Perancangan ilustrasi backdrop panggung kesenian Topeng Dalang : (studi kasus kelompok kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala Desa Paberresan Kabupaten Sumenep Madura)

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Profil

 Nama : Ilham Wahyudi

 Jenis Kelamin : Laki – Laki

 Tempat, Tgl Lahir : Pamekasan, 16 Maret 1987

 Status : Lajang

 Agama : Islam

 Kewarganegaraan : Indonesia

 Alamat Kost : Jl. Tubagus Ismail Bawah No. 37 Kel. Lebak - Gede Kec. Coblong RT. 06/RW. 01 Bandung – - Jawa Barat 40132

 Alamat Rumah : Jl. Segara. Gg. Buntu. No. 01 Kel. Jungcangcang - RT.01/RW.01 Kab. Pamekasan 69317

 No. HP : 081806003555

 e-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Jungcangcang 2 1993 – 1999

2. SLTP Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 1999 – 2002 3. SMU Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 2002 – 2005

4. S-1 Teknik Informatika UNIKOM 2007 – 2008

5. S-1 Desain Komunikasi Visual UNIKOM 2008 - 2012

Pengalaman Organisasi

1. Anggota Bagian Kesenian Sekolah 2002 – 2004

2. Editor Majalah Bahasa Inggris Sekolah Zeal Magazine 2003 – 2005 3. Ketua Bidang Olahraga Basket Sekolah 2004 – 2005 4. Seksi Kesekretariatan Bagian Keilmuan Sekolah 2004 – 2005 5. Anggota FUNCO ( Fun Comic Cominity) UNIKOM 2007 – 2010 6. Anggota ROLLTIME (Videography Community) UNIKOM 2008 – 2011 7. Anggota JOKER (Jonas Komunitas Fotografer) 2008 – 2009


(2)

Pengalaman Kerja

1. Staff Pengajar di Yayasan AIC (Alam Islamic Center) Bogor 2005 – 2006 2. Editor Haji KBIH Sabilul Hidayah Kota Bogor 2006 – 2007

Seminar/Workshop yang pernah diikuti

1. Seminar dan Workshop Desain bersama Majalah Concept 2008

2. Workshop “Bengkel Comic” 2009

3. Seminar “Types Are Fun” 2009

4. Workshop Dan Bedah karya “How To Make Creative Video” 2009 5. Seminar of Enterpreneurship by PIMNAS FAIR 2009 6. Seminar dan Workshop “Cetak Konvensional VS Digital” 2010

7. Seminar “Neuro Marketing” 2011

8. Seminar “Road To Success Of A Movie Maker” 2011 9. Seminar dan Workshop “Mengupas tentang Video DSLR” 2012


(3)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN ILUSTRASI

BACKDROP

PANGGUNG

KESENIAN TOPENG DALANG

(Studi Kasus: Kelompok Kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala Desa Paberresan Kabupaten Sumenep Madura)

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2011-2012

Oleh:

Ilham Wahyudi 51907887

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(4)

iii KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan pengantar tugas akhir ini dengan judul Perancangan Ilustrasi Backdrop Panggung Kesenian Topeng Dalang (Studi Kasus: Kelompok Kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala Desa Paberresan Kabupaten Sumenep Madura).

Laporan ini di buat dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi Strata I Desain Komunikasi Visual. Dalam penulisan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan serta do’a dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh dosen dan staf program studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia atas bantuan, bimbingan, arahan, dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telat ditetapkan.

Besar harapan penulis, semoga Laporan Pengantar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca sekalian, khususnya mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan ini, Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kemajuan di masa yang akan datang.

Bandung, 21 Juli 2012


(5)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 4

I.3 Fokus Permasalahan ... 5

I.4 Tujuan Perancangan ... 5

BAB II SENI PERTUNJUKAN TOPENG DALANG SINAR KEMALA ... 6

II.1 Topeng Dalang Sinar Kemala... 6

II.1.1 Pengertian Topeng dan Topeng Dalang ... 6

II.1.2 Sekilas Tentang Topeng Dalang Sinar Kemala... 7

II.1.3 Struktur Organisasi Kepengurusan... 9

II.1.4 Nama Pemeran dan Tokoh-Tokohnya... 10

II.1.5 Perlengkapan Topeng Dalang Sinar Kemala ... 11

II.1.6 Prosesi Pertunjukan Topeng Dalang Sinar Kemala ... 11

II.1.6.1 Gerakan Tarian Topeng Dalang Sinar Kemala .. 13

II.1.6.2 Alat Musik Pengiring ... 13

II.2 Dekorasi Panggung ... 14

II.2.1 Layar Dekorasi Panggung Topeng Dalang Sinar Kemala 14 II.3 Analisa Permasalahan Dekorasi Panggung Topeng Dalang Sinar Kemala ... 19

II.4 Solusi Permasalahan ... 20

II.5 Segmentasi ... 20

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 22

III.1 Strategi Perancangan ... 22

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 22


(6)

v

III.2 Strategi Kreatif ... 22

III.2.1 Setting Dekorasi Panggung ... 23

III.3 Strategi Media... 30

III.3.1 Media Utama ... 30

III.3.2 Media Pendukung ... 31

III.4 Strategi Distribusi ... 34

III.5 Konsep Visual... 35

III.5.1 Format Desain ... 35

III.5.2 Tata Letak (Layout) ... 37

III.5.3 Huruf Tipografi ... 38

III.5.4 Ilustrasi ….. ... 39

III.5.4.1 Studi Ilustrasi ... 39

III.5.5 Warna ….. ... 42

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 44

IV.1 Media Utama ... 44

IV.1.1 Ilustrasi Backdrop Panggung ... 44

IV.2 Media Pendukung ... 47

IV.2.1 Poster ……. ... 47

IV.2.2 Flyer ………… ... 48

IV.2.3 Stiker …… ... 49

IV.2.4 Mug …….. ... 50

IV.2.5 Tas Kantong (Paper Bag) ... 51

IV.2.6 Kaos (T-Shirt) ... 52

IV.2.7 Asesoris Panggung ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... vii


(7)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Bentuk Karakter Topeng Dalang Sinar Kemala ... 7

Gambar II.2 Pementasan Topeng Dalang Sinar Kemala ... 9

Gambar II.3 Prosesi Pertunjukan Topeng Dalang Sinar Kemala ... 12

Gambar II.4 Alat-Alat Musik Topeng Dalang Sinar Kemala ... 13

Gambar II.5 Bentuk Layar Dekorasi Topeng Dalang Sinar Kemala ... 15

Gambar II.6 Bentuk Panggung Topeng Dalang Sinar Kemala ... 16

Gambar II.7 Ukuran Panggung Topeng Dalang Sinar Kemala... 16

Gambar II.8 Tata Kelola Panggung ... 17

Gambar II.9 Denah Panggung Tampak Atas ... 18

Gambar III.1 Gaya Ilustrasi Semi Realis ... 23

Gambar III.2 Media Utama (Backdrop Panggung) ... 30

Gambar III.3 Media Pendukung Poster ... 31

Gambar III.4 Media Pendukung Flayer ... 32

Gambar III.5 Media Pendukung Stiker ... 32

Gambar III.6 Media Pendukung Mug ... 33

Gambar III.7 Media Pendukung Paper Bag ... 33

Gambar III.8 Media Pendukung Kaos (T-Shirt) ... 34

Gambar III.9 Media Pendukung Asesoris Panggung ... 34

Gambar III.10 Ukuran Asli Bakcdroup Panggung (3 x 5,5 m) ... 36

Gambar III.11 Format Skala Perbandingan (1 : 78 cm2) ... 36

Gambar III.12 Format Desain Poster A3 ... 37

Gambar III.13 Layout Poster ... 37

Gambar III.14 Tipografi dan Penempatannya ... 38

Gambar III.15 Pendopo Agung Trowulan dan Pintu Kota Gede ... 39

Gambar III.16 Aplikasi Visual Pada Media Backdrop Kraton Ngamerta ... 39

Gambar III.17 Keraton Surakarta dan Pintu Keraton Sumenep ... 40

Gambar III.18 Aplikasi Visual Pada Media Backdrop Kadipaten Madi Gondo ... 40

Gambar III.19 Pohon Bodhi ... 41

Gambar III.20 Aplikasi Visual Pada Media Backdrop Alas Tunggul Manik ... 41

Gambar III.21 Pohon Jati ... 42


(8)

vii

Gambar III.23 Studi Warna ... 43

Gambar III.24 Kisah Ramayana ... 43

Gambar III.25 Warna yang dipakai di beberapa media pendukung... 43

Gambar IV.1 Sketsa Manual ... 44

Gambar IV.2 Proses Duplikasi Sketsa Manual ... 45

Gambar IV.3 Hasil Pewarnaan Digital... 46

Gambar IV.4 Desain Poster... 48

Gambar IV.5 Desain Flyer ... 49

Gambar IV.6 Desain Stiker ... 50

Gambar IV.7 Desain Mug ... 51

Gambar IV.8 Desain Tas Kantong ... 52

Gambar IV.9 Desain Kaos (T-Shirt) ... 53


(9)

viii DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Nama Pemeran dan Tokoh-Tokohnya ... 10 Tabel III.1 Storyline ... 29 Tabel III.2 Strategi Distribusi ... 35


(10)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Bouvier, Helena. (2002). Lebur! Seni Musik dan Pertunjukan dalam masyarakat Madura. Forum Jakarta-Paris. Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Lawson, Bryan. (2007). Bagaimana Cara Berfikir Desainer. Jalasutra, Yogyakarta dan Bandung.

Martono, Hendro. (2008). Sekelumit Ruang Pentas, Modern dan Tradisi. Yogyakarta.

Murgiyanto, M. Sal., & Munardi. A. M. (1980). Topeng Malang!

Pertunjukan Dramatari Tradisional di Kabupaten Malang. Proyek Sasana Budaya, Dirjend. Kebudayaan, Dept. Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Padmodarmaya, Pramana. (1988). Tata dan Teknik Pentas. Balai Pustaka, Jakarta.

Rustan, Surianto. (2009). Layout. Dasar dan Penerapannya. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Supriyono, Rahmat. (2010). Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Yudiarni, Yogyakarta . (2002). Panggung Teater Dunia. Pustaka Gondho Suli, Yogyakarta.

Zarkasi, Effendi., Adnan, B., Mulyadi, H. (1996). Unsur Islam Dalam Pewayangan. Penerbit Alfa Daya, Jakarta.

Artikel

Irmawati, Lilik, Rosida. (2011, Januari 28). Sekilas Mengenal Kehidupan Kesenian di Madura. Buku Kesenian Madura.

Irmawati, Lilik, Rosida. (2011, Januari 29). Topeng dan Sejarah Perkembangannya. Buku Kesenian Madura.


(11)

Murgianto, Sal. (1984, Maret 17). Suara Dalang di antara Bunyi Gongseng. Majalah Tempo.

Nara Sumber

Wawancara dengan salah satu pengurus Dewan Kesenian Sumep sekaligus ketua umum dari kelompok Topeng Dalang Sinar Kemala, Mohammad Ridwan Sutarjo, SS.

Wawancara dengan Hafash Giring Angin, M.Sn, Pemerhati Kesenian Madura dari IKJ.


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kesenian tradisional daerah dengan kekhasannya masing-masing senantiasa mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan kultural daerah yang bersangkutan. Adanya berbagai bentuk, corak, atau ragam kesenian tradisional daerah itu menjadi kekayaan budaya kita semua yang mencerminkan adanya kesatuan sebagai bangsa yang berbudi luhur dengan segala aneka ragam suku, ras, agama, dan kebudayaannya. Seperti kesenian tradisional khas yang terlihat pada masyarakat Madura dengan ragam dan coraknya tersebut tidak terlepas dari kehidupan manusianya yang sampai saat ini dijadikan sebagai sumber penunjang pelestarian yang terus dijaga dan dilestarikan.

