Kompas.com Rabu, 24 Juli 2013, diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun masih sangat jauh dari target yang telah ditentukan.
Centre For Research of Public Budgeting Cerpub menilai ada yang salah urus dalam pengelolaan keuangan dan aset daerah ini. Salah satu penyebabnya adalah
tidak adanya upaya perbaikan kinerja, sehingga target yang telah ditentukan tidak dapat tercapai. Selain itu dari MetroSiantar.com, diketahui bahwa pengelolaan
keuangan daerah yang salah arah ini menjadi pemicu besarnya beban utang kabupaten Simalungun. Penggunaan dana yang tidak efektif, boros dan tidak
sesuai dengan peruntukannya menjadi penyebab utama. Dengan memperhatikan kenaikan APBD kabupaten Simalungunyang secara
bertahap terus mengalami peningkatan sejak tahun 2010 namun masih kurang optimal dalam pengelolaan keuangannya, maka penulis tertarik untuk melakukan
analisis kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten simalungun. Analisis kinerja keuangan pemerintah kabupaten simalungun adalah suatu proses penilaian
mengenai tingkat kemajuan pencapaian pelaksanaan pengelolaaan keuangan pemerintah kabupaten simalungun.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengangkat judul penelitian
“Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun tahun 2010-
2014”
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah tahapan untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan, maka dapat diidentifikasi ada beberapa masalah yaitu: 1.
Simalungun merupakan salah satu kabupaten terbesar di Sumatera Utara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah namun memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi yang rendah. 2.
Rendahnya kemampuan daerah untuk menggali sumber asli daerah yang tercermin dari Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun masih
sangat jauh dari target yang telah ditentukan.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dibahas dengan tuntas dan terfokus diperlukan adanya pembatasan masalah. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada
Analisis kinerja keuangan yang dilihat dari aspek Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, serta Rasio Keserasian atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Simalungun pada tahun 2012 dan 2013.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan, Rasio
Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan dan Rasio Keserasian untuk tahun anggaran 2012-2013?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika
dilihat dari Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan dan Rasio Keserasian
untuk tahun anggaran 2012-2013.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan serta menambah kompetensi bagi peneliti dalam bidang akuntansi, khususnya yang
berkaitan dengan analisis efisiensi kinerja keuangan sektor publik. 2.
Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah kabupaten Simalungun untuk menggambarkan kinerjanya, sehingga pemerintah terpacu untuk
meningkatkan kualitas kinerjanya pada periode selanjutnya. 3.
Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan accuan bagi yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan
permasalahan yang sama.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Kinerja Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja adalah pretasi kerja atau pencapaian yang diterima sebuah perusahaan
dalam menjalankan program kegiatan organisasinya dalam periode tertentu. Menurut
Bastian 2006 : 274, “kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
dan visi organisasi. ”
Mardiasmo 2009 menjelaskan bahwa “kinerja organisasi sektor publik
bersifat multidimensional yang menyebabkan tidak adanya indikator tunggal yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja sektor publik.
” Selain itu, Output yang dihasilkan organisasi sektor publik juga bersifat intangible, sehingga diperlukan
pengukuran non-finansial agar dapat mencerminkan output yang sebenarnya dihasilkan.
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan atau organisasi telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar Fahmi, 2012: 2. Menurut Ardila Putri 2015
“kinerja keuangan merupakan salah satu isu yang penting untuk dikaji dalam organisasi sektor publik termasuk pemerintahan, sejak
diterapkannya penganggaran berbasis kinerja, pemerintah dituntut mampu menghasilkan kinerja keuangan pemerintah secara baik.”
Sumarjo dalam Adhiantoko 2013 menjelaskan bahwa: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah keluaran hasil dari
kegiatanprogram yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran daerah dengan kuantitas dan kualitas yang terukur, kemampuan
daerah dapat diukur dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah adalah
tingkat pencapaian, kemampuan daerah dalam menjalankan, mengelola dan mengendalikan sumber daya daerahnya dengan baik dan berorientasi kepada
kepentingan masyarakat.
2.1.1.2 Indikator Kinerja
Menurut Bastian 2006: 267, “indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator masukan inputs, keluaran
outputs, hasil outcomes, manfaat benefits, dan dampak impacts .”
a. Indikator masukan inputs adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi,
kebijaksanaan peraturan perundang-undangan, dan sebagainya. b.
Indikator keluaran outputs adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik danatau nonfisik.
c. Indikator hasil outcomes adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya kegiatan pada jangka menengah efek langsung. d.
Indikator manfaat benefits adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.