Kelimpahan Lalat Predator Coenosia humilis Meigen (Diptera: Muscidae) pada Pertanaman Caisin Organik dan Konvensional di Cisarua, Bogor

KELIMPAHAN LALAT PREDATOR Coenosia humilis
MEIGEN (DIPTERA: MUSCIDAE) PADA PERTANAMAN
CAISIN ORGANIK DAN KONVENSIONAL DI CISARUA,
BOGOR

ZAKI MUSLIM

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

ABSTRAK
ZAKI MUSLIM. Kelimpahan Lalat Predator Coenosia humilis Meigen (Diptera:
Muscidae) pada Pertanaman Caisin Organik dan Konvensional di Cisarua, Bogor.
DADAN HINDAYANA.
Coenosia humilis Meigen (Diptera: Muscidae) merupakan salah satu
musuh alami yang teridentifikasi sebagai predator yang keberadaannya melimpah
pada saat ledakan hama Liriomyza huidobrensis pada tanaman kentang di
Pangalengan. Diduga kelimpahan predator ini lebih tinggi pada lahan dengan

lahan organik lebih banyak. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dilakukan
penelitian pada lahan organik dan konvensional pada pertanaman caisin di
Cisarua. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman lalat
predator Coenosia.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kelimpahan populasi C. humilis pada
lahan organik dan konvensional berfluktuasi. Kelimpahan C. humilis umumnya
pada lahan organik relatif lebih tinggi bila dibandingkan pada lahan konvensional.
Hal ini diduga disebabkan oleh cara bercocok tanam yang dilakukan oleh petani,
umur tanaman, dan faktor iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban). Pada
penelitian ini juga ditemukan 2 jenis Coenosia. Pengelompokan meliputi ukuran
tubuh, warna abdomen, corak pada abdomen, rambut pada abdomen dan warna
sayap. Kelimpahan populasi Coenosia sp. jenis 1 pada lahan organik lebih banyak
dibandingkan Coenosia sp. jenis 2.

KELIMPAHAN LALAT PREDATOR Coenosia humilis
MEIGEN (DIPTERA: MUSCIDAE) PADA PERTANAMAN
CAISIN ORGANIK DAN KONVENSIONAL DI CISARUA,
BOGOR

ZAKI MUSLIM


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul

:

Kelimpahan Lalat Predator Coenosia humilis Meigen
(Diptera: Muscidae) pada Pertanaman Caisin Organik
dan Konvensional di Cisarua, Bogor


Nama Mahasiswa

:

Zaki Muslim

NRP

:

A06400049

Program Studi

:

Proteksi Tanaman

Menyetujui,


Dr. Ir. Dadan Hindayana
Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Damayanti Buchori
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal lulus

:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Agustus 1981 dan merupakan
anak ketiga dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Achmad Sofian dan Ibu
Mamah Mutmainah.
Pada tahun 1997 penulis masuk SMU Negeri 7 Bogor dan lulus pada tahun
2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(UMPTN).


PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan laporan tugas akhir dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan penulisan ini
baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu :
1. Dr. Ir. Dadan Hindayana selaku dosen pembimbing yang telah mengorbankan
waktu dan pikiran untuk memberikan arahan, dorongan, dan bimbingan dalam
penelitian juga penulisan skripsi ini hingga selesai.
2. Dr. Ir. Widodo sebagai dosen penguji atas segala masukan dan saran-sarannya
untuk penulisan skripsi ini.
3. Pak Wawan sebagai kepala laboratorium atas bantuan, arahan, bimbingan dan
informasinya.
4. Bapak Karto yang telah membantu dalam menemukan literatur.
5. Pak Nana atas pengalamanan dan semua bantuannya.
6. Semua teman – teman yang telah memberikan dorongan, semangat, bantuan
dan motivasinya: Irwan, Iis, Dianta, Anto, Dhana, Wahyu, Hadi, Deni, dan
Baim.

7. Teman-teman satu Lab Ekologi atas bantuannya: Iksan, Iwan, Cakil, Susan,
Intan, Agung.
8. Semua teman-teman angkatan 37 Departemen Proteksi Tanaman yang turut
membantu memberikan semangatnya: Jiwa, Yuke, Danur, Dian, Atty, Willy
dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan keilmuan maupun
dalam penerapannya di lapang.

Bogor, Januari 2006

Zaki Muslim

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................


viii

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................

1

Tujuan .........................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

3

Klasifikasi ..................................................................................


3

Morfologi ...................................................................................

3

Peranan .......................................................................................

4

Perilaku Predasi ..........................................................................

4

BAHAN DAN METODE ........................................................................

6

Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................


6

Metode Penelitian ........................................................................

6

Penentuan Lokasi Lahan .................................................
Pengamatan .....................................................................

6
6

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

8

Kondisi Umum Lahan Pengamatan .............................................

8


Kelimpahan Coenosia humilis ....................................................

8

Faktor yang Mempengaruhi Kelimpahan ....................................

10

Pendugaan Keragaman Beberapa Jenis Coenosia sp. ..................

13

Kelimpahan Populasi Mangsa .....................................................

17

Kelimpahan C. humilis berdasarkan Musim Tanam Berbeda .......

18


KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

20

Kesimpulan ................................................................................

20

Saran ..........................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

21

LAMPIRAN ...........................................................................................

23

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1 Data suhu, kelembaban dan curah hujan per bulan untuk
bulan Maret sampai Juli 2004 .....................................................

13

2 Ciri-ciri umum yang tampak secara langsung pada beberapa
dugaan jenis Coenosia sp. ...........................................................

14

3 Data suhu, kelembaban dan curah hujan per bulan untuk bulan
Juni – Juli 2005 ...........................................................................

19

Nomor

Halaman
Lampiran

1 Rataan kelimpahan Coenosia humilis pada menggunakan
perangkap kuning dan pengamatan langsung ..............................

24

2 Rataan kelimpahan Coenosia sp. dengan menggunakan
perangkap kuning .......................................................................

24

3

25

Rataan Hama Liriomyza huidobrensis .........................................

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
Teks

1 Rataan kelimpahan Coenosia humilis dengan menggunakan
perangkap kuning (A) dan pengamatan langsung (B) ..................

9

2 Pengelompokkan imago betina Coenosia sp. jenis 1 (A) dan
jenis 2 (Coenosia humilis) ...........................................................

14

3 Bentuk corak abdomen jenis spesies 1 Coenosia sp. (A) dan
jenis 2 Coenosia humilis (B) .......................................................

15

4 Kelimpahan populasi serangga di lahan organik (A) dan
lahan konvensional (B) ...............................................................

16

5 Kelimpahan populasi hama L. huidobrensis ................................

17

6 Kelimpahan populasi serangga C. humilis pada bulan
Maret – April 2004 (A) dan bulan Juni – Juli 2005 (B) ...............

18

Nomor

Halaman
Lampiran

1 Kondisi lahan penelitian pada pertanaman caisin ........................

25

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu kendala yang dihadapi oleh para petani untuk memperoleh hasil
produksi

yang maksimal adalah masalah hama

dan

penyakit.

Untuk

menyelesaikan masalah hama di pertanaman tidak sedikit petani yang
menggunakan insektisida. Ketergantungan petani pada insektisida dalam
mengendalian hama merupakan cara yang diandalkan untuk menurunkan populasi
hama dengan segera. Pada umumnya petani tidak mau mengambil resiko terhadap
kegagalan panen (Untung 1996).
Penggunaan insektisida dengan aplikasi yang sering dilakukan petani
dapat berpengaruh buruk terhadap kehidupan musuh alami. Beberapa dampak
yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pestisida bagi serangga yaitu terjadinya
resistensi dan resurgensi dari spesies hama sedangkan pada saat yang sama musuh
alaminya tidak mampu bertahan hidup (Johnson & Tabashnik 1999, Dent 2000).
Salah satu hama yang diduga perkembangan populasinya meningkat dengan
intensitas aplikasi pestisida adalah hama lalat pengorok daun Liriomyza
huidobrensis (Harwanto et al. 2004). L. huidobrensis merupakan hama pendatang
baru di Indonesia yang mampu menurunkan hasil produksi antara 60 – 70 % pada
beberapa komoditas tanaman sayuran di dataran tinggi (Rauf et al. 2000).
Peningkatan populasi L. huidobrensis salah satunya disebabkan oleh
menurunnya populasi predator. Salah satu predator yang keberadaannya diduga
semakin menurun akibat aplikasi pestisida yang digunakan secara terus-menerus
adalah lalat predator Coenosia humilis Meigen (Diptera: Muscidae) (Harwanto et
al. 2004, Warsito 2004).
Lalat predator ini bersifat generalis, dengan kisaran mangsa, antara lain
beberapa serangga ordo Diptera dan Homoptera (Harwanto 2002), famili
Aleyrodidae dan Scaridae (Kuhne 1998). Sebagian besar mangsa C. humilis
merupakan Ordo Diptera dan lebih dari 60% jenis mangsanya berasal dari famili
Agromyzidae yaitu lalat pengorok L. huidobrensis. Sementara untuk kemampuan
rata-rata pemangsaan di laboratorium dari C. humilis sekitar 23,5 ekor lalat
pengorok daun selama 24 jam atau sekitar 1 ekor per jam (Harwanto et al. 2004).

KELIMPAHAN LALAT PREDATOR Coenosia humilis
MEIGEN (DIPTERA: MUSCIDAE) PADA PERTANAMAN
CAISIN ORGANIK DAN KONVENSIONAL DI CISARUA,
BOGOR

ZAKI MUSLIM

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

ABSTRAK
ZAKI MUSLIM. Kelimpahan Lalat Predator Coenosia humilis Meigen (Diptera:
Muscidae) pada Pertanaman Caisin Organik dan Konvensional di Cisarua, Bogor.
DADAN HINDAYANA.
Coenosia humilis Meigen (Diptera: Muscidae) merupakan salah satu
musuh alami yang teridentifikasi sebagai predator yang keberadaannya melimpah
pada saat ledakan hama Liriomyza huidobrensis pada tanaman kentang di
Pangalengan. Diduga kelimpahan predator ini lebih tinggi pada lahan dengan
lahan organik lebih banyak. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dilakukan
penelitian pada lahan organik dan konvensional pada pertanaman caisin di
Cisarua. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman lalat
predator Coenosia.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kelimpahan populasi C. humilis pada
lahan organik dan konvensional berfluktuasi. Kelimpahan C. humilis umumnya
pada lahan organik relatif lebih tinggi bila dibandingkan pada lahan konvensional.
Hal ini diduga disebabkan oleh cara bercocok tanam yang dilakukan oleh petani,
umur tanaman, dan faktor iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban). Pada
penelitian ini juga ditemukan 2 jenis Coenosia. Pengelompokan meliputi ukuran
tubuh, warna abdomen, corak pada abdomen, rambut pada abdomen dan warna
sayap. Kelimpahan populasi Coenosia sp. jenis 1 pada lahan organik lebih banyak
dibandingkan Coenosia sp. jenis 2.

KELIMPAHAN LALAT PREDATOR Coenosia humilis
MEIGEN (DIPTERA: MUSCIDAE) PADA PERTANAMAN
CAISIN ORGANIK DAN KONVENSIONAL DI CISARUA,
BOGOR

ZAKI MUSLIM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul

:

Kelimpahan Lalat Predator Coenosia humilis Meigen
(Diptera: Muscidae) pada Pertanaman Caisin Organik
dan Konvensional di Cisarua, Bogor

Nama Mahasiswa

:

Zaki Muslim

NRP

:

A06400049

Program Studi

:

Proteksi Tanaman

Menyetujui,

Dr. Ir. Dadan Hindayana
Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Damayanti Buchori
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal lulus

:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Agustus 1981 dan merupakan
anak ketiga dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Achmad Sofian dan Ibu
Mamah Mutmainah.
Pada tahun 1997 penulis masuk SMU Negeri 7 Bogor dan lulus pada tahun
2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(UMPTN).

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan laporan tugas akhir dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan penulisan ini
baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu :
1. Dr. Ir. Dadan Hindayana selaku dosen pembimbing yang telah mengorbankan
waktu dan pikiran untuk memberikan arahan, dorongan, dan bimbingan dalam
penelitian juga penulisan skripsi ini hingga selesai.
2. Dr. Ir. Widodo sebagai dosen penguji atas segala masukan dan saran-sarannya
untuk penulisan skripsi ini.
3. Pak Wawan sebagai kepala laboratorium atas bantuan, arahan, bimbingan dan
informasinya.
4. Bapak Karto yang telah membantu dalam menemukan literatur.
5. Pak Nana atas pengalamanan dan semua bantuannya.
6. Semua teman – teman yang telah memberikan dorongan, semangat, bantuan
dan motivasinya: Irwan, Iis, Dianta, Anto, Dhana, Wahyu, Hadi, Deni, dan
Baim.
7. Teman-teman satu Lab Ekologi atas bantuannya: Iksan, Iwan, Cakil, Susan,
Intan, Agung.
8. Semua teman-teman angkatan 37 Departemen Proteksi Tanaman yang turut
membantu memberikan semangatnya: Jiwa, Yuke, Danur, Dian, Atty, Willy
dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan keilmuan maupun
dalam penerapannya di lapang.

Bogor, Januari 2006

Zaki Muslim

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................

viii

PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ............................................................................

1

Tujuan .........................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

3

Klasifikasi ..................................................................................

3

Morfologi ...................................................................................

3

Peranan .......................................................................................

4

Perilaku Predasi ..........................................................................

4

BAHAN DAN METODE ........................................................................

6

Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................

6

Metode Penelitian ........................................................................

6

Penentuan Lokasi Lahan .................................................
Pengamatan .....................................................................

6
6

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

8

Kondisi Umum Lahan Pengamatan .............................................

8

Kelimpahan Coenosia humilis ....................................................

8

Faktor yang Mempengaruhi Kelimpahan ....................................

10

Pendugaan Keragaman Beberapa Jenis Coenosia sp. ..................

13

Kelimpahan Populasi Mangsa .....................................................

17

Kelimpahan C. humilis berdasarkan Musim Tanam Berbeda .......

18

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

20

Kesimpulan ................................................................................

20

Saran ..........................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

21

LAMPIRAN ...........................................................................................

23

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1 Data suhu, kelembaban dan curah hujan per bulan untuk
bulan Maret sampai Juli 2004 .....................................................

13

2 Ciri-ciri umum yang tampak secara langsung pada beberapa
dugaan jenis Coenosia sp. ...........................................................

14

3 Data suhu, kelembaban dan curah hujan per bulan untuk bulan
Juni – Juli 2005 ...........................................................................

19

Nomor

Halaman
Lampiran

1 Rataan kelimpahan Coenosia humilis pada menggunakan
perangkap kuning dan pengamatan langsung ..............................

24

2 Rataan kelimpahan Coenosia sp. dengan menggunakan
perangkap kuning .......................................................................

24

3

25

Rataan Hama Liriomyza huidobrensis .........................................

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
Teks

1 Rataan kelimpahan Coenosia humilis dengan menggunakan
perangkap kuning (A) dan pengamatan langsung (B) ..................

9

2 Pengelompokkan imago betina Coenosia sp. jenis 1 (A) dan
jenis 2 (Coenosia humilis) ...........................................................

14

3 Bentuk corak abdomen jenis spesies 1 Coenosia sp. (A) dan
jenis 2 Coenosia humilis (B) .......................................................

15

4 Kelimpahan populasi serangga di lahan organik (A) dan
lahan konvensional (B) ...............................................................

16

5 Kelimpahan populasi hama L. huidobrensis ................................

17

6 Kelimpahan populasi serangga C. humilis pada bulan
Maret – April 2004 (A) dan bulan Juni – Juli 2005 (B) ...............

18

Nomor

Halaman
Lampiran

1 Kondisi lahan penelitian pada pertanaman caisin ........................

25

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu kendala yang dihadapi oleh para petani untuk memperoleh hasil
produksi

yang maksimal adalah masalah hama

dan

penyakit.

Untuk

menyelesaikan masalah hama di pertanaman tidak sedikit petani yang
menggunakan insektisida. Ketergantungan petani pada insektisida dalam
mengendalian hama merupakan cara yang diandalkan untuk menurunkan populasi
hama dengan segera. Pada umumnya petani tidak mau mengambil resiko terhadap
kegagalan panen (Untung 1996).
Penggunaan insektisida dengan aplikasi yang sering dilakukan petani
dapat berpengaruh buruk terhadap kehidupan musuh alami. Beberapa dampak
yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pestisida bagi serangga yaitu terjadinya
resistensi dan resurgensi dari spesies hama sedangkan pada saat yang sama musuh
alaminya tidak mampu bertahan hidup (Johnson & Tabashnik 1999, Dent 2000).
Salah satu hama yang diduga perkembangan populasinya meningkat dengan
intensitas aplikasi pestisida adalah hama lalat pengorok daun Liriomyza
huidobrensis (Harwanto et al. 2004). L. huidobrensis merupakan hama pendatang
baru di Indonesia yang mampu menurunkan hasil produksi antara 60 – 70 % pada
beberapa komoditas tanaman sayuran di dataran tinggi (Rauf et al. 2000).
Peningkatan populasi L. huidobrensis salah satunya disebabkan oleh
menurunnya populasi predator. Salah satu predator yang keberadaannya diduga
semakin menurun akibat aplikasi pestisida yang digunakan secara terus-menerus
adalah lalat predator Coenosia humilis Meigen (Diptera: Muscidae) (Harwanto et
al. 2004, Warsito 2004).
Lalat predator ini bersifat generalis, dengan kisaran mangsa, antara lain
beberapa serangga ordo Diptera dan Homoptera (Harwanto 2002), famili
Aleyrodidae dan Scaridae (Kuhne 1998). Sebagian besar mangsa C. humilis
merupakan Ordo Diptera dan lebih dari 60% jenis mangsanya berasal dari famili
Agromyzidae yaitu lalat pengorok L. huidobrensis. Sementara untuk kemampuan
rata-rata pemangsaan di laboratorium dari C. humilis sekitar 23,5 ekor lalat
pengorok daun selama 24 jam atau sekitar 1 ekor per jam (Harwanto et al. 2004).

Pemanfaatan dan penelitian serangga predator Coenosia terutama untuk
pengendalian hama sayuran dan tanaman hias di rumah kaca sudah menjadi
komoditi komersial di negara tertentu, seperti Jerman, Amerika Serikat, dan
Kanada (Kuehne 1998, Yahnke & George 1972, Pats & Vernon 1999). Melihat
pentingnya peranan Coenosia dalam pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) maka untuk memberikan informasi tambahan mengenai
kehidupan lalat predator ini perlu diketahui kelimpahannya pada lahan organik
dan konvensional.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan dan faktorfaktor yang mempengaruhi kelimpahan lalat predator Coenosia humilis Meigen
(Diptera: Muscidae) serta keragaman jenisnya pada dua jenis lahan organik dan
konvensional di daerah Cisarua.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi
Lalat predator Coenosia humilis Meigen tergolong kelas Insecta, ordo
Diptera, subordo Brachycera, famili Muscidae.

Morfologi
Telur. Telur C. humilis berwarna coklat terang atau berwarna kuning
kecoklatan dengan panjang 1,50 mm dan lebar 0,41 mm, berbentuk seperti gabah.
Pada bagian dorsal telur terdapat garis-garis yang membujur. Telur yang siap
menetas berwarna semakin gelap dan alat mulut (kait) larva yang berwarna hitam
terlihat jelas. Telur menetas antara 4 - 8 hari, dengan rata-rata terbanyak adalah 5
hari. Larva muncul dari bagian anterior dengan cara merobek telur memakai alat
mulutnya. Perlahan-lahan larva kemudian keluar dari telur (Noerina 2004).
Larva. Larva berwarna putih bening dengan kait mulut berwarna hitam
(Noerina 2004). Larva Coenosia tidak berganti kulit seperti larva serangga pada
umumnya sebagai tanda pergantian instar. Pergantian instar hanya ditandai
dengan bertambahnya ukuran tubuh. Menurut LeRoux & Perron (1960) pada C.
tigrina larva Instar -1, -2, -3 mempunyai ukuran masing-masing 1,50 mm, 4,10
mm dan 6,80 mm dengan lebar (anal plate) adalah 0,21 mm, 0,51 mm dan 0,81
mm Stadium larva mampu bertahan antara 1 - 11 hari pada suhu 25oC (Kuhne
1998). Larva bergerak aktif, dan biasanya bersifat kanibal terhadap sesamanya
(Noerina 2004).
Pupa. Pupa berwarna coklat muda transparan. Bagian anterior dan
posterior larva mengalami penarik masuk ke arah dalam dan integumennya
mengeras (LeRoux & Perron 1960). Lama stadium pupa pada suhu 25oC adalah
11 hari (Kuhne 1998). Menurut Morris & Cloutier (1987) dalam Harwanto (2002)
rataan faktor seks adalah 0,59.
Imago. Imago C. humilis jantan dan betina dapat dibedakan dari ukuran,
warna dan bentuk abdomennya. Ukuran tubuh betina pada umumnya lebih besar
daripada jantan. Masing-masing memiliki ukuran rata-rata panjang tubuh berturutturut antara betina dan jantan adalah 3,09 mm dan 2,36 mm. Dengan warna

mesonotum hitam kelabu. Abdomen lalat betina lebih gemuk, serta pada bagian
ujungnya terdapat ovipositor yang berbentuk seperti seperti corong sedangkan
abdomen jantan lebih kurus dan bagian ujungnya tumpul membulat. Imago betina
berwarna hitam kelabu, sedangkan imago jantan berwarna lebih cerah (Noerina
2004). Menurut Kuhne (2000) lama hidup dari mulai telur hingga dewasa pada
suhu 20 oC antara 40 – 43 hari dan sekitar 26 – 27 hari pada suhu 25 oC. Lama
hidup betina bervariasi pada suhu 20 oC antara 27 - 83 hari (Morris & Clautier
dalam Harwanto 2002). Suhu sangat berpengaruh nyata terhadap lama hidup
Imago betina mampu meletakan telur secara acak di bawah prmukaan tanah pada
suhu 25 oC dengan total telur sebanyak 137 - 140 butir dengan rata-rata
banyaknya telur per hari adalah 20 - 25 butir (Morris & Clautier dalam Harwanto
2002).
Peranan
Lalat predator ini bersifat generalis, dengan kisaran mangsa, antara lain
beberapa serangga ordo Diptera dan Homoptera (Harwanto 2002), famili
Aleyrodidae dan Scaridae (Kuhne 1998). Sebagian besar mangsa C. humilis
merupakan Ordo Diptera dan lebih dari 60% jenis mangsanya berasal dari famili
Agromyzidae yaitu lalat pengorok L. huidobrensis. Kemampuan rata-rata
pemangsaan di laboratorium dari C. humilis sekitar 23,5 ekor lalat pengorok daun
selama 24 jam atau sekitar 1 ekor per jam (Harwanto et al. 2004).
Predator Coenosia sudah menjadi komoditi komersial terutama untuk
pengendalian hama sayuran dan tanaman hias di rumah kaca pada negara-negara
tertentu, seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Kanada (Kuehne 1998, Yahnke &
George1972, Pats & Vernon 1999).

Perilaku Predasi
Lalat predator Coenosia dalam proses pemangsa menunggu mangsa pada
permukaan atau pucuk daun, ajir atau substrat lainnya yang tersedia dipertanaman.
Pemangsaan dilakukan pada saat mangsa terbang sambil mencengkeram mangsa
tersebut menggunakan keenam tungkalnya. Lalat predator hinggap kemudian
menusukkan probosis dan menghisap cairan tubuh mangsa. Penusukan dilakukan
di antara kepala atau pada bagian abdomen mangsa. Walaupun mendapat

gangguan, seperti pada saat ditangkap dengan menggunakan botol, predator tetap
tidak melepaskan mangsanya (Kuhne 1998, Harwanto et al. 2004).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tugu Selatan, Cisarua, Bogor dan di
Laboratorium Ekologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, dan berlangsung mulai bulan Maret sampai dengan Juli 2004
dan bulan Juni sampai dengan Juli 2005.
Metode
Penentuan Lokasi Lahan
Penentuan lokasi lahan dilakukan berdasarkan keberadaan Coenosia
humilis di daerah sekitar Cisarua yang mempunyai kisaran ketinggian 950 – 1100
di atas permukaan laut (dpl). Inventarisasi dilaksanakan pada pertanaman caisin di
dua lahan agroekosistem berbeda yaitu lahan pertanian organik dan konvensional
milik petani setempat yang ditanam sendiri oleh petani. Luas lahan pada
pertanaman caisin pada lahan pertanian organik dan konvensional masing-masing
80 m2. Jarak kedua lahan tersebut sekitar 30 meter dan umur tanaman yang
diamati berkisar antara 14 hingga 49 Hari Setelah Tanam (HST). Lahan yang
digunakan untuk pengamatan penelitian adalah lahan pertanian organik dari petani
yang melakukan pembudidayaan tanaman secara keseluruhan menggunakan
bahan – bahan alami langsung dari alam atau bahan – bahan organik produksi
pabrik, sedangkan untuk pengamatan di lahan konvensional dilakukan pada lahan
yang melakukan pembudidayaan tanaman oleh petani dengan menggunakan
bahan – bahan kimia yang lebih bersifat sintetik.
Pengamatan
Pengamatan di lahan pertanian organik dan konvensional dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Pada pengamatan langsung, pengambilan contoh
tanaman dilakukan dengan membagi setiap petak lahan menjadi empat sub petak.
Setiap sub petak terdiri dari 3 unit contoh, dengan jumlah tanaman per unit sekitar
12 tanaman. Pengamatan langsung pada kedua lahan tersebut dilakukan secara
diagonal. Pengamatan dilakukan selama 10 menit pada masing-masing unit

tanaman contoh. Pengamatan langsung tersebut dilakukan sebanyak dua kali
dalam seminggu. Pada pengamatan tidak langsung digunakan perangkap warna
kuning berperekat berbentuk silinder. Pemasangan perangkap dilakukan pada
umur tanaman sekitar 10 HST dan pengamatan dilakukan pada 14 HST sampai 49
HST. Perangkap kuning diletakkan secara sistematis pada ketinggian 30 cm di
atas permukaan tanah dengan jumlah 8 perangkap untuk setiap lahan pengamatan.
Pengamatan dilakukan dua minggu sekali. Apabila tanaman sudah siap untuk
dipanen, maka pengamatan dilanjutkan pada komoditas yang sama di sekitar
lahan pengamatan. Selanjutnya serangga yang telah tertangkap di masukkan dan
dikumpulkan untuk proses identifikasi di laboratorium.
Untuk pendugaan jenis spesies Coenosia sp. yang berada di lahan
pertanaman dilakukan pada bulan Juni – Juli 2005 dengan umur tanaman pada
awal pengamatan 32 HST dan pengamatan dilaksanakan selama dua minggu.
Proses penangkapan dilakukan secara langsung dengan alat bantu berupa kantung
plastik. Beberapa jenis Coenosia sp. yang tertangkap selanjutnya dipisahkanpisahkan untuk diidentifikasi di laboratorium. Selanjutnya pengamatan untuk
kelimpahan jenis lalat Coenosia sp. dilakukan dengan menggunakan perangkap
kuning.
Pengamatan juga dilakukan terhadap mangsa Coenosia di lahan
pertanaman. Mangsa yang tertangkap oleh Coenosia kemudian dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi. Proses penangkapan mangsa dilakukan dengan
menunggu selesai proses memangsaan oleh Coenosia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lahan Pengamatan
Pengamatan kelimpahan lalat predator Coenosia dilakukan pada
pertanaman caisin yang terletak di daerah Desa Tugu Selatan, Cisarua, Bogor.
Daerah lahan pengamatan memiliki ketinggian 1147 m dpl. Luas lahan yang
diamati pada tanaman organik dan konvensional milik petani setempat adalah
masing-masing 78 m2. Jarak kedua lahan tersebut sekitar 30 meter dan umur
tanaman yang diamati berkisar antara 14 hingga 49 HST (Hari Setelah Tanam).
Pengamatan pertama dilakukan saat tanaman sudah berumur 32 HST dan pada
saat menjelang panen pengamatan dilanjutkan pada jenis komoditas tanaman yang
sama di sekitar lahan pengamatan. Penanaman pada masing-masing lahan
dilakukan secara monokultur dengan tanaman di sekitar lahan pengamatan di
lahan organik berupa tanaman kacang kapri, kacang panjang, kubis, wortel, dan
bawang daun, sedangkan pada lahan konvensional ditanami tanaman selada,
bawang daun, dan kol. Aplikasi insektisida untuk pengendalian hama pada lahan
masing-masing lahan dilakukan 1 - 2 kali per minggu. Jenis insektisida yang
digunakan pada lahan konvensional yaitu profenofos sedangkan pada lahan
organik dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida organik hasil
beberapa ekstrak tanaman yang berada di sekitar wilayah lahan pertanian
setempat, antara lain gadung, kacang babi, cabai, dan beberapa jenis bahan-bahan
alami lainnya dengan ditambahkan menggunakan bahan-bahan organik komersil
yang mengandung mikroorganisme seperti Actinomycetes sp, Lactobacillus sp,
dan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan dan dijual di pasaran untuk
membantu dalam mengendalian atau menekan kerugian yang dapat ditimbulkan
oleh hama dan penyakit.

Kelimpahan Coenosia humilis
Pengamatan yang dilakukan terhadap kelimpahan populasi C. humilis di
lapang bersifat fluktuatif pada kedua lahan organik dan konvensional. Kelimpahan
pada umumnya di lahan organik relatif lebih tinggi bila dibandingkan pada lahan
konvensional. Dengan menggunakan perangkap kuning dan pengamatan

langsung, diperoleh hasil bahwa kelimpahan populasi Coenosia humilis pada saat
pengamatan dengan menggunakan perangkap kuning jumlah C. humilis relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan pengamatan langsung (Gambar 1).

4,5

Lalat predator / 12 tanaman

4

A

Organik
Anorganik

3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
14

18

21

25

28

32

35

39

42

46

49

Umur tanaman (HST)

4,5

Lalat predator / 12 tanaman

4
B

3,5

Organik
Anorganik

3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
14 18

21

25 28

32

35

39

42

46

49

Umur tanaman (HST)

Gambar 1 Rataan kelimpahan Coenosia humilis dengan menggunakan perangkap
kuning (A) dan pengamatan langsung (B)
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan perangkap kuning
menunjukkan bahwa kelimpahan C. humilis pada lahan organik relatif lebih tinggi

bila dibandingkan pada lahan konvensional, hal ini dapat diketahui dengan
banyaknya C. humilis yang terperangkap pada lahan organik. Jumlah tertinggi
kelimpahan C. humilis ditunjukkan pada pengamatan kelima yaitu 3,88 ekor per
unit contoh, sedangkan yang terendah pada pengamatan terakhir dengan 0,63 ekor
per unit contoh. Pada lahan konvensional, jumlah C. humilis tertinggi ditunjukkan
pada pengamatan ketiga dengan jumlah 2,63 ekor per unit contoh dan terendah
sekitar 0,25 per unit contoh yang terdapat pada pengamatan kesembilan dan
kesebelas.
Hasil pengamatan langsung menunjukkan kelimpahan C. humilis relatif
lebih tinggi pada lahan organik dibandingkan dengan konvensional. Pada lahan
organik jumlah C. humilis tertinggi sekitar 0,83 ekor per unit contoh yaitu pada
pengamatan kedua, keempat, dan kelima, sedangkan terendah yaitu 0,25 ekor per
unit contoh. Pengamatan yang dilakukan di lahan konvensional menunjukkan
jumlah C. humilis tertinggi pada pengamatan keenam yaitu 1,3 ekor per unit
contoh dan terendah pada pengamatan keempat, kesepuluh, dan kesebelas dengan
jumlah sekitar 1,7 ekor per unit contoh.
Pada pengamatan kelimpahan dengan menggunakan perangkap kuning
menunjukkan jumlah yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan
pengamatan langsung. Hal ini disebabkan penggunaan perangkap kuning dapat
memungkinkan terperangkapnya C. humilis yang tidak hanya berasal dari dalam
lahan pengamatan tetapi juga dari luar lahan, sehingga jumlah C. humilis yang
terperangkap lebih banyak.

Faktor yang Mempengaruhi Kelimpahan
Pada pertanaman organik yang memiliki kelimpahan lalat predator
Coenosia relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan konvensional. Hal ini
diduga disebabkan oleh cara bercocok tanam yang dilakukan oleh petani, umur
tanaman, dan faktor iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban).
Cara Bercocok Tanam. Pada lahan organik dengan kelimpahan lalat
predator Coenosia yang relatif lebih tinggi, memiliki peluang hidup yang lebih
baik daripada kelimpahan di lahan konvensional. Pada lahan organik mampu
mendukung

perkembangan

hidup

larva

lalat

Coenosia.

Untuk

tempat

perkembangan larva lalat Coenosia di tanah dengan penggunaan pupuk alami
yaitu berupa kotoran hewan ternak seperti kotoran sapi, kambing atau kotoran
ayam, larva tersebut dapat lebih mudah untuk dapat bertahan hidup dengan
ketersediaan berupa pakan cacing lebih berlimpah yang berada pada kompos atau
kotoran hewan ternak tersebut. Dilaporkan bahwa untuk larva Coenosia yang
berada dalam kompos atau bahan organik lainnya dapat bertahan hidup dengan
memangsa cacing Eisenia spp (Yanke & George 1972).
Selain pemupukan, penggunaan insektisida pada lahan konvensional dapat
mempengaruhi kelimpahan lalat Coenosia. Penggunaan insektisida dapat
mempengaruhi jumlah populasi serangga yang berada dipertanaman. Tidak hanya
hama yang akan terbunuh tetapi juga musuh alami hama dan serangga lain dapat
ikut terbunuh. Dengan berkurangnya musuh alami dipertanaman konvensional
maka akan mempengaruhi perkembangan hama yang

mengalami resistensi

terhadap penggunaan pestisida. Aplikasi insektisida mampu mendorong
perkembangan populasi hama L. huidobrensis yang merupakan salah satu mangsa
lalat predator Coenosia. Jumlah populasi hama L. huidobrensis semakin
meningkat pada lahan petani sebagai akibat dari dampak negatif aplikasi
insektisida yang intensif (Rauf 1995). Sedangkan pada lahan organik yang hanya
menggunakan pengendalian hama dengan bahan-bahan yang berasal dari alam,
yang berupa tanaman yang dapat dijadian sebagai pestisida organik, maupun
pengendaliaan hama dengan pestisida khusus tanaman organik yang siap pakai
maka populasi dan keragaman jenis serangga di sekitar pertanaman pada
umumnya relatif lebih tinggi. Sehingga dapat terjadi keseimbangan agroekosistem
dipertanaman tersebut. Hal ini dapat menyebabkan perkembangan populasi musuh
alami seperti Coenosia dapat lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan
dilakukannya penyemprotan insektisida sintesis. Dengan ketersediaan dan
beragamnya jenis mangsa pada lahan organik, maka lalat predator Coenosia lebih
mampu mempertahankan keberadaan kelimpahan populasinya.
Salah satu upaya pengelolaan hama adalah dengan memanfaatkan musuh
alami dan keefektifan musuh alami dipengaruhi oleh keaneragaman tanaman
penyusun struktur lanskap atau vegetasinya. Cara bercocok tanam yang dilakukan
oleh petani pada lahan organik dengan melakukan penanaman berbagai jenis

tanaman yang lebih banyak dibandingkan dengan lahan konvensional mampu
membantu mempertahankan kelimpahan populasi lalat Coenosia di sekitar
pertanaman tersebut. Coenosia dengan sifat generalis mampu bertahan dengan
memanfaatkan tanaman yang berada di sekitar lahan pengamatan. Tanaman yang
berada di sekitar lahan pengamatan berupa kacang kapri, kacang panjang, kubis,
wortel, dan bawang daun yang diduga mampu menjadi tempat tempat berlindung,
atau sebagai penyedia mangsa alternatif untuk tanaman yang terserang hama dan
bila tidak tersedia tanaman yang menjadi penyedia mangsa lalat Coenosia.
Menurut Letournea dan Altieri (1991), tingginya keanekaragaman struktur
lanskap dapat meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman serangga yang ada
di sekitar pertanaman sehingga sumber makanan bagi musuh alami dapat terus
terjamin, bahkan pada saat mangsa utama tidak ada.
Umur tanaman. Pada awal pengamatan saat umur tanaman 14 HST
dengan menggunakan kedua metode penelitian yang dilakukan, populasi lalat
Coenosia tidak berbeda nyata yaitu pada lahan konvensional populasi lalat
Coenosia lebih banyak daripada populasi di lahan organik, tetapi pada akhir
pengamatan saat umur tanaman 49 HST umumnya lalat Coenosia pada lahan
organik lebih banyak dibandingkan lahan konvensional. Diduga lalat Coenosia
yang berada di lahan organik lebih mampu bertahan, sedangkan pada lahan
konvensional populasi Coenosia berkurang karena dampak dari penyemprotan
pestisida yang membunuh sebagian dari musuh alami khususnya Coenosia.
Fluktuasi lalat Coenosia pada umur tanaman muda dan mencapai titik tertinggi
pada umur tanaman 28 HST pada pengamatan dengan penggunaan perangkap
kuning di lahan organik dan 32 HST dengan pengamatan langsung di lahan
konvensional. Adanya perbedaan antara umur tanaman yang berbeda dan jumlah
Coenosia yang teramati pada lahan berbeda tersebut disebabkan oleh faktor suhu
dan curah hujan yang tidak terlalu tinggi yang mendukung perkembangan lalat
Coenosia.
Iklim. Faktor lingkungan abiotik seperti suhu, kelembaban dan curah
hujan diduga dapat mempengaruhi kelimpahan seranggga di wilayah tersebut.
Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Darmaga, saat awal pengamatan bulan
Maret dan April dengan umur tanaman sekitar satu setengah bulan, suhu rata-rata

yang tidak jauh berbeda yaitu sekitar 21 oC tidak berpengaruh nyata terhadap
kelimpahan populasi Coenosia. Pada kisaran suhu tersebut masih dapat
mendukung bagi pertumbuhan populasi lalat Coenosia. Kelembaban rata-rata
yang berkisar antara 78 – 87 % diduga mampu mendukung dalam perkembangan
populasi Coenosia. Pada curah hujan rata-rata yang cukup tinggi pada bulan
Maret dan April tidak mendukung bagi perkembangan kelimpahan lalat predator
Coenosia sehingga lalat tersebut berkurang populasinya di lapang. Sedangkan
pada awal musim tanam bulan Juni dengan curah hujan rata-rata yang rendah
sekitar 40 mm diduga dapat menyebabkan pertumbuhan kelimpahan populasi
Coenosia (Tabel 1).
Tabel