Madura merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi kekayaan seni budaya tradisional yang sangat beragam dan mempunyai corak sesuai dengan karakteristik keseniannya. Hal ini terbukti dari banyaknya kesenian tradisional yang berkembang di masyarakat, diantaranya seperti Seni Musik/Seni Suara, yaitu Tembang Macopat, Musik Saronen dan Musik Ghul-Ghul, Seni Tari/Gerak, yaitu Tari Duplang, Tari Gambu, Tari Muang Sangkal, Upacara Ritual, yaitu Sandhur Pantel, Seni Pertunjukan, yaitu Kerapan Sapi, Sapi Sono’, Pencak Silat Ghul-Ghul, Sintung, Topeng Dalang dan lain sebagainya. (Lilik Rosida Irmawati, Buku Kesenian Madura, 2011).

Dari sekian banyak kekayaan seni budaya Madura tersebut yang cukup menarik dan keberadaannya masih diperbincangkan adalah Kesenian Topeng Dalang Madura yang merupakan bentuk seni pertunjukan terpadu, yang memadukan berbagai macam unsur, antara lain ada unsur teater, tari, musik dan seni rupa. Kesenian ini tersebar di berbagai wilayah kecamatan, khususnya di Kabupaten Sumenep, diantaranya desa Slopeng, Dasuk, desa Leggung, Batang-Batang, Paberresan, kecamatan Gapura, kecamatan Kalianget dan kecamatan Kota Sumenep.

Salah satu kelompok kesenian Topeng Dalang Madura yang hingga saat ini masih eksis melanjutkan tradisi keseniannya adalah kesenian Topeng Dalang


(13)

2 Sinar Kemala yang diketuai oleh Bapak Moh. Ridwan Sutarjo, ketua pengurus sekaligus anggota Dewan Kesenian Kabupaten Sumenep. Kelompok ini beralamat di desa Paberresan kecamatan kota Sumenep, dengan beranggotakan sekitar 35 orang ditambah satu orang yang berperan sebagai Ki dalang atau sutradara pementasannya. Kelompok yang dipimpin oleh Bapak Ridwan Sutarjo ini memiliki ciri khas yang berbeda dari kelompok kesenian Topeng Dalang lainnya, baik dari kostum yang dikenakan, tarian maupun dalam penyajian alur ceritanya. Menurut Beliau, kesenian ini adalah satu-satunya kesenian Topeng Dalang Madura yang masih mengikuti pakem tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu, yaitu seperti pada alur cerita, kostum dan tariannya. Namun beliau juga menambahkan, ketiga pakem tersebut tidak berlaku pada tata panggung dan dekorasinya. Menurutnya, tata panggung dan dekorasi yang ada sekarang sudah mengalami banyak perubahan, baik dari sisi material, pewarnaan, cahaya maupun bentuk dekorasi yang digunakan dalam setiap pementasannya.

Dalam sebuah seni pertunjukan tradisional, Backdrop atau layar dekorasi panggung mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam menciptakan suasana atau peristiwa yang terjadi dalam suatu pertunjukan. Menurut Pramana Padmodarmaya, dekorasi memiliki beberapa fungsi, yaitu : a). Memberikan suasana sekitar dan menempatkan gerak laku pemain b). Memperkuat gerak laku pemain, dan c). Memperbaiki gerak laku para pemainnya.

Beberapa kelompok kesenian Topeng Dalang yang ada di Madura menggunakan panggung dengan layar dekorasi yang dapat digulung ke atas dan ke bawah dengan menggunakan seutas tali yang diikat dan diletakkan di sebelah kiri dan kanan panggung. Layar tersebut digulung menggunakan bambu dan digantungkan di atas panggung yang berbentuk persegi panjang. Biasanya layar yang dipakai tidak lebih dari tiga lembar dan berlukiskan : ruang sidang raja atau pendopo keraton (dalam bahasa Madura ‘mandhapa’), rimba (alas) dan suatu taman atau taman sari yang sering dilengkapi sebuah sungai atau kolam, yang kesemuanya bersumber dari kisah Ramayana dan Mahabrata. (Helena Bouvier, Lebur! Seni musik dan pertunjukan dalam masyarakat Madura, 2002 : 312).

Awalnya Kesenian ini merupakan kesenian rakyat yang paling populer dan klasik di Madura pada era tahun 80-an hingga 90-an. Pertunjukannya selalu


(14)

3 menjadi tontonan yang menarik dan paling ditunggu oleh masyarakat Madura khususnya, bahkan di tahun itu pula kesenian ini pernah menapaki belahan benua, seperti Asia, Amerika, hingga Eropa. Kota-kota besar dunia yang disinggahi waktu itu, diantaranya adalah kota Tokyo Jepang, New York, Kota London, Amsterdam, Belgia, dan Perancis. Penampilan seni tradisional topeng dalang Madura tersebut mampu memberikan tempat tersendiri di hati masyarakat Internasional kala itu, namun sangatlah disayangkan, kekaguman yang pernah dibangun oleh para dalang dimasa itu, kini mulai menurun. Kesenian ini mulai jarang ditampilkan dan para penggemarnya pun mulai banyak yang meninggalkannya. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwasanya kesenian tradisional ini sudah ketinggalan zaman, serta kurang beradaptasi dengan situasi dan lingkungan yang berkembang saat ini. Kesenian ini akhirnya lambat laun mulai berkurang terutama dikalangan masyarakat perkotaan. (Lilik Rosida Irmawati, Buku Kesenian Madura, 2011).

Kondisi tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah minimnya pengetahuan dan wawasan ilmu kesenian yang dimiliki oleh para seniman Topeng Dalang untuk menopang profesi mereka dikarenakan pendidikan yang rendah sehingga berdampak pada lambannya regenerasi yang dilakukan kepada generasi penerusnya. Disisi lain, penataan dekorasi panggung yang disajikan dalam setiap pementasannya masih tergolong tradisional, yakni masih menggunakan alat-alat ala kadarnya yang kesemuanya dirancang, dipasang, dan dilakukan secara manual bersama-sama, dengan kata lain tidak mengikuti tren dan perkembangan teknologi infomasi masa kini. Layar dekorasi atau Backdrop panggung yang tersedia juga tidak sesuai dengan setting alur cerita dalam setiap adegan dan pembabakannya, sehingga tidak jarang membuat jenuh para penonton yang menikmatinya. Disamping itu, banyaknya pilihan-pilihan hiburan alternatif masa kini yang disuguhkan kepada masyarakat secara instan dan praktis dengan menggunakan teknologi digital seperti Televisi, Film, Bioskop, Komputer, Internet, VCD/DVD, dan lain sebagainya; semakin mengikis keberadaan kesenian ini dikalangan masyarakat luas. juga perbedaan budaya yang dialami generasi saat ini dengan generasi dahulu yang cenderung berubah dan mengikuti perkembangan zaman membuat kesenian ini semakin ditinggalkan oleh para penggemarnya.


(15)

4 Kenyataan inilah yang terjadi pada kelompok kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala Paberresan Sumenep, yang mau tidak mau dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi masa kini yang semakin berkembang jika ingin nantinya kesenian Topeng Dalang tersebut tetap hadir ditengah-tengah masyarakat, khususnya masyarakat kota Kabupaten Sumenep.

Menghadapi masalah diatas maka penulis perlu mengadakan sebuah usaha transformasi (perubahan bentuk) dan revitalisasi (merancang kembali) terhadap Backdrop atau layar dekorasi panggung yang ada agar nantinya mendapat apresiasi kembali dari masyarakat Sumenep khususnya dan masyarakat Madura pada umumnya.

I.2 Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah diatas, dapat diambil identifikasi masalah berkenaan dengan masalah-masalah yang terjadi pada kelompok kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala Sumenep ini, diantaranya adalah :

1. Dari aspek internal pelaku dan keseniannya

a. Minimnya pengetahuan dan wawasan para seniman Topeng Dalang terhadap perkembangan teknologi masa kini.

b. Regenerasi yang dilakukan oleh para seniman Topeng Dalang terkesan lamban.

c. Tata kelola panggung yang digelar masih tergolong tradisional tidak mengikuti tren dan perkembangan teknologi infomasi masa kini.

d. Layar dekorasi atau Backdrop panggung yang tersedia tidak sesuai dengan setting alur cerita yang disajikan dalam setiap adegan dan pembabakannya.

2. Dari aspek eksternal masyarakat

a. Banyaknya pilihan-pilihan hiburan alternatif masa kini yang disuguhkan dengan menggunakan teknologi digital yang lebih praktis dan instan, seperti Televisi, Film Bioskop, Komputer, Internet,VCD/DVD, dan lain sebagainya.


(16)

5 b. Adanya perbedaan budaya generasi masa kini dengan budaya generasi masa lalu yang cenderung berubah dan mengikuti perkembangan zaman.

I.3 Fokus Permasalahan

Fokus permasalahan yang ada pada Topeng Dalang Paberresen Sumenep adalah pada layar dekorasi atau Backdrop panggung yang disajikan dalam setiap pementasannya tidak sesuai dengan setting alur cerita yang ada dalam setiap adegan dan pembabakannya. sehingga perlu adanya usaha transformasi (perubahan bentuk) dan revitalisasi (merancang kembali) agar tidak terkesan monoton dan membuat jenuh para penonton yang melihatnya. Dengan kegiatan perancangan semacam ini, Topeng Dalang Paberresen Sumenep akan menemukan kembali keberadaannya sebagai satu-satunya kesenian Madura yang bisa menopang kesejahteraan dan kehidupan mereka.

I.4 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan ini dimaksudkan untuk :

1. Menyuguhkan gambaran visual secara lebih imajinatif, menarik, dan dimensional pada layar dekorasi atau Backdrop panggung Topeng Dalang Sinar Kemala Sumenep.

2. Mengangkat dan mengenalkan kembali kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala kepada masyarakat Madura, khususnya masyarakat kabupaten Sumenep mengenai nilai-nilai budaya yang terdapat dalam setiap cerita dan pembabakannya.


(17)

6 BAB II

SENI PERTUNJUKAN TOPENG DALANG SINAR KEMALA

II.1 Topeng Dalang Sinar Kemala

II.1.1 Pengertian Topeng dan Topeng Dalang

Topeng sebagai bentuk budaya fisik merupakan salah satu karya seni rupa yang estetik karena perwujudannya terdiri dari unsur-unsur yang dapat dihayati oleh indra mata dan dapat diraba. Dalam pengertian dan asal-usul penggunaan istilah topeng di Indonesia dapat ditelusuri dari beberapa sumber pustaka dan catatan tempo dulu, antara lain dalam kamus umum bahasa Indonesia tertulis topeng atau kedok adalah penutup muka yang terbuat dari kayu (kertas dan sebagainya) berupa orang, binatang, dan bentuk rupa lainnya. (Poerwadarminta. 1976: 1087). Sedangkan dalam ensiklopedia Indonesia dijelaskan: dalam bahasa Jawa topeng berarti kedok yaitu hasil seni ukir, berupa kedok atau penutup wajah, lazimnya dari kayu berwujud tokoh-tokoh legendaris, wayang dan sebagainya. Menurut Shaddly (1984:2359) menyatakan bahwa “Pada umumnya raut muka pada topeng dibentuk karakteristik yang dilebih-lebihkan untuk memperoleh citra yang lebih berkesan”. Pemaknaan topeng dalam beberapa literatur di atas memaknakan sesuatu yang bersifat simbolik untuk memberikan ekspresi yang kuat kepada pemainnya dalam memerankan tokoh-tokoh yang digambarkan di atas panggung.

