Perilaku dan Potensi Filantropi Warga Muhammadiyah

26

Bab 3 Perilaku dan Potensi Filantropi Warga Muhammadiyah

Deskripsi Umum Bagian ini memberikan gambaran yang lebih spesifik tentang perilaku berderma warga Muhammadiyah, khususnya mereka yang tidak berada dalam posisi struktural atau setidaknya tidak sedang mewakili posisi struktural di dalam Muhammadiyah ketika diwawancarai. Bagian ini tidak lagi secara umum mendeskripsilkan tentang profil warga, karena hal itu sudah tergambarkan di dalam bagian sebelumnya, terkecuali ada hal-hal spesifik yang perlu diungkapkan. Bagian ini melihat pada persepsi dan perilaku berderma warga Muhammadiyah dalam kaitannya dengan lembaga amil zakat yang dimiliki oleh Muhammadiyah, yaitu Lazismu. Pertanyaan besar yang ingin dijawab dengan bada bagian ini adalah seberapa besar kontribusi langsung warga Muhammadiyah terhadap perkembangan Lazismu, dan aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi mereka dalam menentukan pilihan penyaluran donasi mereka. Pengetahuan warga tentang Zakat, Infak Sedekah Warga Muhammadiyah yang menjadi reponden dalam penelian ini memiliki pengetahuan yang baik tentang makna zakat, infak dan sedekah serta pelaksananannya. Profil warga mayoritas adalah sarjana dan memiliki aktivitas dalam organisasi Muhammadiyah. Keputusan mereka untuk berderma atau dalam menyalurkan donasi sudah tidak ditentukan oleh orang lain, melainkan karena kesadaran diri sendiri 77,3 . Mereka tidak lagi merasa perlu diajak lagi oleh orang lain untuk berderma. Penyaluran Donasi Warga Muhammadiyah Dibangun dalam tradisi organisasi Muhammadiyah, sekitar 50 warga menyatakan bahwa penyaluran donasi mereka dilakukan secara bersamaan untuk kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan. Mereka tidak menyalurkan dana untuk kepentingan keagamaan saja atau untuk kepentingan sosial semata, tetapi sekaligus sosial-keagamaan. Dalam konteks ini, terdapat dua makna yang bisa diintepretasikan, yaitu: Pertama, bagi warga Muhamamdiyah kegiatan sosial adalah bagian dari kegiatan keagamaan, dan begitu juga sebaliknya. Sehingga kepedulian sosial mereka diekspresikan dengan melalui bantuan ke organisasi keagamaan. Sebaliknya, ekspresi keagamaan mereka diwujudkan dalam pelbagai bentuk kegaitan-kegatain sosial. Kedua, warga Muhammadiyah bisa jadi terlibat atau berkontribusi dalam dua kegiatan yang berbeda, yaitu kegiatan sosial murni dan juga kegiatan kegamaan murni. Artinya, kegiatan sosial 27 dan kegiatan keagamaan berada dalam posisi yang terpisah, namun dilakukan warga Muhammadiyah, dan karena itu mereka dapat berkontribusi pada dua bentuk kegiatan ini lihat table 2.1. Tabel 2.1 Untuk kegiatan sosial, warga muhammadiyah mengalokasikan dana yang cukup banyak yaitu dengan presentase 51 , sementara mereka yang mengalokasikan besar sebanyak 32 dan 11 untuk sangat besar. Sementara itu, untuk kegiatan keagamaan, alokasi dana dari warga lebih besar dibanding dengan alokasi untuk kegiatan sosial lihat table 2.2. Hal ini tercermin dari sekitar 70 warga mengalokasikan dana yang besar dan sangat besar untuk kegiatan keagamaan. Tabel 2.2 Satu yang menarik dari kalangan kontribusi atau donasi warga Muhammadiyah terhadap partai politik jumlahnya hanya sedikit, yaitu hanya mencapai 4 saja. Hal ini menunjukkan dua kemungkinan: Pertama, partisipasi warga Muhammadiyah dalam politik praktis atau memberikan dukungan secara langsung terhadap partai politik sangat rendah. Hal ini terlihat dari keterlibatan 28 warga Muhammadiyah dalam partai politik secara langsung yang tidak terlalu besar. Kedua, mayoritas warga Muhammadiyah memiliki kesamaan sikap dalam menaga jarak dan menjaga kedekatan dengan partai politik karena Muhammadiyah tidak memiliki afiliasi langsung terhadap salah satu partai politik yang ada di Indonesia. Jumlah Donasi Mayoritas warga mengeluarkan sedekah