Persepsi khalayak terhadap tanda visual klasifikasi program R-BO pada acara televisi

(1)

(2)

(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP Data Pribadi

Nama : Linda Mega Silviana

Nim : 51909090

Jurusan : Desain Komunikasi Visual

Jenjang : Strata 1

Fakultas : Desain

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 6 Juni 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kp. Sukamaju Timur

RT 001/011 Desa Pamekaran Kecamatan Soreang

Kabupaten Bandung, 40912

Email : lsylviana@gmail.com

Riwayat Pendidikan

TAHUN PENDIDIKAN 1997– 2003 SDN V Soreang

2003– 2006 SMPN 1 Soreang 2006 – 2009 SMA Mathla’ul Anwar


(5)

PERSEPS PROGRA

SI KHALA AM R-BO P

AYAK TER PADA ACA

RHADAP T ARA TELE

TANDA VI EVISI

ISUAL KLAASIFIKASSI

(Studi Kaasus: Acaraa Indonesiaa Mencari BBakat)

DK 383155/Skripsi Semester II 2012-2013

Oleh:

Linda Meega Silvianaa 51909090

Program Studi Desaain Komunnikasi Visuaal

FAKUL

LTAS DES

SAIN

UNIVER

RSITAS K

KOMPUT

TER IND

DONESIA

A

BANDU

UNG


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan limpahan rahmat-Nya, laporan skripsi ini dapat terselesaikan. Laporan skripsi berjudul Persepsi Khalayak Terhadap Tanda Visual Klasifikasi Program R-BO Pada Acara Televisi dengan studi kasus adalah acara Indonesia Mencari Bakat yang berarti acara dengan klasifikasi untuk remaja dengan bimbingan orangtua, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Penulis berharap semoga laporan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bandung, Agustus 2013


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PENYERAHAN HAK EKSLUSIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Perumusan Masalah ... 3

I.4 Pembatasan Masalah ... 3

I.5 Metode Penelitian ... 3

I.6 Tujuan Penelitian ... 4

I.7 Manfaat Penelitian ... 5

I.8 Diagram Pemikiran ... 5

I.9 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TANDA KLASIFIKASI PROGRAM ACARA TELEVISI ... 7

II.1 Tipografi ... 7

II.1.1 Keluarga Huruf ... 9

II.1.2 Prinsip Pokok Tipografi ... 11

II.2 Warna ... 12

II.2.1 Dimensi Warna ... 13

II.2.2 Psikologi Warna ... 14

II.3 Persepsi ... 14

II.4 Penyiaran Televisi ... 15

II.4.1 Format Acara Televisi ... 16


(8)

II.4.3 Klasifikasi P ... 17

II.4.4 Klasifikasi A ... 19

II.4.5 Klasifikasi R ... 20

II.4.6 Klasifikasi D ... 21

II.4.7 Klasifikasi SU ... 22

II.4.8 Bimbingan Orangtua (BO) ... 23

II.4.9 Pelanggaran Ketentuan Penyiaran ... 23

II.5 Pengertian Khalayak ... 24

II.5.1 Psikologi Khalayak Remaja ... 24

II.5.2 Psikologi Orangtua ... 25

II.5.3 Rentan Usia Khalayak ... 26

II.6 Faktor Khalayak Dalam Menggunakan Media Massa ... 27

II.6.1 Khalayak dan Televisi ... 29

II.6 Teori Fenomenologi ... 29

BAB III KLASIFIKASI R-BO DAN PROGRAM ACARA TRANS TV ... 33

III.1 Sejarah Trans TV ... 33

III.1.1 Visi, Misi, dan Logo ... 33

III.2 Program Acara Trans TV ... 34

III.2.1 Klasifikasi Program Trans TV ... 35

III.2.2 Pelanggaran Konten Siaran Trans TV ... 41

III.3 Indonesia Mencari Bakat (IMB) ... 42

III.3.1 Peserta dan Juri IMB ... 43

III.3.2 Konten Acara IMB ... 47

III.3.3 Klasifikasi R-BO pada IMB ... 49

III.3.4 Klasifikasi R-BO dan Program IMB ... 53

BAB IV PERSEPSI KHALAYAK MENGENAI KLASIFIKASI R-BO TERHADAP PROGRAM INDONESIA MENCARI BAKAT ... 55

IV.1 Klasifikasi R-BO ... 55

IV.1.1 Analisa Klasifikasi R-BO terhadap Program IMB ... 67

IV.2 Sikap dan Peranan Orangtua dengan Anak ... 71

BAB V SIMPULAN ... 74


(9)

V.2 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN ... 78


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Bersumber Buku:

Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). (2013). Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi Jawa Barat

Ardianto, E., Lukiati, K., & Siti, K. (2012). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Jefkins, F. (1997). Periklanan. Jakarta: Erlangga.

Kusrianto, A. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi. Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan

Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba Humanika.

Panuju, P., & Umami, I. (2005). Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana. Rukmananda, N. (2004). Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Grasindo.

Sanyoto, S.E. (2005). Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

Sihombing, D. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Supriyono, R. (2010). Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.

Suryana, L.I. (2011). Modul: Psikologi Persepsi. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

Referensi Bersumber Makalah Akademik:

Baskara, I.K. (2011). Perancangan Media Komunikasi Visual Sebagai Sarana Kampanye Imunisasi Campak. Denpasar: Institut Seni Indonesia Salafiyah, U. (2011). Mekanisme Survival Pekerja Seks Komersial (PSK) Waria

Tua Di Makam Kembang Kuning Surabaya. Surabaya: Universitas Negeri Sunan Ampel.

Wibawati, Y.N. (2012). Etika Waktu Penayangan Program TV. Solo: Universitas Sebelas Maret.


(11)

Referensi Bersumber Ebook:

Abdullah, K.R. (2008). Materi Kuliah Huruf dan Tipografi. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Basuki, F.A. Fungsi Tipografi Dalam Desain Grafis. Yogyakarta: P4TK-SB. Fachrudin, A. Pedoman Perilaku & Standar Siaran. Jakarta: Universitas Mercu

Buana.

Hamid, F. Teori-teori Komunikasi Interpretif dan Kritis. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Komisi Penyiaran Indonesia. (2012). Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Jakarta. W.W.W : kpi.go.id

Widiantoro, B. (2011). Nirmana I. Referensi Bersumber Situs Internet:

Corporate Overview. 2013. Tersedia di: http://www.transtv.co.id/ [28 Juni 2013] Mardiya. 2009 (25 Oktober). Tinjauan Ilmiah: Peranan Orangtua dalam Pembentukan Karakter dan Tumbuh Kembang Anak. Tersedia di: http://mardiya.wordpress.com [29 Juni 2013]

Soelaeman. 2008. Fungsi dan Peran Orangtua. Tersedia di: http://www.duniapsikologi.com [1 Juli 2013]

RG. 2012. Dinamika Penyiaran 2012 Refleksi Akhir Tahun KPI Pusat. Tersedia di: http://www.kpi.go.id [28 Januari 2013]

Rossy, F. Pengaruh Sistem Komunikasi Pada Tayangan Sinetron Terhadap Masyarakat Di Pedesaan. Tersedia di: http://fauziah89.wordpress.com [19 Mei 2013]


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, media komunikasi massa memiliki kekuatan dalam menjangkau masyarakat luas yang memungkinkan orang-orang saling berkomunikasi. Menurut Bittner (seperti dikutip Rakhmat, 2003) komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Definisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi massa menggunakan media yang menjangkau khalayak lebih besar dalam menyampaikan sebuah informasi.

Media massa memiliki fungsi internal yang menentukan pemikiran, persepsi, opini, dan perilaku seseorang (Alex Sobur, 2009, h. 111). Media massa pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria sebagai media massa adalah radio siaran, televisi, film, dan media online (internet).

Televisi sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa memiliki fungsi yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002. Undang-undang tentang penyiaran tersebut menunjukkan bahwa televisi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial. Siaran program pada televisi memiliki dasar hukum yang mengatur tentang ketentuan penyiaran yaitu Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) tahun 2012 dan Standar Program Siaran (SPS) yang dikeluarkan oleh KPI.

Pencantuman keterangan kelompok usia pada klasifikasi program yang ditayangkan lembaga penyiaran merupakan elemen mendasar dan penting untuk dilakukan orang tua dalam membimbing anak-anaknya untuk memperoleh tayangan yang layak, aman, dan sesuai kebutuhan.


(13)

Indonesia mendapatkan pengaduan dari publik terkait program dan isi siaran pada 2012. Pelanggaran pun terjadi terkait klasifikasi penempatan program dengan klasifikasi D (dewasa) yang tayang dari jam 22.00 hingga 04.00 dini hari, pada nyatanya ada stasiun televisi yang menayangkan acara dengan klasifikasi tersebut sebelum jam 22.00. Sama halnya dengan klasifikasi R-BO yang masih tayang lewat dari pukul 20.00. Kasus-kasus yang terjadi adalah pada tayangan yang melanggar norma kesopanan, dan pelanggaran atas perlindungan anak dan remaja, seperti acara komedi yang umumnya melakukan pelanggaran mirip satu sama lain, yaitu melecehkan orang dengan kondisi fisik, orientasi seks, dan identitas gender tertentu.

Hal ini menjadi indikasi bahwa penerapan klasifikasi penggolongan program siar pada lembaga penyiaran belum sepenuhnya mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia khususnya pada pencantuman klasifikasi program dan kelompok usia. Tentunya hal tersebut akan berpengaruh terhadap khalayak dalam mengidentifikasi program acara televisi. Hal tersebut menjadi dasar penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan klasifikasi kelompok program dan usia secara visual pada lembaga penyiaran, terhadap bentuk pemahaman khalayak pada klasifikasi program acara televisi.

I.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat diidentifikasi mengenai klasifikasi program acara televisi adalah:

1. Program/acara televisi yang dianggap tepat jam tayangnya, belum sepenuhnya dianggap ideal. Sebuah acara sudah memenuhi ketentuan jam tayang dan aturan klasifikasi, namun tidak dalam konten acaranya. Program acara televisi yang memenuhi ketentuan dan aturan klasifikasi, sering mengabaikan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat. 2. Pelanggaran yang terjadi terkait klasifikasi penempatan program

dengan klasifikasi dewasa yang mendapat jam tayang dari jam 22.00 hingga 04.00 dini hari, faktanya ada stasiun televisi yang menayangkan acara dengan klasifikasi tersebut sebelum jam 22.00.


(14)

3. Kasus-kasus yang terjadi dalam pelanggaran yang dilakukan lembaga penyiaran adalah tayangan yang melanggar norma kesopanan, dan pelanggaran atas perlindungan anak dan remaja.

4. Acara komedi umumnya melakukan pelanggaran yang mirip satu sama lain, yaitu melecehkan orang dengan kondisi fisik, orientasi seks, dan identitas gender tertentu, pelanggaran atas perlindungan anak, pelanggaran norma kesopanan, serta melanggar ketentuan penggolongan program siaran (program klasifikasi R/Remaja).

5. Diperlukan perhatian para orangtua dalam mendampingi anak-anak menonton berita, karena penyajian berita terkadang terlalu vulgar untuk kasus-kasus kekerasaan atau konflik.

I.3 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah:

“Bagaimana persepsi khalayak terhadap penerapan klasifikasi program acara televisi terhadap konten acara yang disiarkan?”

I.4 Pembatasan Masalah

Dengan beragam dan banyaknya jumlah stasiun televisi di Indonesia, baik lokal maupun nasional, maka ruang lingkup batasan masalah adalah dibatasi pada satu objek stasiun televisi nasional yaitu Trans TV dengan kategori program acara non drama yaitu Indonesia Mencari Bakat (IMB) dengan klasifikasi program R (remaja) dengan bimbingan orangtua (BO). Adapun subjek dari penelitian adalah responden/khalayak dewasa dengan kategori usia +18 tahun.