Dalam hal ini antara Topeng dan Topeng Dalang sebagaimana yang disebutkan diatas mempunyai korelasi yang tak dapat dipisahkan. Keduanya mempunyai keterkaitan yang saling mengikat sebagai sebuah ekspresi dan sebagai sebuah pertunjukan. Dalam konteks ini, mengapa Topeng Dalang sebagai sebuah seni pertunjukan ekspresi terpadu dikatakan sebagai Topeng Dalang, karena semua pemain yang terlibat dalam pertunjukan tersebut menggunakan topeng (dalam bahasa madura: tokop), sesuai dengan peran yang dimainkan oleh pemain. Topeng yang dipakai oleh pemain tidak ada celah pada bagian mulut sehingga pemain tidak bisa berbicara sendiri, akan tetapi dialognya disuarakan oleh seorang Dalang, kecuali tokoh Semar yang bisa berbicara sendiri, karena topengnya terdapat celah atau lubang dibagian mulut dan dagunya. Hal inilah


(18)

7 yang menjadi sebab mengapa dinamakan Topeng Dalang, karena sebagian besar dialog yang disuarakan adalah diucapkan oleh seorang Dalang. (Lilik Rosida Irmawati, Buku Kesenian Madura, 2011).

Gambar 0.1 Bentuk Karakter Topeng Dalang Sinar Kemala Sumber : (Hasil Dokumentasi Foto Pribadi 7/04/2012 ) II.1.2 Sekilas Tentang Topeng Dalang Sinar Kemala

Seiring dengan lajunya zaman, semarak riuh perjalanan kesenian tradisional Madura seperti Tembang Macopat, Musik Saronen, Musik Ghul – Ghul, Tari Dumplang, Tari Gambu, Kerapan Sapi, Sapi Sono’, Sintung, dan lain sebagainya sudah tak asing lagi dikota Sumenep. Dari keanekaragaman kesenian itulah tertuang sebuah ide dan gagasan yang muncul dari seorang Ki Dalang yang bernama Gung Ta – Harun, seorang pedalang tua generasi ke-3 dari generasi sebelumnya untuk menciptakan sebuah kesenian yang bernuansa kerakyatan yang menghibur, yakni Kesenian Topeng Dalang. Menurut Mohammad Ridwan, ditahun 70-an, beliau mengembangkan kesenian Topeng Dalangnya di Kabupaten Sumenep Khususnya daerah Karangbudi dan Paberresan. Minat masyarakat kala itu sangat antusias sekali terhadap kesenian Topeng Dalang ini, hingga banyak dari mereka yang ingin mempelajarinya. Salah satu murid beliau adalah Gung Zaka, murid didikan pertama yang beliau ajarkan tentang ilmu kesenian Topeng Dalang.

Awalnya beliau tidak langsung mengajarkan tarian Topeng kepada murid-muridnya, namun yang pertama kali diajarkan oleh beliau adalah Pacek Gulu (Geleng Kepala/Senam Kepala kekanan dan kekiri). Setelah semua paham


(19)

8 mengenai hal tersebut barulah beliau mengajarkan sebuah tarian Topeng yang berlandaskan nilai-nilai keislaman dengan segala bentuk gerakan dan tariannya yang pada dasarnya tidak merubah pakem yang sudah ada turun temurun dari para pendahulu beliau, yaitu para Walisongo. Dari Gung Ta – Harun dan Gung Zaka inilah bersama rekan-rekannya yang lain, kesenian Topeng Dalang di Kabupaten Sumenep khususnya di daerah Karangbudi dan Paberresan semakin berkembang. Hingga puncaknya, kesenian ini melanglang buana hingga ke pelosok negeri bahkan ke Manca Negara.

Sejak saat itu, masyarakat mulai mencintai dan menjadikan kesenian Topeng Dalang sebagai salah satu hiburan yang paling banyak digemari, baik di kalangan masyarakat perkotaan maupun di perdesaan. Dan pada tanggal 10 Juni 1976, didikanlah sebuah kelompok/organisasi kesenian tradisional yaitu Kesenian Topeng Dalang Madura yang diketuai oleh Gung Ta – Harun dan Gung Zaka.

Dalam setiap pementasannya, kelompok Topeng Dalang ini selalu membawakan kisah yang di latarbelakangi pada cerita-cerita epik Ramayana dan Mahabrata. Dengan Gung Ta – Harun sebagai Ki Dalang dan Gung Zaka sebagai Ki Semar. Ki Dalang dan Ki Semar inilah yang mengatur jalannya cerita tersebut.

Dari kisah-kisah yang mereka bawakan inilah, muncul ide dan gagasan untuk memberikan nama pada kelompok kesenian Topeng Dalang yang mereka dirikan dengan nama “SINAR KEMALA”. Nama tersebut diambil dari jenis tanaman bunga yakni ‘Bunga Kemala’ yang tumbuh dilingkungan kraton kerajaan Madura. Bunga ini dahulu dijadikan sebagai lambang untuk menyatakan cinta kepada para putri-putri raja Madura. Dan hingga saat ini nama tersebut masih tetap dijaga dan dipertahankan.

Perkembangan Topeng Dalang Sinar Kemala terus berkembang seiring dengan perkembangannya zaman yang ada. Generasi-genarasi penerus mulai bermunculan dari para murid Gung Ta – Harun. Sebut saja Gung Zaka, dari Gung

Zaka kemudian diteruskan kembali oleh murid beliau yang lain, yakni Abdur

Rahmat dan Daud Subroto. Kedua murid beliau ini dalam mementaskan Topeng Dalang tidak jauh berbeda dengan gurunya. Disaat Abdur Rahmat berperan sebagai Ki Dalangnya, Daud Subroto berperan sebagai Ki Semar, begitupun juga sebaliknya. Hal ini terus menerus dilakukan mereka hingga akhirnya mereka


(20)

9 berdua memutuskan untuk berhenti dari kelompok kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala dan kemudian membentuk kelompok kesenian topeng dalang sendiri yang tersebar di daerah kalianget dan sekitarnya.

Setelah keluarnya Abdur Rahmat dan Daud Subroto, kelompok ini kemudian diteruskan oleh salah satu anggotanya yang memiliki talenta dalam kesenian topeng dalang yakni Ma’adin dengan perannya sebagai Ki Dalang. Beliau bersama rekan-rekan anggota yang lain kemudian mengembangkan kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala hingga saat ini.

Gambar 0.2 Pementasan Topeng Dalang Sinar Kemala Sumber : (Hasil Dokumentasi Foto Pribadi 7/04/2012 ) II.1.3 Struktur Organisasi Kepengurusan

PEMBINA : Hadi Subiyanto (Seniman Nasional) PENASEHAT : Drs. Ec. H. Moh. Nasir, M.Si

(Mantan Kadis DISBUDPAR Kab. Sumenep) KETUA UMUM : Moh. Ridwan Sutarjo, SS

KETUA I : Abdurrahman

KETUA II : Muhafi

SEKRETARIS I : Moh. Sadik SEKRETARIS II : Jumadin BENDAHARA I : Misnawi BENDAHARA II : Moh. Saleh

PERLENGKAPAN&PANGGUNG : Niyadi, Moh. Sadik

PELATIH : Hosen


(21)

10 II.1.4 Nama Pemeran dan Tokoh-Tokohnya

Setiap pemain Topeng Dalang Sinar Kemala memiliki peran dan karakteristik masing-masing dalam penokohannya. Baik dari tariannya, perlengkapan kostum, maupun dari tembang yang mengiringinya. Adapun nama-nama pemain dan tokoh-tokoh yang diperankannya adalah sebagai berikut :

No Nama

Pemeran

Peran/

Penokohan Keterangan

1 Ma’ adin Ki Dalang Sutradara 2 Moh. Sadik Subadra Istri Arjuna

3 Misnawi Arjuna Raja Hastinapura

4 Jamali Abimanyu Putera Arjuna dan Subadra

5 Munahwi Kresna Kakak Subadra

6 Burianto Darmo Kusumo Raja Ngamerta 7 Jumadin Srikandi Istri Arjuna

8 Mirut Raja Buta Tokoh Punakawan

9 Misliyanto Polo Dewo Paman Arjuna, kakak Kresna

10 Harianto Patih Sangkuni Tokoh Antagonis Musuh Para Pandawa

11 Suwarno Arimbi Ibu Gatot Koco

12 Hosen Dursasono Tokoh Antagonis, Pemimpin Kurawa

13 Suryadi Gatot Koco Putra Bimasena dengan Arimbi

14 Roni Duratmoko Tokoh Punakawan

15 Rosi Patih Sangkuni 2 Paman Para Kurawa 16 Abdul Yakin Hanoman Seekor Kera Putih

17 Darsono Ki Semar

Tokoh Panakawan,

pengasuh sekaligus penasihat para ksatria

18 Bungkos Bagong Anak Bungsu Semar

Tabel 0.1 Nama Pemeran dan Tokoh-Tokohnya Sumber : (Moh. Ridwan Sutarjo, SS)


(22)

11 II.1.5 Perlengkapan Topeng Dalang Sinar Kemala

Dalam setiap pementasannya, setiap pemeran dalam memerankan perannya tidak terlepas dari perlengkapan kostum yang dipakai saat berada di atas panggung. Hal ini untuk menunjukkan sifat dan karakter penokohan dalam setiap tokoh yang diperankannya.

Adapun perlengkapan kostum yang dipakai dalam setiap pementasan kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala adalah sebagai berikut :

1. Tokop (Topeng) 2. Mahkota

3. Rape’ (diikat di pinggang) 4. Bang-Bang

5. Kalabbau 6. Kalong (kalung) 7. Gellang (Gelang)

8. Siyet/Obu’ (Rambut Palsu) 9. Rambai

10. Ponjung/Sampur

11. Gungseng (ada di kaki pemain kasar)

II.1.6 Prosesi Pertunjukan Topeng Dalang Sinar Kemala

Dalam setiap pementasan, Topeng Dalang Sinar Kemala membuka pagelaran dengan penampilan tarian atau “ngremo”. Biasanya yang ditampilkan adalah jenis tarian sakral. Tarian tersebut juga diringi percakapan Dalang untuk membuka pemetasan Topeng Dalang lewat pemaparan prolog/panorama. Isinya kebanyakan berisi ucapan terima kasih dan permintaan maaf kepada pengundang hajatan. Kemudian disusul tembang-tembang Suluk (Nyanyian), alunan tembang ini mengantarkan para penonton untuk memasuki inti cerita yang akan dipentaskan. Suluk dan dialog dalam Topeng Dalang Sinar Kemala memakai bahasa Madura yang halus. Untuk suluk pembukaan menggunakan bahasa Jawa kuno, hal ini membuktikan bahwa kesenian topeng dalang awalnya berasal dari satu sumber.


