Fascioliasis pada Sapi Potong di Rumah Potong Hewan Kotamadya Bogor
\I
Binatang yang merayap di bumi dan
burung yang terbang dengan dua ウセ@
yapnya adalah makhluk Allah sepe£
ti kamu. Tidaklah:Kami· a baikan
suatu jua pun, kemudian mereka di
kembalikan kepada Tuhannya 11
( QS. Al An'Aam
38)
Kupersembahkan untuk :
Ibu dan Ramanda tercinta; adit
adikku Dedy, Atok, Lilies tersayang; guru-guruku yang kukagumi serta rekan-rekan dan Almamaterku tercinta.
FASCIOLIASIS PADA SAPI< POTONG
DI RUMAH PO TONG HEWAN KOTAMADYA BOGOR
Oleh
EM MY IRADNI
B 20. 0447
FAKUL TAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1988
RINGKASAN.
Ef·lMY. lRADNI.
Fascioliasis pacta Sapi Potong di Rumah
tong Hewan Kotamadya Bogor.
Po-
(Dibawah bimbingan Dr.H.SUPAN
KUSUMAMlHARDJA, MSc ).
Untuk mengetahui kejadian fascioliasis pada sapi-sapi
yang dipotong di Rumah Potong Hewan Bogor, maka
dilakukan
pemeriksaan pasca mati hati dan tinja
ekor sapi
yang dipotong di RPR Bogor.
pada 100
Penelitian dilaksanakan sela-
ma dua bulan, sejak 28 Februari 1987 sampai dengan 26
ril 1987.
Sampel tinja diambil secara langsung dari
Aprek-
tum atau yang baru keluar, dimasukkan ke dalam plastik dan
diberi keterangan.
Selanjutnya diperiksa di
Laboratorium
Helminthologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogar.
pemeriksaan tinja dilakukan dengan uji endap.
Cara
Diperiksa
dibawah mikroskop denga.n pembesaran 10 X dan 40 X ( secara
kwalitatif).
Sedangkan pemeriksaan pasca mati hati
dila-
kukan pada sapi yang sarna, dengan jalari membuat sayatan
cara vertikal pada bagian yang panjang satu saYatan,
ウセ@
dan
dua sayatan pada lobus yang pendek secara horisontal untuk
melihat apakah ada cacing hati atau tidak.
Perbedaan hasil pemeriksaan· pasca mati hati dan pemeriksaan tinja diuji dengan uji Chi-kuadrat, yaitu
metode
khusus untuk daftar kontingensi 2 X 2, dimana pemeriksaan
pasca mati hati sebagai faktor I dan pemeriksaan
bagai faktor II.
Sedangkan sensitifitas pemeriksaan tin-
ja secara kwalitatif dengan metode endap menggunakan cara
menurut Armitage (1973).
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari
100
sapi
yang diperiksa, 61 sapi atau 61% positif fascioliasis menurut pemeriksaan pasca mati hatt, sedangkan menurut
meriksaan tinja hanya 42 sapi atau 42% yang positif
pefas-
cioliasis.
Tidak dijumpai suatu perbedaan yang berarti
pemeriksaan tinja dengan uji endap dibandingkan
2
saan pasca mati hati ( X
> X2 0,95(1».
antara
pemerik-
Sensitifitas
meriksaan tinja secara kwalitatif dengan metode endap
68,85%
besar
dan spesitifitas
peウ・セ@
100%.
Sebab-sebab perbedaan persentase hasil pemeriksaan
ha ti dengan hasil pemeriksaan tinja telah dibahas
lunya.
seper-
FASCIOLIASIS PADA SAPI POTONG
DI RUMAR POTONG REWAN KOTAMADYA BOGOR
oleh
EMMY
IRADNI
B 20.0447
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dokter Rewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
FAKULTAS KEDOKTERAN REWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOn
1988
Judul Skripsi
FASCIOLIASIS PADA SAPI PO TONG
DI RUMAH PO TONG HEWAN KOTAMADYA BOGOR
Nama Mahasiswa
EMMY lRADNI
Nomor Pokok
B 20.0447
Te1ah diperiksa dan disetujui
Dosen Pembimbing,
Dr. H.
Kusumamihard 'a
NIP:
130176913 .
.
MSc
RIWAYAT HIDUP
Penu1is di1ahirkan pada tangga1
27 - Oktober
1964
di
Bangka1an-Madura dari Ibunda Djoeharijah dan Ramanda Slamet.
Penu1is merupakan anak pertama dari empat bersaudara,
dua
orang putri dan dua orang putra.
Penu1is memu1ai pendidikannya pada Taman Kanak - Kanak
Segar pada tahun 1970.
Kemudian me1anjutkan ke Seko1ah Da-
sar Negeri Demangan pada tahun 1971 sampai tahun 1976,
Se-
ko1ah Menengah Pertama Negeri II pada tahun 1977 sampai tahun 1981, dan Seko1ah Menengah Atas Negeri I pada tahun 1981
sampai tahun 1983.
Kesemuanya bertempat di Bangka1an.
Pada tahun 1983 penu1is mendapat kesempatan
kan ku1iah di Institut Pertanian Bogor me1a1ui
rintis II.
me1anjutProyek
Pe-
Kemudian pada tahun 1984 terdaftar sebagai
ma-
hasiswi di Faku1tas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
gor.
BQ
Penu1is berhasi1 menye1esaikan pendidikan Sarjana Ke-
dokteran Hewan pada tangga1 14 Ju1i 1987.
KAT A PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah, perrulis panjatkan
ke
hadirat
Allah S.W.T. atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian, dan
di
susun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir
Dokter Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Dengan selesainya skripsi ini penulis
ingin menyam-
paikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Bapak Dr. H. Supan Kusumamihardja, MSc., selaku dosen
pembimbing yang
telah banyak membantu, memberi saran
dan pengarahan kepada penulis.
2.
Bapak Drh. Asrul Makmur beserta staf di RPH yang
tu-
rut membantu selama melakukan penelitian.
3.
Bapak pengelola ruang laboratorium Helminthologi yang
turut membantu selama melakukan penelitian.
4.
Bapak dan rbu pengelola ruang perpustakaan yang ada di
Kabupaten Bogor.
5.
Seluruh keluarga yang senantiasa mendoakan dan membuka
jalan menuju kesuksesan.
6.
Rekan-rekan tercinta di kampus dan semua pihak yang tu
rut membantu dengan tulus.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari
sempurna, saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini di
masa mendatang akan sangat penu1is hargai.
Akhir kata se-
moga apa yang ada da1am skrippi ini dapat bermanfaat
bagi
semua pihak yang membacanya.
Bogar, Februari 1988
Penu1is
DAFTAR lSI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
vi
......................................................
vii
DAFTAR GA}lBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
r.
.........................................................
PENDAHULUAN
.......................................................
II .
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR LAMPlRAN
A.
B.
C.
D.
E.
Morfologi
1
........................................ .
4
. ............................................ .
......................................... .
4
5
......................................... .
8
..
.
Siklus Hidup
Patogenesa
..
Gejala Klinis
9
............ .
9
.................. .
10
11
.........................................
14
F.
PerubCl.han Pa tologi Ana tomi
Epidemiologi
G.
Pengendalian Penyakit
III.
BAHAN DAN METODE
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.
xii
.
.
17
.....................................
23
A.
Kesimpulan
23
B.
Saran-saran
24
..........................................
...................................................
DAFTAR PTJSTAKA
25
LAMPIRAN
27
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Teks
l.
Siklus Hidup Fasciola hepatica (Olsen, 1962)
2.
Hati bebas dari Infestasi Fasciola sp.
34
3.
Penebalan Pembuluh Empedu Akibat Fascioliasis Khronis
..••................•........
34
7
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
Teks
1.
Hasil Diagnosa Fa.scio1iasis pada Sapi
Potong di Rumah Potong Hewan Kotamadya
.......................................................... ..
17
Sensitifitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Tinja dengan Metode Endap dibandingkan Pemeriksaan Hati
•..........
20
Bogar
2.
DAFTAR L.AMPlRAN
Lampiran
Halaman
Teks
1.
2.
Jadwal Pemeriksaan Pasca Mati Hati dan
Tinja terhadap Fasciola sp. di Rumah
Po tong Hewan kッエ。セ、ケ@
Bogor
.•....•
Jumlah Pemotongan dan Asal Sa pi - sapi
yang Dipotong di Rumah Potong Hewan KQ
tamadya Bogar
3.
............................. .
28
32
Analisa Statistika Hubungan Pemeriksaan Tinja dengan Bukti Pemeriksaan Pasca Mati Hati untuk Mendiagnosa Fascioliasis
..................................... ..
33
I.
PENDAHULUAN
Peningkatan produksi dan'reproduksi ternak akan tercapai secara optimal bila disertai
cara efektif, terutama penyakit
siter.
pengendalian penyakit semenular dan penyakit para-
Diantara penyakit parasiter
gian akonomi yang cukup berarti
yang menimbulkan keru-
adalah gangguan cacing ha-
ti pada kerbau, sapi, domba dan kambing. Prosesnya berlangsung lamban, berupa gangguan
fungsi fisiologi
hati akibat
perubahan struktur jaringan hati.
Fascioliasis atau liver fluke disease (LFD) atau
dis-
tomatosis atau liver rot adalah suatu penyakit akibat adanya hepatitis parenkhimatosa
khronik yang di tandai
oleh
akut
suatu kholangitis
penurunan bera t badan, anemia,
dan udema yang disebabkan oleh
gigantica.
dan
Fasciola
nepatica atau
E.
Di Indonesia penyaki t ini pada umumnya disebab-
kan_oleh_K. gigantica, sedangkan K. hepatica menjadi penyebab fascioliasis
hanya pada
sapi-sapi
impor ( Arifin dan
Sudarmono, 1982 ).
Penyakit ini
mempunyai pengaruh
dang ekonomi, karena berat
run dengan drastis, demikian
dapat menimbulkan kematian.
penting di dalam bi-
badan hewan penderita dapat tujuga produksi susunya, bahkan
Dilaporkan di Australia, bahwa
fascioliasis mengakibatkan penurunan kwalitas dan kwantitas
bulu domba ( Crossland, 1977).
Di Indonesia
kerugian itu
2
berupa susutnya tenaga kerja, berat tUbuh
dan
terbuang-
nya hati yang rusak (Suweta, 1985).