I.5 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan untuk membahas masalah yang sedang dianalisa adalah

1. Penelitian menggunakan metode fenomenologi melalui pendekatan kualitatif, yang diambil dari ahli fenomenologi Alfred Schutz. Menurut Schutz fenomenologi merupakan studi tentang pengetahuan yang datang dari kesadaran atau cara memahami sebuah objek atau peristiwa melalui


(15)

dipilih adalah klasifikasi usia serta tayangan dengan kategori non drama, dimana data utama mengenai peraturan penyiaran dan tayangan diperoleh dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia.

I.5.1 Teknik Pencarian Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

Penelitian Lapangan

Penelitian memiliki tujuan untuk memperoleh data primer secara langsung dari objek penelitian. Adapun cara yang digunakan adalah:

a. Studi Pustaka

Menggunakan sumber-sumber dari buku, yaitu yang berkaitan dengan komunikasi massa, elemen desain dan penerapannya, serta P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran).

b. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pihak Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat mengenai aturan klasifikasi tayangan acara televisi beserta penerapannya pada stasiun televisi. Wawancara pun dilakukan secara langsung kepada khalayak yang berkaitan dengan objek penelitian.

c. Pencarian Online

Pencarian dalam jaringan internet pada situs resmi Komisi Penyiaran Indonesia yaitu www.kpi.go.id, situs Trans TV yaitu www.transtv.co.id, serta beberapa situs yang mendukung temuan penelitian, seperti www.youtube.com.

I.6 Tujuan Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan untuk membahas masalah yang sedang dianalisa adalah

1. Untuk mengetahui pandangan masyarakat/khalayak terhadap penerapan klasifikasi program acara televisi, pada konten acara yang disiarkan.

2. Untuk mengetahui kesesuaian antara klasifikasi kelompok usia remaja dengan program siaran/tayangan Indonesia Mencari Bakat.


(16)

I.7 Manfaat Penelitian

Dalam mengadakan suatu penelitian pasti memiliki tujuan dan manfaat, baik untuk perkembangan ilmu pengetahuan, pemerintah maupun masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian adalah:

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi alat untuk mensosialisasikan esensi dari klasifikasi program guna menjadi masyarakat yang cerdas dalam menonton televisi.

2. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan dasar objektif dalam mengatur standarisasi penerapan aturan klasifikasi tayangan pada stasiun televisi.

3. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan penulis pada bidang komunikasi visual dan komunikasi massa.

4. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya. I.8 Diagram Pemikiran

Siaran acara televisi dengan klasifikasi R-BO (Indonesia Mencari Bakat)

Klasifikasi R-BO IMB Trans TV berdasarkan

aturan P3SPS

Visual R-BO pada acara Indonesia

Mencari Bakat

Persepsi masyarakat terhadap visual dan klasifikasi R-BO

Hasil

Analisa


(17)

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, metode penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi mengenai landasan teori berupa teori utama dan referensi-referensi guna membahas permasalahan penelitian, yaitu yang berkaitan dengan tipografi dan aturan klasifikasi tayangan acara televisi.

BAB III: OBJEK PENELITIAN

Dalam bab ini berisi mengenai uraian data-data dari objek yang diteliti yaitu klasifikasi R-BO, tayangan televisi, serta wawancara. BAB IV: PEMBAHASAN MASALAH

Dalam bab ini berisi mengenai analisis pembahasan persepsi masyarakat pada visual dan klasifikasi dengan landasan teori serta metode yang bersangkutan.

BAB V: SIMPULAN

Dalam bab ini berisi tentang uraian kesimpulan dari hasil penelitian.


(18)

BAB II

TIPOGRAFI DAN VISUAL KLASIFIKASI PROGRAM TELEVISI  

II.1 Tipografi

Menurut Frank Jefkins (1997) tipografi merupakan:

Seni memilih huruf, dari ratusan jumlah rancangan atau desain huruf yang tersedia, menggabungkannya dengan jenis huruf yang berbeda, menggabungkan sejumlah kata yang sesuai dengan ruang yang tersedia, dan menandai naskah untuk proses typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda. Tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan, dan desain huruf tertentu dapat menciptakan gaya (style) dan karakter atau menjadi karakteristik subjek yang diiklankan. (h.48)

Seperti dalam buku Tipografi Dalam Desain Grafis, menurut Danton Sihombing (2001), bahwa tipografi adalah ilmu yang secara spesifik mempelajari mengenai huruf. Untuk mengenal atau membaca sebuah gambar atau komponen visual, diperlukan adanya kontras antara ruang positif dan negatif, atau yang disebut dengan figure and ground, yang dikenal dengan teori Gestalt (h.12).

Gambar II.1 Figure dan Ground Sumber: Sihombing (2001)

Secara umum, dari berbagai jenis huruf yang ada, menurut bentuknya huruf dibagi menjadi empat jenis bagian yaitu:


(19)

1. Jenis huruf Sans-serifs. Jenis huruf sans-serifs ialah jenis huruf yang tidak memiliki serifs pada ujung-ujung kaki huruf tersebut, seperti pada jenis huruf Arial, Helvetica, Avant Garde, Futura, Impact, dan sebagainya.

Gambar II.2 Jenis Huruf Sans Serifs Sumber: Abdullah (2008)

2. Jenis huruf Serifs ialah jenis huruf yang memiliki serif atau ujung-ujung kaki huruf ialah seperti Times New Roman, Garramond, Bookman Old Style, dan sebagainya.

Gambar II.3 Jenis Huruf Serifs Sumber: Abdullah (2008)

3. Jenis huruf Dekoratif/Graphic

Gambar II.4 Jenis Huruf Dekoratif/Graphic Sumber: Abdullah (2008)

4. Jenis huruf Script yaitu jenis huruf seperti tulisan tangan.

Gambar II.5 Jenis Huruf Script Sumber: Abdullah (2008)


(20)

II.1.1 Keluarga Huruf

Keluarga huruf terdiri atas struktur bentuk dasar (reguler) sebuah alfabet, dan setiap perubahan berat huruf memiliki kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dalam keluarga huruf dibagi menjadi tiga bentuk pengembangan, yaitu: berat, proporsi, dan kemiringan (Danton Sihombing, 2001, h.28).

a. Berat

Perubahan berat dan struktur bentuk dasar huruf terletak pada perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar stroke. Anggota dari keluarga huruf ini dibagi menjadi tiga kelompok pokok, yaitu: light, reguler, dan bold. Setiap anggota keluarga huruf (light, reguler, bold) memiliki kesamaan fisik, dengan tampilan perbedaan berat pada masing-masing kategori keluarga hurufnya, dan menampilkan visual yang berbeda.

Gambar II.6 Berat Huruf Sumber: Sihombing (2001)

Berikut merupakan tabel perbandingan mengenai perubahan berat huruf, antara tinggi dari huruf yang tercetak dengan lebar stroke dari huruf tersebut (Danton Sihombing, 2001, h.29).

Tabel II.1 Berat Huruf

Kelompok Berat Tinggi Huruf yang

Tercetak Lebar Stroke

Extra-Light 100% 5%

Light 100% 10%

Reguler 100% 15%


(21)

Bold 100% 25%

Extra-Bold 100% 30%

b. Proporsi

Perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar huruf itu sendiri dibagi menjadi tiga kelompok, diantaranya adalah condensed, reguler, dan extended. Kelompok huruf condensed dapat lebih banyak diterapkan dalam sebuah bidang atau ruang (Danton Sihombing, 2001, h.30)

Gambar II.7 Proporsi Huruf Sumber: Sihombing (2001)

Proporsi yang tercetak/membentuk suatu huruf dapat memberikan sebuah kesan. Kesan proporsional akan terlihat apabila huruf yang tercetak sesuai dengan kelompok proporsi (condensed, reguler, atau extended). Apabila tidak sesuai dengan salah satu dari kelompok proporsi, kesan yang terlihat dari huruf yang tercetak adalah tidak proporsional.

Berikut merupakan tabel perbandingan mengenai proporsi antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar huruf itu sendiri (Danton Sihombing, 2001, h.31).

Tabel II.2 Proporsi Huruf

Kelompok Proporsi Tinggi Huruf yang

Tercetak Lebar Huruf

Extra Condensed 100% 40%

Condensed 100% 60%

Reguler 100% 80%

Extended 100% 100%


(22)

c. Kemiringan

Huruf yang tercetak miring dalam tipografi disebut italic. Italic biasanya digunakan untuk memberikan penekanan pada sebuah kata dan juga dipakai untuk menunjukan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Pada umumnya huruf italic tidak digunakan dalam jumlah yang panjang dalam suatu teks. Umumnya digunakan untuk memberikan penekanan pada keterangan gambar (caption), highlight dari naskah (copyblurb) serta digunakan sebagai headline atau sub-head. Sudut kemiringan terbaik adalah 12 derajat. Mata akan sukar mengidentifikasikan huruf italic apabila sudut kemiringan lebih kecil dari 12 derajat. Sebaliknya, apabila sudut kemiringan lebih besar dari 12 derajat, akan mempengaruhi keseimbangan bentuk huruf (Danton Sihombing, 2001, h.32)

Gambar II.8 Kemiringan Huruf Sumber: Sihombing (2001)

II.1.2 Prinsip Pokok Tipografi

Beberapa prinsip pokok tipografi yang digunakan dalam pemilihan jenis huruf terdapat empat hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

1. Clarity, yaitu kejelasan huruf tersebut harus dapat dilihat dengan baik, dalam arti bahwa suatu huruf mempunyai fungsi tertentu, sehingga harus jelas atau mudah dibaca. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah, warna, pemilihan tipe huruf, dan lain-lain.

2. Readability, yaitu bahwa suatu jenis huruf harus dipilih dengan tepat, sesuai dengan teksnya. Penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf dan huruf baik untuk membentuk suatu kata,


(23)

kalimat atau tidak harus memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain.

3. Legibility, Kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca. Dalam suatu karya desain, dapat terjadi croping, overlaping, dan lain sebagainya, yang dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas dari suatu huruf.

Gambar II.9 Legibility Pada Huruf Sumber: Sihombing (2001)

4. Visibility, kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dalam suatu karya desain dapat terbaca dalam jarak tertentu.

II.2 Warna

Warna merupakan unsur visual pelengkap gambar yang mewakili kejiwaan seseorang dalam berkomunikasi (Adi Kusrianto, 2009, h.46). Warna dapat didefinisikan secara objektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan (Sanyoto, 2005, h.9).


(24)

II.2.1 Dimensi Warna

Menurut Prang warna mempunyai tiga sifat yang disebut dengan dimensi warna, yaitu Hue, Value, dan Intensitas.

Hue adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, dan sebagainya. Berdasarkan hue inilah Prang menggolongkan warna menjadi lima bagian yaitu warna primer, sekunder, warna antara (intermediate), warna tersier dan warna kuarter.

• Nilai warna (value) dipengaruhi oleh tingkat kecerahan warna. Tingkatan warna digunakan untuk membedakan warna merah dengan merah tua atau merah muda. Menurut Denman W. Ross (seperti dikutip Widiantoro, 2011), tingkatan warna ditunjukkan dengan menggunakan tingkatan abu-abu sebanyak sembilan tingkat.

Gambar II.10 Nilai Warna Sumber: Widiantoro (2011)

Putih diberi nomor r 9. Abu-abu netral diberi

• nya suatu

1 dan hitam diberi nomo

nomor 2 sampai 8, dengan nomor 5 sebagai yang paling netral. Intensitas, adalah dimensi yang menjelaskan cerah atau kusam

warna atau suatu karakter yang menyatakan kekuatan atau kelemahan warna, daya pancar warna dan kemurnian warna.