(23)

12 Dalam setiap pertunjukan, tokoh utama yang menggerakkan semua pemeran adalah seorang Dalang. Ki Dalang sebagai pemimpin orkestra gamelan, menyajikan suluk, narasi dan mengucapkan dialog. Dengan suaranya yang lembut, kadang menghentak keras. Ki Dalang memimpin penari-penari yang bergerak di belakang topeng. Semua pemeran lakon/penari tidak berbicara, kecuali Semar. Dialog dan nyanyian seluruhnya diucapkan oleh Ki Dalang yang duduk di samping sayap-sayap panggung atau dikenal dengan istilah sebeng. Pada sebeng inilah Ki Dalang mengisahkan lakon sesuai dengan cerita yang dibawakannya. Sedangkan para pemain berada di depan panggung sambil lalu menyesuaikan dengan gerakan-gerakan tari setiap alur cerita yang dikisahkan Ki Dalang tersebut. Setiap lakon yang dibawakan, selalu sarat dengan gaung cinta, adegan heroik ataupun beragam petuah bermakna filosofis kehidupan yang kental. Ditambah dengan gerak tarian, terangkai dalam gerak yang kompleks. Kadang-kadang gerakan tariannya halus, lemah lembut dan melankonis, lalu berubah kasar, kaku dan sedikit naif, namun dibawakan dengan penuh emosi yang ekspresif. Walaupun setiap gerak tariannya agak naif dan sedikit kaku, tetapi mengandung nilai spiritual yang tinggi. Dan itu merupakan salah satu nilai plus, karena nilai-nilai yang terkandung dalam setiap gerakannya masih murni, bersih dan otentik.

Dalam setiap pementasannya, seluruh pemain Topeng Dalang serta para penari didominasi pemain laki-laki. Setiap pementasan dibutuhkan penari sebanyak 15 sampai 25 orang dalam setiap lakon, yang dipentaskan semalam suntuk.

Gambar 0.3 Prosesi Pertunjukan Topeng Dalang Sinar Kemala Sumber : (Hasil Dokumentasi Foto Pribadi 7/04/2012 )


(24)

13 II.1.6.1 Gerakan Tarian Topeng Dalang Sinar Kemala

Adapun gerakan/gaya tarian yang dipakai dalam pertunjukan Topeng Dalang Sinar Kemala ada beberapa macam, diantaranya:

1. Tandhang Alos (Tari Halus),

2. Tandhang baranyak (Tari Sedang),

3. Tandhang ghalak (Tari Kasar) dan putri ( Gerak Penari Perempuan).

Masing-masing Tandhang ini diiringi oleh gending-gending tersendiri :

1. Tandhang Alos diiringi gending-gending Puspawarna, Tallang,

Rarari, dan lain-lainnya.

2. Tandhang Branyak diiringi gending-gending, Calilit, Pedat dan

Lembik.

3. Sedangkan Tandhang Ghalak diiringi gending-gending Gagak, Pucung, Kwatang Serang dan Gunungsari.

II.1.6.2 Alat Musik Pengiring

Untuk alat-alat musik yang dipakai dalam setiap pertunjukan Topeng Dalang Sinar Kemala adalah seperangkat gamelan yang terdiri dari kendang, gambang, saron, gong, kenong, gendir, siter, demong, ponggang, bonang, peking, pancer, dan rentengan serta ada kalanya ditambah dengan terompet khas Madura yaitu Sronen.

Gambar 0.4 Alat-Alat Musik Topeng Dalang Sinar Kemala Sumber : (Hasil Dokumentasi Foto Pribadi 7/04/2012 )


(25)

14 II.2 Dekorasi Panggung

Dalam sebuah pertunjukan drama tentu tidak terlepas adanya dekorasi yang melatarbelakanginya. Menurut Harymawan, definisi dekorasi adalah pemandangan latar belakang tempat memainkan lakon, meliputi furnitur, lukisan, hiasan, dan segalanya yang membantu perwatakan dalam sebuah peran. (Hendro Martono, 2008 : 50).

Sedangkan Menurut Pramana Padmodarmaya, (1998 : 112), skeneri sebagai kata ganti dekorasi memiliki dua pengertian yaitu :

1. Pertama adalah “dekorasi dalam pengertian yang luas” yakni seluruh elemen-elemen visual yang mengitari pemeran di dalam pertunjukannya di atas panggung, dengan kata lain suasana sekitar gerak laku di atas pentas.

2. Kedua adalah “dekorasi dalam pengertian terbatas” yaitu : benda yang membentuk suatu latar belakang fisik (ragawi) dan memberi batas ruang lingkup gerak-lakuan. Dalam hal ini adalah benda-benda yang melatarbelakangi para pemain saja, seperti misalnya layar-layar, dinding, dan beberapa perabotannya.

Layar dekorasi, yang dalam bahasa inggrisnya disebut “Backdrop” panggung mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam menciptakan suasana atau peristiwa yang terjadi dalam suatu pertunjukan. Menurut Pramana Padmodarmaya, (1998 : 112) menambahkan dekorasi memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut :

a) Memberikan suasana sekitar dan menempatkan gerak laku b) Memperkuat gerak laku, dan

c) Memperbaiki gerak laku para pemainnya.

II.2.1 Layar Dekorasi Panggung Topeng Dalang Sinar Kemala

Pada umumnya, beberapa kelompok kesenian Topeng Dalang di Madura menggunakan panggung dengan layar dekorasi yang dapat digulung ke atas untuk menunjukkan suasana yang dilukis pada layar dekorasi lainnya. Begitu pun juga dengan kelompok kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala Paberresan Sumenep


(26)

15 Madura. Layar – layar dekorasinya dibuat untuk menunjukkan suasana dan tempat peristiwa dimana peran itu dimainkan.

Layar-layar dekorasi tersebut dibuat dari kain kanvas berukuran kurang lebih 3 x 5,5 m yang digulung dan digantungkan di atas sebuah kerangka bambu berbentuk segi empat yang biasa disebut dengan para-para. Layar-layar tersebut kemudian direntangkan dari sisi kanan dan kiri panggung bagian belakang dengan cara diturun-naikkan dengan bantuan seutas tali oleh dua orang petugas dekorasi yang sudah standby atau bersiap-siap sebelum acara pagelaran dimulai. Setelah layar dekorasi tersebut diturunkan, para pemain bertopeng kemudian bergerak didepannya dengan tanpa tirai panggung yang menutupi mereka.

Untuk pewarnaan pada layar dekorasinya sendiri menggunakan cat aga dengan warna-warna yang cerah mencolok. Sedangkan proses pemasangannya masih menggunakan cara-cara manual dengan bantuan alat ala kadarnya yang dikerjakan secara berkelompok oleh para awak pemain topeng dan para pengurus.

Kumpulan ini menggunakan empat layar utama yang dijadikan latar belakang dalam setiap pementasannya. Layar-layar tersebut selalu dipakai dalam setiap lakon atau cerita yang dimainkan. Menurut Moh. Ridwan Sutarjo menambahkan, setiap layar dalam kelompok keseniannya dibuat sedemikian rupa dengan ala kadarnya tanpa memiliki dasar rujukan yang melatarbelakangi pembuatannya sehingga layar dekorasi yang ditampilkan kurang mendapat perhatian dari para penonton yang melihatnya. Perhatian penonton lebih banyak terfokus pada para pemain topeng yang sedang bermain di atas panggung.

Gambar 0.5 Bentuk Layar Dekorasi Topeng Dalang Sinar Kemala Sumber : (Hasil Dokumentasi Foto Pribadi 7/04/2012 )


(27)

16 Dari tata kelola panggungnya sendiri, bentuk dan bahan materialnya masih sama tidak ada perubahan dari dulu hingga sekarang, hanya sedikit penambahan warna pada aksesori panggung yang mulai pudar.

Gambar 0.6 Bentuk Panggung Topeng Dalang Sinar Kemala Sumber : (Hasil Dokumentasi Foto Pribadi 7/04/2012 )

Sedangkan dari bentuk rangka bangunnya, panggung Topeng Dalang Sinar Kemala dibangun dengan menggunakan pondasi yang terbuat dari kerangka pipa besi dan bambu dengan ukuran panjang 8 meter dan lebar kurang lebih 5,5 m persegi. Sedangkan pada tingginya memiliki ukuran kurang lebih 6 m.

Gambar 0.7 Ukuran Panggung Topeng Dalang Sinar Kemala Sumber : (Ilutrasi pribadi dari hasil observasi di lapangan)

Pada lantainya menggunakan bahan kayu yang terbuat dari pohon mangga, disusun sejajar mengikuti ukuran panggung dengan tali pengikat yang berfungsi


(28)

17 untuk mengikat kayu yang satu dengan yang lainnya agar tidak goyang. Pada atapnya terdapat para-para bambu dan kayu. Para-para ini berjejer atau berderet sejajar dengan arah panggung bawah ke panggung atas, meliputi juga seluruh daerah atas panggung. Dari kerangka para-para ini tergantung semua perlengkapan gantungan, misalnya: layar, sebeng, satu-satuan lampu, dan lain sebagainya. Semuanya dipasang secara manual dengan menggunakan tali pengikat. Untuk sebeng atau sayap-sayap panggung terdiri dari 3 macam, yaitu sebeng utama, sebeng pelapis dan sebeng penutup area samping kanan dan kiri panggung. Semuanya terbuat dari bahan triplek. Untuk layar penutupnya menggunakan kain saten warna merah, hitam, dan biru dongker.

Para pemusik pengiring ditempatkan di depan area panggung membaur dengan para penonton. Aspek penataan semacam ini lazim dilakukan oleh kelompok ini dalam setiap pertunjukannya. Menurut Moh. Ridwan Sutarjo, salah satu cara untuk menampilkan seni pemanggungan dalam cerita topeng haruslah terfokus pada satu titik pandangan mata dengan satu bingkai proscenium. Untuk itulah pemusik menempati posisi di depan para pemain yang dimaksudkan untuk memudahkan para pemusik menabuh yang sesuai dengan gerak para pemainnya.

Gambar 0.8 Tata Kelola Panggung


(29)

18 Adapun denah tata dan dekorasi panggung Topeng Dalang Sinar Kemala secara detail dapat diilustrasikan seperti gambar berikut :

Gambar 0.9 Denah Panggung Tampak Atas Sumber : (Ilutrasi pribadi dari hasil observasi di lapangan) 1. Layar Background Berwarna Merah

2. Back Stage (Tempat Masuk Keluarnya Pemain)

3. Layar Background Berwarna Hitam 4. Dekorasi 1 (Kaputren)

5. Dekorasi 2 (Kraton Hastina) 6. Dekorasi 3 (Kraton Ngamerta) 7. Dekorasi 4 (Alas/Hutan Belantara)

8. Para-Para (Kerangka Bambu yang disusun berderet) 9. Sebeng Samping Kanan (Sayap-Sayap Panggung) 10. Area Panggung

11. Sebeng Samping Kiri (Sayap-Sayap Panggung) 12. Area Samping Kiri Pangung Tempat Ki Dalang 13. Sebeng Pelapis

14. Sebeng Utama

15. Area Samping Kanan Pangung Tempat Istirahat Para Pemain

16. Tiser (Kain Penutup)

17. Tormentor Kiri (Penghalang Area Samping Panggung Kiri)

18. Area Pandang Panggung


(30)

19 II.3 Analisa Permasalahan Dekorasi Panggung Topeng Dalang Sinar Kemala

Menurut Muhammad Ridwan Sutarjo, SS., salah satu pengurus dari kelompok kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala mengatakan bahwa menurunnya eksistensi kesenian ini dikalangan masyarakat khususnya masyarakat perkotaan dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah minimnya pengetahuan dan wawasan ilmu kesenian yang dimiliki oleh para seniman Topeng Dalang untuk menopang profesi mereka dikarenakan pendidikan yang rendah sehingga berdampak pada lambannya regenerasi yang dilakukan kepada generasi penerusnya. Tata kelola dan dekorasi panggung masih tergolong sangat tradisional, yakni tidak mengikuti tren dan perkembangan teknologi infomasi masa kini, layar dekorasi atau Backdrop panggung yang tersedia juga tidak sesuai dengan setting alur cerita yang disajikan dalam setiap adegan dan pembabakannya sehingga tidak jarang membuat jenuh para penonton yang menikmatinya. Jika dahulu, konsep panggung yang disajikan secara manual dalam kesenian Topeng Dalang sangat menarik untuk dilihat, dikarenakan belum adanya teknologi yang berkembang dalam bidang seni pertunjukan, maka sangat wajar sekali kesenian ini menjadi tontonan yang menarik dikalangan masyarakat saat itu karena tidak adanya pilihan.