sebesar 76 – 150 ribu perbulan yaitu sebanyak 28,4. Angka ini menujukkan bahwa sebagian masyarakat mengeluarkan donasi sebesar 2,5 dari penghasilan mereka, namun masih cukup banyak juga warga yang mengeluarkan sedekah kurang dari 2,5 dari penghasilan mereka perbulan lihat table 2.3. Untuk itu, perlu edukasi dan proses mobilisasi yang dilakukan oleh lembaga pengelola dana filantropi Muhammadiyah maupun oleh pimpinan Muhammadiyah. Table 2.3 Pengeluaran Sedekah Per Bulan Rp_ Dibawah 75.000 25.1 75.000 – 150.000 28.4 151.000 -225.000 8.5 226.000 – 300.000 18.0 301.000 – 375.000 3.3 Di atas 376.000 16.6 Warga Muhammadiyah dan Lembaga Amil Zakat Dalam menyalurkan donasinya, warga muhammadiyah cenderung menyalurkan terhadap lembaga zakat, infak dan sedekah yang bernaung pada organisasiyayasan dengan presentase sebesar 39,8. Sementara itu 27,5 warga menyalurkan pada sebuah lembaga yang mereka menjadi anggota di dalamnya. Dengan demikian, kesadaran warga Muhammadiyah tentang keberadaan dan fungsi organisasi filantropi Islam masih kuat, meskipun mereka tidak secara spesifik selalu merujuk kepada Lazismu ketika berbicara tentang lembaga atau yayasan tempat mereka menyalurkan dananya. Tabel 2.4 Lembaga untuk menyalurkan ZIS Lembaga yang saya menjadi anggota 27.5 Lembaga pendidikan dimana anak terdaftar sebagai siswa 3.8 Lembaga yang proaktif mendatangi kami 11.4 Lembaga yang bernaung di bawah negara 6.6 Lembaga zakat yang bernaung di bawah organisasiyayasan 38.8 Lainnya 10.9 29 Sekitar 41,2 persen warga muhammadiyah menyalurkan ZIS melalui dua lembaga, hanya sekitar 22,3 persen saja yang melalui hanya kepada satu lembaga saja. Meski demikian, warga yang menyalurkan donasinya langsung kepada mustahiq juga tergolong masih cukup besar yaitu sekitar 30,8. Selain itu, meskipun warga telah menyalurkan melalui lembaga, namun mereka juga masih menyalurkan secara langsung. Dengan demikian, hal ini selaras dengan latar belakang atau oti asi erder a ya g terga arka se elu ya, yaitu te ta g kepuasa ati dala praktik berderma. Fakta di atas juga diperkuat dengan fakta lain yang diakui oleh sebagian besar warga Muhammadiyah 82 bahwa belum terdapat kotak infak dan sedekah di rumah mereka yang diberikan oleh lembag amil, termasuk Lazismu. Untuk itu, Lazismu dapat memanfaatkan strategi kotak infak di dalam keluarga dalam rangka membangun tradisi berderma di kalangan warga. Lebih dari 50 warga muhammadiyah percaya terhadap lembaga ZIS karena merupakan milik organisasi yang mereka menjadi anggota didalamnya. Sementara itu hanya sekitar 1,4 warga yang percaya karena kegiatan produktif yang dikelolanya. Dalam konteks ini, hubungan atau afiliasi warga dengan sebuah yayasanorgnisasi cukup berpengaruh dalam menentukan kemana warga menyalurkan dananya. Cara Membayarkan Dana Zakat, Infak dan Sedekah Cara pembayaran zakat, infak dan sedekah merupakan salah satu hal yang menjadi bagian utama dari proses mobilisasi praktik filantropi Islam. Meskipun kebanyakan warga Muhammadiyah sudah memiliki rekening, baik dengan menbung di Bank Dyariah maupun di Bank Konvensional, namun nampaknya pola tradisional masih sangat dominan dalam praktik filantropi mereka khususnya ketika menyalurkan dana zakat, infak dan sedekah. 81 warga muhammadiyah mengaku menyalurkan ZIS dengan cara tunai, sementara itu jemput layanan ZIS dan transfer belum dimanfaatkan oleh warga lihat Table 2.5. Untuk itu, edukasi dan sosiliasai tentang bentuk-bentuk pembayaran dana zakatm infak dan sedekah perlu dilakukan oleh Lazismu, disertai dengan sistem layanan administrasinya yang lebih professional, seperti konfirmasi penerimaan pembayaran, ucapan terima kasih dan sebagainya. Table 2.5 30 Pola pembayaran tradisional di atas berbanding lurus dengan kecenderungan mayoritas warga yang lebih suka menyalurkan donasinya dengan mengantarkan sendiri kepada Lembaga