Direktorat Kesehatan Hewan memperkirakan bahwa kejadian distomatosis untuk pulau Jawa sebesar 60% serta
ke-
rugian ekonomi sebesar Bp 20 milyard (Samkhan, 1985). Menurut Ressang (1984) angka infestasi rata-rata untuk
luruh wilayah_Indonesia adalah 30% pada sapi.
se-
Selanjutr
nya Edney dan Mukhlis (1962) menyatakan bahwa 25-30% sapi
dan kerbau, 6-10% domba dan kambing yang dipotong
festasi cacing hati.
terin-
Infestasi tersebut menyebabkan
pe-
nurunan bera t badan kurang lebih 50 kg tiap ekor
kerbau/
sapi dan 5 kg tiap ekor domba/kambing.
ekonomi
Kerugian
akibat fascioliasis diduga sebesar 5,0-7,0 juta k& daging
per tahun, di tambah kema tian pada sapi/kerb;;tu dan
kambing.
domba/
Hal ini menunjukkan bahwa fascioliasis sudah
rupakan problema nasional yang cukup serius
bangan peternakan
ュセ@
bagi perkem-
1
"
Informasi ten tang fascioliasis pada sapi di RPR
gor masih terbatas.
Berdasarkan kenyataan tersebut
Bomaka
dilakukan penelitian untuk mendapatkan data yang _'0tentik
tentang prosentase fascioliasis di RPH, Bogor.
Data
diharapkan akan bermanfaa t_, minimal menambah data yang
ini
エセ@
lah ada baik tentang kasus fascioliasis maupun ten tang asal hewan potbng
エ・イウG「オセ@
Selain itu penelitian ini bel:
tujuan untuk mengetahui perbedaan antara pemeriksaan tinja dengan pemeriksaan pasca mati hati, dalam hal mendiag-
3
nasa fascioliasis. serta untuk mengetahui sensi ti fi tas (kepekaan) dan spesitifitas pemeriksaan tinja secara kwalitatif dengan uji endap, dengan bukti pemeriksaan hati sapi.
II.
A.
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi
Cacing hati yang asli terdapat di Indonesia hanya Fas-
ciola gigantica, dengan induk semang antaranya siput
dari
jenis Lymnaea rubiginosa ( Suweta, 1985 ; Mukhlis, 1985 ).
Fasciola $igantica merupakan cacing
perti daun, tanpa rongga
dari bagian belakang,
エオ「ィセ@
yang besar,
pipih se-
Bagian muka lebih
besar
ujung anterior berbentuk seperti ke-
rucut.
Ukuran cacing hati bervariasi.
Fasciola
gigantica
panjangnya 25-27 mm dan lebar 12 mm ( Soulsby, 1982),
dangkammenurut Mukhlis (1985) ukuran
sa
E.
se-
panjang cacing dewa-
gigantica ialah 14-54 mm.
Telur
cacing hati
berbentuk oval,
tipis.dan transparan, berwarna kuning
permeabel.
Pada
berdinding sangat
dan
bersifat. sangat
salah satu ujung telur terdapat operkulum
yang dapa t membuka dan merupakan pintu jalan keluarnya 1cu'-va miracidium pada saat te1ur menetas.
Ukuran te1ur E. gi-
gantica, yaitu panjang 156-197.mikron dan lebar 90-104 mikron (Soulsby, 1982), sedangkan menurut Mukhlis (1985)
ran telur
E.
uku-
gigantica di Indonesia 1ebih keci1, yaitu pan-
jang 118,8-158 rnikron.dan 1ebar 66-105 mikron.
5
B.
Siklus Hidup
Cacing hati dewasa memproduksi sejumlah. besar telur
di dalam pembuluh empedu induk semang definitif.
Telur-
telur yang dihasilkan oleh.cacing hati beradadalam cairan
empedu, ikut. mengalir. ke dalam duodenum; dan keluar
bersama tinja.
tubum
c
Telur tersebut akan menetas dalam waktu 9-
10 hari pada suhu kamar (Olsen, 1962).
selanjutnya Souls-
by (1982) menyatakan bahwa kecepata tumbuh ( berkembang )
dan penetasan telur cacing hati tergantung temperatur. Telur
E.
gigantica akan menetas dalam waktu 17 hari ( Chris-
tensen et al., 19?6).
Pada temperatur yang lebih
rendah
penetasan telur berlangsung lebih lama, pada suhu IOoe tidak menetas.
Telur yang menetas menghasilkan miracidium.
dium dapa.t hidup bebas selama 24-25 jam.
Miracidium
melekat pada bagian.lunak siput yang cocok dan
papillanya.
Niraciakan
menusukkan
Jaringan siput dilunakkan dan dihancurkan de-
ngan bantuan enzym protease.
Dalam proses penembusan
itu
maka kulit, lapisan epidermis dan rambut getar akan ditan&
galkan sehingga miracidium berubah menjadi sporokista.
Beberapa hari kemudian, di dalam tubuh sporokista teL
bentuk redia dari gumpalan sel pertumbuhan.
Karena pecah-
nya sporokista, maka redia akan bebas dan secara aktif beL
pindah tempat menuju hati dan pankreas dari siput.
Dalam
waktu kira-kira dua minggu, lahir redia generasi kedua.
rセ@
6
dia terakhir ini, dalam waktu kira-kira satu bulan setelah
infestasi miracidium, akan melahirkan larva tipe baru yang
disebut serkaria (Soulsby, 1982).
Serkaria secara
aktif
dimana
akan keluar dari tubuh siput untuk mencari tempat
ia dapat melekatkan diri, yaitu rumput-rumput, tanaman air
atau permukaan batu.
Seluruh proses dari mulai miracidium
6 - 7
masuk siput sampai serkaria keluar memerlukan waktu
minggu (Georgi, 1974).
Kemudia.n serkaria melepaskan ekor-
nya dan membungkus dirinya menajadi kista. Pembentukan ki§
ta ini untuk melindungi serkaria, yang sekarang
「・イョ。ュセ@
ュセ@
taserkaria terhadap pengaruh buruk dari luar, misalnya kekeringan.
Metaserkaria merupakan stadium yang infektif.
Infestasi cacing terjadi ketika induk semang definitif makan rumput atau tanarnan lain atau minum air yang mengandung metaserkaria.
Cairan usus akan menghancurkan diQ
ding metaserkaria, sehingga keluar cacing hati muda (immature stage).
Cacing hati muda ini secara aktif
menembus
kapsul hati, parenkhim hati dan akhirnya sampai ke saluran
empedu, dimana mereka mencapai dewasa kelamin dan
duksi sejumlah telur yang keluar bersarna tinja
lapangan.
cacing hati
mempromencernari
hidup
Waktu yang diperlukan dalam satu siklus
セ@
5 bulan (Soulsby, 1982).
Daur hidup
E.
gigantica sarna dengan daur hidup
E.
he-
patica, yang berbeda hanyalah induk semang antaranya, yaitu E. hepatica menggunakan siput Lymnaea truncatula (
'EFC-·
(1)
セ_@
セMᆳ
,
---------
7
b
c
,
I
\
I
\
I
I
Gambar 1.
Siklus Hidup Fasciola hepatica (Olsen, 1962)
Keterangan :
1. Sapi sebagai induk semang utama
2. Kelinci sebagai host reservoir
3. Siput sebagai hospest intermedier
4. Metaserkaria pada tanaman air/rumput
a. cacing hati dewasa pada saluran empedu
b. telur yang belum berembrio pada saluran empedu
c. telur bercampur dengan feses
d. telur baru keluar dari induk semang definitif
e. telur yang berkembang di dalam air
f. miracidium menusuk bagian lunak siput
g. sporokista
h) sporokista mengandung redia
i. redia generasi_I j) redia generasi II
k. serkaria bebas di air 1) metaserkaria di rumput air
m. metaserkaria sudah mengalami perkembangan
n. cacing hati muda di paru-paru
pa, Asia, Amerika), Lymnaea tomentosa (Australia) nan Fasciola gigantica menggunakan siput Lymnaea auricularia
(Soulsby, 1982).
Sedangkan di Indonesia, cacing hati
、ゥウセ@
barkan oleh siput jenis Lymnaea rubigonosa (Mukhlis,1985).
Untuk lebih jelasnya siklus hidup cacing hati dapat
dili-
hat pada Gambar 1.
c.
Patogenesa
Caeing hati muda (immature) merusak parenkhim haU
ウセ@
hingga menyebabkan terbentuknya jartngan ikat sebagai peng
ganti jaringan yang yang telah rusak.
Kerusakan pe.renkhim
hati ini terjadi seeara perlahan-lahan dan menyebabkan te£
jadinya sirrosis hati.
Penyumbatan ini menyebabkan
ikte-
rollS dan metabolisme terjadi seeara tidak sempurna.
Infestasi yang hebat dan akut dapat menyebabkan perobekan kapsula hati dan perdarahan dalam ruang
(Soulsby, 1982).
peritoneum
Kerusakan hati akan mengakibatkan
an sekresi empedu.
ァ。ョセ@
Pengaruh selanjutnya adalah penurunan
kondisi tubuh, kekurangan darah, turunnya berat badan serta terganggunya
penyerapan lemak
melalui usus halus, dan
menimbulkan diare.
Caeing
hati mengeluarkan
suatu toksin yang bersifat
hemolitik, sehingga banyak eritrosit dihancurkan (Direktorat Kesehatan Hewan, 1980 ; Haround dan Gameel, 1986).
dangkan Contreas (19'16) menyatakan bahwa eaeing hati
dapat mempengaruhi sirkulasi darah foetus.
sセ@
muda
9
D.
Gejala Klinis
Pada hewan dewasa gejala. klinis tidak selarnanya jelas,
sedangkan pada hewan muda tidak dapat dibedakan dari gejala
infestasi
cacing lainnya.
Bentuk akut pada sapi mempunyai
ciri-ciri gangguan pencernaan yaitu adanya konstipasi
jelas, kadang-kadang mencret.
anemia.
yang
Hewan cepat kurus, lernah dan
Menurut Blood et al (1981) pada
bentuk akut kema-
tian terjadi sangat cepat, biasanya kurang dari 48 jam.
tapi kema tian Ie bih banyak ter jadi selama 2-3 minggu.
tセ@
Se-
lanjutnya Taylor (1964) mengemukakan bahwa fascioliasis ben
tuk akut pada sapi jarang ter jadi dan bila c.da maka ke.ma tian biasanya setelah 1-2 minggu.
Pada sapi muda sering "ada
gejala syaraf, yaitu eksitasi, kejang dan lain sebagainya.
Hal ini mungkin disebabkan oleh toksin dari cacing hati.
