Ekonomi Politik dan Reformasi Sektor Pertanian

EKONOMI POLITIK DAN
REFORMASI SEKTOR PERTANIAN
Didik J. Rachbini. Ph.D

struktur ekonomi Indonesia setelah diketahui rentan terhadap
gejolak luar ternyata harusdikoreksi,ditatadan direformasi secara menyeluruh. Banyaksekali titiklemah yang menyumbang
terhadap krisis, misalnya ekspor nonmigas yang kurang kuat; terutama dibanding impornya; nilai tambah komoditas
industri yang rendah, difisit perdagangan nonmigas dan peran sektor pertanian yang terbatas. Titik lemah didalam struktur
tersebut harus dilihat kembali, jika perlu direparasi atau diganti dengan struktur baru, yang lebih menjamin kekuatan
struktur ekonomi indonesia.
Tulisan ini hendak melihat masalah-masalah sektor pertanian dan sebab-sebab yang menghambat
perkembangannya selama dua dasawarsa terkahir ini. Beberapa masalah secara khusus ditelaah, seperti distorsi industri
tepung terigu, potensi industri minyak kelapa sawit dan beberapa potensi ekspor lainnya. Tetapi analisanya dikaitkanbahkan didahului dengan analisa perkembangan kondisi sektor makro ekonomi dan keuangan-perbankan secara umum,
yang mengalami sektor makro ekonomi dan keuangan-perbankan secara umum, yang mengalami krisis sangat berat.
damental yang baru sangat perlu diajukan sehingga
kekuatan struktur ekonomi menunjukan kondisi
ketahanan, yang sesungguhnya. Misalnya,kondisi neraca
Fundamental ekonomi yang sering dikatakan baik oleh
perdagangan di luar migas, yang selama ini menunjukan
pemerintah, ternyata tidak menunjukan kondisi yang
kondisi difisit secara bertahap harus diubah menuju

sebenarnya. Memang, keadaan sebelum krisis jika
kondisi surplus karena dukungan industri berorientasi
cadangan devisa, dan tingkat suku bunga bisa disebut
ekspor yang memadai. Sementara itu, industri-industri
baik. Tetapi indikator-indikator yang biasa dikemukakan
yang
rakus impor, tetapi tidak menghasilkan devisa, secara
ini bukan ciri dari fundamental sesungguhnya atau paling
bertahap ditekan sehingga memperkuat neraca
tidak hanya ciri sebagian kecil saja, terutama jika dihaperdagangan di luar migas tersebut. Neraca
dapkan pada keadaan ekskternal baru, yang bergejolak
perdagangan nonmigas menjadi konstributor dalam defisit
dan penuh spekulasi. Dengan demikian, maka menjadi
neraca transaksi berjalan, yang
penting untuk membangun
sesungguhnya menunjukan
fundamental baru dengan ciri
NERACA PEROAGANGAN NONMIGAS keadaan ekonomi "lebih besak
dan indikator baru sehingga
MENJADI KONSTRIBUTOR DALAM daripada tiang". Pasalnya,

struktur baru di masa
DEFlSlT NERACA TRANSAKSI BER- industri besar yang berorientasi
mendatang menjadi lebih kuat.
Keadaan fundamental
JALAN, YANG SESUNGGUHNYA ME- ekspor masih lemah dan
ekonomi lnonesia dikatakan
NUNJUKAN KEADAAN EKONOMI industri berbasis agribisnis
ditinggalkan. Sementara tu,
baik dengan indikator"LEBIH BESAR PASAK DARIPADA pemerintah
Orde Baru telah
indikator, antara lain: tingkat
TIANG". PASALNYA, INDUSTRI BESAR banyak membangun industri
inflasi satu digit (di bawah
YANG BERORIENTASI EKSPOR MASlH besar, yang jago kandang
lo%), tingkat suku bunga
memadai, cadangan devisa
LEMAH DAN INDUSTRI BERBASIS dengan lisensi pengaturan
sampai 5-6 bulan impor,
AGRIBISNIS DITINGGALKAN. SEMEN- pasar (captive markeb.
perturnbuhan ekspor cukup

TARA TU, PEMERINTAH ORDE BARU Industri-industriitu rakus devisa
sehingga cenderung memtinggi, dan sebagainya.
TELAH BANYAK MEMBANGUN IN- perburuk neraca transaksi
Namun keadaan tersebut tidak
DUSTRI BESAR, YANG JAG0 KAN- berjalan.
menunjukan kekukuhan
DANG OENGAN LlSENSl PENGATURAN
Pasa sisi lain, jasa
struktur yang sebe-narnya,
amburadul,
terutama
juga
terutama dikaitkan dengan
PASAR ( CAPTIVE MARKE7). IND USkarena
kondisi
sumberdaya
dampak gejolak ekster-nal
TRI-INDUSTRI ITU RAKUS DEVISA
manusia masih lemah dalam
yang cukup kuat sejak satu

