Fak Prof. D Pengembangan Model Tes Kompetensi Berbahasa Indonesia

PENELITIAN PENGE Laili E 0622036001

M. Fak Prof. D

Dr. Bu Dibiayai Kem Sesuai deng Nomor 007K UNIVER LAPORAN TAHUNAN IAN KERJA SAMA ANTAR PERGURUAN T PEKERTI GEMBANGAN MODEL TES KOMPETENS BERBAHASA INDONESIA Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun li Etika Rahmawati, S.Pd., M.Pd. 0622036001 . Fakhrur Saifudin, S.Pd., M.Pd. 0624038503 of. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. 0007046206 . Budhi Setiawan, M.Pd. 0024056104 yai oleh Koordinasi Perguruan Tinggi Wilayah V Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Pene 007K6KLSPPENELITIAN2014 tanggal 8 Me ERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKART NOVEMBER 2014 N TINGGI NSI 0622036001 4038503 0007046206 0024056104 ah VI nelitian 8 Mei 2014 RTA ii iii RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model tes kompetensi berbahasa Indonesia TKBI yang dapat digunakan sebagai alat ukur kompetensi berbahasa Indonesia seseorang. Penelitian ini termasuk jenis penelitian iv pengembangan research and development. Luaran yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah produk instrumen tes kompetensi berbahasa Indonesia yang dapat digunakan sebagai alat ukur kompetensi berbahasa seseorang, terbangunnya kerjasama penelitian antar perguruan tinggi, dan publikasi ilmiah dalam jurnal nasional. Langkah yang ditempuh untuk keberhasilan tahun I adalah pengkajian bentuk tes bahasa Indonesia dalam hal ini instrumen tes standar yang dikaji adalah instrumen uji kemahiran berbahasa Indonesia UKBI. Pada awal penelitian dilakukan analisis terhadap instrumen UKBI. Tahap ini dilakukan dengan teknik dokumentasi dan analisis dokumen. Berdasarkan hasil analisis, maka diketahui kekurangan dan kelebihan model instrumen UKBI. Setelah itu peneliti menentukan model teoretik TKBI. Untuk menentukan kelayakan model tersebut, tim peneliti melakukan sharing bersama pakar terbatas. Model teoretik tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi prototipe TKBI. Jadi hasil penelitian tahun pertama ini berupa prototipe TKBI. Kata Kunci: Pengembangan, Tes, Kompetensi, Berbahasa Indonesia PRAKATA Puji syukur kepada Allah yang Mahatinggi karena atas rahmat dan hidayah-Nya penelitian ini dapat dilaksanakan. Penelitian ini dapat dilaaksanakan dengan baik karena adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada. v 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini. 2. Prof. Dr. Bambang Setiaji, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian ini. 3. Agus Ulinuha, Ph.D selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah membantu proses pengusulan sampai dengan pelaksanaan penelitian ini. 4. Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan rekomendasi di izin penelitian ini. 5. Teman-teman dosen program studi Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberi motivasi dan semangat untuk terus berkarya. Semoga amal kebaikan semua pihak mendapat imbalan dari Allah yang Mahatinggi. Kami berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Surakarta, 5 November 2014 Tim Peneliti DAFTAR ISI Halaman Sampul – i Halaman pengesahan –ii Ringkasan- iii vi Prakata - iv Daftar Isi - v Daftar tabel - vi Daftar Gambar - vii Daftar Lampiran - viii BAB 1 PENDAHULUAN - 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - 5 BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN - 15 BAB 4 METODE PENELITIAN - 16 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN - 18 BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA - 26 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN - 27 DAFTAR PUSTAKA - 28 LAMPIRAN - Instrumen Penelitian - Personalia tenaga peneliti beserta kualifikasinya - Makalah Seminar Internasional di Thailand dan Sertifikat - Draft Artikel Publikasi 1 BAB I PENDAHULUAN Kompetensi berbahasa mencakup empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kompetensi berbahasa merupakan tindak memergunakan bahasa secara nyata untuk tujuan berkomunikasi. Kegiatan