Pengujian Sifat Anatomis Makroskopis Dan Mikroskopis
1. Kayu Teras dan Kayu Gubal
Diamati penampang melintang pada tiap sampel sisi atas dan sisi bawah, diletakkan plastik transparansi pada penampang melintang dan digambar bentuk
penampang melintangnya. Dihitung luas penampang kayu teras dan gubal dengan menggunakan milimeter blok.
Persentase kayu teras dan kayu gubal dihitung dengan rumus:
kayu teras =
Luas kayu teras Luas kayu teras + luas kayu gubal
x 100 kayu gubal =
100 - kayu teras
2. Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis Kayu
1. Menyiapkan potongan kayu 5x5x5 cm
3
2. Mengamati sifat makroskopis kayu secara langsung untuk, warna kayu, kilap, serat, tekstur
yang akan diamati
3. Dengan bantuan lup, mengamati sebaran pori kayu, parenkima, saluran
damar 4. Untuk kesan raba dan kekerasan menggunakan kuku atau cutter
5. Mencatat hasil pengamatan seperti Tabel 4 dan 5. Tabel 4. Kriteria Penilaian Makroskopis Kayu
Kriteria Pengamatan Sifat Makroskopis
JENIS KAYU Kayu Rambutan N. lappaceum
Kayu Duku L.domesticum Ciri Umum
a. Warna b. Testur
c. Corak d. Kilap
e. Kekerasan f. Arah serat
g. Kesan raba
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Kriteria Penilaian Mikroskopis Kayu
Kriteria Pengamatan Sifat Mikroskopis
JENIS KAYU Kayu Rambutan N. lappaceum
Kayu Duku L.domesticum Ciri Mikroskopis
a. Pori b. Parenkima
c. Saluran damar d. Jari-jari
Ciri khusus a. Ciri yang khas
3. Mikrotom Preparat Sayatan Menurut Husein 2004, pembuatan preparat sayatan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut: a. Contoh uji dibuat berukuran 2 x 2 x 2 cm
3
b. Contoh uji disayat dengan menggunakan cutter dari bidang lintang. Kemudian
contoh uji direndam dengan air selama 24 jam sampai agak lunak.
c. Sayatan direndam dalam safranin selama ± 24 jam, kemudian dicuci dengan alkohol
d. Sayatan ditempatkan di atas object glass, lalu ditutup dengan cover glass dan diamati dibawah mikroskop
e. Diukur diameter pori pada arah tangensial f. Diamati kriteria susunan pembuluh, ukuran pembuluh, frekuensi pembuluh,
frekuensi jari-jari, dan lebar jari-jari sesuai dengan Pedoman Identifikasi Jenis Kayu Di Lapangan oleh Mandang dan Pandit 1997 seperti pada
Tabel 6, 7, 8, 9 dan 10. Tabel 6. Penggolongan Susunan Pembuluh
No. Susunan Pembuluh
Jumlah Pembuluh Soliter 1.
Hampir seluruhnya soliter 95
2. Sebagian besar soliter
80-95 3.
Soliter dan berganda 65-80
4. Sebagian besar berganda
25-65 5.
Hampir seluruhnya berganda 25
Sumber : Mandang dan Pandit 1997
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Penggolongan Ukuran Pembuluh
No. Ukuran Pembuluh
Diameter Tangensial µm 1.
Luar biasa kecil 20
2. Sangat kecil
20-50 3.
Kecil 50-100
4. Agak kecil
100-200 5.
Agak besar 200-300
6. Besar
300-400 7.
Sangat besar 400
Sumber : Mandang dan Pandit 1997
Tabel 8. Penggolongan Frekuensi Pembuluh
No. Frekuensi Pembuluh
Jumlah Per mm
2
1. Sangat jarang
2 2.
Jarang 2-5
3. Agak jarang
6-10 4.
Agak banyak 10-20
5. Banyak
20-40 6.
Sangat banyak 40
Sumber : Mandang dan Pandit 1997
Tabel 9. Penggolongan Frekuensi Jari-Jari
No. Frekuensi
Jumlah Per mm 1.
Sangat jarang 3
2. Jarang
4-5 3.
