepatan dalam mengalihkan pesan sesuai dengan maksud dan tujuan penulis asli
sehingga banyak pesan yang tidak tersampaikan secara benar. Hal ini akan
berakibat pada pemahaman yang sulit bagi kalangan pembaca teks sasaran. Dari
segi kejelasan peneiliti juga banyak menemukan pengalihan teks sumber yang jauh
dari kelaziman pada bahasa sasaran. Hal itu terlihat dari penggunaan diksi yang
banyak menggunakan kata-kata yang kurang tepat dan salah. Selanjutnya
penggunaan kalimat yang tidak efektif serta penggunaan tanda baca yang tidak baku.
Kesalahan-kesalahan ini mengakibatkan menurunnya kualitas dan nilai terjemahan
buku ini.

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim
Saya bersyukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya saya
dapat merampungkan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah membawa kita sebagai umatnya mampu dalam
mengenal, mencari, dan menegakkan syariat Islam. Saya menyadari, skripsi yang
saya tulis itu bukan merupakan suatu yang instant. Itu buah dari suatu proses yang
relatif panjang, menyita segenap tenaga dan fikiran. Penulisan skripsi itu saya
lakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Sastra di Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Yang

pasti tanpa segenap motivasi, kesabaran, kerja keras, dan doa –

mustahil saya sanggup untuk menjalani tahap demi tahap dalam kehidupan akademik
saya di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada
dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini saya mengalami berbagai halangan dan
rintangan, akan tetapi dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak
akhirnya skripsi ini dapat saya selesaikan.
Pada Kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya atas
segala dukungan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak selama proses studi
dan juga selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim, M.Ag Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.
2. Dr. Akhmad Saehudin M.A Ketua Jurusan Tarjamah beserta staff.
3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora yang telah banyak
membimbing dan menyampaikan Ilmu pengetahuannya kepada penulis,
mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis di dunia dan akhirat.
4. Bapak Dr. Akhmad Saehudin M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan membimbing saya dalam penulisan skripsi. Betapa arahan, petunjuk

serta bimbingan beliau sangat membantu saya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Pimpinan dan staff administrasi Perpustakaan utama UIN, Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora, yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk memanfaatkan dan memimjamkan buku-buku yang berhubungan
dengan skripsi.
6. Alm ayahanda H.M. Hamdani dan Ibunda Hj. Indah, orang tua saya, yang
telah membesarkan dan mendidik saya. Saya mutlak berterima kasih dan
sekaligus meminta maaf kepada beliau berdua karena hanya dengan dukungan
beliau berdualah saya dapat melanjutkan pendidikan saya hingga perguruan
tinggi. Saya menyadari, tanpa beliau berdua, mustahil saya bisa menjadi
sekarang. Begitu banyak pengorbanan yang beliau berikan kepada saya, dari
kecil hingga dewasa. Pengorbanan serta kasih sayang yang tak terhitung dan
tak terhingga banyaknya.
7. Kakak serta adikku tersayang terima kasih banyak karena telah memberikan
semangat, bantuan dan doanya, serta menjadi motivasi hidup saya untuk
selalu berkarya. Serta seseorang (Chairunnisa) yang telah banyak membantu
dan memberikan semangat kepada Penulis untuk senatiasa memberikan yang
terbaik.
8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H Syamsul Maarif
Hamzah (Gus Arif), K.H Sholihin Ilyas, Ustd Arif, serta Gus Lubi, doa serta
dukungan beliau sangat membantu Penulis untuk senantiasa berbuat yang
terbaik.
9. Teman-teman seperjuangan di Dzigho yang senantiasa mengiringi dan
menemani Penulis dalam doa.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan ( Kojek, Heri, Hafidz, Tatam, Erwan, Omen
dan teman-teman tarjamah angkatan 04) atas dorongan dan kebersamaan
yang tidak terlupakan. Kehadiran kalian membuat warna dalam hidup ini,
semangat dan keceriaan yang pernah kita lewatkan tidak akan pernah
tegantikan.

11. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih.
Semoga Allah Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat dan KaruniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas.
Skripsi ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga penulis dengan senang hati
menerima kritik demi perbaikan. Kepada peneliti lain mungkin masih bisa
mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis
yang lebih tajam.
Semoga skripsi ini memiliki nilai manfaat dalam memasuki dunia pendidikan
di masa yang akan datang, khususnya bagi penulis dan pembaca umumnya. Amiin…

Jakarta, Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI
lembar Judul ...................................................................................................... i
lembar Pernyataan ............................................................................................. ii
lembar Persetujuan Pembimbing ........................................................................ iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Lembar Pedoman Transliterasi ........................................................................... v
abstrak .............................................................................................................. vii
Kata Pengantar .................................................................................................. viii
Daftar Isi ........................................................................................................... xi
Daftar Tabel ...................................................................................................... xiv

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan masalah .................................... 7
C. Tujuan dan manfaat Penelitian .............................................. 7
D. Tinjauan pustaka ................................................................... 8
E. Metodologi penelitian ........................................................... 8
F. Sistematika penulisan............................................................ 9

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Penilaian Terjemahan
1. Pokok-Pokok Penilaian ................................................... 11
a. Struktur (Gramatika) ................................................... 11
b. Pemakaian Ejaan......................................................... 12
c. Diksi ........................................................................... 12
d. Idiom .......................................................................... 13
e. Efektifitas Kalimat ...................................................... 14
f. Gaya Bahasa ............................................................... 15

