EKSISTENSI TARI MONCAK PADA MASYARAKAT TAPANULI SELATAN.
EKSISTENSI TARI MONCAK PADA MASYARAKAT
TAPANULI SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
INA REFIDA DAULAY
NIM. 2113340023
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
ABSTRAK
INA REFIDA DAULAY, NIM 2113340023. Eksistensi Tari Moncak Pada
Masyarakat Tapanuli Selatan. Jurusan Sendratasik Program Studi
Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini merupakan kajian mengenai Eksitensi Tari Moncak pada
Masyarakat Tapanuli Selatan. Tujuan pnelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
Eksitensi Tari Moncak pada Masyarakat Tapanuli Selatan.
Dalam pembahasan penulisan ini, digunakan teori-teori yang berhubungan dengan
topik penulisan, seperti pengertian Tari Moncak, sejarah Tari Moncak, dan teori
eksistensi.
Metode yang digunakan untuk membahas ekistensi Tari Moncak pada Masyarakat
Tapanuli Selatan adalah metode deskriptif kualitatif. Populasi pada penelitian ini
sekaligus menjadi sampel penelitian yaitu tokoh adat, seniman dan penari. Teknik
pengumpulan data meliputi studi kepustakaan, wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Berdasarkan hasil Penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Tari
Moncak pada Masyarakat Tapanuli Selatan merupakan kronologis dari sebuah
pristiwa seseorang yang bernama Siraja Lottung yang bertarung dengan babiat
(harimau). Sejauh ini, belum diketahui pasti pada abad berapa Moncak ini mulai
ada di Tapanuli Selatan, belum dapat ditemukan catatan-catatan tentang awal
mula kehadiran Moncak di Tapanuli Selatan. Akan tetapi para orang tua atau
seniman tokoh masyarakat Tapanuli Selatan mengatakan Moncak sudah ada
sebelum Islam masuk kedaerah Tapanuli Selatan yaitu pada abad ± 800 tahun.
Dan pada ± 1960 tahun samapai dengan ±1980 tahun Moncak dihadirkan sebagai
sarana hiburan dan diperkenalkan kepada masyarakat Tapanuli Selatan. Pada
pertarungan ini lawan dari Pamoncak (pemain Moncak) bukan lagi bertarung
dengan babiat (harimau) tetapi bertarung dengan manuasia yaitu sesama pemain
Moncak. setelah perkembangan zaman Moncak dihadirkan menjadi tari yaitu Tari
Moncak yang memiliki alur cerita dan iringan musik, dimana Masyarakat
Tapanuli Selatan sendiri tidak mengetahui siapa yang menggarap Moncak ini
menjadi Tari Moncak dan pada tahun berapa Moncak dihadikan menjadi Tari
Moncak. Acara tari Moncak ini sering dipergelarkan sebagai sarana hiburan rakyat
ditanah lapang sebuah desa pada hari raya Idul Fitri. Pergelaran ini dilakukan pada
sore hari dihari pertama Idul Fitri setiap hari hingga sekitar sepekan lamanya. Ada
beberapa orang pemuda yang sering-sering disebut dengan pamoncak (seorang
yang mahir atau hobbi sebagai ahli Moncak).
Kata kunci : Eksistensi Tari Moncak
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan. Kehadirat Allah SWT yang senantiasa
menganugerahkan nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan menjadikannya dalam bentuk Skripsi.
Namun demikian, penulis tetap berupaya semaksimal mungkin untuk
dapat menyelesaikan penulisan ini dengan judul “Eksisteni Tari Moncak Pada
Masyarakat Tapanuli Selatan”. Terselesaikannya penulisan ini adalah berkat
dukungan serta bantuan dari semua pihak yang membantu penulis baik dari awal
penulisan sampai pada akhir penulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik.
4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Tari dan
Dosen Pembimbing sekaligus Penguji.
5. Drs. Inggit Prastiawan, M.Sn selaku Dosen Pebimbing Skripsi I Dra.
Dilinar Adlin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
6. Irwansyah, M.Sn selaku Penguji.
7. Dosen Staf Pengajar khususnya Program Studi Pendidikan Tari yang telah
banyak
memberikan
perkuliahan.
pengetahuan
kepada
penulis
selama
proses
8. Teristimewa Penulis ucapkan terimakasih kepada orang tua Ayahanda
Muhammad Syarif Daulay serta Ibunda Zuraida Hasibuan yang telah
memberikan kasih sayang, serta dukungan baik serta moral maupun
materil, motivasi dan doa. Serta kepada abang Jefri dan Leman beserta
kakak Fitriyani Daulay, Pratiwi Daulay, Hartati Daulay, dan adik Hotimah
Putri Daulay yang telah memberikan semangat dan doa yang tiada
hentinya.
9. Hilman Sukri Lubis yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi
ini dan memberikan motivasi serta doa yang tiada hentinya.
10. Kepada keluarga besar Burhan Simatupang yang telah memberikan
penulis fasilitas penginapan dan transportasi selama penulis meneliti di
Kelurahan Sitinjak Kabupaten Tapanuli Selatan.
11. Adam Simatupang, Parenta Siregar, Sultan Rambe sebagai Narasumber
yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis untuk
menyelesaikan Skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat penulis Dila Nurmalita, Afriana Nasution, Mandayarni,
Ike Wilda Yusni, Novinta Sari yang telah memberikan motivasi, bantuan
moral kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Semoga Skripsi ini berguna bagi kita semua.
Medan, 6 Januari 2016
Penulis,
Ina Refida Daulay
NIM. 2113340023
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PEGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Indentifikasi Masalah ........................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
E. Tujuan penelitian ............................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL ............ 11
A. Landasan Teori .................................................................................. 11
1. Pengertian Tari ............................................................................ 12
2. Pengertian Tari Moncak ............................................................. 13
3. Pengertian Sejarah ....................................................................... 14
4. Teori Eksistensi ........................................................................... 15
5. Teori Penyajian ........................................................................... 17
B. Kerangka Konseptual ........................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 20
A. Metode Penelitian.............................................................................. 20
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 21
1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 21
2. Waktu Penelitian ........................................................................... 21
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 22
1. Populasi ......................................................................................... 22
2. Sampel ........................................................................................... 22
D. Teknik pengumpulan Data ................................................................ 23
1. Observasi ..................................................................................... 23
2. Wawancara .................................................................................. 24
3. Dokumentasi ............................................................................... 24
4. Studi Pustaka ............................................................................... 25
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 29
A. Gambaran Umun ............................................................................... 29
1. Lokasi dan keadaan Geografis .................................................... 29
2. Sistem Religi ............................................................................... 31
3. Sistem Kekerabatan ..................................................................... 32
4. Upacara adat Masyarakat Tapanuli Selatan ................................ 35
5. Kesenian dalam Upacara adat Masyarakat Tapanuli Selatan .....
B. Sejarah Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli Selatan .................
C. Eksistensi Tari Moncak Pada Masyarakat tapanuli Selatan ..............
D. Bentuk Penyajian Tari Moncak ........................................................
1. Tema............................................................................................
2. Gerak ...........................................................................................
3. Musik Pengiring Tari ..................................................................
4. Kostum atau Busana ....................................................................
5. Tata Rias......................................................................................
6. Pola Lantai ..................................................................................
7. Properti ........................................................................................
BAB V PENUTUP .............................................................................................
