Kinerja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah Dalam Masa Transisi Kepemimpinan (Studi Kasus: Kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung)

(1)

KINERJA PEMERINTAHAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH DALAM MASA TRANSISI KEPEMIMPINAN

(Studi Kasus: Kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung)

Disusun Oleh: Angel Nesly Tanjung

090906046

Dosen Pembimbing: Dra. Evi Novida Ginting, M. SP

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ANGEL NESLY TANJUNG (090906046)

KINERJA PEMERINTAHAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH DALAM MASA TRANSISI KEPEMIMPINAN

(Studi Kasus: Kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung)

Rincian isi skripsi: 99 Halaman, 8 Buku, 2 Jurnal, 2 Artikel, 1 Koran, 3 Undang-Undang dan 1 Situs Internet. (Kisaran Buku: 1989-2008)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana langkah kerja yang diterapkan oleh Plt. Bupati Tapanuli Tengah yakni Sukran Jamilan Tanjung, SE dalam masa transisi pemerintahan dikepemimpinannya setelah Bupati, Raja Bonaran Situmeang, SH, M.Hum diberhentikan sementara karena menjadi tersangka dugaan kasus korupsi oleh KPK dan harus mengikuti proses hukum. Apakah gaya kepemimpinan dan arah kebijakan Plt. Sukran Jamilan Tanjung bisa memaksimalkan kinerja di Kabupaten Tapanuli Tengah yang sedang mengalami transisi kepemimpinan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tekhnika pengumpulan data melalui wawancara dan relevansinya dengan teori yang digunakan. Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori kinerja, teori kepemimpinan dan teori pemerintahan dalam masa transisi.

Kesimpulan dari penelitian ini bila dilihat dari kinerja Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah dibawah kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung maka telah dapat terlihat beberapa prospek perkembangan berdasarkan fokus yang beliau canangkan diorientasikan pada pembangunan daerah secara fisik dan sumber daya manusia dengan motto kerja “Program prioritas adalah yang dirasakan langsung oleh masyarakat.” Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa hasil produktifitas kinerja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah dibawah kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung masih dalam proses pengerjaan. Adapun sektor utama yang dibenahi adalah Infrastruktur, Kesehatan, Pendidikan, Irigasi dan Pariwisata. Penulis berpendapat bahwa dibawah kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah lebih mempunyai fokus utama dan bisa diukur tingkat keberhasilannya karena telah mengeksekusi program yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

ANGEL NESLY TANJUNG (090906046)

REGENCY AT CENTRAL TAPANULI GOVERNMENT PERFORMANCE IN TRANSITION LEADERSHIP

(Case of Study: Plt. Sukran Jamilan Tanjung’s Leadership)

Details contents of the thesis: 99 pages, 8 Books, 2 Journals, 2 Articles, 1 newspaper, 3 Legislations and 1Internet site. (The range of Books: 1989-2008)

ABSTRACT

This research aims to know the extent of the work steps were implemented by Acting Official Of Regent At Central Tapanuli namely Plt. Sukran Jamilan Tanjung, SE on transitional government that he lead after the regent, Raja Bonaran Situmeang, SH, M. Hum has suspended cause become a suspect on corruption case by KPK and he had to follow legal process of law. Is the style of leadership and policy direction that Plt. Sukran Jamilan Tanjung’s made can to increase performance on Central Tapanuli Regency which is undergoing a transition of leadership? The methodology used in this study is a qualitative method of collecting data through interviews and it relevance to the theory. The theory is used to explain the problems is the theory of performance, leadership theory and the theory of government in transition.

The conclusion of this research when seeing from Regency At Central Tapanuli government's performance under the leadership of Acting. Sukran Jamilan Tanjung it can also be seen some development prospects based of focus that he decides to be oriented for build local development of physical and human resources with the motto employment sounds "priority program is beneficial to the people." But there are a few things to note that the results of the productivity performance of Central Tapanuli regency under the leadership by Acting Official Sukran Jamilan Tanjung still under construction. The main sectors are reconcentrate is Infrastructure, Health, Education, Irrigation and Tourism. The author’s argues that under the leadership of Acting Official Sukran Jamilan Tanjung, Regency At Central Tapanuli government is having a major focus and measurable level of success because it has been executing programs listed in the Long And Middle Term Development Plan.

Keywords: Regency At Central Tapanuli, Acting Official Of Sukran Jamilan Tanjung.


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh Nama : Angel Nesly Tanjung

NIM : 090906046 Departemen : Ilmu Politik

Judul : KINERJA PEMERINTAHAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH DALAM MASA TRANSISI KEPEMIMPINAN (Studi Kasus: Kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung)

Menyetujui: Ketua Departemen

Ilmu Politik,

Dra. T. Irmayani, M.Si NIP. 196806301994032001

Dosen Pembimbing,

Dra. Evi Novida Ginting M.SP NIP. 196611111994032004

Mengetahui: Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badarudin, M.Si NIP. 19680525199203100


(5)

Dipersembahkan untuk Ayah Dan Ibu Serta Keluarga Besar Tercinta


(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT Penulis ucapkan atas segala curahan nikmat dan karuniaNya yang senantiasi tercurahkan kepada seluruh hamba terkhusus kepada Penulis yang akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Pemerintahan Tapanuli Tengah Dalam Masa Transisi Kepemimpinan.” (Studi Kasus: Kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung)

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada program studi Ilmu Politik di Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara, Medan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak untuk menyempurnakannya.

Dari awal proses penulisan skripsi ini, tidak lepas dari dorongan semangat, dukungan, teguran, masukan serta bimbingan yang banyak mempengaruhi Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, perkenankan Penulis mengucapkan banyak terimakasih dengan iringan doa kepada semua pihak.

Ucapan Terimakasih penulis tujukan kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. T. Irmayani M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU, yang telah memberikan ilmu, masukan dan nasehatnya kepada penulis dalam penulisan Skripsi ini.

3. Ibu Dra. Evi Novida Ginting, M.SP selaku Dosen Pembimbing yang telah sudi menyediakan waktunya untuk membimbing memberikan saran dan referensi serta motivasi sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak/Ibu dosen dan staff di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan. 5. Bou Fatma, Om Kasmir dan Pak Monang yang telah menjadi guru Saya

dan membantu memudahkan segala urusan perkuliahan.

6. Bapak Sukran Jamilan Tanjung,SE selaku Pelaksana Tugas di Kabupaten Tapanuli Tengah periode 2011-2016 yang telah bersedia menjadi subjek penelitian dan kerja sama yang baik saat memberikan informasi yang Penulis butuhkan.

7. Bapak/Ibu Pegawai di Kantor Pemkab Tapanuli Tengah

8. Teristimewa kepada kedua orang tua Saya tercinta, Ayahanda Nasran Efendi Tanjung dan Ibunda Leli Hanum Panggabean yang selalu ada untuk mendoakan serta membahagiakan Saya dan merancang masa depan anaknya agar dapat menjadi manusia yang berilmu, beriman dan berguna


(7)

bagi nusa dan bangsa. Saya bangga memiliki Ayah yang begitu gigih dan tanpa keluh kesah menghadapi Saya. Nasehat Ayah adalah modal hidup yang tidak akan pernah Saya lupakan. Saya ingin menjadi anak yang bisa membahagiakan kalian kelak dan menjadikan semua pengorbanan orang tua menjadi satu kebanggaan suatu hari nanti. Semoga Allah SWT selalu senantiasa memberikan kesehatan, umur panjang serta kebahagiaan kepada Ayah dan Ibunda.

9. Kedua Abang Saya, Hilman Azhari dan Arfandi Akbar, yang kadang ngeselin tapi baik hati dan selalu menyayangi adik-adiknya. Kedua Adik Saya yang menjadi teman berbagi Lady Nesly dan Rahul Efendi.

10.Irfan Arhamsyah Sihotang 

11.Untuk keluarga Besar Departement Ilmu Politik terutama angkatan 2009: Friska U Elisabeth, S.IP, Annisa Bilhag S.IP, Try Edo Pinem S.IP, Reska Febriani S.IP, Febri Mahyani S.IP, Desi Martina S.IP, Sri Maulizar S.IP, Riska Deniati, dan kawan-kawan lainnya. Kalian yang terbaik! Akhirnya Gue nyusul sarjana juga ya. Hahaha

12.Untuk Teman Terbaikku Terima kasih atas dukungannya selama mengerjakan skrispsi ini, Dini Sartika, Badri Layali, Irfansyah, Rica Hutagalung dan Oki Aulia S.Kep.

