Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kabupaten Tapanuli Utara Dengan Kabupaten Humbang Hasundutan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTARA KABUPATEN TAPANULI UTARA DENGAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh : Nama : Cyharji Hutabarat NIM : 070501016

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Medan 2011


(2)

ABSTRAK

Ketimpangan Pembangunan adalah merupakan permasalahan yang serius yang dihadapi disetiap negara,Baik itu negera maju maupun negara berkembang.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat ketimpangan pembangunan antara Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan dengan rumus Indeks Williamson,dan menganalisis sektor-sektor ekonomi unggulan (Potensi ekonomi) di kedua kabupaten. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series yang diteliti dari tahun 2003-2009, dengan analisis yang digunakan adalah Indeks Williamson,Hipotesis Kuznets,dan Location Quotient.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ketimpangan pembangunan terjadi di kedua daerah ,dan ketimpangan pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara lebih tinggi dari Kabupaten Humbang Hasundutan,walaupun tingkat ketimpangan pembangunan dikedua daerah ini tergolong dalam dalam ketimpangan rendah dengan Indeks Williamson (IW < 0,3). Hipotesis Kuznets berlaku dikedua daerah ini. Berdasarkan Analisis Location Quotient menunjukkan bahwa sektor Pertanian menjadi sektor Ekonomi Unggulan dikedua Kabupaten ini sedangkan sektor jasa (Services) dan Pengolahan (Manufacture) tidak menjadi sektor potensial penopang perekonomian di kedua Kabupaten ini.

Kata Kunci : Ketimpangan Pembangunan,Indeks Williamson,Tipologi Klassen,Hipotesis Kuznets,Location Quatient.


(3)

ABSTRACT

Development disparity is a serious problem that faced in many countries in the world. Not only in Developing Country but also in developed country. This Research aimed to analyzed development disparity rate between North Tapanuli Regency dan Humbang Hasundutan Regency by using Williamson Indeks, and to analyze the leading economic sectors (Potential sector) in both of regency. This research uses secondary data in the form of time series data from the years 2003-2009 by analyzed tools used are Williamson Index,Kuznets hypotesis,and Location Quatient.

The testing result show and indicates that the development disparity occured in both of region,and development disparity in North Tapanuli was higher than Humbang hasundutan Regency, Although the development disparity rate in both of regency is low (IW < 0,3). Kuznets hypotesis applies in both of these regency. Based on Location Quatient analyze the result shows that agriculture sector is leading economic sector in both of these Regencis but services and Manufacture not as a potential sector to improved the economic of both Regencis.

Key Word : Development disparity, Williamson Index,Kuznets Hipotesis,Location Quation.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur, hormat dan kemuliaan ditempat yang maha tinggi tidak henti-hentinya penulis panjatkan kepada ALLAH TRI TUNGGAL sang pemilik kehidupan atas segala kasih, berkat dan rahmatNya yang selalu hadir disetiap detik pengerjaan Skripsi ini sehingga skripsi ini boleh selesai.

Adapun tujuan penulis menyusun skripsi ini adalah sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi. Penulis membuat skripsi ini dengan judul “ Analisis Ketimpangan Pembangunan antara Kabupaten Tapanuli Utara dengan Humbang Hasundutan “

Dalam kerendahan hati penulis juga hendak mengucapkan terimakasih dan hormat kepada orang tua Among/Inong naburju yang paling penulis sayangi yakni Bapak M.H.Hutabarat dan Ibu saya N.Batubara buat Kakak (Sriningsih Hutabarat) abang saya (Ermanto Hutabarat) dan saudara kembar (Cyharjo Hutabarat) buat segala dukungan baik moril dan materill bahkan yang menjadi sumber inspirasi bagi penulis.

Penulis juga hendak mengucapkan terimakasih buat teman-teman saya ekonomi pembangunan 2007 yang juga telah banyak memberi dukungan buat penyelesaian skripsi ini, khususnya buat teman-teman 3 idiot’s (Frans,Fredy,Cyharji) yang menjadi sumber inspirasi setiap saat buat pengerjaan skripsi ini,bahkan buat dukungan moral yang selalu diberikan buat penulis.

Penulis menyadari, skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis dalam hal ilmu pengetahuan maupun pengalaman khususnya yang bersangkutan dengan tulisan ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi dan dan menambah pengetahuan bagi penulis.

Pada kesempatan ini penulis juga hendak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu,memberi dukungan,bimbingan dan saran bahkan inspirasi bagi penulis baik dalam keseharian aktivitas perkuliahan maupun dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis juga sangat mengucapkan terimakasih bahkan hal yang menggembirakan ketika penulis diberikan kesempatan untuk


(5)

mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah membantu, memberi bimbingan,saran bahkan dukungan moril selama perkuliahan secara khusus selama pengerjaan skripsi ini,antara lain :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec., sebagai Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bapak Syahrir Hakim Nasution, SE, M.si, sebagai Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.soc, P.hd, Sebagai Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.si, Sebagai Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Prof.Dr, Ramli, M.s, sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah

memberikan waktu untuk membimbing penulis mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Prof.DR. S

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, Msi., sebagai dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. 7. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, C. A. E, Msi.,sebagai Dosen Wali yang

telah menjadi penasehat akademik selama masa perkuliahan.

8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya.

9. Kepada saudara-saudara dan Keluarga di Medan,tempat tinggal penulis Lae (Ir.T Siahaan) ito(L.Situmeang) dan Bere/Ponakan sekalian (Ricky,Nita,Ucok,Wilda),Lae dan ito Delvy dan ponakan (Delvy,Icha,Ryan),Namboru Renol (+),Namboru sibadak,Op.Togap Batubara (+)/Br.tambunan,Op.rotua,dan seluruh saudara-saudara penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis buat semua dukungan yang diberikan kepada penulis baik materil maupun moril.


(6)

10.Kepada Teman-teman sekaligus saudara terkasih satu Kelompok Kecil “Gideon & Petra” (B’Jony,Fredy,Frans,Ridho,Darmanto,Ernest,Willy)atas segala dukungan doa kepada penulis, kepada teman-teman seperjuangan di “Campus Concern” dan “KAM KPK” yang tetap memberi dukungan bagi penulis.

11.Kepada adek-adek kelompok rohani

penulis,(Lasondy,Andreas,togy,Choin,Hesekiel,Jepry) yang menjadi sumber inspirasi penulis.

12.Kepada kerabat dan sahabat seperjuangan yakni, Fredy, Candra, Frans, Darmanto, Bang Boy Chandra,Gea,Evy,Vido, Novita, Abram, Grace, Veronika, Rima, beserta seluruh teman-teman di Ekonomi khususnya Ekonomi Pembangunan yang tidak dapat saya sebut satu-persatu, yang telah menjadi sumber inspirasi penulis,dukungan moril yang telah diberikan sepanjang perkuliahan.

13.Kepada segenap pengurus Campus Concern FE-USU periode 2010/2011 yang telah mau bekerjasama untuk mengerjakan program dan memperjuangkan kebenaran ditengah-tengah kampus.

14.Kepada seluruh adik-adik Ekonomi Pembangunan stambuk 2008,2009 dan 2010 buat semua kerjasama yang telah kita kerjakan bersama-sama.

Medan, Juni 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang...1

1.2Perumusan Masalah...11

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian...12

BAB II URAIAN TEORITIS...13

2.1 Pengertian Pembangunan...13

2.1.1 Tiga nilai inti pembangunan...14

2.1.2 Sasaran Pembangunan...17

2.2 Pengertian dan Teori Pembangunan Ekonomi...18

2.2.1 Pembangunan dalam Perspektif Modernisasi...18

2.2.2 Pembangunan dalam Perspektif Struktural...25

2.2.3 Pembangunan dalam Perspektif Pertumbuhan Ekonomi..26

2.3 Pembangunan Ekonomi Daerah...29

2.3.1 Teori Albert Hirschman...33

2.3.2 Teori Nurkse...34


(8)

2.4.1 Model Pertumbuhan Neo-Klasik...36

2.4.2 Teori Schumpter...38

2.4.3 Teori Pertumbuhan Kuznets...39

2.4.4 Teori Pertumbuhan Harrod – Domar...40

2.4.5 Teori Pertumbuhan Rostow...41

2.4.6 Teori Jumlah Penduduk Optimal...41

2.5 Teori Pembangunan Regional...44

2.5.1 Teori Basis Ekspor...45

2.5.2 Teori Neo-Klasik...46

2.5.3 Teori Kumulatif –Kausatif...46

2.5.4 Teori Pusat Lingkungan...47

2.5.5 Teori Pusat Pertumbuhan...47

2.6 Ketimpangan Pembangunan Wilayah...48

2.6.1 Indeks Williamson...53

2.6.2 Indeks Enthropy-Theil...54

2.7 Hipotesis Kuznets...55

2.9 Hipotesis...60

BAB III METODE PENELITIAN...61

3.1 Ruang Lingkup Penelitian...61

3.2 Jenis dan Sumber Data...61

3.3 Metode dan Tehnik Pengumpulan data...61

3.4 Metode Analisis Data...62

3.4.1 Indeks Williamson (IW)...62

3.4.2 Hipotesis Kuznets...63


(9)

3.5 Defenisi Operasional...66

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN...67

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Utara...67

4.1.1 Kondisi geografis...67

4.1.2 Administratif dan Kependudukan...69

4.1.3 Potensi Daerah Kabupaten Tapanuli Utara...74

4.1.4 Perdagangan, Hotel dan Pariwisata...81

4.1.5 Perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara...83

4.1.5.1 PDRB Tapanuli Utara...83

4.1.5.2 Struktur Perekonomian...85

4.2 Gambaran Umum Kabupaten Humbang Hasundutan...87

4.2.1 Keadaan Geografis...87

4.2.2 Administratif dan Kependudukan...89

4.2.3 Potensi Daerah...90

4.2.4 Perdagangan,Hotel dan Restauran...97

4.2.5 PDRB Humbang Hasundutan...99

4.3 Analisa dan Pembahasan...102

4.3.1 Indeks Williamson...102

4.3.2 Hipotesis Kuznets...107

4.3.3 Location Quation (LQ)...111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...119

5.1 Kesimpulan...119

5.2 Saran...120 DAFTAR PUSTAKA...


(10)