Namun setelah ditemukannya teknologi yang menunjang dalam bidang seni pertunjukan, maka konsep panggung yang dahulu disajikan secara manual kini tidak lagi menjadi tontonan yang menarik bagi sebagian masyarakat, khususnya masyarakat perkotaan. Hal itu dikarenakan banyaknya pilihan-pilihan hiburan alternatif masa kini yang disuguhkan kepada masyarakat dengan menggunakan teknologi digital yang lebih praktis dan instan seperti Televisi, Film Biokop, Komputer, Internet, VCD/DVD, dan lain sebagainya. Selain itu, perbedaan budaya yang dialami generasi masa kini yang cenderung berubah dan mengikuti perkembangan zaman jelas berbeda dengan generasi dahulu yang serba minim informasi. Menurut Lilik Rosida Irmawati, kesenian Topeng Dalang mulai ditinggalkan penikmatnya lantaran adanya anggapan bahwasanya kesenian Topeng Dalang yang ada saat ini sudah ketinggalan zaman. Oleh karena itu, penulis perlu menggarisbawahi beberapa fakta dari hasil obervasi lapangan yang penulis lakukan mengenai layar dekorasi atau Backdrop panggung Topeng Dalang Sinar Kemala Paberresan Sumenep, yaitu sebagai berikut :


(31)

20 Layar Dekorasi atau Backdrop yang dipakai tidak sesuai dengan setting alur cerita yang ada dalam setiap adegan dan pembabakannya.

Layar Dekorasi atau Backdrop yang ada terkesan kumuh, tidak terawat dan perwarnaannya yang sudah mulai luntur dan rapuh sehingga perlu adanya usaha transformasi (perubahan bentuk) dan revitalisasi (merancang kembali) agar tidak terkesan monoton dan membuat jenuh para penonton yang melihatnya.

II.4 Solusi Permasalahan

Dari hasil pemaparan analisa permasalahan di atas, maka perlu adanya transformasi (perubahan bentuk) dan revitalisasi (merancang kembali) pada Backdrop atau layar dekorasi panggung yang ada pada setiap adegan dan pembabakannya dengan sentuhan ilustrasi digital painting. Hal ini dilakukan untuk menyuguhkan gambaran visual secara lebih imajinatif, menarik, dan dimensional agar nantinya penonton tidak jenuh dalam melihatnya.

II.5 Segmentasi

Adapun segmentasi atau target audience yang akan dituju dalan proses perancangan ini adalah anak remaja hingga dewasa di perkotaan khususnya para seniman Topeng Dalang Sinar Kemala Paberresan Sumenep.

a. Demografi

Gender : Laki dan Perempuan Usia : Berkisar 15 – 30 Thn

Status Sosial : Kelas Ekonomi Menengah Kebawah b. Geografi

Wilayah : Masyarakat perkotaan dan perdesaan di - kabupaten Sumenep khususnya dan - masyarakat Madura pada umumnya.


(32)

21 c. Psikografi

Para penonton kesenian ini kebanyakan orang-orang dewasa laki-laki maupun perempuan dan ada juga sebagian remaja serta anak-anak yang kesemuanya memiliki kecenderungan berimajinasi dan tertarik pada suatu hal yang baru dan asing bagi mereka.


(33)

22 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang digunakan berupa perancangan ilustrasi Backdrop panggung dengan dua pendekatan yaitu pendekatan visual dan verbal.

Untuk pendekatan visualnya memiliki tujuan untuk memberikan gambaran visual yang lebih menarik, imajinatif, mudah dipahami, dan dapat dilihat secara jelas seperti apa seni pertunjukan Topeng Dalang Sinar Kemala itu dan bagaimana jalan cerita yang disajikannya dengan menampilkan tampilan desain visual dekorasi panggung yang memiliki ekspresi sebagai pendukung.

Sedangkan untuk pendekatan verbalnya memiliki fungsi dan tujuan sebagai alat pendukung dari pendekatan visual guna membantu menjelaskan bentuk visual yang ada dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini diharapkan agar lebih mudah di mengerti dan dipahami oleh masyarakat secara umum.

III.1.2 Tujuan Komunikasi

Untuk menyuguhkan tampilan visual kepada penonton secara lebih menarik, imajinatif, dimensional, dan sesuai dengan setting atau alur cerita yang ada, sekaligus untuk memberikan penjelasan mengenai lokasi dimana cerita tersebut dimainkan.

III.2 Strategi Kreatif

Dalam perancangan ilustrasi Backdrop panggung disini sedikit banyak mengacu pada arsitektur bangunan kuno di era masa kerajaan majapahit, singosari dan mataram, juga bangunan-bangunan keraton Sumenep, mengingat kerajaan-kerajaan tersebut memiliki pengaruh besar pada proses pembentukan kesenian topeng dalang itu sendiri di Madura, baik dari gaya arsitekturalnya, pola ukiran, warna, dan asesoris yang digunakan dengan tetap menyesuaikan pada perkembangan teknologi kekinian. Hal ini dilakukan agar nuansa kebudayan tradisionalnya masih tetap terjaga dan sejalan dengan perkembangan zaman yang ada.


(34)

23 Sedangkan gaya visual yang digunakan adalah gaya ilustrasi semi realis yang diaplikasikan dalam bentuk Backdrop atau layar dekorasi panggung sebagai media utama dan juga nantinya untuk media pendukung. Proses pembuatannya sendiri menggunakan sistem printing bukan lagi dibuat secara manual, yakni dilukis melainkan menggunakan alat printing yang biasa digunakan untuk mencetak gambar berukuran besar seperti billboard, baliho, dan lain sebagainya. Sedangkan software program yang digunakan yaitu program Adobe Photoshop yang merupakan program standarisasi untuk olahan gambar digital maupun efek-efek visual lainnya.

Dalam pengaplikasiannya, pola gambar yang ada dengan menggunakan bentuk perspektif masih tetap dipakai, begitu halnya dengan penempatan pintu keluar masuk para pemain yang berada dikiri dan kanan layar dekorasi panggung. Hal ini dilakukan agar identitas dari kesenian Topeng Dalang Sinar Kemala itu sendiri tidak hilang.

Gambar 0.1 Gaya Ilustrasi Semi Realis Sumber : (http://speckyboy.com/2011/08/12) III.2.1 Setting Dekorasi Panggung

Dalam perancangan ilustrasi Backdrop atau layar dekorasi panggung disini tentunya menyesuaikan dengan plot dan alur cerita yang ada. Adapun cerita yang biasa dimainkan pada pertunjukan Topeng Dalang Sinar Kemala Sumenep selalu mengangkat kisah yang mengadaptasi dari kisah Ramayana dan Mahabrata, yang dalam hal ini mengambil cerita tentang “Durno Memberontak Negara Ngamerta”.


(35)

24 a. Sinopsis

Kerajaan Ngamerta adalah kerajaan yang paling besar didalam cerita Ramayana. Karena kerajaan tersebut berkumpulnya para punggawa yang sakti mandraguna. Tak ketinggalan juga para ‘Pandawa Lima’. Kerajaan Ngamerta juga dikatakan kerajaan yang paling berkuasa dalam cerita Ramayana dan Mahabrata. Karena para punggawanya yang sangat terkenal, yakni diantaranya adalah Darmokusumo, BrotoSeno (Bima), Krisna, Polodewo, Gatot Koco, Joko Tawang, Onto Rejo, Nakula, Sadewo, Arjuna serta Ki Semar dan Bagong.

Di tempat lain, Durno (Guru Arjuna) sedang bertapa ditempat pertapaannya. Ia adalah seorang Maha Guru yang sakti mandraguna. Arjuna merupakan murid tunggalnya. Namun dibalik kesaktiaanya, ia memiliki akal yang sangat licik. Ia sengaja menurunkan ilmunya kepada Arjuna dengan syarat ia bisa memiliki istri dari Arjuna yang bernama “ Subadra “. Namun, sayang itu tidaklah mudah baginya. Ia pun mencari cara untuk mendapatkan istri Arjuna ‘Subadra’.

Setelah beberapa lama kemudian, akhirnya ia menemukan cara untuk mendapatkannya yaitu dengan cara mengubah wajahnya menjadi Polodewo palsu. Polodewo adalah paman dari Arjuna.

Setelah durno berganti wujud rupa menjadi Polodewo palsu, ia pun menyusup ke kerajaan Ngamerta dan akhirnya dengan tipu muslihatnya ia pun bisa mengajak Subadra yang berada di Kadipaten Madi Gondo dengan alasan sedang ditunggu suaminya Arjuna di Alas Gunung Gegger. Subadra pun akhirnya mau dan pergilah mereka berdua untuk alasan menemui Arjuna.

Tak lama kemudian, datanglah Arjuna ke kediaman Istrinya Subadra. Namun, sesampainya disana Arjuna tidak menemukan Istrinya. Ia pun memanggil ‘Emban’ si pelayan istrinya Subadra dan menanyakan perihal ketiadaan istrinya dikediamannya. 'Emban pun menceritakan bahwasanya Raden Ajeng Subadra pergi ke Hutan


(36)

25 bersama Polodewo (durno) untuk menemui Raden Bagus Arjuna. Arjuna pun tersentak.

Merasa istrinya dalam bahaya, Arjuna pergi ke kerajaan Ngamerta untuk melaporkan kejadian tersebut kepada pamannya ‘Polodewo', penguasa kerajaan Ngamerta. Ketika mendengar hal tersebut Polodewo akhirnya murka dan mencari siapa yang menculik Sumbadra istri dari keponakannya itu.

Dengan kesaktiaanya, Polodewo asli akhirnya menemukan ‘Polodewo Palsu’ yang sedang bersama Subadra di Alas Gunung Gegger. Tak lama kemudian, terjadilah pertarungan sengit diantara keduanya, (Polodewo Asli VS Polodewo Palsu).

Di lain tempat, si Caleteng Krisna (paman Subadra) ikut serta mencari Subadra bersama Arjuna. Di tengah jalan, ia melihat ada pertarungan yang hebat di Alas Gunung Gegger. ia pun pergi untuk melihatnya dan ternyata pertarungan sengit yang terjadi adalah antara dua Polodewo (palsu dan asli).

