ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012-2013.

(1)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 - 2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH :

AYU NOFRIANA SINAGA NIM : 7123220008

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Ayu Nofriana Sinaga, NIM 7123220008, Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun Tahun 2012-2013. Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan, 2016.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun yang masih sangat jauh dari target yang telah ditentukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja keuangan kabupaten Simalungun dilihat dari: (1) Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, (2) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, (3) Rasio Efektivitas PAD, (4) Rasio Efisiensi Keuangan daerah, (5) Rasio Keserasian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Teknik analisisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan rumus Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan daerah, dan Rasio Keserasian.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja keuangan Kabupaten Simalungun berdasarkan Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal untuk tahun 2012 dan 2013 masing-masing 4,39% dan 6,67%, untuk Rasio Kemandirian Keuangan Daerah masing 5,26% dan 7,41%, untuk Rasio Efektivitas PAD masing-masing 54,15% dan 153,62% dan untuk Rasio Efisiensi Keuangan masing-masing-masing-masing 98,81% dan 97,55% dan untuk rasio keserasian belanja operasi masing-masing 76,94% dan 83,36% dan untuk belanja modal masing-masing 22,85% dan 16,36%.

Kesimpulan dalam penelitian ini untuk rasio Derajat Desentralisasi Fiskal masih sangat kurang, untuk rasio kemandirian keuangan masih tergolong sangat rendah dengan pola instruktif, untuk rasio efektivitas PAD tahun 2012 masih kurang efektif namun 2013 sudah sangat efektif, untuk rasio Efisiensi Keuangan masih kurang efisien dan untuk rasio keserasian belanja kabupaten Simalungun belum seimbang.


(6)

ii ABSTRACT

Ayu Nofriana Sinaga, NIM 7123220008, Financial Performance Analysis Simalungun Regency Year 2012-2013. Thesis, Department of Accounting, Faculty of Economics, University of Medan, 2016.

The problem in this research is the realization of regional revenue Simalungun are still very far from predetermined targets. The purpose of this study was to analyze the financial performance of the district Simalungun seen from: (1) Ratio Degree of Fiscal Decentralization, (2) Ratio of Regional Financial Independence, (3) Ratio Effectiveness of PAD, (4) Efficiency Ratio Finance area, (5) Ratio of Harmony ,

Data collection techniques used in this research is the method of documentation. Data analysis techniques used in this research is quantitative descriptive analysis of the formula Ratio Degree of Fiscal Decentralization, Regional Financial Independence Ratio, Ratio PAD Effectiveness, Efficiency Ratio Local finance and Harmony ratio.

The analysis showed that the financial performance of Simalungun based ratio for the Degree of Fiscal Decentralization in 2012 and 2013 respectively 4.39% and 6.67%, for the Regional Financial Independence Ratio respectively 5.26% and 7.41%, for Effectiveness ratio PAD respectively 54.15% and 153.62%, and for Financial Efficiency ratio 98.81% respectively and 97.55% and for the ratio of operating expenditure harmony respectively 76.94% and 83.36% and for capital expenditures respectively 22.85% and 16.36%.

The conclusion in this study for ratio the Degree of Fiscal Decentralization is still lacking, for ratio financial independence is still relatively pattern instructive, for effectiveness ratio of PAD in 2012 was less effective but 2013 has been very effective for financial efficiency is still less efficient and for the ratio of the harmony of the shopping district Simalungun yet balanced.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “ Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun Tahun 2012 - 2013”

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Negeri Medan. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menerima berbagai masukan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari segi materil maupun spiritual. Teristimewa kepada sumber semangat, kasih sayang, motivasi dan dana orangtua tercinta Darwan Sinaga, S.Pd dan Frida Saragih,S.Pd terimakasih atas segala, didikan, nasihat, semangat serta doa yang tiada henti kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan 2. Prof. Indra Maipita, M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Medan

3. Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan

4. Drs. La Ane, M.Si selaku Wakil Dekan 2 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak


(8)

iv

memberi motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Muhammad Ishak, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Medan

6. Dr. Nasirwan, SE., M.Si., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntasi Universitas Negeri Medan sekaligus Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Muhammad Ridha Habibi, Z, SE, M.Si, Ak selaku dosen Pembimbing Akademik yang banyak memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.

8. Drs. Surbakti Karo-karo, M.Si., Ak.,CA selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Yulita Triadiarti, SE., M.Si., Ak., CA selaku Dosen Penguji yang telah

banyak memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 10.Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Akuntansi yang telah banyak memberi

ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

11.Seluruh pegawai dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan khususnya Bg Ricky yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan.

12.Ir. John Sabiden Purba, MUM selaku Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Simalungun dan Bapak Jasman Saragih, SH selaku Sekretaris Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Simalungun serta seluruh staf dan pegawai


(9)

v

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Simalungun yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Kedua kakak penulis Lini Afriani Sinaga, S.Pd dan Asmi Elfriana Sinaga, S.Pd yang senantiasa memberikan motivasi, semangat dan doa.