Gambar II.11 Intensitas Warna Sumber: Widiantoro (2011)


(25)

II.2.2 Psikologi Warna

Menurut Adi Kusrianto (2009), warna dibagi kedalam beberapa kategori berdasarkan psikologinya, diantaranya adalah:

• Merah: kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agredifitas, bahaya. • Biru: kepercayaan, konservatif, keamanan, tekhnologi, kebersihan,

perintah.

• Hijau: alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, pembaruan,. • Kuning: optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran/kecurangan, pengecut,

pengkhianatan.

• Ungu: spiritual, misteri, keagungan, perubahan, bentuk, galak, arogan. • Oranye: energi, keseimbangan, kehangatan.

• Coklat: bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan. • Abu-abu: intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak.

• Putih: kemurnian/kesucian, bersih, kecermatan, innocent, steril, kematian. • Hitam: kekuatan, seksaulitas, kemewahan, kematian, misteri, ketakutan,

ketidakbahagiaan, keagungan. (h.47) II.3 Persepsi

Persepsi atau pengamatan merupakan suatu proses psikologis dimana rangsang yang diterima individu diproses sehingga menghasilkan makna. Persepsi secara singkat dapat diartikan sebagai proses penafsiran atau interpretasi yang diterima seseorang. Menurut Pareek (seperti dikutip Lelywati, 2011) definisi persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada panca indera.

Pemusatan persepsi disebut dengan perhatian, merupakan istilah yang diberikan pada proses memilih masukan mana yang akan dijadikan fokus. Pemusatan persepsi atau perhatian terhadap suatu objek atau peristiwa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor eksternal, dan internal.

a. Faktor Eksternal

Faktor luar yang mempengaruhi fungsi perhatian dalam mempersepsikan sesuatu, diantaranya:


(26)

Intensity and size

Faktor intensitas dan ukuran berada pada dua, atau lebih objek yang bersaing dalam fokus perhatian, maka yang lebih mencolok akan lebih mendapat perhatian dari yang lain.

Contrast and novelty

Suatu objek yang baru atau kontras dengan latar belakangnya akan lebih menarik perhatian.

Repetition/pengulangan

Pengulangan dapat menarik perhatian, apabila suatu objek diperlakukan secara berulang-ulang/berkali-kali. Misalnya teriakan penjual dipasar, akan dapat menarik perhatian jika dilakukan berkali-laki, daripada teriakan yang dilakukan sekali.

Movement/gerakan

Beberapa faktor movement atau gerakan contohnya adalah lampu yang berkedap-kedip.

b. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri individu, diantaranya adalah:

Motives/needs

Sesuatu pada diri yang mempengaruhi keinginan/kehendak/motif terhadap sesuatu yang lain.

Preparatory set

Kesiapan seseorang untuk melakukan respon terhadap suatu masukan tetapi tidak pada yang lain.

Interest

Faktor yang memberikan sejumlah ketetapan tertentu dalam memberikan perhatian pada peristiwa-peristiwa atau pengalaman persepsi secara lebih terarah. II.4 Penyiaran Televisi

Peraturan penyiaran di Indonesia diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) yang ditetapkan oleh KPI berdasarkan peraturan


(27)

perundang-undangan diterima m

yang berla masyarakat,

aku, nilai-ni kode etik, d

ilai agama, dan standar

norma-nor profesi pen

rma lain ya nyiaran.

ang berlaku serta

II.4.1 Forrmat Acaraa Televisi For

televisi ya dalam berb acara (Ruk

rmat acara t ang akan m bagai kriter kmananda,

televisi ada menjadi land

ria utama ya 2004, hal. 6

alah sebuah dasan kreat ang disesuai

63). Format

perencanaa ifitas dan d ikan dengan t acara telev

an dasar sua desain prod

n tujuan ser visi dibedak

atu konsep duksi dan te rta target pe kan menjadi acara erbagi mirsa i tiga, yaitu: 1. Fik Fik me dir me run ant pem 2. No Sumber: Ru ksi ksi merupak elalui prose rekayasa da erupakan in ntutan cerita tara realitas mbuatnya. on Fiksi Gambar ukmananda ( kan sebuah s imajinatif an dikreasi u

nterpretasi a dalam sej s kenyataan

II.12 Format (2004) (http:/

format aca f – kreatif d ulang. Form kisah kehid umlah adeg n hidup diga

t Acara Tele //fauziah89.w

visi

wordpress.coom)

ara televisi yyang diprodduksi dan dicipta dari kisah-k

mat yang dig dupan yang gan. Adegan abung deng kisah drama gunakan da g diwujudk n-adegan da gan fiksi ata

a atau fiksi alam sebuah kan dalam alam cerita au imajinasi yang h fiksi suatu yaitu i para


(28)

Non fiksi merupakan sebuah format acara televisi yang diproduksi dan

3.

format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan

II.4.2 Aturan Penyiaran Klasifikasi Program dan Usia

menata progra

klasifikasi progra

an program dengan klasifikasi P (2-6), A (7-12) atau R (13-17) oleh le

dicipta melalui pengolahan imajinatif – kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Format nonfiksi bukan merupakan runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Format-format program acara nonfiksi merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya, dan musik.

News Sebuah

fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana liputan bersifat independent.

Lembaga penyiaran sebagai pengelola program televisi dalam

m harus mengelompokkan atau mengklasifikasikan setiap acara yang ditayangkan. Penggolongan program siaran diatur dan diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan usia, sebagaimana yang tercantum dalam buku Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran tahun 2012 (P3SPS).

Dalam P3SPS, lembaga penyiaran televisi wajib menayangkan

m siaran dalam bentuk karakter huruf dan kelompok usia penontonnya secara jelas dan diletakkan pada posisi atas layar televisi sepanjang acara berlangsung, dengan tujuan untuk memudahkan khalayak dalam mengidentifikasi program siaran.

Penayang

mbaga penyiaran wajib disertai dengan imbauan atau peringatan tambahan tentang arahan dan bimbingan orangtua (BO) yang ditayangkan pada awal tayangan program siaran.

II.4.3 Klasifikasi P

Program siaran klasifikasi P adalah program siaran yang khusus dibuat dan ditujukan untuk anak usia pra-sekolah dimana program yang berlangsung


(29)

menga

i sosial dan budaya, serta budi pekerti yang k

nampilkan:

al;

engan kekuatan paranormal, klenik, magis, horor, dan mistik;

ak pantas tersebut sebagai

elingkuhan, bunuh diri,

ng menampilkan visualisasi

nan seksual dan alat bantu seksual.

hingga pukul 18.00.

ndung muatan, gaya penceritaan, serta tampilan yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak usia pra-sekolah.

Program siaran klasifikasi P berisi hiburan dan pendidikan yang memiliki muatan dan nilai-nilai pendidikan, nilai-nila

uat.

Sebagaimana yang tercantum dalam P3SPS, program siaran klasifikasi P dilarang me

a. adegan kekerasan dan berbahaya; b. adegan seksu

c. adegan dan muatan yang terkait d praktek spiritual

d. muatan yang mendorong anak belajar tentang perilaku yang tidak pantas dan membenarkan perilaku yang tid

hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari;

e. materi yang mengganggu perkembangan kesehatan fisik dan psikis anak usia pra-sekolah, seperti: perceraian, pers

pemerkosaan, rokok, minuman beralkohol, dan penggunaan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif);

f. iklan obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan jasa pelayanan seks, iklan pakaian dalam ya

pakaian dalam, iklan alat tes kehamilan, iklan pembalut wanita, iklan kondom dan alat pencegah kehamilan lain, promo program siaran yang masuk klasifikasi remaja dan dewasa, iklan majalah dan tabloid yang ditujukan bagi pembaca dewasa, dan iklan alat pembesar payudara dan alat vital;

g. hubungan asmara antara lawan jenis dan sesama jenis; dan h. jasa pelaya

Klasifikasi P adalah siaran untuk anak-anak usia Pra-Sekolah, yakni khalayak berusia 2-6 tahun.

Program siaran klasifikasi P ditayangkan antara pukul 07.00 hingga pukul 09.00 dan antara pukul 15.00


(30)

Gambar II.13 Klasifikasi P

Sumber: http://www.kpi.go.id (16 Juni 2013) II.4.4 Klasifikasi A

Program siar dibuat dan khusus

ditujukan untuk anak-anak, dimana program siaran mengandung muatan, gaya pilan sesuai dengan perkembangan jiwa anak-anak yang berisi nilai-nilai pendidikan dan ilmu pe

ibat atas perilaku anti-sosial yang ditayangkan.

ual;

al, klenik, istik;

endorong anak belajar tentang perilaku yang tidak

(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif);

an klasifikasi A adalah program siaran yang

penceritaan, dan tam

ngetahuan, nilai-nilai sosial dan budaya, budi pekerti, hiburan, apresiasi estetik, dan penumbuhan rasa ingin tahu anak-anak tentang lingkungan sekitar.

Dalam P3SPS, program siaran klasifikasi A dapat menampilkan nilai-nilai dan perilaku anti-sosial sepanjang bukan sebagai suatu hal yang dibenarkan dan diikuti dengan penggambaran sanksi dan ak

Program siaran klasifikasi A dilarang menampilkan: a. adegan kekerasan dan berbahaya;

b. adegan seks

c. adegan dan muatan yang terkait dengan kekuatan paranorm praktek spiritual magis, horor, dan m

d. muatan yang m

pantas dan membenarkan perilaku yang tidak pantas tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari;

e. materi yang mengganggu perkembangan kesehatan fisik dan psikis anak anak, seperti: perceraian, perselingkuhan, bunuh diri, pemerkosaan, rokok, minuman beralkohol, dan penggunaan NAPZA


(31)

f. iklan obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan jasa pelayanan seks, iklan pakaian dalam yang menampilkan visualisasi pakaian dalam, iklan alat tes kehamilan, iklan pembalut wanita, iklan kondom dan alat pencegah kehamilan lain, promo program siaran yang

tahun.

.00 hingga

Gambar II.14 Klasifikasi A Sumber: http://www.kpi.go.id (16 Juni 2013)

masuk klasifikasi remaja dan dewasa, iklan majalah dan tabloid yang ditujukan bagi pembaca dewasa, dan iklan alat pembesar payudara atau alat vital;

g. hubungan asmara antara lawan jenis dan sesama jenis; dan h. jasa pelayanan seksual dan alat bantu seksual.

Klasifikasi A adalah siaran untuk Anak-Anak, yakni khalayak berusia 7-12 Program siaran anak-anak diutamakan disiarkan dari pukul 05

pukul 18.00 waktu setempat.

II.4.5 Klasifikasi R

rogram siaran klasifikasi R adalah program siaran yang mengandung

muatan, gaya penceritaa dengan perkembangan

psikologis remaja y pengetahuan,

nilai-a, budi pekerti, hiburan, apresiasi estetik, dan penumbuhan rasa in

pilkan: P

n, dan tampilan yang sesuai ang berisi nilai-nilai pendidikan dan ilmu nilai sosial dan buday

gin tahu remaja tentang lingkungan sekitar.

Program siaran klasifikasi R dapat mengandung pembahasan atau penggambaran adegan yang terkait dengan seksualitas serta pergaulan antar pria-wanita sepanjang disajikan dalam konteks pendidikan fisik dan psikis remaja.


