92
atau tidak memiliki keterampilan belajar yang memadai, mereka tidak dapat melakukan aktivitas belajar sendiri, karena mereka senantiasa tergantung dan
mengharapkan bantuan orang lain. Di samping penguasaan keterampilan belajar, pebelajar perlu
dimotivasi agar tumbuh keinginan untuk melakukan sendiri sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, tanpa paksaan, tetapi berdasarkan kesadaran, inisiatif,
pilihan, dan tanggungjawab sendiri untuk mencapai keberhasilan belajarnya. Dengan demikian, untuk meningkatkan taraf kemandirian belajar mahasiswa,
mereka perlu memperoleh bimbingan keterampilan belajar dan motivasi belajar.
Kemandirian belajar yang dikembangkan dalam penelitian ini mengacu kepada kriteria kemandirian belajar menurut Davis Kamil, 2007 mencakup:
a. Kemandirian dalam Pengetahuan
Untuk mengembangkan kemandirian dalam aspek pengetahuan pada mahasiswa, dosen pembimbing dapat melakukan bimbingan dengan beberapa
strategi, seperti brainstorming untuk mengenal pedoman akademik, kalender akademik, peraturan dan ketentuan yang berlaku, dan pengenalan dasar-dasar
keterampilan belajar. Mahasiswa dengan kemandirian belajar yang memadai dapat terlihat
indikatornya dalam aspek pengetahuan. Mereka mengetahui dan memahami disiplin akademik, termasuk sanksinya, baik sanksi administratif dan sanksi
moral yang difahami dapat merugikan dirinya. Mendisiplin diri membutuhkan
93
pengetahuan atau kognisi yang cukup. Mahasiswa yang kurang cerdas kognisinya, cenderung kurang mengindahkan kedisiplinannya. Mahasiswa
dengan kemandirian yang memadai, mereka mengetahui dan memahami dasar- dasar keterampilan tertentu yang penting bagi kehidupan dan pembelajarannya,
misalnya, mereka tahu dan paham strategi mengikuti kuliah secara efektif, teknik membaca buku, menulis karya ilmiah, atau presentasi. Di samping itu,
mahasiswa dengan kemandirian yang memadai tahu dan paham pentingnya menjalin hubungan antar sesama yang berguna untuk mengembangkan
kemampuannya, mereka juga tahu dan paham hubungan seperti apa yang perlu dijalin dengan sesama atau dengan orang lain yang relevan.
Dengan demikian, mahasiswa yang mandiri tidak berarti mereka mengisolir diri dari pergaulan sosial, tetapi mereka dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial, dapat bersosial, dan dapat memetik manfaat dari hubungan sosial untuk pengembangan dirinya, dan yang tidak kalah pentingnya
bahwa mahasiswa dengan kemandirian yang memadai tahu nilai kemandirian, seperti prinsip-prinsipnya, urgensinya, dan implikasi dari kemandirian terhadap
kemajuan belajarnya atau kehidupannya secara luas.
b. Kemandirian dalam Keterampilan
Untuk mengembangkan kemandirian dalam aspek keterampilan, mahasiswa dapat dilatih oleh pembimbing dengan latihan menyelesaikan suatu
tugas dalam waktu yang telah ditentukan, kemudian dilihat bagaimana mereka melakukan prosedurnya, dan bagaimana hasilnya, setelah itu mahasiswa
diminta merefleksikan, misal: “apa yang mereka rasakan” what you feels?,
94
“apa yang terjadi” what you happens?, dan “pelajaran apa yang dapat dipetik dari pengalaman tersebut” what you learns?.
Mahasiswa yang mandiri dapat terlihat indikatornya dalam aspek keterampilan, seperti: mereka terampil melakukan prosedur-prosedur akademik
yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu tugas belajar, dan mereka juga dapat mengikuti prosedur-prosedur itu tanpa hambatan berarti. Indikator
lainnya yang dapat terlihat adalah mereka terampil bergaul dengan orang lain secara sukses, dapat diterima oleh orang lain, tidak merugikan orang lain, dan
dapat memetik manfaat dari pergaulan tersebut.
c. Kemandirian dalam Sikap