2. Teknik Penilaian Terjemahan ......................................... 16
a. Tes Perbandingan (Komparatif) .................................. 16
b. Tes Penerjemahan Ulang ............................................ 17
c. Tes Keterpahaman ...................................................... 17
d. Tes Kewajaran ............................................................ 18
e. Tes Kekonsistenan ...................................................... 18
3. Kualitas Terjemahan ...................................................... 19
a. Tepat ......................................................................... 19
b. Jelas ............................................................................ 20
c. Wajar ......................................................................... 20
4. Pedoman Penilaian Terjemahan ...................................... 21
a. Ismail Lubis ............................................................. 21
b. Rochayah Machali .................................................... 23
c. Syarif hidayatullah ................................................... 25
5. Nilai Terjemahan ........................................................... 26
a. Terjemahan Hampir Sempurna .................................. 27
b. Terjemahan Sangat Baik……………………………..27
c. Terjemahan Baik ……………………………….……27
d. Terjemahan Cukup …………….…………………….28
e. Terjemahan Buruk ………………..………….………28
BAB III

Gambaran Umum
A Teks Sumber ......................................................................... 29
a. Kitab Terjemahan Fiqh Al-Islâm Wa Adilatuh …...…29
b. Riwayat Singkat Penerjemah
(Prof. K.H. Masdar Helmy)…………………………...30
B Teks Sasaran ........................................................................ 31

BAB IV

ANALISIS

1. Halaman Pertama ....................................................... 33
2. Halaman Kedua .......................................................... 48
3. Halaman ketiga ........................................................... 59
4. Halaman Keempat ...................................................... 65
5. Halaman Kelima ........................................................ 72

BAB V

PENUTUP
A Kesimpulan .......................................................................... 80
B saran .................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penilaian terjemahan sangat penting disebabkan dua alasan: (1) untuk
menciptakan hubungan dialektik antara teori dan praktik penerjemahan; (2) untuk
kepentingan kriteria dan standar dalam menilai kompetensi penerjemah, terutama
apabila kita menemui beberapa versi teks bahasa sasaran (Bsa) dari teks bahasa
sumber (Bsu) yang sama.1
Menilai terjemahan juga menilai tingkat keterpahaman, yang berarti ada dan
tiadanya dua ungkapan: (a) ungkapan yang dapat menimbulkan salah paham dan (b)
ungkapan yang membuat pembaca sangat sulit memahami amanat yang
dikandungnya karena faktor kosa kata dan gramatika. 2
Menilai terjemahan juga meliputi: (1) melihat keakuratan atau ketepatan ; (2)
mengukur kejelasan; (3) menimbang kewajaran. Keakuratan berarti sejauh mana
pesan dalam Tsu disampaikan dengan benar dalam Tsa. Kejelasan berarti sejauh
mana pesan yang dikomunikasikan dalam Tsa dapat dipahami dengan mudah oleh
pembaca Tsa. Pesan yang ditangkap Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh
pembaca Tsa. Kewajaran berarti sejauh mana pesan dikomunikasikan dalam bentuk
yang lazim, sehingga pembaca Tsa merasa bahwa teks yang dibacanya adalah teks
asli yang ditulis dalam Bsa. Karenanya, aspek yang harus dinilai adalah: (1) pesan
terterjemahkan atau tidak; (2) kewajaran dan ketepatan pengalihan pesan; (3)
1
2

Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo,2000), h.108.
SyihAbûddin, Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: Humaniora, 2005), h.195.

1

2

kesesuaian hal-hal teknis dalam kerja penerjemahan dengan tata bahasa dan ejaan
yang berlaku.3
Dalam penilaian terjemahan sesuatu yang dinilai adalah produk bukan proses
penerjemahan, dalam arti bahwa yang dinilai adalah hasil terjemahan. Kita bukan
menilai, misalnya bagaimana hasil itu diproduksikan, pada tahap mana kesalahan
terjadi, sehingga penilaian terjemahan disini lebih banyak merupakan kepentingan
remedial-pedagogik, baik untuk memeriksa terjemahan sendiri maupun hasil
terjemahan orang lain, misalnya terjemahan dari para penerjemah buku-buku maupun
terjemahan para mahasiswa.
Memang, pada akhirnya penilaian terjemahan akan memungkinkan adanya
balikan bagi si penerjemah dan bagi teori penerjemahan itu sendiri, yakni adanya
hubungan dialektik antara teori dan praktik. Pada gilirannya, memang kegiatan
penilaian akan sampai juga pada kepentingan perbaikan mutu terjemahan.
Suatu penilaian terjemahan harus mengikuti prinsip validitas dan realibitas. Akan
tetapi, karena penilaian terjemahan adalah relatif (berdasar kriteria lebih kurang),
maka validitas penilaian dapat dipandang dari aspek conten validity dan face validity.
Alasannya adalah karena menilai terjemahan berarti melihat aspek isi (content) dan
sekaligus juga aspek-aspek yang menyangkut “keterbacaan” seperti ejaan (face),
sekalipun ejaan itu sendiri juga berkaitan dengan segi makna. Dengan mendasarkan
kepada dua jenis validitas ini, diharapakan aspek realibitas akan dapat dicapai melalui
Kriteria dan cara penilaian.4

3
4

Hidayatullah, Syarif, Moch. Tarjim Al-An, (Tangerang: Dikara, 2010), hal.71.
Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta; Grasindo,2000), h.115.