Agak jarang 6-7
4. Agak banyak
8-10 5.
Banyak 11-15
6. Sangat banyak
15
Sumber : Mandang dan Pandit 1997
Tabel 10. Penggolongan Lebar Jari-Jari
No. Golongan
Lebar µm 1.
Sangat sempit 15
2. Sempit
15-30 3.
Agak sempit 30-50
4. Agak lebar
50-100 5.
Lebar 100-200
6. Sangat lebar
200-400 7.
Luar biasa lebar 400
Sumber : Mandang dan Pandit 1997
Universitas Sumatera Utara
4. Proses Pemisahan Serat Preparat Maserasi Proses pemisahan serat yang dilakukan dengan menggunakan metode
Forest Products Laboratory FPL yaitu dengan cara sebagai berikut: A.
Pencucian Sederhana 1.
Dimasukkan partikel berukuran 0,2 x 0,2 x 2 cm
3
2. Ditambahkan larutan H
kedalam tabung reaksi sebanyak 10 potongan.
2
O
2
hidrogen peroksida dan CH
3
3. Dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 60-80ºC sampai sebagian
serat terpisah yang dicirikan dengan warna putih dan terlihat adanya tanda- tanda serat mulai lepas.
COOH asam asetat dengan perbandingan 20:1 sampai serat terendam.
4. Dimasukkan airdestilata dan dikocok filtrat untuk mendapatkan serat-serat
yang terlepas dengan sempurna. 5.
Dicuci berulang-ulang di atas kertas saring sampai bebas asam. B.
Pencucian dan Pewarnaan 1.
Direndam serat yang sudah terlepas dengan alkohol 50, 30, 20, dan 10 masing-masing selama 1 menit.
2. Direndam dengan airdestilata dan didiamkan selama 1 menit lalu dibuang
airnya. 3.
Ditambahkan dengan airdestilata dan diteteskan haematoxylin 2 sebanyak 2-3 tetes sehingga warna menjadi kekuningan, berikut perubahan
yang terjadi: Jika warna masih hitam maka, dibuang airnya lalu dicuci kembali dengan
aquadestilata dan diteteskan lagi haematoxylin 2 sebanyak 2-3 tetes
Universitas Sumatera Utara
sampai warna menjadi kekuningan. Jika warna kekuningan maka dibuang cairannya dan dicuci beberapa kali dengan aquadestilata.
4. Diteteskan 1-2 tetes NH
4
5. Ditambahkan
safranin 2 untuk memberikan warna sehingga
mempermudah pengukuran. OH agar masing-masing serat terpisah dan dicuci
dengan airdestilata.
C. Dehidrasi dan Pemindahan Serat Pada Gelas Objek
1. Setelah safranin dibuang, diganti dengan alkohol 30, 50 , 70 dan
90 masing-masing 1 menit. 2.
Diganti dengan larutan xylol secukupnya dan dipindahkan pada gelas objek.
3. Ditutup dengan kaca penutup.
4. Diamati serat di bawah mikroskop okuler dan diukur dimensinya.
Pengukuran Dimensi Serat
Pengukuran dan pengamatan serat dilakukan dengan menggunakan mikroskop Kamera. Pengamatan menggunakan perbesaran 40 kali untuk panjang
serat, diameter serat, diameter lumen, sedangkan untuk tebal dinding serat diperoleh dari perhitungan diameter serat dikurangi diameter lumen lalu dibagi
dua. Jumlah serat untuk tiap jenis kayu yang diamati dan diukur pada preparat maserasi adalah sebanyak 150 serat.
Serat dipindahkan dengan kuas kecil agar mudah dilihat seratnya satu per satu. Dalam pengukuran dimensi serat yang meliputi panjang serat, diameter serat,
Universitas Sumatera Utara
diameter lumen dan tebal dinding serat, dipilih serat yang utuh atau tidak patah, rusak terlipat, pecah, terpotong dan kerusakan lainnya. Bagian-bagian serat yang
diukur dapat dilihat pada Gambar 2.