13.Untuk semua pihak yang telah banyak membantu dari segi moril dan materil dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebuatkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dalam pengolahan data serta penyajiannya. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Akhir kata, Penulis mengucapkan banyak terimakasih bagi semua pihak telah memberi bimbingan, masukan, bantuan dan dukungan selama proses pengerjaan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Medan, 22 Oktober 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI Halaman Judul

Abstrak ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah ... 1

2. Perumusan Masalah ... 4

3. Pembatasan Masalah ... 5

4. Tujuan Penelitian ... 5

5. Manfaat Penelitian ... 6

6. Kerangka Teori ... 7

6.1 Teori Kinerja ... 8

6.1.1 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja... 10

6.2 Teori Gaya Kepemimpinan... 13

6.3 Tipologi Kepemimpinan... 17

6.4 Teori Transisi Pemerintahan... 21

6.4.1 Pengertian Dan Konsep Transisi Pemerintahan... 21

6.4.2 Hambatan Yang Muncul Dalam Perubahan... 22

6.4.3 Memimpin Pada Masa Transisi... 23

6.4.4 Kesalahan Umum Masa Transisi... 24

7. Pemerintah Daerah... 25

8. Metodologi Penelitian... 27

8.1 Jenis Penelitian... 28

8.2 Tekhnik Pengumpulan Data... 28

8.3 Tekhnik Analisa Data... 29

9. Sistematika Penulisan... 30

BAB II DESKRIPSI PENELITIAN 1. Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah... 32

1.1 Letak Geografis... 32

1.2 Kependudukan... 34

1.3 Perekonomian Daerah... 35

1.4 Pemerintah Daerah... 36

2. Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah Periode 2011-2016... 37

2.1 Profil Pemimpin Kabupaten Tapanuli Tengah Periode 2011-2016... 39


(9)

2.2 Kedudukan Dan Fungsi Kepala Daerah... 41 2.3 Tugas Dan Wewenang Kepala Daerah... 44 2.4 Visi Dan Misi Pasangan Bonaran-Sukran... 48 3. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah Dalam Masa

Transisi Kepemimpinan... 55 4. Isu Strategis Kabupaten Tapanuli Tengah... 59 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Proses Pembuatan Langkah Strategis Plt. Sukran Jamilan Tanjung Dalam Memimpin Kabupaten Tapanuli Tengah... 60 2. Strategi Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli

Tengah... 65 2.1 Prioritas Program Kerja Plt. Sukran Jamilan

Tanjung... 66 2.2 Analisis Strategi Dan Kebijakan Pemerintah

Kabupaten Tapanuli Tengah... 75 2.3 Faktor Keberhasilan Pembangunan Daerah

Kabupaten Tapanuli Tengah... 77 3. Gaya Kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung... 82 4. Pembahasan... 84 BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan... 93 2. Saran... 96 DAFTAR PUSTAKA... 100


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2009...


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ANGEL NESLY TANJUNG (090906046)

KINERJA PEMERINTAHAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH DALAM MASA TRANSISI KEPEMIMPINAN

(Studi Kasus: Kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung)

Rincian isi skripsi: 99 Halaman, 8 Buku, 2 Jurnal, 2 Artikel, 1 Koran, 3 Undang-Undang dan 1 Situs Internet. (Kisaran Buku: 1989-2008)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana langkah kerja yang diterapkan oleh Plt. Bupati Tapanuli Tengah yakni Sukran Jamilan Tanjung, SE dalam masa transisi pemerintahan dikepemimpinannya setelah Bupati, Raja Bonaran Situmeang, SH, M.Hum diberhentikan sementara karena menjadi tersangka dugaan kasus korupsi oleh KPK dan harus mengikuti proses hukum. Apakah gaya kepemimpinan dan arah kebijakan Plt. Sukran Jamilan Tanjung bisa memaksimalkan kinerja di Kabupaten Tapanuli Tengah yang sedang mengalami transisi kepemimpinan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tekhnika pengumpulan data melalui wawancara dan relevansinya dengan teori yang digunakan. Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori kinerja, teori kepemimpinan dan teori pemerintahan dalam masa transisi.

Kesimpulan dari penelitian ini bila dilihat dari kinerja Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah dibawah kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung maka telah dapat terlihat beberapa prospek perkembangan berdasarkan fokus yang beliau canangkan diorientasikan pada pembangunan daerah secara fisik dan sumber daya manusia dengan motto kerja “Program prioritas adalah yang dirasakan langsung oleh masyarakat.” Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa hasil produktifitas kinerja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah dibawah kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung masih dalam proses pengerjaan. Adapun sektor utama yang dibenahi adalah Infrastruktur, Kesehatan, Pendidikan, Irigasi dan Pariwisata. Penulis berpendapat bahwa dibawah kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah lebih mempunyai fokus utama dan bisa diukur tingkat keberhasilannya karena telah mengeksekusi program yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah.


(12)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

ANGEL NESLY TANJUNG (090906046)

REGENCY AT CENTRAL TAPANULI GOVERNMENT PERFORMANCE IN TRANSITION LEADERSHIP

(Case of Study: Plt. Sukran Jamilan Tanjung’s Leadership)

Details contents of the thesis: 99 pages, 8 Books, 2 Journals, 2 Articles, 1 newspaper, 3 Legislations and 1Internet site. (The range of Books: 1989-2008)

ABSTRACT

This research aims to know the extent of the work steps were implemented by Acting Official Of Regent At Central Tapanuli namely Plt. Sukran Jamilan Tanjung, SE on transitional government that he lead after the regent, Raja Bonaran Situmeang, SH, M. Hum has suspended cause become a suspect on corruption case by KPK and he had to follow legal process of law. Is the style of leadership and policy direction that Plt. Sukran Jamilan Tanjung’s made can to increase performance on Central Tapanuli Regency which is undergoing a transition of leadership? The methodology used in this study is a qualitative method of collecting data through interviews and it relevance to the theory. The theory is used to explain the problems is the theory of performance, leadership theory and the theory of government in transition.

The conclusion of this research when seeing from Regency At Central Tapanuli government's performance under the leadership of Acting. Sukran Jamilan Tanjung it can also be seen some development prospects based of focus that he decides to be oriented for build local development of physical and human resources with the motto employment sounds "priority program is beneficial to the people." But there are a few things to note that the results of the productivity performance of Central Tapanuli regency under the leadership by Acting Official Sukran Jamilan Tanjung still under construction. The main sectors are reconcentrate is Infrastructure, Health, Education, Irrigation and Tourism. The author’s argues that under the leadership of Acting Official Sukran Jamilan Tanjung, Regency At Central Tapanuli government is having a major focus and measurable level of success because it has been executing programs listed in the Long And Middle Term Development Plan.

Keywords: Regency At Central Tapanuli, Acting Official Of Sukran Jamilan Tanjung.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Masa transisi mengacu pada suatu masa yang cenderung pendek, ketika terjadi perubahan dari suatu kondisi ke kondisi berikutnya. Masa transisi adalah ketika terjadi perubahan internal seperti perubahan manajemen, pergantian pemimpin atau dari perubahan eksternal seperti halnya perubahan regulasi, sosial-ekonomi, pengaruh globalitas dan perubahan politik-pemerintahan. Dalam setiap perubahan seringkali terjadi hal-hal yang di luar kebiasaan. Maka esensi dari perubahan tersebut adalah mengubah kebiasaan.

Transisi mengandung makna sebagai sebuah episode dalam skenario perubahan mengindikasikan suatu masa di antara sedikitnya dua keadaan: sesudah keputusan perubahan hingga pengaruh perubahan menjadi normal. Dengan demikian maka bisa diambil kesimpulan bahwa transisi diawali ketika keputusan yang berdampak perubahan dibuat dan berakhir manakala sasaran keputusan sudah tercapai atau setidaknya kondisi organisasi yang terpengaruh oleh keputusan yang berdampak perubahan tersebut sudah berada pada posisi yang normal.

Kejadian fase transisi pun tidak hanya terjadi dalam sebuah organisasi semata. Alam pun mengenal masa transisi yang disebut Pancaroba, masa diantara transisi musim. Namun berbeda dengan gejala yang ditunjukkan oleh alam ketika


(14)

dalam masa transisinya yang berupa penurunan tingkat kekebalan tubuh manusia akibat pergantian musim, tingginya tingkat kelembaban udara dan membuat alam serasa tidak nyaman. Efek negatif transisi yang demikianlah yang juga akan terjadi pada organisasi, transisi akan membawa masalah dan berpotensi menimbulkan kekacauan, kekhawatiran, penurunan kinerja, hilangnya kepercayaaan diri dan bahkan mogok kerja.

Kabupaten Tapanuli Tengah dalam masa kepemimpinan Bupati, Bonaran Situmeang, SH, M.Hum dan Wakil Bupati, H Sukran Jamilan Tanjung untuk periode 2011-2016 mengalami masa transisi pemerintahan setelah Bupati, Bonaran Situmeang, SH, M.Hum SH didakwa bersalah atas kasus suap sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi yang juga menjerat Akil Moechtar yang pada saat itu menjadi Ketua MK. Diangkatnya Sukran J Tanjung,SE sebagai Pelaksana Tugas menggantikan Bonaran diujung tampuk kepemimpinan menjadikan wacana pro dan kontra tentang implementasi perubahan yang akan dicanangkan demi menyukseskan Visi-Misi bersama pasangan yang terkenal dengan jargon akronim ‘Bosur’ ini.

Adapun Visi dari ‘Bosur’ secara singkat disebutkan adalah Mewujudkan Masyarakat Tapanuli Tengah yang Maju Sejahtera dan Beradab. Misinya adalah Percepatan Pembangunan Infrastruktur; Membenahi Birokrasi untuk meningkatkan pelayanan publik serta menjamin terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih serta berwibawa. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui kesehatan, pendidikan dan pengembangan Sumber Daya Manusia;


(15)

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor-sektor unggulan; Menggali dan mengembangkan potensi Sumber Daya Alam dan pariwisata dengan kebijakan pembangunan dan pro rakyat; Menegakkan hukum dan HAM serta penguatan proses demokrasi untuk terciptanya rasa aman dan damai serta menata iklim kondusi bagi tumbuhnya investasi.

Karakter pribadi pemimpin dapat mempengaruhi sukses-gagalnya perubahan. Perubahan membutuhkan pemimpin yang kuat. Memiliki kompetensi yang mencukupi, sehingga terbangunlah kesepahaman (resonance) antara pimpinan dan bawahan. Perubahan yang sukses ditandai dengan kepemimpinan kuat yang berkarakter. Faktor krisis lain yang dicermati dalam melakukan perubahan adalah regulasi pemerintah. Kepemimpinan, Regulasi, pengukuran kinerja situasi eksternal (sosial, politik dan ekonomi), psikologi dari perubahan, kompleksitas dari proses kinerja dan rentan waktu adalah hal yang berkaitan dalam masa transisi sebuah organisasi kerja

Memimpin di masa transisi merupakan salah satu tanggung jawab kepemimpinan yang sangat penting dan sulit. Beberapa ahli kepemimpinan bahkan berpendapat kemampuan memimpin di masa transisi menunjukkan esensi kepemimpinan yang sebenarnya, hal-hal lain di luar itu hanyalah prioritas kedua belaka. Kepemimpinan yang efektif diperlukan guna revitalisasi organisasi serta memfasilitasi adaptasi perubahan lingkungan dan aturan. Perubahan besar di dalam organisasi pada umumnya dipandu oleh tim manajemen puncak namun


(16)

setiap individu dalam organisasi dapat mengusulkan perubahan atau berkonstribusi bagi suksesnya implementasi rencana perubahan.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini dipandang menarik penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah dibuat sebagai usaha yang menyatakan pernyataan penelitian dan mempertanyakan tentang apa saja yang perlu dijawab atau dicari jalan pemecahannya atau dengan kata lain perumusan masalah adalah merupakan pertanyaan lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.1

a. Bagaimana kinerja Pelaksana Tugas Bupati Tapanuli Tengah, Sukran Jamilan Tanjung, SE dalam melanjutkan estafet kepemimpinan Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah?

Atas dasar latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

b. Selama masa transisi pemerintahan, arah langkah dan perubahan apa yang menjadi fokus Plt. Sukran Jamilan Tanjung untuk menyukseskan program kerjanya sesuai dengan Visi dan Misi yang telah ditentukan bersama?

1


(17)

3. Pembatasan Masalah

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan adanya pembatasan masalah terhadap hal yang akan diteliti. Untuk menjadikan penelitian ini lebih sistematis maka Penulis akan membuat batasan-batasan masalah agar substansi dari penelitian ini dapat dikaji dan dipahami tanpa adanya topik yang mengambang dan tidak sesuai dengan keperluan penelitian. Adapun batasan masalah yang ditentukan adalah kajian ini hanya sebatas tentang penelitian mengenai kinerja dan upaya-upaya yang dilakukan oleh Plt. Sukran Jamilan Tanjung, SE dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai Pelaksana Tugas Bupati di Kabupaten Tapanuli Tengah.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan kalimat pernyataan yang menunjukkan adanya hasil pasca penelitian atau sesuatu yang akan dicapai atau dituju dalam sebuah penelitian. Rumusan tujuan mengungkapkan jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan. Maka yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui sejauh mana langkah kerja yang dilaksanakan oleh Plt. Bupati Tapanuli Tengah yakni Bapak H Sukran Jamilan Tanjung, SE dalam masa transisi pemerintahan dikepemimpinannya setelah Bupati, Raja Bonaran Situmeang, SH, M.Hum diberhentikan sementara karena menjadi tersangka dugaan kasus korupsi oleh KPK dan harus mengikuti proses hukum.


(18)

b. Mengetahui gaya kepemimpinan dan integritas Plt. Bupati Tapanuli Tengah, H Sukran Jamilan Tanjung, SE untuk membangun Tapanuli Tengah sesuai dengan Visi dan Misi.

c. Mengetahui kiat Plt. H Sukran Jamilan Tanjung dalam menanggulangi krisis pemerintahan dan kepemimpinan selama masa transisi.

5. Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian selain terdapat tujuan penelitian juga terdapat beberapa manfaat yang selanjutnya berguna daya terhadap orang banyak. Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Secara praktis adalah sebagai masukan bagi penulis dalam usaha untuk mengetahui hasil-hasil kegiatan politik khususnya pembuatan kebijakan dan pemecahan masalah problem-problem politis dalam pemerintahan berdasarkan pengaplikasian ilmu politik. Dan juga memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program sarjana strata satu (S1) Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk mencari khasanah ilmiah dalam kaitan politik dan keadaan transisi pemerintahan serta mengamati relevansi teori-teori yang telah dipelajari dengan kenyataan yang terjadi secara nyata dan langsung.


(19)

• Untuk memperluas pengetahuan Penulis mengenai kebijakan politik dan kinerja pemimpin di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara terutama ketika Bupati Raja Bonaran Situmeang, SH, M.Hum digantikan oleh Wakilnya, Sukran Jamilan Tanjung, SE yang kini menjabat sebagai Pelaksana Tugas. Selain itu penelitian ini bagi Penulis dapat mengembangkan kemampuan berpikir sistematis dan sebagai media untuk menghasilkan karya ilmiah.

• Penelitian ini bermanfaat untuk mengambangkan teori-teori politik yang tentu saja berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh Penulis yakni Teori Kinerja, Gaya Kepemimpinan dan Transisi Pemerintahan yang diaktualisasikan oleh Plt Bupati Tapanuli Tengah, Sukran Jamilan Tanjung,SE dalam mempertahankan eksistensi politiknya dan menanggulangi fase krisis pemerintahan pasca pergantian pemimpin. Melalui pemaparan teori-teori ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada civitas akademika yang nantinya juga akan melakukan penelitian yang mungkin sesuai dengan masalah tersebut atau mungkin nantinya menjadi praktisi politik yang dihadapkan pada problematika ini.


(20)

6. Kerangka Teori

Salah satu unsur penting dalam sebuah penelitian adalah penyusunan kerangka teori karena teori berfungsi sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari mana Peneliti melihat objek yang diteliti sehingga penelitian dapat lebih sistematis. Teori adalah rangkaian asumsi konsep konstruksi defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep2

6.1 Teori Kinerja

.

Teori juga bisa dibilang sebagai konsep atau konstruksi pemikiran yang berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan pandangan berpikir, serta merupakan pisau analisis penelitian dalam melihat suatu gejala atau fenomena yang terjadi. Adapun teori yang penulis gunakan dalam menjawab masalah dalam penelitian ini adalah:

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan oleh para cendikiawan sebagai “penampilan” atau “hasil kerja” dan “prestasi”. Secara etimologis kinerja adalah sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Sehingga pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Maka ketika persoalan ini dihadapkan pada subjek pemimpin instansi pemerintahan, pengukuran kinerjanya akan lebih detil dan cakupannya akan lebih meluas dengan

2


(21)

pemerhatian terhadap langkah-langkah apa yang mencapaikan dirinya pada indeks prestasi yang baik dalam memimpin.

Suyadi Prawirosentono mendefenisikan kinerja yaitu sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Sedangkan Bastian Noggi mengemukakan defenisi kinerja yaitu sebagai sebuah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi seperti halnya mewujudkan tujuan, visi, misi organisasi tersebut dan seberapa jauh organisasi mencapai hasil ketika dibandingkan dengan pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan. Bernardin dan Russel memberikan pengertian prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu (performance is defined as the record of outcomes produced on specified job function or activity during time period)3

Dari beberapa defenisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu capaian hasil kerja dalam kegiatan atau aktifitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Untuk melakukan kajian secara mendalam tentang faktor-faktor yang

.

3


(22)

mempengaruhi efektifitas penilaian kerja di Indonesia, maka perlu melihat beberapa faktor penting sebagai berikut: 4

a. Kejalasan tuntutan hukum atau peraturan perundangan untuk melakukan penilaian secara benar dan tepat. Dalam kenyataannya, orang menilai secara subyektif tetapi tidak ada suatu aturan hukum yang mengatur atau mengendalikan perbuatan tersebut.

b. Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi dan proses yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja. Aturan main menyangkut siapa yang harus menilai, kapan menilai, kriteria apa yang digunakan dalam sistem penilaian kinerja sebenarnya diatur dalam manajemen sumber daya manusia tersebut. Dengan demikian manajemen sumber daya manusia juga merupakan kunci utama keberhasilan sistem penilaian kerja.

c. Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen suatu organisasi dengan tujuan penilaian kinerja. Apabila paradigma yang dianut masih beriorientasi pada manajemen klasik, maka penilaian selalu bisa kepada pengukuran tabiat atau karakter pihak yang menilai sehingga prestasi yang seharusnya menjadi fokus utama kurang diperhatikan.

d. Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi publik terhadap pentingnya penilaian suatu kinerja. Bila mereka selalu memberikan

4


(23)

komitmen yang tinggi terhadap efektifitas penilain kinerja, maka para penilai yang ada dibawah otoritasnya akan selalu berusaha melakukan penilaian secara tepat dan benar.