Amil Zakat, meski demikian warga yang menyalurkan sendiri kepada muztahiq juga masih tinggi yaitu sekitar 28,44 persen lihat Table 2.6. Table 2.6 Mayoritas warga muhammadiyah menilai pengelolaan ZIS di wilayahnya sudah baik, hanya sekitar 14,2 yang menilai belum baik. Penilaian terhadap pengelolaan pengelolaan ZIS tersebut juga diimbangi dengan penilaian yang baik dari aspek transparansi dan profesionalisme lambaga ZIS. Warga Muhammadiyah dan Lazismu Hubungan warga Muhammadiyah dengan Lazismu dapat dilihat dari interaksi yang telah dialami oleh warga dengan Lazismu, termasuk pengalaman menyalurkan dana kepada Lazismu. Sekitar 72 warga muhamamdiyah pernah menyalurkan ZIS melalui Lazismu, meski demikian masih cukup banyak juga warga yang belum pernah menyalurkan dananya melalui lazismu, yaitu sekitar 28. Untuk itu, Lazismu perlu memiliki strategi untuk memelihara konsistensi warga yang pernah menyalurkan dana nya kepada Lazismu. Table 2.7 31 Hal di atas berbanding lurus dengan pandangan lebih dari 50 warga yang menilai aspek transparansi dan profesionalisme lazismu sudah baik, sedangkan yang menilai masih kurang hanya sekitar 7,2. Sekitar 35,8 persen warga menyarankan agar lazismu lebih transparan dan profesional, 34,4 menyarankan agar lazismu lebih kreatif dalam mengelola program dan kegiatan, 19,9 menyarankan agar pengurus lazismu lebih aktif menjemput bola, sedangkan 9,9 menyarankan agar lazismu lebih dikenal oleh warga muh. Aspek-aspek di atas sebagai rekomendasi warga patut menjadi pegangan Lazismu di masa yang akan datang. Selain itu, mayoritas warga menyarankan bahwa diperlukan upaya untuk melatih pengurus agar mempunyai kapasitas lebih baik. Warga yang menjadi responden juga berharap agar lazismu lebih gencar beriklan melalui media cetak maupun elektronik televisi, serta berharap agar kantor lazismu lebih mudah dijangkau lihat table 2.8. Table 2.8 Pandangan Warga tehadap Lazismud dan Lembaga Amil Zakat Lain Popularitas Lazismu di mata warga Muhammadiyah memang tidak merata, ada yang mengenalnya secara baik dan lebih mengenalnya dari pada lembaga lain. Tetapi ada juga warga Muhammadiyah yang lebih mengenal lembaga lain, seperti Baznah dan Dompet Dhuafa, dibanding Lazismu sendiri. Daya menunjukkan bahwa 43 warga muhammadiyah yang lebih mengenal Baznas ternyata mayoritas pernah menyalurkan ZIS melalui Lazismu, sementara itu sekitar 34,1 yang lebih mengenal baznas belum pernah menyalurkan dananya melalui lazismu. Dengan demikian pekerjaan rumah bagi Lazismu secara khusus dan pimpinan Muhammadiyah secara umum cukup besar dalam memperkenalkan Lazismu kepada warga Muhammadiyah dan sekaligus mendorong warga untuk menyalurkan dana mereka melalui Lazismu. 32 Table 2.8 Tidak berbeda dengan sebelumnya, bahwa mayoritas warga yang menganggap Baznas cukup profesional pernah menyalurkan danannya melalui lazismu. Sementara itu, meskipun menganggap Lazismu cukup profesional tetapi sekitar 20 warga belum malah belum pernah manyalurkan dananya melalui Lazismu. Dala ko teks i i, terdapat a o ali-a o ali dari perilaku berderma warga Muhammadiyah yang perlu didekati dan dan dimanfaatkan oleh Lazismu. Tabel 2.9 Lembaga Prosentase Menyalurkan ZIS ke Lazismu Pernah Tidak Pernah Baznas 22.7 60.40 39.60 BM Muamalat 0.5 100 - Bamuis BNI 0.5 100 - Dompet Dhuafa 15.2 62.50 37.50 DS Al Falah 1.4 100 - Laz LDII 0.5 100 - Takaful 0.5 100 - BM Hidayatullah 4.3 66.70 33.30 Rumah Zakat 5.2 90.90 9.10 LazisMu 41.7 79.50 20.50 Lainnya 7.6 62.50 37.50 Lembaga Presentase Menyalurkan ZIS melalui Lazismu Pernah Tidak Pernah Baznas 43.1 65.90 34.10 BM Muamalat 1.9 75 25 Dompet Dhuafa 9.5 65 35 DS Al Falah 1.4 66.70 33.30 BM Hidayatullah 3.3 85.70 14.30 Baituzzaakah Pertamina 0.9 100 - Rumah Zakat 3.8 100 - LazisMu 33.2 80 20 Lainnya 2.84 33.30 66.7 33

Bab 4 Perilaku dan Potensi Filantropi Amal Usaha Muhammadiyah