L Gambar 2. Bagian-Bagian Serat
Keterangan gambar: L = Panjang serat µm
D = Diameter serat µm l = Diameter lumen µm
w = Tebal dinding sel µm
Selanjutnya, data hasil pengukuran serat dihitung rataan dari nilai turunannya. Untuk nilai turunan serat dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Runkle Ratio Bilangan Runkel =
Keterangan: w = tebal dinding serat l = diameter lumen
2. Felting PowerSlenderness Daya Tenun =
Keterangan: L = panjang serat d = diameter serat
3. Mulhsteph Ratio Bilangan Muhlsteph =
Keterangan: d = diameter serat l = diameter lumen
4. Coefficient og Rigidity Koefisien Kekakuan =
Keterangan: w = tebal dinding serat d = diameter serat
5. Flexibility Ratio Bilangan Fleksibilitas =
Keterangan: l = diameter lumen d = diameter serat Sutiya et all, 2012.
W l
D
l w
2
d L
100
2 2
2
x d
l d
−
d w
d l
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan Dimensi Serat dan Nilai Turunan Serat Terhadap Klasifikasi Kualitas Serat
Nilai kualitas serat sebagai bahan baku pulp dan kertas dapat ditentukan dengan membandingkan nilai-nilai dimensi serat dan turunannya yang didapatkan
dari hasil pengukuran dan perhitungan terhadap nilai-nilai dimensi serat dan turunannya yang terdapat dalam tabel persyaratan dan nilai serat. Persyaratan nilai
serat dapat dilihat dari beberapa Tabel 11, 12, 13, 14 dan 15 Tabel 11. Klasifikasi Diameter Serat
Kelas Nilai interval µ m
Lebar 26,00-40,00
Sedang 11,00-25,00
Sempit 2,00-10,00
Sumber: Kasmudjo 1994
Tabel 12. Klasifikasi Panjang Serat
Kelas Sub Kelas
Selang Kelas µ m Pendek
Teramat pendek 500
Sangat pendek 501-700
Cukup pendek 701-900
Sedang -
901-1600 Panjang
Cukup panjang 1601-2200
Sangat panjang 2201-3000
Teramat panjang 3000
Sumber: Kasmudjo 1994
Tabel 13. Klasifikasi Serat Berdasarkan Bilangan Runkel
Kelas Runkel Ratio
Dinding Serat Kualitas Serat
I 0,25
Sangat Tipis Sangat Baik
II 0,25-0,50
Tipis Baik
III 0,51-1,00
Sedang Cukup Baik
IV 1,01-2,00
Tebal Kurang Baik
V 2,01
Sangat Tebal Tidak Baik
Sumber: Kasmudjo 1994
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14. Klasifikasi Serat Berdasarkan Bilangan Muhlsteph
Kelas Bilngan Muhlsteph
KerataanKehalusan Plastisitas
Kualitas Serat I
30 Ratabaikhalus
Plastis Kuat
II 31-60
Cukup baik Plastis
Cukup III
61-80 Rata
Plastis Cukup
IV 80
Kurang baik Plastis
Sedang Sumber: Kasmudjo 1994
Tabel 15. Klasifikasi Serat Berdasarkan Daya Tenun, Koefisien Kekakuan, dan Nilai Fleksibilitas
Turunan Serat Kelas I
Kelas II Kelas III
Kelas IV Daya Tenun
90 71-90
40-70 40
KoefisienKekakuan 0,10
0,11-0,15 0,16-0,20
0,20 Nilai Fleksibilitas
0,80 0,61-0,80
0,40-0,60 0,40
Sumber: Kasmudjo 1994
Pemanfaatan Kayu Rambutan Dan Kayu Duku Sebagai Bahan Baku Pulp Dan Kertas