(32)

a. muatan yang mendorong remaja belajar tentang perilaku yang tidak pantas dan membenarkan perilaku yang tidak pantas tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari;

b. muatan yang mendorong remaja percaya pada kekuatan paranormal,

umtif, hedonistik, dan

dalam, iklan alat tes kehamilan, iklan kondom dan alat siaran yang masuk

Kla Program

 

Gambar II.15 Klasifikasi R

Sumber: http://www.kpi.go.id (16 Juni 2013) klenik, praktek spiritual magis, supranatural, dan mistik;

c. materi yang mengganggu perkembangan kesehatan fisik dan psikis remaja, seperti: seks bebas, gaya hidup kons

horor;

d. jasa pelayanan seksual dan alat bantu seksual;

e. iklan obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan seksual, iklan jasa pelayanan seks, iklan pakaian dalam yang menampilkan visualisasi pakaian

pencegah kehamilan lain, promo progam

klasifikasi dewasa, iklan majalah dan tabloid yang ditujukan bagi pembaca dewasa, dan iklan alat pembesar payudara dan alat vital; dan f. adegan seksual 

 

sifikasi R adalah siaran untuk Remaja, yakni khalayak berusia 13-17 tahun. siaran remaja diutamakan disiarkan tidak lebih dari pukul 22.00 waktu setempat.

II.4.6 Klasifikasi D

Program siaran kla ram siaran yang khusus

diperuntukan bagi k ra spesifik dibatasi

sifikasi D adalah prog


(33)

pada program siaran yang mengandung muatan adegan kekerasan, pembicaraan ngenai orientasi seks dan identitas gender wajib disajikan secara

jam,

jata

sebut hanya dapat ditayangkan dalam program

ikasi D hanya dapat disiarkan pada pukul 2

Gambar II.16 Klasifikasi D

Sumber: http://www.kpi.go.id (16 Juni 2013) atau pembahasan me

santun, berhati-hati, dan ilmiah yang didampingi oleh praktisi kesehatan atau dengan melibatkan pihak yang berkompeten dalam bidangnya psikolog.

Adapun program siaran yang bermuatan penggambaran pengkonsumsian rokok dan minuman beralkohol, penggambaran perjudian, program siaran yang bermuatan mistik, horor, dan supranatural dengan konten yang menunjukkan:

• orang sakti makan sesuatu yang tidak lazim, seperti: benda ta binatang, batu, dan tanah;

• memotong anggota tubuh, seperti: lidah, tangan, kepala, dan lain-lain; • menusukkan dan memasukkan benda ke anggota tubuh, seperti: sen

tajam, jarum, paku, dan benang. Muatan program siaran ter yang ditujukan bagi khalayak dewasa.

Klasifikasi D adalah siaran untuk Dewasa, yakni khalayak berusia diatas 18 tahun. Program dan promo program klasif

2.00 – 03.00.

II.4.7 Klasifikasi SU

klasifikasi SU adalah program siaran yang berisi muatan yang tidak secara khusus ditujukan untuk anak-anak dan remaja, namun dianggap layak ditonton oleh anak-anak dan remaja.


(34)

Klasifikasi SU adalah siaran untuk semua umur, yakni khalayak diatas 2 tahun.

Gambar II.17 Klasifikasi SU

Sumber: http://www.kpi.go.id (16 Juni 2013)

Program siaran yang melanggar ketentuan terkait standar program siaran,

II.4.8 Bimbingan Orangtua (BO)

Dalam aturan P3SPS n secara spesifik mengenai

aturan parental gui angan siaran oleh

lembag

gatan tambahan tentang arahan dan bimbingan orangtua yang ditayangkan pada awal tayangan

Program klasifikasi SU dapat disiarkan pada seluruh jam siar.

dikenakan sanksi administratif oleh Komisi Penyiaran Indonesia.

tahun 2012 tidak dijelaska

de atau bimbingan orangtua. Untuk penay

a penyiaran dengan klasifikasi tayangan untuk Prasekolah (P), Anak-anak (A), dan Remaja (R), wajib disertai dengan imbauan atau perin

program siaran.

II.4.9 Pelanggaran Ketentuan Penyiaran

Sebagaimana yang diatur dalam P3SPS, lembaga penyiaran wajib mensosialisasikan isi Standar Program Siaran kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses pembuatan, pengolahan, pembelian, penyiaran, dan pendanaan program siaran lembaga penyiaran yang bersangkutan.

Lembaga penyiaran dengan program siaran yang terbukti secara sah dan iaran, dijatuhkan sanksi administratif oleh KPI.

meyakinkan melanggar Standar Program S

Sanksi administratif yang diberikan dapat berupa: a. teguran tertulis;

b. penghentian sementara mata acara yang bermasalah setelah melalui tahap tertentu;


(35)

c.

njangan izin penyelenggaraan penyiaran; atau

aktu pemberian sanksi administratif berupa teguran tertulis baga uh hari. Selain itu, lembaga penyiaran dapat dikenai

iah. pembatasan durasi dan waktu siaran;

d. denda administratif;

e. pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu; f. tidak diberi perpa

g. pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran. Jangka w

pertama dan teguran tertulis kedua atas pelanggaran yang dilakukan oleh lem penyiaran adalah selama tuj

sanksi administratif berupa denda maksimal satu miliar rup

II.5 Pengertian Khalayak

Khalayak merupakan istilah penerima dalam model urutan proses komunikasi massa. Konsep khalayak menunjukkan pada adanya sekelompok pendengar atau penonton yang memiliki perhatian, cenderung pasif, yang terkumpul dalam ranah yang bersifat publik (McQuail, 2011, h.144). Seperti yang dijelaskan McQuail, definisi khalayak dapat ditinjau ke dalam cara yang berbeda, diantaranya oleh tempat, masyarakat (kelompok umur, gender, keyakinan politik, penghasilan), jenis media (teknologi dan informasi yang digabungkan), konten pesan (genre, topik, gaya), waktu (dari aktifitas khalayak).

II.5.1 Psikologi Khalayak Remaja

Masa remaja adalah masa dimana seseorang hidup dalam nilai-nilai kultur dan mengenal dirinya sebagai pelaksana nilai-nilai untuk mengenal dirinya sendiri. Menurut Vives (seperti dikutip Panuju, 2005) masa remaja merupakan masa perkembangan pikiran secara pesat, yang melalui proses belajar dalam perkembangan pendirian, perkembangan ingatan dan khayalan, dan diakhiri oleh perkembangan pikiran. Comenius pun mengemukakan pendapat yang sama

engen

m ai konsep remaja yang ditandai dengan perkembangan pikiran, pertimbangan,serta kemauan yang pesat.

Kategori remaja dengan rentan usia 13-17 tahun (Hurlock), mengalami kegoncangan batin yang disebabkan kemauan remaja yang tidak lagi menggunakan pedoman dan sikap hidup kanak-kanaknya, dan pada saat yang sama belum mempunyai pedoman hidup yang baru. Sikap yang ditimbulkan dari


(36)

pengaruh ini adalah remaja akan merasa tidak tenang, banyak kontradiksi didalam dirinya, mengkritik karena merasa dirinya mampu, dan belum dapat menjelaskan keingin

osional yang terlepas dari orangtua maupun keluarganya (Panuju, 2005, h

enggaranya fungsi-fungsi instrumental a bagi anggotanya yang berada dalam suatu jaringan.

baik da

ran dan fungsi religius annya.

Remaja pada umumnya memiliki kebutuhan atas kejiwaan dirinya yang dipandang dari segi jenis maupun kualitas. Salah satu kebutuhan remaja adalah kebutuhan akan kebebasan. Kebebasan dalam hal ini adalah kebebasan emosional dan materi. Kematangan fisik mendorong remaja untuk berusaha mandiri dalam setiap pengambilan keputusan untuk dirinya, sehingga dia dapat mencapai kematangan em

.38).

II.5.2 Psikologi Orangtua

Orangtua adalah ayah dan ibu yang merupakan figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya (Mardiya, 2000). Orangtua dan anak berada dalam sebuah kelompok sosial yang disebut dengan keluarga. Menurut Hill, (seperti dikutip Lestari, 2012) Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah (perkawinan) atau tersel

dan fungsi ekspresif keluarg

Menurut Sugiharti (seperti dikutip Mardiya, 2000), tugas dan tanggung jawab orangtua terhadap anak salah satunya adalah memberikan pendidikan dalam keluarga, sopan santun, sosial, mental dan juga pendidikan keagamaan serta melindungi tindak kekerasan dari luar. Ayah-Ibu sebagai orangtua anak, adalah contoh keteladan dan perilaku bagi anak. Karakter seorang ibu secara kejiwaan dan emosional lebih dekat dengan anak. Seorang ibu harus menjadi teladan yang

lam bertutur kata, bersikap maupun bertindak terhadap anak. Seorang ayah yang terlibat dalam hubungan dengan anak sejak awal akan mempengaruhi perkembangan kemampuan kognitif, dan motorik anak.

Lebih lanjut lagi, Soelaeman (1994) mengemukakan fungsi dan peranan yang harus dilakukan orangtua adalah:

1. Fungsi Religius

Fungsi religius ialah orangtua memiliki kewajiban untuk mengenalkan, membimbing, serta melibatkan anak dan anggota lainnya kepada kehidupan dan perilaku keagamaan. Dalam pe


(37)

mengharuskan orangtua sebagai tokoh inti dalam keluarga untuk menciptakan iklim keagamaan agar dapat dihayati oleh seluruh anggota 2.

3. teksi

dalah fungsi keluarga sebagai bentuk perlindungan dalam

4.

si adalah fungsi orangtua dalam mempersiapkan anak

mendukung sosialisasi adalah tersedianya lembaga sosial, idikan dan keagamaan.

5.

ap uang dan pencariannya.

7.

keluarga. Fungsi Edukasi

Fungsi edukasi adalah fungsi yang berkaitan dengan pendidikan, meliputi pengarahan dan tujuan pendidikan, perencanaan dan pengelolaan, penyedia dana dan sarana, pengayaan wawasan sebagai bagian dari upaya pendidikan terhadap anak.

Fungsi Pro Fungsi proteksi a

memelihara anggota keluarga terhadap perilaku/tindakan menyimpang, baik yang datang dari dalam lingkungan keluarga maupun dari luar lingkungan.

Fungsi Sosialisasi Fungsi sosialisa

menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi sosialisasi, orangtua memiliki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial yang ada dimasyarakat. Fasilitas yang

seperti sarana pend Fungsi Ekonomis

Fungsi ekonomis menunjukkan adanya suatu nilai/fungsi ekonomi dalam keluarga, diantaranya meliputi pencarian nafkah, perencanaan keuangan atau biaya, serta pembelajaran dalam penerimaan dan pengeluaran biaya rumah tangga. Orang tua harus dapat mendidik anak agar dapat memberikan penghargaan yang tepat terhad

6. Fungsi Afeksi

Fungsi afeksi merupakan sebagai tempat untuk menumbuhkan dan membina rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Fungsi afeksi lebih banyak menggunakan suasana kejiwaan orangtua.


(38)

Makna fungsi rekreasi dalam keluarga diarahkan kepada tergugahnya

Suasana rekreasi yang dialami oleh anak dan adalah adanya perasaan senang dan damai, jauh dari

8.

II.5.3 Rentang Usia Khalayak

urlock (seperti dikutip Panuju, 2005), berdasarkan bentuk-bentuk perkem

tertentu, m

pai minggu kedua setelah lahir. dua sampai akhir tahun kedua.

a.

kemampuan untuk dapat mempersiapkan kehidupan dalam keluarga secara wajar dan sungguh-sungguh sebagaimana digariskan dalam kaidah hidup berkeluarga, yaitu keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, dan hangat.

anggota keluarga

ketegangan batin, segar, santai, yang memberikan perasaan bebas dari ketegangan dan kesibukan sehari-hari.

