4.3.1 Basic Policy and Action Plan for the Revitalization of Japan’s Food,
Agriculture, Forestry, and Fisheries
Kebijakan Basic Policy and Action Plan for the Revitalization of Japan’s
Food, Agriculture, Forestry, and Fisheries dikeluarkan pada tanggal 25 Oktober 2011 pasca terjadinya bencana alam di Jepang
154
. Kebijakan ini diperlukan untuk mengembalikan stabilitas produksi industri makanan, agrikultur, kehutanan, dan
perikanan di Jepang yang saat itu menurun akibat terkena bencana alam. Anggota-anggota dalam
Headquarters for the Revitalization of Japan’s Food, Agriculture, Forestry, and Fisheries dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.
155
Tabel 4.1 Anggota Headquarters for the Revitalization of Japan’s Food, Agriculture,
Forestry, and Fisheries
Sumber: The Basic Policy and Action Plan for the Revitalization of Japan’s Food,
Agriculture, Forestry and Fisheries
156
154
Headquarters for the Revitalization of Japan’s Food, Agriculture, Forestry and Fishery. The Basic Policy and Action Plan for the Revitalization of Japan’s Food, Agriculture, Forestry and
Fisheries. Revitalizing fisheries. http:www.cas.go.jpjpseisakunpupolicy05pdf20120815 20120815_en.pdf. Diakses pada tanggal 17 April 2014.
155
Ibid.
156
Ibid.
Basic Policy and Action Plan for the Revitalization of Japan’s Food, Agriculture, Forestry, and Fisheries memiliki 7 strategi yang digunakan dalam
rangka merevitalisasi industri-industri yang bersangkutan industri pertanian, kehutanan, dan perikanan. Strategi untuk merevitalisasi industri perikanan
disebutkan pada strategi ke-5, yaitu menciptakan industri perikanan yang menarik melalui modernisasi dan manajemen sumber daya.
Pemerintah Jepang dalam tindakannya merevitalisasi industri perikanan mengadakan kebijakan sesuai yang tercantum pada strategi ke-5 yaitu
157
: 1.
Memperkenalkan fishing vessels yang memiliki performa yang lebih baik, lebih efisien energi, dan lebih murah. Fishing vessels tersebut kemudian
digunakan untuk memajukan kerjasama bisnis industri perikanan sehingga industri perikanan di Jepang dapat menjadi lebih produktif. Fishing vessels
dapat menciptakan produktifitas yang tinggi dengan cara kolaborasi dan kerjasama penggunaan fishing vessels antar fishing community dan
rasionalisasi armada perikanan dalam kegiatan penangkapan ikan. Rasionalisasi armada dalam kegiatan operasional perikanan telah dijelaskan
di atas. Selain itu, dilakukan adopsi pengukuran kontrol kualitas quality control
yang lebih baik pada tiap-tiap fishing vessels yang aktif digunakan dalam industri perikanan. Pengukuran kontrol kualitas tersebut dilakukan dengan
peningkatan manajemen kebersihan di fishing vessels yang telah maupun yang akan aktif dalam kegiatan penangkapan ikan.
2. Generasi nelayan masa depan yang aktif harus ditingkatkan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengelompokkan dan menyesuaikan para pencari kerja dengan keadaan fishing community dan mendorong latihan kerja jangka panjang.
Pencari kerja dengan skill tertentu ditempatkan pada bidang pekerjaan yang dikuasai sehingga proses kerjanya dapat lebih efektif dan produktif. Para
pencari kerja tersebut juga diharapkan dapat segera beradaptasi dengan
157
Headquarters for the Revitalization of Japan’s Food, Agriculture, Forestry and Fishery. The Basic Policy and Action Plan for the Revitalization of Japan’s Food, Agriculture, Forestry and
Fisheries. Members of the Council. http:www.cas.go.jpjpseisakunpupolicy05pdf20120815 20120815_en.pdf. Diakses pada tanggal 17 April 2014.
keadaan fishing village dan fishing community yang akan menjadi tempat kerjanya. Selain itu, untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan
mereka, diadakan latihan kerja jangka panjang sehingga orang-orang yang bekerja pada indutri perikanan tersebut merupakan orang pilihan yang
memang memiliki keahlian untuk bekerja di industri tersebut. 3.
Kerjasama antar orang-orang yang bekerja dalam industri perikanan dan fishing village dalam tujuannya menstruktur ulang organisasi mereka dan
proyeknya masing-masing. Seperti yang telah disebutkan pada poin 2 di atas, para pencari kerja harus mampu beradaptasi dengan keadaan fishing village
dan fishing community di lokasi tempat kerjanya. Hal tersebut diperlukan untuk mempermudah terjalinnya kerjasama antara fishing village, fishing
community, dan para pekerja yang berasal dari luar daerah yang bersangkutan. Jika mereka dapat menjalin hubungan dengan baik, maka akan
lebih mudah untuk menjalin kerjasama di antara mereka. Kerjasama yang terjalin dengan baik selanjutnya akan mempermudah industri perikanan untuk
berkembang sehingga lebih mudah untuk menjalankan proyek bersama. Dengan demikian, mereka akan dapat berperan aktif dalam industri perikanan
lokal di tempatnya masing-masing sehingga menjadi lebih maju. Industri perikanan yang maju dan produktif menunjang kesejahteraan hidup orang-
orang yang terkait di dalamnya. 4.
Kerjasama antara distributor dan fasilitas pemrosesan dari industri perikanan untuk menjaga stabilitas persediaan dan keamanan makanan produk laut
dengan mengontrol kualitasnya dengan menggunakan sistem HACCP. Selain itu, memperkuat masyarakat lokal yang tinggal di fishing village melalui
pengembangan “sixth industry” yaitu dengan peningkatan fungsi distribusi dan fasilitas pemrosesan pelabuhan perikanan. Fasilitas distribusi dan
pemrosesan di pelabuhan perikanan juga perlu menggunakan sistem HACCP tersebut sehingga kualitas kebersihan produknya terjaga dan semakin
meningkatkan nilai jual produk perikanan yang terkait.
4.4 Perkembangan Pasca Bencana Alam 2011