1. Kesimpulan .................................................................................
2. Saran ............................................................................................
36
37
39
41
41
42
57
58
58
59
61
63
63
64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66
LAMPIRAN ....................................................................................................... 68
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah presentase agama di Kelurahan Sitinjak ................................. 31
Tabel 4.2 Denskrip gerak Tari Moncak............................................................... 49
Tabel 4.3 Denskrip Wawancara Narasumber...................................................... 72
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Tapanuli Selatan .................................................... 29
Gambar 4.2 Benteng Penjagaan .......................................................................... 43
Gambar 4.3 Motif Gerak Pembuka ..................................................................... 44
Gambar 4.4 Ragam Gerak Isi .............................................................................. 44
Gambar 4.5 Motif Gerak Isi ................................................................................ 45
Gambar 4.6 Motif Gerak Isi ................................................................................ 45
Gambar 4.7 Motif Gerak Isi ................................................................................ 46
Gambar 4.8 Motif Gerak Penutup ....................................................................... 46
Gambar 4.9 Motif Gerak Penutup ....................................................................... 47
Gambar 4.10 Kostum atau Busana ..................................................................... 58
Gambar 4.11 Pola Lantai I .................................................................................. 59
Gambar 4.12 Pola Lantai II ................................................................................ 60
Gambar 4.13 Pola Lantai III................................................................................ 60
Gambar 4.14 Pola Lantai IV ............................................................................... 61
Gambar 4.15 Podang (pedang) ........................................................................... 61
Gambar 4.16 Tombak ......................................................................................... 62
Gambar 4.17 Gordang Sambilan ......................................................................... 69
Gambar 4.18 Suling ............................................................................................ 70
Gambar 4.19 Ogung ........................................................................................... 71
Gambar 4.20 Tali Sasayat .................................................................................. 71
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara
Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku
yang berada di daerah Sumatera Utara ada 8 etnis yaitu: Mandailing, Melayu,
Tapanuli Tengah, Pak-pak Dairi, Batak Simalungun, Karo, dan Batak Toba.
Dimana setiap etnis masing-masing memiliki kesenian yang bebeda, setiap etnis
tersebut memiliki masing-masing budaya tersendiri, yang mencerminkan
kebiasaan hidup masyarakat dimasing-masing suku.
Tapanuli Selatan adalah salah satu etnis yang bertempat di provinsi
Sumatera Utara. Tapanuli Selatan memiliki keadaan daerah pegunungan, dataran
rendah dan dataran tinggi. Keadaan alam yang bervariasi ini dimanfaatkan
masyarakat dan pemerintah untuk mengelola lahan pertanian, perkebunan, dan
persawahan. Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan daerah Angkola, sehingga
masyarakatnya sering dikatakan sebagai Masyarakat Angkola. Berbeda dengan
daerah Sepirok, Padang Lawas, dan Mandailing Natal. Tapanuli Selatan juga
mempunyai berbagai macam kesenian dan upacara adat. Kesenian dan upacara
yang beragam ini merupakan warisan dari leluhur masyarakat Tapanuli Selatan
yang diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi dan masih
dilaksanakan sampai sekarang.
Menurut Koentjaraningrat (2004:1) dalam arti yang sempit kebudayaan
adalah kesenian, sebaliknya dalam arti yang sangat luas kebudayaan yaitu seluruh
total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada
nalurinnya, karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses
belajar. Karena demikian luasnya, maka guna keperluan analisa konsep
kebudayaan itu perlu dipecah lagi ke dalam unsur-unsurnya. Unsur-unsur terbesar
terjadi karena pecahan terhadap tahap pertama disebut “unsur-unsur kebudayaan
yang meliputi: kesenian, ilmu pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adatistiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota
masyarakat. Kesenian sebagai salah satu unsur-unsur kebudayaan merupakan
tiang yang menopang keberadaan masyarakat dalam berbagai upacara yang
terdapat di tengah-tengah masyarakat. Kesenian tersebut terbagi atas seni musik,
seni rupa, seni tari, seni sastra dan lain sebagainya.
Kesenian merupakan ekspresi dan kreativitas dari manusia yang
dituangkan melalui gerak, bunyi, gambar, atau sesuatu yang dapat digunakan oleh
manusia itu sendiri. Kesenian juga merupakan warisan yang tidak boleh
dilupakan, melainkan harus dikembangkan karena dapat menjadi ciri khas dari
suatu daerah tersebut. Kesenian bisa digunakan dalam ritual, upacara adat,
hiburan, dan pertunjukan sehingga keseniaan itu sendiri tidak lepas dari aktivitas
masyarakat.
Tari pada masyarakat Tapanuli Selatan dapat dibagi dalam tiga bentuk
yaitu Moncak, Tortor, Sarama. Tari Mocak adalah tari yang menggambarkan
bentuk seni bela diri yang dimana pada Tari Moncak memiliki alur cerita dan
musik pengiring tari yang berfungsi sebagai penambah suasana. Totor adalah
somba do mulo ni tortor yang artinya asal mula tortor adalah sembah. Sombah
(sembah) atau persembahan ditunjukan kepada roh-roh leluhur (begu) yang
dipercayai memiliki kekuatan gaib dan pengaruh besar terhadap aspek kehidupan
masyarakat Tapanuli Selatan. Sedangkan Sarama adalah sebuah tarian, pengertian
kata “babiat” adalah harimau, Sarama babiat adalah sebuah tarian ritual yang
dilakukan sibaso untuk menghormati harimau yang telah mati dibunuh. Karena
menurut kepercayaan masyarakat Tapanuli Selatan hariamau adalah binatang
yang disucikan. Dari beberapa kesenian yang terdapat pada masyarakat Tapanuli
Selatan maka penulis sangat tertarik dengan Tari Moncak. Secara umum Moncak
menggambarkan seni bela diri. Seni bela diri dan tari merupakan satu ekspresi
yang berkaitan dan saling mengisi, karena keduanya menggunakan tubuh manusia
sebagai materi pokok dan mengandung unsur gerak dari seluruh tubuh yang
harmonis.
Observasi awal yang dilakukan dan sesuai dengan informasi peneliti
didapat dari Adam Simatupang (wawancara 11 Mei 2015) yang mengatakan
bahwa Moncak sudah ada sebelum Islam masuk ke Tapanuli Selatan ± 800 tahun.
Dahulunya Moncak adalah seni bela diri yang dimainkan oleh seorang datuk atau
dukun yang sangat hebat dan ditakuti oleh masyarakat Tapanuli Selatan yang
sering dipanggil dengan sebutan Siraja Lottung sering sekali bertarung dengan
seekor binatang yaitu babiat (harimau). Saat pamoncak atau bermain Moncak
dilakukan, dari satu desa kedesa seberang pasti mengetahuinya, ini dikarenakan
pertarungan yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Tapanuli Selatan.
Pertarungan pamoncak ini dilakukan diperbatasan sawah atau yang sering disebut
dengan beteng sawah.
Dan penulis juga mendapat informasi dari penari Moncak bernama
(Parenta Siregar wawancara 13 Mei 2015) yang mengatakan bahwa Moncak
adalah seni bela diri yang dahulunya seorang datuk atau dukun bernama Sirajja
Lottung yang melawan
dengan menundukkan atau menaklukkan babiat
(harimau). Pertarungan Moncak bisa dilakukan selama setengah hari atau kurang
lebih 12 jam. Ini dikarenakan kekuatan ilmu dan jurus yang sama-sama hebat.