Seketika itu Krisna langsung menghentikan pertarungan tersebut. Krisna pun bernegosiasi dengan Arjuna dan memutuskan untuk mengadakan sayembara.. “Barang siapa yang bisa masuk ke dalam kendi ini berarti dialah yang asli. Begitu juga sebaliknya, barang siapa yang tidak bisa masuk kedalam kendi ini maka dialah yang palsu.” Padahal politik dari Krisna tersebut adalah mencari kelemahan. Yang bisa masuk kedalam kendi itu berarti ia mempunyai ilmu jin/ilmu hitam. Para Polodewo tersebut sepakat dan menyanggupi tantangan itu. Setelah beberapa lama kemudian, akhirnya yang masuk kedalam kendi itu adalah Polodewo Palsu setelah masuk kedalam kendi dengan cepat tangan si Krisna menutup lubang kendi. Disitulah Polodewo palsu menjerit kepanasan dan tak bisa bernapas. Namun Krisna pun meminta persyaratan. “Apabila kamu mengaku siapa kamu sebenarnya maka saya akan mengeluarkan dari dalam kendi ini”, tukas Krisna. Tak lama kemudian si Polodewo palsu pun mengaku : “Saya sebenarnya guru dari Arjuna yaitu Durno”. Akhirnya, diketahuilah, biang keladinya. Setelah


(37)

26 dikeluarkan dari kendi, Durno oleh Polodewo disiksa dan dipenjarakan dikarenakan ia telah menjelek-jelekkan namanya kepada masyarakat kerajaan Ngamerta.

b. Storyline

Storyline merupakan pengembangan dari sinopsis. Storyline ini

terdiri dari deskripsi dan dialog.

Babak Cerita Setting

Backdrop

1.

Kerajaan Ngamerta adalah kerajaan yang paling besar didalam cerita Ramayana. Karena kerajaan tersebut berkumpulnya para punggawa yang sakti mandraguna. Tak ketinggalan juga para ‘Pandawa Lima’. Kerajaan Ngamerta juga dikatakan kerajaan yang paling berkuasa dalam cerita Ramayana dan Mahabrata. Karena para punggawanya yang sangat terkenal, yakni diantaranya adalah Darmokusumo, BrotoSeno (Bima), Krisna, Polodewo, Gatot Koco, Joko Tawang, Onto Rejo, Nakula, Sadewo, Arjuna serta Ki Semar dan Bagong.

Kerajaan Ngamerta

2.

Di tempat lain, Durno (Guru Arjuna) sedang bertapa ditempat pertapaannya. Ia adalah seorang Maha Guru yang sakti mandraguna. Arjuna merupakan murid tunggalnya. Namun dibalik kesaktiaanya, ia memiliki akal yang sangat licik.

Ia sengaja menurunkan ilmunya kepada Arjuna dengan syarat ia bisa memiliki istri

Alas Tunggul Manik


(38)

27 dari Arjuna yang bernama “ Subadra “.

Namun, sayang itu tidaklah mudah baginya.

Ia pun mencari cara untuk mendapatkan istri Arjuna ‘Subadra’.

Setelah beberapa lama kemudian, akhirnya

ia menemukan cara untuk

mendapatkannya yaitu dengan cara mengubah wajahnya menjadi Polodewo palsu. Polodewo adalah paman dari Arjuna.

3.

Setelah durno berganti wujud rupa menjadi Polodewo palsu, ia pun menyusup ke kerajaan Ngamerta dan akhirnya dengan tipu muslihatnya ia pun bisa mengajak Subadra

yang berada di Kadipaten Madi Gondo dengan alasan sedang ditunggu suaminya Arjuna di Alas Gunung Gegger.

Subadra pun akhirnya mau dan pergilah mereka berdua untuk alasan menemui Arjuna.

tak lama kemudian, datanglah Arjuna ke kediaman Istrinya Subadra. Namun, sesampainya disana Arjuna tidak menemukan Istrinya. Ia pun memanggil ‘Emban’ si pelayan istrinya Subadra dan menanyakan perihal ketiadaan istrinya dikediamannya.

Emban pun menceritakan bahwasanya Raden Ajeng Subadra pergi ke Hutan bersama Polodewo (durno) untuk

Kadipaten Madi Gondo


(39)

28 menemui Raden Bagus Arjuna. Arjuna

pun tersentak.

4.

Merasa istrinya dalam bahaya, Arjuna pergi ke kerajaan Ngamerta untuk melaporkan kejadian tersebut kepada pamannya ‘Polodewo', penguasa kerajaan Ngamerta. Ketika mendengar hal tersebut Polodewo akhirnya murka dan mencari siapa yang menculik Sumbadra istri dari keponakannya itu.

Kerajaan Ngamerta

5.

Dengan kesaktiaanya, Polodewo asli akhirnya menemukan ‘Polodewo Palsu’ yang sedang bersama Subadra di Alas Gunung Gegger. Tak lama kemudian, terjadilah pertarungan sengit diantara keduanya. (Polodewo Asli VS Polodewo Palsu)

Alas Gunung Gegger

6.

Di lain tempat, si Caleteng Krisna (paman Subadra) ikut serta mencari Subadra bersama Arjuna. Di tengah jalan, ia melihat ada pertarungan yang hebat di Alas Gunung Gegger. ia pun pergi untuk melihatnya dan ternyata pertarungan sengit yang terjadi adalah antara dua Polodewo (palsu dan asli).

Seketika itu Krisna langsung menghentikan pertarungan tersebut. Krisna pun bernegosiasi dengan Arjuna dan memutuskan untuk mengadakan sayembara.. “Barang siapa yang bisa masuk ke dalam kendi ini berarti dialah yang asli. Begitu juga sebaliknya, barang

Alas Gunung Gegger


(40)

29 siapa yang tidak bisa masuk kedalam

kendi ini maka dialah yang palsu.” Padahal politik dari Krisna tersebut adalah mencari kelemahan. Yang bisa masuk kedalam kendi itu berarti ia mempunyai ilmu jin/ilmu hitam. Para Polodewo tersebut sepakat dan menyanggupi tantangan itu.

7.

Setelah beberapa lama kemudian, akhirnya yang masuk ke dalam kendi itu adalah Polodewo Palsu setelah masuk kedalam kendi dengan cepat tangan si Krisna menutup lubang kendi. Disitulah Polodewo palsu menjerit kepanasan dan tak bisa bernapas. Namun Krisna pun meminta persyaratan. “Apabila kamu mengaku siapa kamu sebenarnya maka saya akan mengeluarkan dari dalam kendi ini”, tukas Krisna. Tak lama kemudian si Polodewo palsu pun mengaku:“Saya sebenarnya guru dari Arjuna yaitu Durno”. Akhirnya diketahuilah,biang keladinya.

Alas Gunung Gegger

8.

Setelah dikeluarkan dari kendi, Durno oleh Polodewo disiksa dan dipenjarakan dikarenakan ia telah menjelek-jelekkan namanya kepada masyarakat kerajaan Ngamerta.

Kerajaan Ngamerta


(41)

30 c. Storyboard

Storyboard disini mengambil lokasi atau setting peristiwa dimana

peran dimainkan, yang dalam hal ini mengisahkan cerita ”Durno

Memberontak Negara Ngamerta” yaitu diantaranya :

1. Kerajaan Ngamerta 2. Alas Tunggul Manik 3. Kadipaten Madi Gondo 4. Alas Gunung Gegger

III.3 Strategi Media

Didasarkan pada permasalahan yang dihadapi, maka dalam pemilihan suatu media diharapkan dapat menjadi solusi atau jawaban dari suatu permasalahan. Media dipilih untuk menyampaikan pesan kepada target secara informatif agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan mudah, maka pemilihan media informasi ini haruslah efektif, efisien dan tepat sasaran. Berikut media yang akan di gunakan, yaitu:

III.3.1 Media Utama

Strategi media yang dipilih sebagai media utama adalah berupa layar dekorasi panggung dengan ukuran skala 1 : 78 cm2 (format ukuran kertas 36 cm x 59 cm) dari ukuran aslinya 3 x 5,5 m. sedangkan, proses pembuatannya menggunakan digital printing.


(42)

31 III.3.2 Media Pendukung

Media pendukung adalah media yang di gunakan untuk mendukung media utama di atas. Oleh karena itu, dipilihlah media pendukung sebagai berikut :

1. Poster

Poster merupakan suatu bentuk media informasi berupa gambar pada selembar kertas berukuran besar yang digantung atau ditempel di dinding atau permukaan lain. Poster merupakan alat untuk mengiklankan sesuatu sebagai alat propaganda, dan protes serta maksud-maksud lain untuk menyampaikan berbagai pesan. Selain itu, poster juga dipergunakan secara perorangan sebagai sarana dekorasi yang murah meriah terutama bagi anak muda. (Ensiklopedia Wikipedia) Media ini pada umumnya digunakan untuk mengenalkan suatu produk dari suatu perusahaan atau digunakan sebagai sarana promosi.

Gambar 0.3 Media Pendukung Poster 2. Flyer

Flayer merupakan bentuk media promosi instan dan murah yang digunakan sebagai alat untuk merangsang minat pembelian dari para konsumennya. Flayer memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dari poster, hanya saja ukurannya yang lebih kecil. Selain itu, flayer juga memiliki kelebihan, yaitu selain praktis dan mudah dibawa juga


(43)

32 informatif karena bisa memuat berbagai informasi yang singkat dan jelas. Media ini biasanya dibagikan secara cuma-cuma, beberapa saat sebelum event/acara tertentu akan berlangsung.

Gambar 0.4 Media Pendukung Flayer 3. Stiker

Stiker merupakan bentuk media promosi langsung yang diberikan saat pagelaran akan dimulai. Stiker berfungsi sebagai media pengingat yang fleksibel dan praktis untuk ditempelkan dimana saja.

Gambar 0.5 Media Pendukung Stiker

4. Mug

Mug atau yang sering kita kenal dengan istilah cangkir, merupakan suatu jenis wadah tempat minum yang pada umumnya dipergunakan untuk menyajikan minuman hangat seperti teh, kopi, susu maupun coklat panas. Mug sendiri berfungsi sebagai media pengingat (gimmick) yang bisa dibawa kemana aja.


(44)

33 Gambar 0.6 Media Pendukung Mug

5. Tas Kantong (Paper Bag)

Tas Kantong atau dalam bahasa inggrisnya disebut ‘Paper Bag’ ini merupakan bentuk media promosi langsung (media berjalan) yang pada umumnya digunakan sebagai tempat meletakkan barang-barang ringan, seperti pakaian (baju dan celana), asesoris, peralatan sekolah dan lain sebagainya. Media ini berfungsi sebagai media pengingat yang fleksibel dan praktis untuk dibawa kapan dan dimana saja.

Gambar 0.7 Media Pendukung Paper Bag 6. Kaos (T-Shirt)

Kaos (T-Shirt) adalah pakaian sederhana yang terbuat dari garmen rajutan atau tenunan untuk menutupi bagian tubuh yg terbuka mulai dari leher sampe pinggul. Kaosberfungsi selain untuk penghangat tubuh dan fashion, juga dapat digunakan sebagai identitas untuk mempromosikan suatu kelompok atau event-event tertentu.


(45)

34 Gambar 0.8 Media Pendukung Kaos (T-Shirt)

7. Asesoris Panggung

Asesoris panggung merupakan bentuk media penunjang untuk menciptakan nuansa 3 dimensi pada panggung sekaligus untuk memberikan kesan ke dalaman dalam perspektif panggung. Asesoris panggung sendiri bersifat fleksibel dan dapat dibongkar pasang sesuai kebutuhan.

Gambar 0.9 Media Pendukung Asesoris Panggung III.4 Strategi Distribusi

Strategi distribusi merupakan kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan. Oleh karena itu, dalam perdistribusiannya ada beberapa cara yang akan dilakukan, yaitu diantaranya :


(46)

35

NO JENIS MEDIA RENCANA DISTRIBUSI

1. Poster

Di sekolah-sekolah, Perguruan Tinggi, Lembaga Kesenian Daerah dan juga di tempat-tempat umum, seperti halte, terminal, swalayan, dsb di kabupaten Sumenep.