Kayu rambutan N. lappaceum dan duku L. domesticum selanjutnya akan dinilai kelayakannya sebagai bahan baku pulp dan kertas. Kriteria kayu
Indonesia untuk bahan baku pulp dan kertas dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Kriteria Penilaian Serat Kayu Indonesia
No Uraian
Kelas Mutu I
II III
Syarat Nilai
Syarat Nilai
Syarat Nilai
1 Panjang µ m
2000 100
1000-2000 50
1000 25
2 Nisbah Runkel
0,25 100
0,25-0,50 50
0,5-1,0 25
3 Daya tenun
90 100
50-90 50
50 25
4 Muhlsteph Ratio
30 100
30-60 50
60-80 25
5 Fleksibility Ratio
0,80 100
0,50-0,80 50
0,50 25
6 Koeff. Kekakuan
0,10 100
0,10-0,15 50
0,15 25
Selang Nilai 450 –600
225 – 449 225
Sumber: Sulistyowati 1998
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Sifat Anatomis Makroskopis Dan Mikroskopis 1. Kayu Teras dan Kayu Gubal
Pengukuran dilakukan pada penampang melintang permukaan kayu. Hasil pengukuran dan perhitungan kayu teras serta kayu gubal dapat dilihat pada
Tabel 17 dan 18. Tabel 17. Persentase Kayu Teras Dan Kayu Gubal Rambutan
Tabel 18. Persentase Kayu Teras Dan Kayu Gubal Duku
Kayu gubal umumnya berwarna lebih muda dan lebih terang dibandingkan kayu teras, dibandingkan kayu gubal kayu teras lebih disukai dalam penggunaan
kayu sebagai bahan bangunan. Kayu teras mengandung zat-zat ekstraktif yang bersifat toksik racun terhadap serangga dan jamur sedangkan kayu gubal tidak
memilikinya. Besar kecilnya persentase bagian teras dan gubal kayu sangat menentukan keawetan alami kayu. Hasil pengukuran kayu teras dan kayu gubal
yang dilakukan pada kayu rambutan umur 10 tahun pada tiap sampel sisi atas dan bawah bagian atas, ujung, tengah dan pangkal menunjukkan bahwa persentase
Jenis Kayu Keterangan
Bagian Kayu Gubal
cm
2
Teras cm
2
Gubal Teras
Rambutan Ujung
Atas 97.75
113.75 46.22
53.78 Bawah
80.75 121.50
39.93 60.07
Tengah Atas
29.50 119.25
19.83 80.17
Bawah 58.25
82.75 41.31
58.69 Pangkal
Atas 70.50
139.50 33.57
66.43 Bawah
79.25 107.75
42.38 57.62
Rata-rata 37,21
62,79
Jenis Kayu Keterangan
Bagian Kayu Gubal
cm
2
Teras cm
2
Gubal Teras
Duku Ujung
Atas 17.25
12.25 58.47
41.52 Bawah
15.75 9.25
63.00 37.00
Tengah Atas
11.25 10.50
51.72 48.28
Bawah 7.25
10.25 41.43
58.57 Pangkal
Atas 7.50
8.75 46.15
53.85 Bawah
9.50 9.25
50.67 49.33
Rata-rata 51.91
48.09
Universitas Sumatera Utara
rata-rata kayu teras yaitu 62.79 dan kayu gubal 37.21 , persentase rata-rata kayu teras lebih besar dibandingkan kayu gubalnya. Pandit dan Ramdan 2002
menyatakan bahwa kayu teras sering lebih awet dari pada kayu gubal, kayu teras lebih tahan terhadap serangan jamur dan serangan serangga perusak kayu. Kayu
teras mempunyai keawetan tinggi, hal ini disebabkan karena adanya zat-zat ekstraktif yang bersifat toksik racun terhadap serangga.
Penampang melintang kayu teras dan kayu gubal rambutan dan duku dapat dilihat pada Gambar 3.
