Strategi hizbullah dalam merespon serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006

STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON
SERANGAN ISRAEL KE LIBANON SELATAN
TAHUN 2006
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh:
Dyah Swantantri
106083002803

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN ISRAEL
KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006

Oleh
Dyah Swantantri
106083002803

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal tanggal
20 Desember 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan
Internasional.
Ketua

Sekretaris

Agus Nilmada Azmi M.si
NIP: 197808042009121002

Agus Nilmada Azmi, M.Si
NIP: 197808042009121002

Penguji I


Penguji II

Drs. Aiyub Mochsin, M.A
NIP: 020021540

Ahmad Alfajri, M.A
NIP:

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 20 Desember
2013.
Ketua Program Studi Hubungan Internasional
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kiky Rizky, M.Si
NIP: 197303212008011002

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul


:

STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN ISRAEL KE

LIBANON SELATAN TAHUN 2006

L Merupakan karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
J. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil asli karya
saya atau merupakan hasil jipalakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syari f Hidayatullah Jakarta.

2.


Jakarta, 06 Desember 2013

Dyah Swantantri

ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai strategi Hizbullah dalam merespon
serangan Israel ke Libanon Selatan tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah
memahami strategi yang digunakan oleh Hizbullah dalam menghadapi serangan
Israel ke Libanon selatan tahun 2006. Penelitian ini dilakukan dengan studi
pustaka. Kerangka pemikiran yang digunakan adalah konsep strategi, perang
asimetris, dan ideology. Penulis menyimpulkan, bahwa perang yang terjadi antara
Israel dengan Hizbullah tahun 2006 telah memakan banyak korban jiwa,
kehancuran infrastruktur, dan kerusakan Lingkungan baik dipihak Israel maupun
Libanon. Dalam perang tahun 2006 kali ini, tidak ada satu pun orang di dunia
yang dapat mengira bahwa Hizbullah akan memenangkan pertempuran ini. Ini
dikarenakan yang dihadapi oleh Hizbullah adalah Israel. Sebagaimana diketahui
oleh banyak orang, Israel memiliki kekuatan militer dengan reputasi tempur yang
sudah terkenal di dunia. Dari segi persenjataan yang dimiliki oleh Israel, tidak
seimbang dengan yang dimiliki oleh Hizbullah. Israel memiliki persenjataan yang
berteknologi mutakhir serta berkapasitas tidak terduga. Dari roket, rudal, tank,

pesawat tempur, helikopter, kapal perang, artileri senapan, hingga bom dimiliki
oleh Israel. Sedangkan Hizbullah, hanyalah salah satu partai yang berkuasa di
Libanon yang memiliki pasukan tidak lebih dari 6000 jiwa. Persenjataan yang
dimiliki Hizbullah hanya sebatas roket, rudal, senjata anti tank, senjata anti kapal,
dan kekuatan dari media massa. Dengan demikian, perang tahun 2006 kala itu
dikatakan sebagai perang asimetris. Namun, fakta yang terjadi di lapangan dan
logika pemikiran tidak dapat disatukan. Hasilnya, dengan kecerdasan dan strategi
perang yang direncanakan secara matang, serta dukungan dari penduduk Libanon,
Hizbullah dapat mencapai kemenangan. Hizbullah telah mengukir kemenangan
dengan menghancurkan tank-tank dan pesawat tempur yang menjadi andalan
Negara Israel. Ini menuai simpati dari masyarakat internasional dan memberikan
inspirasi kepada Negara-Negara Arab lainnya.
Kata kunci: Perang Israel-Hizbullah tahun 2006, Hizbullah, Israel, Persenjataan
Israel, Persenjataan Hizbullah

v

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robill’aalamiin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah
SWT serta junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat,

hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “STRATEGI HIZBULLAH DALAM MERESPON SERANGAN
ISRAEL KE LIBANON SELATAN TAHUN 2006”.
Sebelum mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang berjasa selama
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis terlebih dahulu mengatakan bahwa
semua ini tidak akan terwujud tanpa adanya kerja keras, do’a dan cita-cita di masa
depan yang menjadi motivasi utama dalam penyelesaian belajar di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing
penulis, baik dalam bentuk waktu, tenaga, ide dan pemikiran. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Etty Suhaetty dan Bapak Achmad Mikdad
(alm). Terima kasih atas seluruh cinta dan kasih sayang yang telah
diberikan kepada penulis. Terima kasih tak terhingga atas berbagai bentuk
dukungan tulus baik moril maupun materi. Serta, dengan penuh pengertian
dan kesabarannya memberikan kepercayaan, memotivasi dan mendoakan
penulis agar tetap sehat dan selalu semangat berjuang untuk menuju pintu
keberhasilan.

vi


2. Bapak Prof. Dr. Bachtiar Effendy selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3. Bapak Kiky Rizky, M. Si selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
4. Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Serta sebagai dosen
pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan serta motivasi yang sangat
berharga hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Armein Daulay M.Si, selaku Dosen di Jurusan Hubungan
Internasional. Serta dosen yang selalu memberikan semangat, ilmu, waktu,
tenaga, buku-buku, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis,
hingga penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih untuk semua yang bapak
berikan kepada penulis.
6. Ibu Mutiara Pertiwi MA, selaku Dosen di Jurusan Hubungan
Internasional. Serta dosen yang selalu memberikan semangat, ilmu, waktu,
tenaga, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis, hingga

penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih untuk semua yang ibu berikan
kepada penulis.
7. Pak Jajang dan Pak Amali yang sudah sangat banyak membantu dalam
proses administrasi penulis.
vii

8. Seluruh Bapak / Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional (HI), Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas sebagai mahasiswi HI.
9. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
Terima kasih kepada kakak (a’Subhan, a’Ade, a’Derry, Indah), tante, dan
semua sanak saudara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas dukungan semangat dan do’a kalian selama ini kepada
penulis. Spesial untuk Mas Dennis yang selalu memberikan dukungan,
baik materil, semangat, cinta, dan kasih sayang kepada penulis, Jazakallah
khairan katsiran.
10. Sahabat-sahabat terbaik penulis. Tini, wati, nita, Qory, Desty, Diah,
Astryd, Christa, Dian, Atik, Kismayeni, Desy, Nanda, Hendrawan, Irvan,
Yeni dan sahabat- sahabat Hubungan Internasional angkatan 2006 lainnya

yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dengan
segala bantuan baik dalam bentuk tukar pikiran. Terimakasih, semoga
Allah membalas kebaikan kalian semua dengan pahala.
11. Teruntuk sahabat penulis yang telah tiada (Alm.) Izzun Nahdliyah.
Terimakasih telah menjadi pendengar yang baik, yang dengan sabar
mendengarkan semua curhatan penulis. Terimakasih atas dukungan
semangat, motivasi, do’a, serta pengertian dan perhatianmu menemani
hari-hari penulis dengan canda tawa. Penulis tidak akan pernah
melupakanmu. Kamu salah satu sahabat terbaik penulis.
viii

12. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini
namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan demi perbaikan kedepannya.
Jakarta, 06 Desember 2013

Dyah Swantantri


ix

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ABSTRAK .....................................................................................................................................v
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xiv
DAFTAR ARTI SINGKATAN ..................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
A. Pernyataan Masalah ............................................................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian ..........................................................................................................6
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................................6
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................................6

E. Kerangka Pemikiran ............................................................................................................8

x

E.1. Strategi ........................................................................................................................8
E.2. PerangAsimetris .......................................................................................................11
E.3. Ideologi ......................................................................................................................14
F. Metode Penelitian ...............................................................................................................17
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................................19
BAB II Konflik Libanon Selatan ................................................................................................21
A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel ......................................................21
B. Sejarah Berdirinya Hizbullah ...........................................................................................29
B.1. Sejarah Konflik Israel-Hizbullah ...........................................................................32
BAB III Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006 ......................................................34
A. Latar Belakang Serangan ..................................................................................................34
B. Perang Asimetris Hizbullah dengan Israel ......................................................................35
C. Peran Hizbullah di Libanon ..............................................................................................40
D. Kerusakan dan Korban .....................................................................................................43
D.III.1. Di Pihak Israel ....................................................................................................43
D.III.2. Di Pihak Libanon ...............................................................................................44
E. Gencatan Senjata ................................................................................................................46
BAB IV Analisa Strategi Hizbullah Dalam Menghadapi Serangan Israel ke Libanon
Selatan (periode 12 Juli- 15 Agustus 2006) ................................................................................51
A. Idelogi Sebagai Fondasi Dasar Perjuangan Hizbullah ...................................................51

xi

A.1. Kepercayaan Pada Islam .........................................................................................51
A.2. Kepercayaan Pada Ulama yang Berada dalam Konsep Wali Al-Faqih .............52
A.3. Jihad ..........................................................................................................................55
B. Strategi Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel ................................................57
B.1. Operasi Roket Jarak Dekat-Jauh Kumulatif Hizbullah Vs Serangan Udara
Israel ..................................................................................................................................58
B.2. Strategi Squental Hizbullah Vs Serangan Darat Gabungan Israel ...................62
BAB V PENUTUP ......................................................................................................................66
KESIMPULAN ...........................................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................68
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL
Tabel III. B. 1 Personel Israel vs Hizbullah ................................................... 36
Tabel IV. B. 1 Kronologi Serangan Roket Hizbullah ..................................... 60

xiii

DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Peta Negara Libanon............................................................... 21
Gambar II.2. Peta Negara Israel.................................................................... 24

xiv

DAFTAR ARTI SINGKATAN
AMAL
ATGM
CIA
DK PBB
GBU
IDF
INSS
LAF
MK
MRLS
PLO
PBB
RPG
Sekjen
UNIFIL
UN
UNSC

Afwaj al-Muqawwamah al-Lubnaniyah
Anti Tank Guide Missile
Central Intelligence Agency
DewanKeamanan PBB
Guided Bomb Unit
Israel Defence Force
Institute for National Security Studies
Lebanese Armed Force
Merkava
Multiple Launch Rocket System
Palestine Liberation Organization
PerserikatanBangsa-bangsa
Rocket Propelled Grenade
SekertarisJenderal
United Nations Interim Force in Lebanon
United Nations
United Nations Security Council

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Struktur Komando Hizbullah
Lampiran II : Gambar Roket dan Rudal Hizbullah
Lampiran III : Zona Peluncur Roket Hizbullah
Lampiran IV : Dampak kerusakan lingkungan di Libanon
Lampiran V : Persenjataan Israel
Lampiran VI : Resolusi DK PBB 1701

xvi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Libanon merupakan salah satu Negara1 yang kerap menjadi target
serangan Israel sejak tahun 1978. Konflik diantara Israel dan Libanon bermula
pada tahun 1978, ketika Palestine Liberation Organization (PLO) terusir dari
Negara Yordania dan menjadikan Libanon Selatan sebagai tempat pengungsian
(Tur 2006:110). PLO kerap melakukan serangan roket ke wilayah Israel yang
dilakukan dari wilayah Libanon Selatan. Ini dilakukan sebagai balasan atas
pengambilan wilayah Palestina oleh Negara Israel. Setelah itu, Israel melakukan
invasi ke Lebanon Selatan pada 14 Maret 1978 (Angkasa 2006:38). Konflik
keduanya adalah agenda ekspansi teritorial Israel di daerah Arab, termasuk
Libanon dan sekitarnya. Perlawanan Libanon terhadap Israel diwarnai pula oleh
kehadiran organisasi Hizbullah. Organisasi tersebut memberikan bantuan yang
sangat berarti kepada rakyat di Libanon guna mengusir pasukan Israel dari Negara
Libanon.
Skripsi ini membahas mengenai strategi yang diterapkan Hizbullah,
khususnya dalam menghadapi serangan Israel ke Libanon Selatan pada tahun
2006. Dalam peristiwa tersebut, Israel pada akhirnya mundur setelah menerima
perlawanan senjata dari Hizbullah sebagai aktor non negara di Libanon (Rif’at
Sayyid Ahmad 2007:V).

1

Negara lainnya adalah Palestina, Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan Suriah

1

Hizbullah adalah organisasi bersenjata yang pendiriannya didasari oleh
keprihatinan sejumlah ulama2 Libanon terhadap invasi Israel ke Libanon Selatan
pada tahun 1982 (Naim 2006:15-25). Para ulama tersebut kemudian
mengorganisir kelompok politik bersenjata untuk melawan Israel. Ini dimulai
sejak bulan November 1983.
Pada tahun 1983 Hizbullah melakukan sejumlah aksi yaitu, pejuang
Hizbullah meledakkan diri di dalam kendaraan dekat markas tentara Israel yang
menewaskan 60 orang tentara Israel di kota Tyre (Ari Yulianto 2010:67). Dua
tahun kemudian, pada tangal 16 Pebruari 1985, pendirian Hizbullah baru
dideklarasikan secara resmi (Abdar Rahman Koya 2006:76). Sejak saat itu,
Hizbullah dikenal sebagai salah satu aktor keamanan yang dikategorikan sebagai
teroris oleh Israel.
Hingga tahun 2006, tercatat setidaknya dua periode kali konflik antara Israel
dengan Hizbullah: yaitu konflik pertama yang dimulai saat invasi Israel ke
Libanon tahun 1982-2000 selama 18 tahun; dan konflik kedua dimulai saat Israel
menyerang Libanon Selatan pada tahun 2006. Selama konflik berlangsung dari
tahun 1982 sampai tahun 2006, tercatat ±7000 kali Hizbullah diserang oleh Israel
dan ±3970 kali Hizbullah menyerang Israel (Angkasa 2006:29).
Adapun konflik Israel-Hizbullah pada tahun 2006 berawal ketika pasukan
Hizbullah menyerang pasukan Israel yang menyusup ke daerah Aita al Chaab,
Libanon Selatan pada tanggal 12 Juli 2006 (David Makovsky dan Jeffrey White
2006:6). Dalam aksi penyerangan tersebut, Hizbullah berhasil menawan dua
2

Musa al-sadr, Ayatullah Muhammad Mahdi Syamsuddin, dan Ayatullah al-sayyed
Muhammad Hussein Fadhlullah

2

tentara Israel (Andrew Exum 2006:1). Bagi Hizbullah, perlawanan tersebut
sebenarnya dimaksudkan sebagai alat diplomasi untuk melakukan pertukaran
tawanan guna membebaskan warga Libanon yang ditahan Israel dalam insiden
yang terjadi sebelumnya.3 Namun, Israel ternyata meresponnya secara militer.
Pada tanggal 13-14 Juli 2006, pesawat tempur Israel dan pasukan artileri darat
Israel bersama-sama melakukan penyerangan ke Libanon Selatan (Helena 2006).
Serangan tersebut menghancurkan infrastruktur, serta 50 jiwa penduduk Libanon
meninggal (Farid 2006:14-15).
Peristiwa tersebut tidak direspon secara militer oleh Libanon. Libanon
hanya meminta bantuan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan
memberikan pernyataan kecaman terhadap serangan yang dilakukan oleh Israel
(Ari Yulianto 2010:219-221). Pemerintah Libanon tidak segera menurunkan
pasukannya untuk membantu mengamankan negaranya. Hal ini dikarenakan
keterbatasan yang dimiliki oleh militer Libanon yang tidak seimbang dengan
jumlah pasukan militer Israel.
Perlawanan senjata yang sengit justru dilakukan oleh Hizbullah sebagai
aktor non negara. Salah satu bentuk perlawanan ini dilakukan dengan
meluncurkan roket Katyusa menargetkan kota Haifa-Israel pada 16 Juli 2006
(William M. Arkin 2007:118). Serangan ini menyebabkan 8 warga Israel tewas.
Roket Katyusa juga kembali mengenai target ketika berhasil menembak jatuh
pesawat helikopter Israel pada tanggal 27 Juli 2006. Tercatat setidaknya 100 roket
yang ditembakkan Hizbullah ke wilayah Israel dalam periode konflik ini hingga
3

Pada tahun 2004, empat tokoh Libanon yang diantaranya: Samir Kuntar, Nasim Nisr,
Yahya Skaf, dan Ali Farran ditawan oleh pasukan Israel.

3

dilakukan gencatan senjata atas desakan PBB pada minggu kedua bulan Agustus
2006 (Sergio 2006:2).
Konflik Israel-Hizbullah ini merupakan perang asimetris karena setidaknya
dua hal. Pertama, perang ini asimetris karena adanya perbedaan kekuatan antara
aktor Negara dan non Negara. Kedua, Angkatan bersenjata Israel memiliki
keunggulan personel militer yang jauh lebih banyak yaitu 621.500, dibandingkan
Hizbullah yang memiliki jumlah personil hanya 5.800 (Yiftah 2006:11). Bahkan,
perang ini tetap asimetris ketika kekuatan Hizbullah dibantu oleh personil militer
Libanon yang hanya berjumlah 15.000 orang (Angkasa 2006:23). Ketiga, dalam
hal teknologi persenjataan Israel lebih canggih, yaitu Hizbullah memiliki beberapa
jenis roket rakitan jarak pendek, menengah dan rudal jarak jauh4 (Andrew Exum
2006:6). Sedangkan, Israel dalam hal teknologi persenjataan memiliki variasi
yang beragam diantaranya; roket artileri tandan, berbagai kendaraan anti peluru,
pesawat tempur, dan armada kapal perang (Global Security 2013).
Akibat besarnya jumlah korban dalam perang Israel-Hizbullah tahun 2006
ini, Perdana Menteri Libanon Fouad Siniora meminta perhatian dunia
internasional. Seruan Perdana Menteri Libanon mendapatkan respon dari Sekjen
PBB Kofi Annan (Ari Yulianto 2010:251). Annan segera membentuk sebuah
komisi internasional untuk menangani perang ini. Pasukan PBB pun datang ke
Libanon. Atas desakan dari masyarakat internasional, pada tanggal 11 Agustus
2006 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1701 untuk menghentikan
konflik. Resolusi tersebut disetujui oleh pemerintah Libanon, Hizbullah dan
4

Maksudnya roket jarak pendek yaitu radius jangkauan mencapai 6-20 km. Sedangkan
roket jarak menengah adalah radius jangkauan 35-70 km. Sedangkan untuk rudal jarak jauh yaitu
radius jangkauan 100-210 km.

4

Israel. Gencatan senjata resmi diberlakukan pada hari senin tanggal 14 Agustus
2006 pukul 05:00 AM (William M. Arkin 2007:121). Israel pun menarik mundur
pasukannya dari Libanon Selatan.
Banyak para pemerhati masalah ini berpendapat bahwa, dalam perang
asimetris ini, sesungguhnya Hizbullah telah memenangkan pertempurannya
dengan Israel. Menurut pendapat Charles Krauthammer Washington post,
Hizbullah telah menghindarkan Libanon kehilangan wilayah Libanon Selatan
(Charles 2006). Selain itu, Rahul Mahajan dalam political affairs berpendapat
bahwa 87% masyarakat Libanon menyatakan bahwa Hizbullah adalah
pemenangnya dalam perang Libanon 2006 (Rahul 2010). Rahul menuliskan 87%
responden menyatakan mendukung Hizbullah untuk melakukan perlawanan
kepada Israel yang telah menyebabkan korban jiwa, kehancuran di bidang
infrastruktur, serta kemiskinan akibat serangan yang dilancarkan oleh pasukan
Israel. Sedangkan, Shahram Akbarzadeh yang merupakan Profesor Politik Asia
(Timur Tengah & Asia Tengah) di Universitas Melbourne mengatakan bahwa,
Hizbullah adalah simbol dari kemenangan Libanon tahun 2006 melawan pasukan
Israel (Shahram 2007).
Keberhasilan Hizbullah mempertahankan wilayah Libanon Selatan dari
gempuran Israel di tahun 2006 ini mengundang ketertarikan penulis untuk
menelitinya. Sebagai aktor non negara, organisasi ini telah berhasil melakukan
strategi yang efektif dalam perang asimetrisnya dengan Israel. Faktor strategi
utama yang mensukseskan strategi tersebut akan dianalisis dalam skripsi ini.
Topik ini dimungkinkan karena pihak Hizbullah sendiri telah mempublikasikan

5

data mengenai strategi mereka dalam konflik tersebut, diantaranya melalui media
massa online dan buku5.

B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana strategi Hizbullah dalam merespon serangan Israel ke Libanon
Selatan tahun 2006?

C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari penelitian tentang Strategi Hizbullah dalam
Merespon Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
1. Memahami strategi yang digunakan oleh Hizbullah dalam
Menghadapi Serangan Israel ke Libanon Selatan (periode 12 Juli 2006-15
Agustus 2006).
2. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi
terhadap kajian Ilmu Hubungan Internasional, khususnya analisis strategi
dalam perang asimetris ini

D. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian sudah dilakukan mengenai masalah konflik IsraelHizbullah tahun 2006. Salah satunya adalahpenelitian yang dilakukan oleh Amal
Saad-Ghorayeb pada tahun 2009 dengan judul “The Hizbollah project: Last war,
next war” (Amal 2011). Ghorayeb menjelaskan bahwa Hizbullah menggunakan
5

Media massa online yaitu melalui website www.moqawama.org, http://almashriq.hiof,
Televisi Al-Manar, radio Al-Nour, dan majalah bulanan Kabdat Alla.

6

kombinasi strategi perang gerilya dan perang konvensional. Ini difasilitasi
perlengkapan perang modern buatan Rusia.
Selain Ghorayeb, terdapat buku yang membahas mengenai Hizbullah
berjudul ”Blue Print Hizbullah” yang ditulis oleh Wakil Sekjen Hizbullah, Naim
Qassem (Naim 2008:25). Tokoh tersebut dilahirkan di Libanon pada tahun 1953.
Beliau adalah anggota pendiri partai Hizbullah pada tahun 1982, dan menjabat
sebagai Sekjen Hizbullah sejak tahun 1991 sampai sekarang. Buku ini
menjelaskan visi dan tujuan Hizbullah sebagai sebuah partai Islam yang
menjadikan landasan dasar pergerakannya kepada tiga pilar yaitu: kepercayaan
kepada Islam, Jihad, dan Yuridiksi Wali al-Faqih. Selanjutnya, Naim Qassem juga
menjelaskan mengenai perlawanan yang telah dilakukan oleh Hizbullah untuk
membantu masyarakat Libanon maupun membantu masyarakat Palestina. Selain
itu, terdapat pula penjelasan mengenai hubungan regional dan internasional
Hizbullah serta masa depan Hizbullah sebagai sebuah partai yang terus berjuang
melawan pendudukan Israel di wilayah-wilayah Arab lain setelah Palestina. Buku
ini sangat membantu penulis dalam menyediakan informasi awal mengenai
Hizbullah dan perjuangan pergerakannya.
Buku kedua ditulis oleh tiga wartawan Indonesia: Farid Gaban, Surya
Kusuma, dan Alfian Hamzah, yang meliput langsung perang antara IsraelHizbullah tahun 2006 di Libanon (Farid 2006:13-40). Buku ini menceritakan
kronologi perang Hizbullah-Israel, dampak dari perang, serta kerusakan yang
ditimbulkannya.

7

Penulis memfokuskan penulisan skripsi ini kepada strategi yang dipakai
oleh Hizbullah. Skripsi ini menambah kajian Hubungan Internasional dengan
fokus pada permasalahan strategi Hizbullah dalam merespon serangan Israel ke
Libanon Selatan tahun 2006. Dalam penelitian ini penulis tidak hanya
menjelaskan tentang konflik Israel-Hizbullah tahun 2006, akan tetapi juga
memaparkan tentang perang asimetris antara Hizbullah dengan Israel guna
melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.

E. Kerangka Pemikiran
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan menggunakan tiga kerangka
pemikiran yang berkaitan dengan strategi Hizbullah dalam konflik HizbullahIsrael tahun 2006, yaitu konsep strategi, konsep perang asimetris, dan konsep
ideologi.

E.1. Strategi
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, ”Strategi adalah ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan
tertentu dalam perang dan damai.”
Clausewitz di dalam bukunya On War menjelaskan tentang definisi strategi
adalah penggunaan pertempuran sebagai cara memperoleh tujuan-tujuan perang
(Carl 2013). Selain itu, strategi merupakan sepandai-pandainya kita menyusun
cara-cara bertempur yang paling baik dan paling memungkinkan untuk dapat
memenangkan pertarungan itu sendiri. Tujuannya tidak lain ialah untuk mencapai