14.Seluruh teman-teman AK-B 2012 khususnya Pratiwi, Debora, Grace, Vanny dan Enggan yang menjadi teman seperjuangan selama kuliah. 15.Dan semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, April 2016 Penulis

Ayu Nofriana Sinaga NIM.7123220008


(10)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan Masalah ... 5

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1. Kerangka Teoretis ... 7

2.1.1. Kinerja Keuangan ... 7

2.1.1.1. Pengertian Kinerja Keuangan ... 7

2.1.1.2. Indikator Kinerja ... 8

2.1.1.3. Pengukuran Kinerja ... 9


(11)

vii

2.1.3 Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah ... 13

2.1.3.1 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ... 15

2.1.3.2 Rasio Kemandirian Keuangan ... 16

2.1.3.3 Rasio Efektivitas PAD ... 17

2.1.3.4 Rasio Efisiensi Keuangan ... 18

2.1.3.5 Rasio Keserasian ... 19

2.2. Penelitian Terdahulu ... 19

2.3. Kerangka Berpikir ... 23

2.4 Pertanyaan Penelitian... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

3.2.1. Populasi ... 25

3.2.2. Sampel ... 25

3.3. Jenis dan Sumber data ... 26

3.3.1. Jenis data ... 26

3.3.2. Sumber data ... 26

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 26

3.4.1. Variabel Penelitian ... 26

3.4.2. Defenisi Operasional ... 26

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 27


(12)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1.Hasil Penelitian ... 32

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Simalungun ... 32

4.1.1.1 Kondisi Geografis ... 32

4.1.1.2 Visi dan Misi ... 32

4.1.2 Hasil Pengolahan Data ... 35

4.1.2.1 Rasio Desentralisasi Fiskal ... 39

4.1.2.2 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ... 40

4.1.2.3 Rasio Efektivitas PAD ... 42

4.1.2.4 Rasio Efisiensi Keuangan Daerah ... 43

4.1.2.5 Rasio Keserasian ... 44

4.2 Pembahasan ... 45

4.3 Jawaban Pertanyaan Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1. Kesimpulan ... 52

5.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(13)

ix

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1 Skala Interval Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ... 15

2.2 Pola hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah ... 16

2.3 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan ... 18

2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 21

3.1 Skala Interval Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal ... 28

3.2 Pola hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah ... 29

3.3 Kriteria Efektivitas PAD... 30

3.4 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan ... 30

4.1 APBD Kabupaten Simalungun ... 35

4.2 Realisasi APBD Kabupaten Simalungun ... 37

4.3 Perhitungan Rasio DDF Kabupaten Simalungun ... 39

4.4 Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Kabupaten Simalungun ... 40

4.5 Perhitungan RasioEfektivitas PAD Kabupaten Simalungun ... 41

4.6 Perhitungan Rasio Efisiensi Keuangan Kabupaten Simalungun ... 42

4.7 Perhitungan Rasio Keserasian Kabupaten Simalungun (Belanja Operasi) . 43 4.8 Perhitungan Rasio Keserasian Kabupaten Simalungun (Belanja Modal) ... 43


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Data Penelitian

Lampiran A.1 APBD Kabupaten Simalungun

Lampiran A.2 Realisasi APBD Kabupaten Simalungun

Lampiran A.3 Ringkasan Perhitungan Rasio Keuangan Kabupaten Simalungun

Lampiran A.4 Ukuran Standar Rasio Keuangan Pemerintah Daerah Lampiran B Berkas Administrasi


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pemerintah sebagai organisasi tertinggi dalam sebuah negara bertujuan untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Adanya perbedaan budaya dan gaya hidup serta tuntutan masyarakat mengenai transparansi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah di setiap daerah membuat pemerintah pusat mengalami kesulitan dalam menjalankan pemerintahan secara keseluruhan. Hal ini memicu pemerintah memberlakukan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan sekarang menjadi Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sekarang menjadi Undang-undang No. 33 tahun 2004.

Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka kebijakan-kebijakan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah pusat beralih kepada pemerintah daerah termasuk di dalamnya adalah kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah. Menurut Rompas (2014), ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerahnya, artinya daerah otonom harus memilki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber - sumber keuangannya sendiri.

Sejalan dengan kewenangan yang diberikan dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan


(16)

2

pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Mustafa dan

Halim, 2008).”

Kinerja pemerintah baik pusat maupun daerah kini menjadi sorotan banyak pihak seiring dengan semakin tingginya tingkat kepedulian masyarakat terhadap perkembangan yang terjadi. Masyarakat mulai menuntut transparansi dan akuntabilitas dari setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah khususnya kebijakan yang mempengaruhi perekonomian daerah tersebut.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam sebuah organisasi termasuk organisasi sektor publik. Adanya pengukuran kinerja dapat membantu menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja apakah sudah sesuai atau belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga jika target yang telah direncanakan belum tercapai pengukuran kinerja ini dapat menjadi accuan untuk memperbaiki pelaksanaan program kedepannya dan sekaligus untuk memastikan apakah keputusan yang diambil sudah dilakukan secara tepat dan akurat.

Salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah Analisis Rasio Keuangan. Analisis Rasio Keuangan adalah suatu ukuran untuk mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Analisis Rasio Keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dilakukan dengan cara menghitung Kinerja Keuangan Daerah. Ada beberapa cara untuk menghitung Kinerja Keuangan Daerah, diantaranya adalah dengan mengitung Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio


(17)

3

Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio Keserasian Belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Simalungun merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang memiliki luas 4.386,60 Km2 atau sekitar 6,12% dari luas provinsi Sumatera Utara yang menjadikannya sebagai daerah terluas ketiga setelah kabupaten Madina dan Langkat. Simalungun merupakan salah satu kabupaten yang memiliki sumber daya alam yang melimpah tetapi tidak diikuti oleh pertumbuhan ekonomi yang meyakinkan atau memiliki pertumbuhan ekonomi yang tergolong rendah.

Mahardika News (Senin, 16 Desember 2013), tahun 2014 APBD Kabupaten Simalungun mencapai 1,9 triliun. Jumlah ini menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 Kabupaten Simalungun mengalami kenaikan APBD setiap tahunnya. Tahun 2010 APBD Simalungun sebesar Rp 900 miliar lebih, pada tahun 2011 naik menjadi Rp 1,1 triliun, tahun 2012 menjadi Rp 1,2 triliun hingga pada tahun 2013 menjadi Rp 1,4 triliun dan di 2014 menjadi Rp 1,9 triliun.

MetroSiantar.com (27 Mei 2014) diketahui bahwa BPK – RI memberikan opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) atau disclaimer atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Simalungun Tahun Anggaran 2013. Menurut Fraksi PDI-P yang diwakili oleh Ir. Rospita Sitorus menyatakan bahwa Fraksi PDI-P menilai ada banyak kejanggalan atau ketidakwajaran sehingga BPK RI tidak memberikan pendapat, antara lain kebijakan bupati dalam hal penempatan pejabat yang tidak profesional di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Kemudian pengawasan internal pemkab simalungun yang dinilai masih lemah.


(18)

4

Kompas.com ( Rabu, 24 Juli 2013), diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun masih sangat jauh dari target yang telah ditentukan. Centre For Research of Public Budgeting (Cerpub) menilai ada yang salah urus dalam pengelolaan keuangan dan aset daerah ini. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya upaya perbaikan kinerja, sehingga target yang telah ditentukan tidak dapat tercapai. Selain itu dari MetroSiantar.com, diketahui bahwa pengelolaan keuangan daerah yang salah arah ini menjadi pemicu besarnya beban utang kabupaten Simalungun. Penggunaan dana yang tidak efektif, boros dan tidak sesuai dengan peruntukannya menjadi penyebab utama.

Dengan memperhatikan kenaikan APBD kabupaten Simalungunyang secara bertahap terus mengalami peningkatan sejak tahun 2010 namun masih kurang optimal dalam pengelolaan keuangannya, maka penulis tertarik untuk melakukan analisis kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten simalungun. Analisis kinerja keuangan pemerintah kabupaten simalungun adalah suatu proses penilaian mengenai tingkat kemajuan pencapaian pelaksanaan pengelolaaan keuangan pemerintah kabupaten simalungun.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengangkat judul penelitian “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun tahun 2010-2014”


(19)

5

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah tahapan untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi ada beberapa masalah yaitu:

1. Simalungun merupakan salah satu kabupaten terbesar di Sumatera Utara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah namun memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah.

2. Rendahnya kemampuan daerah untuk menggali sumber asli daerah yang tercermin dari Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Simalungun masih sangat jauh dari target yang telah ditentukan.

1.3Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dibahas dengan tuntas dan terfokus diperlukan adanya pembatasan masalah. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada Analisis kinerja keuangan yang dilihat dari aspek Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, serta Rasio Keserasian atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Simalungun pada tahun 2012 dan 2013.

1.4Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan, Rasio


(20)

6

Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan dan Rasio Keserasian untuk tahun anggaran 2012-2013?

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan dan Rasio Keserasian untuk tahun anggaran 2012-2013.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan serta menambah kompetensi bagi peneliti dalam bidang akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan analisis efisiensi kinerja keuangan sektor publik.

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah kabupaten Simalungun untuk menggambarkan kinerjanya, sehingga pemerintah terpacu untuk meningkatkan kualitas kinerjanya pada periode selanjutnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan accuan bagi yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang sama.


(21)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Kinerja Keuangan

2.1.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja adalah pretasi kerja atau pencapaian yang diterima sebuah perusahaan dalam menjalankan program/ kegiatan organisasinya dalam periode tertentu. Menurut Bastian (2006 : 274), “kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.”

Mardiasmo (2009) menjelaskan bahwa “kinerja organisasi sektor publik bersifat multidimensional yang menyebabkan tidak adanya indikator tunggal yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja sektor publik.” Selain itu, Output yang dihasilkan organisasi sektor publik juga bersifat intangible, sehingga diperlukan pengukuran non-finansial agar dapat mencerminkan output yang sebenarnya dihasilkan.