3

Melalui metode penilaian terjemahan, maka akan dihasilkan terjemahan yang
baik dan berkualitas yaitu, terjemahan yang mudah dipahami oleh pembaca, yaitu
memiliki tingkat keterpahaman yang tinggi. Tingkat keterpahaman atau kualitas
terjemahan ini bersifat intristik. Kualitas intristik bertalian dengan ketepatan,
kejelasan, dan kewajaran nas. Ketepatan berkaitan dengan kesesuaian amanat
terjemahan dengan amanat nas sumber, kejelasan berkaitan dengan struktur bahasa,
pemakaian ejaan, diksi, dan panjang kalimat, dan kewajaran berkaitan dengan
kelancaran serta kealamiahan terjemahan. Kualitas intristik ini dapat diukur dengan
penerjemahan ulang, membandingkan terjemahan dengan nas sumber, tes
keterpahaman, tes rumpang, dan penilaian peninjau.5
Hasil terjemahan yang juga dapat dipandang baik apabila terjemahan itu benarbenar mampu memotret target makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Seluruh satuan makna di dalam teks sumber ‘seolah-olah’ teralihkan secara sempurna
ke dalam bahasa sasaran. Kriteria lainnya, bahwa hasil terjemahan itu proporsional
dan wajar, Dalam arti, rajutan kata-kata, kalimat serta style terjemahan benar-benar
nyaman dan mudah dipahami ketika dibaca atau didengar pembaca teks sasaran
senyaman apabila publik teks sumber membaca atau mendengar naskah aslinya. 6
Pembahasan

penilaian karya terjemahan tidaklah mudah, karena karya

terjemahan biasanya sangat bergantung pada latar belakang (para) penerjemahnya
serta untuk tujuan apa penerjemahan itu dilakukan. Ini terutama berlaku pada karya
sastra.

5
6

Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: Humaniora, 2005), h.219.
Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h.49.

4

Dalam teks berbahasa Arab yang pada umumnya penerjemahan di Indonesia
terfokus pada nas-nas keagamaan, mulai dari kitab suci Alquran, Hadis, tafsir hingga
buku-buku tentang dakwah, akhlak, dan buku yang menelaah pemikiran Islam.
Sebagai penerjemah akan dihadapkan dengan berbagai kesulitan yang berkaitan
dengan aspek kebahasaan, non kebahasaaan, dan kebudayaan.
Dalam teks bidang ilmu agama seperti karya besar Dr Wahbah Al-Zuhailî, Fiqh
Al-Islâm Wa adilatuh,

yang memuat berbagai macam aliran pemikiran

dan

kesimpulan hukum agama Islam menurut empat mazhab ahli sunah, ditambah dengan
pendapat sebagian ulama syiah, sebagai penerjemah biasanya akan disuguhkan
konsep-konsep pemikiran serta pendapat yang mau tidak mau harus dipahami dan
diterjemahkan secara tepat. Seorang penerjemah akan dihadapi dengan tanggung
jawab serta konsistensi dalam mengalihkan pesan dalam bahasa sumber (Bsu) yang
akan dialihkan kedalam bahasa sasaran (Bsa) secara tepat dan benar, sehingga tidak
terjadi distorsi makna yang menjadikan perbedaan aliran menjadi lebih runcing.
Belum lagi bila dikaji lebih jauh, ketika bahasa adalah sue generis. Maksudnya, ia
mempunyai sistem tersendiri. Maka, setiap bahasa mempunyai karakteristik tertentu
yang berbeda dengan bahasa lainnya, misalnya dalam pembentukan pola kata, pola
urutan frase dan lain sebagainya. Maka penerjemah akan lebih dibenturkan lagi
dengan kesulitan teknis yang mau tidak mau penerjemah harus bisa memecahkan dan
menguasai hal tersbut dengan baik. 7
Kenyataan umum yang ditemui adalah hasil terjemahan cenderung unggul di satu
sisi dan tidak demikian di sisi lain. Apabila ia cukup setia dengan teks sumber, maka
7

Saifullah Kamalie, Kiat-Kiat Penerjemahan Bahasa Arab, ( Jakarta. Kesaintblank. 2004), h.6.

5

yang akan terjadi adalah bahasa yang dihasilkan terasa kaku untuk ukuran pembaca
Indonesia sebagai akibat ketidakmampuan penerjemah membebaskan terjemahannya
dari pengaruh bahasa Arab. Atau sebaliknya, hasil terjemahan cenderung berbahasa
nyaman dan enak dibaca publik Indonesia, namun pesan teks sumber tercecer bahkan
sampai tidak tersampaikan.
Pertanyaan yang kemudian muncul, “Apakah hasil terjemahan yang telah ada
sekarang ini, dapat dijadikan rujukan sebelum diadakan penelitian tentang kualitas
penilaian terjemahan yang dilakukan?”

Memang pertanyaan ini lebih tepat bila

ditanyakan kepada mereka yang hendak mengeksplorasi kandungan hukum islam
secara dalam.
Namun betapapun keras kerja seorang penerjemah dalam mengalihkan bahasa
sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa), tetap saja ia memiliki titik-titik
kelemahan yang merupakan hasil distorsi dari dimensi-dimensi yang tidak mewakili
dalam bahasa penerjemah. Dan, ini akan berimbas sangat signifikan pada hasil
pemahamannya terhadap dasar-dasar utama dalam hukum Islam, terutama yang
mencakup permasalahan ibadah.
Kendala lainnya yang tidak sepele adalah bahwa mereka yang awam terhadap
penguasaan bahasa Arab, tidak akan mengerti apakah pemahaman yang diperoleh
oleh penerjemahnya itu sudah benar atau belum. Hal ini karena mereka tidak
mengetahui susunan bahasa terjemahan itu dalam teks bentuk aslinya, disamping halhal yang menyangkut cakupan makna yang dimungkinkan muncul dari bentuk teks
asli yang berupa pendapat para ulama mazhab, kemudian menelan mentah-mentah