a b Gambar 3. a Penampang Melintang Kayu Rambutan dan b Penampang Melintang Kayu Duku
Persentase kayu teras untuk tiap-tiap kayu atas dan bawah bagian ujung, tengah dan pangkal kayu duku umur 5 tahun ini memiliki nilai yang bervariasi,
namun setelah dirata-ratakan diperoleh bahwa persentase kayu teras yaitu 48.09 dan kayu gubal 51.91 . Hasil ini menunjukan bahwa persentase kayu teras lebih
rendah sehingga mempengaruhi tinggi rendahnya sifat keawetan alami kayu. 2. Pengamatan Sifat Makroskopis Kayu
Hasil pengamatan makroskopis pada kayu rambutan umur 10 tahun dan kayu duku 5 tahun ini dapat dilihat pada Tabel 19.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 19. Pengamatan Sifat Makroskopis Kayu Rambutan Dan Kayu Duku
Kriteria Pengamatan Sifat Makroskopis
JENIS KAYU Kayu Rambutan umur 10 tahun
N. Lappaceum Kayu Duku 5 tahun ini
L.domesticum Ciri Umum
a. Warna Coklat tua
Coklat muda b. Testur
Kasar Kasar
c. Corak Bercorak
Bercorak d. Kilap
Tidak mengkilap Tidak mengkilap
e. Kekerasan Keras
Keras f. Arah serat
Bergelombang berombak Berpadu
g. Kesan raba Kesat
Kesat
Kayu rambutan umur 10 tahun yang diamati berwarna coklat tua sedangkan pada kayu duku 5 tahun berwarna coklat muda. Pengamatan ini
dilakukan pada bagian teras kayu sesuai dengan literatur dari Dumanauw 1990 yang menyatakan bahwa pada pengenalan kayu, warna kayu yang dipakai adalah
warna kayu terasnya. Warna kayu sendiri akan mampu menimbulkan corak bagi kayu, yang
akan menciptakan keindahan tersendiri bagi kayu, keindahan ini tentunya akan meningkatkan nilai ekonomis suatu jenis kayu. Kayu rambutan umur 10 tahun dan
kayu duku umur 5 tahun sama-sama memiliki corak, corak ini ditimbulkan oleh warna kayu yang tidak merata, Mandang dan Pandit 1997 menyatakan bahwa
corak yang ada pada suatu jenis kayu dapat ditimbulkan oleh perbedaan warna antara kayu awal dan kayu akhir dari lingkar tumbuh. Corak dapat pula
ditimbulkan oleh perbedaan warna jaringan, perbedaan intensitas pewarnaan pada lapisan-lapisan kayu yang dibentuk dalam jangka waktu yang berlainan.
Kayu rambutan umur 10 tahun dan duku 5 tahun ini sama-sama memiliki tekstur kasar. Halus kasarnya tekstur kayu ditentukan atas dasar ukuran diameter
tangensial pori dimana disebut bertekstur kasar apabila 200 µm. Sesuai dengan kriteria yang disebutkan oleh Brown et al. 1994 bahwa tekstur disebut kasar
Universitas Sumatera Utara
apabila ukuran diameter tangensial pori 200 µm, sedang 100~200 µm, dan halus 100 µm.
Permukaan kayu rambutan dan duku sama-sama tidak mengkilap atau tidak dapat memantulkan cahaya. Ini disebabkan oleh karena arah serat dari kayu
rambutan yang bergelombang berombak begitu juga dengan duku dimana arah seratnya berpadu. Serat bergelombang berombak atau curly grain atau wavy
grain, jika sel-sel aksial tersusun berbelok-belok ke arah sumbu batang longitudinal. Serat terpadu interlocked grain, bila arah letak sel-sel aksial pada
suatu lapisan kayu berbeda dengan arah sel-sel yang serupa pada lapisan berikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kayu rambutan umur 10 tahun memiliki kelas kekerasan keras, dimana pada saat penyayatan pada arah
melintang kayu, kayu rambutan sulit untuk disayat dan tidak meninggalkan bekas pada kayu rambutan sampel pada saat ditekan dengan menggunakan kuku.
Begitu juga dengan kayu duku umur 5 tahun, memiliki kelas kekerasan keras, dimana pada saat penyayatan pada arah melintang kayu, kayu rambutan sulit
untuk disayat dan tidak meninggalkan bekas pada kayu rambutan sampel pada saat ditekan dengan menggunakan kuku.
Kesan raba dari suatu jenis kayu diperoleh pada saat kayu tersebut diraba. Kayu rambutan umur 10 tahun memberi kesan raba kesat pada saat diraba, begitu
juga hal nya dengan kayu duku umur 5 tahun memberi kesan raba kesat pada saat diraba. Pandit dan Ramdan 2002 menyatakan bahwa kesan raba ini nilainya
sangat terbatas sekali dalam identifikasi disamping sangat bervariasi menurut
Universitas Sumatera Utara
individu-individu bersangkutan juga tergantung dari bagian-bagian pohon yang diambil.