2. Flayer

Dibagikan setelah acara pagelaran usai dan pada event-event kebudayaan Nasional maupun Internasional

3. Stiker Dibagikan pada saat pagelaran akan dimulai

4. Mug

Dipakai untuk menghidangkan kopi dan teh kepada para tamu undangan dan para sesepuh desa setempat.

5. Tas Kantong Sebagai tempat jajanan seusai pertunjukan digelar

6. Kaos (T-Shirt) Untuk mengakomodir para pemain topeng dan pengurus dalam keadaan informal

7. Asesoris

Panggung Dipajang saat pementasan berlangsung

Tabel 0.2 Strategi Distribusi III.5 Konsep Visual

Konsep Visual yang dipakai dalam perancangan ilustrasi Backdrop atau layar dekorasi panggung disini menggunakan gaya ilustrasi semi realis secara manual yang kemudian diolah secara digital dengan menggunakan software program Adobe Photoshop.

III.5.1 Format Desain

Untuk perancangan ilustrasi Backdrop atau layar dekorasi panggung disini, format desain yang digunakan berbentuk custom memanjang atau landscape dengan ukuran skala 1 : 78 cm2 (format ukuran kertas 36 cm x 59 cm) dari ukuran aslinya 3 x 5,5 m, sedangkan untuk media pendukung lainnya, seperti poster menggunakan kertas art paper ukuran A3 (29,7 cm x 42 cm), flyer, Stiker, Paper


(47)

36 Bag, dan lain sebagainya menyesuaikan. Kesemuanya menggunakan resolusi gambar yang mengacu pada sistem cetak gambar dalam ukuran skala besar, yaitu berukuran 300 pixel. Ukuran tersebut digunakan khususnya pada Backdrop panggung, mengingat bentuk dan ukuran yang memiliki ukuran berskala besar sehingga gambar yang dicetak nantinya tidak pecah dan jelas.

Gambar 0.10 Ukuran Asli Bakcdroup Panggung (3 x 5,5 m)


(48)

37 Gambar 0.12 Format Desain Poster A3

III.5.2 Tata Letak (Layout)

Tata letak (layout) dalam perancangan ini lebih dikhususkan pada media pendukung seperti poster, flyer, paper bag, dan lain-lain. Unsur-unsur grafis yang dipakai dalam media ini, biasanya mengandung berbagai unsur komposisi, seperti teks, garis, warna, bidang, gambar dan sebagainya.

Sistem layout sendiri menggunakan sistem arah baca berbentuk huruf “Z” (dari kanan atas ke sudut kiri bawah ataupun sebaliknya) dengan point of interest diposisi tengah. Sistem ini digunakan mengikuti pola metode baca visual yang sesuai standar Internasional.


(49)

38 III.5.3 Huruf Tipografi

Huruf yang dipakai dalam perancangan ini menggunakan 2 jenis huruf, yaitu :

Untuk bagian Headline dan Logo menggunakan huruf FTF Indonesia Serif.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X

Y z 1234567890,.

o Huruf ini dipakai selain mencirikan budaya Indonesia yang kental akan nilai budaya lokal juga huruf ini memiliki tingkat

keterbacaan yang baik dan memiliki kesan klasik, tradisional, bebas , dan kontemporer kekinian

Sedangkan, untuk Tagline dan Body Text menggunakan huruf Helvetica LT

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X

Y Z a b c d e f g h I j k lm n o p q r s t u v w x y z

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

o Huruf ini dipakai selain mudah dibaca juga karena memiliki kesan simple, modern, dan enak dilihat.


(50)

39 III.5.4 Ilustrasi

Ilustrasi yang dipakai dalam pembuatan Backdrop panggung disini lebih cenderung pada cerita-cerita pewayangan, baik dari gaya arsitekturalnya, bentuk ukiran, warna, maupun suasana yang diceritakannya. Proses pembuatannya sendiri, menggunakan teknik gambar manual menggunakan pensil 2B dan sejenisnya. Dari sketsa manual kemudian diolah kedalam bentuk digital dengan mempergunakan software program Adobe Photoshop untuk tahap colouring & finishing.

III.5.4.1 Studi Ilustrasi

Dalam pembuatan ilustrasi Backdrop panggung disini, ada beberapa referensi yang menjadi acuan dalam pembuatannya. Referensi yang diambil disesuaikan dengan setting tempat yang dibawakan dalam lakon “Durno

Memberontak Negara Ngamerta”, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk Bentuk Arsitekturalnya a. Kraton Ngamerta

Gambar 0.15 Pendopo Agung Trowulan dan Pintu Kota Gede Sumber : (The Aroengbinang Travelog.htm) -

(erwanristiadi.htm/KerajaanMataramIslamdiKotagede)


(51)

40 b. Kadipaten Madi Gondo

Gambar 0.17 Keraton Surakarta dan Pintu Keraton Sumenep Sumber : (kratonsurakarta.com) - (indonesia.travel.com)

Gambar 0.18 Aplikasi Visual Pada Media Backdrop Kadipaten Madi Gondo

2. Untuk Bentuk Pepohonan

Ada dua jenis pohon yang diambil, yaitu : Pohon Bodhi dan Pohon Jati.

a. Pohon Bodhi (Untuk setting tempat Alas Tunggul Manik)

Pohon yang dianggap suci ini terkenal bagi umat Buddha, karena dibawah pohon ini, Siddharta Gautama mendapatkan pencerahan. Pohon Bodhi berarti Pohon Kebangkitan dan terletak

di Bodhgaya, India merupakan spesies pohon yang turun

langsung dari pencerahan Siddharta Gautama. Bagi umat Buddha, pohon Bodhi merupakan pusat dari alam semesta. Umat yang melakukan perjalanan suci ke Bodhgaya mengambil biji dan daun pohon Bodhi untuk dibawa pulang maupun disimpan di wihara.


(52)

41 Gambar 0.19 Pohon Bodhi

Sumber : (amazingseeds.com/bodhitree-ficusreligiosa)

Gambar 0.20 Aplikasi Visual Pada Media Backdrop Alas Tunggul Manik

b. Pohon Jati (Untuk setting tempat Alas Gunung Gegger)

Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Pohon jati ini memiliki umur hingga ratusan tahun lamanya dan diperkirakan sudah ada dan kegunaannya dimanfaatkan sejak zaman kerajaan di Indonesia.


(53)

42 Gambar 0.21 Pohon Jati

Sumber : (woodfinishesdirect.com/blogcategorywood-types)

Gambar 0.22 Aplikasi Visual Pada Media Backdrop Alas Gunung Gegger

III.5.5 Warna

Warna merupakan unsur visual yang dapat mempengaruhi seseorang yang melihatnya, serta menambahkan kesan terhadap desain yang dibuat. Pemilihan warna yang diterapkan dalam pembuatan Backdrop panggung ini adalah warna – warna kecoklatan dan keemasan. Warna ini dipilih karena memiliki kesan klasik, tradisional, sederhana, energik, elegan dan sesuai dengan corak warna yang umumnya ada pada cerita pewayangan.


(54)

43 Gambar 0.23 Studi Warna

Adapun referensi yang dijadikan sebagai sumber acuannya, yakni diambil dari cerita-cerita umat hindu seputar kisah Ramayana dan Mahabrata.

Gambar 0.24 Kisah Ramayana Sumber : (bhagavadgita.org)


(55)

44 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Media Utama

IV.1.1 Ilustrasi Backdrop Panggung A. Media

Media utama disini berupa Backdrop panggung berukuran 3 x 5,5 m. dengan perbandingan skala 1 : 78 cm2 (format ukuran kertas 36 cm x 59 cm). Media ini membutuhkan ketahanan cukup kuat. Karena itu bahan yang dipilih adalah bahan yang biasa digunakan untuk cetak outdoor, yaitu

flexi. Sedangkan untuk pewarnaannya menggunakan cetak digital printing

dengan laser.

B. Teknis Produksi

Teknik pengerjaan media utama di awali dengan membuat sketsa secara manual di atas kertas HVS ukuran A4 dengan menggunakan pensil mekanik 2B 0.5 mm dan sejenisnya. Sketsa yang dibuat hanya sisi sebelah kiri dari kertas HVS ukuran A4. Hal ini dilakukan untuk memberi kesan simetris (sama sisi) pada ilustrasi yang dibuat nantinya.


(56)

45 Setelah perancangan sketsa manual selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah memindahkan sketsa manual ke dalam komputer dengan menggunakan alat pemindah gambar yaitu scanner. Selanjutnya sketsa manual tersebut diolah ke bentuk digital menggunakan software program Adobe Photoshop. Dalam proses tersebut, sketsa manual yang ada diduplikasi dan disatukan sehingga memiliki keseimbangan antara sisi kanan dan sisi kiri.

Gambar 0.2 Proses Duplikasi Sketsa Manual

Setelah sketsa manual dimasukan ke dalam komputer, sketsa tersebut lalu dibersihkan dan dirapikan. Nilai kontras garis dinaikan dengan menggunakan fungsi level ataupun curve yang ada dalam program Adobe Photoshop. Lalu agar hasilnya lebih baik maka dilakukan lagi proses

tracing digital. Proses ini menggunakan hardware tambahan yaitu

Graphic Tablet atau biasa juga disebut Pen Tablet. Hal ini di perlukan

agar proses menjiplak sketsa menjadi lebih mudah dan cepat.

Setelah semua proses diatas selesai, barulah berikutnya dilakukan pewarnaan secara menyeluruh menggunakan software program Adobe Photoshop. Dalam proses ini juga masih diperlukan Graphic Tablet sebagai alat tambahan agar bisa menghasilkan ilustrasi digital yang lebih baik.


(57)

46 Metode pewarnaan yang digunakan adalah metode cell shading. Yaitu metode pewarnaan yang biasa digunakan untuk film animasi. Metode ini digunakan agar seluruh hasil ilustrasi nantinya bisa tampak konsisten dalam segi warna. Mode warna yang digunakan saat proses pewarnaan di komputer adalah RBG (red, blue, green) dan jika telah siap untuk di cetak maka mode warna tersebut dirubah menjadi CMYK (cyan, magenta, yellow, black). Hal itu dilakukan, agar warna yang dihasilkan sama dengan hasil gambar yang sudah dicetak. Sedangkan untuk memperindah ilustrasi yang dibuat, digunakanlah texture pada objek gambar tertentu, seperti tembok bangunan, lantai, kayu, dan lain sebagainya.

Gambar 0.3 Hasil Pewarnaan Digital

Spesifikasi

Bahan Produksi : Flexi

Teknis Produksi : Cetak Digital (Warna) Ukuran Asli : 3 x 5,5 m


(58)

47 IV.2 Media Pendukung

IV.2.1 Poster A. Media

Untuk media pendukung sekaligus sebagai media promosi Backdrop panggung Topeng Dalang Sinar Kemala ini, menggunakan media poster sebagai media informasi yang menerangkan adanya layar dekorasi baru dan penuh warna yang akan ditampilkan dalam setiap pertunjukan Topeng Dalang Sinar Kemala.

Layout poster disini dibuat agar lebih terfokus kepada bentuk ilustrasi visual Backdrop panggung yang baru. Hal ini dilakukan agar mendapatkan apresiasi kembali dari masyarakat luas, khususnya masyarakat kabupaten Sumenep.

Media promosi ini ditujukan untuk remaja dan orang dewasa. Karena

itu layout yang digunakan agak lebih dramatis dan klasik, namun tetap

elegan serta masih bisa terlihat jelas dari arah alur bacanya.