Karena Sirajja Lottung dan babiat (harimau) sama-sama hebat akan kekuatan
jurus mereka, Siraja Lottung mempelajari gerakan-gerakan yang dilakukan oleh
babiat (harimau). Dari sinilah adanya jurus babaiat (harimau). Karena dikampung
tersebut banyak binatang-binatang buas dan alam gaib yang sering mengganggu
perkampungan tersebut. Siraja Lottung memutuskan untuk memberi jurus-jurus
tersebut kepada sembilan temannya tersebut yaitu Sinaga, Situmorang,
Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonga, Siregar, Sihombing, Simamora
dan mereka pun dinamakan pamoncak. Karena tersohor akan kehebatan Siraja
Lottung dan kesembilan temannya, seorang raja pun melindungi dirinya dengan
pamoncak (pemain bela diri) yang disebut algojo, ulu-balu (ajudan raja). Ulu balu
(ajudan raja) bertugas melindungi raja dari binatang buas, alam gaib dan para
penjahat.
Menurut salah satu narasumber (Parenta Siregar wawancara 13 Mei 2015)
mengatakan Pada ± 1960 tahun samapai ± 1980 tahun Moncak dihadirkan kembali
menjadi seni bela diri. Pamoncak (pemain Moncak) adalah nama pemain seni bela
diri yang dipanggil oleh masyarakat Tapanuli Selatan. Akan tetapi pamoncak
(pemain Moncak) ini tidak lagi bertarung dengan harimau tetapi pamoncak
(pemain Moncak) bertarung dengan manusia atau sesama pemain Moncak itu
sendiri. Pertarungan ini biasanya berlangsung selama setengah hari atau ± 12 jam,
pertarungan Moncak dilakukan diperbatasan sawah atau masyarakat Tapanuli
Selatan menyebutnya dengan perbentengan sawah. Acara Moncak ini biasanya
dipertunjukkan pada saat hari-hari besar seperti hari raya Idul Fitri, ini
dikarenakan pemerintah setempat selalu mengadakan silahturahmi kepada
masyarakat Tapanuli Selatan pada hari raya Idul Fitri sehingga Moncak adalah
salah satu hiburan dari acara tersebut.
Setelah perkembangan zaman Moncak dihadirkan menjadi tari yaitu Tari
Moncak. Tari yang gerakannya disusun menjadi gerak tari yang dimana tari
tersebut mempunyai alur cerita dan Pamoncak (pemain Moncak) tersebut tidak
lagi melawan harimau tetapi manusia yang diibaratkan dengan babiat (harimau).
Akan tetapi para seniman, tokoh masyarakat, masyarakat Tapanuli Selatan tidak
mengetahui kapan perubahan ini terjadi dan pada tahun berapa Moncak menjadi
Tari Moncak yang memiliki iringan musik dan alur cerita, masyarakat Tapanuli
Selatan juga tidak mengetahui siapa tokoh yang menggarap Moncak menjadi tari
yang memiliki alur cerita tersebut. Masyarakat Tapanuli Selatan menyebut
Moncak adalah seni tari yang menggambarkan bentuk bela diri. Tortor dan
Moncak adalah salah satu adat upacara masyarakat Tapanuli Selatan, tetapi tortor
dan Moncak sangatlah berbeda, ini dapat dilihat proses manortor , tortor tidak
bisa sembarang ditarikan, harus ditarikan sesuai dengan urutan yang ada seperti
disaat upcara pernikahan yang manortor (menari) adalah pihak dari keluarga yang
manortor (menari) terlebih dahulu, lalu muda mudi sesuai dengan urutan marga
dan yang terakhir pengantin yang manortor (menari) dan musik tortor yang
digunakan berbeda dengan Moncak, tortor mempunyai lagu-lagu yang berisi
nasehat sedangkan di Moncak tidak memiliki lagu hanya musik saja. Masyarakat
Tapanuli Selatan mengatakan Tortor manjalaki dongan sedangkon Moncak
manjalaki musuh yang artinya tortor mencari kawan sedangkan Moncak mencari
musuh.
Pada awal gerak Tari Moncak diawali dengan gerak sombah, ini
bermaksud untuk menghormati para penonton yang disekitarnya dan juga diakhiri
dengan gerak sombah. Gerakan Tari Moncak adalah gerakan yang memiliki jurusjurus yang sangat gesit ini terlihat pada gerak-gerak yang tajam akan mengecoh
lawannya. Podang atau yang disebut dengan pedang merupakan properti yang
biasanya digunakan dalam tari Moncak. Ulu balu (ajudan raja) melindungi raja
dengan menggunakan senjata podang sakti (pedang sakti).
Penyajian tari Moncak pada umumnya ditarikan lebih dari empat orang,
dikarenakan dalam tari Moncak mempunyai alaur cerita dimana penari Moncak
memiliki tugas yaitu sebagai benteng penjaga raja, pembersih jalan, dan melawan
musuh, maka dari itu diharuskan penari lebih dari empat dan tidak boleh ganjil
harus genap dikarenakan masyarakat Tapanuli Selatan mempercayai bahwa awal
dari genap adalah hal yang baik. Tari Moncak ditarikan dengan memakai busana
silat Tapanuli Selatan bewarna hitam yang mengibaratkan tanah hitam yang subur.
Melihat tari ini berkembang dari tujuannya , penulis tertarik untuk meneliti tarian
ini dengan judul “EKSISTENSI TARI MONCAK PADA MASYARAKAT
TAPANULI SELATAN”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, penulis melakukan
identifikasi masalah tersebut. Indentifikasi ini penting dilakukan agar penulis
mempunyai acuan, masalah mana yang penting untuk dicari pemecahannya atau
jawabannya, yang bertujuan agar terarahnya masalah yang dibahas. Sugiono
(2008:52) menyatakan bahwa “setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu
berangkat dari masalah, walaupun diakui memilih masalah dalam penelitian
sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian”. Dengan
demikian, identifikasi masalah sangat mendukung dalam suatu penelitian.
Dari
uraian
di
atas
maka
permasalahan
penelitian
ini
dapat
diidentifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Bagaimana asal-usul Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli Selatan?
2. Bagaimana makna simbol Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli
Selatan?
3. Bagaimana fungsi Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli Selatan?
4. Bagaimana bentuk penyajian Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli
Selatan?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, ternyata banyak faktor yang dapat
diteliti lebih lanjut dalam permasalahan ini maka arah penelitian harus dibatasi.
Hal ini dilakukan agar dalam proses penelitian dan penganalisaan data nantinya
pembahasan ini tidak akan meluas dan melebar sehingga penelitian lebih terarah.
Untuk itu, berdasarkan identifikasi masalah-masalah di atas maka pembatasan
masalah dalam penelitian ini berhubungan dengan eksistensi tari tersebut adalah :
1. Bagaimana asal usul Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli Selatan di
Kelurahan Sitinjak?
2. Bagaimana bentuk penyajian Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli
Selatan di Kelurahan Sitinjak
D. Rumusan Masalah
Hani Halifuddin (2012:115) “Inti dari rumusan masalah adalah suatu yang
belum terjawab, sehingga perlu diadakan sebuah penelitian, baik penelitian
lapangan maupun penelitian kepustakaan”. Rumusan masalah menjadi objek
utama penelitian dalam skripsi, karena rumusan masalah sebagai gambaran awal
yang akan dibahas dalam skripsi, sehingga pembahasan dalam skripsi lebih
terarah, dan membuat skripsi memiliki keteraturan yang baik, hal ini sesuai
dengan pendapat Hani Halifuddin (2012:111:112) “Rumusan masalah berisi
uraian pertanyaan penelitian yang harus dicari jawabannya melalui proses
penelitian dalam skripsi. Atas dasar itulah bila anda salah dalam menentukan
rumusan masalah, maka pembahasan berikutnya juga akan salah.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang
masalah, identifikasi masalah serta pembatasan masalah, adapun rumusan maslah
sebagai berikut. “Bagaimana asala usul dan bentuk penyajian Tari Moncak pada
masyarakat Tapanuli Selatan”.
