ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010.

(1)

i

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH

KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN

2008-2010

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh : FARIS YULIANTO

B 200 080 002

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

ii ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010. Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Grobogan. Sedangkan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data keuangan APBD Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010. Adapun teknik pengumpulan data adalah dengan dokumentasi dan wawancara yang dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan.

Metode penelitian yang dilakukan adalah Deskriptif Komparatif, dengan menggunakan beberapa Rasio Keuangan yaitu Rasio Cair, Rasio Hutang Terhadap Aset, Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset, Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja, Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja, Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan, Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan, Rasio Flexibilitas I, Rasio Flexibilitas II, Rasio FlexibilitasIII, dan Rasio FlexibilitasIV.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Berdasarkan Rasio Cair yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 158,72% yang berarti sangat baik dalam menjamin kewajiban jangka pendeknya. (2). Berdasarkan Rasio Hutang Terhadap Aset yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 4,74% yang berarti pembiayaan pembangunan yang dilakukan tidak bergantung dari dana pinjaman. (3). Berdasarkan Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 95,25% yang berarti hampir seluruh biaya pembangunan dibiayai dari dana hasil aktifitas operasi. (4). Berdasarkan Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 84,44% yang berarti realisasi pembiayaan lebih banyak digunakan untuk kegiatan non-fisik. (5). Berdasarkan Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 14,35% yang berarti masih rendahnya realisasi pembiayaan yang digunakan untuk kegiatan fisik. (6). Berdasarkan Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 8,27% yang berarti kontribusi PAD terhadap total pendapatan masih sangat rendah. (7). Berdasarkan Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 82,08% yang berarti masih sangat bergantung terhadap pemerintah pusat. (8). Berdasarkan Rasio Flexibilitas I yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 100,55% yang berarti memiliki pendapatan yang fleksibel. (9). Berdasarkan Rasio Flexibilitas II yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 38,15% yang berarti tidak fleksibel. (10). Berdasarkan Rasio Flexibilitas III yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 32,.27% yang berarti tidak fleksibel. (11). Berdasarkan Rasio Flexibilitas IV yang ditunjukkan angka rasio rata-rata adalah 182,65% yang berarti memiliki modal kerja yang likuid dalam membiayai kewajiban jangka pendeknya.


(3)

IIALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca skripsi dengan judul :

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN TAHT]N ANGGARAN 2OO8-201 O

Yang ditulis oleh: FARIS YULIAIYTO

B 200 080 002

Penandatanganan berpendapat bahwa skripsi tersebut telah menyetujui syarat

untuk diterima.

kultas Ekonomi

ivah Surakarta

Surakarta, 23 Oktober 20 12

Mengetahui


(4)

iv

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD), baik untuk propinsi maupun kabupaten dan kota. Proses penyusunan anggaran dalam UU No 32 Tahun 2004 melibatkan dua pihak yakni eksekutif dan yudikatif. Eksekutif sebagai pelaksana operasional daerah berkewajiban membuat draft/ rancangan APBD yang hanya bisa diimplementasikan apabila sudah disahkan oleh DPRD dalam proses ratifikasi anggaran (Ekawarna, Sam, Rahayu, 2009).

Penyelenggaraan fungsi pemerintah yang lebih luas oleh pemerintah daerah tersebut perlu didukung oleh sumber pembiayaan yang memadai. Didasari bahwa sumber-sumber penerimaan antara satu daerah dengan lainnya sangat beragam. Sesuai UU No. 33 Tahun 2004 pasal 10 menyebutkan bahwa yang menjadi sumber-sumber pembiayaan untuk pembangunan daerah (capital investment), antara lain berasal dari Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi khusus (DAK). Disamping dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat, daerah juga dapat membiayai pelaksanaan pembangunan daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa pajak Daerah, Retribusi Daerah, BUMD dan Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. PAD inilah yang sebenarnya menjadi barometer utama suksesnya pelaksanaan otonomi daerah


(5)

v

dan diharapkan dengan adanya otonomi daerah ini, kemandirian daerah dapat diwujudkan lewat struktur PAD yang kuat (Hidayat, Pratomo, dan Harjito, 2007).