B. Teknis Produksi Media

Mode pewarnaan yang digunakan adalah RGB, karena dalam pembuatannya menggunakan cara digital. Sedangkan, untuk ukuran poster yang digunakan adalah kertas ukuran A3 (29,7 cm x 42 cm) di kertas berjenis Artpaper 150 gsm. Kertas ini dipilih selain karena mempunyai kualitas pewarnaan yang baik, juga karena kertas ini tidak gampang kotor dan memiliki ketahanan yang lebih lama ketimbang kertas-kertas yang lain.


(59)

48 Gambar 0.4 Desain Poster

Spesifikasi

Bahan Produksi : Art Papper 150 gsm Teknis Produksi : Cetak Offset

Ukuran : 29,7cm x 42cm

IV.2.2 Flyer A. Media

Flyer merupakan salah satu bentuk media promosi yang diberikan pada saat pagelaran usai. Selain itu, sebagai bentuk media promosi pada saat acara atau event kebudayaan Nasional maupun Internasional. Flyer sendiri berfungsi sebagai media pengingat sekaligus media penunjang bagi media utama.

B. Teknis Produksi Media

Mode pewarnaan dalam media flyer disini sama dengan media poster yaitu RGB, karena dalam pembuatannya sama-sama menggunakan cara digital, hanya ukurannya saja yang lebih kecil dari ukuran media poster, yaitu menggunakan kertas ukuran A5 (14,8 cm x 21 cm) di kertas berjenis Artpaper 150 gsm. Ukuran ini dipilih disamping lebih menghemat biaya produksi, lebih banyak dalam hal jumlah, juga lebih praktis dan mudah dibawa kemana saja.


(60)

49 Gambar 0.5 Desain Flyer

Spesifikasi

Bahan Produksi : Kertas Artpaper 150 gsm Teknis Produksi : Cetak Offset

Ukuran : 14,8 cm x 21 cm (A5)

IV.2.3 Stiker A. Media

Stiker ini merupakan media promosi langsung yang diberikan saat pagelaran akan dimulai. Stiker berfungsi sebagai media pengingat yang fleksibel dan praktis untuk ditempelkan dimana saja.

B. Teknis Produksi Media

Desain stiker mengambil ilustrasi yang dipakai juga pada ilustrasi poster. Yaitu dengan mengambil 5 ilustrasi tokoh yang ditampilkan. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak remaja dan orang dewasa bisa terus mengingat nama-nama tokoh ini. Sedangkan untuk bahannya, digunakan kertas stiker chromo.


(61)

50 Gambar 0.6 Desain Stiker

Spesifikasi

Bahan Produksi : Kertas Stiker Chromo Teknis Produksi : Cetak Offset

Ukuran : Diameter 5 cm

IV.2.4 Mug A. Media

Mug merupakan bentuk media promosi yang digunakan sebagai tempat minum teh atau kopi bagi para tamu-tamu undangan dan sesepuh desa setempat. Mug sendiri berfungsi sebagai media pengingat (gimmick) yang bisa dibawa kemana aja.

B. Teknis Produksi Media

Dalam proses pembuatannya sendiri menggunakan sistem cetak digital yang kemudian hasilnya dilekatkan pada mug dengan bantuan alat khusus, sehingga bentuk visual yang ada menyatu dengan mug tersebut. Untuk bahan mug-nya sendiri menggunakan bahan keramik.


(62)

51 Gambar 0.7 Desain Mug

Spesifikasi

Bahan Produksi : Keramik Teknis Produksi : Digital Printing Ukuran : 9 cm x 18,5 cm

IV.2.5 Tas Kantong (Paper Bag) A. Media

Tas Kantong atau dalam bahasa inggrisnya disebut ‘Paper Bag’ ini merupakan bentuk media promosi langsung (media berjalan) yang diberikan pada saat pementasan telah usai. Tas Kantong ini digunakan sebagai tempat jajanan para tamu-tamu undangan dan para sesepuh desa yang merupakan hidangan wajib yang harus ada setiap kali kesenian ini mau digelar. Tas Kantong dalam hal ini berfungsi sebagai media pengingat yang fleksibel dan praktis untuk dibawa kapan dan dimana saja.

B. Teknis Produksi Media

Tas Kantong atau Paper Bag dibuat dengan sistem cetak digital dengan ukuran 22 cm x 32 cm. Bahannya sendiri menggunakan bahan kertas karton tipis yang dilaminasi terlebih dahulu. Bahan ini digunakan selain mudah dalam hal pelipatan dan pembuatannya juga ringan saat dibawa.


(63)

52 Gambar 0.8 Desain Tas Kantong

Spesifikasi

Bahan Produksi : Glossy Teknis Produksi : Cetak Offset Ukuran : 22 cm x 32 cm

IV.2.6 Kaos (T-Shirt) A. Media

Kaos (T-Shirt) ini dibuat selain sebagai bentuk media promosi juga untuk mengakomudir para pemain topeng dan pengurus dalam keadaan informal sekaligus sebagai bentuk identitas yang membedakan pengurus dan pemain dengan para penontonnya. Bisa digunakan kapan dan dimana saja sesuai keinginan.

B. Teknis Produksi Media

Kaos disini dibuat dengan sistem cetak printing menggunakan alat printing khusus yang dipakai untuk bahan-bahan berjenis kaos, kain, karet, dan sejenisnya. Hal ini dilakukan mengingat gambar yang ada memiliki warna gradasi yang tidak mudah untuk disablon. Disamping juga, prosesnya yang lebih cepat ketimbang memakai sistem cetak sablon. Sedangkan untuk bahannya sendiri menggunakan bahan kaos berjenis katun yang memiliki kelembutan dan nyaman untuk dipakai di badan.


(64)

53 Gambar 0.9 Desain Kaos (T-Shirt)

Spesifikasi

Bahan Produksi : Kain Katun Teknis Produksi : Sablon Ukuran : All Size

IV.2.7 Asesoris Panggung A. Media

Asesoris panggung dibuat untuk menciptakan nuansa 3 dimensi pada panggung sekaligus untuk memberikan kesan ke dalaman dalam perspektif panggung.

Asesoris panggung sendiri berfungsi sebagai media Pendukung dan media penunjang yang fleksibel dan dapat dibongkar pasang sesuai kebutuhan.

B. Teknis Produksi Media

Dalam Pembuatannya, Asesoris panggung dibuat menggunakan sistem cetak digital yakni diprint di kertas Flexi, kemudian dilapisi dengan triplek dan kayu sebahai penopangnya. Untuk ukurannya sendiri disesuaikan dengan kondisi panggung yang ada.


(65)

54 Gambar 0.10 Asesoris Pohon

Spesifikasi

Bahan Produksi : Flexi

Teknis Produksi : Cetak Digital (Warna)


(1)

49 Gambar 0.5 Desain Flyer

Spesifikasi

Bahan Produksi : Kertas Artpaper 150 gsm

Teknis Produksi : Cetak Offset

Ukuran : 14,8 cm x 21 cm (A5)

IV.2.3 Stiker A. Media

Stiker ini merupakan media promosi langsung yang diberikan saat pagelaran akan dimulai. Stiker berfungsi sebagai media pengingat yang fleksibel dan praktis untuk ditempelkan dimana saja.

B. Teknis Produksi Media

Desain stiker mengambil ilustrasi yang dipakai juga pada ilustrasi poster. Yaitu dengan mengambil 5 ilustrasi tokoh yang ditampilkan. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak remaja dan orang dewasa bisa terus mengingat nama-nama tokoh ini. Sedangkan untuk bahannya, digunakan kertas stiker chromo.


(2)

50 Gambar 0.6 Desain Stiker

Spesifikasi

Bahan Produksi : Kertas Stiker Chromo

Teknis Produksi : Cetak Offset

Ukuran : Diameter 5 cm

IV.2.4 Mug A. Media

Mug merupakan bentuk media promosi yang digunakan sebagai tempat minum teh atau kopi bagi para tamu-tamu undangan dan sesepuh desa setempat. Mug sendiri berfungsi sebagai media pengingat (gimmick) yang bisa dibawa kemana aja.

B. Teknis Produksi Media

Dalam proses pembuatannya sendiri menggunakan sistem cetak digital yang kemudian hasilnya dilekatkan pada mug dengan bantuan alat khusus, sehingga bentuk visual yang ada menyatu dengan mug tersebut. Untuk bahan mug-nya sendiri menggunakan bahan keramik.


(3)

51 Gambar 0.7 Desain Mug

Spesifikasi

Bahan Produksi : Keramik

Teknis Produksi : Digital Printing

Ukuran : 9 cm x 18,5 cm

IV.2.5 Tas Kantong (Paper Bag) A. Media

Tas Kantong atau dalam bahasa inggrisnya disebut ‘Paper Bag’ ini merupakan bentuk media promosi langsung (media berjalan) yang diberikan pada saat pementasan telah usai. Tas Kantong ini digunakan sebagai tempat jajanan para tamu-tamu undangan dan para sesepuh desa yang merupakan hidangan wajib yang harus ada setiap kali kesenian ini mau digelar. Tas Kantong dalam hal ini berfungsi sebagai media pengingat yang fleksibel dan praktis untuk dibawa kapan dan dimana saja.

B. Teknis Produksi Media

Tas Kantong atau Paper Bag dibuat dengan sistem cetak digital dengan ukuran 22 cm x 32 cm. Bahannya sendiri menggunakan bahan kertas karton tipis yang dilaminasi terlebih dahulu. Bahan ini digunakan selain mudah dalam hal pelipatan dan pembuatannya juga ringan saat dibawa.


(4)

52 Gambar 0.8 Desain Tas Kantong

Spesifikasi

Bahan Produksi : Glossy

Teknis Produksi : Cetak Offset

Ukuran : 22 cm x 32 cm

IV.2.6 Kaos (T-Shirt) A. Media

Kaos (T-Shirt) ini dibuat selain sebagai bentuk media promosi juga untuk mengakomudir para pemain topeng dan pengurus dalam keadaan informal sekaligus sebagai bentuk identitas yang membedakan pengurus dan pemain dengan para penontonnya. Bisa digunakan kapan dan dimana saja sesuai keinginan.

B. Teknis Produksi Media

Kaos disini dibuat dengan sistem cetak printing menggunakan alat printing khusus yang dipakai untuk bahan-bahan berjenis kaos, kain, karet, dan sejenisnya. Hal ini dilakukan mengingat gambar yang ada memiliki warna gradasi yang tidak mudah untuk disablon. Disamping juga, prosesnya yang lebih cepat ketimbang memakai sistem cetak sablon. Sedangkan untuk bahannya sendiri menggunakan bahan kaos berjenis katun yang memiliki kelembutan dan nyaman untuk dipakai di badan.


(5)

53 Gambar 0.9 Desain Kaos (T-Shirt)

Spesifikasi

Bahan Produksi : Kain Katun

Teknis Produksi : Sablon

Ukuran : All Size

IV.2.7 Asesoris Panggung A. Media

Asesoris panggung dibuat untuk menciptakan nuansa 3 dimensi pada panggung sekaligus untuk memberikan kesan ke dalaman dalam perspektif panggung.

Asesoris panggung sendiri berfungsi sebagai media Pendukung dan media penunjang yang fleksibel dan dapat dibongkar pasang sesuai kebutuhan.

B. Teknis Produksi Media

Dalam Pembuatannya, Asesoris panggung dibuat menggunakan sistem cetak digital yakni diprint di kertas Flexi, kemudian dilapisi dengan triplek dan kayu sebahai penopangnya. Untuk ukurannya sendiri disesuaikan dengan kondisi panggung yang ada.


(6)

54 Gambar 0.10 Asesoris Pohon

Spesifikasi

Bahan Produksi : Flexi

Teknis Produksi : Cetak Digital (Warna)