6.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja adalah perbandingan antara keluaran (ouput) yang dicapai dengan masukan (input) yang diberikan. Selain itu, kinerja juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran. Oleh karena itu, efektivitas dan efisiensi pekerjaan yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Untuk memperoleh kinerja yang tinggi dibutuhkan sikap mental yang memiliki pandangan jauh ke depan. Seseorang harus mempunyai sikap optimis, bahwa kualitas hidup dan kehidupan hari esok lebih baik dari hari ini. Penilaian kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Organisasi perlu melakukan perbaikan kinerja, adapun perbaikan kinerja yang perlu diperhatikan oleh organisasi adalah faktor kecepatan, kualitas, layanan, dan nilai. Selain keempat faktor tersebut, juga terdapat faktor lainnya yang turut mempengaruhi kinerja pejabat dan pegawai, yaitu keterampilan interpersonal, mental untuk sukses, terbuka untuk berubah, kreativitas, terampil berkomunikasi, inisiatif, serta kemampuan dalam merencanakan dan mengorganisir kegiatan yang menjadi tugasnya. Faktor-faktor tersebut memang tidak langsung berhubungan dengan pekerjaan namun memiliki bobot pengaruh yang sama.


(24)

Beberapa variabel yang berkaitan erat dengan kinerja, yaitu mutu pekerjaan, kejujuran pegawai, inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama, kehandalan, pengetahuan tentang pekerjaan, tanggung jawab dan pemanfaatan waktu. Dalam menilai kinerja seorang pegawai, maka diperlukan berbagai aspek penilaian antara lain pengetahuan tentang pekerjaan, kepemimpinan inisiatif, kualitas pekerjaan, kerjasama, pengambilan keputusan, kreativitas, dapat diandalkan, perencanaan, komunikasi, inteligensi (kecerdasan), pemecahan masalah, pendelegasian, sikap, usaha, motivasi, dan organisasi. Selanjutnya, dari aspek-aspek penilaian kinerja yang dinilai tersebut dikelompokkan menjadi:5

a. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.

b. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke bidang operasional perusahaan secara menyeluruh. Pada intinya setiap individu atau karyawan pada setiap perusahaan memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin maupun karyawan.

c. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, memotivasi pegawai ataupun karyawan, melakukan negosiasi, dan lain-lain.

5

Rivai, Harif, A. 2001. Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasional Terhadap Intensi Keluar. Tesis, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.


(25)

Ada 6 (enam) indikator penilain keberhasilan kinerja merujuk kepada kemampuan pemimpin bersinergi dengan para bawahannya mengorganisir segala upaya-upaya untuk mencapai keberhasilan. yaitu:

a. Quality yaitu Tingkatan dimana proses atau penyesuaian pada cara yang ideal di dalam melakukan aktifitas atau memenuhi aktifitas yang sesuai harapan.

b. Quantity yaitu Jumlah yang dihasilkan diwujudkan melalui nilai mata uang, jumlah unit, atau jumlah dari siklus aktifitas yang telah diselesaikan.

c. Timeliness yaitu Tingkatan di mana aktifitas telah diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari yang ditentukan dan memaksimalkan waktu yang ada untuk aktifitas lain.

d. Cost effectiveness yaitu Tingkatan dimana penggunaan sumber daya perusahaan berupa manusia, keuangan, dan teknologi dimaksimalkan untuk mendapatkan hasil yang tertinggi atau pengurangan kerugian dari tiap unit.

e. Need for supervision yaitu tingkatan dimana seseorang dapat melakukan pekerjaannya tanpa perlu meminta pertolongan atau bimbingan dari atasannya.


(26)

6.2 Teori Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen organisasi. Kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan keterbatasan tertentu pada diri manusia. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin. Kepemimpinan didefinisikan ke dalam ciri-ciri individual, kebiasaan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi, kedudukan dalam oragnisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang sah. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu.6

Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Pola tindakan pemimpin itu akan mempredikati kebaikan jika secara keseluruhan bawahan mempunyai persepsi dan acuan yang sama terhadap pimpinannya. Gaya kepemimpinan mewakili filsafat, keterampilan dan sikap pemimpin dalam politik. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan

6


(27)

tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu7

a. Teori Genetis (Keturunan)

. Kesimpulannya adalah bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain.

Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori sebagai berikut :

Inti dari teori ini menyatakan bahwa “leader are born and not made” (pemimpin itu dilahirkan sebagai bakat dan bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini berpendapat bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinannya. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan determinitis.

b. Teori Sosial

Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “leader are made and not born”

7


(28)

(pemimpin itu dibuat atau dididik dan bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

c. Teori Ekologis

Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut muncul aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran.

Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi dimana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.8

8

Harsey dan Blanchard.1992.Manajemen Prilaku Organisasi Pendayagunaan Manusia.Alih bahasa Agung Dharma.Jakarta:Erlangga

Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pemimpin (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s), yang dapat


(29)

dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s). Menurut Hersey dan Blanchard, pemimpin (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pemimpin mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pemimpin mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpin dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin. Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pemimpin berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pemimpin pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pemimpin, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan itu sendiri.


(30)

6.3 Tipologi Kepemimpinan

Dalam praktiknya, dari ketiga teori gaya kepemimpinan tersebut, berkembanglah beberapa tipe kepemimpinan. Yaitu:9

a. Tipe Otokratis

Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut:

Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

b. Tipe Militeris

Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut: Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; Sukar

9


(31)

menerima kritikan dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

c. Tipe Paternalistis

Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut :

Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; Sering bersikap maha tahu.

d. Tipe Karismatik

Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib


(32)

(supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma.

e. Tipe Demokratis

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang


(33)

pemimpin yang demokratis. Ada 4 (Empat) gaya kepemimpinan yang demokratis yang lazim digunakan, yaitu:

a. Democratic Leadership, yakni suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan pada kemampuan untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk menciptakan kepercayaan.

b. Directorial / Authocratic Leadership, yakni suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kesanggupan untuk memaksakan keinginannya yang mampu mengumpulkan pengikut untuk kepentingan pribadi dan golongannya dengan kesediaan menerima segala resiko apapun.

c. Paternalitic Leadership, yakni bentuk gaya kepemimpinan pertama (democratic) dan kedua (directorial) diatas, yang dapat diibaratkan dengan sistem diktator yang berselimutkan demokratis.

d. Free Rein Leadership, yakni gaya kempimimpinan yang 100% menyerahkan sepenuhnya kebijaksanaan pengoperasian manajemen sumber daya manusia kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepada ketentuan-ketentuan pokok yang ditentukan oleh atasan mereka.

Seorang pemimpin harus memiliki sifat perceptive artinya mampu mengamati dan menemukan kenyataan dari suatu lingkungan. Untuk itu ia harus mampu melihat, mengamati, dan memahami keadaan atau situasi tempat kerjanya, dalam artian bagaimana para bawahannya, bagaimana keadaan organisasinya,


(34)

bagaimana situasi penugasannya, dan juga tentang kemampuan dirinya sendiri. la harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Maka dari itu dalam memilih gaya kepemimpinan yang akan digunakan, perlu dipertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

6.4 Teori Transisi Pemerintahan

6.4.1 Pengertian Dan Konsep Transisi Pemerintahan

Masa transisi dalam sebuah instansi pemerintahan terjadi karena perubahan secara struktural seperti pergantian pimpinan. Pergantian struktural yang terjadi akan berdampak pada kinerja baik diawal tengah bahkan diakhir periode pemerintahan. Masa transisi mengacu pada suatu masa yang cenderung pendek, ketika terjadi perubahan dari suatu kondisi ke kondisi berikutnya akan lebih cenderung terjadi peningkatan resiko. Resiko yang akan berakibat fatal bagi kelangsungan sebuah pemerintahan jika gagal dicermati dan ditanggapi faktor kritisnya. Transisi meniscayakan adanya perubahan dan pada umumnya dapat menimbulkan kepanikan atau ketakutan oleh karenanya reaksi yang lazim muncul antara lain penolakan terhadap perubahan itu sendiri kendati menurut hukum atau aturannya memang harus berubah atau diubah, perubahan bukanlah hal yang selalu dipredikati sebagai kondisi yang baik melainkan sebuah proses yang mengkhawatirkan karena keadaan yang masih baru terindikasi rawan.

Sebagian orang menolak perubahan dengan sengaja karena mereka meragukan perlunya perubahan atau tidak percaya terhadap arah perubahan.


(35)

Sebagian lainnya secara intelektual mengikuti perubahan namun secara emosional masih terikat pada masa lalu. Pemimpin harus memiliki kewaspadaan dalam menemukan dua jenis penolakan terhadap perubahan ini. Mereka yang tidak bersedia bergabung dalam arus perubahan yang telah menjadi ketetapan harus dikeluarkan dari organisasi.

Jika yang menolak perubahan masih sebatas individu atau sekumpulan individu, masih mudah menghadapinya. Namun ketika penolakan datang dari sebuah kelompok besar dimana para individu tersebut bergabung persoalannya menjadi semakin rumit dan kondisi semacam inilah yang selalu menjadi tantangan bagi pemimpin masa transisi.

6.4.2 Hambatan – hambatan yang muncul dalam perubahan

• Perubahan itu bukan datang dari diri orang tersebut

• Perubahan mengancam kenikmatan dan rutinitas pekerjaan

• Ketakutan terhadap sesuatu yang baru

• Kehilangan hidden income dan fasilitas, dipecat atau dianggap tidak memiliki kapabilitas.