Adanya kewenangan yang lebih besar memberikan peluang kepada daerah menggali berbagai potensi daerah dan mengoptimalisasi berbagai sumber daya yang dimiliki dan pada gillirannya dapat mendorong tercapainya kemampuan keuangan yang lebih baik (Setiaji dan Adi Priyo, 2007).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat

diambil adalah: “Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Daerah di

Kabupaten Grobogan jika dilihat dari analisis rasio Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2008-2010?”.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah lebih terfokus pada kinerja keuangan daerah (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ) di Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah menganalisis dan mengetahui kinerja keuangan pemerintah daerah.


(6)

vi E. Manfaat Penelitian

Adapun manfat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui posisi keuangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Grobogan tahun anggaran 2008-2010.

b. Mengetahui perbedaan kondisi keuangan di Kabupaten Grobogan tahun anggaran 2008-2010.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori a. Otonomi Daerah

1) Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah disini berhubungan dengan pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

2) Daerah Otonom

Daerah otonom yang dimaksud adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 1, Ayat 6).


(7)

vii 3) Hakekat Otonomi Daerah

Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan daerah termasuk didalamnya pengelolaan keuangan (Mardiasmo, 2002).

4) Tujuan Otonomi Daerah

Menurut Smith (1985) dalam analisis OSIS dikemukakan oleh Syarif Hidayat dalam Halim (2001: 23) tujuan otonomi daerah dibedakan menjadi dua kepentingan yaitu kepentingan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

5) Prinsip-prinsip Otonomi Daerah

Menurut UU No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah dalam penjelasan umum bahwa Otonomi Daerah menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a) Prinsip Otonomi Daerah seluas-luasnya b) Prinsip Otonomi Daerah yang nyata c) Otonomi yang bertanggungjawab b. Tinjauan Keuangan Daerah

1) Kemampuan keuangan daerah

Kriteria penting yang lain untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan daerah dalam bidang keuangan. Dengan kata lain, faktor keuangan merupakan faktor yang paling penting dalam


(8)

viii

mengatur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.

2) Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran daerah Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (telah mengalami perubahan sebanyak dua kali terakhir Permendagri No. 21 Tahun 2011 c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

1) Pengertian APBD

Menurut Halim (2002: 245) definisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada dasarnya merupakan rencana kerja pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang (rupiah) selama periode tertentu (satu tahun) serta merupakan salah satu instrumen utama kebijakan dalam upaya penyelenggaraan otonomi daerah untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat daerah. 2) Perencanaan APBD

a) Perencanaan Makro b) Perencanaan Meso c) Perencanaan Mikro 3) Jenis-jenis anggaran

Secara garis besar, anggaran dapat diklasifikasikan menjadi (Noerdiawan, 2002: 50) :

a) Anggaran Operasional dan Anggaran Modal b) Anggaran Tentative dan Anggaran Enacted c) Administrasi (Administration)


(9)

ix d) Pelaporan (Reporting) e) Pemeriksaan (Post Audit)

d. Pengukuran Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pengukuran kinerja dilakukan untuk memenuhi tiga tujuan yaitu (Mardiasmo, 2002: 122) :

1) Memperbaiki kinerja pemerintah.

2) Mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan.

3) Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

e. Akuntabilitas

1) Pengertian Akuntanbilitas

Rosjidi (dalam Setyawan, 2003: 105) secara sederhana menyebutkan bahwa Akuntabilitas (Accountability) diartikan sebagai pertanggungjawaban.