Bentuk khronik pada sapi berupa penurunan
tas dan
pertumbuhan yang
terhambat pada anak-anak
(Direktorat Kesehatan Hewan,
E.
produktifihewan
セYXPIN@
Perubahan Patologi Anatomi
Pada kasus akut ditemukan pembendungan dan pembengka-
kan hati, bercak-bercak warna merah (ptechie) baik pada pe£
mukaan maupun pada sayatan.
Kantong empedu dan usus berda-
rah (Direktorat Kesehatan Hewan, 1980).
Sedangkan
Ressang
(1984) menyatakan adanya kelainan-kelainan .yang berupa
pa ti tis dis toma tosa.
he-
10
Saluran empedu pada kasus yang khronik dind:Lngnya menebal, mengandung parasit dan sering pula mengandung batu.
Disamping itu ditemukan pula anemia, kurus,hidrothorax dan
hydropericard, degenerasi lemak dan sirrosis hati (DirektQ
rat Kesehatan Hewan, 1980).
Selanjutnya Blood et al (1981)
dan Ressang (1984) menyatakan bahwa pada kasus fascioliasis
yang khronik terjadi penebalan pembuluh empedu terutama P.a
da lobus ventralis ha ti.
dan membesar karena
Saluran-saluran
empedu: menebal
pertumbuhan.jaringan ikat
serta hati
bengkak karena blokade oleh cacing hati.
F.
Epidemiologi Cacing Hati
Fascioliasis umumnya menyerang ternak ruminansia, te£
utama sapi, kerbau, domba dan kambing.
sapi dan kerbauterutama disebabkan oleh
Fascioliasis
I.
pada
gigantica
se-
dangkan pada domba dan kambing terutama disebabkan oleh
I.
hepatica (Cawdery et al., 1977 ; Lee dan Omar, 1986).
Suweta (1985) berpendapa t bahwa faktor _. f8ktor
yanK
berperan di dalam epidemiologi fascioliasis adalah :
1.
Luasnya wilayah penyebaran telur cacing hati di lapang
an oleh pencemaran ternak peliharaan dan binatang
me-
nyusui lainnya.
2.
Kondisi lingkungan tempat tersebarnya telur cacing.
3.
Penyebaran siput hospes intermedier di le.pangan dan s1.
tuasi/kondisi lapangan tempat tersebarnya siput.
11
4.
Tingkat perkembangan cacing di dalam tubuh siput
dan
jumlah serkaria yang dapat berkembang sampai siap keluar tubuh siput.
5.
Jumlah serkaria dan kondisi lapangan tempat tersebarnya serkaria.
6.
Cara menggembalakan ternak.
Hewan-hewan reservoir, seperti kelinci dan siput
ィッセ@
pes intermedier (Olsen, 1962) memegang peranan penting di
dalam penyebaran telur cacing hati di lapangan. Mengingat
bahwa siput hospes in;termedier
E.
gigantica mutlak membu-
tuhkan air tergenang untuk hidupnya, maka kurun waktu pemakaian air pada lahan sawah dan keadaan .irig
sar 81% dan ketidakcocokan sebesar 19%.
3.
Berdasarkan penelitian ini diduga bahwa peluang tersem
bunyinya data adalah 19%.
4.
Pemeriksaan tinja dengan metode endap untuk mendiagnosa
fascioliasis
mempunyai kesensitifitas
dan spesifisi tas 100%.
sebesar 68,85%
Sehingga bila tidak
di temuka.n
telur Fasciola.sp. pada pemeriksaan tinja (secara kwalitatif), belum tentu
、。ャセュ@
mengandung cacing hati.
hati hewan tersebut
tidak
24
B.
Saran-saran
Sehubungan dengan tingginya prevalensi
fascioliasis
pada papi-sapi potong di Rumah Potong Hewan Kotamadya
gor, serta rendahnya kepekaan Csensitifitas)
Bo-,
pemeriksaan
tinja (secara kwalitatif) dengan metode endap yang
sering
digunakan untuk mendiaginosa fascioliasis di lapangan, maka penulis dapat memberikan saran-saran:
1.
Memotong siklus hidup cacing hati dengan cara mengadakan pemberantasan terhadap siput sebagai induk semangantara.
2.
Memberikan bimbingan dan penyuluhan
kepada' .pet'ernak
tentang penyakit ternak, cara pencegahan serta manajemen (tata laksana) peternakan yang baik.
3.
Perlu dipilih metode pemeriksaan tinja yang
sensitifitas yang lebih tinggi,
mudah
mempunyai
digunakan
mampu mendeteksi telur cacing baik kwantitatif
dan
maupun
kwali ta tif.
4.
Perlu dilakukan suatu penelitian yang lebih
mendetail
untuk mendapatkan interpretasi berat ringannya penderi
ta akibat infestasi cacing hati dengan jumlah
sampel
yang lebih mewakili serta daerah asal ternak harus jelas diketahui sebagai pedoman dalam rangka pengendalipenyakit.
VI.
Armitage, P.
search.
DAFTAR PUS TAKA
1973. statistical Methode in
John Wiley and Sons. New York
Medical Re-
433 - 435.
Arifin dan Sudarmono. 1982. Parasit Ternak dan Capa-cara
Penanggulangannya. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Blood, D.C., Henderson, J.A. and Rododtits, O.M. 1981. vセ@
teririary Medicine. A Texbook of The Diseases of Cati
le, Sheep, Pigs and Horse. 5th. Ed. Bailliere Tindal.
London.
Boray. 1964. Studies on The Ecology of Lymnaea tomentosa,
The intermediate Host of Fasciola ィ・セ。エゥ」N@
History,
Geographical DJstribution and Environment. dalam Suweta, P. 1985. Kerugian Ekonomi oleh Cacing Hati ーセ@
da Sapi. Alumni.
Bandung.
,
'
Cawdery, M.J.H, K.L. Stricland, A. Conway, and P.J.,Cowl.
1977. Production Effects of Liver Fluke in セ。エャ・N@
The Effects of Infection on Life Weight Gain Fed Intage and Food Conversion Efficiency in Beef
Cattle.
Br. Vet. J. 133 ; 145 - 159.
Christensen, N.Q., P. Namsen, and F. Frendsen. 1976. The
Influence of Temperature on The Infectivity of Fasciola hepatica Miracidie to Lymnaea truncatula. The J.
of Parasit (62) ; 5. 698 - 701.
Contreas, B. 1976. Abortion due to Fascioliasis in Herd
of Venuzuelan Cattle. Vet. Med. 2ev. 3 ; 77 - 88.
Crossland, N.O.J. 1977. The Effects of Control Fascioliasis Chronic on The Productivity of Sheep. Br. Vet.
J. 133; 179 - 181.
Direktorat Kesehatan Hewan. 1980. Pedoman
Pengendalian
Penyaki t Hewan J'Jenular, Jilid II. Direktorat Jendral
Peternaka:n. Departemen Pertanian, Jakarta ; 106-114.
Edney, J.M. and i1ukhlis, A. 1962. Fascioliasis in Indone
sia Livestock. Communicationes Veterinariae II ; 4962.
Georgi, J.H. 1974. Parasitology for Veterinarians. 2nd.
Ed. 'W.B. Sounder Comapany. Phyladelphia. London
164 - 215.
26
Haround, E.M., and A.A. Gameel. 1986. studies on Natural.
ly Occuring Ovine Fascioliasis in The Sudan. J. of.
Helminthologi 60 ; 47 - 53.
Kendall, S.B. and J.W. Parfitt. 1975. Chemotherapy
of
Infec hon with Fasciola hepatica in Cattle. vet .. Rec .
97 ; 9 - 12.
Lee, C.C., and A.R. Shekh-Omar. 1986. Fasciola gigantica
Cobbold, 1885 in Goats in Selangor, Weast Malaysia.
Kajian Veteriner 18(2) ; 199 - 201.
Mukhlis, A. 1985. Identitas Cacing Hati ( Fasciola sp )
dan Daur Hidupnya di Indonesia. Disertasi IPB.
Olsen, O.W. 1962. Animal Parasites Their Biology and Life Cycles. Burgess Publishing Company. Minnesota
126 - 129.
Putra, A.A.G., dan Gunawan, M.
si Cacing Hati pada Sapi.
Jakarta ; 35 - 39.
1982. Penyidikan InfestaDirektorat Kesehatan Hewan.
Ressang, A.A. 1984. Patologi Khusus
Riset Nasional RI ; 561 - 563.
Veteriner.
Urusan
Samkhan. 1985. Kejadian Distomatosis pada Sapi-sapi yang
Dipotong di Rumah Potong Hewan Sura baya serta Peme+riksaan Histopatologi pada Hati yang terifeksi. Bull.
Lab. Vet. 1 (5).
Soulsby, E.J.L. 1982. Helminths, Anthropods and Protozoa
of Domesticated Animals. 9th. Ed. Lea and Febiger.
Sudjana. 1986.
282 - 284.
Suweta, P.
Sapi.
J';etode
Statistika.
Tarsito.
Bandung
1985. Kerugian Ekonomi oleh Cacing Hati pada
Alumni. Bandung.
Taylor, E.J. 1964. Fascioliasis and The
FAO Agriculture Studies no. 64. Roma.
Liver
Fluke.
Wargadipura, E., dan Rumawas, W. 1976. Dovenix sebagai
Fasciolidae dan Haemonchisidae. Remera Zoa 69(1).
LAM P I RAN
28
Lampiran 1.
Jadwal Pemeriksaan Pasca Mati' Hati dan
Tinja Terhadap Fasciola sp. di Rumah PQ
tong Hewan Kotamadya Bogor
NO
Tanggal
Jenis Hewan
1
2
3
28-2-87
28-2-87
28-2-87
28-2,"87
28-2-87
28-2-87
1-3':'87
1-3-87
1-3:"87
1-3-87
1-3-87
1-3-87
1-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
Sapi
Sapi
Sapi
Sa pi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sa pi
Sapi
Sa pi
Sa pi
Sapi
Sa pi
Sapi
Sapi
Sa pi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PM Hati
Tinja
Keterangan
+
cocak
cacak
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cacak
tidak cacak
cocak
cocok
cocok
cacok
cacok
cacok
tidak cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cacak
cocak
cacak
cacok
cocok
cocok
cocok
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
29
Lampiran 1.