Fungsi Biologis

Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan kehidupan seperti perlindungan kesehatan, rasa lapar, haus, bahkan kenyamanan.

Menurut Elizabeth B. H

bangan dan pola-pola perilaku yang tampak pada usia aka rentang kehidupan terbagi atas sebelas masa, yaitu:

1. Prenatal : masa saat konsepsi sampai lahir. 2. Masa neonatus : masa sejak lahir sam

3. Masa bayi : akhir minggu ke

4. Masa kanak-kanak awal : 2 – 6 tahun. 5. Masa kanak-kanak akhir : 6 – 10/11 tahun.

6. Pubertas/preadolescence :10/12 tahun – 13/14 tahun. 7. Masa remaja awal : 13/14 tahun – 17 tahun.

8. Masa remaja akhir : 17 – 21 tahun. 9. Masa dewasa awal : 21 – 40 tahun. 10.Masa setengah baya : 40 – 60 tahun.

11.Masa tua : 60 tahun sampai meninggal duni II.6 Faktor Khalayak Dalam Menggunakan Media Massa

Pilihan khalayak dalam menggunakan media massa khususnya televisi, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik ditinjau dari sisi khalayak itu sendiri


(39)

maupun sisi medianya. Berikut ini merupakan faktor yang berasal dari sisi khalayak.

a. Atribut pribadi, seperti usia, gender, posisi keluarga, situasi pendidikan dan pekerjaan, tingkat pendapatan, dan gaya hidup.

b. Latar belakang sosial dan lingkungan, seperti kelas sosial, pendidikan, agama, budaya, lingkungan politik, lingkungan budaya, serta lingkungan tempat tinggal.

c. Kebutuhan terkait media, hal ini tergantung pada latar belakang dan kondisi pribadi.

d. Selera dan kesukaan pribadi atas genre, format, atau konten spesifik tertentu.

e. Kebiasaan umum dari penggunaan media diwaktu luang. Media digunakan dalam ruang dan waktu, oleh karena itu ketersediaan merujuk pada dimana tempat yang tepat (rumah, mobil, dsb)

f. Kesadaran, adalah jumlah dan jenis informasi yang dimiliki.

g. Konteks spesifik dari penggunaan. Hal ini merujuk pada fleksibilitas dan lokasi penggunaan. Apakah khalayak sendiri atau ditemani, dan apakah di rumah, kantor, jalan, dsb.

h. Kesempatan.

Faktor sisi media pun tak lepas dari pengaruh yang ditimbulkan kepada khala ak. Faktor sisi khalayak dan media merupakan hasil dari proses orientasi y pembentukan khalayak.

a. Sistem media. Pilihan dipengaruhi oleh pendirian sistem media (nasional). b. Struktur perlengkapan media. Pola umum yang diberikan media kepada

khalayak.

c. Pilihan konten yang tersedia. Format dan genre yang ditawarkan media kepada khalayak pada tempat dan waktu tertentu.

d. Publisitas media. Pencitraan yang dilakukan media terhadap media itu sendiri.

e. Waktu dan penyajian. Seleksi dan penggunaan media dipengaruhi oleh strategi spesifik dari waktu, jadwal, penempatan, konten, dan rancangan dari pesan media menurut kelompok khalayak.


(40)

II.6.1 Khalayak dan Televisi

Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan terhadap khalayak dewasa (orangtua) mengenai klasifikasi program, konten dan televisi, pada umumnya mereka mengetahui klasifikasi R-BO beserta peranan yang semestinya dilakukan oleh orangtua kepada anaknya ketika menonton televisi. Saat ini banyak tayangan-tayangan yang kurang mendidik, diantaranya sinetron-sinetron remaja yang menayangkan adegan yang kurang baik dan kurang pantas ditiru. Contohnya dalam sinetron remaja adalah percintaan, permusuhan, saling ejek, dan sebagainya. Mereka menyayangkan hal tersebut jika ditiru oleh anak-anak.

Dalam hal ini, khalayak dewasa pada umumnya mendukung terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh KPI terkait penyiaran. Namun hal tersebut tidak diseimbangkan dengan kualitas tayangan yang baik dan penerapan klasifikasi program disetiap stasiun televisi.

Simbol R-BO yang dinilai kurang terlihat jelas ini menyebabkan para orangtua tidak selalu m

aja yang menganggap bahwa peraturan dan penerapan klasifikas

engakibatkan kurangnya kontak sosial, pengalihan dari

yang lebih berguna (McQuail, 2011, h.154)

endekatan fenomenologi sebagai alat p segala gejala yang terjadi. Schutz menyusun pendekatan fenomenologi secara lebih sistematis, komprehensif, dan praktis

enyadari akan adanya klasifikasi program tersebut. Mereka berpendapat bahwa simbol R-BO ini akan terlihat jelas jika warna yang digunakan tidak transparan dan ukuran huruf yang lebih tebal.

Sementara itu, sama halnya dengan khalayak rem

i program sangat penting dilakukan agar seluruh khalayak dapat memilih acara yang sesuai dengan usianya. Penggunaan media berlebih, seringkali dinilai sebagai sesuatu yang berbahaya terutama bagi anak-anak, mendorong kecanduan, keterasingan dari realitas yang m

pendidikan, dan pergeseran aktivitas

II.7 Teori Fenomenologi

Menurut Nindito (2005) salah satu ilmuwan sosial yang berkompeten dalam memberikan perhatian pada perkembangan fenomenologi adalah Alfred Schutz (h.80). Schutz mengkaitkan pendekatan fenomenologi dengan ilmu sosial. Schutz merupakan salah seorang perintis p


(41)

sebaga

The Phenomenology of Social World (1967), Schutz mengemukakan bahwa

un dirinya sendiri.

i sebuah pendekatan yang berguna untuk menangkap berbagai gejala (fenomena) dalam dunia sosial.

Terdapat dua alasan utama mengapa Schutz dijadikan pusat dalam penerapan metodologi penelitian kualitatif menggunakan studi fenomenologi. Pertama, karena melalui Schutz pemikiran dan ide Husserl yang dirasa abstrak dapat dijelaskan dengan lebih gamblang dan mudah dipahami. Kedua, Schutz merupakan orang pertama yang menerapkan fenomenologi dalam penelitian ilmu sosial.

Teori fenomenologi menurut Alfred Schutz adalah studi tentang pengetahuan yang datang dari kesadaran atau cara memahami sebuah objek atau peristiwa melalui pengalaman sadar tentang objek atau peristiwa. Sebuah fenomena yang ada adalah penampilan sebuah objek, peristiwa yang terjadi atau kondisi dalam persepsi seseorang, yang bersifat subjektif (Mulyana, 2008, h. 63). Dalam

orang secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberi tanda dan arti tentang apa yang mereka lihat (Afdjani, 2010, h. 98). Dalam hal ini objek-objeklah yang bermakna dan memiliki kegunaan-kegunaan, nama-nama, bagian-bagian yang berbeda dan individu memberi tanda tertentu mengenai sesuatu.

Alfred Schutz memusatkan perhatiannya pada cara orang memahami kesadaran orang lain sementara mereka hidup dalam aliran kesadaran mereka sendiri (Ritzer, 2003, h. 94). Pemahaman ini mereka peroleh dengan cara melakukan interaksi satu dengan yang lainnya yang akhirnya terjadi proses pemaknaan. Proses ini dilakukan oleh individu tidak lain adalah untuk membang

Pemikiran penggunaan metode yang sesuai dengan pemikiran metodologi yang mendasar dalam fenomenologi yaitu menuntut penemuan yang sesuai dengan yang dialami oleh yang bersangkutan serta makna yang diberikan oleh aktor/pelaku sosial yang didasarkan pada pengalaman. Metode melalui pengamatan dibagi menjadi dua, yaitu pengamatan yang bersifat langsung dan tidak langsung.


(42)

Gambar II.18 Skema Fenomenologi pada Observasi Sumber: Nindito (2005)

Pemikiran fenomenologis menjadi dasar dari setiap aliran pemikiran sosial yang menekankan pemikiran pada penyelidikan proses pemahaman. Penyelidikan terhadap pemahaman dibangun dari makna yang melekat pada setiap individu dari setiap tindakannya (Nindito, 2005, h.93). Dalam setiap konteks ruang, waktu, dan

historis individu huan (stock of

knowledge) yang terdiri dari s n, keinginan, prasangka, dan aturan

memiliki dan menerapkan kumpulan pengeta emua fakta, kepercayaa

yang dipelajari dari pengalaman pribadi dan pengetahuan yang tersedia. Menurut Schutz, pengetahuan terdiri atas:

a. Pengetahuan pertama yang bersifat pribadi dan unik bagi setiap individu dalam interaksi tatap muka dengan orang lain.

b. Pengkhasan (typication), yang telah terbentuk dan dianut semua anggota budaya, terdiri dari mitos, pengetahuan, budaya, dan akal sehat.


(43)

Diagram analisa dengan teori fenomenologi:

Pemikiran fenomenologis sebagai dasar pemikiran pada

penyelidikan proses pemahaman.

Kumpulan Pengetahuan (Stock of Knowledge)

Persepsi khalayak terhadap klasifikasi program R-BO acara

televisi

Visual Klasifikasi R-BO

Pemahaman Klasifikasi R-BO

Klasifikasi R-BO terhadap program

R-BO


(44)

BAB III

KLASIFIKASI R-BO DAN PROGRAM ACARA TRANS TV

III.1 Sejarah Trans TV

Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Trans Corporation, yang juga merupakan pemilik dari Trans 7. Trans TV memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari uji kelayakan yang dilakukan oleh tim antar departemen pemerintahan, dan secara resmi Trans TV memulai siaran pada 15 Desember 2001.

Trans TV adalah stasiun televisi swasta Indonesia yang membangun stasiun relai televisi di Jakarta dan Bandung, yang dimiliki oleh Chairul Tanjung selaku komisaris utama. Motto “Milik Kita Bersama” menunjukkan bahwa Trans TV adalah stasiun televisi yang dapat dinikmati bersama dari berbagai kalangan. Kantor pusat stasiun televisi berada distudio Trans TV, Jalan Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan.

III.1.1 Visi, Misi, dan Logo

Visi: Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Misi: Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan

serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai demokrasi.

Logo: Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya merefleksikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia.


(45)

Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.

Gambar III.1 Logo Trans TV Sumber: http://transtv.co.id (28 Juni 2013)

III.2 Program Acara Trans TV

Trans TV sebagai stasiun televisi dengan misi menyampaikan program-program berkualitas memiliki berbagai macam acara dengan kategori program-program yang tersaji mulai dini hari hingga tengah malam. Berikut merupakan kategori format acara televisi yang dibagi menjadi kategori drama, non-drama, serta berita selama sepekan.

Tabel III.1 Format Acara Trans TV

Kategori Format Acara TV

Hari Waktu Pukul Drama Non-Drama Berita

Kamis Pagi 00.00-11.00 - 8 7

Siang 11.00-15.00 2 - -

Sore 15.00-19.00 - 2 2

Malam 19.00-00.00 3 - -

Jumat Pagi 00.00-11.00 1 8 4

Siang 11.00-15.00 2 - -

Sore 15.00-19.00 - 2 2

Malam 19.00-00.00 3 - -

Sabtu Pagi 00.00-11.00 1 8 4

Siang 11.00-15.00 2 1 -


(46)

Malam 19.00-00.00 2 - -

Minggu Pagi 00.00-11.00 1 8 3

Siang 11.00-15.00 2 1 -

Sore 15.00-19.00 - 3 2

Malam 19.00-00.00 2 - -

Senin Pagi 00.00-11.00 - 5 4

Siang 11.00-15.00 2 - 1

Sore 15.00-19.00 - 2 2

Malam 19.00-00.00 3 - -

Selasa Pagi 00.00-11.00 1 6 5

Siang 11.00-15.00 2 - 1

Sore 15.00-19.00 - 2 2

Malam 19.00-00.00 3 - -

Rabu Pagi 00.00-11.00 2 6 6

Siang 11.00-15.00 2 - 1

Sore 15.00-19.00 - 2 2

Malam 19.00-00.00 3 - -

Jumlah 41 67 50

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa program-program pada Trans TV banyak didominasi oleh format acara non-drama, terutama pada akhir pekan, yaitu sabtu dan minggu pada pagi hari sampai pukul 11.00 WIB.