2) Jenis Akuntabilitas

Akuntabilitas Publik terdiri dari dua macam : a) Akuntabilitas Vertikal

b) Akuntabilitas Horizontal

f. Analisis Rasio Keuangan pada APBD 1) Pengertian Analisis Rasio Keuangan


(10)

x

Analisis rasio keuangan adalah suatu proses yang mengidentifikasikan ciri-ciri yang penting tentang keadaan keuangan dan kegiatan perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. 2) Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan BPK

(Badan Pemeriksa Keuangan) 1) Rasio Cair (quick ratio)

2) Rasio Hutang Terhadap Asset (debt ratio) 3) Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset 4) Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja 5) Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja

6) Rasio Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan 7) Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan

c. Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan DJPK (Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan)

1) Rasio Fleksibilitas I 2) Rasio Fleksibilitas II 3) Rasio Fleksibilitas III 4) Rasio Fleksibilitas IV

METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran, melukiskan, memaparkan, serta melaporkan suatu keadaan, obyek atau suatu peristiwa. Dalam hal ini


(11)

xi

mendapatkan gambaran tentang kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan apabila ditinjau melalui analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara langsung dan melalui perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Nur Indriantoro, Bambang Supomo, 2002:147). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008-2010. APBD tersebut diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan.

C. Metode Pengumpulan Data Dokumentasi

Merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori-teori, hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Hadari Nawawi, 1991:133)


(12)

xii D. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah Deskriptif Komparatif. Data yang berasal dari APBD dianalisis dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yang digunakan BPK dan DJPK yaitu:

Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan BPK:

1) Rasio Cair (quick ratio)

Rumus = Aset lancar-Persediaan Hutang Jangka Pendek

2) Rasio Hutang Terhadap Asset (debt ratio)

Rumus = Total Kewajiban Total Aset

3)Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Aset

Rumus = Total Ekuitas Dana Total Aset

4) Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja

Rumus = Belanja Operasi Total Belanja

5)Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja

Rumus = Belanja Modal Total Belanja


(13)

xiii

6) Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan

Rumus = PAD Total Pendapatan

7) Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan

Rumus = Total Pendapatan Dana Perimbangan Total Pendapatan

Macam-macam Rasio Keuangan pada APBD yang digunakan DJPK 1) Rasio Fleksibilitas I

Rumus = Pendapatan Belanja

2) Rasio Fleksibilitas II

Rumus = Pendapatan-Belanja Pegawai Pendapatan

3) Rasio Fleksibilitas III

Rumus = (Pendapatan-Transfer yang Mengikat)-Belanja Pegawai Pendapatan

4) Rasio Fleksibilitas IV

Rumus = Aset lancar


(14)

xiv

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Rasio Cair (quick ratio)

Dari hasil perhitungan Rasio Cair antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 102,50%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 155,16%,dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 218,51%. Berdasarkan ketentuan BPK artinya Pemerintah Kabupaten Grobogan antara tahun 2008-2010 mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menjamin pembayaran kewajiban jangka pendeknya karena nilai yang didapat selalu diatas 100%.

2. Rasio Hutang Terhadap Asset

Dari hasil perhitungan Rasio Hutang Terhadap Asset antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 6,80%, Pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 4,52%, dan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan menjadi 2,91%. Berdasrkan ketentuan dari BPK hal ini menunjukkan tingkat rasio yang sangat baik karena pembiayaan pembangunan dari tahun ke tahun semakin tidak bergantung pada dana yang berasal dari pinjaman melainkan sebagian besar kegiatan pembangunan ditanggung hasil aktifitas operasi.

3. Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Asset

Dari hasil perhitungan Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total asset antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 93,19%, pada tahun 2009


(15)

xv

mengalami kenaikan menjadi 95,47%, dan pada tahun 2010 juga mengalami kenaikan menjadi 97,09%. Berdasarkan ketentuan BPK angka yang mendekati 100% berarti baik, artinya pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung oleh kemampuan sendiri. Capaian sebesar 93,19%, 95,47% dan 97,09% menunjukkan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan yang sangat baik, artinya hampir seluruh biaya pembangunan dibiayai dari dana hasil aktifitas operasi (bukan pinjaman).

4. Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja

Dari hasil perhitungan Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 78,88%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 84,77%, dan pada tahun 2010 juga mengalami kenaikan menjadi 89,68%. Berdasarkan ketentuan BPK maka dapat disimpulkan bahwa realissi anggaran lebih banyak untuk membiayai kegiatan non fisik/non belanja modal karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%.

5. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja

Dari hasil perhitungan Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 21,02%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 11,98%, dan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan menjadi 10,16%. Berdasarkan ketentuan BPK dilihat dari rendahnya rasio yang didapat, berarti bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan masih kurang menitikberatkan pada belanja modal yang digunakan untuk kegiatan pembangunan fisik infrastruktur yang membawa kearah perkembangan pembangunan yang lebih baik karena hasil yang didapatkan selalu dibawah 50%.


(16)

xvi

6. Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan

Dari hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 7,37%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 9,14%, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan lagi menjadi 8,30%. Menurut ketentuan BPK rasio yang mendekati 100% merupakan hal yang baik, dengan demikian disadari bahwa seluruh angka rasio juga menunjukkan bahwa sekitar ± 90% pembiayaan pembangunan masih bergantung kepada dana perimbangan dari pusat maupun propinsi. Kenyataan ini menjadikan pemicu bagi Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk bekerja lebih keras lagi, lebih kreatif dan inovatif lagi dalam upaya mengoptimalkan penerimaan asli daerahnya.

7. Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan

Dari hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 diperoleh hasil 84,73%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 82,49%, dan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan menjadi 79,03%. Menurut ketentuan BPK maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan masih sangat bergantung pada Pemerintah Pusat karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%.

8. Rasio Fleksibilitas I

Dari hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas I antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 93,38%, pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 103,66, dan pada tahu 2010 juga mengalami kenaikan menjadi 104,62%. Menurut ketentuan DJPK Pemerintah Kabupaten Grobogan pada tahun 2008 belum dapat di


(17)

xvii

katakan memiliki pendapatan yang Fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap belanja kurang dari 1 atau 100%, tetapi pada tahun 2009-2010 Pemerintah Kabupaten Grobogan dapat dikatakan memiliki pendapatan yang fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap belanja lebih dari 1 atau 100%.

9. Rasio Fleksibilitas II

Dari hasil perhitungan Rasio Rasio Fleksibilitas II antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 39,85%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 37,15%, dan pada 2010 mengalami kenaikan tipis menjadi 37,46%. Menurut ketentuan DJPK Pemerintah Kabupaten Grobogan antara tahun 2008-2010 belum dapat di katakan fleksibel karena rasio yang didapat kurang dari 0,5 atau 50%.

10. Rasio Fleksibilitas III

Dari hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas Tingkat III antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 37,39%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 31,89%, dan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan menjadi 27,83%. Menurut ketentuan DJPK rasio yang bernilai kurang dari 0.5 atau 50% menempatkan Pemerintah Kabupaten Grobogan dalam posisi yang kurang fleksibel untuk mengalokasikan pendapatan yang tidak mengikat untuk membiayai belanja selain belanja Pegawai menurut arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Grobogan.

11. Rasio Fleksibilitas IV

Dari hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas IV antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 116,84%, pada tahun 2009 mengalami untuk Kabupaten kenaikan menjadi 177,89%, dan pada tahun 2010 juga mengalami kenaikan menjadi 253,22%. Menurut ketentuan DJPK, Kabupaten Grobogan memiliki Rasio yang bernilai 116,84%, 177,89% dan 253,22%


(18)

xviii

sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki modal kerja yang likuid dalam membiayai kewajiban jangka pendeknya karena rasio yang didapat selalu diatas 100%. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki fleksibilitas tingkat IV untuk membiayai kewajiban jangka pendeknya.

PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan Analisis Rasio Keuangan pada APBD, Laporan Arus Kas dan Neraca, dapat diperoleh simpulan bahwa Kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Grobogan pada tahun 2008-2010 sudah dapat dikatakan baik, tetapi dalam memenuhi Belanja Modal dan PAD masih rendah. Sedangkan simpulan masing-masing rasio sebagai berikut:

Rasio yang digunakan BPK:

1. Berdasarkan Rasio Cair antara tahun 2008-2010, selalu didapatkan nilai diatas 100%, artinya Pemerintah Kabupaten Grobogan antara tahun 2008-2010 mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menjamin pembayaran kewajiban jangka pendeknya. Artinya Pemerintah Kabupaten Grobogan dapat menjamin kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar non persediaan yang ada.