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian selalu berorientasi pada tujuan. Tanpa tujuan yang jelas,
maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidak terfokus, karena tidak tahu apa
yang akan dilakukan apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Tujuan
penelitian menjadi kerangka yang selalu dirumuskan untuk mendapatkan
gamabaran yang jelas tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan peneliti harus
benar-benar mengacu pada rumusan masalah penelitian. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan asal usul Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli
Selatan di Kelurahan Sitinjak.
2. Mendeskrifsikan bentuk penyajian Tari Moncak pada masyarakat
Tapanuli Selatan di Kelurahan Sitinjak.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan dapat mengisi kebutuhan segala komponen
masyarakat baik instansi terkait, lembaga-lembaga kesenian maupun praktisi
kesenian. Sebuah penelitian diharapkan dapat menanamkan kesadaran, dan
membangkitkan keinginan pada generasi muda. Pada penelitian ini, peneliti
mencakup kegunaan pengembangan ilmu dan manfaat, yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi penulis dalam menembah pengetahuan dan
wawasan mengenai Tari Moncak pada masyarkat Tapanuli Selatan.
2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas mengenai Tari Moncak,
khususnya masyarakat Tapanuli Selatan.
3. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya pembaca yang
menekuni bidang seni.
4. Sebagai salah satu bahan masukan di Jurusan Sendratasik khususnya
Program Studi Pendidikan Seni Tari, Universitas Negeri Medan.
5. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi penelitipeneliti lainnya yang hendak meneliti kesenian ini lebih lanjut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari semua yang sudah diteliti di lapangan dan berdasarkan uraian yang
sudah dijelaskan mulai dari latar belakang sampai pembahasan, maka penulis
dapat memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada awalnya Moncak adalah ilmu bela diri yang dimainkan oleh
Siraja Lottung yang sering sekali bertarung dengan seekor binatang
yaitu babiat (harimau). Saat pamoncak atau bermain Moncak
dilakukan, dari satu desa kedesa seberang pasti mengetahuinya, ini
dikarenakan
pertarungan
yang
sangat
ditunggu-tunggu
oleh
masyarakat Tapanuli Selatan. Pertarungan pamoncak ini dilakukan
diperbatasan sawah atau yang sering disebut dengan beteng sawah.
2. Pada ± 1960 tahuan samapai dengan ± 1980 tahun Moncak dihadirkan
kembali menjadi seni bela diri. Pamoncak (pemain Moncak) adalah
nama pemain seni bela diri yang dipanggil oleh masyarakat Tapanuli
Selatan. Akan tetapi pamoncak (pemain Moncak) ini tidak lagi
bertarung dengan harimau tetapi pamoncak (pemain Moncak)
bertarung dengan manusia atau sesama pemain Moncak itu sendiri.
3. Tari moncak biasanya disajikan pada saat prosesi upacara horja
(pesta), penyambutan tamu kehormatan seperti pada saat hari raya Idul
Fitri dimana di Kecamatan Sitinjak mengadakan silahturahmi
pemerintah setempat kepada masyarakat dan untuk penyambutan tamu
kehormatan menggunakan Tari Moncak.
4. Penyajian tari Moncak pada umumnya ditarikan lebih dari empat
orang, dikarenakan dalam tari Moncak mempunyai alaur cerita dimana
penari Moncak memiliki tugas yaitu sebagai benteng penjaga raja,
pembersih jalan, dan melawan musuh, maka dari itu diharuskan penari
lebih dari empat dan tidak boleh ganjil harus genap dikarenakan
masyarakat Tapanuli Selatan mempercayai bahwa awal dari genap
adalah hal yang baik.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai Eksistensi tari Moncak pada
masyarakat Tapanuli Selatan, maka muncullah beberapa saran sebagai upaya
pengembangan kesenian tari Moncak pada masyarakat Tapanuli Selatan sebagai
berikut:
1. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini, masyarakat Tapanuli
Selatan agar dapat menjaga, mengembangkan serta melestarikan
tarian-tarian yang berada pada masyarakat Tapanuli Selatan sehingga
terhindar dari kepunahan dan eksis khususnya di Kabupaten Tapanuli
Selatan.
2. Penulis juga berharap kepada masyarakat Tapanuli Selatan khususnya
kepada pemerintah daerah agar senantiasa memperkenalkan berbagai
bentuk kesenian khususnya seni tari kepada masyarakat luas baik di
dalam maupun di luar daerah Tapanuli Selatan. Dengan demikian
keberadaan bentuk kesenian tersebut akan lebih dikenal dan diapresiasi
oleh berbagai kalangan.
3. Kepada seluruh lapisan masyarakat Tapanuli Selatan agar dapat lebih
meningkatkan kepedulian terhadap bentuk kesenian daerah, dengan
demikian berarti telah membantu menjaga dan melestarikannya
sehingga menyelamatkan anak cucu kita dari pengaruh budaya luar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Batomi, Suwaji.1986. Kebudayaan Apresiasi Seni Pendidikan Seni. Semarang :
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang
Kartika, Chika. 2014. Dalam “skripsi”, Tari Sarama Babiat Tinjauan Terhadap
Bentuk. Medan : Jurusan Sendratasi, FBS Universitas Negeri Medan.
Koentjaraningrat.2000. Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta : Rineka Cipta.
Mardiana, Alita. 2012. Dalam “skripsi”, Maknadan Simbol Taktak ghara pada
Masyarakat Pakpak Bharat. Medan : Jurusan Sendratasik, FBS
Universitas Negeri Medan
Nurwani. 2007. Dalam “diktat”,Pengetahuan Seni Tari. Jurusan Sendratasik
fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Poerwadarminta, WJS.1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai
Pustaka
Rahmadani, Nur. 2013. Dalam “skripsi”, Tari Mendulang Emas Pada
Masyarakat Tapanuli Selatan. Medan : Jurusan Sendratasik, FBS
Universitas Negeri Medan
RHD.Nugrahaningsih dan Yusnizar Heniwati, 2012.Tari Identitas dan Resistensi,
Medan : Universitas Negeri Medan
RHD.Nugrahaningsih dan Dilinar Adlin Nasution, 2014.Tortor Mandailing dan
Pengembangannya, Medan : Universitas Negeri Medan
Sugiono, 2008.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Supriyanto, Henry. 1980. Pengantar Studi Teater Untuk Sekolah Menengah Atas.
Malang : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Surakhmad, Winano. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito
Wahyuningsih, Sri. 2007. Bentuk Penyajian Paket Padat di Sanggar Tari Prigel
kabupaten Purworejo.Semarang : Universitas Negeri Semarang
Warhana, Wisnu. 1990. Pendidikan Seni Tari Buku Guru Sekolah Menengah
atas.Jakarta : Departemen pendidikan dan kebudayaan.
Wiersema, Wiliam, 1986. “Research Methods in Education; An Intrduction”.