III.2.1 Klasifikasi Program Trans TV

Dari banyaknya program-program yang disiarkan oleh Trans TV, tentunya memiliki kategori klasifikasi program seperti yang diatur oleh Komisi Penyiaran Indonesia terkait penggolongan siaran berdasarkan jenis dan usia khalayaknya (penonton). Tabel berikut merupakan klasifikasi program pada Trans TV selama satu minggu.


(47)

Tabel III.2 Klasifikasi Program Trans TV

Tanggal No Program Acara Waktu

Tayang

Klasifikasi Program

Kamis 1 Jika Aku Menjadi 04.00 R-BO

2 Reportase Pagi 04.30 R-BO 3 Islam Itu Indah 05.30 R-BO 4 Insert Pagi 06.30 R-BO 5 New Ranking 1 07.30 R-BO 6 Bagi-Bagi Berkah 08.30 R-BO 7 Mozaik Islam 09.00 R-BO 8 Sering dibilang gitu sih 09.30 R-BO 9 Moccachino 10.00 R-BO 10 Reportase Siang 10.30 R-BO 11 Insert Siang 11.00 R-BO 12 Bioskop Indonesia Premier 12.00 R-BO

13 Sketsa 14.00 R-BO

14 Show Imah 15.15 R-BO

15 Reportase Sore 16.30 R-BO 16 Insert Investigasi 17.00 R-BO 17 Super Trap 18.00 R-BO 18 Oh Ternyata 19.00 R-BO 19 Bioskop Trans TV Spesial 20.00 R-BO 20 Bioskop Trans TV 22.00 D

21 Sexophone 00.00 D

22 Reportase Malam 01.00 R-BO 23 Bioskop Trans TV 01.30 D

Jumat 1 Jika Aku Menjadi 04.00 R-BO

2 Reportase Pagi 04.30 R-BO 3 Islam Itu Indah 05.30 R-BO 4 Insert Pagi 06.30 R-BO 5 New Ranking 1 07.30 R-BO


(48)

6 Bagi-Bagi Berkah 08.30 R-BO 7 Mozaik Islam 09.00 R-BO 8 New Peppy The Explorer 09.30 R-BO 9 Milik Indonesia 10.00 R-BO 10 Reportase Siang 10.30 R-BO 11 Insert Siang 11.00 R-BO 12 Bioskop indonesia premier 12.00 R-BO

13 Sketsa 14.00 R-BO

14 Show imah 15.15 R-BO

15 Reportase sore 16.30 R-BO 16 Insert investigasi 17.00 R-BO

17 Koki Lima 18.00 R-BO

19 Bioskop Trans TV Spesial 19.00 R-BO 20 Bioskop Trans TV 21.00 D 21 Bioskop Trans TV 23.00 D 22 Reportase Malam 01.00 R-BO 22 Sinema Dini Hari 01.30 D 23 Last Resort 03.30 D

Sabtu 1 Reportase Pagi 04.30 R-BO 

2 Islam Itu Indah 05.30 R-BO  3 Insert Pagi 06.30 R-BO  4 Mozaik Islam 07.30 R-BO  5 Celebrity On Vacation 08.00 R-BO  6 Wisata Kuliner 08.30 R-BO 

7 Ceriwis 09.00 R-BO 

8 Ala Chef 09.30 R-BO 

9 Woww 10.00 R-BO 

10 Insert 10.30 R-BO 

11 Bioskop Indonesia Premier 11.30 R-BO  12 Curhat ABG 13.30 R-BO 


(49)

14 DR OZ 15.00 R-BO  15 Insert Investigasi 16.00 R-BO  16 Reportase Investigasi 16.45 R-BO  17 Cari Cinta 17.15 R-BO  18 Indonesia Mencari Bakat 3 18.00 R-BO  19 Bioskop Trans TV 21.00 R-BO  20 Bioskop Trans TV 23.00 D  21 Vamos La Liga 00.45 -  22 Sinema Dini Hari 03.00 D 

Minggu 1 Reportase Pagi 04.30 R-BO 

2 Islam Itu Indah 05.30 R-BO  3 Insert Pagi 06.30 R-BO  4 Mozaik Islam 07.30 R-BO  5 Benu Buloe 08.00 R-BO  6 Buah Hati 08.30 R-BO 

7 Ceriwis 09.00 R-BO 

8 Ala Chef 09.30 R-BO 

9 Ngulik 10.00 R-BO 

10 Insert 10.30 R-BO 

11 Bioskop Indonesia Premier 11.30 R-BO  12 Curhat ABG 13.30 R-BO 

13 Sketsa 14.00 R-BO 

14 DR OZ 15.00 R-BO 

15 Insert Investigasi 16.00 R-BO  16 Reportase Investigasi 16.45 R-BO  17 Cari Cinta 17.15 R-BO  18 Indonesia Mencari Bakat 3 18.00 R-BO  19 Bioskop Trans TV 21.00 R-BO  20 Bioskop Trans TV 23.00 D  21 Vamos La Liga 00.45 - 


(50)

2 Reportase Pagi 04.30 R-BO  3 Islam Itu Indah 05.30 R-BO  4 Insert Pagi 06.30 R-BO  5 New Ranking 1 07.30 R-BO  6 Spektakuler 08.30 R-BO  7 Cinta Istimewa 10.00 R-BO  8 Reportase Siang 10.30 R-BO  9 Insert Siang 11.00 R-BO  10 Bioskop Indonesia Premier 12.00 R-BO 

11 Sketsa 14.00 R-BO 

12 Show Imah 15.15 R-BO  13 Reportase Sore 16.30 R-BO  14 Insert Investigasi 17.00 R-BO  15 Ethnic Runaway 18.00 R-BO  16 Oh Ternyata 19.00 R-BO  17 Bioskop Trans TV Spesial 20.00 R-BO  18 Bioskop Trans TV 22.00 D  19 Harta Tahta Wanita 00.00 D  20 Reportase Malam 00.30 R-BO  21 Sportvaganza 01.00 D  22 Bioskop Trans TV 01.30 D 

Selasa 1 Jika Aku Menjadi 04.00 R-BO 

2 Reportase Pagi 04.30 R-BO  3 Islam Itu Indah 05.30 R-BO  4 Insert Pagi 06.30 R-BO  5 New Ranking 1 07.30 R-BO  6 Spektakuler 08.30 R-BO  7 Cinta Istimewa 10.00 R-BO  8 Reportase Siang 10.30 R-BO  9 Insert Siang 11.00 R-BO  10 Bioskop Indonesia Premier 12.00 R-BO 


(51)

11 Sketsa 14.00 R-BO  12 Show Imah 15.15 R-BO  13 Reportase Sore 16.30 R-BO  14 Insert Investigasi 17.00 R-BO  15 Super Trap 18.00 R-BO  16 Oh Ternyata 19.00 R-BO  17 Bioskop Trans TV Spesial 20.00 R-BO  18 Bioskop Trans TV 22.00 D  19 Soccer Fever 00.00 D  20 Reportase Malam 00.30 R-BO  21 Sportvaganza 01.00 D  22 Bioskop Trans TV 01.30 D 

Rabu 1 Jika Aku Menjadi 04.00 R-BO 

2 Reportase Pagi 04.30 R-BO  3 Islam Itu Indah 05.30 R-BO  4 Insert Pagi 06.30 R-BO  5 New Ranking 1 07.30 R-BO  6 Bagi-Bagi Berkah 08.30 R-BO  7 Mozaik Islam 09.00 R-BO 

8 Mr. Bean 09.30 R-BO 

9 Bos Sejati 10.00 R-BO  10 Reportase Siang 10.30 R-BO  11 Insert Siang 11.00 R-BO  12 Bioskop Indonesia Premier 12.00 R-BO 

13 Sketsa 14.00 R-BO 

14 Show Imah 15.15 R-BO  15 Reportase Sore 16.30 R-BO  16 Insert Investigasi 17.00 R-BO  17 Super Trap 18.00 R-BO  18 Oh Ternyata 19.00 R-BO  19 Bioskop Trans TV Spesial 20.00 R-BO 


(52)

20 Bioskop Trans TV 22.00 D 

21 Gila Liga 00.00 D 

22 Reportase Malam 00.30 R-BO  23 Sportvaganza 01.00 D  24 Ripley’s Believe It Or Not 01.30 D  25 Vamos La Liga 02.15 - 

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa program-program Trans TV banyak didominasi oleh klasifikasi R-BO hampir disepanjang hari dan sepanjang waktu, begitu pun dengan program Indonesia Mencari Bakat yang tayang pada sabtu dan minggu, diklasifikasikan sebagai tayangan R-BO yaitu tayangan untuk remaja dengan bimbingan orangtua. IMB disiarkan pada waktu primetime dimana pada waktu-waktu tersebut adalah waktu ideal bagi orang-orang dalam menonton televisi.

III.2.2 Pelanggaran Konten Siaran Trans TV

Terkait dengan pencantuman klasifikasi program yang ditayangkan lembaga penyiaran pada program televisinya, sebanyak sebelas stasiun televisi nasional yang tersebar di Indonesia mendapatkan pengaduan publik terkait konten dan isi siaran pada 2012, salah satunya adalah Trans TV.

Tabel III.3 Pengaduan Publik terhadap Lembaga Penyiaran Sumber: KPI (2012)

No Stasiun TV Pengaduan

1 Metro TV 30.067

2 TV One 5.701

3 Trans TV 2.742

4 ANTV 878

5 RCTI 657

6 SCTV 451

7 Indosiar 356


(53)

9 Trans 7 335

10 Global TV 203

11 TVRI 22

Trans TV menempati peringkat ketiga dengan jumlah pengaduan terbanyak oleh publik, sebanyak 2742 pengaduan sepanjang tahun 2012. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa lembaga penyiaran Indonesia, termasuk Trans TV belum sepenuhnya mengikuti ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia yang terdapat dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) tahun 2012, yang merupakan pegangan dan tolak ukur suatu lembaga penyiaran/stasiun televisi dalam menayangkan program yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Pelanggaran yang terjadi pada umumnya terdapat pada konten siaran yang melanggar norma kesopanan, dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

III.3 Indonesia Mencari Bakat (IMB)

Indonesia Mencari Bakat adalah salah satu program Trans TV dengan format acara non-drama kategori hiburan yang merupakan program ajang pencarian bakat anak-anak bangsa. IMB menayangkan berbagai macam atraksi seni, termasuk menyanyi, tari tradisional, tari modern, hingga permainan alat musik, yang diikuti oleh berbagai macam peserta dimulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa, yang datang dari seluruh wilayah Indonesia.

