52
5. Dampak dari Keadaan Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan upaya penanganannya. Dalam Panduan
Keluarga Sejahtera, kemiskinan adalah suatu keadaan dimana tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenanga, mental maupun fisik dalam memenuhi kebutuhannya.
45
Kemiskinan dalam Islam ada kemiskinan secara materi dan non materi bahkan ada kemiskinan khusus dimana kemiskinan dihadapan Tuhan.
Kebanyakan dalam setiap pembahasan kemiskinan pasti akan diukur kemiskinan secara materi. Misalkan, peran ekonomi keluarga mempengaruhi terhadap
perkembangan anak jika ekonomi keluarganya cukup atau bahkan baik dimana materiil yang tersedia bagi kebutuhan pertumbuhan anak semakin baik juga. Anak
yang diberikan fasilitas untuk perkembangan pertumbuhannya baik pertumbuhan dari kesehatan ataupun secara akademisinya, akan tetapi tidak diimbangi atau
diiringi dengan pemberian kasih sayang dari orang tuanya dan pengajaran akhlak dan akidah untuk membentuk karakter dari anak tersebut.
Beberapa kasus kekerasan yang marak terjadi, ini merupakan efek dari pengangguran. Hal tersebut disebabkan karena seseorang tidak mampu lagi
mencari nafkah melalui jalan yang benar. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan
pintas dapat dilakukannya. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu. Dari sinilah sebuah kemiskinan dapat berdampak bagi kelangsungan
hidup masyakarat. Tingkat putus sekolah yang tinggi dikarenakan berbagai faktor seperti
mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat menjangkau
dunia pendidikan yang sangat mahal. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak
45
Revelition Of
Accounting, Masalah
Kemiskinan, http:alvianfirman.blogspot.co.id201504definisi-kemiskinan-penyebab-dampak-dan.html, di
akses pada 26 April 2016 Jam 21.28
53
pada rendahya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan
menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.
46
Kemiskinan berdampak buruk bukan hanya bagi kehidupan individu tapi masyarakat luas juga. Miskin secara materi dan miskin dari sisi jiwanya, seperti
berkeluh kesah, cemas, tidak sabar, dan tidak qana’ah. Malapetaka kemiskinan
tidak hanya terbatas pada sisi rohani dan akhlak. Bahayanya juga mengancam sisi pemikiran manusia. Bagaimana mungkin seorang muslim yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok dirinya beserta segenap keluarga, dapat berfikir dengan baik. Apalagi bila tetangganya hidup dengan mewah. Menurut ilmu jiwa,
tekanan atau stres.
47
B. Pemberdayaan Ekonomi Perspektif Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun
2015 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 1.
Kesejahteraan Sosial Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945
Negara Indonesia adalah negara hukum. Dengan demikian negara Indonesia telah memiliki landasan yuridis yang kuat dalam peranannya
melaksanakan pembangunan. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia telah memberikan arah dan tujuan bagi
pembangunan yang diharapkan, yakni menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia seutuhnya.
Penjelasan Undang-Undang Dasar tahun 1945 juga disebutkan bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum
Rechta Staat
dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
Machta Staat
. Dengan demikian maka penggarisan negara Indonesia adalah sebagai negara hukum mempunyai
konsekuensi bahwa segala sesuatu persoalan yang menyangkut urusan baik antara warga negara dengan warga negara, maupun antara warga negara dengan
negarapemerintah harus berdasarkan atas hukum dan peraturan perundang-
46
Scribd, Analisis
Dampak Kemiskinan
terhadap Prilaku
Sosial, https:www.scribd.comdoc76761369Makalah-Dampak-Kemiskinan, di akses pada 26 April
2016 Jam 20.45
47
Op.Cit, Yulizar D.Sanrego dan Moch Taufik, h. 57-61.
54
undangan yang berlaku, dan semua warga negara dengan terkecuali, baik warga negara dalam status rakyat maupun dalam status pejabat pemerintah harus tunduk
dan patuh kepada hukum. Selanjutnya pada Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi
sebagai berikut : Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memberikan pengertian bahwa
Pemerintah berkewajiban untuk mengupayakan agar setiap warga negara dapat hidup layak sesuai dengan harkat dan martabat manusia Indonesia. Atau dengan
kata lain pemerintah berkewajiban untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Sebagai suatu negara yang bertujuan memberikan kesejahteraan bagi rakyat,
maka faktor dan bidang ekonomi merupakan faktor utama dalam kehidupan bernegara, sehingga faktor ini diberi Bab khusus dalam UUD 1945 dalam Bab
XIV “Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial” yang mana disebutkan dalam Pasal 33 dan Pasal 34 sebagai berikut :
48
a. Pasal 33 : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas
asas kekeluargaan. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasasi hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisien berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta
dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. b.
Pasal 34 : Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
48
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dengan Penjelasannya, Surabaya: CV Cahaya Agency, 2014, h.108.
55
Kesejahteraan sosial, yang ingin diwujudkan dalam negara Republik Indonesia, telah pula diatur dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945
yang berbunyi sebagai berikut : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Hal ini mewujudkan bahwa kekayaan alam yang ada di Indonesia haruslah
dipergunakan bagi terwujudnya kemakmuran rakyat. Sehubungan dengan masalah kemiskinan, pada Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 secara eksplisit
menegaskan bahwa, fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara´. Mengingat bahwa tujuan dibentuknya negara Republik Indonesia adalah
untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Maka konsekuensinya negara atau Pemerintah tidak dapat
melepaskan tanggung jawabnya untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Dalam era pembangunan di segala bidang kehidupan guna mewujudkan
kesejahteraan sosial. Hukum diharapkan mampu memfungsikan dirinya untuk mengatasi atau
bahkan memberantas kemiskinan yang masih diderita oleh sebagian masyarakat kita. Dalam hal ini hukum dapat dijadikan sebagai alat atau sarana untuk
mengadakan rekayasa sosial
a tool of sosial engineering
dalam upaya menanggulangi masalah kemiskinan.
Dasar pemberdayaan yang memuat hak-hak untuk pemenuhan kebutuhan hidup dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28C :
a. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. b.
Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya.
56
2. Sekilas tentang Peraturan Presiden Nomor 96 tahun 2015 tentang