London : Forth Edition
http://silatindonesia.com/2011/02/ibing-penca-danbeladiri-pencak-silat
(http://neoinformasi.blogspot.com/2014/06/seni-budaya-mandailing.htm)
(http://kelaskaryawanblitar.sepakbola.biz/b.php?_b=infop2k&id=124128#Kesenian_Tra
disiona
http://www.kabarindonesia.com
(http://neoinformasi.blogspot.com/2014/06/seni-budaya-mandailing.htm
TAPANULI SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
INA REFIDA DAULAY
NIM. 2113340023
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
ABSTRAK
INA REFIDA DAULAY, NIM 2113340023. Eksistensi Tari Moncak Pada
Masyarakat Tapanuli Selatan. Jurusan Sendratasik Program Studi
Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini merupakan kajian mengenai Eksitensi Tari Moncak pada
Masyarakat Tapanuli Selatan. Tujuan pnelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
Eksitensi Tari Moncak pada Masyarakat Tapanuli Selatan.
Dalam pembahasan penulisan ini, digunakan teori-teori yang berhubungan dengan
topik penulisan, seperti pengertian Tari Moncak, sejarah Tari Moncak, dan teori
eksistensi.
Metode yang digunakan untuk membahas ekistensi Tari Moncak pada Masyarakat
Tapanuli Selatan adalah metode deskriptif kualitatif. Populasi pada penelitian ini
sekaligus menjadi sampel penelitian yaitu tokoh adat, seniman dan penari. Teknik
pengumpulan data meliputi studi kepustakaan, wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Berdasarkan hasil Penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Tari
Moncak pada Masyarakat Tapanuli Selatan merupakan kronologis dari sebuah
pristiwa seseorang yang bernama Siraja Lottung yang bertarung dengan babiat
(harimau). Sejauh ini, belum diketahui pasti pada abad berapa Moncak ini mulai
ada di Tapanuli Selatan, belum dapat ditemukan catatan-catatan tentang awal
mula kehadiran Moncak di Tapanuli Selatan. Akan tetapi para orang tua atau
seniman tokoh masyarakat Tapanuli Selatan mengatakan Moncak sudah ada
sebelum Islam masuk kedaerah Tapanuli Selatan yaitu pada abad ± 800 tahun.
Dan pada ± 1960 tahun samapai dengan ±1980 tahun Moncak dihadirkan sebagai
sarana hiburan dan diperkenalkan kepada masyarakat Tapanuli Selatan. Pada
pertarungan ini lawan dari Pamoncak (pemain Moncak) bukan lagi bertarung
dengan babiat (harimau) tetapi bertarung dengan manuasia yaitu sesama pemain
Moncak. setelah perkembangan zaman Moncak dihadirkan menjadi tari yaitu Tari
Moncak yang memiliki alur cerita dan iringan musik, dimana Masyarakat
Tapanuli Selatan sendiri tidak mengetahui siapa yang menggarap Moncak ini
menjadi Tari Moncak dan pada tahun berapa Moncak dihadikan menjadi Tari
Moncak. Acara tari Moncak ini sering dipergelarkan sebagai sarana hiburan rakyat
ditanah lapang sebuah desa pada hari raya Idul Fitri. Pergelaran ini dilakukan pada
sore hari dihari pertama Idul Fitri setiap hari hingga sekitar sepekan lamanya. Ada
beberapa orang pemuda yang sering-sering disebut dengan pamoncak (seorang
yang mahir atau hobbi sebagai ahli Moncak).
Kata kunci : Eksistensi Tari Moncak
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan. Kehadirat Allah SWT yang senantiasa
menganugerahkan nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan menjadikannya dalam bentuk Skripsi.
Namun demikian, penulis tetap berupaya semaksimal mungkin untuk
dapat menyelesaikan penulisan ini dengan judul “Eksisteni Tari Moncak Pada
Masyarakat Tapanuli Selatan”. Terselesaikannya penulisan ini adalah berkat
dukungan serta bantuan dari semua pihak yang membantu penulis baik dari awal
penulisan sampai pada akhir penulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik.
4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Tari dan
Dosen Pembimbing sekaligus Penguji.
5. Drs. Inggit Prastiawan, M.Sn selaku Dosen Pebimbing Skripsi I Dra.
Dilinar Adlin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
6. Irwansyah, M.Sn selaku Penguji.
7. Dosen Staf Pengajar khususnya Program Studi Pendidikan Tari yang telah
banyak
memberikan
perkuliahan.
pengetahuan
kepada
penulis
selama
proses
8. Teristimewa Penulis ucapkan terimakasih kepada orang tua Ayahanda
Muhammad Syarif Daulay serta Ibunda Zuraida Hasibuan yang telah
memberikan kasih sayang, serta dukungan baik serta moral maupun
materil, motivasi dan doa. Serta kepada abang Jefri dan Leman beserta
kakak Fitriyani Daulay, Pratiwi Daulay, Hartati Daulay, dan adik Hotimah
Putri Daulay yang telah memberikan semangat dan doa yang tiada
hentinya.
9. Hilman Sukri Lubis yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi
ini dan memberikan motivasi serta doa yang tiada hentinya.
10. Kepada keluarga besar Burhan Simatupang yang telah memberikan
penulis fasilitas penginapan dan transportasi selama penulis meneliti di
Kelurahan Sitinjak Kabupaten Tapanuli Selatan.
11. Adam Simatupang, Parenta Siregar, Sultan Rambe sebagai Narasumber
yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis untuk
menyelesaikan Skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat penulis Dila Nurmalita, Afriana Nasution, Mandayarni,
Ike Wilda Yusni, Novinta Sari yang telah memberikan motivasi, bantuan
moral kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Semoga Skripsi ini berguna bagi kita semua.
Medan, 6 Januari 2016
Penulis,
Ina Refida Daulay
NIM. 2113340023
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PEGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Indentifikasi Masalah ........................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
E. Tujuan penelitian ............................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL ............ 11
A. Landasan Teori .................................................................................. 11
1. Pengertian Tari ............................................................................ 12
2. Pengertian Tari Moncak ............................................................. 13
3. Pengertian Sejarah ....................................................................... 14
4. Teori Eksistensi ........................................................................... 15
5. Teori Penyajian ........................................................................... 17
B. Kerangka Konseptual ........................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 20
A. Metode Penelitian.............................................................................. 20
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 21
1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 21
2. Waktu Penelitian ........................................................................... 21
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 22
1. Populasi ......................................................................................... 22
2. Sampel ........................................................................................... 22
D. Teknik pengumpulan Data ................................................................ 23
1. Observasi ..................................................................................... 23
2. Wawancara .................................................................................. 24
3. Dokumentasi ............................................................................... 24
4. Studi Pustaka ............................................................................... 25
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 29
A. Gambaran Umun ............................................................................... 29
1. Lokasi dan keadaan Geografis .................................................... 29
2. Sistem Religi ............................................................................... 31
3. Sistem Kekerabatan ..................................................................... 32
4. Upacara adat Masyarakat Tapanuli Selatan ................................ 35
5. Kesenian dalam Upacara adat Masyarakat Tapanuli Selatan .....
B. Sejarah Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli Selatan .................
C. Eksistensi Tari Moncak Pada Masyarakat tapanuli Selatan ..............
D. Bentuk Penyajian Tari Moncak ........................................................
1. Tema............................................................................................
2. Gerak ...........................................................................................
3. Musik Pengiring Tari ..................................................................
4. Kostum atau Busana ....................................................................
5. Tata Rias......................................................................................
6. Pola Lantai ..................................................................................
7. Properti ........................................................................................
BAB V PENUTUP .............................................................................................
