Corporate Governance pada Bank Syariah

a. Pengaturan organisasi yang mana tindakan manajer sejalan align dengan kepentingan stakeholder. b. Organ governance yang meliputi dewan direksi, dewan pengawas syariah, manajemen memiliki tujuan untuk memenuhi kepentingan stakeholder dan menfasilitasi proses monitoring yang efektif sehingga penggunaan sumberdaya dapat efisien. c. Patuh pada aturan dan prinsip hukum Islam IFSB 2005. Dari sisi regulasi eksternal, yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional adalah keterikatannya dengan Islamic Accounting Standard Board di Indonesia: Dewan Standar Akuntansi Syariah DSAK melalui PSAK syariahnya. Dari sisi sistem regulasi internal, dalam bank syariah terdapat DPS. DPS ini yaitu lembaga independen yang kompeten dibidang hukum Islam dan atau ahli Lembaga Keuangan Syariah LKS yang bertugas mengarahkan, mereviu, melakukan supervisi aktivitas LKS dan memastikan LKS taat pada hukum Islam Hasan 2009. Dari sisi sistem pengendalian internal, bank syariah berbeda dengan konvensional dalam hal kewajibannya untuk patuh terhadap hukum Islam. B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis 1. Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah terhadap Pengungkapan ISR di Indonesia dan Malaysia Dewan pengawas syariah merupakan suatu fungsi dalam suatu organisasi bank syariah yang secara internal merupakan badan pengawas syariah dan secara eksternal dapat menjaga serta meningkatkan kepercayaan masyarakat Murwaningsari, 2009. Penelitian Kholid dan Bachtiar 2015 yang menunjukkan hasil bahwa rangkap jabatan dewan pengawas syariah berpengaruh positif terhadap kinerja maqasid bank syariah, artinya kualitas pengawasan dewan pengawas syariah yang melakukan rangkap jabatan dan yang tidak melakukan rangkap jabatan memiliki tingkat kualitas pengawasan yang sama. Dewan pengawas syariah yang merangkap jabatan menunjukkan kepakarannya dalam melakukan pengawasan syariah namun kepakarannya harus dibagi kedalam beberapa bank sementara itu, dewan pengawas syariah yang tidak merangkap jabatan memang tidak terlalu menunjukkan kepakaran dalam pengawasan syariah tetapi karena dewan pengawas syariah yang tidak merangkap jabatan hanya melakukan pengawasan pada satu bank saja sehingga kualitas pengawasannya sama dengan dewan pengawas syariah yang merangkap jabatan. Berbeda dengan penelitian Usamah 2010 menyebutkan bahwa rangkap jabatan dewan pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap kinerja kepatuhan syariah atas pembiayaan, artinya, semakin sedikit rangkap jabatan sebagai dewan pengawas syariah maka dapat bekerja lebih fokus dan profesional, begitu juga halnya dalam melakukan suatu pengungkapan ISR. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: H 1a : Rangkap jabatan dewan pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap pengungkapan ISR pada bank umum syariah Indonesia. H 1b : Rangkap jabatan dewan pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap pengungkapan ISR pada bank umum syariah Malaysia.

2. Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah terhadap Pengungkapan ISR di Indonesia dan Malaysia

Semakin sering Dewan Pengawas Syariah melakukan rapat maka semakin sering DPS memberikan opini nya yang merupakan bentuk ISR perusahaan, sehingga semakin sering Dewan Pengawas Syariah melakukan rapat maka pengungkapan ISR semakin besar. Penelitian Rahayu dan Cahyati 2014 menunjukkan hasil bahwa jumlah rapat dewan pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR artinya, seringnya rapat dilakukan belum tentu pengungkapan CSR di perbankan menjadi lebih baik. Gray dan Nowland dalam Widayui 2014 menyatakan bahwa kehadiran direktur pada rapat dewan direksi dan komite, penting bagi direksi dan pemegang saham. Rapat merupakan salah satu cara yang bisa digunakan direktur untuk diskusi dan memberikan saran kepada manajemen perusahaan tentang kebijakan-kebijakan yang ditentukan. Sedangkan Suryono dalam Harto dan Widayuni 2013 menjelaskan bahwa melalui jumlah pertemuan, komite audit semakin mampu mendorong manajemen untuk melakukan praktik pengungkapan sustainability report sebagai media komunikasi perusahaan dengan stakeholder dalam rangka memperoleh legitimasi melalui pelaksanaan good corporate governance. Sehubungan dengan tiga pernyataan di atas, dalam penelitian ini akan diuji tentang pengaruh rapat DPS terhadap pengungkapan ISR. Secara logika, semakin sering rapat dilaksanakan, maka semakin bagus pengawasan terhadap pengungkapan ISR yang dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chariri 2012 yang menunjukkan bahwa jumlah rapat DPS berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: H 2a : Jumlah rapat dewan pengawas syariah berpengaruh positif terhadap pengungkapan ISR pada bank umum syariah Indonesia. H 2b : Jumlah rapat dewan pengawas syariah berpengaruh positif terhadap pengungkapan ISR pada bank umum syariah Malaysia.

3. Jumlah Komite Remunerasi dan Nominasi terhadap Pengungkapam ISR di Indonesia dan Malaysia

Pada perbankan syariah komite remunerasi dan nominasi salah satunya berperan untuk mengungkapkan suatu tanggung jawab perusahaan atau perbakan syariah termasuk pengungkapan tanggung jawab sosial, maka semakin banyak jumlah komite remunerasi dan nominasi maka akan semakin memengaruhi tingkat pengungkapan ISR.