No
Tanggal
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
27-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
4-4-87
4-4-87
4-4-87
4-4-87
4-4-87
4-4-87
til
4-4-87
4-4-87
4-4-87
4-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5- 1+-87
11-4-87
11-4-87
42
43
Lf4
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
セMTXW@
Lanjutan
Jenis Hewan
Sapi
SRpi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
SRpi
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
Sapi
Sapi
Sal'i
Sapi
Sapi
Sapi
PO
PO
PO
PO
PO
PO
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PM Hati
Tinja
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Keterangan
coc ok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
tidak cocok
cocok
tida.k cocok
cocok
cocok
tidak cocok
cocok
cocok
tidak cocok
tidak cocok
cocok
tidBk cocok
cacak
30
Lampira n 1.
No
Tangga1
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
12-1+-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
17-4-87
17-L+-87
17-4-87
17-1+-87
17-4-87
17-4-87
17-4-87
17-4-87
17-4-87
71
72
73
74
75
76
77.
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Lanj u tan
Jenis Hewan ! ·PM Hati
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Tinja
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Keterangan
Tidak
cocok
tidak
cocok
cocok
tidak
tidak
tidak
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
tidak
cocok
cocok
tidak
cocok
tidak
cocok
cocok
tidak
cocok
tidak
cocok
cocok
cocok
tidak
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
COCOk
31
Lampiran 1.
Lanjutan
No
Tanggal
Jenis Hewan
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
17-4-87
17-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sapi PO
PM Hati
Tinja
Keterangan
+
+
cocok
cocok
tidak cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Dari Lampiran 1 diatas terlihat yang cocok 81%, terdiri dari cocok positif 42% dan cocok negatif 39%.
Sedangkan ketidakcocokan sebanyak 19%, yaitu di dalam hati
ditemukan cacing hati, sedangkan pada pemeriksaan
tinja
tidak ditemukan telur cacing hati tersebut.
32
Lampiran 2.
Jumlah Pemotongan dan Asal Sapi-Sapi
yang Dipotong di RPHKotamadya Bogor
Tanggal Pemeriksaan
28 Februari 1987
1 - Maret
Jumlah Pemotongan
(ekor)
Asal Sa'pi
(secara umum)
36
Madiun, Bojone-
1987
28
goro, Magetan
22
Maret
1987
25
Pekalongan
27
Maret
1987
25
Tambun
4 April
1987
34
Pati
5 April
1987
34
11
April
1987
34
12
April
1987
34
17
April
1987
33
26
April
1987
34
Sumeer
Catatan Harian Jumlah Pemotongan Sapi di Rumah Potong Hewan Kotamadya Bogor
33
Lampiran 3.
Analisa statistika Hubungan Pemeriksaan Tinja
dengan Bukti Pemeriksaan Pasca J1at:il Hati untuk J1endiagnosa Fascioliasis
jumlah
Posi tif
Fasciola
Negatif
Fasciola
Pemeriksaan Pasca Mati Hati
61
39
100
Pemeriksaan Tinja.
42
58
100
103
97
200
Jumlah
H
Pemeriksaan Pasca Mati Hati dan Pemeriksaan Tinja saling independen
A
Pemeriksaan Pasca J1ati Hati dan Pemeriksaan Tinja tidak saling Independen
·X2
=
200 ( 61X58 - 39X42 - 1/2X200 )
100 X 100 X 103 X 97
=
6,48
Untuk taraf nyata 0,05 dan dk = 1, maka X2 0,95(1) =
2
= 6,63. Se3,84. Pada taraf nyata 0,01 maka X , cセHャI@.... :;:1 \
°
hingga tidak dijumpai adanya suatu perbedaan yang berarti
an tara adanya Fasciola sp. dalam hati dan ditemukannya telur cacing hati pada pemeriksaan tinja dengan metode endap
2
2
(X )-X O,95(l)).
f
34
Gambar 2.
Hati bebas dari Infestasi Fasciola sp.
J\ii,1
Gambar 3.
GセB@
Penebalan (*) Pembuluh Empedu Akibat
Fascioliasis Khronis
\I
Binatang yang merayap di bumi dan
burung yang terbang dengan dua ウセ@
yapnya adalah makhluk Allah sepe£
ti kamu. Tidaklah:Kami· a baikan
suatu jua pun, kemudian mereka di
kembalikan kepada Tuhannya 11
( QS. Al An'Aam
38)
Kupersembahkan untuk :
Ibu dan Ramanda tercinta; adit
adikku Dedy, Atok, Lilies tersayang; guru-guruku yang kukagumi serta rekan-rekan dan Almamaterku tercinta.
FASCIOLIASIS PADA SAPI< POTONG
DI RUMAH PO TONG HEWAN KOTAMADYA BOGOR
Oleh
EM MY IRADNI
B 20. 0447
FAKUL TAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1988
RINGKASAN.
Ef·lMY. lRADNI.
Fascioliasis pacta Sapi Potong di Rumah
tong Hewan Kotamadya Bogor.
Po-
(Dibawah bimbingan Dr.H.SUPAN
KUSUMAMlHARDJA, MSc ).
Untuk mengetahui kejadian fascioliasis pada sapi-sapi
yang dipotong di Rumah Potong Hewan Bogor, maka
dilakukan
pemeriksaan pasca mati hati dan tinja
ekor sapi
yang dipotong di RPR Bogor.
pada 100
Penelitian dilaksanakan sela-
ma dua bulan, sejak 28 Februari 1987 sampai dengan 26
ril 1987.
Sampel tinja diambil secara langsung dari
Aprek-
tum atau yang baru keluar, dimasukkan ke dalam plastik dan
diberi keterangan.
Selanjutnya diperiksa di
Laboratorium
Helminthologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogar.
pemeriksaan tinja dilakukan dengan uji endap.
Cara
Diperiksa
dibawah mikroskop denga.n pembesaran 10 X dan 40 X ( secara
kwalitatif).
Sedangkan pemeriksaan pasca mati hati
dila-
kukan pada sapi yang sarna, dengan jalari membuat sayatan
cara vertikal pada bagian yang panjang satu saYatan,
ウセ@
dan
dua sayatan pada lobus yang pendek secara horisontal untuk
melihat apakah ada cacing hati atau tidak.
Perbedaan hasil pemeriksaan· pasca mati hati dan pemeriksaan tinja diuji dengan uji Chi-kuadrat, yaitu
metode
khusus untuk daftar kontingensi 2 X 2, dimana pemeriksaan
pasca mati hati sebagai faktor I dan pemeriksaan
bagai faktor II.
Sedangkan sensitifitas pemeriksaan tin-
ja secara kwalitatif dengan metode endap menggunakan cara
menurut Armitage (1973).
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari
100
sapi
yang diperiksa, 61 sapi atau 61% positif fascioliasis menurut pemeriksaan pasca mati hatt, sedangkan menurut
meriksaan tinja hanya 42 sapi atau 42% yang positif
pefas-
cioliasis.
Tidak dijumpai suatu perbedaan yang berarti
pemeriksaan tinja dengan uji endap dibandingkan
2
saan pasca mati hati ( X
> X2 0,95(1».
antara
pemerik-
Sensitifitas
meriksaan tinja secara kwalitatif dengan metode endap
68,85%
besar
dan spesitifitas
peウ・セ@
100%.
Sebab-sebab perbedaan persentase hasil pemeriksaan
ha ti dengan hasil pemeriksaan tinja telah dibahas
lunya.
seper-
FASCIOLIASIS PADA SAPI POTONG
DI RUMAR POTONG REWAN KOTAMADYA BOGOR
oleh
EMMY
IRADNI
B 20.0447
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dokter Rewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
FAKULTAS KEDOKTERAN REWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOn
1988
Judul Skripsi
FASCIOLIASIS PADA SAPI PO TONG
DI RUMAH PO TONG HEWAN KOTAMADYA BOGOR
Nama Mahasiswa
EMMY lRADNI
Nomor Pokok
B 20.0447
Te1ah diperiksa dan disetujui
Dosen Pembimbing,
Dr. H.
Kusumamihard 'a
NIP:
130176913 .
.
MSc
RIWAYAT HIDUP
Penu1is di1ahirkan pada tangga1
27 - Oktober
1964
di
Bangka1an-Madura dari Ibunda Djoeharijah dan Ramanda Slamet.
Penu1is merupakan anak pertama dari empat bersaudara,
dua
orang putri dan dua orang putra.
Penu1is memu1ai pendidikannya pada Taman Kanak - Kanak
Segar pada tahun 1970.
Kemudian me1anjutkan ke Seko1ah Da-
sar Negeri Demangan pada tahun 1971 sampai tahun 1976,
Se-
ko1ah Menengah Pertama Negeri II pada tahun 1977 sampai tahun 1981, dan Seko1ah Menengah Atas Negeri I pada tahun 1981
sampai tahun 1983.
Kesemuanya bertempat di Bangka1an.
Pada tahun 1983 penu1is mendapat kesempatan
kan ku1iah di Institut Pertanian Bogor me1a1ui
rintis II.
me1anjutProyek
Pe-
Kemudian pada tahun 1984 terdaftar sebagai
ma-
hasiswi di Faku1tas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
gor.
BQ
Penu1is berhasi1 menye1esaikan pendidikan Sarjana Ke-
dokteran Hewan pada tangga1 14 Ju1i 1987.
KAT A PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah, perrulis panjatkan
ke
hadirat
Allah S.W.T. atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian, dan
di
susun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir
Dokter Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Dengan selesainya skripsi ini penulis
ingin menyam-
paikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Bapak Dr. H. Supan Kusumamihardja, MSc., selaku dosen
pembimbing yang
telah banyak membantu, memberi saran
dan pengarahan kepada penulis.
2.
Bapak Drh. Asrul Makmur beserta staf di RPH yang
tu-
rut membantu selama melakukan penelitian.
3.
Bapak pengelola ruang laboratorium Helminthologi yang
turut membantu selama melakukan penelitian.
4.
Bapak dan rbu pengelola ruang perpustakaan yang ada di
Kabupaten Bogor.
5.
Seluruh keluarga yang senantiasa mendoakan dan membuka
jalan menuju kesuksesan.
6.
Rekan-rekan tercinta di kampus dan semua pihak yang tu
rut membantu dengan tulus.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari
sempurna, saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini di
masa mendatang akan sangat penu1is hargai.
Akhir kata se-
moga apa yang ada da1am skrippi ini dapat bermanfaat
bagi
semua pihak yang membacanya.
Bogar, Februari 1988
Penu1is
DAFTAR lSI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
vi
......................................................
vii
DAFTAR GA}lBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
r.
.........................................................
PENDAHULUAN
.......................................................
II .
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR LAMPlRAN
A.
B.
C.
D.
E.
Morfologi
1
........................................ .
4
. ............................................ .
......................................... .