LAMPIRAN... SURAT PERNYATAAN


(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 4.1 Kondisi Wilayah Berdasarkan Ketinggian Wilayah 69

Kabupaten Tapanuli Utara

4.2 Kondisi Wilayah Berdasarkan Kemiringan Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara 69 4.3 Data Kecamatan,Luas Wilayah dan Jumlah Desa 72 4.4 Produksi Hasil Pertanian Tanaman Makanan 75 Tahun 2009

4.5 Produksi rata-rata Tanaman Padi sawah 75 4.6 Produksi Rata-rata Tanaman Kemenyan menurut Kecamatan

4.7 Nama Objek dan jenis Wisata di Kabupaten 83 Tapanuli Utara Tahun 2009

4.8 Luas Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan 88 menurut Kecamatan

4.9 Luas Panen,Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi 91 (Sawah dan Ladang) menurut Kecamatan

4.10 Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat menurut 92 jenis Tanaman2007-2009 (Ton)

4.11 Luas Panen,Produksi dan Rata-Rata Produksi Kopi 93 menurut Kecamatan

4.12 Luas Panen,produksi dan rata-rata produksi kemenyan 94 4.13 Jumlah Wisatawan Asing dan Domestik yang datang 98


(12)

4.14 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 101 Menurut Lapangan Usaha

4.15 Indeks Williamson Kabupaten Tapanuli Utara102 Dan Humbang Hasundutan 2003-2009

4.16 Indeks Williamson dan Pertumbuhan Ekonomi 108 Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan 4.17 Nilai LQ setiap Sektor di Kabupaten Tapanuli Utara 114 dan Humbang Hasundutan


(13)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Tapanuli Utara 8

2.1 Hipotesisi Neo-Klasik 38

2.2 Jumlah Penduduk Optimal 42

2.3 Kerangka Konseptual 58

3.1 Kurva U-Terbalik Hipotesis Kuznets 64

4.1 Hipotesis Kuznets di Kabupaten Tapanuli Utara 108

4.2 Hipotesis Kuznets di Kabupaten Humbang Hasundutan 111


(14)

Lampiran 1 Jumlah Penduduk,PDRB atas Dasar Harga Konstan

2000,Pendapatan perkapita,dan Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) Kabupaten Tapanuli Utara,Tahun 2003-2009

Lampiran II PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 Kabupaten Tapanuli Utara,

PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Sektor Pertanian

(Agriculture),Pengolahan (Manufacture),dan Jasa (Services)

Lampiran III Jumlah Penduduk,PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000,Pendapatan Perkapita,dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Humbang Hasundutan

Lampiran IV PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 Kabupaten Humbang Hasundutan

PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan menurut sektor Pertanian (Agriculture),Pengolahan (Manufacture),dan Jasa (Services)

Lampiran V Jumlah Penduduk,PDRB Atas Dasar Harga Konstan

2000,Perndapatan Perkapita,dan Pertumbuhan Ekonomi Povinsi Sumatera Utara

Lampiran VI PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 Provinsi Sumatera Utara


(15)

ABSTRAK

Ketimpangan Pembangunan adalah merupakan permasalahan yang serius yang dihadapi disetiap negara,Baik itu negera maju maupun negara berkembang.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat ketimpangan pembangunan antara Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan dengan rumus Indeks Williamson,dan menganalisis sektor-sektor ekonomi unggulan (Potensi ekonomi) di kedua kabupaten. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series yang diteliti dari tahun 2003-2009, dengan analisis yang digunakan adalah Indeks Williamson,Hipotesis Kuznets,dan Location Quotient.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ketimpangan pembangunan terjadi di kedua daerah ,dan ketimpangan pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara lebih tinggi dari Kabupaten Humbang Hasundutan,walaupun tingkat ketimpangan pembangunan dikedua daerah ini tergolong dalam dalam ketimpangan rendah dengan Indeks Williamson (IW < 0,3). Hipotesis Kuznets berlaku dikedua daerah ini. Berdasarkan Analisis Location Quotient menunjukkan bahwa sektor Pertanian menjadi sektor Ekonomi Unggulan dikedua Kabupaten ini sedangkan sektor jasa (Services) dan Pengolahan (Manufacture) tidak menjadi sektor potensial penopang perekonomian di kedua Kabupaten ini.

Kata Kunci : Ketimpangan Pembangunan,Indeks Williamson,Tipologi Klassen,Hipotesis Kuznets,Location Quatient.


(16)

ABSTRACT

Development disparity is a serious problem that faced in many countries in the world. Not only in Developing Country but also in developed country. This Research aimed to analyzed development disparity rate between North Tapanuli Regency dan Humbang Hasundutan Regency by using Williamson Indeks, and to analyze the leading economic sectors (Potential sector) in both of regency. This research uses secondary data in the form of time series data from the years 2003-2009 by analyzed tools used are Williamson Index,Kuznets hypotesis,and Location Quatient.

The testing result show and indicates that the development disparity occured in both of region,and development disparity in North Tapanuli was higher than Humbang hasundutan Regency, Although the development disparity rate in both of regency is low (IW < 0,3). Kuznets hypotesis applies in both of these regency. Based on Location Quatient analyze the result shows that agriculture sector is leading economic sector in both of these Regencis but services and Manufacture not as a potential sector to improved the economic of both Regencis.

Key Word : Development disparity, Williamson Index,Kuznets Hipotesis,Location Quation.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan agenda sentral bagi semua Negara. Pembangunan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hajat hidup orang banyak serta perbaikan kualitas berbagai aspek kehidupan manusia. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, dan merupakan proses dinamis untuk mencapai kesejahtraan masyarakat. Mudarajat kuncoro (2004) melihat dan mendefenisikan pembangunan sebagai suatu proses yang berisifat multidimensional. perubahan yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia seperti dalam hal struktur sosial,sikap mental,dan lembaga-lembaga sosial. Termasuk akselerasi pertumbuhan ekonomi,perbaikan distribusi pendapatan, dan pemberantasan kemiskinan absolut.

Pada umumnya pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu Negara memang cenderung difokuskan terhadap pembangunan di bidang ekonomi, namun bukan berarti pembangunan dalam bidang lain tidak dubutuhkan untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Pembangunan di bidang ekonomi cenderung lebih difokuskan khususnya di Negara-negara berkembang, mengingat Negara sedang berkembang memerlukan perhatian lebih dalam hal pembangunan ekonomi. Karena pembangunan dibidang ekonomi mempunyai efek ganda


(18)

lainnya, Dengan sasaran untuk meningkatkan PDRB(Produk Domestik Bruto)

yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk ( Robinson,2004 : 18)

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan pemerataan bagi penduduk suatu Negara. Meier ( Gemmel, 1994 196 ) mendefinisikan pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dapat menciptakan pendapatan rill perkapita suatu Negara meningkat dalam periode jangka panjang dengan syarat, sejumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan mutlak tidak naik, dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Namun muncul alternatif defenisi pembangunan ekonomi yang lebih menekankan

income perkapita (Pendapatan perkapita), Dimana defenisi ini lebih menekankan pada kemampuan suatu Negara meningkatkan output yang dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan demikian Secara umum pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang yang memerlukan berbagai usaha dan cara yang konsisten dari berbagai elemen untuk memberikan kemakmuran dan keadilan bagi hajat hidup orang banyak.

Sebagaimana halnya pengertian pembangunan pada umumnya, pembangunan daerah juga merupakan hal yang multi-dimensi. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan komponen masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola


(19)

kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Lincoln Arsyad,1999 ; Blakely E. J, 1989). Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi,struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk,antar daerah dan antar sektor.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya (Kuznetz, 1966). secara sederhananya pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perubahan dari Produk domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto di tingkat Daerah (PDRB). Namun para teoritikus ilmu ekonomi pembangunan masa kini masih terus menyempurnakan makna,hakikat dan konsep pertumbuhan ekonomi. Para teoretikus menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dari pertambahan (Produk domestik Bruto) PDB dan PDRB saja, akan tetapi diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan,kepuasan dan kebahagiaan dengan rasa aman dan tentram yang dirasakan oleh masyarakat luas (Lincolin Arsyad, 1999).

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari kesejahtraan masyarakat. Suatu perekonomian dapat dikategorikan mengalami pertumbuhan yang dinamis apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang dijadikan ukuran sebagia kesuksesan pembanguan suatu Negara, memang secara teoritis dapat dibenarkan, namun disatu sisi jika melihat realitasnya baik itu secara Nasional maupun regional (daerah) pertumbuhan ekonomi yang tinggi atau dinamis yang


(20)

diharapkan dapat dinikmati masyarakat sampai kelapisan yang paling bawah melalui proses merambat kebawah (trickle-down effect) tidak serta merta dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat yang merupakan tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri. Karena pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu di barengi oleh kenaikan dalam ketimpangan distribusi pendapatan atau ketimpangan relatif( Thee Kian Wie, 1980). Bahkan para ahli ekonomi mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat dan distribusi pendapatan terdapat suatu trade-off.

Jika melihat pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, secara angka statistik pertumbuhan ekonomi Sumut dapat dikategorikan bertumbuh pesat dan relatif tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang dinamis dari tahun ketahun. BPS mencatat sebagai berikut : 5,74 % tahun 2004,5,48% tahun 2005,6,20% tahun 2006,6,90% 2007, dan 6,39 tahun 2008. Bila kita bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dalam skala nasional/Indonesia Badan Pusat Statistik(BPS) mencatat sebagai berikut : tahun 2004 5,03%,tahun 2005 5,69%,tahun 2006 6,28 %,tahun 2007 6,28% dan tahun 2008 6,06%.