8

kepentingan-kepentingan yang mungkin dihasilkan dari perang tersebut (Carl
2013). Strategi adalah kunci pelaksanaan perang. Taktik adalah penggunaan
kekuatan bersenjata untuk menjalankan pertempuran.
Menurut T. May Rudi, strategi adalah ”Seluruh keputusan kondisional yang
menetapkan tindakan-tindakan yang akan dan harus dijelaskan guna menghadapi
setiap keadaan yang mungkin terjadi di masa depan” (hal.1).
Dalam menentukan suatu strategi, seorang Jenderal Amerika JL. Wylle
dalam bukunya Navy Reel Admirel mengemukakan pendapat bahwa ”untuk
memenuhi peperangan, suatu pasukan harus mengenali kekuatan sendiri dan
musuh yang akan dihadapi (Rudi 2002:1). Penjelasan diatas ada dua hal utama
dalam menerapkan konsep strategi di medan perang. Strategi tersebut adalah
Menghimpun seluruh potensi untuk melawan musuh serta, mengidentifikasi
sejauh mana kekuatan musuh yang akan dihadapi.
Menurut J.L.Wylle, pola strategi terbagi menjadi dua bagian yaitu,
Sequental (berurutan) adalah dalam penerapan strateginya satu langkah dengan
langkah berikutnya tidak dapat dipisahkan; Kumulatif (penjumlahan) adalah hasil
yang diperoleh dari penerapan strategi tidak diperoleh secara berurutan melainkan
berdasarkan penjumlahan hasil keseluruhan perang (Rudi 2002:10).
Dari kedua pola strategi diatas, penulis akan memakai kedua pola tersebut
untuk menganalisa dua pola strategi yang dipakai oleh Hizbullah selama
berperang dengan Israel pada tahun 2006. Pada minggu pertama berperang,
Hizbullah menerapkan strategi roket secara kumulatif menghadapi serangan udara
Israel. Sedangkan di pertengahan bulan Juli tepatnya tanggal 20an hingga sebelum

9

diterapkannya genjatan senjata 11 Agustus 2006 oleh DK PBB, Hizbullah
memakai pola strategi sequental menghadapi serangan udara gabungan pasukan
Israel (yang terdiri dari angkatan darat, infanteri, pasukan terjun payung, dan
artileri). Penjelasan mengenai kedua pola strategi diatas, akan di paparkan lebih
dalam pada bab empat di dalam skripsi ini.
Strategi perang ada dua, yaitu:
1. Secara defensif (bertahan)
a. Secara langsung
2. Secara tidak langsung Secara ofensif (menyerang)
a. Secara langsung
b. Secara tidak langsung
Secara langsung adalah seseorang atau kelompok yang sedang berperang
menggunakan kekuatan langsung untuk melibatkan atau menyerang musuh.
Secara tidak langsung adalah seseorang menggunakan kekuatan tidak langsung
untuk mencapai kemenangan perang, dengan jalan menghancurkan strateginya
dan digunakan jalur diplomatik (Rudi 2002:10).
Prinsip perang menurut Sun Tzu (Rudi 2002:11):
1. Harus memiliki karsa atau tujuan, yaitu untuk apa perang dilakukan.
2. Strategi yang digunakan atau perencanaan strategi.
3. Bagaimana penyerbuannya.
4. Taktiknya bagaimana.
5. Tenaganya bagaimana.
6. Titik lemah atau kekuatan musuh

10

7. Bagaimana menggerakan pasukan.
8. Macam daerah kekuatan musuh itu di daerah mana.
9. Menyerbu dengan api untuk mengacaukan konsentrasi musuh.
10. Tipu muslihat, salah satu aksi dari taktik.
Prinsip-prinsip perang menurut Dephankam RI, adalah (Rudi 2002:11):
1. Harus memiliki tujuan.
2. Adanya prakarsa atau inisiatif.
3. Tenaga atau konsentrasi.
4. Fleksibilitas artinya tidak kaku.
5. Manuver, perubahan formasi.
6. Kemanunggalan atau kesatuan.
7. Harus ekonomis.
8. Ada unsur pendadakan.
9. Perang itu harus sederhana.
10. Perang itu harus ada unsur keamanan.
11. Moril, semangat dari pasukan.
12. Eksploitasi memberdayakan kekuatan yang ada.
E.2. Perang Asimetris
Menurut Sergyi Way, Perang asimetris awalnya disebut perang antara dua
aktor atau lebih atau kelompok militer yang kekuasaannya relatif berbeda secara
signifikan. Pemikir militer kontemporer cenderung untuk memperluas pengertian
ini untuk mencakup asimetris strategi atau taktik. Perang asimetris dapat
menggambarkan suatu konflik di mana sumber daya dari dua pihak yang

11

berperang berbeda dalam esensi dan perjuangan, berinteraksi dan berusaha untuk
mengeksploitasi kelemahan karakteristik masing-masing aktor. Perjuangan dari
kedua aktor tersebut sering melibatkan strategi dan taktik perang konvensional,
aktor yang lebih lemah mencoba menggunakan strategi untuk mengimbangi
kekurangan dalam kuantitas atau kualitas (Sergyi 2008).
Konsep perang asimetris menurut David Kilcullen dikelompokkan ke dalam
beberapa aspek yakni
a. Perang asimetris dalam teknologi persenjataan adalah cara berpikir dua
aktor yang saling berperang dalam memberikan penilaian tentang
efektivitas teknologi persenjataan.
b. Perang asimetris dalam metode taktik operasional adalah aktor yang
lebih kuat mengutamakan atau cenderung memakai seluruh elemen
kekuatan militer yang di gabungkan dengan teknologi persenjataan.
Sedangkan untuk aktor yang lebih lemah mengutamakan pemakaian
kekuatan non militer (media massa) sebagai propaganda untuk
menyerang aktor kuat.
c. Perang asimetris dalam kebudayaan adalah cara berpikir masyarakat
barat dengan masyarakat timur dalam melihat kematian yang
berpengaruh kepada penggunaan strategi dan taktik dalam berperang.
Masyarakat barat menilai kematian para personel militer dalam perang
adalag sebuah hal yang fatal karena hidup seseorang sangat bernilai
tinggi. Sedangkan bagi masyarakat timur, kematian adalah sebagain dari