1 Data suhu, kelembaban dan curah hujan per bulan untuk bulan Maret
sampai Juli 2004 di Wilayah Cisarua, Bogor
Curah hujan rata-rata
Bulan
Suhu rata-rata (oC)
Kelembaban (%)
(mm)
Maret

21,5

84

269

April

21,7

87

355

Mei

21,5

95

245

Juni

21,0

78

40

Juli

20,5

83

72

Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor
Selain suhu, kelembaban dan curah hujan, faktor abiotik lainnya yang
dapat mempengaruhi keberadaan kelimpahan dan keanekaragaman serangga lalat
predator Coenosia adalah ketinggian di atas permukaan laut (dpl). Pada daerah
dataran tinggi saat penelitian dengan ketinggian sekitar 950 – 1100 dpl masih
dapat dijumpai lalat predator Coenosia sp. Sedangkan menurut hasil penelitian
Suhendra (2005) pada dataran rendah yang berada pada ketinggian 187 – 213 dpl
keberadaan lalat predator Coenosia belum dapat ditemukan. Pada dataran rendah
dengan suhu dan curah hujan yang tinggi mempengaruhi keberadaan Coenosia.

Pendugaan Keragaman Beberapa Jenis Coenosia sp.
Pendugaan keragaman beberapa jenis Coenosia sp. dilakukan pada bulan
Juni – Juli 2005 selama dua minggu pada lahan yang sama dengan umur tanaman

pada awal pengamatan sekitar 32 HST dengan menggunakan metode perangkap
kuning untuk melihat keragamannya. Pengelompokkan jenis Coenosia sp. dibagi
menjadi dua jenis yang didasarkan pada struktur fisik serangga yang dilakukan
dengan pengamatan visual secara langsung dengan atau tanpa alat bantu seperti
mikroskop (Tabel 2).
Tabel 2 Ciri-ciri umum yang tampak secara langsung pada beberapa dugaan jenis
Coenosia sp.
Ciri-ciri

Coenosia sp. jenis 1

Ukuran tubuh
Warna abdomen
Corak pada abdomen
Rambut pada abdomen
Warna sayap

(A)

Umumnya besar
(3 – 4 mm)
Kuning kelabu
Titik/bercak
(warna hitam)
Banyak dan berukuran
pendek
Kuning mengkilap

Coenosia sp. jenis 2
(Coenosia humilis)
Umumnya lebih kecil
(2 – 3 mm)
Hitam kelabu/abu-abu
Garis
(warna hitam)
Sedikit dan berukuran
panjang
Bening mengkilap

(B)

Gambar 2 Pengelompokkan imago betina Coenosia sp. jenis 1 (A) dan jenis 2
(Coenosia humilis)
Pengelompokkan meliputi ukuran tubuh, warna abdomen, corak pada
abdomen, rambut pada abdomen dan warna sayap. Untuk jenis Coenosia sp. yang
pertama dikelompokkan berdasarkan pada ukuran tubuh imago yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan jenis Coenosia sp. yang kedua dengan ukuran tubuh
sekitar 3 – 4 mm, sedangkan ukuran tubuh Coenosia sp. jenis kedua yang
merupakan spesies Coenosia humilis adalah 2 – 3 mm. Abdomen jenis Coenosia
sp. yang pertama berwarna kuning kelabu dengan corak yang terdapat pada

abdomen berwarna hitam berbentuk bulat atau titik dan memiliki rambut abdomen
yang sedikit serta berukuran pendek. Dan jenis Coenosia sp. yang kedua berwarna
hitam kelabu atau dapat dijumpai dengan warna cerah dengan corak yang terdapat
pada abdomen berwarna hitam berbentuk garis membujur dan memiliki rambut
abdomen yang lebih banyak dibandingkan Coenosia jenis 1 dengan ukuran lebih
panjang (Gambar 3).

(A)

(B)

Gambar 3 Bentuk corak abdomen jenis spesies 1 Coenosia sp. (A) dan jenis 2
Coenosia humilis (B)
Kelimpahan populasi Coenosia sp. jenis 1 pada lahan organik lebih
banyak dibandingkan Coenosia sp. jenis 2. Populasi Coenosia sp. jenis 1
mencapai puncaknya pada 41 HST dengan 5,5 ekor serangga per unit contoh dan
Coenosia sp. jenis 2 lebih rendah dibandingkan Coenosia sp. jenis 1 dengan 2,83
ekor serangga per unit contoh. Sedangkan populasi. jenis 2 pada lahan
konvensional lebih bersifat berfluktuasi dibandingkan dengan spesies Coenosia sp
jenis 1 (Gambar 4).

Lalat predator per unit contoh

6

A

5
4
3
2

Lalat predator jenis 1
Lalat predator jenis 2

1
0

32

35

39

42

Umur tanaman (HST)

Lalat predator per unit contoh

6
B

5

Lalat predator jenis 1
Lalat predator jenis 2

4
3
2
1
0

32

35

39

42

Umur tanaman (HST)
Gambar 4

Kelimpahan populasi serangga di lahan organik (A) dan lahan
konvensional (B)

Berfluktuasi dan lebih rendahnya kelimpahan populasi Coenosia sp jenis 2
dibandingkan Coenosia sp jenis 1 kemungkinan disebabkan oleh adanya
kompetisi antar spesies Coenosia pada lahan tersebut. Kompetisi yang terjadi
dapat berupa memperebutkan ruang, tempat dan sumber makanan (mangsa).
Diduga spesies Coenosia sp. jenis 1 mampu bertahan dalam kompetisi antar
spesies karena struktur tubuh dari lalat tersebut relatif lebih besar sehingga
mampu memperebutkan tempat dan mangsanya. Apabila dari pengamatan secara
langsung yang dilakukan di lapang Coenosia sp. jenis 1 mampu membunuh dan
memakan Coenosia sp. jenis 2 atau lalat predator lain yang berukuran lebih kecil

daripada ukurannya. Sehingga keberadaan dan kelimpahannya di lapang dapat
lebih terjaga.
Kelimpahan Populasi Mangsa
Pada rataan banyaknya populasi mangsa yaitu hama pengorok L.
huidobrensis pada awal pengamatan saat umur tanaman 32 HST diperoleh hasil
bahwa pada lahan organik populasi L. huidobrensis relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan lahan konvensional, tetapi semakin bertambahnya umur
tanaman maka populasinya menjadi berkurang dan tidak berbeda jumlahnya
dengan lahan konvensional. Pada keadaan tersebut menyebabkan peningkatan dari
populasi lalat predator Coenosia sp. di lahan organik. Keberadaan lalat predator
Coenosia sp. di lahan pertanian diduga dapat membantu dalam menekan
perkembangan serangga hama (Gambar 5).

