1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan fungsi-fungsi perbankan sebenarnya telah menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam
uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi perbankan masih sangat sederhana dan bersifat perseorangan sesuai kebutuhan
masyarakat, sehingga belum terlembagakan secara sistematis. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima deposit, menyalurkan
dana dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak zaman Rasulullah Saw. Karim
Adiwarman, 2007:18 Perbankan syariah merupakan bank yang menerapkan prinsip-prinsip
islam ke dalam transaksi maupun kegiatan perbankan. Tujuan utama dari perbankan syariah tidak hanya fokus pada tujuan komersial, tetapi juga perannya
dalam memberikan kesejahteraan secara luas bagi masyarakat. Di Indonesia perbankan syariah muncul pada tahun 1990 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia, pada saat itu MUI menyelenggarakan lokakarya yang membahas mengenai Bunga Bank dan Perbankan, rekomendasi yang dihasilkan dari
lokakarya tersebut adalah meminta pemerintah untuk menudukung pendirian bank tanpa bunga, sebagaimana bank-bank yang beroperasi dengan basis bunga di
Indonesia, sehingga lahirlah Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat
Indonesia BMI secara resmi beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992, dengan komitmen saham sebesar Rp 84 miliar. Pada awal pendiriannya keberadaan bank
muamalat kurang mendapat perhatian yang optimal dalam industri perbankan nasional, setelah disetujuinya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 sebagai
amandemen terhadap Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang dunia perbankan telah membuka jalan bagi perkembangan bank syariah di Indonesia. Dalam
undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah, undang-undang
tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Pada saat Indonesia dilanda krisis moneter 1997-1998 bank syariah mampu bertahan dan dapat menunjukkan kinerja yang relatif lebih baik
dibandingkan perbankan konvensional. Itu dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermsalah non performing financing,
pada tahun 2000 sebesar 12,96 dan tahun 2001 sebesar 4,04, sumber: Bank Indonesia pada bank syariah dan tidak terjadinya negative spread. Prinsip utama
bank syariah yaitu bank tanpa bunga dalam setiap transaksi, dan melakukan kegiatan usaha berdasarkan perolehan keuntungan yang sah dan sesuai
kesepakatan bersama. Salah satu produk yang dikembangkan dan ditawarkan oleh bank syariah
yaitu deporsito dengan akad mudharabah. Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional DSN telah mengeluarkan fatwa mengenai deposito
syariah, yaitu fatwa No : 03DSNMUIIV2000. Menurut fatwa tersebut deposito
yang tidak dibenarkan secara syariah yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga, deposito yang dibenarkan yaitu deposito yang berdasarkan prinsip
mudharabah. Penghimpunan dana masyarakat terbesar adalah dalam bentuk deposito
yaitu sebesar Rp 62,02 Triliun atau sekitar 61,06 diikuti oleh tabungan sebesar Rp 27,81 Triliun 27,38 dan giro sebesar Rp 11,05 Triliun 10,88.
Tabel 1.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga BUS
Rp Triliun DPK
Okt – 2010
Okt - 2011 Growth
Nominal Nominal
Nominal
Total DPK 66,48
100,00 101,57
100,00 35,10
52,79 Tabungan
19,33 29,07
27,81 27,38
8,49 43,93
- Wadiah
2,18 4,33
2,15 98,53
- mudharabah 17,15
23,49 6,34
36,99 Deposito
39,23 59,01
62,02 61,06
22,79 58,11
Giro wadiah 7,12
10,70 11,05
10,88 3,94
55,31 Lainnya
0,81 1,22
0,69 0,68
0,12 15,04
Sumber : Bank Indonesia Deposito merupakan produk yang tingkat pertumbuhannya sangat tinggi
yaitu sekitar 61,06 dari posisi tahun lalu Rp 39,23 triliun menjadi Rp 62,02 triliun. Outlook perbankan syariah 2012
Secara sederhana, pengertian mudharabah menurut ulama fiqh dalam madzhab Maliki adalah suatu pemberian mandat dari investor shahibul maal
yang disertakan kepada pengelola mudharib untuk berdagang dengan mata uang
tunai dengan mendapatkan sebagian keuntungan, apabila sudah diketahui jumlah dan keuntungan yang diperolehnya Muhammad, 2004:39 .