Secara angka statistik pertumbuhan ekonomi Sumatera utara memang cenderung mengalami progresif dari tahun ketahun, dan hal tersebut telah dapat menunjukkan bahwa Sumatera Utara sudah mampu melaksanakan pembangunan dengan baik. Namun hal ini tidak serta merta mengindikasikan bahwa pembangunan di sumut terjadi secara merata serta mencapai apa yang menjadi tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri yaitu kesejahtraan masyarakat. Terlebih


(21)

dahulu perlu diperhatikan apakah pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh kontribusi seluruh masyarakat atau hanya sebagian masyarakat saja. Karena tak dapat dipungkiri walaupun pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan suatu Negara atau wilayah, tak dapat disangkal bahwasanya pemerataan pembangunan merupakan salah satu indikator dari pembangunan yang lazim digunakan oleh badan-badan dunia dalam menilai keberhasilan pembangunan suatu Negara. (Todaro,1996 : 164).

Tolok ukur keberhasilan pembangunan tidak bisa hanya dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memang merupakan suatu kondisi yang diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi proses pembangunan (Sirojuzilam,2008 :23). Keberhasilan suatu pembangunan menyangkut struktur ekonomi,pengurangan tingkat kemiskinan, dan pengangguran secara khususnya menyangkut distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Teriakan para ekonom ini membawa perubahan dalam paradigma pembangunan yang mulai menyoroti bahwa pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses yang bersifat multidimensional (Mudrajat Kuncoro,2003).

Pembangunan dalam lingkup Negara secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan antar daerah sering kali menjadi permasalahan serius. Kesenjangan atau ketimpangan (disparity) antar daerah merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri. perbedaan kemajuan antar daerah yang berlebihan tentu akan meyebabkan pengaruh yang merugikan (Backwash Effect) mendominasi pengaruh yang menguntungkan (spread effect) terhadap pertumbuhan daerah,dalam hal ini mengakibatkan proses ketidakseimbangan. Pelaku-pelaku yang mempunyai


(22)

kekuatan dipasar secara modal akan cenderung meningkat bukannya menurun,sehingga akan mengakibatkan ketimpangan antar daerah.

Isu kesenjangan ekonomi antar daerah di Indonesia mulai mengemuka pada dua dekade terakhir masa pemerintahan Orde Baru. Isu ini sudah menjadi kajian menarik karena menyangkut kepentingan Negara dan bangsa,yakni: stabilitas politik,ekonomi,dan sosial,utamanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saat ini isu tersebut masih relevan Karena permasalahan kesenjangan/ketimpangan ekonomi antar daerah belum terpecahkan secara memuaskan,disamping berkembangnya dinamika spasial.

Secara alamiah Ketimpangan pembangunan antar daerah terjadi sebagai konsekuensi dari latar belakang perbedaan antar wilayah. Perbedaan itu berupa perbedaan karakteristik alam,sosial,ekonomi,dan sumber daya alam yang penyebarannya berbeda di setiap wilayah. Perbedaan tersebut menjadi penghambat dalam pemerataan pembangunan ekonomi dikarenakan terkonsentrasinya suatu kegiatan perekonomian yang berdampak meningkatnya pertumbuhan ekonomi di beberapa wilayah/daerah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Kelebihan kekayaan alam yang dimiliki diharapkan memberi dampak menyebar (spread effect). Hanya saja kekayaan alam ini tidak dimiliki oleh seluruh wilayah secara merata di Indonesia. Disamping itu juga adanya ketimpangan redistribusi pembagian pendapatan dari pemerintah pusat atau peropinsi ke daerah (Mudrajat Kuncoro,2004). Hal inilah yang meyebabkan terjadinya ketimpangan atau kesenjanagan antar daerah. Namun demikian,kondisi tersebut tidak dapat digunakan sebagai pembenaran untuk membiarkan ketimpangan ekonomi antar daerah semakin melebar.


(23)

Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan merupakan dua kabupaten yang berada di Provivinsi Sumatera Utara. Kedua kabupaten ini secara geografis berada dalam satu kawasan yang saling berdekatan. Kabupaten ini memiliki pola pengembangan wilayah yang hampir sama,namun strategi pengembangan yang berbeda,sehingga membuat kedua daerah ini memunyai laju pertumbuhan yang juga berbeda. BPS mencatat Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara mengalami fluktuasi dari setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten dari sisi penggunaan mengalami peningkatan dari tahun-ketahun khususnya dari tahun 2001-2007. Hal ini sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi nasional dan keadaan ekonomi yang mulai stabil.

Menurut data PDRB ADHK pertumbuhan ekonomi Tapanuli Utara tahun dari tahun-keta tahun 2002, 4,76 % tahun 2003, 4,74% tahun 2004, 5,04% tahun 2005, 5,44% tahun 2006, 6,03% tahun 2007, 5,74 tahun 2008, dan 4,98% pada Tahun 2009.


(24)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara.

Pada tahun 2004 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 4,74% meningkat menjadi 5,04% pada tahun 2005 dan mencapai angka 6,03% pada tahun 2007 dan kemudian bertumbuh lagi sebesar 5,74% pada tahun 2008 namun mengalami penurunan pada tahun 2009 dengan pertumbuhan 4,98%.

8

2007

2005 2006

2004 2003

2002

2001 2008 2009

6

4

2

4.98 5.04

4.74 4.76

4.32 4.47

6.03

5.44

5,74

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tapanuli Utara Tahun 2001-2009 (persen)


(25)

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 6,03 % dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 4,32%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2007 sebesar 6,03 persen dengan kontribusi tertinggi dari sektor pertanian mencapai 54,74% dari total PDRB. Sektor yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap PDRB kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian sebesar 54,74% disusul oleh sektor Perdagangan,hotel dan restoran sebesar 14,38%,sektor jasa sebesar 13,91% sektor lainnya sebesar 16,97% dan sektor yang paling kecil adalah pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 0,13%.

Sedangkan Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki pertumbuhan ekonomi yang juga mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dan bila dibandingkan dengan Kabupaten Tapanuli utara pertumbuhan ekonomi Humbang Hasundutan tingkat fluktuasinya lebih kecil. Dimana pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2007 mencapai 6,06 % atau hampir sama dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2006 sebesar 6,20%. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Humbang Hasundutan dari tahun ke tahun yaitu : 5,71% pada tahun 2004, 5,65% tahun2005, 5,77% tahun 2006, 6,06% tahun 2007, 5,84% tahun 2008,dan 5,32% pada tahun 2009. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian sebesar 59,08% diikuti dengan sektor perdagangan,hotel dan restaurant sebesar 14,42% ,sektor jasa 13,93% dan 6 sektor lainnya sebesar 12,57%, sektor kontributor paling sedikit adalah penggalian yang hanya menyumbangkan 0,20%.(Humbang Hasundutan dalam angka 2009).


(26)

Dilihat dari segi PDRB perkapita BPS mencatat PDRB perkapita Kabupaten Tapanuli utara mencapai Rp 11.682.269 pada tahun 2008 dan 12.498.057 pada tahun 2009.Sedangkan Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki PDRB perkapita lebih besar mencapai Rp12.545.644 pada tahun2008 dan pada tahun2009 mencapaiRp13.767.253 dimana bila dibandingkan dengan PDRB perkapita Tapanuli Utara pada tahun 2009 hampir sama denga pendapatan perkapita Humbang Hasundutan pada tahun 2008. Namun hal yang patut menjadi perhatian adalah bahwa kondisinya masih sangat jauh jika kita bandingkan dengan Sumater Utara,dimana pada tahun 2004 saja PDRB Sumatera Utara sudah mencapai Rp9.740.000 dan pada Tahun 2009 mencapai Rp17.840.000.hal ini menunujukkan bahwa secara kasar tingkat kesejahtraan masyarakat Kedua daerah ini masih jauh lebih rendah dibanding Sumatera Utara.

Meskipun Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki banyak kesamaan seperti halnya sektor ekonominya yang didominasi oleh sektor pertanian,letak geografis yang sama(berada dalam satu kawasan) dan sumber daya alamnya yang tidak jauh berbeda,tetapi masih terdapat ketimpangan pembangunan yang signifikan yang diakibatkan oleh strategi pembangunan daerah yang berbeda,konsentrasi kegiatan ekonomi,kondisi demografi,mobilitas barang dan jasa,kondisi infrastruktur yang berbeda serta alokasi dana pembangunan antar daerah.

Dari latar belakang dan uraian diatas, maka penulis mengangkat judul “Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kabupaten Tapanuli Utara dengan Kabupaten Humbang Hasundutan” untuk mengetahui lebih lanjut dan menguji sejauh mana ketimpangan yang terjadi antara Kabupaten Tapanuli Utara


(27)

dan Kabupaten Humbang Hasundutan serta menganalisis potensi ekonomi yang dimiliki oleh kedua daerah tersebut.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakan diatas,maka penulis merumuskan masalah yang menjadi dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan,yaitu sebagai berikut :

1. Apakah Terjadi ketimpangan pembangunan antara Kabupaten Tapanuli Utara dengan Kabupaten Humbang Hasundutan?

2. Apakah Hipotesis Kuznets tentang Kurva “U Terbalik” berlaku di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan?

3. Apakah sektor-sektor ekonomi unggulan (potensi ekonomi ) yang dapat menunjang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis ketimpangan pembangunan yang terjadi antara Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan.

2. Untuk mengetahui apakah Hipotesis Kuznets tentang “U terbalik” berlaku di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan.


(28)

3. Menganalisis dan mengetahui sektor-sektor ekonomi unggulan (potensi ekonomi) yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antara Indeks Williamson Kabupaten Tapanuli Utara dengan Humbang Hasundutan 5. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan antara Indeks LQ

(Location Quatient) Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Selain itu,penelitian ini juga memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan studi,literatur,dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi,peneliti dan mahasiswa fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam displin ilmu yang penulis tekuni.