4
5
Binatang yang merayap di bumi dan
burung yang terbang dengan dua ウセ@
yapnya adalah makhluk Allah sepe£
ti kamu. Tidaklah:Kami· a baikan
suatu jua pun, kemudian mereka di
kembalikan kepada Tuhannya 11
( QS. Al An'Aam
38)
Kupersembahkan untuk :
Ibu dan Ramanda tercinta; adit
adikku Dedy, Atok, Lilies tersayang; guru-guruku yang kukagumi serta rekan-rekan dan Almamaterku tercinta.
FASCIOLIASIS PADA SAPI< POTONG
DI RUMAH PO TONG HEWAN KOTAMADYA BOGOR
Oleh
EM MY IRADNI
B 20. 0447
FAKUL TAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1988
RINGKASAN.
Ef·lMY. lRADNI.
Fascioliasis pacta Sapi Potong di Rumah
tong Hewan Kotamadya Bogor.
Po-
(Dibawah bimbingan Dr.H.SUPAN
KUSUMAMlHARDJA, MSc ).
Untuk mengetahui kejadian fascioliasis pada sapi-sapi
yang dipotong di Rumah Potong Hewan Bogor, maka
dilakukan
pemeriksaan pasca mati hati dan tinja
ekor sapi
yang dipotong di RPR Bogor.
pada 100
Penelitian dilaksanakan sela-
ma dua bulan, sejak 28 Februari 1987 sampai dengan 26
ril 1987.
Sampel tinja diambil secara langsung dari
Aprek-
tum atau yang baru keluar, dimasukkan ke dalam plastik dan
diberi keterangan.
Selanjutnya diperiksa di
Laboratorium
Helminthologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogar.
pemeriksaan tinja dilakukan dengan uji endap.
Cara
Diperiksa
dibawah mikroskop denga.n pembesaran 10 X dan 40 X ( secara
kwalitatif).
Sedangkan pemeriksaan pasca mati hati
dila-
kukan pada sapi yang sarna, dengan jalari membuat sayatan
cara vertikal pada bagian yang panjang satu saYatan,
ウセ@
dan
dua sayatan pada lobus yang pendek secara horisontal untuk
melihat apakah ada cacing hati atau tidak.
Perbedaan hasil pemeriksaan· pasca mati hati dan pemeriksaan tinja diuji dengan uji Chi-kuadrat, yaitu
metode
khusus untuk daftar kontingensi 2 X 2, dimana pemeriksaan
pasca mati hati sebagai faktor I dan pemeriksaan
bagai faktor II.
Sedangkan sensitifitas pemeriksaan tin-
ja secara kwalitatif dengan metode endap menggunakan cara
menurut Armitage (1973).
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari
100
sapi
yang diperiksa, 61 sapi atau 61% positif fascioliasis menurut pemeriksaan pasca mati hatt, sedangkan menurut
meriksaan tinja hanya 42 sapi atau 42% yang positif
pefas-
cioliasis.
Tidak dijumpai suatu perbedaan yang berarti
pemeriksaan tinja dengan uji endap dibandingkan
2
saan pasca mati hati ( X
> X2 0,95(1».
antara
pemerik-
Sensitifitas
meriksaan tinja secara kwalitatif dengan metode endap
68,85%
besar
dan spesitifitas
peウ・セ@
100%.
Sebab-sebab perbedaan persentase hasil pemeriksaan
ha ti dengan hasil pemeriksaan tinja telah dibahas
lunya.
seper-
FASCIOLIASIS PADA SAPI POTONG
DI RUMAR POTONG REWAN KOTAMADYA BOGOR
oleh
EMMY
IRADNI
B 20.0447
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dokter Rewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
FAKULTAS KEDOKTERAN REWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOn
1988
Judul Skripsi
FASCIOLIASIS PADA SAPI PO TONG
DI RUMAH PO TONG HEWAN KOTAMADYA BOGOR
Nama Mahasiswa
EMMY lRADNI
Nomor Pokok
B 20.0447
Te1ah diperiksa dan disetujui
Dosen Pembimbing,
Dr. H.
Kusumamihard 'a
NIP:
130176913 .
.
MSc
RIWAYAT HIDUP
Penu1is di1ahirkan pada tangga1
27 - Oktober
1964
di
Bangka1an-Madura dari Ibunda Djoeharijah dan Ramanda Slamet.
Penu1is merupakan anak pertama dari empat bersaudara,
dua
orang putri dan dua orang putra.
Penu1is memu1ai pendidikannya pada Taman Kanak - Kanak
Segar pada tahun 1970.
Kemudian me1anjutkan ke Seko1ah Da-
sar Negeri Demangan pada tahun 1971 sampai tahun 1976,
Se-
ko1ah Menengah Pertama Negeri II pada tahun 1977 sampai tahun 1981, dan Seko1ah Menengah Atas Negeri I pada tahun 1981
sampai tahun 1983.
Kesemuanya bertempat di Bangka1an.
Pada tahun 1983 penu1is mendapat kesempatan
kan ku1iah di Institut Pertanian Bogor me1a1ui
rintis II.
me1anjutProyek
Pe-
Kemudian pada tahun 1984 terdaftar sebagai
ma-
hasiswi di Faku1tas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
gor.
BQ
Penu1is berhasi1 menye1esaikan pendidikan Sarjana Ke-
dokteran Hewan pada tangga1 14 Ju1i 1987.
KAT A PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah, perrulis panjatkan
ke
hadirat
Allah S.W.T. atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian, dan
di
susun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir
Dokter Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Dengan selesainya skripsi ini penulis
ingin menyam-
paikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Bapak Dr. H. Supan Kusumamihardja, MSc., selaku dosen
pembimbing yang
telah banyak membantu, memberi saran
dan pengarahan kepada penulis.
2.
Bapak Drh. Asrul Makmur beserta staf di RPH yang
tu-
rut membantu selama melakukan penelitian.
3.
Bapak pengelola ruang laboratorium Helminthologi yang
turut membantu selama melakukan penelitian.
4.
Bapak dan rbu pengelola ruang perpustakaan yang ada di
Kabupaten Bogor.
5.
Seluruh keluarga yang senantiasa mendoakan dan membuka
jalan menuju kesuksesan.
6.
Rekan-rekan tercinta di kampus dan semua pihak yang tu
rut membantu dengan tulus.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari
sempurna, saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini di
masa mendatang akan sangat penu1is hargai.
Akhir kata se-
moga apa yang ada da1am skrippi ini dapat bermanfaat
bagi
semua pihak yang membacanya.
Bogar, Februari 1988
Penu1is
DAFTAR lSI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
vi
......................................................
vii
DAFTAR GA}lBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
r.
.........................................................
PENDAHULUAN
.......................................................
II .
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR LAMPlRAN
A.
B.
C.
D.
E.
Morfologi
1
........................................ .
4
. ............................................ .
......................................... .
4
5
......................................... .
8
..
.
Siklus Hidup
Patogenesa
..
Gejala Klinis
9
............ .
9
.................. .
10
11
.........................................
14
F.
PerubCl.han Pa tologi Ana tomi
Epidemiologi
G.
Pengendalian Penyakit
III.
BAHAN DAN METODE
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.
xii
.
.
17
.....................................
23
A.
Kesimpulan
23
B.
Saran-saran
24
..........................................
...................................................
DAFTAR PTJSTAKA
25
LAMPIRAN
27
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Teks
l.
Siklus Hidup Fasciola hepatica (Olsen, 1962)
2.
Hati bebas dari Infestasi Fasciola sp.
34
3.
Penebalan Pembuluh Empedu Akibat Fascioliasis Khronis
..••................•........
34
7
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
Teks
1.
Hasil Diagnosa Fa.scio1iasis pada Sapi
Potong di Rumah Potong Hewan Kotamadya
.......................................................... ..
17
Sensitifitas dan Spesifisitas Pemeriksaan Tinja dengan Metode Endap dibandingkan Pemeriksaan Hati
•..........
20
Bogar
2.
DAFTAR L.AMPlRAN
Lampiran
Halaman
Teks
1.
2.
Jadwal Pemeriksaan Pasca Mati Hati dan
Tinja terhadap Fasciola sp. di Rumah
Po tong Hewan kッエ。セ、ケ@
Bogor
.•....•
Jumlah Pemotongan dan Asal Sa pi - sapi
yang Dipotong di Rumah Potong Hewan KQ
tamadya Bogar
3.
............................. .
28
32
Analisa Statistika Hubungan Pemeriksaan Tinja dengan Bukti Pemeriksaan Pasca Mati Hati untuk Mendiagnosa Fascioliasis
..................................... ..
33
I.
PENDAHULUAN
Peningkatan produksi dan'reproduksi ternak akan tercapai secara optimal bila disertai
cara efektif, terutama penyakit
siter.
pengendalian penyakit semenular dan penyakit para-
Diantara penyakit parasiter
gian akonomi yang cukup berarti
yang menimbulkan keru-
adalah gangguan cacing ha-
ti pada kerbau, sapi, domba dan kambing. Prosesnya berlangsung lamban, berupa gangguan
fungsi fisiologi
hati akibat
perubahan struktur jaringan hati.
Fascioliasis atau liver fluke disease (LFD) atau
dis-
tomatosis atau liver rot adalah suatu penyakit akibat adanya hepatitis parenkhimatosa
khronik yang di tandai
oleh
akut
suatu kholangitis
penurunan bera t badan, anemia,
dan udema yang disebabkan oleh
gigantica.
dan
Fasciola
nepatica atau
E.
Di Indonesia penyaki t ini pada umumnya disebab-
kan_oleh_K. gigantica, sedangkan K. hepatica menjadi penyebab fascioliasis
hanya pada
sapi-sapi
impor ( Arifin dan
Sudarmono, 1982 ).
Penyakit ini
mempunyai pengaruh
dang ekonomi, karena berat
run dengan drastis, demikian
dapat menimbulkan kematian.
penting di dalam bi-
badan hewan penderita dapat tujuga produksi susunya, bahkan
Dilaporkan di Australia, bahwa
fascioliasis mengakibatkan penurunan kwalitas dan kwantitas
bulu domba ( Crossland, 1977).
Di Indonesia
kerugian itu
2
berupa susutnya tenaga kerja, berat tUbuh
dan
terbuang-
nya hati yang rusak (Suweta, 1985).