berbahasa atau kompetensi berunjuk kerja bahasa merupakan manifestasi nyata kompetensi kebahasaan seseorang. Tinggi rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang pada umumnya tercermin dalam kemampuan berbahasanya. Berbagai aspek kebahasaan dan fungsi komunikatif pemahaman dan penggunaan bahasa haruslah terintegrasi dalam tes kompetensi berbahasa. Artinya, melalui tes kebahasaan akan diukur pengetahuan kebahasaan seseorang, tetapi ia harus terintegrasi dalam bentuk pemahaman dan penggunaan bahasa secara wajar dan kontekstual. Tes kebahasaan yang dimaksudkan untuk mengukur kompetensi gramatikal yang merupakan kemampuan dasar untuk berkomunikasi memang perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Akan tetapi, ia tidak boleh lepas dari fungsi komunikatif bahasa, dan jika dipaksakan akan berubah menjadi jenis tes kebahasaan yang lain yang tidak mengukur kompetensi berbahasa. Dengan demikian, tes kompetensi berbahasa akan berwujud tes kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan bahasa. Secara konkret, tes kompetensi berbahasa akan melibatkan keempat aspek itu harus kontekstual. Artinya, ia harus berada dalam situasi pemakaian yang sesungguhnya, wajar, dan berada dalam konteks tertentu. Jika mengabaikan hal-hal tersebut, tes terhadap keempat keterampilan berbahasa itu pun dapat terjerumus ke dalam tes yang terisolasi dan artifisial. Kecenderungan tes yang demikian inilah sebenarnya yang merupakan masalah dalam tes bahasa dewasa ini Brown, 2004:10. Dewasa ini tes tradisional masih saja digunakan dalam pengukuran kompetensi berbahasa. Tes tradisional di sini dimaksudkan sebagai tes yang memiliki karakteristik yang hanya menuntut aktivitas seseorang untuk memilih jawaban, menunjukkan penguasaan pengetahuan, memanggil kembali atau rekognisi. Jika demikian, tinggi rendahnya skor seseorang belum tentu sekaligus mencerminkan tingkat kompetensinya. Berbagai bentuk soal tes yang telah menyediakan jawaban, misalnya bentuk soal tes objektif seperti benar-salah dan pilihan ganda, merupakan contoh tes tradisional. Berbagai soal yang mengukur kompetensi bahasa seperti tes struktur dan kosakata, apalagi yang bersifat diskret jelas dikategorikan sebagai soal tes tradisional. Bahkan, soal-soal yang mengukur kompetensi berbahasa seperti menyimak dan membaca yang dibuat dalam bentuk pilihan ganda juga dapat dikategorikan sebagai tes tradisional. Berbagai ujian yang mempergunakan soal pilihan ganda, misalnya ulangan umum, ujian semester, ujian masuk perguruan tinggi, ujian masuk pegawai, juga masuk kategori tes tradisional. Pusat Bahasa sudah berhasil merancang instrumen tes yang digunakan untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia seseorang. Tes tersebut dikenal dengan uji kemahiran berbahasa Indonesia yang selanjutnya disebut UKBI. UKBI merupakan tes baku yang dikembangkan sesuai dengan teori pengujian modern dan dirancang untuk mengukur kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulis. UKBI telah diujikan kepada penutur bahasa Indonesia yang berasal dari beragam strata sosial, pekerjaan, dan latar belakang pendidikan. Selain itu, UKBI juga telah diujikan kepada penutur asing Solihah dan Dony, 2005:1. Materi UKBI berupa penggunaan bahasa Indonesia yang digunakan dalam berbagai bidang, seperti sejarah, kebudayaan, hukum, dan ekonomi. Materi itu diambil dari berbagai sumber, antara lain, media massa elektronik dan cetak dan atau buku-buku. Dengan materi itu, UKBI menguji kompetensi berkomunikasi lisan dan tulis dalam bahasa Indonesia, baik yang menyangkut kemampuan reseptif maupun kemampuan produktif. Kemampuan reseptif berkaitan dengan pemahaman isi wacana lisan dan isi wacana tulis serta kepekaan terhadap kaidah bahasa Indonesia. Kemampuan reseptif diujikan dalam bentuk soal pilihan ganda dengan empat opsi. Kemampuan produktif berkaitan dengan keterampilan menggunakan bahasa Indonesia secara tulis dan lisan. Keterampilan menggunakan bahasa Indonesia tulis diukur melalui penyusunan wacana tulis. Keterampilan