3. Sebagai bahan informasi,masukan,dan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan.

4. Sebagai tambahan,pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada terutama menyangkut topik yang sama.


(29)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pembangunan

Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh sutau Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Setiap individu (society) atau Negara (state) akan selalu bekerja keras untuk melakukan pembangunan demi kelangsungan hidupnya untuk masa ini dan masa yang akan datang. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, dan merupakan proses dinamis untuk mencapai kesejahtraan masyarakat. proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Tiap-tiap Negara selalu mengejar dengan yang namanya pembangunan. Dengan tujuan semua orang turut mengambil bagian. Sedangkan kemajuan ekonomi adalah suatu komponen esensial dari pembangunan itu,walaupun bukan satu-satunya.hal ini disebabkan pembangunan itu bukanlah semata-mata fenomena ekonomi. Dalam pengertian yang paling mendasar, bahwa pembangunan itu haruslah mencakup masalah-masalah materi dan financial dalam kehidupan. Pembangunan seharusnya diselidiki sebagai suatu proses

multidimensional yang melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua system ekonomi dan sosial (Todaro, 1987 ; 63 ).


(30)

Pembangunan haruslah diarahkan kembali sebagai suatu serangan terhadap kebusukan/kejahatan dunia sekarang ; krisis pangan,kurang gizi,pengangguran,dan ketimpangan pendapatan. Karena jika diukur dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,pembangunan telah mencapai sukses yang besar,akan tetapi jika ditinjau dan dikaji dari segi pengurangan tingakat kemiskinan,keadilan dan pengurangan tingkat pengangguran maka pembangunan itu mengalami kegagalan.( Paul P.streeten, Chairman of Editorial advisord Board, world development, 1967 ).

2.11 Tiga Nilai Inti Pembangunan

Dalam bukunya Michael P.Todaro mengutip pendapat Profesor Goulet dan tokoh-tokoh lainnya mengatakan bahwa paling tidak adanya tiga komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami makna pembangunan yang paling hakiki. Ketiga komponen dasar itu adalah Kecukupan (sustenance) jati diri (self-estem), serta kebebasan (freedom); ketiga hal tersebut nilai pokok atau tujuan inti yang harus dicapai dan diperoleh oleh setiap masyarakat melalui pembangunan. Ketiga komponen tersebut berkaitan secara langsung dengan kebutuhan manusuia yang paling mendasar, yang terwujud dalam berbgai macam manifestasi di seluruh masyarakat dan budaya sepanjang zaman.

 Kecukupan: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Yang dimaksud dengan kecukupan bukan hanya sekedar menyangkut makanan. Melainkan mewakili semua hal yang merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik. Kebutuhan dasar ini meliputi


(31)

pangan,sandang,papan,kesehatan, dan keamanan. Apabila salah satu satu dari sekian banyak kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi maka muncullah

keterbelakangan absolute. Fungsi dari semua kegiatan pemabangunan pada

hakekatnya adalah untuk menyediakan sebanyak banyak mungkin perangakat dan bekal guna menghindari kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang diakibatkan oleh kekurangan pangan,sandang,papan,kesehatan,dan keamanan. Atas dasar tersebutlah dinyatakan bahwa keberhasilan pembangunan itu merupakan prasayarat bagi membaiknya kualitas kehidupan. Tanpa adanya kemajuan ekonomi secara berkesinambungan,maka realisasi potensi manusia, baik itu indvidu maupun keseluruhan masyarakat,tidak mungkin berlangsung. Setiap individu harus mendapat kecukupan untuk mendapatkan lebih. Dengan demikian,kenaikan pendapatan perkapita,penambahan lapangan kerja,pengentasan kemiskinan,serta pemerataan pendapatan,merupakan hal-hal yang harus ada (necessary condition) bagi pembangunan,tapi tidak akan memadai tanpa adanya fakto-faktor inti/positif lainnya (not sufficient condition).

Dalam laporan PBB,Human Development Report terbitan tahun 1994 pada bab pembukaan dengan tegas menyatakan :

Bahwa semau manusia lahir dengan membawa potensi kapabilitas tertentu. Tujuan pembangunan adalah menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan setiap orang mengembangkan kapabilitas itu,dan kesempatnnya harus senantiasa dipupuk dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pondasi nyata bagi pembangunan manusia adalah universalisme pengakuan atas hidup manusia. Namun jika semua perhatian diarahkan ke hal itu,maka hal tersebut adalah kekliruan. Ada dua alasan pokok. Pertama, akumulasi kekayaan tidak menjamin


(32)

tersedia atau terpenuhinya pilihan-pilihan terpenting bagi manusia. Kedua, pilihan-pilihan manusia itu jauh lebih besar dari kekayaan.(Human Development Report,1994).

 Jati Diri :Harga Diri Sebagai Manusia.

Komponen inti dari pembangunan yang kedua adalah menyangkut jati diri. Kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan dari dalam diri untuk maju,untuk menghargai diri sendiri,untuk merasa diri pantas (able) dan layak untuk melakukan sesuatu. Semua itu terangkum dalam jati diri(self-esteem).

Pencarian jati diri bukanlah suatu hal yang bersifa sepele. Karena jati diri itu bukan hal yang sepele. Penyebaran nilai-nilai modern yang bersumber dari Negara-negara maju telah menimbulkan kebingungan dan kejutan budaya di banyak Negara berkembang.kontak dengan masyarakt lain baik secara ekonomis maupun teknologis lebih maju acap kali menyebabkan defenisi dan batasan mengenai baik-buruk atau benar-salah menjadi kabur. Ini dikarenakan kesejahtraan nasional muncul sebagai berhala baru. Kemakmuran materil lambat laun dijadikan sebagai suatu ukuran kelayakan universal,dan dinobatkan sebagi landasan atas penilaian sesuatu. Derasnya serbuan nilai-nilai barat yang mengikis jati diri masyarakat dinegara-negara berkembang. Banyak bangsa yang merasa dirinya kecil atau tidak berarti hanya karena mereka tidak meiliki kemajuan ekonomi dan teknologi seperti bangsa-bangsa lain. Selanjutnya yang dianggap hebat adalah mempunyai kemajuan ekonomi dan teknologi modern,sehingga masyarakt di Negara-negara dunia ketiga berlomab-lomba untuk mengejar ketertinggalan tanpa menyadari kehilangan jati dirinya.


(33)

 Kebebasan dari Perbudakan/Penindasan

Tata nilai ketiga sebagai nilai-nilai hakiki pembanguna adalah konsep “Kebebasan atau Kemerdekaan. Kebebasan dalam konteks ini diartikan secara luas sebagai kemampuan untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materil dalam kehidupan serta bebas dari perasaan perbudakan sosial sebagai manusia terhadap alam. Kebebasan dari kebodohan dan ketergantungan terhadap pihak asing. Kebebasan merangkum pilihan-pilihan yang luas bagi masyarakat dan anggotanya secara bersama-sama untuk memperkecil paksaan/tekanan dari luar,dalam usaha untuk mencapai tujuan sosial yang dinamakan dengan “pembangunan”Arthur Lewis(1954) menekankan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kebebasan dari sikap-sikap budak,dengan menyimpulkan,bahwa keuntungan dari pertumbuhan ekonomi bukanlah kenikmatan karena kekayaan bertambah,tapi karena meningkatnya kebebasan manusia untuk memilih.

2.1.2 Tiga sasaran pembangunan

Dapat disimpulkan bahwa pembangunan,baik secara fisik ,mapun non fisik yang dimiliki oleh masyarakat melalui beberapa gabungan proses social,ekonomi dan institusional,mencakup usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Apapun komponen-komponen khusus untuk mencapai kehidupan yang lebih baik ini,tetapi pembangunan dalam semua masyaraktat haruslah mempunyai,paling sedikit tiga sasaran sebagai berikut(Michael P.Todaro: 1977) :


(34)

• Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian/pemerata an

bahan-bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup,seperti makanan,perumahan,kesehatan dan perlindungan.

• Mengangkat taraf hidup,termasuk menambah danmempertinggi

penghasilan,peneyediaan lapangan kerja yang memadai,pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan manusiawi ,dan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materil ,tapi juga untuk mengangkat kesadaran akan harga diri, baik itu secara individu maupun nasional.

• Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua bagi

seluruh masyarakat dengan cara membebaskan mereka dari sikap-sikap budak dan ketergantungan,tidak hanya dalam hubungannya dengan orang lain dan juga Negara-negara lain tapi dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan manusia.

2.2 Pengertian dan Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu Negara dalam rangka pengembangan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat khususnya di bidang ekonomi. Pembahasan tentang masalah pembangunan ekonomi memang bukanlah suatu perkembangan baru dalam ilmu ekonomi karena studi tentang pembangunan ekonomi tersebut telah menarikperhatian para pakar ekonomi sejak zaman kaum merkantilis,kaum klasik,sampai marx dan Keynes ahli-ahli ekonomi tersebut telah mengemukakan teorinya tentang pembangunan ekonomi. Adam smith misalnya,yang terkenal dengan bukunya An Iquiry into the nature and cause the


(35)

wealth of nation (1776)mengemukakan bahwapembangunan ekonomi suatu Negara sangat bergantung pada kemampuan Negara tersebut dalam menabung dan berinvestasi. Smith juga memperhatikan ukuran pasar yang dimiliki suatu Negara sebab luar pasar sangat mempengaruhi volume produksi yang akhirnya tergantung pada tingkat pendapatan.ukuran pasar dapat mempengaruhi produktivitas dan pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Tinggi rendahnya tingkat pendapatan sangat berpengaruh pada tingkat kemampuan untuk menabung dan dorongan berinvestasi.

Selain itu, dalam bukunya yang berjudul The Progress of Wealth (Buku II) yang dikembangkan dari bukunya berjudul Principles of Political Economy

(1820), Thomas Robert Malthus mengemukakan salah satu gagasannya mengenai konsep pembangunan, khususnya bidang ekonomi bahwa pembangunan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan penduduk suatu negara.