12

jihad mereka. Ini dilihat dari pandangan agama dan nilai-nilai
kebudayaan yang mereka yakini.
d. Perang asimetris dalam tujuan adalah cara pandang kedua aktor dalam
hal menilai kemenangan dan kekalahan. Bagi aktor kuat, kemenangan
adalah dapat menghancurkan sumber kekuatan yang dimiliki oleh aktor
lemah. Sedangkan bagi aktor lemah kemenangan adalah dapat bertahan
dari serangan-serangan aktor kuat dengan tetap mempertahankan
semangat perjuangan tanpa harus memenangkan di setiap pertempuran
dan tanpa harus menghancurkan semua sumber kekuatan aktor kuat
(David L Buffaloe 2006:15).
Dari penjelasan berbagai macam definisi perang asimetris dan konsep
perang asimetris diatas, penulis akan memakai konsep Perang asimetris dalam
teknologi persenjataan. Bagi aktor kuat seperti Israel, keunggulan yang
dimilikinya berupa kuantitas dan kualitas persenjataan hal tersebut mejadi
ketergantungan. Sedangkan bagi aktor lemah seperti Hizbullah kualitas dari
teknologi persenjataan bukanlah hal yang penting, melainkan hanya sebagai faktor
pendukung saja. Yang menjadi sumber kekuatan utamanya adalah dukungan
masyarakat Libanon, dan tim yang kompak untuk berjuang melawan penjajahan di
Negara Libanon. Pemaparan tentang konsep diatas, penulis akan menjelaskan
lebih dalam pada bab tiga.
Berbagai literatur memberikan definisi berbeda mengenai perang asimetris.
Sayidiman Suryohadiprojo menjelaskan tentang definisi perang asimetris adalah
sebagai berikut:

13

”Perang asimetris adalah Perang antara belligerent atau pihak-pihak
berperang yang kekuatan militernya sangat berbeda. Akibat adanya perbedaan
besar dalam kekuatan militer itu, lalu digunakan strategi dan taktik yang juga
berbeda. Pihak yang relatif lemah kekuatan militernya, apabila ada pimpinan
yang cerdas, tidak melakukan perlawanan konvensional karena pasti amat
sulit dan berat menghadapi keunggulan lawannya. Maka, perlawanan
nonkonvensional (unconventional warfare) yang dapat mengompensasi
kelemahannya.” (Kompas 2011)
Menurut Dewan Riset Nasional Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan,
“Perang asimetris adalah perang antara dua pihak dengan kekuatan yang tidak
seimbang dengan pola yang tidak beraturan dan bersifat tidak konvensional.
Masing-masing pihak berusaha untuk mengembangkan taktik dan strategi untuk
mengeksploitasi kelemahan lawannya dalam mencapai kemenangan” (Tekno
Kompas 2008). Perang asimetris adalah suatu model peperangan yang
dikembangkan dari cara-cara berfikir yang tidak lazim, dan diluar aturan-aturan
peperangan yang berlaku, dengan spektrum perang yang sangat luas, terbuka dan
mencakup seluruh aspek-aspek kehidupan.

E.3. Ideologi
”Ideologi berasal dari kata idea artinya gagasan dan pengertian. Sedangkan
menurut bahasa latin terdiri dari dua kata yaitu ideo artinya cita-cita, pemikiran;
logos artinya logika,rasio, ilmu, pengetahuan, paham” (Minto 2007:47). Jadi,
ideologi adalah cita-cita ajaran suatu lapisan masyarakat atau kelompok manusia
yang berbeda-beda. Menurut Horal H Titus, ”ideologi adalah suatu istilah yang
dipergunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah
politik dan ekonomi, filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana

14

yang sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh kelompok masyarakat”
(h.47).
Sedangkan menurut Ali Syariati, ideologi adalah ilmu mengenai keyakinan
dan cita-cita (Ali 1982:192). Ali menjelaskan, ideologi merupakan sebuah kata
ajaib yang dapat menciptakan pemikiran dan semangat hidup diantara manusia
terutama kaum muda, khususnya diantara cendikiawan atau intelekual dalam
suatu masyarakat. Ideologi dapat memberikan inspirasi, mengarahkan dan
mengorganisir perlawanan, protes, dan penggugatan yang menakjubkan. Ideologi
memiliki semangat tanggung jawab, keyakinan dan keterlibatan serta komitmen
(Ali 1982:196).
Ideologi mempunyai ciri yaitu cita-cita yang dalam dan luas, bersifat jangka
panjang, diyakini bersifat universal. Ideologi dirasakan milik dari suatu kelompok
manusia yang dapat mengidentifikasikan dirinya dengan isi ajaran tersebut. Ini
juga dapat mengikat kelompok, sering pula membenarkan dan mempertahankan
sikap perbuatan kelompok (Deliar 1983:31).
Hizbullah terlahir sebagai reaksi tindakan kekejaman yang dilakukan oleh
Israel di Libanon setelah invasi tahun 1982. Ideologi dijadikan oleh Hizbullah
sebagai nilai dasar atau keyakinan dalam mendukung setiap aksi-aksi mereka.
Ideologi dijadikan Hizbullah sebagai motifasi perjuangan mereka untuk
menegakkan kebenaran. Ideologi yang dikembangkan oleh Imam Khomeini yaitu
seorang tokoh di Iran, dijadikan sebagai rujukan bagi Hizbullah untuk
menanamkan nilai-nilai dasar perjuangan mereka. Dalam pandangan Imam

15

Khomeini, Islam merupakan suatu ideologi yang melandasi perjuangannya yaitu
Al-Quran dan Al-Hadits.
Menurut Naim Qassem, Hizbullah mempunyai tiga pilar yang menjadi
ideologi dasar perjuangannya yaitu: ”Kepercayaan pada Islam, Kepercayaan pada
ulama yang berada dalam konsep Wali Al-Faqih, dan Jihad” (Naim 2008:23-24).
Dari tiga pilar yang menjadi ideologi Hizbullah, penulis menggunakan tiga
pilar yakni kepercayaan pada Islam dan kepercayaan pada ulama dalam konsep
Wali Al-Faqih. Hizbullah meyakini Islam merupakan program yang lengkap
meliputi semua aspek kehidupan sebagai landasan intelektual, agama, ideologi,
yang mampu menjawab semua tantangan dan menyediakan solusi terbaik dalam
kehidupan manusia (Naim 2008:23). Hizbullah tidak ragu menjadikan Islam
sebagai kepercayaan, ibadah, dan ajaran-ajaran kehidupan juga sebagai prinsip
dan inspirasi gerakannya. Salah satunya merupakan kepercayaan kepada Wali AlFaqih yang akan dijelaskan berikut ini.
Rancangan Wali Al-Faqih yang dikemukakan oleh Imam Khomeini menjadi
sistem politik yang diterapkan di Iran setelah Revolusi Islam Iran tahun 1979. Inti
rancangan ini adalah ulama sebagai seorang yang Faqih atau mengetahui dan
memahami berbagai macam ilmu, terutama Syariat Islam merupakan orang yang
pantas berkuasa di suatu negara dan menjadi pemimpin. Hizbullah menjaga
kepatuhannya kepada Wali Al-Faqih sebagai tempat konsultasi, agar bentukbentuk dari gerakan perlawanan, dan aksi sosial yang dijalankannya tetap sesuai
dengan Syariat Islam.

