Kewenangan MA ANOTASI HUKUM PUTUSAN JR KODE ETIK HAKIM

8.4. Ketua Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk, harus mendistribusikan perkara kepada Majelis Hakim secara adil dan merata, serta menghindari pendistribusian perkara kepada Hakim yang memiliki konflik kepentingan.

10. BERSIKAP PROFESIONAL

Profesional bermakna suatu sikap moral yang dilandasi oleh tekad untuk melaksanakan pekerjaan yang dipilihnya dengan kesungguhan, yang didukung oleh keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan dan wawasan luas. Sikap profesional akan mendorong terbentuknya pribadi yang senantiasa menjaga dan mempertahankan mutu pekerjaan, serta berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja, sehingga tercapai setinggi-tingginya mutu hasil pekerjaan, efektif dan efisien. Penerapan : 10.1. Hakim harus mengambil langkah-langkah untuk memelihara dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kualitas pribadi untuk dapat melaksanakan tugas-tugas peradilan secara baik. 10.2. Hakim harus secara tekun melaksanakan tanggung jawab administratif dan bekerja sama dengan para Hakim dan pejabat pengadilan lain dalam menjalankan administrasi peradilan. 10.3. Hakim wajib mengutamakan tugas yudisialnya diatas kegiatan yang lain secara profesional. 10.4. Hakim wajib menghindari terjadinya kekeliruan dalam membuat keputusan, atau mengabaikan fakta yang dapat menjerat terdakwa atau para pihak atau dengan sengaja membuat pertimbangan yang menguntungkan terdakwa atau para pihak dalam mengadili suatu perkara yang ditanganinya. Termohon I telah memberikan jawaban bertanggal 12 September 2011, dan Termohon II memberikan jawaban bertanggal 16 September 2011. Majelis Hakim MA yang terdiri dari Prof. Dr. Paulus Effendie Lotulung, SH. Ketua; Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja SH., MA.; Prof. Rehngena Purba, SH., MS.; Prof. Dr. Takdir Rahmadi, SH., LLM.; dan Dr. H. Supandi, SH., MHum.; masing-masing sebagai hakim anggota, telah menjatuhkan putusan menerima dan mengabulkan permohohan keberatan Hak Uji Materiil dimaksud pada 9 Pebruari 2012. B. PERMOHONAN

1. Kewenangan MA

a. Pemohon mendalilkan bahwa MA memiliki wewenang memutus permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah Undang-undang berdasarkan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945, Pasal 20 ayat 2 b dan ayat 3 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman UU KK, Pasal 31 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 UU MA. b. Pemohon mendalilkan bahwa SKB Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim dari segi formal adalah produk hukum yang melaksanakan perintah Undang-undang UU KK dan UU MA sehingga mempunyai kekuatan hukum berlaku mengikat, dan oleh karenanya termasuk dalam pengertian peraturan perundang-undangan yang dapat diajukan pengujian materiil terhadap Undang-undang kepada MA. Anotasi: Bahwa mengenai materi permohonan SKB Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara formal memang merupakan bentuk peraturan perundang-undangan berdasarkan pengertian peraturan perundang-undangan di dalam Pasal 1 angka 2 dan Pasal 8 ayat 2 UU PPP. Namun demikian tidak serta merta materi suatu produk peraturan perundang-undangan dapat dilakukan pengujian secara materiil oleh lembaga peradilan karena pengertian pengujian materiil pada hakikatnya adalah pengujian norma hukum. Oleh karena itu yang dapat diuji oleh lembaga yudikatif adalah norma hukum di dalam suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini juga ditegaskan dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Peraturan perundang-undangan adalah kaidah hukum tertulis yang mengikat umum di bawah Undang-Undang. Walaupun antara norma atau kaidah hukum dengan norma atau kaidah moral atau perilaku memiliki persamaan karena sama-sama mengatur tentang perilaku, namun dalam perumusannya memiliki perbedaan yang tegas. Kaidah hukum merumuskan aturan perilaku secara tegas dengan menunjuk klasifikasi perbuatan atau tindakan tertentu yang spesifik. Sebaliknya, kaidah moral atau perilaku merumuskan keharusan-keharusan tertentu secara umum yang harus dipatuhi dalam melakukan serangkaian tindakan untuk melaksanakan tugas tertentu. Butir 8.1., 8.2., 8.3., 8.4., serta butir 10.1., 10.2., 10.3., dan 10.4 Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim berisi keharusan-keharusan bagi hakim dalam melaksanakan tugasnya di dalam peradilan.

2. Legal Standing Pemohon