3
Berkaitan dengan perencanaan Kas, telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 192PMK.052009 tanggal 23 November 2009 tentang Perencanaan Kas. Dalam Peraturan
Menteri Keuangan tersebut diatur secara detail tentang mekanisme penyusunan dan penyampaian Perkiraan Penarikan Dana Bulanan, Mingguan, dan Harian. Penyusunan dan
penyampaian Perkiraan Penarikan Dana Harian juga telah diatur lebih lanjut melalui Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor 03PB2010 tentang Perkiraan Penarikan Dana Harian
Satuan Kerja dan Perkiraan Pencairan Dana Harian KPPN. Evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan PMK Nomor 192PMK.052009 belum dapat
memberikan perencanaan kas yang akurat. Salah satu faktor penyembabnya adalah rendahnya tingkat kepatuhan satuan kerja dalam menyampaikan perencanaan kas. Kewajiban
penyampaian perencanaan kas yang mendetail maupun perubahan perencanaan atas seluruh pengeluaran dirasa membebani satuan kerja. Sehingga seluruh perencanaan kas yang
dikumpulkan di tingkat pusat menyimpang jauh dari kebutuhan kas yang sesungguhnya. Menjawab hambatan penerapan peraturan PMK Nomor 192PMK.052009, pada tahun 2014
diatur bahwa penyampaian perencanaan kas dibatasi hanya pada belanja-belanja tertentu atau yang dikenal dengan Transaksi Besar. Pengaturan batasan penyampaian perencanaan kas
tersebut dituangkan dalam PMK Nomor 277PMK.052014 tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana dan Perencanaan Kas.
Dengan pengaturan yang baru, maka satuan kerja tidak perlu menyampaikan seluruh rencana pengeluaran. Satuan kerja diwajibkan menyampaikan perencanaan kas Rencana Penarikan
Dana RPD Harian hanya atas belanja-belanja yang diklasifikasikan sebagai Transaksi Besar atau RPD Harian Transaksi Besar. Pengkategorian belanja besar ditentukan oleh nominal
belanja dan KPPN pembayar.
B. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI TRANSAKSI BESAR
Penggolongan belanja sebagai Transaksi Besar ditentukan pada dua kriteria yakni Tipe KPPN Pembayar dan Nominal Belanja, dan tidak dibatasi pada jenis belanja tertentu. Nominal belanja
adalah besaran belanja brutotanpa potongan yang akan diajukan dalam 1 satu Surat Perintah Membayar SPM. Batasan minimal nominal belanja yang dapat digolongkan sebagai
Transaksi Besar berbeda untuk setiap Tipe KPPN Pembayar. Selanjutya dalam satu Tipe KPPN, Transaksi Besar diklasifikasikan kembali berdasarkan besaran nominal belanja. Pengklasifikasian
Transaksi Besar untuk setiap KPPN Pembayar diatur sebagai berikut :
4
Tipe KPPN Klasifikasi
Transaksi Besar Nilai Bruto SPM
KPPN Tipe A1 Yang Berlokasi di
Ibukota Propinsi Transaksi A
Lebih besar dari Rp 1 Triliun Transaksi B
Lebih besar dari Rp 500 miliar s.d. Rp 1 triliun Transaksi C
Rp 1 miliar s.d. Rp 500 miliar KPPN Tipe A1
Yang Tidak Berlokasi di Ibukota Propinsi
Transaksi D Lebih besar dari Rp 1 miliar
Transaksi E Lebih besar dari Rp 750 juta s.d. Rp 1 miliar
Transaksi F Rp 500 juta s.d. Rp 750 juta
KPPN Tipe A2 Transaksi G
Lebih besar dari Rp 500 juta Transaksi H
Lebih besar dari Rp 350 juta s.d. Rp 500 juta Transaksi I
Rp 200 juta s.d. Rp 350 juta
Meskipun penentuan klasifikasi Transaksi Besar tidak dibatasi pada jenis belanja tertentu, dalam penyusunannya RPD Harian Transaksi Besar memperhatikan jenis belanja dari dana yang akan
disampaikan. Sehingga RPD Harian Transaksi Besar akan memuat 3 tiga informasi utama yakni : rencana tanggal pengajuan SPM, jenis belanja, dan nominal bruto belanja.
Atas seluruh belanja yang tergolong dalam Klasifikasi Transaksi Besar, satuan kerja diwajibkan untuk terlebih dahulu menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar atas belanja tersebut ke
KPPN sebelum pengajuan SPM. Ketentuan klasifikasi belanja besar, dikecualikan untuk SPM sebagai berikut :
a SPM Nihil Meskipun ketentuan besaran nominal belanja adalah nilai bruto tanpa potongan,
namun SPM Nihil dikecualikan karena tidak mengakibatkan adanya arus kas. SPM Nihil merupakan SPM dengan nilai netto sebesar Rp 0 nol rupiah. SPM Nihil umumnya
merupakan pertanggungjawaban atas penggunaan UPTUP. Sehingga atas SPM Nihil dimaksud, satker tidak berkewajiban untuk menyampaikan RPD Harian Transaksi Besar
ke KPPN. b SPM Potongan dengan nilai tertentu
Selain mengacu pada Tipe KPPN dan nominal belanja bruto, SPM dengan nilai neto yang lebih kecil dari minimal nominal belanja transaksi besar dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan RPD Harian. Dengan demikian, untuk ketiga jenis KPPN, pengaturan
5
pengecualian kewajiban penyampaian RPD Harian Transaksi Besar adalah sebagai berikut, untuk :
1. KPPN Tipe A1 yang Berlokasi di Ibukota Propinsi, dikecualikan untuk nilai neto SPM lebih kecil dari Rp 1 miliar.
2. KPPN Tipe A1 yang Tidak Berlokasi di Ibukota Propinsi, dikecualikan untuk nilai neto SPM lebih kecil dari Rp 500 juta.
3. KPPN Tipe A2, dikecualikan untuk nilai neto SPM lebih kecil dari Rp 200 juta. Ketentuan penyampaian dan pengecualian klasifikasi belanja tersebut juga berlaku untuk
belanja dengan mata uang valuta asing, yakni sesuai dengan ekuivalen rupiah dari transaksi valas tersebut. Penghitungan ekuivalen rupiah menggunakan kurs tengah Bank Indoensia, pada
saat penyampaian RPD Harian Transaksi Besar.
Contoh:
Berikut ini adalah data SPM nilai bruto dan potongan dan klasifikasinya sesuai KPPN Pembayar:
KPPN Pembayar
SPM Klasifikasi
Transaksi Besar Nomor
Bruto ribu Rp
Potongan ribu Rp
Neto ribu Rp
Tipe A1 di Ibukota Prov.
000101 520.000.000
5.000.000 515.000.000
B 000102
510.000.000 25.000.000
485.000.000 B
000103 1.200.000
300.000 900.000
Bukan Trans. Besar Tipe A1 Tidak
di Ibukota Prov.
000201 120.000.000
10.000.000 110.000.000
D 000202
758.000 5.000
753.000 E
000203 758.000
30.000 728.000
E 000204
520.000 21.000
499.000 Bukan Trans. Besar
Tipe A2 000301
120.000.000 10.000.000
110.000.000 G
000302 632.000
12.000 620.000
G 000303
375.000 15.000
360.000 H
000304 352.000
5.000 347.000
H 000305
215.000 18.000
197.000 Bukan Trans. Besar
6
C. ALUR PENYUSUNAN RENCANA PENARIKAN DANA HARIAN