1. Kesimpulan .................................................................................
2. Saran ............................................................................................
36
37
39
41
41
42
57
58
58
59
61
63
63
64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66
LAMPIRAN ....................................................................................................... 68
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah presentase agama di Kelurahan Sitinjak ................................. 31
Tabel 4.2 Denskrip gerak Tari Moncak............................................................... 49
Tabel 4.3 Denskrip Wawancara Narasumber...................................................... 72
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Tapanuli Selatan .................................................... 29
Gambar 4.2 Benteng Penjagaan .......................................................................... 43
Gambar 4.3 Motif Gerak Pembuka ..................................................................... 44
Gambar 4.4 Ragam Gerak Isi .............................................................................. 44
Gambar 4.5 Motif Gerak Isi ................................................................................ 45
Gambar 4.6 Motif Gerak Isi ................................................................................ 45
Gambar 4.7 Motif Gerak Isi ................................................................................ 46
Gambar 4.8 Motif Gerak Penutup ....................................................................... 46
Gambar 4.9 Motif Gerak Penutup ....................................................................... 47
Gambar 4.10 Kostum atau Busana ..................................................................... 58
Gambar 4.11 Pola Lantai I .................................................................................. 59
Gambar 4.12 Pola Lantai II ................................................................................ 60
Gambar 4.13 Pola Lantai III................................................................................ 60
Gambar 4.14 Pola Lantai IV ............................................................................... 61
Gambar 4.15 Podang (pedang) ........................................................................... 61
Gambar 4.16 Tombak ......................................................................................... 62
Gambar 4.17 Gordang Sambilan ......................................................................... 69
Gambar 4.18 Suling ............................................................................................ 70
Gambar 4.19 Ogung ........................................................................................... 71
Gambar 4.20 Tali Sasayat .................................................................................. 71
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara
Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku
yang berada di daerah Sumatera Utara ada 8 etnis yaitu: Mandailing, Melayu,
Tapanuli Tengah, Pak-pak Dairi, Batak Simalungun, Karo, dan Batak Toba.
Dimana setiap etnis masing-masing memiliki kesenian yang bebeda, setiap etnis
tersebut memiliki masing-masing budaya tersendiri, yang mencerminkan
kebiasaan hidup masyarakat dimasing-masing suku.
Tapanuli Selatan adalah salah satu etnis yang bertempat di provinsi
Sumatera Utara. Tapanuli Selatan memiliki keadaan daerah pegunungan, dataran
rendah dan dataran tinggi. Keadaan alam yang bervariasi ini dimanfaatkan
masyarakat dan pemerintah untuk mengelola lahan pertanian, perkebunan, dan
persawahan. Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan daerah Angkola, sehingga
masyarakatnya sering dikatakan sebagai Masyarakat Angkola. Berbeda dengan
daerah Sepirok, Padang Lawas, dan Mandailing Natal. Tapanuli Selatan juga
mempunyai berbagai macam kesenian dan upacara adat. Kesenian dan upacara
yang beragam ini merupakan warisan dari leluhur masyarakat Tapanuli Selatan
yang diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi dan masih
dilaksanakan sampai sekarang.
Menurut Koentjaraningrat (2004:1) dalam arti yang sempit kebudayaan
adalah kesenian, sebaliknya dalam arti yang sangat luas kebudayaan yaitu seluruh
total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada
nalurinnya, karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses
belajar. Karena demikian luasnya, maka guna keperluan analisa konsep
kebudayaan itu perlu dipecah lagi ke dalam unsur-unsurnya. Unsur-unsur terbesar
terjadi karena pecahan terhadap tahap pertama disebut “unsur-unsur kebudayaan
yang meliputi: kesenian, ilmu pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adatistiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota
masyarakat. Kesenian sebagai salah satu unsur-unsur kebudayaan merupakan
tiang yang menopang keberadaan masyarakat dalam berbagai upacara yang
terdapat di tengah-tengah masyarakat. Kesenian tersebut terbagi atas seni musik,
seni rupa, seni tari, seni sastra dan lain sebagainya.
Kesenian merupakan ekspresi dan kreativitas dari manusia yang
dituangkan melalui gerak, bunyi, gambar, atau sesuatu yang dapat digunakan oleh
manusia itu sendiri. Kesenian juga merupakan warisan yang tidak boleh
dilupakan, melainkan harus dikembangkan karena dapat menjadi ciri khas dari
suatu daerah tersebut. Kesenian bisa digunakan dalam ritual, upacara adat,
hiburan, dan pertunjukan sehingga keseniaan itu sendiri tidak lepas dari aktivitas
masyarakat.
Tari pada masyarakat Tapanuli Selatan dapat dibagi dalam tiga bentuk
yaitu Moncak, Tortor, Sarama. Tari Mocak adalah tari yang menggambarkan
bentuk seni bela diri yang dimana pada Tari Moncak memiliki alur cerita dan
musik pengiring tari yang berfungsi sebagai penambah suasana. Totor adalah
somba do mulo ni tortor yang artinya asal mula tortor adalah sembah. Sombah
(sembah) atau persembahan ditunjukan kepada roh-roh leluhur (begu) yang
dipercayai memiliki kekuatan gaib dan pengaruh besar terhadap aspek kehidupan
masyarakat Tapanuli Selatan. Sedangkan Sarama adalah sebuah tarian, pengertian
kata “babiat” adalah harimau, Sarama babiat adalah sebuah tarian ritual yang
dilakukan sibaso untuk menghormati harimau yang telah mati dibunuh. Karena
menurut kepercayaan masyarakat Tapanuli Selatan hariamau adalah binatang
yang disucikan. Dari beberapa kesenian yang terdapat pada masyarakat Tapanuli
Selatan maka penulis sangat tertarik dengan Tari Moncak. Secara umum Moncak
menggambarkan seni bela diri. Seni bela diri dan tari merupakan satu ekspresi
yang berkaitan dan saling mengisi, karena keduanya menggunakan tubuh manusia
sebagai materi pokok dan mengandung unsur gerak dari seluruh tubuh yang
harmonis.
Observasi awal yang dilakukan dan sesuai dengan informasi peneliti
didapat dari Adam Simatupang (wawancara 11 Mei 2015) yang mengatakan
bahwa Moncak sudah ada sebelum Islam masuk ke Tapanuli Selatan ± 800 tahun.
Dahulunya Moncak adalah seni bela diri yang dimainkan oleh seorang datuk atau
dukun yang sangat hebat dan ditakuti oleh masyarakat Tapanuli Selatan yang
sering dipanggil dengan sebutan Siraja Lottung sering sekali bertarung dengan
seekor binatang yaitu babiat (harimau). Saat pamoncak atau bermain Moncak
dilakukan, dari satu desa kedesa seberang pasti mengetahuinya, ini dikarenakan
pertarungan yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Tapanuli Selatan.
Pertarungan pamoncak ini dilakukan diperbatasan sawah atau yang sering disebut
dengan beteng sawah.
Dan penulis juga mendapat informasi dari penari Moncak bernama
(Parenta Siregar wawancara 13 Mei 2015) yang mengatakan bahwa Moncak
adalah seni bela diri yang dahulunya seorang datuk atau dukun bernama Sirajja
Lottung yang melawan
dengan menundukkan atau menaklukkan babiat
(harimau). Pertarungan Moncak bisa dilakukan selama setengah hari atau kurang
lebih 12 jam. Ini dikarenakan kekuatan ilmu dan jurus yang sama-sama hebat.