menggunakan bahasa Indonesia lisan diukur melalui wawancara yang meliputi monolog dan dialog Tim UKBI, 2003: 4. Seminar dan Lokakarya Nasional Pengujian Bahasa Tahun 2010 yang diadakan di Jakarta tanggal 20-22 Juli 2010 merumuskan beberapa hasil yang berkaitan dengan pemanfaatan UKBI sebagai berikut: 1 Pusat Bahasa memantapkan pengembangan dan pengelolaan UKBI berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta mengupayakan tersedianya prasarana dan sarana pendukung yang memadai di Pusat Bahasa dan BalaiKantor Bahasa serta memotivasi tersedianya prasarana dan sarana tersebut di lembaga lain; 2 UKBI dimasukkan dalam skema uji profisiensi bagi tenaga kerja profesi, baik tenaga kerja Indonesia maupun tenaga kerja asing di berbagai sektor pekerjaan; 3 kemahiran berbahasa Indonesia perlu dijenjangkan sesuai dengan karakteristik profesi. Untuk itu, putusan Konvensi Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia SKKNI tentang kemahiran berbahasa Indonesia perlu segera ditindaklanjuti dengan mempercepat penerapan skema uji profisiensi; 4 skema sertifikasi guru, dosen, dan tenaga vokasi perlu memasukkan UKBI sebagai salah satu unsur penilaian kompetensi guru, dosen, dan tenaga vokasi; 5 Pusat Bahasa melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi dan instansi lain untuk menerapkan UKBI sebagai persyaratan akademik dan persyaratan penerimaan calon pegawai, baik negeri maupun swasta; 6 penggunaan UKBI di masyarakat agar mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat dan daerah melalui penyusunan regulasi dan mekanisme yang operasional; dan 7 Pusat Bahasa menyebarluaskan hasil pembakuan kebahasaan, seperti kamus, tesaurus, tata bahasa, dan UKBI, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Hasil semiloka tersebut sampai sekarang tampaknya masih menjadi sebuah wacana. Hal ini dapat dibuktikan dengan belum adanya realisasi hasil semiloka tersebut. Berkaitan dengan masalah tersebut, Rahmawati 2012:43-50 memberi solusi terhadap permasalahan penilaian kompetensi berbahasa Indonesia yang dewasa ini masih cenderung bersifat diskret. IELTS merupakan salah satu bentuk tes kemahiran berbahasa yang terstandar secara internasional yang terdiri atas tes menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan, tes kompetensi komunikatif berbahasa Indonesia dapat diadaptasi dari bentuk tes IELTS. Hal ini dapat dilakukan karena beberapa alasan, di antaranya adalah: 1 empat keterampilan berbahasa diujikan secara komprehensif; 2 bentuk soal bermacam-macam; 3 cara menjawab soal tes dengan menulis pada lembar jawab yang sudah disediakan tidak memilih jawaban yang telah disediakan; dan 4 secara implisit bentuk tes ini juga menguji kemampuan kebahasaan. UKBI sebagai instrumen tes pengukur kompetensi berbahasa masih mengandung beberapa kekurangan dan masih menunjukkan bahwa tes tersebut masih tergolong sebagai tes diskret. Bentuk tes UKBI untuk mengukur kemampuan mendengarkan, respons kaidah, dan membaca masih berbentuk tes pilihan ganda. Selain itu, tes respons kaidah dalam UKBI menunjukkan bahwa tes tersebut masih menekankan unsur kebahasaan yang tidak secara langsung dimasukkan secara kontekstual. Berdasarkan uraian di atas, maka pengembangan model tes kompetensi berbahasa Indonesia diperlukan untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pengujian kompetensi berbahasa dewasa ini yang masih cenderung pada tes yang bersifat diskret. Beberapa hal yang telah dipaparkan di atas dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengembangan instrumen tes kompetensi berbahasa Indonesia yang lebih komunikatif. Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan developmental research. Luaran yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah produk instrumen tes kompetensi berbahasa Indonesia yang dapat digunakan sebagai alat ukur kompetensi berbahasa seseorang, terbangunnya kerjasama penelitian antarperguruan tinggi, dan publikasi ilmiah dalam jurnal nasional. 27 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan