Persebaran dan Kelimpahan Kepik Predator Andrallus spinidens (Hemiptera : Pentatomidae) di Daerah Cianjur, Garut, Pengalengan dan Bogor, Jawa Barat

PERSEBARAN DAN KELIMPAHAN KEPIK PREDATOR
Andrallus spinidens (HEMIPTERA: PENTATOMIDAE) DI
DAERAH CIANJUR, GARUT, PANGALENGAN DAN BOGOR,
JAWA BARAT

SADAT TAHER
A44102033

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
SADAT TAHER. Persebaran dan Kelimpahan Kepik Predator Andrallus
spinidens (Hemiptera; Pentatomidae) di Daerah Cianjur, Garut, Pangalengan dan
Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh DADAN HINDAYANA.
Andrallus spinidens (Hemiptera; Pentatomidae) merupakan kepik predator
yang sangat potensial sebagai musuh alami, akan tetapi informasi yang
komprehensif mengenai persebarannya masih sangat sedikit di Indonesia. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan tingkat

populasi A. spinidens di Jawa Barat yang diwakili empat daerah (Bogor, Garut,
Pangalengan, dan Cianjur). Penelitian dilakukan di lapangan dengan pengamatan
langsung untuk menentukan keberadaan kepik predator ini dan menghitung
tingkat populasinya. Pengamatan persebaran dilakukan dengan melihat langsung
keberadaan kepik ini pada lahan pertanaman di tiap lokasi pengamatan. Setiap
individu yang telihat diambil dengan menggunakan jaring untuk menentukan
populasi kepik pada daerah tersebut. Untuk menghitung ordinat dan ketinggian
dari tempat sampel yang diambil menggunakan GPS (global position system) dan
dipetakan ke dalam perangkat komputer dengan menggunakan program Map
Source.
Hasil penelitian menunjukan bahwa A. spinidens dapat ditemukan pada
berbagai tempat dengan ketinggian yang berbeda. Namun demikian
kelimpahannya sangat bervariasi dan umumnya rendah. Pada tanaman wortel
populasi kepik ini lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman padi.

PERSEBARAN DAN KELIMPAHAN KEPIK PREDATOR
Andrallus spinidens (HEMIPTERA: PENTATOMIDAE) DI
DAERAH CIANJUR, GARUT, PANGALENGAN DAN BOGOR,
JAWA BARAT


skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh:
SADAT TAHER
A44102033

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul

Nama

: PERSEBARAN DAN KELIMPAHAN KEPIK PREDATOR
Andrallus spinidens (HEMIPTERA : PENTATOMIDAE) DI
DAERAH CIANJUR, GARUT, PANGALENGAN DAN

BOGOR, JAWA BARAT
: Sadat Taher

NRP

: A44102033

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dadan Hindayana
NIP 132010247

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr
NIP 130422698

Tanggal lulus: ………………..


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat, pada tanggal 2 Februari 1985
sebagai putra pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Andrita Taher
(alm) dan Ibu Mike Rahmaya. Penulis menyelesaikan sekolah di Sekolah Dasar
Negeri Pengadilan II Bogor, Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Bogor, dan
Sekolah Menengah Atas Negeri 6 di Bogor.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2002 melalui jalur
USMI (Ujian Saringan Masuk IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa pada
Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit
tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Pengendalian
Hayati dan Pengendalian Habitat pada Semester Genap 2005-2006, selain itu
penulis juga aktif sebagai pemain tim basket Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian IPB dan IPB.

PRAKATA

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persebaran dan
Kelimpahan Kepik Predator Andrallus spinidens (Hemiptera: Pentatomidae) di
Daerah Cianjur, Garut, Pangalengan dan Bogor, Jawa Barat.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada Allah
S.W.T, ibu tercinta dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan dorongan
moral dan materil atas selesainya skripsi ini, Dr. Ir. Dadan Hindayana yang telah
bersedia menerima penulis sebagai mahasiswa bimbingannya, seluruh staf
pengajar di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Insitut Pertanian
Bogor yang telah memberikan pengetahuan selama menuntut ilmu di IPB, Angela
Maharani Rahardjo yang telah mengisi kehidupan penulis selama di IPB, Bapak
Wawan dan Mas Agung, anggota Mafia HPT (Yudha ”Ucuy”, Dhona ”Unskil”,
Teraz ”CrenZ”), Bendot ”Hendi” Rafael, Dragon, Bude Lusie, Kaka, Adit,
HPT’ers 39 untuk persahabatanya, teman – teman KKP Tugu Bandung, serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya, terutama di bidang pengendalian hama tumbuhan.


Bogor, September 2006

Sadat Taher

DAFTAR ISI

Halaman
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2


TINJAUAN PUSTAKA

3

Serangga Predator

3

Bioekologi Andrallus spinidens

4

BAHAN DAN METODE

6

Waktu dan Tempat

6


Metode

6

Penentuan lokasi

6

Penentuan petak

7

Penentuan sampling

7

Analisis data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persebaran dan kelimpahan kepik predator Andrallus spinidens


8
9
9

KESIMPULAN DAN SARAN

14

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Persebaran A. spinidens pada lokasi survei

Tabel 2 Populasi A. spinidens pada lokasi survei

9
10

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Lokasi survei, (a) Komoditas wortel (b) Komoditas padi

6

Gambar 2 Program Map Source

7

Gambar 3 Pengambilan individu sampel

8


Gambar 4 Peta persebaran A. spinidens dipetakan dengan program
Map Source

11

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Data Curah Hujan Daerah Jawa Barat

18

PERSEBARAN DAN KELIMPAHAN KEPIK PREDATOR
Andrallus spinidens (HEMIPTERA: PENTATOMIDAE) DI
DAERAH CIANJUR, GARUT, PANGALENGAN DAN BOGOR,
JAWA BARAT

SADAT TAHER
A44102033

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
SADAT TAHER. Persebaran dan Kelimpahan Kepik Predator Andrallus
spinidens (Hemiptera; Pentatomidae) di Daerah Cianjur, Garut, Pangalengan dan
Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh DADAN HINDAYANA.
Andrallus spinidens (Hemiptera; Pentatomidae) merupakan kepik predator
yang sangat potensial sebagai musuh alami, akan tetapi informasi yang
komprehensif mengenai persebarannya masih sangat sedikit di Indonesia. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan tingkat
populasi A. spinidens di Jawa Barat yang diwakili empat daerah (Bogor, Garut,
Pangalengan, dan Cianjur). Penelitian dilakukan di lapangan dengan pengamatan
langsung untuk menentukan keberadaan kepik predator ini dan menghitung
tingkat populasinya. Pengamatan persebaran dilakukan dengan melihat langsung
keberadaan kepik ini pada lahan pertanaman di tiap lokasi pengamatan. Setiap
individu yang telihat diambil dengan menggunakan jaring untuk menentukan
populasi kepik pada daerah tersebut. Untuk menghitung ordinat dan ketinggian
dari tempat sampel yang diambil menggunakan GPS (global position system) dan
dipetakan ke dalam perangkat komputer dengan menggunakan program Map
Source.
Hasil penelitian menunjukan bahwa A. spinidens dapat ditemukan pada
berbagai tempat dengan ketinggian yang berbeda. Namun demikian
kelimpahannya sangat bervariasi dan umumnya rendah. Pada tanaman wortel
populasi kepik ini lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman padi.

PERSEBARAN DAN KELIMPAHAN KEPIK PREDATOR
Andrallus spinidens (HEMIPTERA: PENTATOMIDAE) DI
DAERAH CIANJUR, GARUT, PANGALENGAN DAN BOGOR,
JAWA BARAT

skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh:
SADAT TAHER
A44102033

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul

Nama

: PERSEBARAN DAN KELIMPAHAN KEPIK PREDATOR
Andrallus spinidens (HEMIPTERA : PENTATOMIDAE) DI
DAERAH CIANJUR, GARUT, PANGALENGAN DAN
BOGOR, JAWA BARAT
: Sadat Taher

NRP

: A44102033

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dadan Hindayana
NIP 132010247

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr
NIP 130422698

Tanggal lulus: ………………..

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat, pada tanggal 2 Februari 1985
sebagai putra pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Andrita Taher
(alm) dan Ibu Mike Rahmaya. Penulis menyelesaikan sekolah di Sekolah Dasar
Negeri Pengadilan II Bogor, Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Bogor, dan
Sekolah Menengah Atas Negeri 6 di Bogor.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2002 melalui jalur
USMI (Ujian Saringan Masuk IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa pada
Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit
tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Pengendalian
Hayati dan Pengendalian Habitat pada Semester Genap 2005-2006, selain itu
penulis juga aktif sebagai pemain tim basket Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian IPB dan IPB.

PRAKATA

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persebaran dan
Kelimpahan Kepik Predator Andrallus spinidens (Hemiptera: Pentatomidae) di
Daerah Cianjur, Garut, Pangalengan dan Bogor, Jawa Barat.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada Allah
S.W.T, ibu tercinta dan keluarga yang selalu memberikan semangat dan dorongan
moral dan materil atas selesainya skripsi ini, Dr. Ir. Dadan Hindayana yang telah
bersedia menerima penulis sebagai mahasiswa bimbingannya, seluruh staf
pengajar di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Insitut Pertanian
Bogor yang telah memberikan pengetahuan selama menuntut ilmu di IPB, Angela
Maharani Rahardjo yang telah mengisi kehidupan penulis selama di IPB, Bapak
Wawan dan Mas Agung, anggota Mafia HPT (Yudha ”Ucuy”, Dhona ”Unskil”,
Teraz ”CrenZ”), Bendot ”Hendi” Rafael, Dragon, Bude Lusie, Kaka, Adit,
HPT’ers 39 untuk persahabatanya, teman – teman KKP Tugu Bandung, serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya, terutama di bidang pengendalian hama tumbuhan.

Bogor, September 2006

Sadat Taher

DAFTAR ISI

Halaman
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Serangga Predator

3

Bioekologi Andrallus spinidens

4

BAHAN DAN METODE

6

Waktu dan Tempat

6

Metode

6

Penentuan lokasi

6

Penentuan petak

7

Penentuan sampling

7

Analisis data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persebaran dan kelimpahan kepik predator Andrallus spinidens

8
9
9

KESIMPULAN DAN SARAN

14

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Persebaran A. spinidens pada lokasi survei
Tabel 2 Populasi A. spinidens pada lokasi survei

9
10

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Lokasi survei, (a) Komoditas wortel (b) Komoditas padi

6

Gambar 2 Program Map Source

7

Gambar 3 Pengambilan individu sampel

8

Gambar 4 Peta persebaran A. spinidens dipetakan dengan program
Map Source

11

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Data Curah Hujan Daerah Jawa Barat

18

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Andrallus spinidens (Hemiptera: Pentatomidae) merupakan salah satu
jenis predator yang mempunyai peran penting dalam mengatur dinamika populasi
serangga hama pada pertanaman dan banyak ditemui di berbagai agroekosistem di
Indonesia. Kepik tersebut dapat hidup pada berbagai ekosistem, baik pada
agroekosistem tanaman pangan, sayuran maupun perkebunan (Kalshoven 1981).
Andrallus spinidens (Hemiptera: Pentatomidae) memiliki kisaran mangsa yang
luas, terutama dari ordo Lepidoptera (Kalshoven 1981). Kepik predator ini banyak
ditemukan di wilayah Asia dan Amerika latin (CPC 2005) Di India, pradewasa
dan dewasa A. spinidens di temukan menyerang fase larva pada hama tanaman
padi (Pawar 1976). Kepik tersebut juga diketahui sebagai predator hama tanaman
kacang kedelai, Rivula sp. (Lepidoptera: Noctuidae) (Singh & Singh 1988). Di
Malaysia A. spinidens ditemukan dalam jumlah besar bersamaan dengan
peledakan populasi hama Melanitis leda (L.) (Lepidoptera: Nymphalidae). Di
Indonesia Andrallus sp. ditemukan pada saat out break walang sangit pada
pertanaman padi (Kalshoven 1981).
Di laboratorium, A. spinidens dapat memangsa Plutella xylostella
(Lepidoptera: Yponomeutidae), Erionata thrax (Lepidoptera: Hesperidae),
Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) dan Crocidolomia pavonana
(Lepidoptera: Pyralidae) (Azmaniar et al. 2000). Wardhana (2004) juga
melaporkan bahwa A. spinidens dapat memangsa S. litura (Lepidoptera:
Noctuidae), Corcyra cephalonica (Lepidoptera: Pyralidae), dan C. pavonana
(Lepidoptera: Pyralidae).
Keberadaan dan kelimpahan tingkat populasi A. spinidens dipengaruhi
berbagai faktor, salah satunya adalah lingkungan. Pada umumnya kepik predator
ini dapat hidup pada berbagai kondisi lingkungan, pada dataran tinggi maupun
dataran rendah. Namun demikian informasi yang komprehensif mengenai
persebaran A. spinidens khususnya di pulau Jawa belum tersedia. Atas dasar itu,
penelitian untuk menentukan persebaran dan tingkat populasi di Pulau Jawa perlu

2
dilakukan. Untuk tahap awal ini, penelitian tersebut dilakukan di beberapa daerah
di Jawa Barat.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan menentukan keberadaan dan kelimpahan predator
Andrallus spinidens (Hemiptera: Pentatomidae) di empat daerah di Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA

Serangga Predator
Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama
atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Serangga Predator hidup
bebas dan memangsa secara berulang-ulang (Natawigena 1990; Jumar 2000;
Thacker 2002). Ciri-ciri serangga predator antara lain dapat memangsa semua
tingkat perkembangan mangsanya (telur, larva, nimfa, imago); memerlukan dan
memakan banyak mangsa selama hidupnya; membunuh mangsa untuk dirinya
sendiri dengan cara memakan atau mengisap mangsanya dengan cepat; umumnya
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada mangsanya; pradewasa dan
dewasa (imago) biasanya memiliki habitat yang sama, dan sama-sama predator.
Perilaku predator ada yang menusuk mangsanya dengan alat mulutnya yang
berbentuk seperti jarum kemudian mengisap cairan tubuh mangsanya dan ada
predator yang mengunyah semua bagian tubuh mangsanya. Mangsa predator ada
yang relatif spesifik (mempunyai preferensi yang tinggi pada jenis mangsa
tertentu), tetapi pada umumnya sebagian predator bersifat generalis (makan
berbagai jenis mangsa), serta ada yang jenisnya monofag, oligofag, polifag, dan
omnivor sebagai pemakan bagian tertentu dari tanaman (Price 1984 dalam Jumar
2000). Serangga predator hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lain apabila
sumber makanan di tempat awalnya berkurang atau habis.
Hampir semua ordo serangga memiliki jenis yang menjadi predator, tetapi
sampai saat ini hanya beberapa ordo yang anggotanya merupakan predator yang
digunakan dalam pengendalian hayati. Ordo-ordo tersebut adalah Hymenoptera
famili Formicidae; Orthoptera; Neuroptera famili Chrysopidae; Mantodea;
Hemiptera famili Miridae, Reduviidae, Mesoveliidae, dan Pentatomidae; Diptera
famili Asilidae dan Syrphidae; Odonata famili Coenagrionidae dan Aeshnidae;
dan Coleoptera famili Carabidae dan Coccinellidae (Untung 1993). Akan tetapi
baru sekitar 15 sampai 16% yang telah teridentifikasi sebagai agen pengendali
hayati (Thacker 2002; Norris et al. 2003).

Di Amerika utara tercatat 3834

spesies kepik predator yang termasuk dalam genus (Hagen et al. 1999). Jenis

4
kepik predator yang telah dilaporkan memangsa serangga hama pangan, palawija,
dan sayuran meliputi famili Miridae, Pentatomidae, Anthocoridae, Geocoreidae,
Reduviidae, Berytidae, Nabidae, dan Phymatidae (Hagen et al. 1999). Berbagai
jenis kepik tersebut telah digunakan sebagai agen pengendali hama kecuali famili
Reduviidae.
Bioekologi A. spinidens
Tipe perkembangan A. spinidens adalah paurometabola yang diawali dari
fase telur, nimfa (pradewasa) sampai imago. A. spinidens meletakan telur dalam
kelompok dan diletakkan pada permukaan tanaman, sama dengan jenis kepik
predator famili Pentatomidae lainnya (Esselbaugh 1949 dalam Hagen et al. 1999,
Wardhana 2004). Imago betina dapat meletakkan telur hingga 264 selama
hidupnya (Wardhana 2004). Telur yang baru menetas akan berada di dekat bekas
kulitnya sampai fase ganti kulit yang pertama. Ganti kulit merupakan suatu proses
perubahan fase hidup yang dilewati oleh serangga. Pada saat ganti kulit, nimfa
dari serangga terlihat diam dan menghentikan seluruh aktivitasnya (Wardhana
2004). Kepik predator ini memiliki lima fase instar nimfa dan masing-masing
berbeda warnanya (Hagen et al. 1999). Nimfa berwarna merah cerah dengan
pronotum dan bakal sayap berwarna hijau gelap dan hidup berkelompok. Imago
berukuran 12-16 mm, berwarna coklat dengan strip putih pada sisi depan sayap
depan dan bercak putih pada ujung skutelum (Wardhana 2004). Kepik predator ini
umumnya mempunyai habitat di persawahan atau di semak–semak (Kalshoven
1981).
A. spinidens merupakan predator ulat yang hidup pada tanaman herba, dan
biasanya perkembangan populasinya selaras dengan keberadaan walang sangit
Leptocorisa oratorius (Kalshoven 1981). Menurut Manley (1982) A. spinidens
dikenal sebagai kepik predator non-spesifik yang menyerang larva dari ordo
Lepidoptera. Berdasarkan hasil penelitian Atty (2005) dilaporkan bahwa di
laboratorium, kepik A. spinidens mampu memangsa 27 larva instar 4 dan 2-15
larva instar lainnya per ekor per hari. Selain sebagai serangga predator yang dapat
mengendalikan populasi hama, kepik ini juga dapat menyebarkan patogen nuclear

5
polyhedrosis virus (NPV) pada larva S. litura sehingga memiliki keuntungan
ganda.
A. spinidens memiliki siklus hidup yang pendek dan kebiasaannya
memangsa dalam jumlah banyak secara terus menerus. Oleh karena itu
A. spinidens akan sangat bermanfaat dalam area dengan jumlah mangsa yang
banyak, akan tetapi akan terbatas manfaatnya jika dalam area dengan jumlah
mangsa yang sedikit (Manley 1982). Berdasarkan penelitian Wardhana (2004)
rata–rata lama siklus hidup A. spinidens adalah 40 hari. Dan mempunyai lama
hidup imago sampai 24,12 hari.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Survei lapang dilakukan pada empat daerah di Jawa Barat (Bogor, Garut,
Pangalengan, dan Cianjur) dengan interval pengamatan sebulan sekali selama
delapan bulan, mulai Agustus 2005 sampai Maret 2006. Pengolahan dilakukan di
Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Metode
Penentuan Lokasi
Survei lokasi dilakukan untuk menentukan areal pertanaman yang akan
digunakan untuk mengamati persebaran dan tingkat populasi A. spinidens.
Pemilihan lokasi pengamatan berdasarkan pada ketinggian yang berbeda, yaitu di
daerah Cianjur dilakukan di Pasir Sarongge 1116 m di atas permukaan laut (dpl)
dan Cibodas 1262 m dpl, di daerah Garut mengambil lokasi di Kecamatan
Kadungora 835 m dpl dan Kecamatan Cikajang 1370 m dpl, di daerah
Pangalengan dilakukan di Desa Suka Manah I 1534 m dpl dan Desa Suka Manah
II 1557 m dpl, di daerah Bogor di Pertanian Organik 1057 m dpl, Jogjogan
Cisarua 834 m dpl, dan Situ Gede 194 m dpl.
Komoditas pertanaman yang dipilih adalah komoditas wortel (Gambar 1a)
dan padi (Gambar 1b), mengingat komoditas ini selalu ada di setiap lokasi
pengamatan.

(a)

(b)

Gambar 1 Lokasi survei (a) komoditas wortel (b) komoditas padi

7
Pengamatan pada komoditas padi dilakukan di daerah Situ Gede,
Kadungora, dan Desa Jogjogan. Sedangkan pada komoditas wortel di daerah Pasir
Sarongge, Cibodas, Cikajang, Desa Suka Manah I, Desa Suka Manah II, dan
Pertanian Organik.
Untuk mengetahui ordinat dan ketinggian tempat dari lokasi lahan
pertanaman, menggunakan alat yang disebut GPS (global positioning system).
Data atau nilai yang diperoleh dari alat tersebut dapat dipetakan kedalam
komputer dengan menggunakan program Map Source.

Gambar 2 Program Map Source

Penentuan petak
Petak contoh untuk setiap lokasi dan ketinggian dilakukan berdasarkan
stadia tanaman yang masih mungkin diamati. Umumnya jumlah petak yang
diamati pada setiap lokasi berkisar antara 4-5 petak. Masing–masing petak
berukuran 2000-3000 m2. Pada masing–masing petak, pengamatan dilakukan
sistematis pada seluruh tanaman yang ada pada petak pengamatan. Dengan
demikian populasi kepik predator yang ditemukan merupakan populasi absolut.

Penentuan sampling
Setiap individu serangga diambil secara langsung dari tanaman dengan
menggunakan jaring serangga dan dimasukan ke dalam wadah yang telah

8
disiapkan. Dalam pengambilan individu serangga, dilakukan pengamatan pada
setiap tanaman.

Gambar 3 Pengambilan individu sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persebaran dan kelimpahan kepik predator A. spinidens
A. spinidens dapat ditemukan di seluruh lokasi pengamatan dengan
berbagai ketinggian (Tabel 1). Dengan menggunakan program Map Source,
dihasilkan peta persebaran A. spinidens (Gambar 4). Namun demikian tingkat
populasi A. spinidens sangat beragam pada setiap lokasi (Tabel 2).

Tabel 1 Persebaran A. spinidens pada lokasi survei
Lokasi

Ketinggian

Komoditas

Keterangan

Cibodas

1262 m dpl

Wortel

Ada

Pasir Sarongge

1116 m dpl

Wortel

Ada

Cikajang

1370 m dpl

Wortel

Ada

Kadungora

835 m dpl

Padi

Ada

Suka Manah I

1534 m dpl

Wortel

Ada

Suka Manah II

1557 m dpl

Wortel

Ada

Situ Gede

194 m dpl

Padi

Ada

Pertanian Organik

1057 m dpl

Wortel

Ada

Jogjogan Cisarua

834 m dpl

Padi

Ada

Cianjur

Garut

Pangalengan

Bogor

Pada dua lokasi di Cianjur kepik predator ini ditemukan pada tanaman
wortel, dengan tingkat populasi yang sangat rendah (Tabel 2). Di Cibodas
keberadaan kepik ini jarang sekali, pada beberapa kali pengamatan kepik
predator ini tidak ditemukan. Hal ini berbeda dengan daerah Pasir Sarongge,
keberadaan A. spinidens hampir selalu ditemukan pada setiap minggu
pengamatan. Pada pengamatan ke lima ditemukan sebanyak 18 ekor.

10
Tabel 2 Populasi A. spinidens pada lokasi survei
Pengamatan keAgs

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

1

2

3

4

5

6

7

8

Pasir Sarongge

0

4

2

1

18

0

1

3

Cibodas

1

0

0

0

0

0

0

1

Kadungora

0

5

0

5

1

0

0

0

Cikajang

2

0

0

0

0

0

1

0

Suka Manah I

0

0

3

6

0

0

1

3

Suka Manah II

1

33

3

0

2

0

0

2

Situ Gede

1

1

0

0

0

0

0

2

Pertanian Organik

0

1

0

0

4

0

1

0

Jogjogan Cisarua

0

3

0

0

0

0

0

1

Lokasi

Cianjur

Garut

Pangalengan

Bogor

Di Garut, A. spinidens ditemukan pada tanaman wortel dan tanaman padi
(Tabel 1). Pada Kecamatan Kadungora yang lahannya didominasi oleh
pertanaman padi sawah, pada pengamatan ke dua dan ke empat tingkat populasi
kepik predator ini mencapai 5 ekor (Tabel 2). Sedangkan di Kecamatan Cikajang
yang merupakan daerah dataran tinggi dan lahan pertanamannya didominasi oleh
tanaman wortel, populasi A. spinidens sangat rendah. Bahkan pada beberapa kali
pengamatan kepik ini tidak ditemukan (Tabel 2).
Di Pangalengan, A. spinidens ditemukan pada tanaman wortel (Tabel 1).
Pada minggu ke dua di Suka Manah II populasi A. spinidens mencapai 33 ekor
(Tabel 2). Keberadaan A. spinidens di Suka Manah I lebih rendah dibanding Suka
Manah II. Pada beberapa pengamatan kepik predator ini tidak ditemukan.

11
Di Bogor, A. spinidens ditemukan di semua tempat pengamatan, baik di
pertanaman padi sawah di Situ Gede dan di Desa Jogjogan, maupun di
pertanaman wortel di Pertanian Organik (Tabel 1). Tingkat populasi pada semua
lokasi hampir merata.

Gambar 4 Peta persebaran A. spinidens dipetakan dengan program Map Source
(A, Desa Sukamanah I; B, Desa Sukamanah II; C, Kadungora; D,
Cikajang; , Pasir Sarongge;
, Cibodas;
, Desa Jogjogan; ,
Pertanian Organik;
, Situ Gede)
Secara umum beberapa faktor yang mempengaruhi populasi predator di
lapang antara lain ketinggian tempat, iklim, teknik budidaya, penggunaan
insektisida, ketersediaan mangsa, serta faktor regulasi biotik lainnya seperti
parasitisasi, predasi, dan kompetisi. Pada penelitian ini A. spinidens dapat
ditemukan di berbagai ketinggian. Sehingga faktor ketinggian tidak terlalu
berpengaruh. Populasi kepik predator ini sama rendah pada lahan organik dan
konvensional. Hal itu dapat menunjukan bahwa pestisida juga tidak terlalu
berpengaruh. Dengan hal demikian, diduga faktor lokasi, teknik budidaya,
ketersediaan

mangsa,

dan

biotik

lainnya

menjadi

faktor

yang

dapat

mempengaruhi.
Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi
Jawa Barat (Lampiran 1), menunjukan bahwa curah hujan di daerah Jawa Barat

12
pada bulan Januari dan Februari relatif tinggi. Hal ini kemungkinan dapat
menyebabkan penurunan tingkat populasi kepik predator tersebut. Pada
lingkungan yang kurang mendukung akan terjadi penurunan persentase jumlah
telur A. spinidens yang menetas (Daniel 2005). Purwatiningsih (2001) melaporkan
curah hujan dapat menurunkan populasi L. huidobrensis dari 174 ekor tiap
perangkap menjadi 89 ekor tiap perangkap pada minggu ke lima setelah tanam.
Pada musim dingin di Afrika selatan, parasitoid telur Patasson nitens (G.) kurang
efektif dalam mengendalikan hama tanaman herbal, yaitu kumbang Gonipterus
scutellatus (Messenger et al. 1989 dalam Hagen et al. 1989).
Pada umumnya tingkat populasi A. spinidens mengalami peningkatan di
minggu akhir pengamatan. Hal ini mungkin dikarenakan pada minggu akhir
pengamatan daerah Jawa Barat sudah memasuki musim kemarau. Sehingga pada
saat pengamatan tidak terganggu dengan datangnya hujan. Waktu yang cocok
untuk mengambil sampel adalah pagi hari atau sore hari dimana sinar matahari
belum begitu terik dan tidak turun hujan. Karena pada siang hari atau keadaan
hujan, A. spinidens akan turun ke permukaan tanah atau di bawah daun untuk
menghindari hujan dan terik sinar matahari.
Teknik budidaya yang monokultur serta penggunaan insektisida yang
intensif dapat mempengaruhi kelimpahan musuh alami. Menurut Johnson &
Tabashnik (1999) penggunaan pestisida dapat berdampak langsung dan tidak
langsung terhadap kematian musuh alami. Dampak langsung adalah apabila
terjadi kontak langsung antara musuh alami dengan insektisida, sedangkan
dampak tidak langsung adalah melalui perantara inang atau mangsa. Penggunaan
insektisida pada pertanaman di Kadungora Garut, Desa Jogjogan, dan Situ Gede
Bogor intensitasnya lebih rendah yaitu dua kali dalam semusim dengan
menggunakan lamda sihalotrin (Matador 25 CS). Apabila dibandingkan dengan
daerah lainnya, penyemprotan dilakukan secara berjadwal dengan menggunakan
deltametrin (Decis 2,5 EC), sedangkan di pertanian organik dan Desa Suka Manah
II tanpa insektisida.
Pada pertanaman wortel yang tidak terawat, tingkat populasi kepik
predator ini relatif tinggi. Sedangkan pada lahan yang terawat kelimpahan kepik

13
predator ini relatif lebih rendah. Di Suka Manah II dengan lahan pertanaman yang
tidak terawat dan banyak terdapat gulma, serta tidak diaplikasikan insektisida
memungkinkan musuh alami, khususnya A. spinidens, dapat berkembang biak
dengan baik. Namun demikian di daerah Pasir Sarongge, yang lahan
pertanamannya cukup terawat, tingkat populasi kepik predator ini cukup baik.
Faktor lain yang mempengaruhi keberadaan musuh alami adalah
ketersediaan mangsa. Pada umumnya semakin tinggi populasi mangsa maka
tingkat populasi musuh alami juga meningkat. Ketersediaan mangsa bagi
A. spinidens pada lahan pertanaman sangat beraneka ragam. Di pertanaman wortel
hampir selalu ditemukan ulat jengkal (Chrysodeixis sp., Lepidoptera: Noctuidae)
yang merupakan salah satu mangsa A. spinidens. Sedangkan di pertanaman padi
sawah, ditemukan ulat penggulung daun (Pelopidas sp., Lepidoptera: Hesperidae).
Tingginya populasi A. spinidens pada beberapa pengamatan dikarenakan
pada saat pengambilan individu sampel kepik predator yang ditangkap lebih
banyak pada saat kepik ini sedang dalam fase nimfa. Menurut Esselbaugh (1949
dalam Hagen et al. 1999) A. spinidens meletakan telurnya secara berkelompok
dan sama dengan jenis kepik predator lainnya, telur diletakan pada permukaan
tanaman. Telur tersebut berbentuk tabung yang disusun memanjang secara
vertikal. Nimfa yang baru menetas menetap disekitar bekas telurnya hingga fase
ganti kulit pertama. Nimfa terdiri dari lima instar dan memiliki perbedaan warna
pada tiap instarnya (Hagen et al. 1999, Wardhana 2004).
Meskipun populasinya rendah, kepik predator ini diperkirakan cukup
mampu untuk mengendalikan populasi serangga hama di areal pertanaman.
Menurut Singh & Singh (1989 dalam De Clercq 2000) selama perkembangan
nimfa, seekor kepik diperkirakan dapat memangsa 40 larva Rivula sp.
(Lepidoptera: Noctuidae) dan betina yang sedang bertelur rata–rata dapat
membunuh 4–7 larva/hari. Di laboratorium, A. spinidens dapat memangsa larva
S. litura, C. pavonana, atau C. cephalonica rata–rata 6,89 ekor per hari sebelum
meletakan telur dan turun menjadi 5,67 ekor per hari setelah meletakan telur
(Wardhana 2004).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
A. spinidens dapat ditemukan di berbagai ketinggian tempat, baik pada
pertanaman wortel maupun pertanaman padi sawah dengan populasi yang
berfluktuasi. Namun demikian populasinya rendah di Jawa Barat.