• Tujuan perubahan tidak ada atau kurang jelas

Hindari perubahan sebagai proyek “nice to have”

• Perubahan menimbulkan rasa takut kegagalan

Perlu dukungan dari personil yang bersifat “play to win”


(36)

• Timbulkan persepsi perubahan menimbulkan manfaat untuk menggalang dukungan

comfort zone/ Zona Aman

• para pengikut tak punya respek pada pimpinannya

• kecemasan seorang atasan

• perubahan bisa berarti kehilangan sesuatu

• perubahan menuntut tambahan komitmen

• terperangkap tradisi

6.4.3 Memimpin Pada Masa Transisi

Memimpin di masa transisi merupakan salah satu tanggung jawab kepemimpinan yang sangat penting dan sulit. Kemampuan memimpin di masa transisi menunjukkan esensi kepemimpinan yang sebenarnya hal-hal lain di luar itu hanyalah prioritas kedua belaka.

Faktor pendukung sukses masa transisi :

Sense of urgency : live or die (Rasa keterdesakan)

Everybody is important (Mementingkan semua sumber daya ketenagakerjaan)


(37)

Encourage employess (Memberi anjuran terhadap karyawan)

Rewards (Pengahargaan/Hadiah/Bonus)

Connect to and support from stakeholders (Menjalin dukungan dari instansi berkebijakan)

Sufficient energy (Sumberdaya yang berkecukupan)

6.4.4 Kesalahan Umum Masa Transisi

Beberapa poin yang berkenaan dengan kesalahan pada masa transisi yang harus dihindari seorang pemimpin dalam sebuah wadah organisasi kerja adalah:

Business as usual (Membiasakan setiap urusan)

Work alone (Bekerja sendiri/ tidak koopertatif)

More emergents than planned strategy (Bertindak secara dadakan daripada merancang strategi)

Put employees in marginal position (Menempatkan karyawan dalam posisi yang tidak sesuai)

Too much flexibility (Terlalu banyak fleksibilitas/ kelenturan)

Fix but not change (Memperbaiki tapi tidak mengubah)


(38)

7. PEMERINTAH DAERAH

Keberadaan pemerintahan daerah secara tegas dijamin dan diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara tegas menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa yang dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dari pengertian tersebut ada beberapa kata kunci yang perlu kita pahami, yaitu:

a. Penyelenggaraan urusan pemerintahan

Urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh pemerintahan daerah mencakup semua urusan pemerintahan kecuali beberapa urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, yaitu kewenangan dalam


(39)

bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, serta agama.

b. Pemerintah daerah dan DPRD

Pemerintah daerah dan DPRD merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang mempunyai kedudukan yang sejajar. Sebagai penyelenggara pemerintahan daerah, Pemerintah Daerah berkedudukan sebagai lembaga eksekutif di daerah yang terdiri atas kepala daerah/wakil kepala daerah dan perangkat daerah, sedangkan DPRD berkedudukan sebagai lembaga legislatif di daerah yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Pemerintahan daerah memiliki dua tingkatan, yaitu:

• Pemerintahan daerah provinsi dilaksanakan oleh pemerintah daerah provinsi (Gubernur/Wakil Gubernur dan perangkat daerah provinsi) dan DPRD Provinsi.

• Pemerintahan daerah kabupaten/kota dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota (Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota dan perangkat daerah kabupaten/kota) dan DPRD Kabupaten/Kota.

c. Asas otonomi dan tugas perbantuan

Asas otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan


(40)

peraturan perundangundangan. Sedangkan tugas perbantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

Konsekuensi penerapan asas ini adalah daerah memiliki hak dan kewajiban dalam pelaksanaan otonomi daerah yang diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

8. Metodologi Penelitian

Dalam kegiatan ilmiah diperlukan sebuah metode yang sesuai dengan objek yang dibicarakan agar lebih terarah dan rasional. Metode merupakan cara bertindak dalam upaya agar penelitian dapat terlaksana secara rasional dan terarah demi mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah salah satu yang digunakan untuk memcahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data-data yang ada. Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.


(41)

8.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan metode yang dipakai, maka penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, deskrftif dengan pendekatan analistis. Penelitian ini untuk menggambarkan hal yang mendetail mengenai suatu gejala atau fenomena. Dimana menurut peneliti bahwasanya penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian yang tidak mempergunakan angka atau nomor untuk mengolah data yang diperlukan. Data terdiri dari kutipan-kutipan orang dan deskripsi keadaan, kejadian, interaksi dan kegiatan. Dengan menggunakan jenis data ini, memungkinkan peneliti mendekati dan sehingga mampu mengembangkan komponen-komponen ketarangan yang analistis, konseptual dan kategoris dari data itu sendiri.

8.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Bagong Suyanto, dalam suatu penelitian kualitatif ada 3 (tiga) macam atau teknik mengumpulkan data, yakni:10

a. Wawancara Terbuka

Data yang diperoleh merupakan kutipan langsung dari orang-orang yang berpengalaman dan berpengetahuan dibidangnya.

b. Kepustakaan

Data yang didapat dari tinjauan pustaka (Library Research) yaitu dengan mempelajari jurnal-jurnal, laporan penelitian, dokumen lembaga, buku-buku dan dokumen yang relevan untuk data yang

10


(42)

dibutuhkan pada penelitian. Data juga diperoleh dari browsing dan clipping print yaitu untuk pencairan bahan yang lengkap penulis menggunakan media elektronik/internet.

8.3 Teknik Analisa Data

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang subjek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Dengan bersumber pada sejarah yang berorientasi kepada problem akan dianalisa kejadian-kejadian yang sebenarnya menurut topik-topik atau masalah-masalah yang telah dipilih dalam penelitian ini. Analisis data dalam penelitian kualitiatif bergerak secara induktif yaitu data/fakta dikategorikan menuju tingkat abstraksi yang lebih tinggi, melakukan sintesis dan mengembangkan teori bila diperlukan.

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis penguraian dan penarikan kesimpulan tentang makna perilaku subjek penelitian dalam latar serta fokus penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki gambaran yang jelas mengenai penelitian ini.


(43)

9. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk mempermudah pemahaman terhadap isi, maka penelitian ini terdiri ke dalam 4 (Empat) Bab, yakni

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam hal ini akan menguraikan dan memperjelas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : DESKRIPSI PENELITIAN

Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu Kabupaten Tapanuli Tengah menyoal sejarah, letak geografis, demografi dan segala tentang Kabupaten Tapanuli Tengah sebelum dan sesudah menjabatnya H Sukran J Tanjung,SE sebagai Plt. Bupati Tapanuli Tengah.


(44)

BAB III : KEPEMIMPINAN SUKRAN J TANJUNG, SE DALAM MASA TRANSISI PEMERINTAHAN

Bab ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data atau fakta yang diperoleh dari beberapa sumber data dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis data atau fakta tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta berkemungkinan berisi saran-saran yang Peneliti peroleh setelah melakukan penelitian.


(45)

BAB II

DESKRIPSI PENELITIAN

1. Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah 1.1 Letak Geografis

Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu Kabupaten terdapat di Provinsi Sumatera Utara yang terletak pada jajaran Pantai Barat Sumatera. Secara kaian geografis wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah berada dikisaran 0-1.266 m di atas permukaan laut pada letak koordinat 1011”00”- 2022”00” Lintang Utara dan 98007”- 98012” Bujur Timur. Perbatasan yang mengapitnya adalah:

• Sebelah Utara : Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

• Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan

• Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara

• Sebelah Barat : Samudera Hindia

Kabupaten Tapanuli Tengah mempunyai luas 2.194,98 Km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di pulau‐pulau

kecil di sekitar wilayah kabupaten ini. Ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah adalah Pandan. Kabupaten Tapanuli Tengah berjarak 359 Km dari Kota Medan, Ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Kecamatan Kolang merupakan kecamatan yang terluas, dengan luasnya sebesar 400,65 km2. Oleh karena luas wilayah yang dihiasi dengan pantai yang indah, maka Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah membuat brand image


(46)

Negeri Wisata Sejuta Pesona untuk menunjukkan begitu besar dan lengkapnya objek wisata di daerah ini.

Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan lautan, sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong daerah beriklim tropis. Kabupaten Tapanuli Tengah mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada Bulan Juni sampai September dan musim penghujan biasanya terjadi pada Bulan November sampai Bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba.

Tabel 2.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah


(47)

1.2 Kependudukan

Penduduk Tapanuli Tengah tahun 2009 berjumlah 323.563 jiwa dengan kepadatan penduduk 147 jiwa per km². Laju pertumbuhan penduduk periode tahun 2000-2008 sebesar 2,79% per tahun. Komposisi penduduk di Tapanuli Tengah yaitu 50,30% laki-laki dan 49,70% perempuan. Penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera, sebagian kecil di pulau-pulau kecil dan sebagian masih dalam kategori daerah tertinggal.