6

apa yang dipahaminya dari terjemahan itu, padahal pemahaman itu belum tentu
benar.
Penerjemah buku karya Dr. wahbah Al-Zuhailî ini, dalam pengantarnya
mendaulat bahwa buku terjemahan yang penerjmah telah selesaikan dan terbit adalah
buku yang dapat memberikan kepuasan kepada para pembacanya yang menginginkan
memahami seluk beluk ibadah secara menyeluruh dan mendalam. Dari buku ini pula
penerjemah menulis bahwa buku ini sangat berguna bagi semua peminat hukum
Islam. Bahkan menganjurkan agar buku ini menjadi rujukan bagi para mahsiswa dan
kaum terpelajar. Dan, berharap agar buku ini dapat menjadi perbedaan yang ada
dikalangan umat Islam menjadi rahmat.
Dalam tulisan pengantar yang dibuat oleh penerjemah terlihat bahwa penerjemah
sangat yakin bahwa hasil terjemahannya dapat memberikan nilai lebih dan kontribusi
yang besar bagi keilmuan Islam khusunya ilmu fiqih. Namun, yang harus diingat
bahwa tidak ada hasil dari terjemahan yang sempurna. Hasil terjemahan yang hadir
harus bisa dan dapat menjadi jembatan penghubung dari penulis buku asli dengan
para pembaca. Sehingga tidak terjadi komunikasi yang terputus yang dapat
mengakibatkan kesalahan bagi para pembaca.
Baik-buruk, benar-salah suatu terjemahan tidak akan pernah diketahui tanpa
adanya penelitian yang menyeluruh mengenai penilaian sebuah produk terjemahan.
Jadi, tidaklah salah bila seorang penerjemah mendaulat hasil karya terjemahannya
adalah baik dan dapat diakses oleh siapa saja. Namun produk sebuah terjemahan
sebaiknya terlebih dahulu harus diperiksa, ditinjau, diselidiki dan diteliti lebih dalam,
dari satu tahap ke tahap lain sebelum sampai di tangan pembaca.

7

Berdasarkan latar belakang itulah, Penulis tertarik menulis skripsi dengan judul :
“Penilaian Kualitas Terjemahan (Studi Kasus Kitab Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuh
Karya Dr. Wahbah Al-Zuhailî).’’
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dikarenakan tebalnya halaman buku asli dan terjemahannya, Penulis membatasi
penelitian ini, hanya pada lima halaman muka Bab salat pasal 1, berupa teks Arab
beserta terjemahannya, dengan menganalisis tingkat ketepatan, kewajaran, dan
kejelasan hasil terjemahan tersebut kepada bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, Penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah terjemahan kitab Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuh telah tepat, jelas dan
wajar dalam mengalihkan teks-teks pada bahasa sumber?
2. Seberapa baikkah kualitas serta nilai terjemahan kitab Fiqh Al-Islâm Wa
Adilatuh?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan:
1. Mengevaluasi dan menilai ketepatan, kejelasan dan kewajaran pengalihan
teks-teks pada bahasa sumber kepada bahasa sasaran.
2. Mengetahui kualitas dan nilai terjemahan.
Manfaat dari penelitian ini

adalah untuk menambah khasanah penelitian

penerjemahan yang telah ada dan menambah pengetahuan seputar penilaian karya

8

terjemahan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi
bagi teman-teman mahasiswa terjemah untuk melakukan penelitian penilaian kualitas
terjemahan dengan objek yang lain.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah Penulis menelaah dan meneliti karya-karya ilmiah baik dalam buku-buku
penerjemahan, internet, perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora maupun
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sepengetahuan Penulis ada beberapa
kajian skripsi yang memiliki kesamaan subtansi dengan penelitian Penulis, Di
antaranya:
1. Tatam Wijaya yang menulis Tinjauan Keritik Terjemahan Shohih Bukhori
2. Yuyun yang menulis Tinjaun Kritk Terjemahan Kamus Gaul
Selain itu Penulis juga mendapatkan beberapa karya yang hampir sama
subtansinya dalam mengevaluasi hasil karya terjemahan yaitu antara lain:
1. Rochayah Machali yang meneliti kualitas terjemahan mahasiswa Universitas
Canbera Australia dalam teks gender
2. Syihabuddin yang meneliti kualitas terjemahan Surat Al-Imran terbitan
departemen agama
3. Benny H. Hoed yang meneliti kualitas penerjemahan The Origin Of Species
karya Charles Darwin ke dalam bahasa Indonesia .
E. Metodologi Penelitian
Metode yang Penulis gunakan dalam meneliti objek penelitian ini adalah metode
dekriptif analisis ekuivalensi (terfokus pada bahasa sasaran dalam menggunakan

9

struktur bahasa Indonesia yang baik dan benar), yaitu menganalisis objek penelitian
pada teks-teks yang ada dalam kitab Fiqh al Islâm Wa Adilatuh dengan
mengeksplorasi ketepatan, kejelasan dan kewajaran terjemahan meliputi strukur
bahasa, pemakaian ejaan, pemilihan diksi, dan keefektifan kalimat yang digunakan.
Kemudian hasil penelitian akan dimasukan kedalam hitungan matematis, yaitu
menganalisis setiap halamannya dengan memperhatikan kategori-kategori pengalihan
Bsu kepada Bsa dengan tehnik ekuivalensi (pemadanan) dalam bahasa Indonesia
yang baik dan benar serta memberikan solusi terjemahan lain.
Data yang diambil oleh penulis adalah teks-teks bahasa Arab yang terdapat pada
kitab Fiqh al Islâm Wa Adilatuh pada bab salat pasal tentang hal-hal yang
membatalkan salat serta terjemahannya.
Instrument penelitian adalah teori-teori penilaian terjemahan dari beberapa pakar
penerjemahan. Sedangkan prosedur pengolahan data dilakukan melalui melihat teksteks bahasa Arab dan terjemahan serta membuat catatan-catatan penting sebagai
kebutuhan data.
Dalam penulisan ini, penulis juga merujuk pada sumber-sumber sekunder berupa
buku-buku tentang penerjemahan, kamus bahasa Arab dan Indonesia, internet dan
lain-lain.
Selain itu, Penulis menggunakan kajian Pustaka (library research). Secara teknis,
penulisan ini didasarkan pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis
dan disertasi) yang berlaku di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
diterbitkan oleh Center Of Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

10

F. Sistematika Penulisan
Guna mendapat pemahaman yang terarah dan komprehensif dalam pembahasan
masalah ini, Penulis perlu merumuskan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, mencakup: latar belakang permasalahan, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian serta
sistematika penulis
BAB II Kerangka Teori, Bab ini adalah kelanjutan dari bab selanjutnya, berisi
tentang teori-teori yang penulis gunakan dalam menganalisis permasalahan yang
Penulis angkat dalam skripsi ini, yaitu berupa teori-teori penilaian terjemahan
yang mencakup : penerjemahan dan tahap penerjemah, dan penilaian Terjemahan.
BAB III Gambaran Umum meliputi gambaran teks sumber dan gambaran teks
sasaran.
BAB IV Analisis penilaian terjemahan kitab Fiqh al-Islâm Wa Adilatuh
BAB V Penutup, bab ini terdiri dari kesimpulan disertai saran-saran serta
rekomendasi bermanfaat yang Penulis berikan untuk masukan bagi penerjemah dan
penerbit untuk edisi selanjutnya.

11

BAB II
KERANGKA TEORI
A. Penilaian Terjemahan

Hal yang perlu diingat dalam penilaian terjemahan bukanlah sekadar dari segi
benar-salah, bagus-buruk, harfiah-bebas. Namun ada beberapa segi dalam
penerjemahan yang harus dipertimbangkan dalam penilaiannya. Sebelum menentukan
kriteria penilaian, terlebih dahulu harus diingat kriteria dasar yang menjadi pembatas
antara terjemahan yang salah (tidak berterima) dan terjemahan yang berterima. Maka
kriteri pertama adalah: tidak boleh ada penyimpangan makna refrensial yang
menyangkut maksud penulis asli. Sesudah melewati saringan pertama ini, barulah
kriteria lain dapat dipertimbangkan atau diberlakukan. Kriteria penilaian lain akan di
jabarkan di bawah ini.
1. Pokok-Pokok Penilaian
a. Struktur (gramatika)
Struktur (gramatika) adalah pembahasan tentang morfologi dan sintaksis. Dua hal
tersebut merupakan pilar terpenting dalam tata bahasa. Sintaksis berbicara tentang
jalinan atau relasi satu kata dengan kata lain yang membentuk frase, klausa atau
kalimat, sedangkan morfologi membahas aspek internal kata. Sintaksis adalah ruh
yang membangun kalimat, maka morfologi adalah ruh dari sebuah kata.18

18

Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah, (Jakarta: Tiara Wacana;2004), h.75.

11

12

Sintaksis mempunyai perananan penting dalam sebuah penerjemahan. Kesalahan
dalam pengalihan struktur akan berimplikasi kepada makna yang dihasilkan. Ketika
bahasa memiliki sifat sue generis yaitu memiliki peraturan masing-masing. Seorang
penerjemah harus dapat mengalihkan segala apa yang ada pada Tsu sesuai dengan
maksud pengarang dengan tidak lupa mengikuti aturan dari Tsa. Penerjemah harus
dapat keluar dari keterikatan kepada struktur Tsa yang akan berimbas kepada hasil
terjemahan yang kaku.
Begitu pula dari segi morfologis, seorang penerjemah harus dapat mencari
padanan terdekat kata-kata dari Tsu yang ada kepada Tsa, sehingga penikmat
terjemahan dapat mudah memahami hasil terjemahan dengan baik karena sesuai
dengan kata-kata yang dikenal oleh sidang pembaca terjemahan. Pemilihan padanan
atau diksi ini akan dibahas di sub bab diksi.
Penilaian struktur ini mendapat posisi paling penting dalam setiap teori penilaian.
Karena sintaksis dan morfologi adalah penyusun inti dari setiap lembar teks bahasa.
b. Pemakaian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaiman hubungan antar lambang-lambang itu (pemisahan dan penggAbûngannya
dalam suatu bahasa). 2 Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan
huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
c. Diksi

2

Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia (jakarta : Akapres, 2004), h. 30

13

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa
yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan
kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Ada lima tingkat dalam memilih diksi.3 Berikut lima tingkat tersebut:
a.1 Literal (harfiah)
pemilihan kata yang tidak didasarkan semata-mata pada makna kata tersebut
di kamus.
a.2. Sintatikal (Tata bahasa)
pemilihan makna kata yang tidak didasarkan semata-mata pada susunan tata
bahasa dalam bahasa sumber.
a.3. Idiomatikal (pribahasa)
pemilihan kata yang didasarkan pada kesepadanan idiom pada bahasa sasaran.
a.4. Astetikal (kesusastraan)
pilihan kata yang sudah harus benar-benar mempertimbangkan mutu
kesastraan, seperti konotasi dan irama, tentu saja sebisa mungkin setia dengan
mutu kesusastraan naskah asli.
a.5. Etikal (Kesusilaan)
Pilihan kata yang didasarkan pada prinsip kepatuhan yang berlaku pada penutur
bahasa sasaran.