Gambar III.2 Indonesia Mencari Bakat Sumber: http://www.tvguide.co.id (28 Juni 2013)


(54)

selesai, Trans TV menggelar kembali acara serupa yaitu Indonesia Mencari Bakat 2 (IMB 2) dan berakhir pada Februari 2011. Pada tahun 2012 digelar kembali acara Indonesia Mencari Bakat generasi 3 (IMB 3) yang berlangsung selama enam bulan, kemudian berakhir pada Mei 2013. Tak lama berselang, IMB pun merilis kembali variannya, yaitu Indonesia Mencari Bakat Duel Maut Para Juara yang merupakan pertarungan bakat antar juara-juara IMB.

a. Tujuan dari acara Indonesia Mencari Bakat adalah untuk mencari peserta dengan bakat terbaik berdasarkan pemilihan pemirsa melalui SMS dan penilaian dewan juri.

b. Waktu tayang program Indonesia Mencari Bakat adalah pada hari Sabtu pukul 18.30 WIB sampai 20.30 WIB dan Minggu pada pukul 18.30 WIB sampai pukul atau 21.30 WIB.

c. Peserta Indonesia Mencari Bakat mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.

III.3.1 Peserta dan Juri IMB

Indonesia Mencari Bakat adalah tayangan yang ditonton oleh berbagai macam tingkatan khalayak, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa maupun orangtua mengidolakan para peserta atas bakat yang dimiliki. Acara Indonesia Mencari Bakat diikuti oleh peserta anak-anak, remaja, hingga dewasa dengan bakat-bakat yang berbeda serta kekhasan masing-masing. Para peserta datang dari berbagai daerah dan wilayah di Indonesia, yang tentunya memiliki karakter tersendiri dalam menampilkan bakat-bakatnya kepada khalayak pemirsa Trans TV. Berikut ini merupakan beberapa peserta acara Indonesia Mencari Bakat (3) Duel Maut Para Juara, yang mewakili tingkatan khalayak berdasarkan usianya.


(55)

a. Sa

Sumb

G Su

andrina • Lahir • Bakat • Kota

er: http://ww

Gambar III.3 umber: http://

: 8 Juli 20 : Tari Trad : Bogor

ww.odingk.co

Peserta Indo /www.youtub

01 disional

om/2013/04/ (3 Juli 20

onesia Menca be.com (28 J

/biodata-leng 013)

ari Bakat Juni 2013)


(56)

Sandrina Azzahra merupakan finalis pertama dalam ajang pencarian bakat, Indonesia Mencari Bakat 3. Dengan kemampuan menari tradisional, mengantarkan Sandrina pada juara pertama IMB generasi 3. Sandrina mewakili karakter anak-anak dan diidolakan oleh anak-anak.

b. Vina

• Lahir : 5 Agustus 1984 • Bakat : Pelukis Pasir • Kota : Bandung

Sumber: http://www.kaskus.co.id/thread (3 Juli 2013)

Vina Candrawati merupakan runner-up dalam program Indonesia Mencari Bakat 3, beserta Sandrina dan finalis lainnya. Vina merupakan peserta dengan bakat sebagai pelukis pasir. Vina mewakili karakter seorang dewasa/wanita dewasa.

c. Josua

• Lahir : 9 Desember 1998 • Bakat : Menyanyi • Kota : Medan


(57)

Sumber: http://www.odingk.com/2013/05/biodata-lengkap-joshua-pangaribuan-imb.html (3 Juli 2013)

Josua Pangaribuan merupakan finalis Indonesia Mencari Bakat 3 yang lolos dan masuk dalam tiga besar putaran final. Kemampuan dalam mengolah vokal mengantarkan Josua pada posisi ketiga IMB generasi 3. Josua mewakili karakter seorang remaja.

Dalam acara Indonesia Mencari Bakat, terdapat pula juri-juri yang berasal dari kalangan artis, yang memberi komentar serta masukan terhadap para peserta atas pentas/pertunjukkan bakat yang ditampilkan. Berikut merupakan beberapa juri program Indonesia Mencari Bakat.

(a) (b) (c) (d) Gambar III.4 Juri Indonesia Mencari Bakat Duel Maut

Addie MS; (b) Titi Rajo Bintang; (c) Soimah; (d) Deddy Corbuzier. Sumber: http://www.google.com/search/ (3 Juli 2013)

Dari keempat juri, Addie MS dan Titi Rajo Bintang merupakan juri yang bertahan sejak Indonesia Mencari Bakat generasi pertama. Sedangkan Soimah


(58)

dan Dedd Indonesia

dy Corbuzie Mencari Ba

er adalah j akat Duel M

juri baru p Maut Para Ju

pada Indone uara.

esia Mencaari Bakat 33 dan

III.3.2 Koonten Acara IMB Par

berbeda a panggung juri dan pe terlihat d mengolah

ra peserta I antara satu

menyesuai emirsa. Kre ari kostum

bakat.

Indonesia M sama lain kan dengan eatifitas adal m yang dig

Gam

Gamb

Mencari Bak . Konsep y n tema yang

lah hal utam gunakan, te

mbar III.5 Ta

bar III.6 Tari

kat memilik yang ditam

hendak me ma yang dila ema, dan k

ari Modern

i Tradisional

ki bakat ya mpilkan oleh

ereka tunjuk akukan para kemampuan

ang beragam h peserta d kkan kepada a peserta. H n peserta d

m dan diatas a para Hal ini dalam l


(59)

Sis komentar

stem penila dari para ju

Gamba

Gambar I

aian peserta uri, dan peni

Gambar

ar III.7 Meluk

III.8 Kemam

a Indonesia ilaian oleh p

r III.9 Penila

kis diatas Pas

mpuan Bernya

a Mencari pemirsa tele

ian Dewan J sir

anyi

Bakat yait evisi dengan

Juri

tu arahan, serta n layanan SMS.


(60)

III.3.3 Kl Ha klasifikasi kepada 10 analisa me Prinsip T a. Clari Perse b. Read Perse Gamb lasifikasi R asil analisa

i R-BO Tra 0 responden enggunakan Tipografi ity entase ability entase

bar III. 10 Po

R-BO pada terkait leg ans TV, di n khalayak n teori dari p

Tabel I Tipografi baik. Tuju huruf R-B disimpulka 7 Penggunaa B, dan, O Masing-m sans-serif. semakin m Namun ha tayangan tidak. Hal klasifikasi 5

olling SMS d

IMB gibility, rea iperoleh ber televisi dew prinsip tipog III.4 Analisa

simbol kla uh dari sep BO pada Tr

an bahwa cl 70% setuju

an huruf de O memuda masing meng Ditambah mempertega al ini pun yang sedan l ini dapat

R-BO ini r 50% setuju

dan Dukunga

adability, v rdasarkan w wasa yang t

grafi. a Visual R-BO

Penjelas asifikasi R

puluh resp rans TV ter larity pada k

ngan hubun ahkan khal ggunakan je dengan kes as ‘keberada dipengaruh ng berlangs disimpulk relatif. an Penonton

visibility, d wawancara tersebar di O san R-BO dapat ponden men rlihat jelas. klasifikasi R 30% t ngan huruf layak untuk enis huruf y san huruf ya

aan’ simbol hi oleh lata sung, apak kan bahwa

50% t n

dan clarity yang dilak Bandung. D

t dilihat de ngatakan b

Sehingga R-BO ini ba tidak setuju

lainnya, yai k membac yang sama ang terlihat l R-BO ters ar belakang kah kontras readability tidak setuju pada kukan Dasar engan bahwa dapat aik. itu R, canya. yaitu bold, sebut. g dari atau y dari


(61)

c. Legibility Huruf R-BO dapat dibaca dengan mudah, hal ini dikarenakan jenis huruf yang digunakan sederhana dengan menggunakan jenis sans-serif. Simbol klasifikasi R-BO memiliki legibilitas yang baik, hal ini dapat terlihat dari kualitas huruf yang digunakan yaitu tidak buram. Dapat ditarik kesimpulan bahwa legibility dari simbol R-BO ini baik.

Persentase 90% setuju 10% tidak setuju

d. Visibility Tipografi simbol klasifikasi R-BO dengan ukuran relatif (tergantung dari ukuran monitor yang digunakan), kurang dapat terbaca dari jarak pandang normal yaitu ≤6 m. Hal ini dipengaruhi oleh penggunaan warna latar belakang yang tidak konsisten, yang dapat mempengaruhi visibilitas klasifikasi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa visibility R-BO kurang baik.

Persentase 20% setuju 80% tidak setuju

Hasil menunj dikatakan baik, hal seseorang/khalayak d

klasifikasi R-BO Tr , serta legibility pada R-BO men rsentase diat i total khalayak yang diwawancara. edangkan pada visibility atau jarak pandang dalam melihat R-BO ditelevisi, hanya

ukkan bahwa secara visual/fisik klasifikasi R-BO dapat ini menjadi indikasi bahwa tidak ada kendala bagi alam mengenali, melihat, maupun mengidentifikasi tanda ans TV. Clarity, readability

unjukkan pe as 50% dar S

dua orang atau 20% dari total khalayak yang dapat melihat R-BO dengan jelas dari jarak tertentu.

Sama halnya dengan program-program Trans TV lainnya yang mencantumkan klasifikasi program, acara Indonesia Mencari Bakat dikategorikan pada klasifikasi R-BO yaitu tayangan untuk remaja dengan bimbingan orangtua. Berdasarkan P3SPS, tayangan dengan klasifikasi untuk remaja adalah siaran yang mengandung muatan, gaya penceritaan, dan tampilan yang sesuai dengan perkembangan psikologis remaja, dengan usia khalayak yaitu antara 13-17 tahun.


(62)

Gambar III.11 Indonesia Mencari Bakat Duel Maut Para Juara Sumber: http://www.youtube.com (28 Juni 2013)

Lembaga penyiaran di Indonesia, khususnya Trans TV memiliki ketentuan dan ketetapan tersendiri dalam menempatkan klasifikasi program berdasarkan usia pada setiap program acaranya. Hal ini dapat terlihat bahwa pada program Indonesia Mencari Bakat, Trans TV menempatkan klasifikasi program berdasarkan usia dipojok kanan bawah. Dalam pasal 21 ayat 3 P3SPS 2012,

lembaga pen aran dalam

bentuk karakter cara jelas, serta

diletak

yiaran televisi wajib menayangkan klasifikasi program si huruf dan kelompok usia penontonnya se kan pada bagian atas layar televisi.


(63)

a. Tipografi

• Jenis huruf : Sans serif

• Keluarga huruf: Bold, dengan lebar stroke 25% dari 100% tinggi huruf yang tercetak.

• Proporsi : Condensed, dengan lebar huruf 62,5% dari 100% tinggi huruf yang tercetak.

a. Warna

Value : tingkatan warna yang digunakan adalah diantara warna netral (5-2)

• Intensitas : dimensi cerah/kusamnya karakter dalam menentukan kemurnian warna yang dimiliki berada pada angka 4-2

b. Klasifikasi

• Posisi : pojok kanan bawah

• Ukuran : 7 cm x 2 cm (dalam layar 32”) : 5 cm x 1.6 cm (dalam layar 21”) : 2.2 cm x 1.2 cm (dalam layar 14”) • Klasifikasi R : siaran untuk remaja berusia 13-17 tahun • BO : siaran dengan pengawasan orangtua • Waktu siaran : IMB pukul 18.30 – 20.30 WIB


(1)

sendiri, dan selama program tersebut mengandung nilai-nilai positif bagi pengembangan minat, motivasi, maupun pendidikan bagi anak-anak maupun remaja yaitu dengan tetap mencantumkan keterangan BO mereka beranggapan sah-sah saja untuk ditonton oleh anak-anak, asalkan tetap ada keterangan bimbingan orangtua (BO) pada tayangan yang ditonton.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dijelaskan bahwa khalayak program televisi “Indonesia Mencari Bakat” dalam menanggapi klasifikasi R-BO serta konten tayangnya dibentuk berdasarkan pengalaman langsung setelah menonton program tersebut. Dalam memahaminya, khalayak program televisi akan melakukan secara aktif terhadap berbagai realitas yang bersifat objektif dan subjektif melalui sosialisasi diri. Hal ini sesuai dengan asumsi teori Fenomenologi dari Alfred Schutz.