Direktorat Kesehatan Hewan memperkirakan bahwa kejadian distomatosis untuk pulau Jawa sebesar 60% serta
ke-
rugian ekonomi sebesar Bp 20 milyard (Samkhan, 1985). Menurut Ressang (1984) angka infestasi rata-rata untuk
luruh wilayah_Indonesia adalah 30% pada sapi.
se-
Selanjutr
nya Edney dan Mukhlis (1962) menyatakan bahwa 25-30% sapi
dan kerbau, 6-10% domba dan kambing yang dipotong
festasi cacing hati.
terin-
Infestasi tersebut menyebabkan
pe-
nurunan bera t badan kurang lebih 50 kg tiap ekor
kerbau/
sapi dan 5 kg tiap ekor domba/kambing.
ekonomi
Kerugian
akibat fascioliasis diduga sebesar 5,0-7,0 juta k& daging
per tahun, di tambah kema tian pada sapi/kerb;;tu dan
kambing.
domba/
Hal ini menunjukkan bahwa fascioliasis sudah
rupakan problema nasional yang cukup serius
bangan peternakan
ュセ@
bagi perkem-
1
"
Informasi ten tang fascioliasis pada sapi di RPR
gor masih terbatas.
Berdasarkan kenyataan tersebut
Bomaka
dilakukan penelitian untuk mendapatkan data yang _'0tentik
tentang prosentase fascioliasis di RPH, Bogor.
Data
diharapkan akan bermanfaa t_, minimal menambah data yang
ini
エセ@
lah ada baik tentang kasus fascioliasis maupun ten tang asal hewan potbng
エ・イウG「オセ@
Selain itu penelitian ini bel:
tujuan untuk mengetahui perbedaan antara pemeriksaan tinja dengan pemeriksaan pasca mati hati, dalam hal mendiag-
3
nasa fascioliasis. serta untuk mengetahui sensi ti fi tas (kepekaan) dan spesitifitas pemeriksaan tinja secara kwalitatif dengan uji endap, dengan bukti pemeriksaan hati sapi.
II.
A.
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi
Cacing hati yang asli terdapat di Indonesia hanya Fas-
ciola gigantica, dengan induk semang antaranya siput
dari
jenis Lymnaea rubiginosa ( Suweta, 1985 ; Mukhlis, 1985 ).
Fasciola $igantica merupakan cacing
perti daun, tanpa rongga
dari bagian belakang,
エオ「ィセ@
yang besar,
pipih se-
Bagian muka lebih
besar
ujung anterior berbentuk seperti ke-
rucut.
Ukuran cacing hati bervariasi.
Fasciola
gigantica
panjangnya 25-27 mm dan lebar 12 mm ( Soulsby, 1982),
dangkammenurut Mukhlis (1985) ukuran
sa
E.
se-
panjang cacing dewa-
gigantica ialah 14-54 mm.
Telur
cacing hati
berbentuk oval,
tipis.dan transparan, berwarna kuning
permeabel.
Pada
berdinding sangat
dan
bersifat. sangat
salah satu ujung telur terdapat operkulum
yang dapa t membuka dan merupakan pintu jalan keluarnya 1cu'-va miracidium pada saat te1ur menetas.
Ukuran te1ur E. gi-
gantica, yaitu panjang 156-197.mikron dan lebar 90-104 mikron (Soulsby, 1982), sedangkan menurut Mukhlis (1985)
ran telur
E.
uku-
gigantica di Indonesia 1ebih keci1, yaitu pan-
jang 118,8-158 rnikron.dan 1ebar 66-105 mikron.
5
B.
Siklus Hidup
Cacing hati dewasa memproduksi sejumlah. besar telur
di dalam pembuluh empedu induk semang definitif.
Telur-
telur yang dihasilkan oleh.cacing hati beradadalam cairan
empedu, ikut. mengalir. ke dalam duodenum; dan keluar
bersama tinja.
tubum
c
Telur tersebut akan menetas dalam waktu 9-
10 hari pada suhu kamar (Olsen, 1962).
selanjutnya Souls-
by (1982) menyatakan bahwa kecepata tumbuh ( berkembang )
dan penetasan telur cacing hati tergantung temperatur. Telur
E.
gigantica akan menetas dalam waktu 17 hari ( Chris-
tensen et al., 19?6).
Pada temperatur yang lebih
rendah
penetasan telur berlangsung lebih lama, pada suhu IOoe tidak menetas.
Telur yang menetas menghasilkan miracidium.
dium dapa.t hidup bebas selama 24-25 jam.
Miracidium
melekat pada bagian.lunak siput yang cocok dan
papillanya.
Niraciakan
menusukkan
Jaringan siput dilunakkan dan dihancurkan de-
ngan bantuan enzym protease.
Dalam proses penembusan
itu
maka kulit, lapisan epidermis dan rambut getar akan ditan&
galkan sehingga miracidium berubah menjadi sporokista.
Beberapa hari kemudian, di dalam tubuh sporokista teL
bentuk redia dari gumpalan sel pertumbuhan.
Karena pecah-
nya sporokista, maka redia akan bebas dan secara aktif beL
pindah tempat menuju hati dan pankreas dari siput.
Dalam
waktu kira-kira dua minggu, lahir redia generasi kedua.
rセ@
6
dia terakhir ini, dalam waktu kira-kira satu bulan setelah
infestasi miracidium, akan melahirkan larva tipe baru yang
disebut serkaria (Soulsby, 1982).
Serkaria secara
aktif
dimana
akan keluar dari tubuh siput untuk mencari tempat
ia dapat melekatkan diri, yaitu rumput-rumput, tanaman air
atau permukaan batu.
Seluruh proses dari mulai miracidium
6 - 7
masuk siput sampai serkaria keluar memerlukan waktu
minggu (Georgi, 1974).
Kemudia.n serkaria melepaskan ekor-
nya dan membungkus dirinya menajadi kista. Pembentukan ki§
ta ini untuk melindungi serkaria, yang sekarang
「・イョ。ュセ@
ュセ@
taserkaria terhadap pengaruh buruk dari luar, misalnya kekeringan.
Metaserkaria merupakan stadium yang infektif.
Infestasi cacing terjadi ketika induk semang definitif makan rumput atau tanarnan lain atau minum air yang mengandung metaserkaria.
Cairan usus akan menghancurkan diQ
ding metaserkaria, sehingga keluar cacing hati muda (immature stage).
Cacing hati muda ini secara aktif
menembus
kapsul hati, parenkhim hati dan akhirnya sampai ke saluran
empedu, dimana mereka mencapai dewasa kelamin dan
duksi sejumlah telur yang keluar bersarna tinja
lapangan.
cacing hati
mempromencernari
hidup
Waktu yang diperlukan dalam satu siklus
セ@
5 bulan (Soulsby, 1982).
Daur hidup
E.
gigantica sarna dengan daur hidup
E.
he-
patica, yang berbeda hanyalah induk semang antaranya, yaitu E. hepatica menggunakan siput Lymnaea truncatula (
'EFC-·
(1)
セ_@
セMᆳ
,
---------
7
b
c
,
I
\
I
\
I
I
Gambar 1.
Siklus Hidup Fasciola hepatica (Olsen, 1962)
Keterangan :
1. Sapi sebagai induk semang utama
2. Kelinci sebagai host reservoir
3. Siput sebagai hospest intermedier
4. Metaserkaria pada tanaman air/rumput
a. cacing hati dewasa pada saluran empedu
b. telur yang belum berembrio pada saluran empedu
c. telur bercampur dengan feses
d. telur baru keluar dari induk semang definitif
e. telur yang berkembang di dalam air
f. miracidium menusuk bagian lunak siput
g. sporokista
h) sporokista mengandung redia
i. redia generasi_I j) redia generasi II
k. serkaria bebas di air 1) metaserkaria di rumput air
m. metaserkaria sudah mengalami perkembangan
n. cacing hati muda di paru-paru
pa, Asia, Amerika), Lymnaea tomentosa (Australia) nan Fasciola gigantica menggunakan siput Lymnaea auricularia
(Soulsby, 1982).
Sedangkan di Indonesia, cacing hati
、ゥウセ@
barkan oleh siput jenis Lymnaea rubigonosa (Mukhlis,1985).
Untuk lebih jelasnya siklus hidup cacing hati dapat
dili-
hat pada Gambar 1.
c.
Patogenesa
Caeing hati muda (immature) merusak parenkhim haU
ウセ@
hingga menyebabkan terbentuknya jartngan ikat sebagai peng
ganti jaringan yang yang telah rusak.
Kerusakan pe.renkhim
hati ini terjadi seeara perlahan-lahan dan menyebabkan te£
jadinya sirrosis hati.
Penyumbatan ini menyebabkan
ikte-
rollS dan metabolisme terjadi seeara tidak sempurna.
Infestasi yang hebat dan akut dapat menyebabkan perobekan kapsula hati dan perdarahan dalam ruang
(Soulsby, 1982).
peritoneum
Kerusakan hati akan mengakibatkan
an sekresi empedu.
ァ。ョセ@
Pengaruh selanjutnya adalah penurunan
kondisi tubuh, kekurangan darah, turunnya berat badan serta terganggunya
penyerapan lemak
melalui usus halus, dan
menimbulkan diare.
Caeing
hati mengeluarkan
suatu toksin yang bersifat
hemolitik, sehingga banyak eritrosit dihancurkan (Direktorat Kesehatan Hewan, 1980 ; Haround dan Gameel, 1986).
dangkan Contreas (19'16) menyatakan bahwa eaeing hati
dapat mempengaruhi sirkulasi darah foetus.
sセ@
muda
9
D.
Gejala Klinis
Pada hewan dewasa gejala. klinis tidak selarnanya jelas,
sedangkan pada hewan muda tidak dapat dibedakan dari gejala
infestasi
cacing lainnya.
Bentuk akut pada sapi mempunyai
ciri-ciri gangguan pencernaan yaitu adanya konstipasi
jelas, kadang-kadang mencret.
anemia.
yang
Hewan cepat kurus, lernah dan
Menurut Blood et al (1981) pada
bentuk akut kema-
tian terjadi sangat cepat, biasanya kurang dari 48 jam.
tapi kema tian Ie bih banyak ter jadi selama 2-3 minggu.
tセ@
Se-
lanjutnya Taylor (1964) mengemukakan bahwa fascioliasis ben
tuk akut pada sapi jarang ter jadi dan bila c.da maka ke.ma tian biasanya setelah 1-2 minggu.
Pada sapi muda sering "ada
gejala syaraf, yaitu eksitasi, kejang dan lain sebagainya.
Hal ini mungkin disebabkan oleh toksin dari cacing hati.
Bentuk khronik pada sapi berupa penurunan
tas dan
pertumbuhan yang
terhambat pada anak-anak
(Direktorat Kesehatan Hewan,
E.
produktifihewan
セYXPIN@
Perubahan Patologi Anatomi
Pada kasus akut ditemukan pembendungan dan pembengka-
kan hati, bercak-bercak warna merah (ptechie) baik pada pe£
mukaan maupun pada sayatan.