3

Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Pamulang: Dikara, 2010), h. 39-40

14

d. Idiom
Merujuk kepada pendapat para pakar bahasa dan terjemahan, maka penulis dapati
beberapa definisi idiom yaitu antara lain idiom adalah adalah konstruksi yang khas
pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti.
Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena
kaidah ekonomi bahasa. 4
Menurut Collins English Dictionary idiom adalah “ a group of words whose
meaning cannot be predicate from the meanings of the constituent words” ( idiom
adalah sekelompok kata yang maknanya tidak dapat dicari dari makna kata-kata
unsurnya). Sedangkan menurut definisi lain dikatakan: “idiom is a linguistic usage
that is grammatical and natural to native speakers of language”,5 (idiom adalah
ungkapan kebahasaan yang bersifat gramatikal dan alami bagi penutur asli suatu
bahasa).
Seorang penerjemah harus memahami terlebih dahulu definisi dari idiom ini, agar
tidak terjadi kesalahan dalam mengalihkan ungkapan ini dari Bsu ke dalam Bsa
secara tepat. Kesulitan yang dihadapi seorang penerjemah dalam memahami konteks
idiom ini, menjadikan idiom salah satu unsur penting yang harus diuji dan dinilai,
apakah ungkapan ini tepat ataukah malah menyimpang dari maksud yang
disampaikan seorang pengarang.

4

Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah, (Jakarta, Tiara Wacana ;2004), h. 76
Moh. Mansyur dan Kustiawan, Pedoman Bagi Penerjemah. (Jakarta, Moyo Segoro Agung.2002),
h. 56
5

15

e. Efektifitas kalimat
Di antara cirri terjemahan yang baik adalah terjemahan yang mempergunakan
kalimat efektif. Oleh karena itu, penggunaan kalimat efektif dalam terjemahan
menjadi salah satu unsur intristik yang harus dinilai.
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada
dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan informasi itu
sehingga kalimat dapat terjamin.6
Widyamartaya dalam bukunya seni menerjemahkan menyebutkan ciri-ciri kalimat
efektif sebagai berikut:7
1. Mengandung kesatuan gagasan
Sebuah kalimat dianggap memilki kesatuan gagasan apabila (1) memiliki
subjek atau predikat yang jelas ; (2) tidak rancu, mengandung pleonasme atau
tautologi, dan membenarkan apa yang sudah benar ; (3) ditandai dengan
penggunaan tanda yang tepat dan sesuai kaidah yang telah disepakati.
2. Mampu mewujudkan koherensi yang baik dan kompak
Kalimat yang mampu mewujudkan koherensi yang baik biasanya ditandai
dengan (1) penggunaan kata ganti (pronomina) yang tepat : (2) penggunaan
kata depan (preposisi) yang benar.
3. Memperhatikan asas kehematan

6
7

Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta : Akapres, 2004), h. 89.
Ismail Lubis, falsifikasi Terjemahan Al-Quran (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2001), h. 34.

16

Menurut Widyamartaya, penerjemah harus memperhatikan efisiensi kata.
Sebab, dalam penerjemahan tidak setiap kata harus diterjemahkan apabila
memilki maksud dan tujuan yang sama.
f. Gaya Bahasa
Pakar teori linguistik terjemahan dari perancis G. Mounin ketika menyinggung
masalah gaya bahasa dalam terjemahan mengatakan, “bahwa adanya kata-kata yang
mengandung kesamaan makna yang inheren dalam terjemahan tidak boleh
bertentangan dengan norma-norma gaya bahasa dalam bahasa sasaran”.8 Setiap
bahasa mempunyai sistem fungsional terkait dengan gaya bahasa/stilistika (stylistics).
Tetapi, kumpulan tanda-tanda pembeda yang bercirikan sistem fungsional yang satu,
maupun yang lain dalam berbagai bahasa sering tidak sesuai.
Berkenaan dengan gaya bahasa ini Soepomo meningatkan akan adanya gaya atau
ragam bahasa seperti: (1) Ragam santai, (2) Ragam resmi, (3) Ragam indah, (4)
Ragam ringkas, (5) Ragam lengkap, (6) Ragam syair.9 Sehingga mumungkinkan
dalam suatu naskah Bsu tidak hanya terdapat satu jenis ragam atau gaya bahasa saja,
maka seorang penerjemah juga harus mengenalinya dan menggunakan gaya-gaya
bahasa yang digunakan oleh penulis aslinya.
2. Tehnik Penilaian Terjemahan
a. Tes perbandingan (komparatif)
Pada prinsipnya tes perbandingan bertujuan memeriksa kesepadanan isi informasi
antara terjemahan dan nas sumber. Pemeriksaan dilakukan untuk meyakini bahwa
8
9

Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan (Jakarta : Kesaint Blanc, 2006), h. 22.
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 60.

17

informasi yang ada dalam nas sumber telah terungkap di dalam terjemahan dengan
tepat. Tidak ada penambahan; tidak ada pengurangan; dan tidak ada perbedaan.10
Penilaian ini dapat dilakukan oleh penerjemah sendiri atau orang lain yang ahli. Jika
dilakukan oleh penerjemah, tes perbandingan merupakan kegiatan revisi nas
terjemahan.
Secara teknis, perbandingan sebaiknya dilakukan pada naskah terjemahan yang
diketik dua spasi sehingga pemeriksa dapat menuliskan informasi tambahan, catatan,
saran, dan kritik secara langsung pada naskah.
b. Tes penerjemahan ulang
Tes penerjemahan ulang dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan makna antara
nas terjemahan dan nas sumber, bukan untuk mengetahui kejelasan dan kewajaran
terjemahan. Secara operasional, tehnik ini dilakukan dengan menerjemahkan kembali
terjemahan ke bahasa sumbernya. Kemudian hasil terjemahan ini dibandingkan
dengan nas yang asli. Jika makna nas sumber sesuai dengan makna terjemahan-balik,
berarti terjemahan dalam bahasa penerima itu sudah tepat.
Kelemahan tes ini ialah terlampau mahal biayanya dan memerlukan orang yang
benar-benar ahli. Jika dikerjakan oleh orang yang tidak teliti dan kurang ahli, hasil
terjemahan-baliknya kurang memuaskan.

10

Ismail Lubis, falsifikasi Terjemahan Al-Quran (Yogyakart a : Tiara Wacana, 2001), h. 57.

18

c. Tes Keterpahaman
Tes keterpahaman bertujuan mengetahui kualitas terjemahan. Melalui tes ini
dapat diketahui apakah terjemahan itu dipahami dengan tepat oleh penutur bahasa
penerima yang sebelumnya tidak pernah melihat terjemahan itu. Tes ini dirancang
untuk mengetahui apakah terjemahan itu komunikatif dengan khalayak penerima
sebagai sasaran terjemahan.
Tes pemahaman dapat dilakukan dengan meminta pembaca terjemahan agar
menceritakan kembali isi nas dan menjawab pertanyaan nas itu. Hasil ini dapat
membantu penerjemahan dalam meningkatkan kualitas karyanya.
Tes ini dilakukan oleh penerjemah sendiri atau oleh orang lain yang terlatih untuk
melakukan tes ini. Jika penerjemah sendiri yang melakukan tes, dia mesti teliti dan
hati-hati jangan sampai terlampau mempertahankan karyanya, tetapi dia harus jujur
dan benar-benar ingin mengetahui hasil tes. Disamping itu, penerjemah akan sulit
untuk bersikap objektif terhadap karyanya. Idealnya, tes ini dilakukan oleh orang lain,
karena dia memiliki pandangan yang baru terhadap nas itu.
d. Tes kewajaran
Tes kewajaran terjemahan bertujuan melihat apakah bentuk dan gaya bahasa
terjemahan itu wajar dan alamiah. Tes ini dilakukan oleh penilai ahli. Tugas penilai
ialah memeriksa kejelasan terjemahan, kelancaran bahasa yang digunakan, dan
pengaruh emotif nas terhadap pembaca. Selanjutnya penilai membuat catatan tentang
ketepatan, pengurangan makna yang berlebihan, penambahan makna yang kurang,
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perubahan makna. Di samping itu, peninjau

19

pun memberikan kritik, saran, dan perbaikan kepada penerjemah sehingga diharapkan
dia dapat meningkatkan kualitas terjemahannya di kemudian hari.
e. Tes Kekonsitenan
Tes kekonsistenan sangat diperlukan dalam hal-hal yang bersifat teknis. Doff
menegaskan bahwa tidak ada aturan baku mengenai bagaimana cara yang terbaik
menyatakan ungkapan Bsu.11 Namun, dapat dicatat bahwa ada beberapa kelemahan
yang harus dihindari. Salah satu kelemahan itu adalah kekonsistenan.
Tsu biasanya memiliki istilah kunci yang digunakan secara berulang-ulang. Jika
Tsu panjang atau proses penyelesaian terjemahan memakan waktu lama, maka ada
kemungkinan terjadinya ketidakkonsistenan penggunaan padanan kata untuk istilah
kunci.
3. Kualitas Terjemahan
Terjemahan yang berkualitas adalah terjemahan yang memiliki tiga ciri, yaitu
tepat, jelas, dan wajar. Untuk memahami ketiga karakter ini, berikut ini akan
dideskripsikan satu persatu ciri-ciri tersebut:
a. Tepat
Ketepatan di sini bermakna bahwa terjemahan yang berkualitas adalah terjemahan
yang menyampaikan informasi atau pesan dari Tsu secara benar, tepat, dan jujur
sesuai dengan maksud dari pengarang Tsu. Informasi yang disampaikan tidak ada
yang tertinggal, tidak ada yang bertambah, dan tidak ada yang berbeda. Sehingga
pembaca dapat , memahami hasil karya terjemahan itu dengan mudah serta sesuai
dengan pesan yang terkandung di dalamya.
11

Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan (Jakarta : Kesaint Blanc, 2006), h.40.

20

Sesuai dengan tujuan penerjemahan adalah mengkomunikasikan makna secara
akurat. Seorang penerjemah bila ingin mendapatkan kualitas terjemahan yang baik
dan berkualitas tidak boleh mengabaikan, menambah, atau mengurangi makna yang
terkandung dalam Tsu, hanya karena terpengaruh oleh bentuk formal Bsa. Nida dan
Taber mengaskan “…makna harus diutamakan karena isi pesanlah yang
terpenting”.12
Penerjemahan bukan bertujuan menciptakan karya baru atau tulisan baru, tetapi
penerjemahan bertujuan menjadi jembatan penghubung antara penulis Bsu dengan
pembaca Bsa. Dengan kata lain, seorang penerjemah bukan meringkas sebuah teks
menjadi sebuah tulisan baru tetapi penerjemah harus mampu menjadi fasilitator
komunikasi penyampai pesan yang terkandung pada Bsu ke dalam Bsa dengan tepat.
b. Jelas
Indikator kejelasan suatu terjemahan sangat dipengaruhi oleh ketidaktepatan
dalam menyusun kalimat (struktur), pemakaian ejaan, pemilihan kata (diksi), dan
menggunakan kalimat efektif. Seorang penerjemah yang baik harus bisa
menyampaikan ide atau pesan pada Tsu secara jelas dan lengkap. Jelas susunan
kalimatnya, jelas pemakaian ejaan, jelas pemilihan katanya, dan jelas kalimatnya
(efektifitas kalimat) menurut tata bahasa yang baku dan berlaku pada Bsa.
c. Wajar
Indikator ketiga ini dari beberapa indikator terjemahan yang berkualitas
merupakan yang paling sulit dipenuhi karena terkait dengan unsur subjektifitas. Bagi

12

Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 78.