Pemahaman dalam hal ini termasuk membentuk penggolongan atau klasifikasi dari pengalaman yang ada. Hubungan-hubungan dari berbagai pendapat diorganisir secara bersama-sama, melalui proses tipifikasi (pengkhasan), kedalam kumpulan pengetahuan (stock of knowledge) yang dikemukakan oleh Schutz. Kumpulan pengetahun bukanlah pengetahuan tentang dunia, melainkan merupakan segala kegunaan-kegunaan praktis dari dunia itu sendiri. Misalnya manfaat dari klasifikasi program dan konten siaran acara televisi.

Fakta dilapangan, mahasiswa Unikom menanggapi klasifikasi R-BO sebagai bentuk dari tayangan dengan bimbingan orangtua. Secara fisik/visual, mereka menganggap bahwa klasifikasi R-BO berwarna transparan yang dipengaruhi dari latar belakang yang tidak kontras. Penggunaan huruf yang tebal dengan ukuran huruf yang kecil, dianggap sudah cukup, karena dengan ukuran demikian, klasifikasi R-BO dapat terlihat.

Ketika mahasiswa ditanya seputar visual R-BO, mereka secara tidak langsung telah mengetahui tentang klasifikasi R-BO. Mereka mengerti sebatas bahasa atau akronim dari R-BO itu sendiri. Keberadaan R-BO selalu tidak disadari, yang membuat kesadaran mereka untuk melakukan aksi/tindakan dalam menonton televisi, seperti menentukan tayangan yang baik menjadi terabaikan.


(2)

Berbeda halnya ketika membahas seputar program Indonesia Mencari Bakat, berbagai pendapat dikemukakan oleh mahasiswa. Tayangan yang baik adalah tayangan yang mengandung nilai positif, apapun klasifikasinya (diluar klasifikasi D (dewasa)) selama tayangan masih mencantumkan keterangan BO (bimbingan orangtua), diasumsikan oleh mahasiswa bahwa tayangan tersebut aman. Salah satu mahasiswa menyinggung mengenai jam tayang R-BO pada acara IMB. Dalam aturan P3SPS, tayangan untuk remaja adalah tidak lebih dari pukul 22.00 WIB. Acara IMB tidak dikhususkan untuk target siapa saja ataupun dari kalangan manapun, hal ini terlihat dari siapa yang menonton acara IMB, termasuk anak-anak. Jam tayang untuk anak tidak melebihi pukul 18.00 WIB.

IV.2 Sikap dan Peranan Orangtua dengan Anak

Selain wawancara yang dilakukan kepada mahasiswa terhadap pemahaman serta bagaimana mahasiswa menilai klasifikasi R-BO, penelitian pun dipaparkan pula mengenai bagaimana sikap dan bentuk bimbingan yang dilakukan orangtua terhadap anak dalam menonton televisi. Informan yang diwawancara adalah remaja dan orangtua.

Selain memahami bagaimana sebuah klasifikasi dicantumkan pada setiap layar televisi, dan dalam berbagai program siaran, khalayak televisi pun memiliki cara yang berbeda dalam memberikan arahan bagi dirinya maupun orang lain terhadap tayangan yang ditonton. Berikut merupakan penjelasan mengenai sikap remaja dalam menanggapi teguran/nasihat/arahan dari orangtua mereka.

1. Sikap remaja

• Dalam menonton televisi, remaja cenderung memiliki kebebasan dalam menentukan program atau acara apa saja yang ingin mereka tonton, baik itu sendiri maupun bersama oranglain, terutama teman dan keluarga. Walaupun dominasi tayangan dengan klasifikasi R-BO menjadi primadona dalam setiap rangkaian acara, konten maupun isi program tidaklah selalu sesuai. Suatu tayangan yang dianggap tepat jam tayangnya, namun tidak dengan konten yang disiarkan. Kategori remaja mengalami kegoncangan batin yang disebabkan kemauan remaja yang tidak lagi menggunakan pedoman dan sikap hidup


(3)

kanak-kanaknya, seperti halnya orangtua yang mengarahkan mereka atas tayangan yang ditonton, beberapa remaja menolak ketika orangtua menyuruhnya untuk mengganti saluran televisi. Remaja pada umumnya menyukai tayangan seperti FTV atau sinetron remaja, serta serial kartun. Rasa ingin tahu dan perkembangan pikiran, pertimbangan,serta kemauan yang pesat, menjadikan remaja sulit untuk dinasihati, namun tidak sedikit pula remaja yang mengikuti kemauan orangtuanya.

• Sikap yang dilakukan/ditunjukkan remaja saat dinasihati/ditegur orangtuanya adalah cenderung diam, dan mengikuti perintah orangtua. Teguran yang dilakukan orangtua terhadap anaknya tidak serta merta dilakukan secara fisik, namun mengatakan secara langsung kepada anak tersebut, ketika mendapati anak mereka menonton tayangan yang belum sesuai dengan usia remaja, yaitu 13-17 tahun. Tayangan seperti FTV sebenarnya sesuai dengan karakteristik remaja, namun kisah percintaan yang berlebihan, dewasa dalam berpakaian, perkataan yang diucapkan menjadi trendsetter dikalangan remaja.

2. Tindakan Orangtua

• Dalam menonton televisi, orangtua cenderung meimilih menonton bersama anggota keluarga mereka. Acara yang dionton adlah acara berita. Orangtua tidak selalu tinggal terlalu lama ketika menonton, karena harus melakukan kegiatan/aktifitas lain. Dalam keadaan inilah anak tidak mendapatkan perhatian, maupun arahan dari orangtua mereka atas tayangan yang ditonton. Kebebasan dalam memilih saluran program menjadikan anak lebih leluasa dalam menonton televisi.

• Sikap atau tindakan yang dilakukan orangtua ketika mendapatkan anaknya menonton tayangan yang tidak layak adalah selain memberikan bimbingan, orangtua cenderung mengambil remote untuk mengganti saluran televisi. Orangtua selaku khalayak dewasa, sudah seharusnya melakukan bimbingan kepada anaknya, karena orangtua memiliki fungsi edukasi yang berkaitan dengan pendidikan, meliputi


(4)

pengarahan, wawasan, terutama dalam menonton televisi. Bentuk bimbingan yang dilakukan orangtua bermacam-macam, mulai dari memberikan pengarahan yang baik, menegur secara langsung, mengganti saluran televisi, serta memilihkan tayangan yang baik untuk anaknya.

Orangtua berpendapat seharusnya tayangan yang disajikan kepada umum sudah memenuhi standarisasi tayangan yang baik, lulus sensor dan cocok untuk anggota keluarga mereka sebelum siap tayang ditelevisi. Terutama untuk acara-acara yang ditujukan untuk keluarga atau semua umur. Agar fungsi dari klasifikasi dapat benar-benar dirasakan, bukan hanya untuk remaja atau orangtua saja, tetapi oleh seluruh kalangan.


(5)

BAB V SIMPULAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dilapangan dengan didukung teori fenomenologi, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi khalayak/masyarakat terhadap tanda visual klasifikasi program acara televisi, yaitu klasifikasi R-BO, didapat kesimpulan bahwa, klasifikasi R-BO pada acara Indonesia Mencari Bakat Trans TV secara visual tidak dapat terlihat dan terbaca dengan baik/jelas karena huruf, warna, serta ukuran yang digunakan tidak dapat menyadarkan khalayak akan adanya tanda klasifikasi R-BO pada saat acara berlangsung, hal ini berdampak pula pada informasi dan pengetahuan yang khalayak miliki terhadap klasifikasi program, bahwa R-BO adalah tayangan untuk remaja dengan bimbingan orangtua, yang pada faktanya, hanya sedikit dari khalayak yang melakukan aksi/tindakan untuk mengarahkan tayangan berdasarkan kategori usia dan melakukan bimbingan atas tayangan yang ditonton pada acara televisi.

Bentuk bimbingan yang dilakukan khalayak televisi adalah tergantung bagaimana cara khalayak dalam mengarahkan maupun mendidik anak ataupun orang-orang terdekat disekitarnya ketika menonton acara televisi.

V.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memiliki saran bagi lembaga-lembaga yang terkait dengan penyiaran, diantaranya Komisi Penyiaran Indonesia, hendaknya lebih tegas dalam menentukan aturan dan menetapkan sanksi terhadap pelanggaran klasifikasi program berdasarkan konten dan usia khalayak, karena sebagian besar pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan lembaga penyiaran masih saja terjadi. Selain itu, khalayak pun tidak selalu menyadari akan pentingnya esensi dari klasifikasi usia seperti R-BO, SU, dan lain sebagainya. Hal ini perlunya sosialisasi kembali mengenai tayangan serta penggolongan klasifikasi usia, agar khalayak dapat memilih serta mengidentifikasi tayangan yang sesuai


(6)

Bagi lembaga penyiaran, khususnya Trans TV, diharapkan P3SPS digunakan sebagai acuan, pegangan, dan panduan dalam menyiarkan serta menyajikan tayangan yang baik serta bermanfaat bagi siapa saja yang menonton program-program Trans TV.


Dokumen yang terkait

Penilaian Khalayak Terhadap Program Televisi

0 4 6

Bab IV - Pengaruh Program Acara Televisi terhadap Persepsi Khalayak

0 2 30

MOTIVASI KHALAYAK UNTUK MENONTON PROGRAM ACARAPAS MANTAB MOTIVASI KHALAYAK UNTUK MENONTON PROGRAM ACARA PAS MANTAB Studi Deskriptif Kualitatif Motivasi Warga Jogoyudan Terhadap Program Acara Televisi “Pas Mantab” di Trans7.

0 3 14

PENUTUP MOTIVASI KHALAYAK UNTUK MENONTON PROGRAM ACARA PAS MANTAB Studi Deskriptif Kualitatif Motivasi Warga Jogoyudan Terhadap Program Acara Televisi “Pas Mantab” di Trans7.

0 2 22

PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TARGET DAN STRATEGI DI TELEVISI PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TARGET DAN STRATEGI DI TELEVISI (Studi Kasus Tentang Persepsi Pencinta Airsoftgun Terhadap Program Acara Target Dan Strategi Di Televisi).

0 14 12

PENDAHULUAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TARGET DAN STRATEGI DI TELEVISI (Studi Kasus Tentang Persepsi Pencinta Airsoftgun Terhadap Program Acara Target Dan Strategi Di Televisi).

0 6 18

KESIMPULAN DAN SARAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TARGET DAN STRATEGI DI TELEVISI (Studi Kasus Tentang Persepsi Pencinta Airsoftgun Terhadap Program Acara Target Dan Strategi Di Televisi).

0 6 17

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP LOKALITAS PROGRAM ACARA TELEVISI SWASTA LOKAL Persepsi Masyarakat Terhadap Lokalitas Program Acara Televisi Swasta Lokal (Studi Kasus Persepsi Masyarakat Kota Madiun terhadap Lokalitas Program Acara Dagelan Tembang Jawa (D’T

0 3 16

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP LOKALITAS PROGRAM ACARA TELEVISI SWASTA LOKAL Persepsi Masyarakat Terhadap Lokalitas Program Acara Televisi Swasta Lokal (Studi Kasus Persepsi Masyarakat Kota Madiun terhadap Lokalitas Program Acara Dagelan Tembang Jawa (D’

0 2 15

Pemahaman dan Sikap OrangTua Terhadap Penggunaa Tanda Klasifikasi Program Siaran Media Televisi( Studi Khalayak di RW 7 Kelurahan Borong Kecamatan Manggala KotaMakassar ) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 98