Pembahasan .1 Hasil Pengujian Workability Kelecakan 1.2
xxxv L
6
= Beton serat
∅ 0,9 mm dengan panjang 81 mm ld = 90
L
7
= Beton serat
∅ 1,2 mm dengan panjang 72 mm ld = 60
L
8
= Beton serat
∅ 1,2 mm dengan panjang 90 mm ld = 75
L
9
= Beton serat
∅ 1,2 mm dengan panjang 108 mm ld = 90
4.2 Pembahasan 4.2.1 Hasil Pengujian Workability Kelecakan
Hasil slump dilakukan untuk mengukur workability kelecakan adukan beton pada
penelitian beton dengan diameter 0,6 mm diperoleh nilai slump antara 45 - 53 mm, untuk diameter serat 0,9 mm diperoleh nilai slump antara 38 - 43 mm dan untuk diameter serat 1,2
mm diperoleh nilai slump antara 30 - 37 mm dengan faktor air semen 0,33. Nilai slump ini cenderung kecil hal ini disebabkan mutu beton yang digunakan mempunyai mutu beton yang
tinggi sehingga jumlah semen yang digunakan lebih banyak serta fas dan wcr yang lebih kecil dibandingkan dengan beton mutu normal. Hasil ini masih memenuhi batas nilai slump untuk
beton serat yaitu 25 - 100 mm. Hasil pengujian workability beton normal dan beton serat dapat dilihat pada tabel 4.1
Pada beton serat terlihat bahwa slump lebih rendah dibandingkan dengan beton normal. Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat disimpulkan semakin besar ld makin kecil workability
yang terjadi. Semakin besar diameter serat ke dalam adukan beton akan mengakibatkan menurunnya kelecakan workability adukan beton. Hal ini disebabkan semakin besar ld dan
diameter serat maka akan semakin sulit pengerjaannya sehingga menyebabkan kelecakan workability menjadi menurun.
Hasil workability ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sudarmoko 1993 pada
beton serat dengan kawat bendrat bahwa ld serat berpengaruh pada kelecakan adukan. Makin besar ld serat, makin besar penurunan kelecakan adukan yang terjadi ditunjukkan dengan
makin banyaknya pasta semen yang harus ditambahkan. Pada penelitian Suhendro 1991 dengan memodifikasi proporsi adukan dengan
menambahkan superplasticizer ataupun memperkecil diameter maksimum agregat dapat meningkatkan workability beton fiber serta dapat mengatasi fiber dispersion yang berakibat
terjadinya balling effect.
xxxvi
62
53
43
37 62
50
40
35 62
45
38
30
25 30
35 40
45 50
55 60
65