3. Mikrotom Preparat sayatan
Hasil pengamatan mikroskopis pada kayu rambutan umur 10 tahun dan kayu duku 5 tahun ini dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Pengamatan Sifat Mikroskopis Kayu Rambutan Dan Kayu Duku
Kriteria Pengamatan Sifat Mikroskopis
JENIS KAYU Kayu Rambutan umur 10 tahun
N. Lappaceum Kayu Duku 5 tahun ini
L.domesticum a. Susunan pori dan
Penyebaran pori Soliter, berganda, bergerombol
Ganda 2-3 radial, ganda 2-3 tangensial
Soliter, berganda, bergerombol Ganda 2-3 radial, ganda 2-3
tangensial b. Parenkima
Parenkima paratrakea bentuk sayap aliform
Parenkima paratrakea konfluen c. Saluran dammar
Tidak ada Tidak ada
d. Jari-jari Biseriate
Multiseriate e. Ciri yang khas
Parenkima Paratrakea bentuk sayap aliform
Parenkima Paratrakea konfluen
Kayu rambutan umur 10 tahun yang diamati sebagai sampel penelitian memiliki susunan pori bervariasi mulai dari soliter, berganda, dan
bergerombolberkelompok dengan penyebaran pori ganda dua sampai tiga radial, ganda dua sampai tiga tangensial. Mandang dan Pandit 1997 menyatakan bahwa
pada penampang melintang sel-sel pembuluh tampak seperti lubang-lubang, karena itu sel-sel pembuluh ini juga sering disebut pori-pori kayu. Sel-sel yang
berbentuk pipa dinamakan pembuluh. Dalam batang kayu, sel-sel ini tersusun longitudinal, sambung-menyambung searah dengan sumbu batang. Pembuluh
dikatakan soliter jika berdiri sendiri-sendiri. Pembuluh dikatakan berganda jika dua atau lebih pembuluh bersinggungan sedemikian rupa, sehingga dinding
singgung tampak datar. Gandaan dua pembuluh disebut pasangan.
Universitas Sumatera Utara
Kayu duku umur 5 tahun yang di amati memiliki susunan pori yang bervariasi seperti soliter, berganda dan bergerombolberkelompok. Penyebaran
pori yaitu ganda dua sampai tiga radial, dan ganda dua sampai tiga tangensial. Parenkima kayu rambutan umur 10 tahun memiliki parenkima paratrakea
bentuk sayap aliform yaitu parenkima bentuk selubung dengan bentangan ke samping mirip sayap. Sedangkan kayu duku memiliki parenkima paratrakea
konfluen yaitu parenkima bentuk selubung atau sayap yang bersambung dengan parenkima serupa pada pembuluh lainnya sehingga membentuk susunan mirip
pita tangensial atau diagonal. Untuk saluran dammar sendiri tidak dimiliki oleh rambutan dan duku.