2. Berdasarkan Rasio Hutang Terhadap Asset angka rasio yang didapat sebesar 6,80%, 4,52% dan 2,91% menunjukkan tingkat rasio yang sangat baik artinya pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung hasil aktifitas operasi bukan dari pinjaman.


(19)

xix

3. Untuk Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Asset capaian sebesar 93,19%, 95,47% dan 97,09% menunjukkan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan yang sangat baik, artinya hampir seluruh biaya pembangunan dibiayai dari dana hasil aktifitas operasi (bukan pinjaman). Artinya pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung oleh kemampuan sendiri.

4. Berdasarkan Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja antara tahun 2008-2010 diperoleh rasio sebesar 78,88%, 84,77% dan 89,68%, maka dapat disimpulkan bahwa realissi anggaran lebih banyak untuk membiayai kegiatan non fisik/non belanja modal karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%. 5. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja sebagai kebalikan dari rasio

belanja operasi terhadap total belanja, rasio belanja modal terhadap total belanja Pemerintah Kabupaten Grobogan sebesar 21,02%, 11,98% dan 10,16%. Dilihat dari rendahnya rasio yang didapat, berarti bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan masih kurang menitikberatkan pada belanja modal yang digunakan untuk kegiatan pembangunan fisik infrastruktur yang membawa kearah perkembangan pembangunan yang lebih baik.

6. Hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan antara tahun 2008-2010 didapatkan nilai sebesar 7,37%, 9,14%, dan 8,30% Dengan demikian disadari bahwa seluruh angka rasio juga menunjukkan bahwa sekitar ± 90% pembiayaan pembangunan masih bergantung kepada dana perimbangan dari pusat maupun propinsi. Kenyataan ini menjadikan pemicu bagi Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk bekerja lebih keras lagi, lebih kreatif dan inovatif lagi dalam upaya mengoptimalkan penerimaan asli daerahnya.


(20)

xx

7. Hasil perhitungan Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan antara tahun 2008-2010 diperoleh rasio sebesar 84,73%, 82,49% dan 79,03%, maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan masih sangat bergantung pada Pemerintah Pusat karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%.

Rasio yang digunakan DJPK:

1. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas I Pemerintah Kabupaten Grobogan pada tahun 2008 belum dapat di katakan memiliki pendapatan yang Fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap belanja kurang dari 1 atau 100%, tetapi pada tahun 2009-2010 Pemerintah Kabupaten Grobogan dapat dikatakan memiliki pendapatan yang fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap belanja lebih dari 1 atau 100%.

2. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas II Pemerintah Kabupaten Grobogan antara tahun 2008-2010 belum dapat di katakan fleksibel karena rasio yang didapat sebesar 39,85%, 37,15%, dan 37,46% yang berarti kurang dari 0,5 atau 50%.

3. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas III untuk Pemerintah Kabupaten Grobogan bernilai kurang dari 0.5 atau 50% yaitu 37,39%, 31,89% dan 27,83% sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan kurang fleksibel untuk mengalokasikan pendapatan yang tidak mengikat untuk membiayai belanja selain belanja Pegawai menurut arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Grobogan.

4. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas IV untuk Kabupaten Grobogan bernilai 116,84%, 177,89% dan 253,22% sehingga dapat dikatakan bahwa


(21)

xxi

Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki modal kerja yang likuid dalam membiayai kewajiban jangka pendeknya. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki fleksibilitas tingkat IV untuk membiayai kewajiban jangka pendeknya. Atau dengan kata lain sudah terdapat ketersediaan modal kerja sehingga Pemerintah daerah akan semakin leluasa dalam membiayai program dan kegiatan sesuai dengan arah kebijakan pembangunan daerah tersebut.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang dipaparkan diatas, dapat diberikan beberapa saran-saran yaitu sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan menunjukkan angka yang masih rendah, oleh karena itu pemerintah harus berusaha lebih keras untuk meningkatkan PADnya. Diantaranya dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah, dengan mengawasi secara ketat terhadap kegiatan pemungutan sumber-sumber PAD sehingga penyimpangan yang mungkin dilakukan oleh aparatur daerah dapat dihindari.

2. Tetap memberikan perhatian lebih pada Belanja Modal yang mempunyai output yang lebih signifikan dibandingkan Belanja Operasi.

3. Menjaga ketersediaan modal sehingga lebih leluasa dalam menjalankan program pembangunan.

4. Mengamati daerah lain yang lebih baik kinerja keuangannya, sehingga dapat dijadikan contoh untuk meningkatkan kineja keuangan daerah sendiri.


(22)

xxii

DAFTAR PUSTAKA

Hadari Nawawi, 1991. Metode AnalisisData. Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat.

Hidayat, Paidi,Pratomo, Wahyu Ario dan Harjito, D. Agus. 2007. Analisis Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota Pemekaran Di Sumatra Utara. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 12, No. 3, Desember 2007.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.

Nur Indriantoro, Bambang Supomo, 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

Noerdiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik.Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Setiaji, Wirawan dan Adi, Priyo Hari. 2007. Peta Kemampuan Keuangan Daerah Sesudah Otonomi Daerah Apakah Mengalami Pergeseran. SNA, 10, 26-28 Juli 2007.

Setyawan, Setu. 2003. Pengukuran Kinerja Anggaran Keuangan Daerah Pemerintah Kota Malang dilihat dari Perspektif Akuntabilitas. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 1, Agustus 2003.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Perintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.


(1)

xvii

katakan memiliki pendapatan yang Fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap belanja kurang dari 1 atau 100%, tetapi pada tahun 2009-2010 Pemerintah Kabupaten Grobogan dapat dikatakan memiliki pendapatan yang fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap belanja lebih dari 1 atau 100%.

9. Rasio Fleksibilitas II

Dari hasil perhitungan Rasio Rasio Fleksibilitas II antara tahun

2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 39,85%, pada tahun 2009

mengalami penurunan menjadi 37,15%, dan pada 2010 mengalami kenaikan

tipis menjadi 37,46%. Menurut ketentuan DJPK Pemerintah Kabupaten

Grobogan antara tahun 2008-2010 belum dapat di katakan fleksibel karena

rasio yang didapat kurang dari 0,5 atau 50%.

10. Rasio Fleksibilitas III

Dari hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas Tingkat III antara tahun 2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 37,39%, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 31,89%, dan pada tahun 2010 juga mengalami penurunan menjadi 27,83%. Menurut ketentuan DJPK rasio yang bernilai kurang dari 0.5 atau 50% menempatkan Pemerintah Kabupaten Grobogan dalam posisi yang kurang fleksibel untuk mengalokasikan pendapatan yang tidak mengikat untuk membiayai belanja selain belanja Pegawai menurut arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Grobogan.

11. Rasio Fleksibilitas IV

Dari hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas IV antara tahun

2008-2010, pada tahun 2008 di peroleh hasil 116,84%, pada tahun 2009 mengalami

untuk Kabupaten kenaikan menjadi 177,89%, dan pada tahun 2010 juga

mengalami kenaikan menjadi 253,22%. Menurut ketentuan DJPK, Kabupaten

Grobogan memiliki Rasio yang bernilai 116,84%, 177,89% dan 253,22%


(2)

xviii

sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki

modal kerja yang likuid dalam membiayai kewajiban jangka pendeknya

karena rasio yang didapat selalu diatas 100%. Dengan demikian Pemerintah

Kabupaten Grobogan memiliki fleksibilitas tingkat IV untuk membiayai

kewajiban jangka pendeknya.