Perkembangan deposito mudharabah dari tahun 2009 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2 Perkembangan Deposito Mudharabah Bank Umum Syariah
dalam jutaan rupiah Bank Umum Syariah
2009 2010
2011 2012
Bank Syariah Mandiri 9.851.207
9.254.579 17.609.525
19.609.525 Bank Muamalat
7.573.849 9.775.038
17.064.708 20.090.207
Bank Mega Syariah 2.935.678
2.454.062 2.800.564
4.162.383 BRI Syariah
1.311.516 3.988.585
7.212.745 7.166.729
Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan tabel 1.2 diatas, terlihat perkembangan deposito mudharabah
mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Dalam mengaplikasikan mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai
shahibul maal pemilik modal dan bank sebagai mudharib pengelola, dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah maupun
ijarah Heri, 2005:66 . Dalam deposito yang menggunakan prinsip mudharabah ini tidak
menggunakan sistem bunga seperti di bank konvensional, tetapi menggunakan sistem bagi hasil profit sharing antara nasabah dan bank syariah. Profit sharing
menekankan bahwa simpanan yang yang ditabung pada bank syariah nantinya digunakan untuk kegiatan pembiayaan oleh bank syariah, kemudian hasil atau
keuntungan yang didapat akan dibagi menurut nisbah yang disepakati bersama. Dengan menggunakan sistem bagi hasil ini sehingga keuntungan yang
didapat tidak selalu sama atau selalu berfluktuasi sesuai tingkat pendapatan bank, ketika kondisi keuangan bank sedang mengalami keuntungan maka hasilnya akan
dibagikan kepada nasabah sesuai dengan akad yang disepakati di awal, begitu juga sebaliknya jika kondisi keuangan bank sedang mengalami kerugian, maka
kerugian tersebut akan akan ditanggung bersama. Bagi hasil deposito berfluktuasi antara 7,24 sampai dengan 9,11, sedangkan bagi hasil tabungan sekitar 2,91
dan giro sekitar 1,47. Dengan demikian produk simpanan berjangka deposito mudharabah lebih diminati masyarakat dibandingkan produk tabungan. outlook
perbankan syariah 2012 Tingkat bagi hasil pada bank syariah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk mendepositkan dananya. Ketika tingkat bagi hasil deposito yang tinggi, masyarakat akan lebih cenderung mendepositkan dananya
daripada digunakan untuk konsumsi keseluruhan. Hal itu dikarenakan tidak semua nasabah merupakan nasabah loyalis yang memilih menggunakan jasa perbankan
disebabkan faktor keyakinan. Berikut adalah distribusi bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, Bank Mega Syariah, dan BRI Syariah pada
tahun 2009 sampai tahun 2012.
Tabel 1.3 Distribusi Bagi Hasil Deposito Mudharabah
dalam jutaan rupiah Bank Umum Syariah
2009 2010
2011 2012
Bank Syariah Mandiri 901.569
1.161.680 1.780.550
1.913.566 Bank Muamalat
822.350 764.601
1.156.734 1.457.940
Bank Mega Syariah 215.858
185.708 159.476
187.536 BRI Syariah
104.703 277.605
461.905 527.595
Sumber : Bank Indonesia Tabel 1.3 diatas menunjukkan bahwa distribusi bagi hasil disetiap bank
umum syariah mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan masih banyak nasabah yang medepositkan dananya di bank syariah karena motif profit atau keuntungan.
Jika dilihat dari motif para nasabah yang mencari keuntungan semata, faktor yang dapat mempengaruhi nasabah adalah tingkat suku bunga bank
konvensional. Karena apabila tingkat suku bunga bank konvensional lebih tinggi dari bagi hasil pada bank syariah, hal ini akan memungkinkan nasabah akan lebih
memilih mendepositkan dananya pada bank konvensional, walaupun memiliki resiko yang cukup besar.
Suku bunga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian, karena suku bunga merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perekonomian secara makro. Suku bunga mencerminkan biaya
yang harus dikeluarkan untuk meminjam sejumlah dana serta pendapatan yang diperoleh karena meminjam dana tersebut. Sunlip Wibisono, 2004: 43
Grafik 1.1 Perkembangan Suku Bunga BI Rate 2009-2012
Sumber : Bank Indonesia Dilihat dari grafik 1.1 diatas, perkembangan suku bunga BI Rate
mengalami penurunan mulai dari tahun 2011. Ditengah terus menurunnya suku bunga bank konvensional, bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan bunga bank konvensional. Hal ini karena bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan yang disepakati saat nasabah
membuka rekening. Selain faktor tingkat bagi hasil dan suku bunga bank konvensional, ada
faktor lain yang mempengaruhi jumlah deposito dengan menggunakan akad mudharabah yaitu inflasi yang merupakan faktor eksternal bank. Inflasi
merupakan meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus, pada saat
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
8,00 9,00
2009 2010
2011 2012
BI Rate tahun 2009-2012
terjadinya inflasi sebuah negara akan mengalami masalah ekonomi yang cukup serius. Ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah uang beredar yang akan
berimbas pada melemahnya nilai mata uang suatu negara.
Grafik 1.2 Perkembangan Inflasi di Indonesia Tahun 2009-2012
Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan grafik 1.2 diatas, diketahui inflasi tertinggi terjadi pada
triwulan I 2009 yaitu sebesar 0.079, tetapi setelah itu inflasi mengalami penurunan sangat drastis hingga mencapai 0.037, kemudian sepanjang tahun 2010 laju inflasi
meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga triwulan II tahun 2012, perkembangan harga-harga secara umum cukup terkendali.
Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan tingkat bunga nominal juga tinggi yang menjadikan turunnya keseimbangan uang riil. Pada saat inflasi, nilai
uang menjadi turun sehingga masyarakat cenderung menarik simpanannya pada bank, baik dalam bentuk tabungan maupun deposito dan lebih memlih
berinvestasi pada ha-hal yang bersifat non produktif.
0,000 0,010
0,020 0,030
0,040 0,050
0,060 0,070
0,080 0,090
inflasi
Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH BAGI HASIL, SUKU BUNGA BI RATE, DAN INFLASI TERHADAP JUMLAH
DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2009
– 2012”.
B. Perumusan Masalah