Kesejahteraan suatu negara sebagian bergantung pada kuantitas produk yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut. Malthus mendefenisikan masalah pembangunan ekonomi sebagai sesuatu yang menjelaskan perbedaan Gross National Product potensial (“kemampuan menghasilkan kekayaan”) dan Gross National Product actual (“kekayaan aktual”). Tetapi masalah pokoknya adalah bagaimana mencapai tingkat Gross National Product potensial yang tinggi. Mudrajat Kuncoro (2004) juga memberikan gagasannya bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan


(36)

kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.

Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas, bukan hanya sekedar bagaimana menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun saja, melainkan juga memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya. Dengan demikian, pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita karena kenaikan itu merupakan penerimaan dan timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan PDB/PNB.

Menurut Sadono Sukirno (1985), walupun kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk mempertinggi kesejahtraan dalam arti yang seluas-luasnya,kegiatan ekonomi selalu dipandang sebagai sebahagian dari usaha pembangunan yang dijalankan oleh masyarakat,pembangunanekonomi hanya meliputi usaha sesuatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan meningktakan tingkat pendapatan masyarakat,sedangkan keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan sosial,politik,dan kebudayaan. Dengan adanya pembatasan tersebut maka pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu


(37)

proses yang menyebabakan pendapatan perkapita penduduk sesuatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Laju pembangunan ekonomi suatu Negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Bruto atau GDP). Namun walaupun demikian cara tersebut mempunyai kelemahan karena cara itu tidak secara tepat menunjukkan perbaikan kesejahtraan masyarakat yang dicapai. Pada saat terjadi pertambahan kegiatan ekonomi masyarakat,terjadi pula pertambahan penduduk. Oleh karena itu pertambahan kegitan ekonomi digunakan untuk mempertinggi kesejahtraan ekonomi masyaraktat. Apabila pertambahn GDP/GNP masyarakat lebih rendah dibandingkan pertambahan penduduk makan pendapatan perkapita akan tetap sama atau cenderung menurun.hal ini membuktikan bahwa pertambahan GDP/GNP tidak memperbaiki tingkat kesejahtraan ekonomi.

Beberapa perbedaan yang timbul ini menyebabkan beberapa ekonom membedakan pengertian pembangunan ekonomi (Economic development) dengan pertumbuhan ekonomi (economic Growth) para ekonom menggunakan istilah pembangunan ekonomi sebagai (Lincolin Arsyad,1997) :

 Pembangunan merupakan peningkatan pendapatan masyarakat yaitu tingkat pertamabahan GDP/GNP pada suatu tahun tertentu adalah melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.

 Pembangunan merupakan perkembangan GDP/GNP yang terjadi disuatu Negara dibarengi oleh perombakan dan sruktur ekonominya.


(38)

Menurut Gant (1971) ada dua tahap dalam tujuan pembangunan yaitu tahap pertama bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan. Jika tujuan ini sudah tercapai maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya umtuk mencukupi segala kebutuhannya.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan ekonomi yang diwujudkan dalam berbagai kebutuhan,secara umum disimpulkan sebagai berikut :

 Mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dana pertumbuhan produksi nasional yang cepat secara bersamaan.

 Mencapai tingkat kestabilan harga yang mantap dengan kata lain mengendalikan tingkat inflasi yang terjadi di perekonomian.

 Mengatasi masalah-masalah pengangguran dan perluasan kesempatan kerja bagi seluruh angkatan kerja.

 Pendistribusian pendapatan yang lebih merata dan adil.

Pembangunan mengandung arti yang luas,peningkatan produksi memang merupakan salah satuciri produk dalam proses pembangunan,selain segi penignkatan produksi secara kuantitatif,proses pembangunan mencakup perubahan komposisi produksi,perubahan pada pola penggunaan (Alokasi),sumber daya produksi (Produvtive Resources) diantara sector-sektor kegiatan ekonomi,perubahan pada pola pemabgian (distribusi) kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan (Institusional Framework) dalam kehidupan masyarakat secara komprehensif.


(39)

Dalam melaksanakan pembangunan,sasaran yang ingin dicapai ada lima yaitu sebagai berikut :

Terpenuhinya kebutuhan sandang,pangan,dan perumahan serta peralatan sederhana dan berbagai kebutuhan yang secara luas dipandang perlu oleh masyarakat yang bersangkutan.

Terciptanya kesempatan yang luas untuk memperoleh berbagai jasa publik,pendidikan,kesehatan,pemukiman yang dilengkapi infrastruktur yang layak.

Terjaminnya hak untuk memperolah kesempatan kerja yang produktif yang memungkinkan adanya balas jasa yang setimpal untuk memnuhi kebutuhan rumah tangga.

Terjaminnya partisipasi masyaraktat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek-proyek. ( Suryana,2000: 29).

2.2.1 Pembangunan dalam Perspektif Paradigma Modernisasi

Pembangunan kerapkali dikaitkan dengan modernisasi. Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial yang diharapkan terjadi. Dalam perspektif modernisasi,pembangunan dianggap sebagai sarana menuju kehidupan yang meniggalkan aspek tradisionalisme suatu masyarakat. Asumsi tersebut ditolak oleh Faqih dalam Runtuhnya teori pembangunan dan Globalisasi (2002). Umumnya orang beranggapan bahwa pembangunan adalah kata benda netral yang maksudnya adalah suatu kata yang digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha untuk meningkatkan kehidupan ekonomi,politik,social budaya,dan


(40)

infrastruktur masyarakat. Dengan demikian pembangunan disejajarkan dengan konsep perubahan sosial dan sejajar dengan kata ‘modernisasi’.

Dalam perspektif modernisasi,pembangunan menggunakan theory pertumbuhan ekonomi (economic growth). Dalam membahas teori-teori modernisasi dan pembangunan,maka pemikiran Rostow akan dijadikan kunci bahasan.dalam hal ini teori pertumbuhan ekonomi merupakan pilar dari perubahan sosial yang ingin dicapai dalam suatu proses pembangunan ekonomi. Ada beberapa teori tentang modernisasi yang melekat dalam konsep pembangunan dalam pengertian ini.

a. Theory ekonomi Kapitalisme. Dalam teori ini dinyatakan bahwa teori perubahan social modernisasi dan pembangunan pertumbuhan pada dasarnya dibangun diatas landasan kapitalisme.

b. Teori Evolusi. Teori evolusi sangat berpengaruh terhadap perkembangan teori pembangunan dalam perspektif modernisasi. Teori Evolusi atau disebut juga teori organik adalah warisan zaman pencerahan yang sangat menonjol saa itu.teori ini lahir setelah Revolusi Industri dan Revolusi Perancis pada awal abad ke-19. Teori ini mendasarkan adanya 6 (enam) asumsi perubahan sosial,yakni perubahan sosial dilihat sebagai natural,direksional, immanent, kontinyu,suatu keharusan dan berjalan melalui sebab yang sama.

c. Teori Fungsionalisme. Teori Fungsionalisme muncul sebgai kritik teori evolusi.teori ini muncul pertama kali tahun 1930an yang terkenal dengan

structural functionalism, yang dikembangkan oleh Merton dan


(41)

d. Teori Modernisasi. Teori Modernisasi lahir tahun 1950an di Amerika Serikat dan merupakan respon kaum intelektual terhadap perang dingin yang bagi penganut Evolusi dianut sebagai jalan yang optimis menuju perubahan. Teori Modernisasi dalam konteks ini erat sekali dengan konsep perubahn sosial,dan lahir sebagai buah dari perang dingin antar ideology kapitalisme dan sosialisme.

e. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Teori yang dihasilkan oleh Rostow ini sangat tekenal dan menjadi dasar kebijakan bagi semua Negara yang menjalankan pembangunan pasaka perang dingin.

2.2.2 Pembangunan dalam Perspektif Struktural

Dalam perspektif Struktural,pembangunan dilihat bukan sebagai proses perubahan sosial yang berdiri sendiri,namun memiliki keterkaitan diantara komponen yang ada didalam maupun diluar. Faqih (2002) memberikan penjelasan,para penganut paham struktural dalam pembangunan mencoba memperjuangkan perubahan sosial namun dalam sudut pandang objektivisme. Penganut paham structural ini memiliki kesamaan baik berada diblekang konsep structural fungsionalisme maupun penganut structural radikal.

Pandangan Struktural-Fungsional ini merupakan landasan pembangunan dalam makna yang kapitalistik,dengan perangkat teori ekonomi kapitalisme,teori evolusi,teori modernisasi,teori pertumbuhan ekonomi,teori prestasi,teori SDM,teori penciptaan tenaga kerja sampai dengan apa yang disebut oleh Chenery sebagai redireksi investasi. Sementara pandangan structural radikal kemudian


(42)

dikembangkan ke dalam banyak teori baru seperti teori ilmu sosial kritik,teori perubahan sosial marxisme post-struktural,teori ketergantungan dan seterusnya. Dalam hal ini teori strukturalis terdiri dari teori dependensia,serta teori humanism.sedangkan teori equilibrium meliputi teori psikodinamika, teori behavioralisme, teoridifusionisme, teori dualism, teori fungsionalisme serta teori konflik yang meliputi teori strukturalis-marxian dan strukturalis non Marxian dikategorikan dalam model taksonomis.

2.2.3 Pembangunan dalam Perspektif Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi merupakan hasil pemikiran Rostow yang lahir dalam tulisannya,yakni the stages of economic Growth : A Non-Comunist

Manifesto. Teori pertumbahan ekonomi dari Rostow pada dasarnya merupakan

sebauh versi dari teori modernisasi dan pembangunan,yakni suatu teori yang meyakini bahwaofaktoe manusia (bukan struktur dan sistem) menjadi focus utama perhatian. Teori pertumbuhan menurut,menurut Faqih(2002) adalah suatu bentuk teori modernisasi yang menggunakan metafora pertumbuhan,yakni tumbuh sebagai organism. Rostow melihat perubahan sosial (sosial Change),yang disebutnya sebagai pembangunan,sebagai proses evolusi perjalanan dari tradisional ke modern,dan selalu berjalan linear kedepan.