PENUTUP

A.

Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan Analisis Rasio Keuangan pada APBD,

Laporan Arus Kas dan Neraca, dapat diperoleh simpulan bahwa Kinerja

keuangan pemerintah Kabupaten Grobogan pada tahun 2008-2010 sudah

dapat dikatakan baik, tetapi dalam memenuhi Belanja Modal dan PAD masih

rendah. Sedangkan simpulan masing-masing rasio sebagai berikut:

Rasio yang digunakan BPK:

1. Berdasarkan Rasio Cair antara tahun 2008-2010, selalu didapatkan nilai diatas 100%, artinya Pemerintah Kabupaten Grobogan antara tahun 2008-2010 mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menjamin pembayaran kewajiban jangka pendeknya. Artinya Pemerintah Kabupaten Grobogan dapat menjamin kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar non persediaan yang ada.

2. Berdasarkan Rasio Hutang Terhadap Asset angka rasio yang didapat sebesar 6,80%, 4,52% dan 2,91% menunjukkan tingkat rasio yang sangat baik artinya pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung hasil aktifitas operasi bukan dari pinjaman.


(3)

xix

3. Untuk Rasio Ekuitas Dana Terhadap Total Asset capaian sebesar 93,19%, 95,47% dan 97,09% menunjukkan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan yang sangat baik, artinya hampir seluruh biaya pembangunan dibiayai dari dana hasil aktifitas operasi (bukan pinjaman). Artinya pembiayaan pembangunan sebagian besar ditanggung oleh kemampuan sendiri.

4. Berdasarkan Rasio Belanja Operasi Terhadap Total Belanja antara tahun 2008-2010 diperoleh rasio sebesar 78,88%, 84,77% dan 89,68%, maka dapat disimpulkan bahwa realissi anggaran lebih banyak untuk membiayai kegiatan non fisik/non belanja modal karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%. 5. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja sebagai kebalikan dari rasio

belanja operasi terhadap total belanja, rasio belanja modal terhadap total belanja Pemerintah Kabupaten Grobogan sebesar 21,02%, 11,98% dan 10,16%. Dilihat dari rendahnya rasio yang didapat, berarti bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan masih kurang menitikberatkan pada belanja modal yang digunakan untuk kegiatan pembangunan fisik infrastruktur yang membawa kearah perkembangan pembangunan yang lebih baik.

6. Hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan antara tahun 2008-2010 didapatkan nilai sebesar 7,37%, 9,14%, dan 8,30% Dengan demikian disadari bahwa seluruh angka rasio juga menunjukkan bahwa sekitar ± 90% pembiayaan pembangunan masih bergantung kepada dana perimbangan dari pusat maupun propinsi. Kenyataan ini menjadikan pemicu bagi Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk bekerja lebih keras lagi, lebih kreatif dan inovatif lagi dalam upaya mengoptimalkan penerimaan asli daerahnya.


(4)

xx

7. Hasil perhitungan Rasio Dana Perimbangan Terhadap Total Pendapatan antara tahun 2008-2010 diperoleh rasio sebesar 84,73%, 82,49% dan 79,03%, maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan masih sangat bergantung pada Pemerintah Pusat karena rasio yang didapatkan semua diatas 50%.

Rasio yang digunakan DJPK:

1. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas I Pemerintah Kabupaten Grobogan pada tahun 2008 belum dapat di katakan memiliki pendapatan yang Fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap belanja kurang dari 1 atau 100%, tetapi pada tahun 2009-2010 Pemerintah Kabupaten Grobogan dapat dikatakan memiliki pendapatan yang fleksibel karena rasio total pendapatan terhadap belanja lebih dari 1 atau 100%.

2. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas II Pemerintah Kabupaten Grobogan antara tahun 2008-2010 belum dapat di katakan fleksibel karena rasio yang didapat sebesar 39,85%, 37,15%, dan 37,46% yang berarti kurang dari 0,5 atau 50%.

3. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas III untuk Pemerintah Kabupaten Grobogan bernilai kurang dari 0.5 atau 50% yaitu 37,39%, 31,89% dan 27,83% sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan kurang fleksibel untuk mengalokasikan pendapatan yang tidak mengikat untuk membiayai belanja selain belanja Pegawai menurut arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Grobogan.

4. Hasil perhitungan Rasio Fleksibilitas IV untuk Kabupaten Grobogan bernilai 116,84%, 177,89% dan 253,22% sehingga dapat dikatakan bahwa


(5)

xxi

Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki modal kerja yang likuid dalam membiayai kewajiban jangka pendeknya. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki fleksibilitas tingkat IV untuk membiayai kewajiban jangka pendeknya. Atau dengan kata lain sudah terdapat ketersediaan modal kerja sehingga Pemerintah daerah akan semakin leluasa dalam membiayai program dan kegiatan sesuai dengan arah kebijakan pembangunan daerah tersebut.

B.

Saran

Berdasarkan simpulan yang dipaparkan diatas, dapat diberikan

beberapa saran-saran yaitu sebagai berikut:

1.

Hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan

menunjukkan angka yang masih rendah, oleh karena itu pemerintah harus

berusaha lebih keras untuk meningkatkan PADnya. Diantaranya dengan

mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah, dengan

mengawasi secara ketat terhadap kegiatan pemungutan sumber-sumber

PAD sehingga penyimpangan yang mungkin dilakukan oleh aparatur

daerah dapat dihindari.

2.

Tetap memberikan perhatian lebih pada Belanja Modal yang mempunyai

output yang lebih signifikan dibandingkan Belanja Operasi.

3.

Menjaga ketersediaan modal sehingga lebih leluasa dalam menjalankan

program pembangunan.

4.

Mengamati daerah lain yang lebih baik kinerja keuangannya, sehingga

dapat dijadikan contoh untuk meningkatkan kineja keuangan daerah

sendiri.


(6)

xxii

DAFTAR PUSTAKA

Hadari Nawawi, 1991.

Metode Analisis

Data

. Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul. 2002.

Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah

.

Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat.

Hidayat, Paidi,Pratomo, Wahyu Ario dan Harjito, D. Agus. 2007.

Analisis

Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota Pemekaran Di Sumatra Utara

.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 12, No. 3, Desember 2007.

Mardiasmo. 2002.

Akuntansi Sektor Publik

. Yogyakarta : Andi.

Nur Indriantoro, Bambang Supomo, 2002.

Metode Penelitian.

Jakarta:

Salemba Empat.

Noerdiawan, Deddi. 2006.

Akuntansi Sektor Publik

.

Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah

.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Perubahan

kedua Dari

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

.

Setiaji, Wirawan dan Adi, Priyo Hari. 2007.

Peta Kemampuan Keuangan

Daerah Sesudah Otonomi Daerah Apakah Mengalami Pergeseran

.

SNA, 10, 26-28 Juli 2007.

Setyawan, Setu. 2003.

Pengukuran Kinerja Anggaran Keuangan Daerah

Pemerintah Kota Malang dilihat dari Perspektif Akuntabilitas.

Jurnal

Akuntansi dan Keuangan. Volume 1, Agustus 2003.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2008.

Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Dari

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah

.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2004.

Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Perintah Daerah

.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2004.

Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan


Dokumen yang terkait

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN Analisis Rasio Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008 – 2012.

0 1 14

PENDAHULUAN Analisis Rasio Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008 – 2012.

0 1 11

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN Analisis Rasio Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008 – 2012.

0 1 16

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2008-2010 Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2008-2010.

0 1 14

PENDAHULUAN Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2008-2010.

0 0 5

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2008-2010 Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2008-2010.

0 1 21

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN ANGGARAN 2010-2012 Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Sragen Tahun Anggaran 2010-2012.

0 2 16

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010.

0 2 13

PENDAHULUAN Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010.

0 1 7

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN ANGGARAN 2004-2008 Analsisi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2004-2008.

0 0 15