Karena Sirajja Lottung dan babiat (harimau) sama-sama hebat akan kekuatan
jurus mereka, Siraja Lottung mempelajari gerakan-gerakan yang dilakukan oleh
babiat (harimau). Dari sinilah adanya jurus babaiat (harimau). Karena dikampung
tersebut banyak binatang-binatang buas dan alam gaib yang sering mengganggu
perkampungan tersebut. Siraja Lottung memutuskan untuk memberi jurus-jurus
tersebut kepada sembilan temannya tersebut yaitu Sinaga, Situmorang,
Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonga, Siregar, Sihombing, Simamora
dan mereka pun dinamakan pamoncak. Karena tersohor akan kehebatan Siraja
Lottung dan kesembilan temannya, seorang raja pun melindungi dirinya dengan
pamoncak (pemain bela diri) yang disebut algojo, ulu-balu (ajudan raja). Ulu balu
(ajudan raja) bertugas melindungi raja dari binatang buas, alam gaib dan para
penjahat.
Menurut salah satu narasumber (Parenta Siregar wawancara 13 Mei 2015)
mengatakan Pada ± 1960 tahun samapai ± 1980 tahun Moncak dihadirkan kembali
menjadi seni bela diri. Pamoncak (pemain Moncak) adalah nama pemain seni bela
diri yang dipanggil oleh masyarakat Tapanuli Selatan. Akan tetapi pamoncak
(pemain Moncak) ini tidak lagi bertarung dengan harimau tetapi pamoncak
(pemain Moncak) bertarung dengan manusia atau sesama pemain Moncak itu
sendiri. Pertarungan ini biasanya berlangsung selama setengah hari atau ± 12 jam,
pertarungan Moncak dilakukan diperbatasan sawah atau masyarakat Tapanuli
Selatan menyebutnya dengan perbentengan sawah. Acara Moncak ini biasanya
dipertunjukkan pada saat hari-hari besar seperti hari raya Idul Fitri, ini
dikarenakan pemerintah setempat selalu mengadakan silahturahmi kepada
masyarakat Tapanuli Selatan pada hari raya Idul Fitri sehingga Moncak adalah
salah satu hiburan dari acara tersebut.
Setelah perkembangan zaman Moncak dihadirkan menjadi tari yaitu Tari
Moncak. Tari yang gerakannya disusun menjadi gerak tari yang dimana tari
tersebut mempunyai alur cerita dan Pamoncak (pemain Moncak) tersebut tidak
lagi melawan harimau tetapi manusia yang diibaratkan dengan babiat (harimau).
Akan tetapi para seniman, tokoh masyarakat, masyarakat Tapanuli Selatan tidak
mengetahui kapan perubahan ini terjadi dan pada tahun berapa Moncak menjadi
Tari Moncak yang memiliki iringan musik dan alur cerita, masyarakat Tapanuli
Selatan juga tidak mengetahui siapa tokoh yang menggarap Moncak menjadi tari
yang memiliki alur cerita tersebut. Masyarakat Tapanuli Selatan menyebut
Moncak adalah seni tari yang menggambarkan bentuk bela diri. Tortor dan
Moncak adalah salah satu adat upacara masyarakat Tapanuli Selatan, tetapi tortor
dan Moncak sangatlah berbeda, ini dapat dilihat proses manortor , tortor tidak
bisa sembarang ditarikan, harus ditarikan sesuai dengan urutan yang ada seperti
disaat upcara pernikahan yang manortor (menari) adalah pihak dari keluarga yang
manortor (menari) terlebih dahulu, lalu muda mudi sesuai dengan urutan marga
dan yang terakhir pengantin yang manortor (menari) dan musik tortor yang
digunakan berbeda dengan Moncak, tortor mempunyai lagu-lagu yang berisi
nasehat sedangkan di Moncak tidak memiliki lagu hanya musik saja. Masyarakat
Tapanuli Selatan mengatakan Tortor manjalaki dongan sedangkon Moncak
manjalaki musuh yang artinya tortor mencari kawan sedangkan Moncak mencari
musuh.
Pada awal gerak Tari Moncak diawali dengan gerak sombah, ini
bermaksud untuk menghormati para penonton yang disekitarnya dan juga diakhiri
dengan gerak sombah. Gerakan Tari Moncak adalah gerakan yang memiliki jurusjurus yang sangat gesit ini terlihat pada gerak-gerak yang tajam akan mengecoh
lawannya. Podang atau yang disebut dengan pedang merupakan properti yang
biasanya digunakan dalam tari Moncak. Ulu balu (ajudan raja) melindungi raja
dengan menggunakan senjata podang sakti (pedang sakti).
Penyajian tari Moncak pada umumnya ditarikan lebih dari empat orang,
dikarenakan dalam tari Moncak mempunyai alaur cerita dimana penari Moncak
memiliki tugas yaitu sebagai benteng penjaga raja, pembersih jalan, dan melawan
musuh, maka dari itu diharuskan penari lebih dari empat dan tidak boleh ganjil
harus genap dikarenakan masyarakat Tapanuli Selatan mempercayai bahwa awal
dari genap adalah hal yang baik. Tari Moncak ditarikan dengan memakai busana
silat Tapanuli Selatan bewarna hitam yang mengibaratkan tanah hitam yang subur.
Melihat tari ini berkembang dari tujuannya , penulis tertarik untuk meneliti tarian
ini dengan judul “EKSISTENSI TARI MONCAK PADA MASYARAKAT
TAPANULI SELATAN”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, penulis melakukan
identifikasi masalah tersebut. Indentifikasi ini penting dilakukan agar penulis
mempunyai acuan, masalah mana yang penting untuk dicari pemecahannya atau
jawabannya, yang bertujuan agar terarahnya masalah yang dibahas. Sugiono
(2008:52) menyatakan bahwa “setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu
berangkat dari masalah, walaupun diakui memilih masalah dalam penelitian
sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian”. Dengan
demikian, identifikasi masalah sangat mendukung dalam suatu penelitian.
Dari
uraian
di
atas
maka
permasalahan
penelitian
ini
dapat
diidentifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Bagaimana asal-usul Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli Selatan?
2. Bagaimana makna simbol Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli
Selatan?
3. Bagaimana fungsi Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli Selatan?
4. Bagaimana bentuk penyajian Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli
Selatan?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, ternyata banyak faktor yang dapat
diteliti lebih lanjut dalam permasalahan ini maka arah penelitian harus dibatasi.
Hal ini dilakukan agar dalam proses penelitian dan penganalisaan data nantinya
pembahasan ini tidak akan meluas dan melebar sehingga penelitian lebih terarah.
Untuk itu, berdasarkan identifikasi masalah-masalah di atas maka pembatasan
masalah dalam penelitian ini berhubungan dengan eksistensi tari tersebut adalah :
1. Bagaimana asal usul Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli Selatan di
Kelurahan Sitinjak?
2. Bagaimana bentuk penyajian Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli
Selatan di Kelurahan Sitinjak
D. Rumusan Masalah
Hani Halifuddin (2012:115) “Inti dari rumusan masalah adalah suatu yang
belum terjawab, sehingga perlu diadakan sebuah penelitian, baik penelitian
lapangan maupun penelitian kepustakaan”. Rumusan masalah menjadi objek
utama penelitian dalam skripsi, karena rumusan masalah sebagai gambaran awal
yang akan dibahas dalam skripsi, sehingga pembahasan dalam skripsi lebih
terarah, dan membuat skripsi memiliki keteraturan yang baik, hal ini sesuai
dengan pendapat Hani Halifuddin (2012:111:112) “Rumusan masalah berisi
uraian pertanyaan penelitian yang harus dicari jawabannya melalui proses
penelitian dalam skripsi. Atas dasar itulah bila anda salah dalam menentukan
rumusan masalah, maka pembahasan berikutnya juga akan salah.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang
masalah, identifikasi masalah serta pembatasan masalah, adapun rumusan maslah
sebagai berikut. “Bagaimana asala usul dan bentuk penyajian Tari Moncak pada
masyarakat Tapanuli Selatan”.