16

Jihad menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah usaha dengan segala
daya dan upaya untuk mencapai kebaikan; usaha sungguh-sungguh membela
Agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga. Jihad
menunjukkan usaha sungguh-sungguh atau melakukan berbagai upaya untuk
melawan musuh. Dalam konteks Islam, kata jihad memiliki makna luas daripada
perang bersenjata. Maknanya meliputi perjuangan melawan musuh yang berada
dalam diri seseorang sebagai bujukan untuk melakukan perbuatan buruk atau
disebut juga dengan jihad mengendalikan hawa nafsu (Naim 2008:46).
Jihad mengendalikan hawa nafsu adalah jihad yang jauh lebih besar
tantangannya, karena dilakukan setiap hari dan terus-menerus. Sedangkan jihad
melawan musuh merupakan jihad yang lebih ringan, karena dilakukan saat terjadi
peristiwa khusus sebagai bagian dari tugas untuk memenangkan aqidah, nilai-nilai
moral, kebenaran, dan kemenangan suatu bangsa (Naim 2008:50). Jihad ini
dilakukan oleh pasukan Hizbullah untuk mempertahankan negaranya dari
serangan negara lain atau aktor lain yang ingin menghancurkan negara tersebut.
Ketiga pilar diatas, penulis akan jelaskan lebih dalam pada bab empat di
dalam skripsi ini.

F. Metode Penelitian
Metode penelitian pada skripsi ini menggunakan analisa data kualitatif.
Penelitian ini pun menggunakan pendekatan deskripsi analitis mengenai strategi
Hizbullah dalam menghadapi serangan Israel tahun 2006. Adapun deskripsi
analitis bertujuan untuk menjabarkan dan mendeskripsikan apa yang ada atau apa

17

yang sudah ada atau menggambarkan fenomena tertentu untuk menentukan
adanya keterlibatan antar satu gejala dengan gejala lainnya yang relevan dengan
masalah penelitian.
Hakikat penelitian bersifat deskriptif-analitis memberikan pemaparan
mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif dengan menjawab
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena itu terjadi dalam
konteks lingkungannya. Objektifitas pun harus dijaga sedemikian rupa agar
subjektifitas dalam interpretasi dapat dihindari. Hal ini pun berarti interpretasi
terhadap isi dibuat dan disusun secara sistematik atau menyeluruh dengan
sistematis (Nurul 2007:92&94). Penulisan skripsi ini tidak hanya terbatas pada
pengumpulan data, melainkan pula dengan melakukan sebuah analisa serta
interpretasi tentang arti kata yang digunakan.
Oleh karena penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang
berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data dan
analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian (Emy
2007:172). Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam peyusunan
skripsi ini yakni melalui studi pustaka dengan melihat data-data sekunder yang
relevan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun sumbernya
didapat melalui buku-buku,

jurnal, laporan, surat kabar, website, dan lain

sebagainya.

18

G. Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
A. Pernyataan Masalah
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan dan Manfaat
D. Tinjauan Pustaka
E. Kerangka Pemikiran
E.1. Strategi
E.2. Perang Asimetris
E.3. Ideologi
F.

Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan
Bab II. Konflik Libanon Selatan
A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel
B. Sejarah Berdirinya Hizbullah
B.1. Sejarah Konflik Israel-Hizbullah
Bab III. Serangan Israel ke Libanon Selatan Tahun 2006
A. Latar Belakang Serangan
B. Perang Asimetris Hizbullah dengan Israel
C. Peran Hizbullah di Libanon
D. Kerusakan dan Korban
D.III.1. Di Pihak Israel
D.III.2. Di Pihak Libanon

19

E. Gencatan Senjata
Bab IV. Analisa Strategi Hizbullah Dalam Menghadapi Serangan Israel
ke Libanon Selatan (periode 12 Juli-13 Agustus 2006)
A. Idelogi Sebagai Fondasi Dasar Perjuangan Hizbullah
A.1. Kepercayaan Pada Islam
A.2. Kepercayaan Pada Ulama yang Berada dalam
Konsep Wali Al-Faqih
A.3. Jihad
B. Strategi Hizbullah dalam Menghadapi Serangan Israel
B.1. Operasi Roket Jarak Dekat-Jauh Kumulatif
Hizbullah Vs Serangan Udara Israel
B.2. Strategi Squental Hizbullah Vs Serangan Darat
Gabungan Israel
Bab V. Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran

20

BAB II
KONFLIK LIBANON SELATAN
Bab ini membahas mengenai hubungan Negara Libanon dengan Negara
Israel yang bertetangga namun selalu berkonflik. Kelahiran Hizbullah dan
keterlibatannya di dalam pemerintahan Libanon membuat konflik Israel-Libanon
ini semakin kompleks. Sebelum ke pembahasan inti tersebut, bab ini terlebih
dahulu membahas posisi geografis Israel dan Libanon. Ini dipaparkan pada sub
bab di bawah ini.
A. Libanon Selatan Dalam Konflik Libanon dan Israel
Gambar II.1
Peta Negara Libanon

Sumber:
http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/lgcolor/lbcolor.gif

21

Negara Libanon dan Israel terletak di kawasan Timur Tengah. Negara
Libanon sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan. Libanon terletak di
sepanjang pantai Timur Laut Mediterania dengan pesisir pantainya yang sempit di
bagian barat. Libanon berbatasan dengan Negara Israel di bagian Selatan,
sedangkan di bagian Utara dan Timur, berbatasan dengan Negara Suriah (Lebanon
Embassy US 2013). Libanon memiliki luas wilayah 10.400 km2 , yang
diantaranya 217 km dari Utara ke Selatan Libanon dan 80 km dari Timur ke Barat
Libanon (IBCR 2011:13).
Jumlah penduduk Libanon tercatat 4.131.583 jiwa (CIA 2013). Mayoritas
penduduk Libanon bertempat tinggal di Beirut (ibu kota) dan Mount Libanon,
sementara sisanya tersebar di empat propinsi lainnya yaitu 20,5% di Libanon
utara, 12,5% di Bekaa, 10,7% di Libanon selatan, dan 5,9% di Nabatieh.
Wilayah Libanon dibagi menjadi enam propinsi yaitu Beqaa, Beirut,
Libanon Utara, Mount Liban, Libanon Selatan, dan Nabatiye (State Gov 2013:1).
Konstitusi Libanon mengikuti konstitusi yang dibuat tahun 1926 dan kemudian
disesuaikan dengan Kesepakatan Nasional tahun 1943 dan Perjanjian Thaif tahun
1982. Kesepakatan Nasional tahun 1943 direvisi berdasarkan isi perjanjian Taif
tersebut dan hasilnya menjadi Undang-Undang Dasar Libanon. Kekuasaan
Eksekutif berada di tangan Presiden, Perdana Menteri, dan Kabinet (Lebanese
Constitution 1995). Sementara kekuasaan Legislatif berada di tangan Parlemen
atau Majelis Al-Nuwab yang memiliki 128 anggota.
Penduduk Libanon terdiri dari beragam etnis dan agama yang diantaranya
adalah etnis Arab dan Armenia; agama Islam (Syiah, Sunni, Druze) dan Kristen.