Pikiran ini kemudian menjelma menjadi apa yang disebut sebagai the fivestage scheme. Asumsinya adalah semua masyarakat Barat pernah mengalami tradisional dan akhirnya menjadi modern. Sikap manusia yang tradisional,oleh Rostow,dianggap sebagai masalah,dan karenanya harus dipecahkan melalui pembangunan. Tahapan pertama proses ini adalah, (i) masyarakat tradisional,(ii)


(43)

masyarakat prakondisi tinggal landas,(iii) masyarakat tinggal landas,(iv) masyarakat pematangan pertumbuhan,(v) masyarakat modern yang dicita-citakan,yakni masyarakat industry,dimana di dalamnya tercipta masyarakat modern masa konsumsi tinggi (High mass consumption). Untuk mencapai perkembangan ini menurut ini Rostow,prasyarat utama untuk menciptakannya adalah dengan modal (capital).

Secara lebih terperinci,teori pertumbuhan ekonomi adalah tata cara untuk menentukan jumlah rata-rata pendapatan perkapita penduduk. Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk sebuah Negara dalam jangka waktu tertentu. Angka pendaptan perkapita diperoleh dengan cara membagi pendapatan nasional bruto sebuah Negara dalam tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun itu pula.

Teori pertumbuhan ekonomi periode neoklasik atau teori pertumbuhan ekonomi modern,didominasi oleh nama-nama seperti,Keynes,Harrold Domar,Schumpeter,serta Rostow. Teori Schumpeter lebih menekankan pada pentingnya pelaku Bisnis dalam rangka menaikkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu Negara,maka teori Harold Domar lebih menekankan pada analisisnya pada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu Negara dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil (steady Growth) dalam waktu jangka panjang . syarat-syarat itu adalah :

• Keadaan barang dan modal yang sudah mencapai kapasitas penuh

• Keadaan tabungan (saving) yang sebanding atau proporsional dengan


(44)

• Keadaan rasio modal produksi (capital output ratio) yang tetap.

Ukuran keberhasilan pembangunan idealnya harus ditentukan berdasarkan dimensi pembangunan,yakni tergantung pada fokus dan orientasi pembangunan mana yang dilaksanakan dan dimensi mana yang lebih menjadi perhatian bersama

decision maker dan para planner sebgai perencana dan perancang,para pelaksana pembangunan itu sendiri sebgai pihak sebagai pihak yang menjalankan atau sering disebut juga sebagai agen pembangunan,maupun masyarakat pada umumnya sebagai sasaran pembangunan (safi’i, 2007).

Pengukuran keberhasilan pembangunan menurut Fatah (2006) harus melewati dua tahap,yaitu (1) tahapan identifikasi target pembangunan dan (2) tahapan agregasi karakteristik target pembangunan. Ravvalon and Datt (1996) menyarankan ukuran keberhasilan pembangunan bisa dilihat dari factor-faktor berikut yaitu (1) pengeluaran rill setiap dewasa,(2)akses kepada barang yang tidak dipasarkan, (3) distribusi intra rumah tangga dan (4) karakteristik personal. Ukuran keberhasilan pembangunan lainnya adalah dengan pendekatan kemiskinan,yakni bahwa keberhasilan pembanguanan diukur dengan seberap jauh upaya-upaya dapat mengentaskan kemiskinan.

Di Indonesia, ada beberapa jenis ukuran keberhasilan pembangunan yang digunakan dalam masyarakat :

1) Berdasarkan pendapatan dan nilai produksi,seperti PDB pertumbuhan ekonomi,dan pendaptan perkapita,distribusi pendaptan.


(45)

2) Berdasarkan investasi,seperti tingkat investasi,jumlah PMA (Penanaman Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modala Dalam Negeri), dan jumlah FDI (Foreign DirectInvestment),yaitu investasi langsung oleh pihak asing.

3) Berdasarkan kemiskinan dan pengentasannya,seperti jumlah penduduk miskin,tingkat kecukupan pangan,tingkat kecukupan 52 jenis komoditas pangan,tingkat pemenuhan kebutuhan dasar Sembilan bahan pokok (BPN),poverty Gap dan severity index,serta metode RAO (16 kg beras dikali 1,25 kemudian dibagi dengan rata-rata rasio pangan terhadap pengeluaran total).

4) Berdasarkan keadaan sosial dan kelesetarian lingkungan,seperti tingkat pendidikan (untuk berbagai level dan kombinasinya),tingkat kesehatan( meliputi kesehatan ibu dan anaj dan akses faslitas hidup sehat),tingkat dan kualitas lingkungan (meliputi tingkat pencemaran berbagai aspek,tingkata kerusakan hutan,tingkata degradasi lahan dan seterusnya (Fatah,2006).

2.3 Pembangunan Ekonomi Daerah.

Secara umum,pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan umtuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang pengembangan kegitan ekonomi dalam daerah tersebut amat tergantung dari masalah fundamental yang dihadapi oleh daerah itu. Bagaimana daerah mengatasi masalah fundamental yang dihadapi


(46)

ditentukan oleh strategi pembangunan yang dipilih. Dalam konteks inilah pentingnya merumuskan visi dan misi,dan kemudian memilih strategi yang tepat (Kuncoro,2004).

Lincoln Arsyad (1977) mendefenisikan pembangunan ekonomi daerah sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada serta membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan ekonomi dengan daerah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses,yang mencakup pembentukan-pembentukan institusi baru,pembangunan industri-industri alternatif,perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik,identifikasi pasar-pasar baru,alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Lincoln Arsyad,1977).

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki sumber-sumberdaya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya secara bertangung jawab. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan campur tangan pemerintah. Apabila pembangunan daerah diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme kepasar maka pembangunan dan hasilnya tidak dapat dirasakan oleh seluruh komponen atau daerah secara merata (Lincoln Arsyad,1977).

Menurut pendapat Arsyad (1977) perbedaan keadaan sosial ekonomi di sertiap daerah akan membawa impliaksi bahwa cakupan campur tangan pemrintah


(47)

ntuk setiap daerah juga berbeda. Perbedaan tingkat pembangunan antar daerah mengakibatkan perbedaan tingkat kesejahteraan antar daerah. Memusatnya ekspansi ekonomi di sutau daerah dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya konsisi dan situasi alamiah yang ada,letak geografis, dan sebagainya.

Menurut Kuncoro (2004),theory pembangunan yang ada selama ini memang belum berhasil mengupas secara tuntas mengenai kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi yang ada di daerah. karena itu sangatlah penting untuk melakukan perumusan ulang paradigma baru perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang lebih komprehensif. Diperlukan suatu sintesis diantara berbagai pendekatan yang ada sehingga bisa dihasilkan rumusan baru tentang paradigma baru pembangunan ekonomi daerah secara lebih tepat.

Salah satu pokok yang harus diperhatikan dalam rangka menerapkan paradigma pembangunan ekonomi daerah yang lebih komprehensif adalah bagaimana proses identifikasi fundamental pembangunan secara lebih realistis. Sedangkan pokok-pokok yang harus diperhatikan untuk menyusun identifikasi fundamental ekonomi pembangunan daerah tersebut adalah

a. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah b. Peningkatan pendapatan perkapita

c. Pengurangan angka kemiskinan,pengangguran dan ketimpangan secara signifikan (kuncoro,2004).

Mengikuti identifikasi yang dilakukan kuncoro (2004),yang dapat digunakan penerapannya di daerah-daerah di Indonesia untuk melakukan evalusi


(48)

atau penilaian pembangunan ekonmi daerah yang terjadi saat ini maka dapat dijelasakan sebagai berukut:

Pendekatan dan Konsep Baru Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah

Komponen Konsep Lama Konsep Baru

Kesempatan Kerja Semakin Banyak

perusahaan = semakin banyak kesempatan kerja

Perusahaan harus mengembangkan

pekerjaan yang sesuai dengan potensi penduduk daerah

Basis pembangunan Pengembangan sektor ekonomi

Pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru Aset-Aset Lokasi Keunggulan komparatif

didasarkan pada asset fisik

Keunggulan kompetitif didasarkan pada kualitas lingkungan

Sumberdaya Pengetahuan

Ketersediaan Angkatan Kerja

Pengetahuan dan Inovasi sebagaipenggerak

ekonomi Sumber : H.M. Safi’I,Msi,2007, Hal 56

Dari pemetaan tersebut dapat dipahami paradigma baru pembangunan ekonomi daerah sangat mengandalkan pada adanya potensi penduduk setempat sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini ukuran keberhasilan bukanlah banyaknya perusahaan yang berdiri,tetapi seberapa besar angakatan kerja dilingkngan sekitar yang berhasil diserap oleh kegiatan pembangunan. Selain itu pertimbangan keberhasilan bukan terletak pada seberapa besar banyak asset fisik yang dimilki


(49)

melainkan pada kualitas lingkungan dan pengembangan kelembagaan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat ( Safi’i, 2007).

Proses pembangunan ekonomi daerah pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena pembangunan ekonomi semata,pembangunan tidak semata-mata ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara,namun yang lebih luas dari itu pembangunan memiliki perspektif luas,terutama perubahan sosial (Safi’I,2007).

Paradigma baru pembangunan ekonomi daerah mengandaikan pembangunan yang ada di daerah mencakup hal berikut :

 Pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi daerah bersangkutan,serta kebutuhan dan kemampuan daerah menjalankan pembangunan.

 Pembangunan daerah tidak hanya terkait dengan sektor ekonomi semata melainkan keberhasilnnya juga terkait dengan faktor lainnya seperti sosial,politik,hokum,budaya,birokrasi dan lainnya.

 Pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas dan memiliki pengaruh untuk menggerakkan sektor lainnya secara lebih cepat.