21

sesorang, suatu terjemahan mungkin sudah wajar, tetapi bagi yang lain mungkin
tidak. Namun, hal itu bukan berarti terjemahan yang wajar itu sulit diraih.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan seorang penerjemah apabila ingin
mendapatkan kewajaran dalam terjemahan,13 antara lain dengan cara:
1. Penerjemah harus memahami hakikat penerjemahan. Penerjemahan bukanlah
mengubah kata dan struktur bahasa asing menjadi bahasa penerima, tetapi
memahami makna pesan bahasa itu, lalu mengungkapkannya dalam struktur
bahasa penerima. Pembaca akan merasa janggal jika terjemahan itu tampil
dalam bentuk yang berbeda dari bahasa yang dikuasainya. Adanya perbedaan
atau penyimpangan inilah yang menimbulkan ketidakwajaran.
2. Penerjemah dituntut untuk senantiasa mendiskusikan hasil pekerjaannya
dengan para ahli di bidang penerjemahan dan dengan para pembaca dari
berbagai kalangan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan tentang
berbagai kekurangan pada karyanya, sehingga dia memiliki bahan dan
masukan yang sangat berharga untuk memperbaiki dan merevisi pekerjaanya.
3. Penerjemah senantiasa belajar. Setiap nas baru harus dihadapinya menurut
perlakuan, pengetahuan, dan tehnik penerjemahan yang relatif baru pula.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa terjemahan yang wajar adalah terjemahan
yang menggunakan bahasa selaras dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Terjemahan yang ditulis dalam bahasa Indonesia dikatakan wajar jika selaras dengan
kaidah yang berlaku dan disepakati oleh penutur bahasa Indonesia. Sebaliknya,
ketidawajaran itu muncul jika bahasa yang digunakan menyimpang dari kaidah.
13

Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 215.

22

4. Pedoman Penilaian Terjemahan
Mengingat cukup banyaknya tokoh yang mengemukakan cara-cara penilaian
terjemahan, pembahasan ini Penulis batasi pada tokoh-tokoh tertentu saja, di
antaranya Ismail Lubis, Rochayah Machali dan Moch. Syarif Hidayatullah.
a. Ismail Lubis
Lubis menegaskan bahwa penerjemah hendaknya dapat menyampaikan pesanpesan yang terdapat dalam bahasa sumber secara efektif. Oleh karena itu, penerjemah
harus mampu menyusun kalimat yang efektif dalam bahasa penerima.14
Pendapat ini diperkuatnya dengan menilai terjemahan Alquran versi Departeman
Agama terbitan 1990. Lubis mengatakan bahwa terjemahan itu terdapat banyak
kesalahan nmenurut tata bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena cara menerjemahkan
adakalanya sebatas mendatangkan sinonim dan makna leksikal. Tidak dengan
memakai kalimat efektif atau ungkapan yang lazim dan baku dalam bahasa penerima.
Tehnik yang dilakukan lubis dalam penilaian yaitu dengan metode linguistik yang
mengangkat tataran sintaksis dan kalimat efektif sebagai ‘pisau’ analisisnya.
Lubis menyebutkan sejumlah kesalahan yang terdapat dalam terjemahan Alquran
tersebut di antaranya:
1. Penggunaan kata yang berlebihan;
2. Penggunaan frasa yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia;
3. Penggunaan bentuk superlative yang berlebihan dalam kalimat terjemahan;
4. Ketidaktepatan penggunaan preposisi, seperti preposisi daripada;
5. Banyak kalimat yang taksa dan ambigu ;
14

Ismail Lubis, falsifikasi Terjemahan Al-Quran (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2001), h.24.

23

Kesalahan-kesalahan di atas dikelompokan dengan cara menjaringnya menjadi
beberapa jaringan: (1) jaringan pleonasme; (2) jaringan gramatika; (3) jaringan diksi ;
(4) jaringan idiom. Kemudian keempat jaringan itu dianalisis dengan cara di bawah
ini :
1. Jaringan

pleonasme

(pemakaian

kata-kata

yang

berlebihan

dalam

terjemahan.
2. Jaringan gramatik (pemakaian kata yang tidak sesuai dengan gramatika
bahasa Indonesia).
3. Jaringan diksi (pilihan kata yang tepat dalam terjemahan).
4. Jaringan idiom atau ungkapan idiomatik (bentuk bahasa berupa gAbûngan
kata yang maknanya tidak dijabarkan dari unsur pembentuknya).
Namun, dalam menilai dan mengkritik hasil terjemahan, lubis tidak memberikan
penilaian secara matematis atau persentase. Artinya lubis hanya menunjukan
kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam terjemahan sekaligus memberikan alternatif
pembenarannya yang didasarkan pada kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
b. Rochayah Machali
Menurut Rohayah Machali penilaian dapat dilakukan melalui tiga tahap : 15
Tahap pertama : Penilaian fungsional, yakni kesan umum untuk melihat apakah
tujuan umum penulisan menyimpang. Bila tidak, penilaian dapat berlanjut ke tahap
ke dua.

15

Rochayah Machali, pedoman bagi penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h.118 .

24

Tahap kedua : penilaian terinci berdasarkan segi-segi dan kriteria pada tabel
berikut.
Segi dan Aspek

Kriteria

A. Ketepatan reproduksi makna
1. Aspek Linguistis
a. Transposisi
b. Modulasi
c. Leksikon (kosakata)
d. Idiom
2. Aspek semantik
a. Makna refrensial
b. Makna interpersonal
(i)
Gaya bahasa
(ii)
Aspek
interpersonallain,
misalnya, konotatif-denotatif
3. Aspek pragmatis
a. Pemadanan jenis teks (termasuk
maksud/tujuan Penulis)
b. Keruntutan makna pada tataran kalimat
dengan tataran teks
B. Kewajaran ungkapan (dalam artri baku)

}benar, jelas, wajar
Menyimpang ?(lokal/total)

C. Peristilahan

Benar, baku, jelas

D. Ejaan Benar, baku

Benar, baku

Beruba