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan atau organisasi telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2012: 2). Menurut Ardila & Putri (2015) “kinerja keuangan merupakan salah satu isu yang penting untuk dikaji dalam organisasi sektor publik termasuk pemerintahan, sejak diterapkannya penganggaran berbasis kinerja, pemerintah dituntut mampu


(22)

8

Sumarjo (dalam Adhiantoko 2013) menjelaskan bahwa:

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah keluaran/ hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran daerah dengan kuantitas dan kualitas yang terukur, kemampuan daerah dapat diukur dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian, kemampuan daerah dalam menjalankan, mengelola dan mengendalikan sumber daya daerahnya dengan baik dan berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

2.1.1.2 Indikator Kinerja

Menurut Bastian (2006: 267), “indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan dampak (impacts).”

a. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, kebijaksanaan/ peraturan perundang-undangan, dan sebagainya.

b. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau nonfisik. c. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

d. Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.


(23)

9

e. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif terhadap setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

Menurut (Mardiasmo 2009: 128) peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain:

a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi;

b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan; c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial;

d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan;

e. Untuk menunjukkan standar kinerja; f. Untuk menunjukkan efektivitas;

g. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang paling baik untuk mencapai target sasaran, dan

h. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan penghematan biaya;

2.1.1.3 Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses sistematis untuk menilai apakah program/ kegiatan yang telah direncanakan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana tersebut, dan yang lebih penting adalah apakah telah mencapai keberhasilan yang telah ditargetkan pada saat perencanaan (Nordiawan dan Hertianti). Pengukuran kinerja instansi pemerintah merupakan alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas dalam rangka menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Nugrahani, 2007).

Manurut Stout (1993) dalam Performance Measurement Guide (dalam Bastian, 2006: 275): “Pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi


(24)

10

(mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk,

jasa, ataupun suatu proses.”

Mardiasmo (2009: 121) menjelaskan bahwa:

Pengukuran kinerja organisasi sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen yang merupakan proses mencatat dan mengukur tingkat pencapaian visi dan misi perusahaan melalui hasil-hasil yang ditampilkan baik berupa produk, jasa maupun proses ( Purnamasari, Suwendra dan Cipta, 2014). Artinya, setiap kegiatan perusahaan harus dapat diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah perusahaan di masa yang akan datang yang dinyatakan dalam misi dan visi perusahaan.

Menurut Mardiasmo (2009: 122) Tujuan sistem pengukuran kinerja secara umum adalah:

a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up);

b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi;

c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence; dan sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.


(25)

11

2.1.2 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Penyajian laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban tertulis atas kinerja keuangan yang telah di capai. Menurut Mahmudi (2010) Secara garis besar tujuan penyajian laporan keuangan bagi pemerintah daerah adalah:

1. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik.

2. Untuk alat akuntabilitas publik.

3. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, komponen-komponen yang terdapat dalam suatu laporan keuangan pokok adalah :

a. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan yang mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, aplikasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Dalam Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, disebutkan unsur yang dicakup dalam Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari :

1. Pendapatan, yaitu semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemda, dan tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan dibagi menjadi 3 yaitu:


(26)

12

a. Pendapatan Asli Daerah b. Dana Perimbangan

c. Lain-lain pendapatan yang sah

2. Belanja, yaitu semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan, dan tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh Pemda. Belanja dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

a. Belanja aparatur daerah b. Belanja Pelayanan Publik

c. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan

3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran Pemda terutama dimaksudkan untuk menutupi defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan dikelompokan menjadi: a. Sumber penerimaan daerah, yaitu:

- Sisa lebih anggaran penerimaan tahun lalu - Penerimaan pinjaman dan obligasi

- Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan - Transfer dari dana cadangan

b. Sumber Pengeluaran daerah, yaitu:

- Pembayaran hutang pokok yang telah jatuh tempo - Penyertaan modal


(27)

13

- Transfer ke dana cadangan

- Sisa lebih anggaran tahun sekarang b. Neraca

Neraca pemerintah daerah memberikan informasi bagi pengguna laporan mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan.

c. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan merupakan penjelasan secara lebih rinci atas elemen-elemen dalam laporan keuangan, baik elemen neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Maupun Laporan Arus Kas. Pemerintah daerah diwajibkan untuk menyajikan Catatan Atas Laporan Keuangan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tujuan umum. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntansi pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

2.1.3 Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah

Pemerintah Daerah sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab akan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib melaporkan pertanggungjawaban keuangan atas sumber daya yang dihimpun dari masyarakat sebagai dasar penilaian kinerja keuangannya. Salah satu alat untuk menganalisis


(28)

14

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya (Halim, 2002).

Menurut Wachid (2014: 2) “ Pengelolaan keuangan daerah yaitu keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.” Analisis Kinerja Keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. Salah satu laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang sering dianalisis untuk melihat kinerja keuangan pemerintah daerah adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Berdasarkan LRA tersebut pembaca dapat membuat analisis laporan keuangan berupa analisis pendapatan, analisis belanja dan analisis pembiayaan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan dan analisis keserasian belanja.

Menurut Mahmudi (2010) Analisis pendapatan daerah dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan anggaran. Berdasarkan data pendapatan daerah yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran, dapat dilakukan beberapa analisis rasio keuangan, diantaranya: Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan, Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan dan Rasio Keserasian Belanja.