Saran
Untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pengamatan persebaran
A. spinidens di daerah lain, dan beberapa faktor yang mendukung siklus hidup dan
keberadaan kepik predator ini.

DAFTAR PUSTAKA

Azmaniar, Bhakti D, Indriatno I. 2000. Biologi Andrallus spinidens (F.)
(Hemiptera: Pentatomidae), sejenis pemangsa ulat grayak Spodoptera litura
(Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman kedelai. Jurnal Penelitian
Pertanian (Indonesia) 19(1): 21-30.
[CPC] Crop Protection Compendium. 2005. Crop Protection Compendium
Global Module, 2002 ed. Wallingford, University of Kentucky; CAB
International.
Daniel I. 2005. Penyimpanan telur Andrallus spinidens (Fabricus) (Hemiptera:
Pentatomidae) pada suhu rendah: pengaruhnya terhadap persentase dan lama
penetasan [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian,
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan.
De Clercq P. 2000. Predaceous stinkbugs (Pentatomidae: Asopinae). Di dalam:
Schaefer WA, Panizzi AR. Heteroptera of Economic Importance. New
York: CRC Press. Hlm 767-768
Debach P. 1974. Biological Control by Natural Enemies. London. Cambridge
Unuversity Press.
Hagen KS, Bombosch S, McMurtry JA. 1989. Biologi dan dampak predator. Di
dalam: Mangoendiharjo S, penerjemah; Huffaker CB, Messenger PS, editor.
Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Theory and Practice of Biological
Control.
Hagen KS, Mills NJ, Gordh G, Mcmurtry JA. 1999. Terrestrial Arthropod
Predators of Insect and Mite Pests. Di dalam: Bellows TS, Fisher TW,
editor. Handbook of Biological Control: Principles and Applications of
Biological Control. Academic Press.
Johnson MW, Tabashnik BE. 1999. Enhanced biological control through pesticide
selectivity. Di dalam: Bellows TS et al., editor. Handbook of Biological
Control: Principle and Applications of Biological Control. Vol 1.
California, USA: Academic Press.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen
van de Cultuurgewassen in Indonesia.
Manley GV. 1982. Biology and life history of the rice field predator Andrallus
spinidens F. (Hemiptera: Pentatomidae). Entomological News 93(1): 19-24.
Natawigena H. 1990. Entomologi Pertanian. Bandung: Orba Shakti.
Norris RF, Edward PC, Marcos K. 2003. Concepts in Integrated Pest
Management. Prentice Hall.

16
Pawar AD. 1976. Andrallus spinidens (Fabricius) (Anisopinae: Pentatomidae:
emiptera) as a predator of insect pest of rice in Himachal Pradesh, India.
Rice Entomology Newsletter . 4: 23-24.
Purwatiningsih. 2001. Kehadiran Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera:
Agromyzidae) pada tanaman kentang (Solanum tuberosum Var. Granola)
selama dua musim tanam. Jurnal ILMU DASAR. 2(2): 87-95.
http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa/vol2,no2/kehadiran%20Liriomyza
[15 Agustus 2006].
Shinta A. 2005. Perilaku pemangsaan dan efisiensi konsumsi kepik predator
Andrallus spinidens (F) asal tanaman kedelai terhadap larva Helicoverpa
armigera (Hbn) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas
Pertanian, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Singh KJ, Singh OP. 1988. Natural enemies of the soybean grey semilooper,
Rivula sp. (Lepidoptera: Noctuidae) in Madhya Pradesh. Journal of
Biological Control 2(2): 128.
Tacker JRM. 2002. An Introduction to Anthropod Pest Control. Cambridge
University Press.
Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah
mada University Press.
Wardhana S. 2004. Biologi predator Andrallus spinidens (F.) (Hemiptera:
Pentatomidae) pada tiga jenis mangsa [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan.

17

LAMPIRAN

18
Lampiran 1 Curah Hujan Daerah Jawa Barat
Lokasi
Bogor

Cianjur

Pangalengan

Garut

Curah Hari Curah Hari Curah Hari Curah Hari
Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
Agustus
2005
September
Oktober
November
Desember
Januari 2006
Februari
Maret
April

165

18

113,2

7

64

10

91

3

321
352
424
260
639.2
434.2
138
164

17
20
25
26
28
28
23
26

131,7
219.4
365.9
308
414
412.8
104.6
319.2

9
14
17
11
28
24
22
26

145
115
226
205
299.9
282.3
253.4
232.6

17
18
20
28
29
22
19
23

370
357
386
341
307
202.5
185
475

13
17
20
19
5
10
11
22

Stasiun Klimatologi dan Geofisika Darmaga, Bogor 2006