Kantong empedu dan usus berda-
rah (Direktorat Kesehatan Hewan, 1980).
Sedangkan
Ressang
(1984) menyatakan adanya kelainan-kelainan .yang berupa
pa ti tis dis toma tosa.
he-
10
Saluran empedu pada kasus yang khronik dind:Lngnya menebal, mengandung parasit dan sering pula mengandung batu.
Disamping itu ditemukan pula anemia, kurus,hidrothorax dan
hydropericard, degenerasi lemak dan sirrosis hati (DirektQ
rat Kesehatan Hewan, 1980).
Selanjutnya Blood et al (1981)
dan Ressang (1984) menyatakan bahwa pada kasus fascioliasis
yang khronik terjadi penebalan pembuluh empedu terutama P.a
da lobus ventralis ha ti.
dan membesar karena
Saluran-saluran
empedu: menebal
pertumbuhan.jaringan ikat
serta hati
bengkak karena blokade oleh cacing hati.
F.
Epidemiologi Cacing Hati
Fascioliasis umumnya menyerang ternak ruminansia, te£
utama sapi, kerbau, domba dan kambing.
sapi dan kerbauterutama disebabkan oleh
Fascioliasis
I.
pada
gigantica
se-
dangkan pada domba dan kambing terutama disebabkan oleh
I.
hepatica (Cawdery et al., 1977 ; Lee dan Omar, 1986).
Suweta (1985) berpendapa t bahwa faktor _. f8ktor
yanK
berperan di dalam epidemiologi fascioliasis adalah :
1.
Luasnya wilayah penyebaran telur cacing hati di lapang
an oleh pencemaran ternak peliharaan dan binatang
me-
nyusui lainnya.
2.
Kondisi lingkungan tempat tersebarnya telur cacing.
3.
Penyebaran siput hospes intermedier di le.pangan dan s1.
tuasi/kondisi lapangan tempat tersebarnya siput.
11
4.
Tingkat perkembangan cacing di dalam tubuh siput
dan
jumlah serkaria yang dapat berkembang sampai siap keluar tubuh siput.
5.
Jumlah serkaria dan kondisi lapangan tempat tersebarnya serkaria.
6.
Cara menggembalakan ternak.
Hewan-hewan reservoir, seperti kelinci dan siput
ィッセ@
pes intermedier (Olsen, 1962) memegang peranan penting di
dalam penyebaran telur cacing hati di lapangan. Mengingat
bahwa siput hospes in;termedier
E.
gigantica mutlak membu-
tuhkan air tergenang untuk hidupnya, maka kurun waktu pemakaian air pada lahan sawah dan keadaan .irig
sar 81% dan ketidakcocokan sebesar 19%.
3.
Berdasarkan penelitian ini diduga bahwa peluang tersem
bunyinya data adalah 19%.
4.
Pemeriksaan tinja dengan metode endap untuk mendiagnosa
fascioliasis
mempunyai kesensitifitas
dan spesifisi tas 100%.
sebesar 68,85%
Sehingga bila tidak
di temuka.n
telur Fasciola.sp. pada pemeriksaan tinja (secara kwalitatif), belum tentu
、。ャセュ@
mengandung cacing hati.
hati hewan tersebut
tidak
24
B.
Saran-saran
Sehubungan dengan tingginya prevalensi
fascioliasis
pada papi-sapi potong di Rumah Potong Hewan Kotamadya
gor, serta rendahnya kepekaan Csensitifitas)
Bo-,
pemeriksaan
tinja (secara kwalitatif) dengan metode endap yang
sering
digunakan untuk mendiaginosa fascioliasis di lapangan, maka penulis dapat memberikan saran-saran:
1.
Memotong siklus hidup cacing hati dengan cara mengadakan pemberantasan terhadap siput sebagai induk semangantara.
2.
Memberikan bimbingan dan penyuluhan
kepada' .pet'ernak
tentang penyakit ternak, cara pencegahan serta manajemen (tata laksana) peternakan yang baik.
3.
Perlu dipilih metode pemeriksaan tinja yang
sensitifitas yang lebih tinggi,
mudah
mempunyai
digunakan
mampu mendeteksi telur cacing baik kwantitatif
dan
maupun
kwali ta tif.
4.
Perlu dilakukan suatu penelitian yang lebih
mendetail
untuk mendapatkan interpretasi berat ringannya penderi
ta akibat infestasi cacing hati dengan jumlah
sampel
yang lebih mewakili serta daerah asal ternak harus jelas diketahui sebagai pedoman dalam rangka pengendalipenyakit.
VI.
Armitage, P.
search.
DAFTAR PUS TAKA
1973. statistical Methode in
John Wiley and Sons. New York
Medical Re-
433 - 435.
Arifin dan Sudarmono. 1982. Parasit Ternak dan Capa-cara
Penanggulangannya. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Blood, D.C., Henderson, J.A. and Rododtits, O.M. 1981. vセ@
teririary Medicine. A Texbook of The Diseases of Cati
le, Sheep, Pigs and Horse. 5th. Ed. Bailliere Tindal.
London.
Boray. 1964. Studies on The Ecology of Lymnaea tomentosa,
The intermediate Host of Fasciola ィ・セ。エゥ」N@
History,
Geographical DJstribution and Environment. dalam Suweta, P. 1985. Kerugian Ekonomi oleh Cacing Hati ーセ@
da Sapi. Alumni.
Bandung.
,
'
Cawdery, M.J.H, K.L. Stricland, A. Conway, and P.J.,Cowl.
1977. Production Effects of Liver Fluke in セ。エャ・N@
The Effects of Infection on Life Weight Gain Fed Intage and Food Conversion Efficiency in Beef
Cattle.
Br. Vet. J. 133 ; 145 - 159.
Christensen, N.Q., P. Namsen, and F. Frendsen. 1976. The
Influence of Temperature on The Infectivity of Fasciola hepatica Miracidie to Lymnaea truncatula. The J.
of Parasit (62) ; 5. 698 - 701.
Contreas, B. 1976. Abortion due to Fascioliasis in Herd
of Venuzuelan Cattle. Vet. Med. 2ev. 3 ; 77 - 88.
Crossland, N.O.J. 1977. The Effects of Control Fascioliasis Chronic on The Productivity of Sheep. Br. Vet.
J. 133; 179 - 181.
Direktorat Kesehatan Hewan. 1980. Pedoman
Pengendalian
Penyaki t Hewan J'Jenular, Jilid II. Direktorat Jendral
Peternaka:n. Departemen Pertanian, Jakarta ; 106-114.
Edney, J.M. and i1ukhlis, A. 1962. Fascioliasis in Indone
sia Livestock. Communicationes Veterinariae II ; 4962.
Georgi, J.H. 1974. Parasitology for Veterinarians. 2nd.
Ed. 'W.B. Sounder Comapany. Phyladelphia. London
164 - 215.
26
Haround, E.M., and A.A. Gameel. 1986. studies on Natural.
ly Occuring Ovine Fascioliasis in The Sudan. J. of.
Helminthologi 60 ; 47 - 53.
Kendall, S.B. and J.W. Parfitt. 1975. Chemotherapy
of
Infec hon with Fasciola hepatica in Cattle. vet .. Rec .
97 ; 9 - 12.
Lee, C.C., and A.R. Shekh-Omar. 1986. Fasciola gigantica
Cobbold, 1885 in Goats in Selangor, Weast Malaysia.
Kajian Veteriner 18(2) ; 199 - 201.
Mukhlis, A. 1985. Identitas Cacing Hati ( Fasciola sp )
dan Daur Hidupnya di Indonesia. Disertasi IPB.
Olsen, O.W. 1962. Animal Parasites Their Biology and Life Cycles. Burgess Publishing Company. Minnesota
126 - 129.
Putra, A.A.G., dan Gunawan, M.
si Cacing Hati pada Sapi.
Jakarta ; 35 - 39.
1982. Penyidikan InfestaDirektorat Kesehatan Hewan.
Ressang, A.A. 1984. Patologi Khusus
Riset Nasional RI ; 561 - 563.
Veteriner.
Urusan
Samkhan. 1985. Kejadian Distomatosis pada Sapi-sapi yang
Dipotong di Rumah Potong Hewan Sura baya serta Peme+riksaan Histopatologi pada Hati yang terifeksi. Bull.
Lab. Vet. 1 (5).
Soulsby, E.J.L. 1982. Helminths, Anthropods and Protozoa
of Domesticated Animals. 9th. Ed. Lea and Febiger.
Sudjana. 1986.
282 - 284.
Suweta, P.
Sapi.
J';etode
Statistika.
Tarsito.
Bandung
1985. Kerugian Ekonomi oleh Cacing Hati pada
Alumni. Bandung.
Taylor, E.J. 1964. Fascioliasis and The
FAO Agriculture Studies no. 64. Roma.
Liver
Fluke.
Wargadipura, E., dan Rumawas, W. 1976. Dovenix sebagai
Fasciolidae dan Haemonchisidae. Remera Zoa 69(1).
LAM P I RAN
28
Lampiran 1.
Jadwal Pemeriksaan Pasca Mati' Hati dan
Tinja Terhadap Fasciola sp. di Rumah PQ
tong Hewan Kotamadya Bogor
NO
Tanggal
Jenis Hewan
1
2
3
28-2-87
28-2-87
28-2-87
28-2,"87
28-2-87
28-2-87
1-3':'87
1-3-87
1-3:"87
1-3-87
1-3-87
1-3-87
1-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
22-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
Sapi
Sapi
Sapi
Sa pi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sa pi
Sapi
Sa pi
Sa pi
Sapi
Sa pi
Sapi
Sapi
Sa pi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PM Hati
Tinja
Keterangan
+
cocak
cacak
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cacak
tidak cacak
cocak
cocok
cocok
cacok
cacok
cacok
tidak cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cacak
cocak
cacak
cacok
cocok
cocok
cocok
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
29
Lampiran 1.
No
Tanggal
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
27-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
27-3-87
4-4-87
4-4-87
4-4-87
4-4-87
4-4-87
4-4-87
til
4-4-87
4-4-87
4-4-87
4-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5-4-87
5- 1+-87
11-4-87
11-4-87
42
43
Lf4
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
セMTXW@
Lanjutan
Jenis Hewan
Sapi
SRpi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
SRpi
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
Sapi
Sapi
Sal'i
Sapi
Sapi
Sapi
PO
PO
PO
PO
PO
PO
Sapi
Sapi
Sapi
Sapi
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PO
PM Hati
Tinja
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Keterangan
coc ok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
tidak cocok
cocok
tida.k cocok
cocok
cocok
tidak cocok
cocok
cocok
tidak cocok
tidak cocok
cocok
tidBk cocok
cacak
30
Lampira n 1.