(29)

15

2.1.3.1 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal

Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Total Pendapatan Daerah. Rasio ini menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan Daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. Adapun skala yang digunakan untuk mengukur Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Skala Interval Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Skala Interval Derajat Desentralisasi

Fiskal (%)

Kemampuan Keuangan Daerah

00,00 – 10,00 Sangat Kurang

10,01 – 20,00 Kurang

20,01 – 30,00 Cukup

30,01 – 40,00 Sedang

40,01 – 50,00 Baik

> 50,00 Sangat baik

Sumber: Wulandari (dalam Adhiantoko 2013) Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal

PADt = Total Pendapatan Asli Daerah tahun t TPDt = Total Pendapatan Daerah tahun t


(30)

16

2.1.3.2 Rasio Kemandirian

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dihitung dengan cara membandingkan jumlah penerimaan pendapatan asli daerah dibagi dengan jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan provinsi serta pinjaman daerah. Semakin tinggi angka rasio ini menunjukkan pemerintah daerah semakin tinggi kemandirian keuangan daerahnya. Rasio Kemandirian Keuangan daerah memiliki pola hubungan sebagai berikut:

Tabel 2.2

Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah

Kemampuan Keuangan Kemandirian (%) Pola Hubungan

Rendah Sekali 0 – 25% Instruktif

Rendah 25 – 50% Konsultatif

Sedang 50 – 75% Partisipatif

Tinggi 75 – 100% Delegatif

Sumber: Halim (dalam Adhiantoko 2013)

1. Pola hubungan instruktif, di mana peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah (daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah).

2. Pola hubungan konsultatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi daerah.


(31)

17

3. Pola hubungan partisipatif, peranan pemerintah pusat sudah mulai berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi daerah.

4. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah.

Rasio kemandirian dapat dihitung sebagai berikut:

Semakin tinggi Rasio Kemandirian Keuangan Daerah berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak luar semakin rendah dan demikian pula sebaliknya. Semakin tinggi Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan semakin tingginya partisipasi masyarakat dalam membayar pajak, dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah.

2.1.3.3 Rasio Efektivitas PAD

Rasio Efektivitas PAD menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi Rasio Efektivitas PAD, maka semakin baik kinerja pemerintah daerah. Adapun rumus menghitung Rasio Efektivitas PAD adalah sebagai berikut:


(32)

18

Kriteria Rasio Efektivitas Menurut Mahmudi (2010) adalah: 1. Jika diperoleh nilai < 75% berarti tidak efektif

2. Jika diperoleh nilai 75% - 89% berarti kurang efektif 3. Jika diperoleh nilai 90% - 99% berarti cukup efektif 4. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% berarti efektif 5. Jika diperoleh nilai > 100% berarti sangat efektif.

2.1.3.4 Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD) menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintahan daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau di bawah 100%.

Tabel 2.3

Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan Kriteria Efisiensi Persentase Efisiensi

100% keatas Tidak Efisien

90% - 100% Kurang Efisien

80% - 90% Cukup Efisien

60% - 80% Efisien

< 60% Sangat Efisien

Sumber: Halim (dalam Adhiantoko 2013)

Adapun rumus menghitung Rasio Efisiensi Keuangan adalah sebagai berikut:


(33)

19

2.1.3.5 Rasio Keserasian

Rasio Keserasian menggambarkan bagaimana pemerintahan daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja operasi dan belanja modal secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja operasi berarti persentase belanja modal yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Secara sederhana, rasio keserasian itu dapat diformulasikan sebagai berikut:

Belum ada patokan yang pasti berapa besarnya Rasio Belanja Operasi maupun Rasio Belanja Modal terhadap Belanja Daerah yang ideal, karena sangat dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat sejumlah penelitian yang dilakukan mengenai hal-hal seputar kinerja keuangan organisasi sektor publik dengan menggunakan rasio keuangan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pramono (2014), yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah


(34)

20

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah kota Surakarta tahun 2010 dan 2011 serta untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas pemkot Surakarta dalam mengelola sumber dayanya. Hasil penelitian ini adalah kinerja keuangan pemkot Surakarta yang masih kurang adalah di aspek kemandirian dan aspek keserasian. 2. Sijabat, Choirul Saleh dan Abdul Wachid (2012), dengan judul “Analisis

Kinerja Keuangan serta Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi pada Dinas Pendapatan Daerah dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Malang).” Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan keuangan serrta kinerja keuangan pemerintah daerah Kota Malang dalam pelaksanaan otonomi daerah tahun anggaran 2008-2012. Hasil dari penelitian ini adalah kemampuan keuangan kota malang mengalami kecenderungan positif namun masih berada dalam kategori kurang mampu.

3. Rudiyanto (2015), dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan serta Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi

Daerah (Studi pada daeerah kab/kota di provinsi DIY dan Banten).”

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kinerja dan kemampuan keuangan pemerintah Kab/ kota tersebut. Hasil penelitian ini adalah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan daerah kab/ kota di provinsi DIY masih tergolong kurang baik. Kemampuan keuangan daerah kab/ kota di provinsi DIY masih tergolong dalam kategori rendah.