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian selalu berorientasi pada tujuan. Tanpa tujuan yang jelas,
maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidak terfokus, karena tidak tahu apa
yang akan dilakukan apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Tujuan
penelitian menjadi kerangka yang selalu dirumuskan untuk mendapatkan
gamabaran yang jelas tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan peneliti harus
benar-benar mengacu pada rumusan masalah penelitian. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan asal usul Tari Moncak pada masyarakat Tapanuli
Selatan di Kelurahan Sitinjak.
2. Mendeskrifsikan bentuk penyajian Tari Moncak pada masyarakat
Tapanuli Selatan di Kelurahan Sitinjak.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan dapat mengisi kebutuhan segala komponen
masyarakat baik instansi terkait, lembaga-lembaga kesenian maupun praktisi
kesenian. Sebuah penelitian diharapkan dapat menanamkan kesadaran, dan
membangkitkan keinginan pada generasi muda. Pada penelitian ini, peneliti
mencakup kegunaan pengembangan ilmu dan manfaat, yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi penulis dalam menembah pengetahuan dan
wawasan mengenai Tari Moncak pada masyarkat Tapanuli Selatan.
2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas mengenai Tari Moncak,
khususnya masyarakat Tapanuli Selatan.
3. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya pembaca yang
menekuni bidang seni.
4. Sebagai salah satu bahan masukan di Jurusan Sendratasik khususnya
Program Studi Pendidikan Seni Tari, Universitas Negeri Medan.
5. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi penelitipeneliti lainnya yang hendak meneliti kesenian ini lebih lanjut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari semua yang sudah diteliti di lapangan dan berdasarkan uraian yang
sudah dijelaskan mulai dari latar belakang sampai pembahasan, maka penulis
dapat memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada awalnya Moncak adalah ilmu bela diri yang dimainkan oleh
Siraja Lottung yang sering sekali bertarung dengan seekor binatang
yaitu babiat (harimau). Saat pamoncak atau bermain Moncak
dilakukan, dari satu desa kedesa seberang pasti mengetahuinya, ini
dikarenakan
pertarungan
yang
sangat
ditunggu-tunggu
oleh
masyarakat Tapanuli Selatan. Pertarungan pamoncak ini dilakukan
diperbatasan sawah atau yang sering disebut dengan beteng sawah.
2. Pada ± 1960 tahuan samapai dengan ± 1980 tahun Moncak dihadirkan
kembali menjadi seni bela diri. Pamoncak (pemain Moncak) adalah
nama pemain seni bela diri yang dipanggil oleh masyarakat Tapanuli
Selatan. Akan tetapi pamoncak (pemain Moncak) ini tidak lagi
bertarung dengan harimau tetapi pamoncak (pemain Moncak)
bertarung dengan manusia atau sesama pemain Moncak itu sendiri.
3. Tari moncak biasanya disajikan pada saat prosesi upacara horja
(pesta), penyambutan tamu kehormatan seperti pada saat hari raya Idul
Fitri dimana di Kecamatan Sitinjak mengadakan silahturahmi
pemerintah setempat kepada masyarakat dan untuk penyambutan tamu
kehormatan menggunakan Tari Moncak.
4. Penyajian tari Moncak pada umumnya ditarikan lebih dari empat
orang, dikarenakan dalam tari Moncak mempunyai alaur cerita dimana
penari Moncak memiliki tugas yaitu sebagai benteng penjaga raja,
pembersih jalan, dan melawan musuh, maka dari itu diharuskan penari
lebih dari empat dan tidak boleh ganjil harus genap dikarenakan
masyarakat Tapanuli Selatan mempercayai bahwa awal dari genap
adalah hal yang baik.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai Eksistensi tari Moncak pada
masyarakat Tapanuli Selatan, maka muncullah beberapa saran sebagai upaya
pengembangan kesenian tari Moncak pada masyarakat Tapanuli Selatan sebagai
berikut:
1. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini, masyarakat Tapanuli
Selatan agar dapat menjaga, mengembangkan serta melestarikan
tarian-tarian yang berada pada masyarakat Tapanuli Selatan sehingga
terhindar dari kepunahan dan eksis khususnya di Kabupaten Tapanuli
Selatan.
2. Penulis juga berharap kepada masyarakat Tapanuli Selatan khususnya
kepada pemerintah daerah agar senantiasa memperkenalkan berbagai
bentuk kesenian khususnya seni tari kepada masyarakat luas baik di
dalam maupun di luar daerah Tapanuli Selatan. Dengan demikian
keberadaan bentuk kesenian tersebut akan lebih dikenal dan diapresiasi
oleh berbagai kalangan.
3. Kepada seluruh lapisan masyarakat Tapanuli Selatan agar dapat lebih
meningkatkan kepedulian terhadap bentuk kesenian daerah, dengan
demikian berarti telah membantu menjaga dan melestarikannya
sehingga menyelamatkan anak cucu kita dari pengaruh budaya luar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Batomi, Suwaji.1986. Kebudayaan Apresiasi Seni Pendidikan Seni. Semarang :
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang
Kartika, Chika. 2014. Dalam “skripsi”, Tari Sarama Babiat Tinjauan Terhadap
Bentuk. Medan : Jurusan Sendratasi, FBS Universitas Negeri Medan.
Koentjaraningrat.2000. Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta : Rineka Cipta.
Mardiana, Alita. 2012. Dalam “skripsi”, Maknadan Simbol Taktak ghara pada
Masyarakat Pakpak Bharat. Medan : Jurusan Sendratasik, FBS
Universitas Negeri Medan
Nurwani. 2007. Dalam “diktat”,Pengetahuan Seni Tari. Jurusan Sendratasik
fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Poerwadarminta, WJS.1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai
Pustaka
Rahmadani, Nur. 2013. Dalam “skripsi”, Tari Mendulang Emas Pada
Masyarakat Tapanuli Selatan. Medan : Jurusan Sendratasik, FBS
Universitas Negeri Medan
RHD.Nugrahaningsih dan Yusnizar Heniwati, 2012.Tari Identitas dan Resistensi,
Medan : Universitas Negeri Medan
RHD.Nugrahaningsih dan Dilinar Adlin Nasution, 2014.Tortor Mandailing dan
Pengembangannya, Medan : Universitas Negeri Medan
Sugiono, 2008.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Supriyanto, Henry. 1980. Pengantar Studi Teater Untuk Sekolah Menengah Atas.
Malang : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Surakhmad, Winano. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito
Wahyuningsih, Sri. 2007. Bentuk Penyajian Paket Padat di Sanggar Tari Prigel
kabupaten Purworejo.Semarang : Universitas Negeri Semarang
Warhana, Wisnu. 1990. Pendidikan Seni Tari Buku Guru Sekolah Menengah
atas.Jakarta : Departemen pendidikan dan kebudayaan.
Wiersema, Wiliam, 1986. “Research Methods in Education; An Intrduction”.
London : Forth Edition
http://silatindonesia.com/2011/02/ibing-penca-danbeladiri-pencak-silat
(http://neoinformasi.blogspot.com/2014/06/seni-budaya-mandailing.htm)
(http://kelaskaryawanblitar.sepakbola.biz/b.php?_b=infop2k&id=124128#Kesenian_Tra
disiona
http://www.kabarindonesia.com
(http://neoinformasi.blogspot.com/2014/06/seni-budaya-mandailing.htm