6
Lahan Organik

L.huidobrensis
per perangkap

5

Lahan Anorganik

4
3

3
2
1
0
32

35
Umur tanaman (HST)

39

42

Gambar 5 Kelimpahan populasi hama L. huidobrensis
Populasi L. huidobrensis yang cenderung tetap rendah dan populasi
Coenosia sp. yang lebih berfluktuasi, disebabkan oleh lalat predator yang bersifat
generalis tidak hanya mampu memangsa L. huidobrensis tetapi juga memangsa
serangga lain yang berada di sekitar pertanaman sehingga populasi Coenosia sp.
dapat terjaga bahkan mungkin mengalami peningkatan. Hal yang sama dilaporkan
oleh Harwanto (2004) yang menyatakan bahwa perkembangan populasi lalat
predator Coenosia sp. menunjukkan pola yang tidak tegas hubungannya dengan
kelimpahan mangsa.

Kelimpahan C. humulis berdasarkan Musim Tanam Berbeda
Apabila kelimpahan C. humilis dibandingkan berdasarkan umur tanaman
dan metode pengamatan yang sama saat penelitian berlangsung pada lahan
organik dan konvensional dengan musim tanam yang berbeda, maka diperoleh
hasil bahwa kelimpahan C. humilis pada pengamatan awal untuk kedua jenis
lahan tersebut di bulan Maret – April 2004 populasi C. humilis tidak terlalu jauh
berbeda populasinya dengan penelitian pada bulan Juni – Juli 2005. Tetapi pada
akhir pengamatan di bulan Juni 2005 saat tanaman berumur 39 HST populasi C.
humilis pada lahan organik cenderung mengalami kenaikan bila dibandingkan
dengan bulan Maret – April 2004 (Gambar 6).

C. humilis per 12 tanaman

3

A

2,5

Lahan organik
Lahan anorganik

2
1,5
1
0,5
0

C. humilis per 12 tanaman

32

35
Umur tanaman (HST)

39

42

3

B

2,5
2

Lahan organik

1,5

Lahan anorganik

1
0,5
0

32

35
39
Umur tanaman (HST)

42

Gambar 6 Kelimpahan populasi serangga C. humilis pada bulan Maret – April
2004 (A) dan bulan Juni – Juli 2005 (B)
Pada lahan konvensional pada bulan Juni – Juli 2005 lebih bersifat
fluktuatif bila dibandingkan dengan jenis lahan pada musim tanam bulan Maret –
April 2004. Fluktuasi kelimpahan populasi Coenosia sp. pada saat umur tanaman

yang sama dengan pelaksanaan musim tanam di bulan yang berbeda akan ikut
mempengaruhi kelimpahan lalat predator Coenosia sp. di lapang. Hal tersebut di
pengaruhi oleh adanya perbedaan dari faktor iklim yaitu curah hujan (Tabel 3).
Tabel 3

Data suhu, kelembaban dan curah hujan per bulan untuk bulan Juni –
Juli 2005 di Wilayah Cisarua, Bogor
Bulan
Suhu rata-rata (oC)
Kelembaban (%) Curah hujan rata-rata (mm)
Juni
21,4
86
238
Juli
21,0
83
140
Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

Pada saat musim tanam bulan Maret – April 2004 terjadi peningkatan
curah hujan rata-rata pada bulan April yaitu mencapai 355 mm (Tabel 1) sehingga
menyebabkan peningkatan populasi Coenosia sp. Sedangkan untuk bulan Juni –
Juli 2005 terjadi peningkatan populasi Coenosia sp. pada akhir pengamatan yang
disebabkan oleh adanya penurunan jumlah curah hujan rata-rata pada bulan Juni
menjadi 140 mm (Tabel 3). Diduga dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi
dapat membantu peningkatan jumlah populasi lalat predator tersebut di lapang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kelimpahan populasi Coenosia humilis pada kedua lahan organik dan
konvensional berfluktuasi. Pada umumnya kelimpahan C. humilis pada lahan
organik relatif lebih tinggi bila dibandingkan pada lahan konvensional.
Kelimpahan populasi C. humilis dipengaruhi oleh cara bercocok tanam yang
dilakukan oleh petani, umur tanaman dan faktor iklim (curah hujan).
Diduga terdapat keragaman spesies serangga lalat predator Coenosia sp.
yang berada di daerah pengamatan Cisarua yaitu sekitar dua jenis lalat predator.
Salah satu jenis lalat predator tersebut diantaranya lebih mendominasi kelimpahan
populasi serangga predator tersebut.
Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai keberadaan dan kejelasan
jenis spesies-spesies Coenosia sp. yang berada pada komoditas hortikultura di
sekitar Wilayah Cisarua ataupun wilayah lain di Indonesia dengan ketinggian
permukaan yang berbeda untuk dapat mendukung bagi perkembangan
pengendalian hayati.

DAFTAR PUSTAKA
Dent D. 2000. Insect Pest Management. Ed ke-2. Wallingford, UK: CAB
International.
Harwanto. 2002. Coenosia humilis Meigen (Diptera: Anthomyiidae) predator
lalat pengorok daun di pertanaman kentang: Kelimpahan, pemangsaan,
dan pengaruh budidaya tanaman [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Harwanto, Hindayana D, Maryana N, Rauf A. 2004. Lalat predator Coeosia
humilis Meigen (Diptera: Muscidae) pada pertanaman kentang : pola
aktivitas harian, pemangsaan, dan pengaruh aplikasi insektisida. J Entomol
Ind 1(1): 1-8.
Johnson MW, Tabashnik BE. 1999. Enchanced biological control trough pestiside
selectivity. Di dalam: Bellows TS et al., editor: Handbook of Biological
Control: Principle and Applications of Biological Control. Vol 1.
California, USA: Academic Press.
Kuhne S. 1998. Open rearing of generalist predators: A strategy for
improvement of biological pest control in greenhouses. Phytoparasitica
26: 277 - 281.
Kuhne S. 2000. Predaceous flies of the genus Coenosia Meigen, 1826 (Diptera:
Muscidae) and their possible use for biological