1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mie merupakan makanan yang digemari oleh masyarakat karena rasanya yang enak dan praktis. Mie merupakan bahan makanan yang digunakan sebagai
sumber karbohidrat pengganti nasi. Menurut Standar Nasional Indonesia SNI, mie adalah produk pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie Dewan Standarisasi Nasional, 1992.
Mie yang beredar di pasaran dikenal beberapa jenis, yaitu mie basah dan mie kering. Mie basah adalah jenis mie yang mengalami proses perebusan,
dimana kadar airnya tinggi dapat mencapai 52 , sehingga memiliki daya tahan yang singkat. Adanya air sebagai salah satu syarat media tumbuh
mikroorganisme, menjadikan mie basah relatif lebih mudah rusak dibandingkan dengan mie kering, dimana pada suhu kamar mie basah hanya bertahan selama
24-26 jam Widyaningsih Murtini, 2006. Pendeknya umur simpan pada mie basah menjadi masalah tersendiri bagi
produsen, oleh karena itu tidak sedikit produsen yang menambahkan bahan pengawet sebagai bahan tambahan makanan. Dalam pemilihan bahan tambahan
makanan, para produsen sering kali memilih bahan tambahan yang relatif lebih murah tanpa mempertimbangkan keamanan konsumen. Banyak produsen mie
basah yang menambahkan boraks sebagai pengawet ke dalam produknya yang juga bertujuan untuk memperbaiki tekstur mie basah agar menjadi lebih kenyal
Widyaningsih Murtini, 2006 Seringnya mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak
secara langsung dapat berakibat buruk, namun jika terus menerus dikonsumsi dapat menyebabkan muntah, diare, nyeri perut, eritema pada kulit dan membran
mukosa, depresi susunan saraf pusat, kejang, dan kerusakan ginjal. Ekskresi yang lambat dari boraks dapat menyebabkan akumulasi toksisitas pada penggunaan
berulang-ulang Sweetman 2009. Jika tertelan boraks 20 g pada orang dewasa dan 5 g pada anak-anak dapat menyebabkan kematian Rowe et al., 2006.
Peraturan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia No.
1168MENKESPERX1999 yang merupakan perubahan dari Peraturan Menteri Kesehatan No.722MENKESIX1988 tentang bahan tambahan makanan, telah
mengatur jenis bahan tambahan makanan yang diijinkan dan yang dilarang penggunaannya. Pada lampiran dua Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1168MENKESPERX1999 menyebutkan bahwa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah: asam borat, asam salisilat,
dietilpirokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang dibrominasi, nitrofurazon, formalin, dan kalium bromat Menteri Kesehatan RI,
1999. Dalam kaitannya dengan PERMENKES No.1168MENKESPERX1999,
masyarakat dan industri seharusnya perlu memperhatikan penggunaan bahan tambahan makanan, serta bahaya yang ditimbulkannya, khususnya pada bahan
tambahan kimia yang dilarang dan tidak disertai dengan batas maksimum penggunaan, karena secara umum bahan tambahan tersebut digolongkan ke dalam
senyawa yang berbahaya bagi kesehatan tubuh Cahyadi, W. 2006. Pada tahun 2002, masyarakat dikejutkan oleh adanya penelitian dari Badan
Pengawasan Obat dan Makanan yang menemukan adanya kandungan bahan tambahan berbahaya seperti boraks dalam bahan makanan seperti bakso, mie
basah, empek-empek, lontong dan ikan asin yang beredar di pasar. Di Kota Palembang Sumatera Selatan, sebuah penelitian menunjukkan bahwa dari
sejumlah sampel yang diteliti, persentase sampel yang mengandung boraks adalah mie basah sebanyak 72, bakso sebanyak 70 dan empek-empek sebanyak 35.
Hal ini diperkuat dengan terjadinya kasus keracunan boraks yang terjadi di Kota Palembang yang berasal dari makanan. Dilaporkan 5 orang meninggal dunia dan
56 orang terpaksa dirawat di rumah sakit Tumbel, 2010. Berdasarkan survei di daerah Jabotabek terhadap industri mie basah pada
tahun 2005, memperlihatkan seluruh industri tersebut menggunakan bahan tambahan ilegal formalin atau boraks. Perinciannya adalah sebanyak 12 industri
70,59 menggunakan formalin sekaligus boraks, 4 industri 23,53 menggunakan boraks saja, dan hanya 1 industri 5,88 yang menggunakan
formalin saja Gracecia, 2005.
Mengingat banyaknya penyalahgunaan yang terjadi, maka diperlukan usaha-usaha untuk meneliti mie basah yang aman untuk dikonsumsi oleh
masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan uji identifikasi senyawa boraks pada mie basah, khususnya di Pasar Baru, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
1.2 Rumusan Masalah