No
Tangga1
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
11-4-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
12-1+-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
12-4-87
17-4-87
17-L+-87
17-4-87
17-1+-87
17-4-87
17-4-87
17-4-87
17-4-87
17-4-87
71
72
73
74
75
76
77.
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Lanj u tan
Jenis Hewan ! ·PM Hati
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Tinja
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Keterangan
Tidak
cocok
tidak
cocok
cocok
tidak
tidak
tidak
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
tidak
cocok
cocok
tidak
cocok
tidak
cocok
cocok
tidak
cocok
tidak
cocok
cocok
cocok
tidak
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
COCOk
31
Lampiran 1.
Lanjutan
No
Tanggal
Jenis Hewan
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
17-4-87
17-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
26-4-87
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sapi PO
Sa pi PO
Sapi PO
PM Hati
Tinja
Keterangan
+
+
cocok
cocok
tidak cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
cocok
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Dari Lampiran 1 diatas terlihat yang cocok 81%, terdiri dari cocok positif 42% dan cocok negatif 39%.
Sedangkan ketidakcocokan sebanyak 19%, yaitu di dalam hati
ditemukan cacing hati, sedangkan pada pemeriksaan
tinja
tidak ditemukan telur cacing hati tersebut.
32
Lampiran 2.
Jumlah Pemotongan dan Asal Sapi-Sapi
yang Dipotong di RPHKotamadya Bogor
Tanggal Pemeriksaan
28 Februari 1987
1 - Maret
Jumlah Pemotongan
(ekor)
Asal Sa'pi
(secara umum)
36
Madiun, Bojone-
1987
28
goro, Magetan
22
Maret
1987
25
Pekalongan
27
Maret
1987
25
Tambun
4 April
1987
34
Pati
5 April
1987
34
11
April
1987
34
12
April
1987
34
17
April
1987
33
26
April
1987
34
Sumeer
Catatan Harian Jumlah Pemotongan Sapi di Rumah Potong Hewan Kotamadya Bogor
33
Lampiran 3.
Analisa statistika Hubungan Pemeriksaan Tinja
dengan Bukti Pemeriksaan Pasca J1at:il Hati untuk J1endiagnosa Fascioliasis
jumlah
Posi tif
Fasciola
Negatif
Fasciola
Pemeriksaan Pasca Mati Hati
61
39
100
Pemeriksaan Tinja.
42
58
100
103
97
200
Jumlah
H
Pemeriksaan Pasca Mati Hati dan Pemeriksaan Tinja saling independen
A
Pemeriksaan Pasca J1ati Hati dan Pemeriksaan Tinja tidak saling Independen
·X2
=
200 ( 61X58 - 39X42 - 1/2X200 )
100 X 100 X 103 X 97
=
6,48
Untuk taraf nyata 0,05 dan dk = 1, maka X2 0,95(1) =
2
= 6,63. Se3,84. Pada taraf nyata 0,01 maka X , cセHャI@.... :;:1 \
°
hingga tidak dijumpai adanya suatu perbedaan yang berarti
an tara adanya Fasciola sp. dalam hati dan ditemukannya telur cacing hati pada pemeriksaan tinja dengan metode endap
2
2
(X )-X O,95(l)).
f
34
Gambar 2.
Hati bebas dari Infestasi Fasciola sp.
J\ii,1
Gambar 3.
GセB@
Penebalan (*) Pembuluh Empedu Akibat
Fascioliasis Khronis
\I
Binatang yang merayap di bumi dan
burung yang terbang dengan dua ウセ@
yapnya adalah makhluk Allah sepe£
ti kamu. Tidaklah:Kami· a baikan
suatu jua pun, kemudian mereka di
kembalikan kepada Tuhannya 11
( QS. Al An'Aam
38)
Kupersembahkan untuk :
Ibu dan Ramanda tercinta; adit
adikku Dedy, Atok, Lilies tersayang; guru-guruku yang kukagumi serta rekan-rekan dan Almamaterku tercinta.
FASCIOLIASIS PADA SAPI< POTONG
DI RUMAH PO TONG HEWAN KOTAMADYA BOGOR
Oleh
EM MY IRADNI
B 20. 0447
FAKUL TAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1988
RINGKASAN.
Ef·lMY. lRADNI.
Fascioliasis pacta Sapi Potong di Rumah
tong Hewan Kotamadya Bogor.
Po-
(Dibawah bimbingan Dr.H.SUPAN
KUSUMAMlHARDJA, MSc ).
Untuk mengetahui kejadian fascioliasis pada sapi-sapi
yang dipotong di Rumah Potong Hewan Bogor, maka
dilakukan
pemeriksaan pasca mati hati dan tinja
ekor sapi
yang dipotong di RPR Bogor.
pada 100
Penelitian dilaksanakan sela-
ma dua bulan, sejak 28 Februari 1987 sampai dengan 26
ril 1987.
Sampel tinja diambil secara langsung dari
Aprek-
tum atau yang baru keluar, dimasukkan ke dalam plastik dan
diberi keterangan.
Selanjutnya diperiksa di
Laboratorium
Helminthologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogar.
pemeriksaan tinja dilakukan dengan uji endap.
Cara
Diperiksa
dibawah mikroskop denga.n pembesaran 10 X dan 40 X ( secara
kwalitatif).
Sedangkan pemeriksaan pasca mati hati
dila-
kukan pada sapi yang sarna, dengan jalari membuat sayatan
cara vertikal pada bagian yang panjang satu saYatan,
ウセ@
dan
dua sayatan pada lobus yang pendek secara horisontal untuk
melihat apakah ada cacing hati atau tidak.
Perbedaan hasil pemeriksaan· pasca mati hati dan pemeriksaan tinja diuji dengan uji Chi-kuadrat, yaitu
metode
khusus untuk daftar kontingensi 2 X 2, dimana pemeriksaan
pasca mati hati sebagai faktor I dan pemeriksaan
bagai faktor II.
Sedangkan sensitifitas pemeriksaan tin-
ja secara kwalitatif dengan metode endap menggunakan cara
menurut Armitage (1973).
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari
100
sapi
yang diperiksa, 61 sapi atau 61% positif fascioliasis menurut pemeriksaan pasca mati hatt, sedangkan menurut
meriksaan tinja hanya 42 sapi atau 42% yang positif
pefas-
cioliasis.
Tidak dijumpai suatu perbedaan yang berarti
pemeriksaan tinja dengan uji endap dibandingkan
2
saan pasca mati hati ( X
> X2 0,95(1».
antara
pemerik-
Sensitifitas
meriksaan tinja secara kwalitatif dengan metode endap
68,85%
besar
dan spesitifitas
peウ・セ@
100%.
Sebab-sebab perbedaan persentase hasil pemeriksaan
ha ti dengan hasil pemeriksaan tinja telah dibahas
lunya.
seper-
FASCIOLIASIS PADA SAPI POTONG
DI RUMAR POTONG REWAN KOTAMADYA BOGOR
oleh
EMMY
IRADNI
B 20.0447
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dokter Rewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
FAKULTAS KEDOKTERAN REWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOn
1988
Judul Skripsi
FASCIOLIASIS PADA SAPI PO TONG
DI RUMAH PO TONG HEWAN KOTAMADYA BOGOR
Nama Mahasiswa
EMMY lRADNI
Nomor Pokok
B 20.0447
Te1ah diperiksa dan disetujui
Dosen Pembimbing,
Dr. H.
Kusumamihard 'a
NIP:
130176913 .
.
MSc
RIWAYAT HIDUP
Penu1is di1ahirkan pada tangga1
27 - Oktober
1964
di
Bangka1an-Madura dari Ibunda Djoeharijah dan Ramanda Slamet.
Penu1is merupakan anak pertama dari empat bersaudara,
dua
orang putri dan dua orang putra.
Penu1is memu1ai pendidikannya pada Taman Kanak - Kanak
Segar pada tahun 1970.
Kemudian me1anjutkan ke Seko1ah Da-
sar Negeri Demangan pada tahun 1971 sampai tahun 1976,
Se-
ko1ah Menengah Pertama Negeri II pada tahun 1977 sampai tahun 1981, dan Seko1ah Menengah Atas Negeri I pada tahun 1981
sampai tahun 1983.
Kesemuanya bertempat di Bangka1an.
Pada tahun 1983 penu1is mendapat kesempatan
kan ku1iah di Institut Pertanian Bogor me1a1ui
rintis II.
me1anjutProyek
Pe-
Kemudian pada tahun 1984 terdaftar sebagai
ma-
hasiswi di Faku1tas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
gor.
BQ
Penu1is berhasi1 menye1esaikan pendidikan Sarjana Ke-
dokteran Hewan pada tangga1 14 Ju1i 1987.
KAT A PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah, perrulis panjatkan
ke
hadirat
Allah S.W.T. atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian, dan
di
susun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir
Dokter Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Dengan selesainya skripsi ini penulis
ingin menyam-
paikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Bapak Dr. H. Supan Kusumamihardja, MSc., selaku dosen
pembimbing yang
telah banyak membantu, memberi saran
dan pengarahan kepada penulis.
2.
Bapak Drh. Asrul Makmur beserta staf di RPH yang
tu-
rut membantu selama melakukan penelitian.
3.
Bapak pengelola ruang laboratorium Helminthologi yang
turut membantu selama melakukan penelitian.
4.
Bapak dan rbu pengelola ruang perpustakaan yang ada di
Kabupaten Bogor.
5.
Seluruh keluarga yang senantiasa mendoakan dan membuka
jalan menuju kesuksesan.
6.
Rekan-rekan tercinta di kampus dan semua pihak yang tu
rut membantu dengan tulus.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari
sempurna, saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini di
masa mendatang akan sangat penu1is hargai.
Akhir kata se-
moga apa yang ada da1am skrippi ini dapat bermanfaat
bagi
semua pihak yang membacanya.
Bogar, Februari 1988
Penu1is
DAFTAR lSI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
vi
......................................................
vii
DAFTAR GA}lBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
r.
.........................................................
PENDAHULUAN
.......................................................
II .
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR LAMPlRAN
A.
B.
C.
D.
E.
Morfologi
1
........................................ .
4
. ............................................ .
......................................... .
4
5