22

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab, Prancis, Inggris, dan Armenia.
Penduduk Libanon terbagi atas tiga faksi besar, yakni kelompok Muslim Sunni,
kelompok Muslim Syia’ah, dan kelompok Kristen Maronite6, serta banyak faksifaksi kecil dalam masyarakat berdasarkan suku, agama, maupun ketokohan orang
per orang (Lebanon Ethnic Group 2013). Oleh karena itu dibentuk sistem politik
konfessional yang dianggap dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan faksifaksi yang ada dengan membagi kekuasan politik pada tiga kelompok besar dan
kelompok kecil masyarakat tersebut. Kekuasaan Presiden berada di tangan
kelompok Kristen Maronite, kelompok Muslim Sunni menjadi Perdana Menteri,
sedangkan kelompok Muslim Syi’ah hanya menjadi juru bicara parlemen
(Angkasa 2006:35).
Negara Libanon merdeka pada tanggal 22 November 1943 dari mandat Liga
Bangsa-Bangsa di bawah administrasi Perancis (LGIC 2013). Libanon merupakan
Negara Republik. Kekuasaan Eksekutif berada di tangan Presiden, Perdana
Menteri, dan kabinet. Konstitusi yang didasarkan pada pemisahan kekuasaan
eksekutif, legislatif dan yudikatif, dengan presiden dipilih untuk jangka waktu
enam tahun. 128 anggota parlemen dipilih oleh hak pilih universal dewasa untuk
masa jabatan empat tahun (CIA 2013).

6

Lihat Lampiran IV

23

Gambar II.2
Peta Negara Israel

Sumber:
http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/asia/lgcolor/lbcolor.gif

Sedangkan Negara Israel berbatasan dengan Negara Lebanon di sebelah
Utara, di sebelah Timur laut dengan Negara Suriah, di sebelah Timur dengan
Negara Yordan, di sebelah Barat daya dengan Negara Mesir dan Laut Mediterania
(MFA 2013). Negara Israel memiliki luas wilayah 8.630 km2. Teritorialnya seluas
8,367 km adalah berupa daratan dengan panjang 470 km2, dan lebar 85 km2. Israel

24

dibagi menjadi tiga wilayah utama yang memanjang yaitu, dataran pantai, wilayah
pegunungan, dan celah lembah Yordan (Go Israel 2011).
Jumlah penduduk Israel tercatat 8.018.000 jiwa (CBS 2013). Mayoritas
penduduk Israel bertempat tinggal di Jerussalem (ibu kota) 730.000, sementara
sisanya tersebar di beberapa daerah lainnya yaitu Haifa ( 268.250), Hadera
(75.300), Netanya (169.400), Herzliya (83.000), Ra’anana (70.500), Kfar sava
(79.800), Bnei brak (142.300), Metulla (1.500), Tel aviv (371.400), Kiryat Gat
(47.800), Tiberias (39.900), Nazareth (63.800) (State Gov 2010). Penduduk Israel
terdiri dari beragam etnis dan agama yang diantaranya adalah etnis Yahudi dan
arab; agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Ibrani dan arab (Nation online 2013).
Negara Israel merdeka pada 14 Mei 1948 dari Britania Raya (PBS 2013).
Israel merupakan Negara Republik demokrasi dengan sistem parlementer. Sistem
kekuasaannya terbagi menjadi tiga, yang terdiri dari legislatif, eksekutif, dan
yudikatif (ConsuladodeIsrael 2013). Presiden dipilih oleh Knesset sebagai kepala
Negara untuk jangka waktu 7 tahun, namun tugas-ugasnya hanya sebatas
seremonial dan formal (Jewish virtual library 2013). Tugas lain dari Presiden
adalah membuka sesi pertama dari Knesset baru, mengarahkan anggota Knesset
untuk membentuk pemerintah baru, menerima mandat dari utusan asing,
menandatangani traktat dan undang-undang yang diadopsi oleh Knesset,
perwakilan diplomatik di luar negeri, hakim, dan Gubernur Bank of Israel (MFA
2010).

25

Knesset adalah badan legislatif Negara Israel. Masa jabatan Knesset adalah
4 tahun, tetapi dapat berubah tergantung dari keputusan Perdana Menteri. Perdana
Menteri dipilih dan didukung oleh anggota parlemen secara mayoritas. Perdana
Menteri merupakan kepala pemerintahan dan juga menjabat sebagai ketua kabinet
(Roger darlington 2013). Israel diperintah oleh 120 anggota parlemennya, yang
dikenal sebagai Knesset. Anggota-anggota Knesset berasal dari berbagai partai
yang dipilih dalam pemilihan parlemen. Di dalam pemerintahan tersebut, yang
terbentuk adalah pemerintahan dengan sistem koalisi. Pemilihan parlemen
diadakan setiap empat tahun sekali, namun koalisi pemerintahan yang tidak stabil
ataupun adanya mosi tidak percaya oleh Knesset dapat membubarkan
pemerintahan yang ada lebih awal (Knesset 2013).
Kewenangan eksekutif negara adalah pemerintah (kabinet para menteri).
Kabinet membentuk sebuah pemerintahan, daftar menteri untuk di setujui oleh
Knesset. Menteri harus dari warga negara Israel, dan berhak menjadi seorang
Knesset. Setelah pelantikan, para menteri bertanggung jawab kepada Knesset atas
tugas yang telah diberikan. Seperti halnya Knesset, masa jabatan menteri adalah 4
tahun. Apabila dalam pelaksanaan tugasnya mengalami permasalahan yang
diantaranya: menin