2.3.1 Teori Albert Hirschman

Albert Hirschman dalam teorinya yang terkenal sebagai ungrowth balance mengatakan bahwa pembangunan berproses melalui difusi pertumbuhan dari leading sector menuju ke logging sektor. Investasi tidak mesti simultan dan diarahkan ke industry strategis,yakni industri yang berkait antara satu sektor dengan sektor yang lain (Hirschman,1958). Keputusan investasi pada sektor yang


(50)

mempunyai kaitan paling panjang dengan sektor-sektor lain,baik forward linkage maupun backwardlinkage,karena investasi pada sektor lain akan mempunyai imbas yang terpanjang pada sektor lain. Dengan investasi tersebut,sektor tersebut bertumbuh,dan pertumbuhannya akan membantu menumbuhkan pula sektor-sektor yang terkait dengan sektor-sektor tersebut.

Dalam pemahaman Hirschman,pembangunan memerlukan prioritas,pilihan lokasi,individu mupun sektor strategis yang juga punya efek

forward dan backward. Hirschman (1958) mengemukakan bahwa di daerah

miskin banyak kendala yang dihadapi pada saat setiap sektor melaksankan strategi kebijakan pertumbuha berimbang. Kendalanya adalah ketakcukupan permintaan,ketakcukupan tabungan dan khususnya ketakcukupan kemampuan keusahawanan.

2.3.2 Theori Nurkse.

Pandangan atau teori Nurkse bertentangan dengan teori Albert Hirschman, Nurkse tekenal dengan The Big Push Theory-nya yang menetang upaya pembangunan yang bersifata gradulaisme dan inkrementalisme. Dimana menurut Nurkse untuk mengatasi diskontinuitas pembangunan perlu “dorongan Besar”melaui investasi simultan di berbagai sektor kegitan ekonomi. Investasi capital sinkronis pada aneka ragam industry merupakan tindakan tepat untuk mengatasi kegagalan pembangunan (Balance Growth).

Permasalahannya adalah bahwa untuk mendukung investasi secara besar-besaran itu memerlukan dana yang besar. Sementara di daerah-daerah miskin,investasi yang rendah justru karena kemiskinan mereka. Nurkse (1957)


(51)

dengan mengemukakan vicious circle of poverty menyatakan kemiskinan mengakibatkan rendahnya tabungan,yang pada gilirannya akan mengakibatkan rendahnya investasi. Investasi rendah akan mengakibatkan rendahnya produktivitas yang pada gilirannya akan mengakibatkan rendahnya pendapatan mereka. Sebabnya Nurkse mengusulkan tiga kebijakan meningkatkan tabungan,investasi dan produktivitas.

Pandangan Nurkse sangat berbedan dengan Hirschman (1958) yang menyatakan dalam konsepnya strategi pembangunan ekonomi adanya pilihan orientasi kebijakan antara investasi pada social overhead capital (SOC) atau

Direct Productive Activities (DPA). Pada saat ketesediaan dana pembangunan yang menipis,dan kenyataan bahwa “syarat minimal” ketersediaan prasarana sudah tersedia,cukup tepat untuk mempertimbangkan saran tentang development via shortage (pembangunan melalui kekurangan),sebagai pengganti strategi “pembangunan melalui kapasitas berlimpah” (development via excess capacity).

2.4 Pengertian dan Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori-teori yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan oleh para ahli ekonomi dimana pandangan mereka banyak diarahkan pada pembanguan di Negara-negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dibidang ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi terjadi apabila


(52)

terdapat banyak out-put yang dihasilkan. Sedangkan pembangunan ekonomi tidak hanya sekedar menekankan pada out-put semata,tetapi juga menekankan pada perusahaan perusahaan dalam kebudayaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan out-put yang lebih banyak,baik dalam hal perubahan sosial,kebudayaan,dan kebiasaan yang tidak sesuai lagi dengan sasaran pembangunan. Pembangunan ekonomi selalu diikuti oleh pertumbuhan ekonomi tetapi pertumbuhan tidak sebaliknya. Atau dapat diartikan bahwa pertumbuhan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.

Menurut Samuelson (2001),pertumbuhan ekonomi merupakan GNP yang bersumber dari hal-hal sebgai berikut :

1. Pertumbuhan dalam tenaga kerja 2. Pertumbuhan modal

3. Pertumbuhan dalam inovasi dan teknologi

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.perkembangan tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pengertian lain menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kondisi terjadinya perkembangan GNP potensial yang mencerminkan adanya pertumbuhan out-put perkapita dan meningkatnya standard hidup masyarakat. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi nasional,nilai GNP yang digunakan adalah GNP harga konstan,pengaruh perubahan harga (inflasi) tidak


(53)

lagi atau sudah dihilangkan dan hanya menunjukkan perubahan kuantitas barang dan jasa.

Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan factor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi :

2.4.1 Model Pertumbuhan Neo-Klasik (Neo Classic Growth Theory)

Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model Pertumbuhan Neo-klasik (Boediono,1992). Model Solow –Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk,akumulasi kapital,kemajuan teknologi dan out-put saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dalam Model neo-klasik Solow-Swan dipergunakan suatu bentuk fungsi produksi yang lebih umum,yang bisa menampung kemungkinan berbagai substitusi antar kapital (K) dan tenga kerja.

Dalam sjafrizal(2008),model neo klasik dipelopori oleh George H.Bort (1960) dengan mendasarkan analisisnya pada Teori Ekonomi Neo-klasik. Menurut model ini,pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Sedangkan kegiatan produksi suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah bersangkutan,tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antar daerah.


(54)

• Tingkat Teknologi dianggap Konstan (tidak ada kemajuan teknologi)

• Tingkat depresiasi dianggap konstan.

• Tidak perdagangan luar negeri atau aliran masuk barang modal.

• Tidak ada sektor pemerintah.

• Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan.

• Seluruh penduduk bekerja sehingga pendapatan = jumlah tenaga kerja

Dengan asumsi-asumsi tersebut,dapat dipersempit faktor-faktor penentu pertumbuhan menjadi hanya stok barang dan modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut lagi,dapat diasumsikan bahwa PDB perkapita semata-mata ditentukan oleh stok barang dan modal per tenaga kerja.

Jika Q =out-put atau PDB , K= Modal ,dan L= Tenaga Kerja,maka : Y= f(k)

Dimana :

Y = PDB perkapita atau Q/L


(55)

2.4.2 Teori Schumpeter

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (Enterpreneur). Sebab para pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasikan penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi. Dalam langkah-langkah pengaplikasian penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan tehnik-tehnik tahap produksi serta masalah organisasi manajemen,agar produk yang dihasilkan dapat diteriam dipasar.

Menurut pandangan Schumpeter,kemajuan perekonomian kapitalis disebabkan diberinya keleluasaan untuk para entrepreneur (Wirausaha). Namun kekuasaan tersebut cenderung memunculkan monopoli kekuatan pasar. Monopoli

Kurva Ketimpangan Regional

Tingkat Pembangunan Ketimpangan Regional


(56)

inilah yang memunculkan masalah-masalah non- ekonomi,terutama sosial politik,yang pada akhirnya dapat menghancurkan system kapitalis itu sendiri.

2.4.3 Teori Pertumbuhan Kuznets

Menurut Kuznets,pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi pada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri akan dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi,institusional (kelembagaan),dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Masing-masing dari ketiga pokok dari defenisi itu sangat penting yaitu :

1. Kenaikan out-put secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut dengan pertumbuhan ekonomi sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (Economic Matirity) disuatu Negara yang bersangkutan.

2. Perkembangan teknologi merupakan suatu dasar atau pra kondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan,tetapi tidak cukup itu saja masih dibutuhkan faktor-faktor lainnya.

3. Untuk mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung didalam teknologi maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan,sikap,dan ideology (Todaro,2000:144)


(57)

2.4.4 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar.

Teori ini dikemukakan oleh Roy F.Harrod (1948) dan Evsey D.Domar (1975) di Amerika serikat. Teori ini berkembang pada waktu bersamaan dengan teori klasik, teori Harrod-Domar didasari pada asumsi :

1. Perekonomian bersifat tertutup

2. Hasrat menabung (MPs =s) adalah konstan.

3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (Constan Return To Scale) 4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan

pertumbuhan penduduk.

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut,maka Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap hanya bisa tercapai apabila terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut :

dimana :

o g = growth ( Tingkat pertumbuhan Out-put) o K= Kapital ( Tingkat Pertumbuhan Modal) o n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan pada mekanisme pasar (market) tanpa campur tangan pemerintah. Namun kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan sisi permintaan barang.


(58)

2.4.5 Teori Pertumbuhan Rostow

Menurut teori pertumbuhan Rostow pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang berdimensi banyak. Dalam bukunya yang berjudul “The Stage

of Economic” (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam proses

pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap Negara pada umumnya dihadapkan pada lima tahap yaitu :

A. Tahap masyarakat tradisional (the tradisional society )

B. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas (the preconditional society)

C. Tahap tinggal landas (the Take-off)

D. Tahap bergerak mennuku kematangan ( the drive to maturity)

E. Tahap era konsumsi tinggi massa ( the age of high mass consumption ) 2.4.6 Teori Jumlah Penduduk Optimal

Teori ini telah lam dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut teori ini berlakunya The Law Of Dimisnishing Returns (TLDR) menyebabkan tidak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan,justru akan menurunkan tingkat out-put perekonomian (Rahardja,2004:127).


(59)

Total Produksi

(output)

Pada gambar 2.1,kurva TP1 menunjukkan hubungan antar a jumlah tenaga kerja dengan tingkat out-put (fungsi produksi). Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja ) yang terlihat dalam proses produksi adalah L1 ,dengan jumlah Out-put (PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja

TP2

TP1

Tenaga Kerja

0 L1 L2

Q3

Q1

Q2


(60)

ditambah menjadi L2 PDB justru berkurang menjadi Q2. Hal ini terjadi karena cepatnya terjadi TLDR.

Ada tiga faktor ataupun komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, ketiga hal itu adalah :

1) Akumulasi Modal

Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis investasi yang ditanamkan pada tanah,peralatan fisik,modal ataupun sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagaian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar out-put dan pendapatan dikemudian hari. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi infrastruktur ekonomi sosial.

2) Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagain salah satu faktor produksi yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif,sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar yang berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Dimana positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada system perekonomian yang bersangkutan.

3) Kemajuan Teknologi


(61)

 Kemajuan teknologi yang netral,terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi menggunakan jumlah dan kombinasi faktor in-put yang sama,inovasi yang sederhana,seperti pengelompokan tenga kerja yang mendorong peningkatan output masyarakat.

 Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja,sebagian besar kemajuan teknologi pada abad kedua puluh adalah teknologi yang hemat tenaga kerja,jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam berbagai produksi mulai semakin sedikit.

 Kemajuan teknologi yang hemat modal,merupakan fenomena yang relative langka,hal ini dikarenakan hamper semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di Negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja dan bukan penghemat modal.

2.5 Teori Pembangunan Regional.

Petumbuhan regional adalah produk dari banyak faktor yang bersifat intern dan eksetern sosio politik. Faktor itern meliputi distribusi meliputi distribusi faktor produksi sperti tanah,tenaga kerja,,dan modal. Sedangkan salah satu penentu ekstern yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh suatu daerah tertentu.Pertumbuhan ekonomi daerah yang berbeda-beda akan menyebabkan terjadinya ketimpangan atau disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah. Myrdal (1968) dan Friedman (1976) menyebutkan bahwa pertumbuhan atau perkembangan daerah akan menuju kepada divergensi.


(62)

Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh di dorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu system wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis,tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrative,tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industry dan distribusi. Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas (degaradasi) dan kuantitas sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sealin itu,seringkali pula terjadinya konflik pemanfaatan ruang antar sektor.

Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi regional yang lazim dikenal yaitu :

2.5.1 Teori Basis Ekspor (Export Base Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Douglas E.North (1955) ini merupakan model yang paling spesifik dari teori pertumbuhan ekonomi. Region yang ruang tinjauannya lebih berfokus kepada kemampuan untuk melakukan transaksi ekspor,sehingga pertumbuhan ekonomi daerah lebih banyak ditentukan oleh jenis keuntungan dan tata lokasi kegiatan tersebut.

Model teori basis ekspor ini menekankan pada beberapa hal antara lain :

a) Bahwa suatu daerah tidak menjadi daerah industri untuk dapat tumbuh dengan cepat,sebab faktor penentu pertumbuhan daerah adalah keuntungan komparatif (keuntungan lokasi) yang dimiliki yang oleh daerah tersebut.


(63)

b) Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan dapat dimaksimalkan bila daerah yang bersangkutan memanfaatkan keuntungan komparatif yang dimiliki menjadi kekuatan basis ekspor ;

c) Ketimpangan antar daerah tetap sangat besar dipengaruhi oleh variasi potensi masing-masing daerah.

Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan suatu region,strategi pembangunan Harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.

2.5.2 Teori Neo-klasik (Neo-Classic Theory)

Dalam Negara sedang berkembang,pada saat proses pembangunan baru dimulai,tingkat perbedaan kemakmuran antar wilaya cenderung menjadi tinggi (divergence), sedangkan bila proses pembangunan telah balan dalam waktu yang lama maka perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cenderung menurun (Convegence). Hal ini disebabkan pada Negara sedang berkembang lalu lintas modal masih belum lancar sehingga proses penyesuaian kea rah tingkat keseimbangan pertumbuhan belum dapata terjadi ( Sirojuzilam,2005:9 ).

Teori ini mendasarkan analisanya pada komponen fungsi produksi. Unsure-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal,tenga kerja,dan teknologi. Adapun kekhususan teori ini adalah dibahasnya secara mendalam pengaruh perpindahan penduduk (migrasi) dam lalu lintas modal terhadap pertumbuhan regional.


(1)

cxxxviii

Lampiran II

PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 Kabupaten Tapanuli Utara, Tahun 2003-2009 (Milliar Rupiah)

Lapangan Usaha Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pertanian 638,452 668,352 698,907 725,216 757,216 790,550 819,379

Pertambangan dan Penggalian

864,89 913,42 962,13 1.018 1.073 1.120 1.183

Industri Pengolahan

25,273 25,969 28,221 28,593 30,885 32,351 33,074

Listrik,Gas dan Air Bersih

8,195 8,616 9,043 9,517 10,461 11,053 11,640

Bangunan 67,211 70,715 74,600 80,926 87,999 95,428 101,164

Perdagangan,Hotel dan Restoran

147,719 155,199 163,747 172,100 182,265 192,402 202,816

Pengangkutan dan Komunikasi

41,850 44,045 47,387 50,228 52,992 55,241 58,286

Jasa-Jasa 145,858 153,773 162,226 183,068 205,003 228,061 250,220

PDRB 1.120,09 1.173,21 1.232,29 1.299,47 1.377,74 1.456,88 1.529,39

PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Sektor Pertanian (Agriculture),Pengolahan (Manufacture),dan Jasa (Services) Tahun

2003-2009 (Milliar Rupiah)

TAHUN Agriculture Manufacture Services

2003 639,31 93,29 380093,6

2004 669,00 105,30 398902,44

2005 699,86 111,85 420557,78

2006 726,49 119,03 453847,96

2007 758,28 129,34 490108,87

2008 791,67 138,83 526377,26


(2)

Lampiran III

Jumlah Penduduk,PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000,Pendapatan Perkapita,dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Humbang

Hasundutan,Tahun 2003-2009

Tahun Jumlah

Penduduk (Jiwa)

PDRB (Milliar Rupiah)

Pendapatan Perkapita

(Rupiah)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

2003 152.377 683.642,40 4.444.662 -

2004 152.519 722.649,23 4.669.755 5,71

2005 152.997 763.443,40 4.903.423 5,65

2006 152.757 807.460,14 5.154.648 5,77

2007 153.837 856.292,91 5.433.547 6,06

2008 155.290 906.356,34 5.706.547 5,84


(3)

cxl

Lampiran IV

PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 Kabupaten Humbang Hasundutan, Tahun 2003-2009

Lapangan Usaha Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pertanian 424,823 441,336 459,667 478,496 498,030 516,323 532,977

Pertambangan dan Penggalian

13,68 14,82 16,06 17,42 18,97 20,66 22,00

Industri Pengolahan 17,15 18,04 19,01 20,04 21,14 24,38 26,12

Listrik,Gas, dan Air Bersih

2,06 2,26 2,49 2,74 2,97 3,24 3,45

Bangunan 23,98 25,49 27,60 30,31 32,50 35,53 38,18

Perdagangan,Hotel dan Restoran

95,98 104,64 114,40 125,19 137,12 141,49 162,37

Pengangkutan dan Komunikasi

25,42 27,52 30,01 32,79 35,88 39,14 42,02

Keuangan,Persewaan dan jasa Perusahaan

21,202 22,115 23,282 24,54 25,87 27,32 28,87

Jasa-Jasa 87,116 95,98 102,46 110,01 119,882 130,79 141,75

PDRB 683,642 722,64 763,44 807,460 856,29 906,35 954,55

PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan menurut sektor Pertanian (Agriculture),Pengolahan (Manufacture),dan Jasa (Services) tahun

2003-2009 (Miliar )

TAHUN Agriculture Manufacture Services

2003 426,19 27,72 229,72

2004 442,81 29,56 250,26

2005 461,12 32,00 270,76

2006 480,23 34,40 292,54

2007 499,92 37,59 318,77

2008 518,38 41,21 338,75


(4)

Lampiran V

Jumlah Penduduk,PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000,Perndapatan Perkapita,dan Pertumbuhan Ekonomi Povinsi Sumatera Utara,Tahun

2003-2009

Tahun Jumlah

Penduduk (jiwa)

PDRB (Juta Rupiah)

Pendapatan Perkapita

(Rupiah)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

2003 11890399 78805608.56 6609292 4.41

2004 12123360 83328948.58 6873420 5.74

2005 12326678 87897791.21 7130696 5.48

2006 12643494 93347404.39 7383039 6.2

2007 12834371 99792273.27 7775393 6,9

2008 13042317 106172360.1 8140606 6,3


(5)

cxlii

Lampiran VI

PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2003-2009 (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pertanian 20.689,4 21.465,4 22.191,3 22.724,5 23.856,1 25.300,6 26.526,9

Pertambangan dan Penggalian

1.130,65 1.009,92 1.074,75 1.119,58 1.229,05 1.304,35 1322,98

Industri Pengolahan 19.298,2 20.337,0 21.305,3 22.470,5 23.615,2 24.305,2 24.977,1

Listrik,Gas, dan Air Bersih

660,80 681,20 716,25 738,31 739,92 772,94 816,00

Bangunan 4.536,03 4.883,08 5.515,98 6.085,61 6.559,30 7.090,65 7.554,36

Perdagangan,Hotel dan Restoran

14.353,3 15.230,3 15.984,9 17.095,2 18.386,2 19.515,5 20575,3

Pengangkutan dan Komunilkasi

5.905,55 6.702,18 7.379,92 8.259,20 9.076,56 9.883,24 10.630,4

Keuangan,Persewaa n dan Jasa

Perusahaan

4.749,77 5.077,30 5.440,50 5.977,57 6.720,62 7.479,84 7.939,21

Jasa-Jasa 7.481,69 7.942,51 8.288,79 8.876,81 9.669,20 10.519,9 11.216,7

PDRB 78.805,6 83.328,9 87.897,7 93.347,4 99.792,2 106.172 111.559

PDRB Provinsi Sumatera Utara menurut Sektor Pertanian (Agriculture),Pengolahan (Manufacture),dan Jasa (Services) Provinsi

Sumatera Utara,Tahun 2003-2009

TAHUN Agriculture Manufacture Services

2003 21.820,14 24.495,07 32.490,40

2004 22.475,34 25.901,31 33.367,33

2005 23.475,06 27.537,60 37.058,14

2006 23.844,07 29.294,49 40.208,84


(6)

2008 25.085,99 32.168,82 47.398,56