SEHINGGA CENDERUNG MEMPERBU- ketrampilan
dan keahlian.
dasa warsa terakhir ini.
RUK NERACA TRANSAKSI BERJALAN. Percepatan ekspor dan impor
Indikator-indikator funKONDISI FUNDAMENTAL EKONOMI

Penulls adaiah stal pengaja: Unrversilas Mercu Buana
l a r pendlri r sene ~t Sentor INOEF

selama 1980-an dan awal1990-anterpaksa harus dibayar
pula dengan menguras devisa dari jasa yang dibeli dari
luar negeri, terutama untuk transportasi, asuransi,
perbankan, dan sebagainya. Jadi, fondasi ekonomi
sebenarnya tidak cukup kuat, seperti yang digembargemborkan pemerintah dan dan otoritas moneter.
Mengapa dalam kondisi defisit, ekonomi lndonesia terus
berjalan? Pada sisi neraca pembayaran, ekonomi Indonesia seperti tidak menghadapi masalah karena defisit
pada neraca transaksi berjalan ditutupi oleh arus modal
asing, terutama utang jangka panjang pendek dan dana
porto polio, yang cukup besar. Posisi ini sebenarnya
seperti berdiri di ujung tanduk karena arus dana masuk

tersebut bersifat jangka pendek dan menutupi defisit
ekonomi lndonesia dalarn sifat yang sangat sementara.
Karena itu, ketika terjadi arus modal keluar di
Thailand, maka dengan cepat wabah itu menular ke Indonesia. Dengan cepat pula, dana-dana bersifat jangka
pendek tersebut terbang untuk mencari aman. Ekonomi
lndonesia yang berlimpah modal sebelumnya, meskipun
defisit pada neraca berjalan, kemudian menurun drastis
kinerjanya seperti ditunjukkan oleh depresiasi nilai mata
uangnya. Dengan kondisi seperti ini, maka proses
reformasi ekonomi, maka proses reformasi ekonomi itu
sendiri sebenarnya tidak bisa meninggalkan sektor
pertanian, yang menjadi bidang kegiatan ekonomi yang
paling banyak menyeraptenaga kerja. Selama ini, dimensi
kebijakan yang memperhatikan sektor pertanian melemah
dan dalam kurun lebih dari satu dekade setelah
swasembada beras, sektor pertanian ditinggalkan karena
merasa ekonomi lndonesia dapat didukung oleh sektor
industri, yang direlokasidari luar dengan beban impor yang
berat pula.
Justru karena sektor pertanian ditinggalkan dan

tidak diintegrasikan dengan sektor industri, maka
permasalahanstruktur ekonomi, yang berorientasi ekspor,
muncul ke permukaan dan menjadi lemah posisinya
dihadapkan dengan persaingan internasional. lndustri
yang tidak berbasis sumberdaya (alam, manusia dan
teknologi) ternyata tidak mampu bertahan lama karena
semakin dipacu - maka permintaan terhadap devisa dan
valuta justru semakin besar. Posisi ini terus melemahkan
nilai tukar rupiah, kondisinya rentan setiap saat, dan
melemahkan sektor finansial secara keseluruhan karena
tidak ditunjang oleh sektor riil yang kuat. Sumberdaya
alam yang besar di lndonesia tidak lain sektor pertanian,
yang potensial untuk di lndustrialisasikan lebih lanjut
sehingga menghasilkan nilai tambah yang besar. Potensi
tersebut , antara lain perikanan, perkebunan karet,
perkebunan lainnya (coklat, rempah-rempah, vanili, dll),
perikanan, kehutanan, dan sebagainya.

MASALAH KEBIJAKAN MAKRO


1

Perkembangansektor pertanian suatu negara tidak
lepas dari perkembangan kebijakan makro, yang diambil
oleh pemerintah. Dengan demikian, kesinambungan
perkernbangan sektor pertanian sangat tergantung pada
iklim dan kebijakan yang berlangsung , regulasideregulasi, dan ekonomi politik makro secara keseluruhan.
Jika sektor pertanian ditinggakan, meskipun sektor-sektor
lain dan ekonomi secara keseluruhan berkembang, maka
sektor ini pun akan semakin ketinggalan sehingga
peranannya terhadap ekonomi nasional semakin terbatas.
Padahal sektor ini terdapat sejumlah tenaga kerja, yang
juga mempunyai persoalan dengan tingkat keahlian dan
produktivitas.
Negara-negaramaju pun seperti Australia, AS dan
negara-negara Skandinavia telah membangun dan
memodernisasi sektor pertaniannya dalam kurun waktu
yang lama, bahkan terhitung berpuluh-puluh tehun atau
berabad-abad. Tidak seperti di Indonesia, kebijakan di
sektor pertanian tersebut ditinggaikan begitu saja. Setelah

swasembada beras, pemerintah dan pelaku-pelaku di
sektor pertanian kemudian meninggalkannyabegitu saja
sehingga prestasi itu mundur kembali. Kegiatan ekonomi
kemudian beralih cepat ke sektor industri, konstruksi dan
properti dan berbagai kegiatan jasa lainnya - seperti
ditandai oleh alokasi dana dan teknologi yang besar ke
sektor-sektor baru ini. lndonesia - yang di sebut negara
agraris ini akhirnya banyak mengimpor produk pertanian,
seperti: beras, kedelai, jagung, buah-buahan, dan
sebagainya. Dari kekurangan pasok secara kualitas dan
kuantitas atas produk-produk tadi, maka bisa diukur
prestasi sektor pertanian kita.
Sebagai akibatnya, ekonomi lndonesia
berkembang terlepas dari basis sumberdaya yang ada.
lndustri dikembangkan dengan dasar relokasi dari luar,
yang mempunyaiketergantunganterhadap barang modal
dan bahan baku impor yang sangat tinggi. Sektor properti
dan konstruksi sebagaimana kegiatan di sektor industri sangat menguras devisa, yang diataranya dihasilkan oleh
kegiatan ekspor pertanian seperti karet, perikanan, minyak
sawit, kopi, kopra, dan lainnya. Cara berpikir dan

implementasi kebijakan seperti ini tentu tidak bisa
menghindari defisit neraca perdagangan nonmigas dan
neraca transaksi berjalan, yang pada gilirannya
memperlemah rupiah.
Ketergantungan terhadap investasi dari luar negeri
(langsung maupun tidak langsung) menjadi semakin tinggi.
Jika ketergantungan ini kemudian tidak dapat dipenuhi
karena kepercayaan lndonesia menurun, maka dengan
mudah ekonorni nasional akan merosotdan bahkan rontok
sama sekali - seperti, yang terjadi sekarang. Jadi, logika
pemahaman terhadap krisis sangat mudah diketahui,

'

Unluk mslihat bemaga bslora kebllakan secara makro. lihat 'Pmyeksl Ekonomi INDEF 1997 11998.
(Jakala lor Developmsm of Emomics & Rnance. 1937) dan "Mommi dan Daorsi Ebnomi:
Proyeksisl Ekonomi iNDEF 1946!97'(Jakarta Pustaka Sinar Harapan, 19961

puncak prestasi swasembada pangan (dalam ha1ini beras
yakni karena kesalahan mendasar di dalam struktur

saja), tetapi kemudian ditinggalkan sama sekali. Akhirnya,
ekonomi internal-termasuk diantaranya sektor pertanian
swasembada
beras yang telah dicapai tersebut merosot
yang lemah - sebagai salah satu resource base economy
kembali sehingga pada masa krisis ini pemerinta harus
- diabaikan begitu saja. Sebagai contoh bahwa sektor
mengeluarkan devisa dalam jumlah yang besar untuk
pertanian tergantung pada kebijakan makro adalah
mingimpor kebutuhan pokok beras ini.
kaitannya dengan tingkat suku bunga. Jika tingkat suku
Sementara itu, dukungan perbankan terhadap
bunga sangat tinggi sebagai akibat dari iklim ekonomi
sektor pertanian juga sangat kecil. Data perbankan
makro yang tercipta, maka dampak dari kebijakan dan
ditambah kredit likuiditas yang besar dari Bank Indonesia
iklim seperti ini tidak saja akan mempengaruhi sektor
lebih banyak ditumpahkan untuk sektor yang spekulatif,
pertanian, tetapi juga sektor-sektor ekonomi lainnya.
seperti sektor properti dan industri-industri, yang tidak Namun demikian, sektor pertanian tergolong paling besar

berbasis sumberdaya di dalam negeri. Dari sisi
terkena dampaknya karena return on investment dari
pandangan ini terlihat adanya distorsi dan misalokasi
sektor ini tergolong kecil - jika hanya dilihat dari sisi
sumberdaya keuangan nasional dengan akibat yang
ekonomi teknis semata. lnvestasi di sektor pertanian pasti
sangat nyata terhadap krisis sekarang. Sektor keuangan
tidakakan berkembang, bahkan bisa mengalami stagnasi,
dan perbankan telah dideregulasi selama tidak kurang
meskipun sumberdaya, bahan baku dan tenaga kerja yang
dari 15 tahun sejak 1983. Puncaknya dilakukan secara
tersedia cukup besar. Kendala yang dihadapi tidak lain
liberal pada tahun 1988 melalui Pakto 88, yang
adalah pertimbanganinvestor dari sisi perbandingan teknis
menghasilkan sektor perbankan berjumlah besar, tetapi
biaya modal dengan yang diperoleh. Padahal, sektor
tidak memadai kualitasnya. Sektor perbankan ini ternyata
pertanian juga menjadi tempat menampung tenaga kerja
telah gagal menunjang sektor-sektor riil, yang potensial
dalam jumlah yang besar, sekaligus menjadi penyangga
untuk mendukung ekspor - terutama sektor pertanian,
pernbangunan ekonomi yang sangat penting.
perkebunan, perikanan dan kehutanan.
Meskipun ada kritik soal produktivitas, tetapi
Sebagai akibatnya, sektor pebankan tidak bersamasalah ini tetap harus menjadi agenda khusus agar
ing untuk melayani sektor riil, tetapi bersaing, sendiri
konstribusi sektor pertanian menjadi berganda - termasuk
sehingga harga modal menjadi sangat mahal. Dalam
didalamnya dalam ha1PDB dan ekspor. Namun demikian,
kondisi seperti ini sektor pertanian ditinggalkan karena
peran sektor pertanian sebagai penyangga kesempatan
banyak pilihan lain, yang lebih
kerja menjadi penting lagi pada
cepat menghasilkan keutungan
situasi krisis sekarang. Sejalan
Dl DALAM KEBIJAKAN EKONOMI, (quick yietding) - meskipu n
dengan merosotnya kegiatan
PERAN SEKTOR KEUANGAN DAN resikonya cukup serius.
produksl di berbagai kegiatan
industri karena ketergantungan
PERBANKAN SANGAN VITAL TlDAK Produk dari kebijakan tersebut
pada bahan baku impor, maka
SAJA UNTUK SEKTOR PERBAIKAN justru sebaliknya, bukan tingkat
bunga yang rendah, tetapi
peran sektor pertanian
TETAPI JUGA SEKTOR SEKTOR
sangat. tinggi sehingga tidaksekarang akan semakin
LAINNYA. DENGAN DEMIKIAN, kondusif bagi industri
mengemuka.
DUKUNGAN SEKTOR PERBANKAN pertanian. Di dalam kebijakan
INVESTASI DAN
YANG BAlK MENJADI ISYARAT ekonomi, peran sektor keuP E R B A N K A N
MUTLAK TERWUJUDNYA INDUSTRI angan dan perbankan sangan
PERTANIAN YANG TANGGUH KARENA vital tidak saja untuk sektor
perbaikan tetapi juga sektor
Sektor pertanian yang
HARGA MODAL YANG MAHAL TENTU sektor lainnya. Dengan demimenyerap hampir separuh
TlDAK - DAPAT DlTUTUPl OLEH kian, dukungan sektor pertenaga kerja nasional hanya
RETURN YANG LEBlH KEClL DAN
bankan yang baik menjadi
menyerap sekitar 3 (tiga)
persen total investasi di IndoGESTATION PERIOD YANG CUKUP isyarat mutlak terwujudnya
industri pertanian yang tangnesia. Porsi dana investasi
LAMA. DALAM KEBIJAKAN MAKRO,
untuk sektor ini sudah
PENGUATAN STRUKTUR KEUANGAN guh karena harga modal yang
mahal tentu tidak dapat
membuktikan bahwa pemerinDAN PERBANKAN MENJADI SUATU
ditutupi oleh return yang lebih
tah telah meninggalkan sektor
DIPERLUKAN
(NECESSYARAT
YANG
kecil
dan gestafionpeflbdyang
pertanian dan agroindustri di
SARYCONDlT/ON) -SEBELUM ASPEK- cukup lama. Dalam kebijakan
dalam strategi pembangunan
makro, penguatan struktur
nasional secara makro. Sektor
ASPEK TEKNIS LAINNYA DIPERBAIKI.
keuangan dan perbankan
pertanian hanya berhenti pada

ISSN 0863-8468

27

I

AGRIMEDIA VOLUME 4, No 3 Wobw 1998