Rabiah Al Adawiyah Anwar, 2013 Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Video Untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SMP berdasarkan KTSP Depdiknas, 2006 adalah Bumi dan alam semesta atau yang lebih dikenal dengan
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa IPBA. Menurut Barstow
et al.
2002, IPBA atau
Earth and Space Sciences
adalah integrasi dan sintesis dari fisika, biologi, kimia, oseanografi, meteorologi, geofisika, geologi, astrofisika, dan sains
lainnya yang mempelajari kehidupan, Bumi, dan langit. Materi IPBA sangat penting dipelajari karena berkaitan dengan fenomena alam yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Terutama di Indonesia yang mempunyai geografis yang unik dibandingkan negara-negara lain. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh
Wijaya 2009 bahwa Indonesia memiliki kekhasan letak geografis, akan relevan jika Indonesia sungguh-sungguh mengetahui dan mengembangkan astronomi dan
ilmu kebumian. Namun kenyataannya materi IPBA sangat sedikit dipelajari di sekolah. Sesuai dengan analisis yang telah dilakukan oleh Liliawati dan Ramalis
2008 bahwa IPBA di SMP hanya mendapat porsi 5,56 dari jumlah keseluruhan Standar Kompetensi SK yang diberikan pada pelajaran IPA dan
juga terintegrasi pada pelajaran IPS yang hanya mendapat porsi 5 dari jumlah keseluruhan SK. Materi IPBA mendapatkan porsi yang sangat kecil dalam KTSP,
hal ini berdampak pada kurang pengetahuan siswa terhadap materi IPBA.
Rabiah Al Adawiyah Anwar, 2013 Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Video Untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di salah satu SMP di kota Bandung menunjukkan bahwa materi IPBA dipelajari pada kelas IX semester 2
sehingga materi IPBA tidak diajarkan secara mendalam karena guru lebih fokus mengajar siswa untuk persiapan Ujian Nasional. Guru masih menggunakan
metode ceramah di depan kelas dan guru sulit menggunakan media pembelajaran. Pembelajaran masih menekankan pada tingkat hafalan tanpa diikuti dengan
pemahaman yang bisa diterapkan siswa ketika berhadapan dengan situasi nyata dalam kehidupan. Siswa mempelajari sains hanya sebagai produk. Sains sebagai
proses, sikap, dan aplikasi belum sepenuhnya tersentuh dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa tertarik dengan materi IPBA namun tidak diimbangi dengan
pengetahuan yang cukup mengenai materi IPBA, pemahaman siswa tentang materi IPBA masih rendah. Ini dilihat dari soal diagnostik yang diberikan kepada
siswa kelas X yang baru saja memperoleh materi IPBA ketika siswa duduk di kelas IX SMP.
Kondisi pembelajaran sains seperti ini menyebabkan literasi sains siswa Indonesia rendah. Hal ini dilihat dari penilaian dalam PISA. PISA
Programme for International Student Assessment
adalah studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan peserta didik usia 15 tahun dalam
membaca
reading literacy,
matematika
mathematics literacy,
dan sains
scientific literacy.
Studi PISA dilakukan oleh OECD
Organisation for Economic Co-operation Development
untuk mengukur kemampuan peserta didik pada akhir usia wajib belajar untuk mengetahui kesiapan peserta didik pada
akhir usia wajib belajar untuk mengetahui kesiapan peserta didik dalam rangka
Rabiah Al Adawiyah Anwar, 2013 Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Video Untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
menghadap tantangan yang ada di masyarakat. Hasil penilaian PISA yang dilakukan sejak 2000 menunjukkan Indonesia memperoleh skor di bawah rata-rata
internasional yaitu 500. Skor rata-rata sains yang diperoleh peserta didik Indonesia adalah 371 pada tahun 2000, 382 pada 2003, dan 393 pada 2006. Pada
tahun 2009, Indonesia menempati urutan ke 60 dari 65 negara pada kategori sains dengan skor 383 dari skor tertinggi 575 yang diperoleh Cina. Hal ini menunjukkan
rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Peneliti juga mengujicobakan soal literasi sains yang disadur dari soal PISA kepada siswa SMP, tempat di mana dilakukannya studi pendahuluan pada
salah satu kelas. Hasilnya menunjukkan bahwa literasi sains siswa rendah. Rata- rata siswa hanya dapaat menjawab dua soal dari delapan soal literasi sains yang
diberikan. Selain itu beberapa siswa mendapatkan skor nol dan sebagian siswa tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Menurut Emiliannur 2011 literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa, apakah
meneruskan mempelajari sains atau tidak setelah itu. Berpikir ilmiah merupakan tuntutan warganegara, bukan hanya ilmuwan. Keinklusifan literasi sains sebagai
suatu kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan kecenderungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan teknologis.
Rendahnya mutu hasil belajar sains peserta didik menunjukkan bahwa proses pembelajaran sains di sekolah-sekolah Indonesia telah mengabaikan
perolehan kepemilikan literasi sains peserta didik. Kondisi ini menuntut adanya
Rabiah Al Adawiyah Anwar, 2013 Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Video Untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
pembenahan dan pembaharuan dengan segera dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran sains. Proses pembelajaran sains yang dilakukan di sekolah
menjadi faktor utama yang menentukan hasil belajar sains peserta didik Toharudin
et al.
, 2011. Hasil wawancara terhadap beberapa guru fisika di SMP dan SMA yang telah dilakukan oleh Liliawati 2011 bahwa guru menginginkan
adanya perbaikan terhadap pengajaran IPBA yaitu dengan adanya media pembelajaran serta metodemodel pembelajaran yang melibatkan siswa.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka dibutuhkan suatu metode pembelajaran dengan media yang menunjang pembelajaran IPBA. Sesuai dengan
tujuan pembelajaran IPA dalam KTSP adalah melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta
berkomunikasi Depdiknas, 2006. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dilakukan adalah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Metode
inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa
lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin 2010 bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan minat dan
pemahaman siswa. Siswa membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya dan menganalisis permasalahan dengan bimbingan oleh guru.
IPBA erat kaitannya dengan fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dipelajari secara langsung. Namun untuk beberapa konsep
Rabiah Al Adawiyah Anwar, 2013 Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Video Untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
IPBA terkesan abstrak dan untuk mempelajarinya dibutuhkan suatu media untuk memfasilitasi antara guru dengan materi yang akan dipelajari, salah satu media
yang sesuai adalah video. Menurut Subhan 2010 penayangan video pembelajaran yang menarik dapat menyebabkan siswa termotivasi. Motivasi
tersebut dinamakan motivasi ekstrinsik. Motivasi ini bisa berubah menjadi motivasi intrinsik yang menyebabkan siswa belajar sungguh-sungguh sehingga
menghasilkan nilai yang baik. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peniliti akan mengadakan
penelitian yang berjudul,
“Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Video Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP
”
B. Rumusan Masalah