Pembangunan yang saat dilaksanakan mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat untuk maju, sejahtera dan bermartabat sehingga dapat keluar dari kondisi daerah tertinggal Pelestarian nilai-nilai luhur dan kebangsaan, kerukunan, keamanan, ketertiban dan toleransi dalam semangat gotong-royong yang terjalin dan terbina selama ini membuat Tapanuli Tengah semakin kondusif dan tangguh secara sosial kemasyarakatan dalam menyikapi globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu cepat. Semangat gotong royong terus dibina dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kesadaran, disiplin, kepedulian dan semangat kebersamaan seluruh lapisan masyarakat dengan semangat Sahata Saoloan (Seiya Sekata) untuk memperkokoh semangat Bhineka Tunggal Ika.

Ditinjau dari segi etnis, Penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah termasuk dalam Peta Budaya Pesisir Pantai Barat Sumatera Utara Utara namun Kabupaten Tapanuli Tengah dihuni oleh mayoritas suku Batak dengan multi etnik yang berpadu antara lain Minang, Melayu, Bugis, Aceh, Jawa, Madura, Sunda, Tionghoa dan lainnya.


(48)

1.3 Perekonomian Daerah

Berpedoman pada Topografi Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar berbukit – bukit dengan ketinggian 0 – 1.266 meter di atas permukaan laut. Sebagian lagi adalah dataran dan rawa serta banyak aliran sungai. Dari seluruh wilayah Tapanuli Tengah, 43,90% berbukit dan bergelombang. Potensi hidrologi cukup penting untuk menunjang pembangunan, baik untuk kepentingan air minum, irigasi, transportasi, dan untuk kepentingan lainnya. Wilayah Tapanuli Tengah dipengaruhi oleh 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Tapus, DAS Aek Sirahar, DAS Aek Sibundong, DAS Aek Kolang, dan DAS Batang Toru. Daerah hulu sungai berasal dari pegunungan Bukit Barisan dan bermuara ke Pantai Barat Sumatera Utara. Sebagian sungai telah dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik seperti aliran Sungai Sibuluan untuk PLTA Sipan Sihaporas dan untuk air minum, steiger perhubungan laut, tempat sandar kapal perikanan maupun irigasi.

Secara umum lapangan usaha yang dominan di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah Perikanan, Pertanian, Jasa dan Industri Pengolahan. Masyarakat yang bergerak di bidang Perikanan terdiri dari para Nelayan, Penjual Ikan dan Pengrain Ikan Asin dan Ikan Kemas. Masyarakat petani dikelompokkan dalam sub sektor petani yang menanam padi, tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan rakyat serta sektor kehutanan.

Kabupaten Tapanuli Tengah dewasa ini terhitung dalam kurun waktu 2011 sampai sekarang mulai menggalakkan program ekonomi kreatif di melalui sektor


(49)

Pariwisata. Menyadari fakta dilapangan sesuai dengan catatan Badan Pusat Statistik tercatat bahwa ada 123 objek wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah yang menjadi khasanahnya. Pengembangan di sektor ini telah berhasil meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Lapangan usaha jasa yang dominan merupakan aktifitas perdagangan komoditi unggulan hasil pertanian dan produk kerajinan / industri rumah tangga, disamping jasa lainnya seperti pengangkutan, komunikasi dan perbankan / lembaga keuangan. Industri pengolahan meliputi industri yang berbasis hasil perikanan tangkap dan perkebunan. Pada tahun 2009, lapangan usaha yang paling banyak mengalami peningkatan menyerap tenaga kerja di perusahaan swasta adalah sub sektor listrik, gas dan air.

1.4 Pemerintah Daerah

Secara administrasi Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri dari 20 Kecamatan dengan pusat pemerintahan berada di Pandan. Susunan Pemerintah Daerah yang diatur menurut UU No. 22 Tahun 1999 bahwa di daerah dibentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah. Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati dan dalam melaksanakan tugas dan wewenang selaku Kepala Daerah, Bupati dibantu oleh seorang Wakil Bupati. Untuk Periode 2011-2016 Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah memberikan kemenangan kepada pasangan BOSUR (Bonaran Situmeang, SH M.Hum dan Sukran Jamilan Tanjung, SE) Sebagai Pemimpin.


(50)

2. Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah Periode 2011-2016

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan lembaga eksekutif yang berkedudukan sebagai pelaksana segala urusan administrasi, mengeksekusi program kerja serta mengeolola anggaran untuk memajukan daerah kearah kesejahteraan, kemakmuran, kekondisifan serta kontunuitas prospek pembangunan demi mewujudkan cita-cita masyarakatnya. Pemerintah Kabupaten merupakan naungan bagi daerah tingkat II (dua) dibawah Pemerintah Provinsi.

Kabupaten Tapanuli Tengah dalam kurun waktu 70 tahun sejak resmi dijadikan pada tanggal 24 Agustus 1945 telah lama mempredikati sebagai daerah yang tertinggal dengan tingginya tingkat kemiskinan dan minimnya fasilitas dan infrastruktur. Silih bergantinya pimpinan di Kabupaten Tapanuli Tengah telah mengupayakan agar daerah yang Kaya akan objek wisata ini beranjak dari stigma negatif. Menarik rentan waktu sejarah 10 (sepuluh) tahun belakangan ini. Kabupaten Tapanuli Tengah selama 2 periode dipimpin oleh Tuani Lumbantobing. Politisi yang sarat akan kontroversi banyak menuai kritikan dan hujatan masyarakat Tapanuli Tengah semasa rezimnya.

Gelaran Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah pada tanggal 12 Maret 2011 menjadi pembuka era baru Kabupaten Tapanuli Tengah. Pasangan calon Raja Bonaran Situmeang bersama Sukran Jamilan Tanjung bersaing politik dengan Istri Tuani Lumbantobing, Dina Riana Samosir-Hikmal Batubara. Antusiasme mayoritas masyarakat Tapanuli Tengah yang telah


(51)

lama menginginkan perubahan yang signifikan lebih condong untuk memilih Pasangan Calon Bupati Raja Bonaran Situmeang dan Calon Wakil Bupati H Sukran Jamilan Tanjung daripada memberikan kepercayaan kepada pasangan Riana yang notabene masih memiliki keterikatan yang kuat secara pribadi sebagai seorang istri Tuani Lumbantobing.

Dalam sengitnya Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Tapanuli Tengah periode 2011-2016, akhirnya pasangan Calon Bupati Raja Bonaran Situmeang dan Calon Wakil Bupati Sukran Jamilan Tanjung yang dikenal dengan jargon kampanye ‘Bosur’ itu keluar sebagai pemenang kendati melewati proses panjang hingga ke meja Mahkamah Konstitusi perkara sengketa Pilkada.

Pasangan Raja Bonaran Situmeang dan Sukran Jamilan Tanjung dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tapanuli Tengah periode 2011-2016 setelah dinyatakan memenangi perolehan suara pemilih mencapai 62%. Kemenangan yang sangat telak mengungguli lawannya.

Raja Bonaran Situmeang dan Sukran Jamilan Tanjung berhasil menjadi pemimpin di Kabupaten Tapanuli Tengah dengan hanya diusung oleh 3 (Tiga) Partai Politik saja namun yang terkuat di Kabupaten Tapanuli Tengah setelah Partai Demokrat. Partai yang mengusung mereka adalah Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Sejak saat itu, kiprah dua politisi ini dimulai dalam menyukseskan program kerje mereka dalam memajukan Kabupaten Tapanuli Tengah.


(52)

2.1 Profil Pemimpin Kabupaten Tapanuli Tengah Periode 2011-2016 Tapanuli Tengah dalam kurun waktu 5 (Lima) Tahun berada dibawah sosok pemimpin yang baru. Dalam meningkatkan kinerja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli tentu membutukan sosok yang memiliki integritas dan kapasitas yang mumpuni. Penilaian tersebut akan bisa disimpulkan jika mencermati sosok mereka saat mulai menempuh jenjang akademis, kiprah karir dan pengalaman.

Berikut ini adalah profil dari pemimpin Kabupaten Tapanuli Tengah Periode 2011-2016:

a. Raja Bonaran Situmeang

• Jabatan sebagai Bupati Tapanuli Tengah Periode 2011-2016

• Lahir di Gontingmahe, Tapanuli Tengah 7 Desember 1962 berkebangsaan Indonesia

• Agama Kristen Protestan

• Profesinya adalah seorang pengacara. Mulai terkenal sebagai pengacara Anggoro Widjojo

• Memiliki Istri bernama Norma Simatupang dan dikaruniai seorang anak.

• Bonaran pernah bekerja sebagai loper koran. Hal itu dilakukannya setelah lulus dari SMP Fatima dan SMA Katolik di Sibolga.


(53)

• Pendidikan:

SD HKI Gontingmahe, Sorkam tahun 1975 SMP Fatima, Sibolga tahun 1979

SMA Katolik, Sibolga tahun 1982

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), Medan tahun 1987

Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta tahun 2008

b. H Sukran Jamilan Tanjung, SE

• Jabatan Sebagai Wakil Bupati Tapanuli Tengah Periode 2011-2016.

• Lahir di Sibolga, 4 Maret 1967.

• Agama Islam.

• Memiliki Istri bernama Hj. Evelina Maria Sandra dan di karuniai 3 (Tiga) orang anak.

• Profesi sebagai politisi partai Golkar dan mantan anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara.

• Pendidikan:

SD Negeri 9 (081232), Sibolga tahun 1979. SMP Negeri 1, Sibolga tahun 1983.