Jari-jari kayu rambutan yaitu biseriate dan kayu duku multiseriate, dikatakan biseriate apabila pada saat pengamatan bagian-bagian jari-jari kayu
tampak terlihat halus seperti terlihat pada Gambar 4. Sedangkan kayu duku memiliki jari-jari multiseriate dimana jari-jari tampak terlihat lebih jelas karena
jari-jari kayu duku tebal seperti terlihat pada Gambar 5. Ciri khusus yang dapat dilihat dari kayu rambutan yaitu memiliki parenkima paratrakea bentuk sayap
aliform. dan kayu duku memiliki parenkima paratrakea konfluen.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Penampang Melintang Kayu Rambutan N. lappaceum Perbesaran 4x10
Gambar 5. Penampang Melintang Kayu Duku L. domesticum Perbesaran 4x10
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengukuran pembuluh dan jari-jari pada kayu rambutan umur 10 tahun ini dihubungkan dengan kriteria rambutan menurut penggolongan Mandang
dan Pandit 1997 dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Pengelompokan Kriteria Pembuluh dan Jari-Jari Rambutan
No. Kriteria
Jumlah Ukuran Keterangan
1 Susunan pembuluh
38,71 Sebagian besar berganda
2 Ukuran pembuluh
464,98 µm Sangat besar
3 Frekuensi pembuluh
2 Jarang
4 Frekuensi jari-jari
5 Jarang
5 Lebar jari-jari
264,29 µm Sangat lebar
Susunan pembuluh soliter dibagi dengan jumlah seluruh susunan pembuluh soliter dan berganda yang ada pada penampang melintang kayu maka
diperoleh persentase susunan pembuluh sebesar 38,71 . Sesuai kriteria penggolongan susunan pembuluh maka susunan pembuluh kayu rambutan
termasuk ke dalam kriteria sebagian besar berganda dengan interval 25-65 . Pengukuran pembuluh pori dilakukan dengan menggunakan mikroskop
kamera. Berdasarkan pengukuran diperoleh rata-rata diameter tangensial pembuluhpori kayu rambutan adalah 464,98 µm, ini menunjukkan bahwa ukuran
pembuluh kayu rambutan umur 10 tahun ini termasuk ke dalam kriteria ukuran pembuluh sangat besar dengan interval 400 µm.
Jumlah pembuluh yang ditemukan pada penampang melintang per millimeter persegi yaitu 2 pembuluh, hal ini menyimpulkan bahwa frekuensi
pembuluh untuk kayu rambutan termasuk ke dalam kriteria jarang, dengan interval 2-5. Jumlah jari-jari yang terdapat pada penampang melintang per
milimeternya yaitu 5 jari-jari, hal ini menyimpulkan bahwa frekuensi jari-jari untuk kayu rambutan termasuk ke dalam kriteria jarang dengan interval 4-5. Lebar
jari-jari kayu rambutan yaitu 264,29 tergolong dalam kriteria sangat lebar dengan interval 200-400.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengukuran pembuluh dan jari-jari pada kayu duku umur 5 tahun ini dihubungkan dengan kriteria duku menurut penggolongan Mandang dan Pandit
1997 dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Pengelompokan Kriteria Pembuluh dan Jari-Jari Duku
No. Kriteria
Jumlah Ukuran Keterangan
1 Susunan pembuluh
35,29 Sebagian besar berganda
2 Ukuran pembuluh
391,18 µm Besar
3 Frekuensi pembuluh
2 Jarang
4 Frekuensi jari-jari
4 Jarang
5 Lebar jari-jari
305,79 µm Sangat lebar
Susunan pembuluh soliter dibagi dengan jumlah seluruh susunan pembuluh soliter dan berganda yang ada pada penampang melintang kayu maka
diperoleh persentase susunan pembuluh kayu duku sebesar 35,29 . Sesuai kriteria penggolongan susunan pembuluh maka susunan pembuluh kayu duku
termasuk ke dalam kriteria sebagian besar berganda dengan interval 25-65 . Pengukuran pembuluh pori dilakukan dengan menggunakan mikroskop
kamera. Berdasarkan pengukuran diperoleh rata-rata diameter tangensial pembuluhpori kayu duku adalah 391,18 µm, ini menunjukkan bahwa ukuran
pembuluh kayu duku umur 5 tahun termasuk ke dalam kriteria ukuran pembuluh besar dengan interval 300-400 µm.
Jumlah pembuluh yang ditemukan pada penampang melintang per milimeter persegi yaitu 2 pembuluh, hal ini menyimpulkan bahwa frekuensi
pembuluh untuk kayu duku termasuk ke dalam kriteria jarang, dengan interval 2-5. Jumlah jari-jari yang terdapat pada penampang melintang per milimeternya
yaitu 4 jari-jari, hal ini menyimpulkan bahwa frekuensi jari-jari untuk kayu duku termasuk ke dalam kriteria jarang, dengan interval 4-5. Lebar jari-jari kayu duku
yaitu 305,79 tergolong dalam kriteria luar biasa lebar dengan interval 200-400.
Universitas Sumatera Utara
4. Pengukuran Dimensi Serat