(35)

21

4. Adhiantoko (2013), dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Blora (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora tahun 2007-2011)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganilisis Kinerja Keuangan DPPKAD Kabupaten Blora tahun 2007-2011 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, dan Rasio Keserasian. Hasil dari penelitian ini adalah kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Blora dari rasio derajat desentralisasi fiskal masih sangat kurang, rasio kemandirian keuangan masih dalam pola instruktif, Rasio Efektivitas sudah efektif, rasio efisiensi masih kurang efisien, dan rasio keserasian belanja dikategorikan masih belum seimbang.

5. Muhibtari (2014), dengan judul “Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Malang untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran

2008-2012.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah Kota Magelang dengan menggunakan Analisis Rasio Keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang tahun anggaran 2008-2012. Hasil dari penelitian ini adalah Hasil dari penelitian ini bahwa pola hubungan tingkat kemandirian keuangan daerah berada pada kriteria instruktif, tingkat derajat desentralisasi fiskla masih kurang, untuk efektivitas termasuk sangat efektif dan tingkat efisien tergolong sangat efisien, rasio keserasian menunjukkan bahwa keseimbangan antar belanja belum seimbang.


(36)

22

Adapaun ringkasan dari penelitian terdahulu akan disimpulkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.4

Ringkasan Penelitian Terdahulu N

o

Nama dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 1. Pramono

(2014)

Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Surakarta)

Kinerja Keuangan

Hasil dari penelitian ini adalah kinerja keuangan pemkot surakarta masih kurang di bidang kemandirian dan aspek keserasian. Namun untuk tingkat efisiensi dan efektivitasnya sudah berjalan dengan baik. 2. Sijabat,

Choirul Saleh dan Abdul Wachid (2012)

Analisis Kinerja Keuangan

serta Kemampuan

Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi pada Dinas Pendapatan

Daerah dan Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Malang)

Kinerja Keuangan

Hasil penelitian

menunjukkan kemampuan keuangan kota malang mengalami kecendrungan positif namun masih berada dalam kategori kurang mampu, selain itu untuk tingkat kemandirian keuangan mengalami kecenderungan

peningkatan yang positif. 3. Rudiyanto

(2015)

Analisis Kinerja Keuangan

serta Kemampuan

Keuangan Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi pada daeerah kab/kota di provinsi DIY dan Banten)

Kinerja Keuangan, Kemampua n Keuangan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan daerah kab/ kota di provinsi DIY masih tergolong kurang

baik. Kemampuan

keuangan daerah kab/ kota di provinsi DIY masih tergolong dalam kategori rendah.

4. Adhiantoko (2013)

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Blora (Studi Kasus pada

Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Kinerja Keuangan

Hasil dari penelitian ini yaitu dari derajat desentralisasi fiskal dikategorikan sangat kurang, dari rasio kemandirian masih


(37)

23

Blora tahun 2007-2011) tergolong sangat rendah, dari rasio efektivitas PAD diketahui bahwa keuangan DPPKAD tidak berjalan efektif, dari rasio efesiensi dapat dikatakan kurang efisien, dilihat dari rasio keserasian dikatakan masih belum stabil dari tahun ke tahun

5. Muhibtari (2014)

Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Malang untuk Menilai

Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2008-2012

Kinerja Keuangan

Hasil dari penelitian ini bahwa pola hubungan tingkat kemandirian keuangan daerah berada pada kriteria instruktif,

tingkat derajat

desentralisasi fiskla masih kurang, untuk efektivitas termasuk sangat efektif dan tingkat efisien tergolong sangat efisien,

rasio keserasian

menunjukkan bahwa keseimbangan antar belanja belum seimbang.

2.3 Kerangka Berpikir

Suatu organisasi sektor publik memerlukan adanya pengukuran kinerja untuk melihat serta menilai telah sejauh mana organisasi tersebut menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi swasta yang fokus operasionalnya hanya pada laba saja, tetapi organisasi sektor publik lebih kepada meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Penelitan ini menggunakan lima macam rasio untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten simalungun, yaitu: Analisis rasio Derajat Desentralisasi Fiskal yang dihitung dengan perbandingan antara jumlah pendapatan asli daerah dengan total pendapatan daerah. Rasio kemandirian


(38)

24

Keuangan Daerah yang dihitung dengan cara membandingkan jumlah penerimaan pendapatan asli daerah dengan jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat serta pinjaman daerah. Rasio Efektivitas PAD yang dihitung dengan membandingkan realisasi PAD dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah dihitung dengan perbandingan antara bearnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendaapatan yang diterima. Rasio Keserasian yang merupakan gambaran bagaimana pemerintahan daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal.

2.4 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal?

2. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Kemandirian Keuangan Daerah?

3. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Efektivitas Daerah?

4. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Efisiensi Keuangan Daerah?

5. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Keserasian?


(39)

53

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun dilihat dari Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dikategorikan sangat kurang.

2. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun dilihat dari Rasio Kemandirian Keuangan Daerah tergolong masih sangat rendah dengan pola hubungan Instruktif.

3. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun dilihat dari Rasio Efektivitas PAD untuk tahun 2012 masih tergolong kurang efektif, namun untuk tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup baik menjadi sangat efektif.

4. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk rasio Efisiensi Keuangan Daerah masih tergolong kurang efisien.

5. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk rasio Keserasian adalah masih belum seimbang. Dimana pengeluaran belanja operasi jauh lebih besar dibandingkan dengan belanja modal.


(40)

54

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah daerah, harusnya lebih mampu mengoptimalkan penerimaan dari potensi pendapatan yang telah ada. Pemerintah Daerah harus memberikan perhatian yang lebih lagi dalam upaya peningkatan PAD, khususnya dalam pemungutan pajak dan retribusi daerah sehingga ketergantungan terhadap pihak lain dapat dikurangi, selain itu pemerintah daerah diharapkan lebih memperhatikan setiap biaya yang akan dikeluarkan, sehingga dapat mengurangi pemborosan dana dan setiap kegiatan belanja dapat berjalan lebih efisien.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama diharapkan menggunakan lebih banyak rasio lagi sehingga hasil penelitian dapat lebih akurat. Selain itu wilayah penelitian diperluas tidak hanya pada satu kabupaten saja.


(41)

54

DAFTAR PUSTAKA

Adhiantoko, Hony. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Blora (Studi kasus pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora) Tahun 2007-2011. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta

Anonim.http://tipsserbaserbi.blogrspot.co.id/2015/03/pengertian-kinerjakeuangan-menurut.html diakses pada tanggal 30 Oktober 2015

---. 2004. peraturan pemerintah No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, Jakarta.

---. 2004. peraturan pemerintah No 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, Jakarta.

---. 2005. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta

---. 2007. Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Jakarta

---. 2009. Peraturan Bupati Simalungun No. 2 tahun 2009 tentang tugas pokok dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset. Simalungun Ardila, Isna, Ayu Anindya Putri. 2015. Analisis Kinerja Keuangan Dengan

Pendekatan Value for Money Pada Pengadilan Tebing Tinggi. Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis. Vol 15, No. 1/ Maret 2015

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Bastian, Indra. 2006.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE Fahmi, Irham. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta

Ghozali, imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS . Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat: Jakarta HarianSIB. http://hariansib.co/mobile/?open=content&id=64816 diakses pada

tanggal 01/12/2015

http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-kinerja-keuangan menurut. html


(42)

55

Ikhsan, dkk. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Bandung: Ciptapustaka Media.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi

MetroSiantar. http://www.metrosiantar.com/2014/05/27/140270/pdip-inikarena-gonta-ganti-pejabat/, diakses pada tanggal 01/12/2015

Muhibtari, Atriana Nabila. 2014. Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun Anggaran 2008-2012. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Mustafa, Bob dan Abdul Halim. 2009. Pengukuran Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol 7. No.4, 2009.

Nordiawan. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat

Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti.2014. Akuntansi Sektor Publik.Jakarta: Salemba Empat.

Nugrahani, Sri Tiwi. 2007. Analisis Penerapan Konsep Value for Money Pada Pmerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Akmenika. Vol 1. 2007, hlm 1-17 Pramono, Joko. 2014. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Surakarta). Jurnal STIE AMA Salatiga. Vol.7 No.13, Juli 2014.

Purnamasari, i desak made ita, I wayan suendra, Wayan cipta. 2014. Analisisi Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Berdasarkan Value for Money Audit atas Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2007-2011. E- Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Vol.2. 2014

Puspitasari, Ayu Febrianti. 2012. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Malang Tahun Anggaran 2007-2011. jurnal: Universitas Brawijaya Rompas, Wensy, Masita Machmud, George Kawung. 2014. Analisis Kinerja

Keuangan Daerah Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007-2012. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol 14. No. 2. Mei 2014

Rudiyanto, Muhamad. 2015. Analisis Kinerja Keuangan Serta Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Skripsi: Universitas Diponegoro


(43)

56

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA

Wachid, Abdul, Mentari Yosephin Sijabat, Choirul Saleh. 2014: Analisis Kinerja Keuangan Serta Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jurnal Administrasi Publik. Vol. 2 No. 2 hlm. 236-242

Yuwono, dkk. 2005. Penganggaran Sektor Publik. Malang: Bayumedia Publishing


(1)

24

Keuangan Daerah yang dihitung dengan cara membandingkan jumlah penerimaan pendapatan asli daerah dengan jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat serta pinjaman daerah. Rasio Efektivitas PAD yang dihitung dengan membandingkan realisasi PAD dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah dihitung dengan perbandingan antara bearnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendaapatan yang diterima. Rasio Keserasian yang merupakan gambaran bagaimana pemerintahan daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal.

2.4 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal?

2. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Kemandirian Keuangan Daerah?

3. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Efektivitas Daerah?

4. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Efisiensi Keuangan Daerah?

5. Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun jika dilihat dari Rasio Keserasian?


(2)

53

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun dilihat dari Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dikategorikan sangat kurang.

2. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun dilihat dari Rasio Kemandirian Keuangan Daerah tergolong masih sangat rendah dengan pola hubungan Instruktif.

3. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun dilihat dari Rasio Efektivitas PAD untuk tahun 2012 masih tergolong kurang efektif, namun untuk tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup baik menjadi sangat efektif.

4. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk rasio Efisiensi Keuangan Daerah masih tergolong kurang efisien.

5. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk rasio Keserasian adalah masih belum seimbang. Dimana pengeluaran belanja operasi jauh lebih besar dibandingkan dengan belanja modal.


(3)

54

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah daerah, harusnya lebih mampu mengoptimalkan penerimaan dari potensi pendapatan yang telah ada. Pemerintah Daerah harus memberikan perhatian yang lebih lagi dalam upaya peningkatan PAD, khususnya dalam pemungutan pajak dan retribusi daerah sehingga ketergantungan terhadap pihak lain dapat dikurangi, selain itu pemerintah daerah diharapkan lebih memperhatikan setiap biaya yang akan dikeluarkan, sehingga dapat mengurangi pemborosan dana dan setiap kegiatan belanja dapat berjalan lebih efisien.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama diharapkan menggunakan lebih banyak rasio lagi sehingga hasil penelitian dapat lebih akurat. Selain itu wilayah penelitian diperluas tidak hanya pada satu kabupaten saja.


(4)

54

DAFTAR PUSTAKA

Adhiantoko, Hony. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Blora (Studi kasus pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora) Tahun 2007-2011. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta

Anonim.http://tipsserbaserbi.blogrspot.co.id/2015/03/pengertian-kinerjakeuangan-menurut.html diakses pada tanggal 30 Oktober 2015

---. 2004. peraturan pemerintah No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, Jakarta.

---. 2004. peraturan pemerintah No 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, Jakarta.

---. 2005. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta

---. 2007. Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Jakarta

---. 2009. Peraturan Bupati Simalungun No. 2 tahun 2009 tentang tugas pokok dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset. Simalungun Ardila, Isna, Ayu Anindya Putri. 2015. Analisis Kinerja Keuangan Dengan

Pendekatan Value for Money Pada Pengadilan Tebing Tinggi. Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis. Vol 15, No. 1/ Maret 2015

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Bastian, Indra. 2006.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE Fahmi, Irham. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta

Ghozali, imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS . Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro

Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat: Jakarta HarianSIB. http://hariansib.co/mobile/?open=content&id=64816 diakses pada

tanggal 01/12/2015

http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-kinerja-keuangan menurut. html


(5)

55

Ikhsan, dkk. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Bandung: Ciptapustaka Media.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi

MetroSiantar. http://www.metrosiantar.com/2014/05/27/140270/pdip-inikarena-gonta-ganti-pejabat/, diakses pada tanggal 01/12/2015

Muhibtari, Atriana Nabila. 2014. Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun Anggaran 2008-2012. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Mustafa, Bob dan Abdul Halim. 2009. Pengukuran Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol 7. No.4, 2009.

Nordiawan. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat

Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti.2014. Akuntansi Sektor Publik.Jakarta: Salemba Empat.

Nugrahani, Sri Tiwi. 2007. Analisis Penerapan Konsep Value for Money Pada Pmerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Akmenika. Vol 1. 2007, hlm 1-17 Pramono, Joko. 2014. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Surakarta). Jurnal STIE AMA Salatiga. Vol.7 No.13, Juli 2014.

Purnamasari, i desak made ita, I wayan suendra, Wayan cipta. 2014. Analisisi Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Berdasarkan Value for Money Audit atas Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2007-2011. E- Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Vol.2. 2014

Puspitasari, Ayu Febrianti. 2012. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Malang Tahun Anggaran 2007-2011. jurnal: Universitas Brawijaya Rompas, Wensy, Masita Machmud, George Kawung. 2014. Analisis Kinerja

Keuangan Daerah Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007-2012. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol 14. No. 2. Mei 2014

Rudiyanto, Muhamad. 2015. Analisis Kinerja Keuangan Serta Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Skripsi: Universitas Diponegoro


(6)

56

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA

Wachid, Abdul, Mentari Yosephin Sijabat, Choirul Saleh. 2014: Analisis Kinerja Keuangan Serta Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jurnal Administrasi Publik. Vol. 2 No. 2 hlm. 236-242

Yuwono, dkk. 2005. Penganggaran Sektor Publik. Malang: Bayumedia Publishing


Dokumen yang terkait

Politik Anggaran Kabupaten Samosir Tahun Anggaran 2012 Beserta Perubahannya

1 30 125

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN Analisis Rasio Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008 – 2012.

0 1 14

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN Analisis Rasio Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008 – 2012.

0 1 16

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2008-2010 Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2008-2010.

0 1 14

PENDAHULUAN Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Sragen Tahun Anggaran 2010-2012.

0 1 8

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN ANGGARAN 2010-2012 Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Sragen Tahun Anggaran 2010-2012.

0 2 16

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010.

0 2 13

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Grobogan Tahun Anggaran 2008-2010.

0 1 22

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2003-2005.

0 0 16

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN ANGGARAN 2013 – 2015 Susilowati

0 0 9