SMA Negeri 31, Jakarta tahun 1982.

Fakultas Ekonomi / Akuntansi Universitas Borobudur, Jakarta tahun 1996.


(54)

2.2 Kedudukan Dan Fungsi Kepala Daerah

Pemerintah selaku pemegang kekuasaan eksekutif dibedakan dalam dua pengertian yuridis, yakni:

a. Selaku alat kelengkapan negara yang bertindak untuk dan atas nama negara yang kekuasaannya melekat pada kedudukan seorang kepala negara.

b. Selaku pemegang kekuasaan tertinggi atas penyelenggaraan pemerintahan atau selaku administrator negara (pejabat atau badan atas usaha negara)

Pemerintahan adalah berkenaan dengan sistem, fungsi, cara, perbuatan, kegiatan, urusan, atau tindakan memerintah yang dilakukan atau diselenggarakan atau dilaksanakan oleh pemerintah. Eksekutif adalah cabang kekuasaan dalam negara yang melaksanakan kebijakan publik (kenegaraan dan atau pemerintahan) melalui peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif maupun atas inisiatif sendiri.

Administrasi (negara) adalah badan atau jabatan dalam lapangan kekuasaan eksekutif yang mempunyai kekuasaan mandiri berdasarkan hukum untuk melakukan tindakan-tindakan, baik di lapangan pengaturan maupun penyelenggaraan administrasi (negara).


(55)

Berkaitan hubungan antara pemerintahan dan administrasi negara, maka didalam organisasi modern sebagaimana negara dan perangkatnya, Max Weber mengintroduksi terminologi birokrasi dengan mengatakan sebagai berikut: Pemerintah tidak lain adalah yang berhasil menopang klaim bahwa perintahlah yang secara eksklusif berhak menggunakan kekuatan fisik untuk memaksakan aturan-aturannya dalam suatu batas wilayah tertentu. Sedangkan dalam pelaksanaan organisasi pemerintahan dibentuk birokrasi.

Tugas pokok pemerintahan adalah pelayanan yang membuahkan kemandirian, pembangunan menciptakan kemakmuran. Sedangkan Birokrasi itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Birokrasi patrimonial yang berfungsi berdasarkan nilai-nilai tradisional yang tidak memisahkan antara tugas, wewenang, dan tanggung jawab dinas dengan urusan pribadi pejabat.

b. Birokrasi modern (rasional) dicirikan dengan adanya spesialisasi, hukum, pemisahan tugas dinas dan urusan pribadi.

Lebih jauh berkaitan dengan birokrasi publik di Indonesia tentang restrukturisasi dan reposisi birokrasi publik. Sekurangnya terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aspek penegakan demokrasi, aspek perubahan sistem politik, dan aspek perkembangan teknologi informasi.11

11

Thoha Miftah.2000.Peran Ilmu Administrasi Publik Dalam Mewujudkan Tata Kepemerintahan Yang Baik. Makalah: Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada


(56)

a. Aspek Penegakan Demokrasi: Prinsip demokrasi yang paling urgen adalah meletakkan kekuasaan pada rakyat dan bukan pada penguasa. Oleh karena itu struktur kelembagaan pemerintah yang disebut birokrasi tidak dapat lepas dari kontrol rakyat. Wujud kekuasaan dan peran rakyat ialah bahwa pada setiap penyusunan birokrasi harus berdasarkan undang-undang. Berdasarkan undang-undang, rakyat terlibat dalam mendesain dan menetapkan lembaga-lembaga pemerintahan atau birokrasi di pusat maupun di daerah.

b. Aspek Perubahan Sistem Politik: Era reformasi saat ini sungguh menghadapi persoalan kondisi mental, sikap dan perilaku politik warisan rezim terdahulu terutama dalam kerangka single majority Golongan Karya. Pada masa orde baru semua posisi jabatan dalam organisasi publik ditempati oleh kader-kader Golkar. Oleh karena itu tidak dapat dibedakan manakah yang “birokrat tulen” dan manakah “birokrat partisan” Struktur organisasi publik berkembang antara pejabat birokrasi dan pejabat politik. Semua organisasi pemerintah dikaburkan antara jabatan karier dan nonkarier, antara jabatan birokrasi dan jabatan politik.

c. Aspek Perkembangan Teknologi Informasi: Kemajuan jaman dan perubahan global telah menjadikan cara kerja suatu birokrasi dengan menggunakan teknologi informasi. Cara demikian telah menciptakan “birokrasi tanpa batas dan tanpa kertas” Berdasarkan kondisi


(57)

demikian, maka tatanan organisasi akan berubah menjadi lebih pendek dan ramping. Sesuai dengan asas demokrasi, kewenangan birokrasi menjadi tidak hanya berada pada tataran penguasa melainkan tersebar dimana-mana (decentralized). Birokrasi tanpa batas dan tanpa kertas telah menjadikan birokrasi tidak lagi secara tegas mengikuti garis hirarki. Struktur organisasi bersifat ad-hoc, komite, dan matrik akan menjadi model organisasi mendatang, yang sering disebut sebagai organisasi struktur logis (logical structure).

Pemerintah tidak lain adalah yang berhasil menopang klaim bahwa perintahlah yang secara eksklusif berhak menggunakan kekuatan fisik untuk memaksakan aturan-aturannya dalam suatu batas wilayah tertentu. Sedangkan dalam pelaksanaan organisasi pemerintahan dibentuk birokrasi. Sedangkan tugas pokok pemerintahan adalah pelayanan yang membuahkan kemandirian, pembangunan menciptakan kemakmuran.

2.3 Tugas Dan Wewenang Pemerintah Daerah

Berdasarkan dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah. Kepala Daerah unt dengan Bupati, dan Kepala Daerah untuk Kota disebut Walikota. Masa Jabatan Kepala daerah selama 5 (lima) tahun terhitung sejak pelantikan dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa


(58)

jabatan. Berikut dijelask

Tugas Kepala Daerah adalah sebagai berikut :

a. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

b. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

c. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD;

d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD;

e. mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

f. mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah; dan

g. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas kepala daerah memiliki beberapa kewenang. Namun kewenangan serta tugas dilarang dilaksanakan jika Kepala Daerah sedang menjalani masa tahanan. Selama menjalani masa tahanan, tugas dan wewenangan


(59)

dilaksanakan oleh Wakil Kepala Daerah. Apabila kepala daerah sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara dan tidak ada wakil kepala daerah, sekretaris daerah melaksanakan tugas sehari-hari kepala daerah

Berikut kewenangan Kepala Daerah : a. mengajukan rancangan Perda;

b. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD; c. menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah;

d. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat;

e. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Wakil kepala daerah mempunyai tugas : a. membantu kepala daerah dalam

• memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

• mengoordinasikan kegiatan Perangkat Daerah dan menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan

• memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah provinsi bagi wakil gubernur


(60)

• memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah kabupaten/kota, kelurahan, dan/atau Desa bagi wakil bupati/wali kota.memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam pelaksanaan Pemerintahan Daerah; melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara; dan melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Wakil kepala daerah melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

Kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah meliputi :

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. menaati seluruh ketentuan peraturan perundangundangan; c. mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;


(61)

f. melaksanakan program strategis nasional; dan

g. menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan semua Perangkat Daerah.

Selainnya kewajiban diatas kepala daerah wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, laporan keterangan pertanggungjawaban, dan ringkasan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah akan dibahas pada tulisan selanjutnya.

Dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai hak protokoler dan hak keuangan. Hak keuangan meliputi gaji pokok, tunjangan jabatan, dan tunjangan lain. Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang dikenai sanksi pemberhentian sementara tidak mendapatkan hak protokoler serta hanya diberikan hak keuangan berupa gaji pokok, tunjangan anak, dan tunjangan istri/suami.

2.4 Visi Dan Misi Pasangan Bonaran-Sukran a. Visi

“MEWUJUDKAN MASYARAKAT TAPANULI TENGAH YANG MAJU, SEJAHTERA DAN BERMARTABAT”.

Visi Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012-2016 memiliki kalimat kunci, yaitu masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah maju, sejahtera dan bermartabat. Kalimat tersebut bermakna memberikan ruang yang luas kepada masyrakat untuk dapat merasakan dampak dari pembangunan, artinya masyarakat yang menjadi sasaran utama


(62)

pembangunan harus merasakan manfaat dari pelaksanaan pembangunan. Diharapkan seluruh stakeholder di Kabupaten Tengah bahu-membahu mengoptimalkan seluruh potensi dan kapasitas yang dimiliki untuk meraih dan mewujudkan untuk masa depan yang lebih baik, melalui pembangunan daerah yang terarah, terencana, menyeluruh, terpadu dan terintegrasi. Selanjutnya pemahaman terhadap visi tersebut sebagai berikut:

• Masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah Maju, merupakan masyarakat yang bergerak menuju keadaan yang lebih baik dan produktif, berakhlak mulia dan berkualitas dengan mempertahankan cirri dan identitas masyarakat Tapanuli Tengah yang majemuk.

• Masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah Sejahtera, bermakna masyarakat uang memiliki derajat kehidupan yang semakin baik, sehat, layak dan manusiawi.

• Masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah Bermartbat, bermakna masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Tuhanan dan kemanusiaan dengan motto daerah “Sahata Saolari” dalam aspek kehidupan masyarakat.


(63)

b. Misi

Sesuai dengan harapan untuk mewujudkan masyarakat tapanuli Tengah yan maju, sejahtera dan bermartabat maka ditetapkan msisi pembangunan Kabupaten Tapanuli Tengah 2012-2016 sebagai upaya mewujudkan dan menopang pencapaian visi. Kabupaten Tapanuli Tengah menetapkan 5 (lima) misi pembangunan, yaitu:

• Percepatan pembangunan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur,

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting vital untuk memepercepat proses pembangunan. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan sosial ekonomi, menginat gerak laju dan pertumbuhan sosial ekonomi tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi dan energy. Oleh karena itu, peningkatan pembangunan infrastruktur menjadi pembangunan sosial ekonomi selanjutnya.

• Membenahi birokrasi untuk meningkatkan pelayan publik, serta menjamin terwujudnya pemerintah yang baik dan bersih (good governance) serta beribawa. Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), terwujud pada kualitas pelayanan publik, peningkatan kerja aparat serta


(64)

meminimalisir praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) pada semua level dalam birokrasi serta meningkatkan partisispasi rakyat dalam penyelengggraan pemerintahan termasuk dalam pengawasan terhadap birokrasi.

• Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui kesehatan, pendidikan dan pembangunan Sumber Daya Manusia

Peningkatan kualitas hidup masyarakat dimaksudkan sebagai pembangunan yang mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing melalui peningkatan pendidikan di semua bidang, jenis dan jenjang, serta meningkatkan kualitas hidup melalui penyediaan akses yang sama terhadap pendidikan, pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial.

• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor-sektor unggulan serta menggali dan mengembangkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan pariwisata dengan kebijakan pembangunan yang pro rakyat. Mengembangkan kebijakan konomi yang berwawasan kerakyatan melalui pembangunan ekonomi kerakyatan. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kualitashidup, kesejahteraan ekonomi, pemerataan ekonomi dan daya saing melalui strategi pengembangan ekonomi, dengan meningkatkan potensi dan peluang keunggulan


(1)

melihat isu yang berkembang di masyarakat Tapanuli Tengah dan mengerti terhadap apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di Kabupaten Tapanuli Tengah. Namun kendala yang kini dihadapi oleh Kabupaten Tapanuli Tengah adalah masih bergantungnya terhadap bantuan APBN dan Investasi karena Pendapatan Asli Daerah belum bisa terlalu banyak memberikan kontribusi.

Program kerja yang diusung dan dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah selain berorientasi kepada program yang menyentuh masyarakat namun secara tidak langsung juga mengarah kepada upaya penambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti Penghasilan dari sektor Pariwisata, Pajak dan Retribusi Daerah.

2. SARAN

Dalam rangka mencapai kemajuan daerah dan mewujudkan Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai salah satu wilayah pelayanan jasa di Kawasan Pantai Barat Sumatera Utara, maka perlu dilakukan pembenahan terhadap perbaikan infrastuktur daerah, pembangunan pusat-pusat pelayanan ekonomi, membangun kelembagaan regional serta pembenahan pembangunan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk itu, ruang gerak anggaran perlu lebih dioptimalkan tidak hanya melalui mobilasi sumber pendapatan, tetapi juga melalui upaya penggalian sumberpendapatan, tetapi juga melalui upaya penghasilan sumber pembiayaan antara lain dari pinjaman dan obligasi daerah serta melakukan efensiensi belanja.


(2)

Menurut hemat Penulis, Kepentingan yang terbaik saat ini adalah mengupayakan kinerja pemerintahan sebaik mungkin dengan bersinergi bersama lembaga legislatif dan gencar mencari investor yang bersedia membantu percepatan perwujudan Visi Kabupaten Tapanuli Tengah untuk menutupi kekurangan mendasar dari Kabupaten ini yang terindikasi pada 8 (delapan) faktor yang telah Penulis simpulkan yaitu:

1) Masih lemahnya infrastruktur

Infrastruktur di Kabupaten Tapanuli Tengah, khusunya infrastruktur fisik, masih tergolong jelek dan belum memadai. Jalan-jalan poros desa, yang menghubungkan desa yang satu dengan desa yang lain dan antar perdesaan dengan perkotaan, belumtergolong baik. Selain itu, infrastruktur pokok lainnya, seperti Dam dan saluran irigasi juga perlu perbaikan-perbaikan. Padahal, infrastruktur demikian sangat dibutuhkan untuk ,meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan sektor-sektor terkait lainnya.

2) Minimnya sarana penunjang kapariwisatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah, hal in dapat dilihat dari kurangnya sarana dasar di beberapa objek wisata.

3) Pembangunan yang masih belum merata

Tingkat pembangunan di Kabupaten Tengah tidak merata. Terdapat disparitas antar daerah, kshusunya antara wilyah perdesaan dan perkotaan. Di tingkat kecamatan, pembangunan juga masih belum merata. Ada kecamatan-kecamatan tertentu yang memiliki dinamika pembangunan


(3)

ekonomi lebih baik, sementara itu kecamatan lain memiliki kelambatan dalam perkembangan ekonomi.

4) Nilai tambah produk-Produk pertanian rendah

Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki kelemahan berkaitan dengan pemanfaatan pasca panen. Beras, misalnya masih belum dimanfaatkan menjadi bahan-bahan olahan. Hal ini serupa juga pada sektor perikanan. Hasil ikan tangkapan para nelayanan itu masih belum dikelola secara maksimal yang memungkinkan adanya nilai tambah (added values) dari produk-produk tersebut untuk meningkatkan nilai suatu barang.

5) Kualitas SDM yang masih rendah

Kalau dilihat dari IPM, Kabupaten Tapanuli Tengah masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari indeks IPM Kabpaten Tapanuli Tengah yang memang masih berada di bawah rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Pada 2008, IPM Provinsi Sumatera Utara sudah mencapai 73,29 sementara itu IPM Kabupaten Tapanuli Tengah mencapai 70,48.

6) Masih tingginya angka kemiskinan dan angka pengangguran

Angka kemiskinan di Kabupaten Tapanuli Tengah memang mengalami penurunan. Tetapi, jumlah penduduk yang terkategori sangat miskin dan masih cukup besar. Tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Tapanuli Tengah diakibatkan Sumber Daya Manusia yang tidak memiliki keahlian sehinggga mengakibatkan angka pengangguran yang tinggi pula. Tingkat


(4)

penganggguran di Kabupaten Tapanuli Tengah tergolong tinggi juga. Pada 2008, penduduk yang terkategori menganggur mencapai 11,37 persen. 7) Masih rendahnya pendapatan asli daerah

Pendapatan Asli daerah (PAD) di kabupaten Tapanuli Tengah tergolong rendah. Hal ini membuat pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah masih belum bisa maksimal di dalam membiayai program-program pembangunan yang direncanakan. Selain itu, realitas demikian juga menunjukkan bahwa di dalam masalah sumber keuangan, Kabupaten Tapanuli Tengah masih sangat tergantung pada pemerintah pusat, baik melalui DAU maupun DAK. Untuk itu perlu digali lagi potensi-potensi daerah yang mampu menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tapanuli Tengah.

8) Cenderung ditinggalkannya budaya lokal

Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki budaya lokal yang khas, mulai seni music, seni suara dan menari. Tetapi, budaya demikian mulai tidak lagi mempunyai daya tarik bagi kalangan muda. Sebagaimana di daerah-daerah lain, kalangan muda di Kabupaten Tapanuli Tengah lebih menyuai budaya modern, bahkan budaya asing. Ini diakibatkan karena arus globalisasi yang melenceng dimana kemajuan dianggap sebagai westernisasi bukan terhadap kemajuan untuk berpikir dan mandiri.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Bagong Suyanto, dkk. 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta Kencana

Harsey dan Blanchard.1992.Manajemen Prilaku Organisasi Pendayagunaan Manusia. Alih bahasa Agung Dharma.Jakarta:Erlangga

Heidrajrahcman dan Husnan Sua.2000. “Manajemen Personalia”, Yogyakarta:BPFE.

Huasani Usman dan Purnomo.2004. Metodologi Penelitian Sosial, Bandung: Bumi Aksara.

Ruky Ahmad. 2002.Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Singarimbun Masri dan Effendi Sofian.1989, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES

Suyuti Ahmad.2001. Teori Gaya Kepemimpinan..Jakarta: Kencana Sondang P Siagian.1997.Organisasi, Kepemimpinan dan Prilaku Administrsi.Jakarta:Bumi Aksara

Sumber Jurnal:

Rivai, Harif, A. 2001. Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasional Terhadap Intensi Keluar. Tesis, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Thoha Miftah.2000.Peran Ilmu Administrasi Publik Dalam Mewujudkan Tata Kepemerintahan Yang Baik. Makalah: Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada


(6)

Sumber Artikel:

Tabloid Tapanuli Tengah Majalah Tapanuli Tengah Sumber Koran:

Suara Rakyat Tapanuli, Selasa 25 Agustus 2015 Sumber Internet:

Mas Wigrantoro Roes Setiyadi Diakses 14 Juni 2015.

Sumber Undang-Undang:

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah No. 49 tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah