Tingkahlaku Harian Dan Tingkahlaku Makan Ular Sanca Hijau (Morelia viridis) Di CV Terraria Indonesia

TINGKAHLAKU HARIAN DAN TINGKAHLAKU MAKAN
ULAR SANCA HIJAU (Morelia viridis)
DI CV TERRARIA INDONESIA

SKRIPSI
JERRY JERROMIAS

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

RINGKASAN
JERRY JERROMIAS. D14101073. 2005. Tingkahlaku Harian Dan Tingkahlaku
Makan Ular Sanca Hijau (Morelia viridis) Di CV Terraria Indonesia. Skripsi.
Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer
Pembimbing Anggota : Prof. drh. D.T.H Sihombing, M.Sc., Ph.D.
Ular sanca hijau (Morelia viridis) merupakan hewan dari Ordo Squamata
yang sebagian besar kegiatannya di pepohonan (arboreal), dan aktif pada malam hari

sehingga disebut hewan nokturnal. Ular sanca hijau mempunyai ciri khas, berwarna
kuning atau merah kecoklatan pada saat muda, dan berwarna hijau saat dewasa. Pupil
mata vertikal, kepala tampak besar dengan leher yang semakin mengecil. Ular sanca
hijau merupakan jenis ular yang statusnya sudah terdaftar dalam APENDIX III, atau
dengan kata lain sudah dilindungi dan bukan tidak mungkin ular dari spesies lain
akan segera menyusul.
Penelitian ini dilakukan di penangkaran CV. Terraria Indonesia yang berada
di Desa Gunung Sindur, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Bogor yang berlangsung
dari bulan Mei sampai dengan Juni 2005. Penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi dasar dari tingkahlaku yang ditampilkan ular sanca hijau
di kandang penangkaran. Dalam penelitian ini digunakan ular sanca hijau (Morelia
viridis) dewasa sebanyak enam ekor.
Metode pengamatan yang digunakan dalam penelitian tingkahlaku harian
adalah metode ad libitum sampling dan pengamatan tingkahlaku khusus (makan)
dengan metode focal animal sampling dan metode one zero untuk pencatatan. Data
yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, analisis grafik, dan persentase. Peubah
yang diukur pada tingkahlaku harian antara lain istirahat, bergerak (lokomosi),
memeriksa (investigasi), makan dan minum (ingesti), perawatan tubuh (epimiletik),
defekasi dan urinasi (eliminasi), tingkahlaku khusus (makan) antara lain
mengamati/memeriksa, menerkam/meng-gigit, membelit, menelan, dan istirahat.

Hasil aktivitas harian ular sanca hijau meliputi istirahat (34,70%), bergerak
(33,70%), memeriksa (30,90%), minum (0,25%), perawatan tubuh (0,45%), defekasi
dan urinasi (0,00%). Proses tingkahlaku makan meliputi mengamati/memeriksa
(3,65%), menerkam/menggigit (2,25%), membelit (20,80%), menelan (45,00%), dan
istirahat (28,30%). Hasil yang didapat pada penelitian ini diharapkan dapat
membantu pelestarian dan budidaya ular sanca hijau agar populasinya tidak
mengalami penurunan dengan memberi perhatian pada lingkungan penangkaran
guna meningkatkan kesejahteraan satwa ular sanca hijau.
Kata-kata kunci: ular sanca hijau, arboreal, nokturnal, APENDIX III

ABSTRACT
Daily Behaviour and Eating Behaviour of Green Tree Python (Morelia viridis)
in CV Terraria Indonesia
Jeromias, J., S.S. Manjoer, and D.T.H. Sihombing
Green tree python (Morelia viridis) is a nocturnal animal which mostly
activities on trees (arboreal). The color of juveniles green tree python haves two
basic type color, golden yellow and maroon. The color of juveniles are not
permanent. There are many variation colors, and sometimes its shows extreme
variation within these two types and it will changes into green when it becomes
adult. It has vertical eye pupils, big visible head with narrow neck. Green tree python

represents the groups of snakes which its status have been listed in Appendix III or in
other word have been protected by regulation and in the short time other species will
immediately following to be registered.
The aim of this research was to observe the daily and feeding behaviours in
captivity, using ad libitum and focal animal sampling methods. The result of the
observation in CV Terraria Indonesia as the exsitu conservation site, green tree
pythons started their daily activities from 05.00 pm up to 05.00 am at their cages.
Daily activitis of green tree pythons were resting (34.70%), locomotion (33.70%),
investigation (30.90%), drinking (0.25%), epimiletic (0.45%), and elimination
(defecation and urination) (0.00%). The feeding behaviour progress, were
investigation (3.65%), nipping (2.25%), twisting (20.80%), swallowing (45.00%),
and resting (28.30%). To conserve green tree pythons in order to avoid the
degradation of populations, is developing through breeding conservation and give
more attention to the environment facilities to improved the animal wellfare.
Keywords: green tree pythons, arboreal, nocturnal, Appendix III

TINGKAHLAKU HARIAN DAN TINGKAHLAKU MAKAN
ULAR SANCA HIJAU (Morelia viridis)
DI CV TERRARIA INDONESIA


SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
JERRY JERROMIAS
D14101073

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

Judul

: Tingkahlaku Harian Dan Tingkahlaku Makan Ular Sanca Hijau
(Morelia viridis) Di CV Terraria Indonesia


Nama

: Jerry Jerromias

NRP

: D.14101073

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

(Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini M.)
NIP 130354159

(Prof. drh. D.T.H Sihombing, M.Sc., Ph.D.)
NIP 130188196


Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

(Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc)
NIP 131624188

Tanggal lulus

: 01 Desember 2005

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Januari 1983 di D.K.I Jakarta. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Daniel Denny Susanto
dan Ibu Sylvester Sylvie Darmawi.
Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 1995 di SD Santa Maria
Jakarta. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di
SMP Santa Maria Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada
tahun 2001 di SMU Budi Mulia Jakarta.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi
Ternak, Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 2001.

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Tingkahlaku Harian dan Tingkahlaku Makan Ular Sanca Hijau (Morelia
viridis) di CV Terraria Indonesia. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana peternakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Ular sanca hijau (Morelia viridis) merupakan hewan yang sebagian besar
kegiatannya pada pepohonan (arboreal), dan aktif pada malam hari (nokturnal). Ular
ini mempunyai ciri berwarna kuning atau merah kecoklatan pada saat muda, dan
berwarna hijau saat dewasa, pupil mata vertikal, kepala yang tampak besar dengan
leher yang semakin mengecil. Ular sanca hijau merupakan jenis ular yang statusnya
sudah terdaftar dalam APENDIX III, dengan kata lain sudah dilindungi dan bukan
tidak mungkin spesies lain akan segera menyusul. Salah satu cara untuk melestarikan
ular sanca hijau agar populasinya tidak mengalami penurunan, bahkan punah adalah
dengan mengembangkan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian baik di
habitat aslinya (insitu) maupun di luar habitat aslinya (exsitu). Penangkaran
merupakan cara perlindungan dan pelestarian diluar habitat aslinya (exsitu).
Skripsi ini merupakan hasil penelitian mengenai Tingkahlaku harian dan

Tingkahlaku makan ular sanca hijau di CV Terraria Indonesia yang terletak di Desa
Gunung Sindur, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Bogor. Penulis menyadari bahwa
karya ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga hasil yang
didapat pada penelitian ini dapat membantu usaha teknik pembudidayaan dan
pelestarian satwa ular sanca hijau, agar kekayaan alam Indonesia tersebut mendapat
perhatian dan tidak mengalami kepunahan.

Bogor, September 2005
Penulis

DAFTAR ISI

RINGKASAN .....................................................................................

Halaman
i

ABSTRACT ........................................................................................

ii


RIWAYAT HIDUP .............................................................................

v

KATA PENGANTAR .........................................................................

vi

DAFTAR ISI .......................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ...............................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR...........................................................................

x


DAFTAR LAMPIRAN........................................................................

xi

PENDAHULUAN ...............................................................................

1

Latar Belakang.........................................................................
Tujuan......................................................................................
Manfaat....................................................................................

1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................

4


Klasifikasi................................................................................
Habitat dan Penyebaran ...............................................................
Karakteristik Biologis ..................................................................
Morfologi dan Anatomi ............................................... .
Reproduksi ...................................................................
Tingkahlaku..................................................................
Tingkahlaku Istirahat dan Bergerak.................
Tingkahlaku Makan dan Minum......................
Tingkahlaku seksual........................................
Tingkahlaku Ganti Kulit dan Merawat tubuh...
Tingkahlaku Eliminasi ....................................
Penangkaran.............................................................................

4
4
5
5
9
11
12
12
13
14
15
15

METODE ............................................................................................

16

Lokasi dan Waktu ....................................................................
Materi dan Peralatan ................................................................
Pengumpulan Data ...................................................................
Tingkahlaku Harian ......................................................
Tingkahlaku Makan......................................................
Keadaan Umum Penangkaran...................................................
Analisis Data............................................................................

16
16
17
17
17
18
18

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................

19

Keadaan Umum Penangkaran...................................................
Lokasi penangkaran......................................................
Fasilitas Penangkaran ...................................................

19
19
19

Kegiatan Ekspor ...........................................................
Pemeliharaan Satwa......................................................
Tingkahlaku Harian..................................................................
Tingkahlaku Istirahat ....................................................
Tingkahlaku Bergerak ..................................................
Tingkahlaku Memeriksa ...............................................
Tingkahlaku Minum .....................................................
Tingkahlaku Merawat Tubuh........................................
Tingkahlaku Makan .................................................................
Tingkahlaku Mengamati/Memeriksa.............................
Tingkahlaku Menerkam/Menggigit...............................
Tingkahlaku Membelit..................................................
Tingkahlaku Menelan ...................................................
Tingkahlaku Istirahat ....................................................

21
21
22
23
25
26
28
28
29
31
32
32
33
34

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................

36

UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................

37

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

38

LAMPIRAN ........................................................................................

40

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Data Morfologi Ular Sanca Hijau (Morelia viridis) .......................

8

2. Performa Reproduksi Ular Sanca Hijau (Morelia viridis) ..............

11

3. Satwa Reptil Yang Telah Ditangkarkan dan Diekspor ...................

21

TINGKAHLAKU HARIAN DAN TINGKAHLAKU MAKAN
ULAR SANCA HIJAU (Morelia viridis)
DI CV TERRARIA INDONESIA

SKRIPSI
JERRY JERROMIAS

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

RINGKASAN
JERRY JERROMIAS. D14101073. 2005. Tingkahlaku Harian Dan Tingkahlaku
Makan Ular Sanca Hijau (Morelia viridis) Di CV Terraria Indonesia. Skripsi.
Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer
Pembimbing Anggota : Prof. drh. D.T.H Sihombing, M.Sc., Ph.D.
Ular sanca hijau (Morelia viridis) merupakan hewan dari Ordo Squamata
yang sebagian besar kegiatannya di pepohonan (arboreal), dan aktif pada malam hari
sehingga disebut hewan nokturnal. Ular sanca hijau mempunyai ciri khas, berwarna
kuning atau merah kecoklatan pada saat muda, dan berwarna hijau saat dewasa. Pupil
mata vertikal, kepala tampak besar dengan leher yang semakin mengecil. Ular sanca
hijau merupakan jenis ular yang statusnya sudah terdaftar dalam APENDIX III, atau
dengan kata lain sudah dilindungi dan bukan tidak mungkin ular dari spesies lain
akan segera menyusul.
Penelitian ini dilakukan di penangkaran CV. Terraria Indonesia yang berada
di Desa Gunung Sindur, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Bogor yang berlangsung
dari bulan Mei sampai dengan Juni 2005. Penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi dasar dari tingkahlaku yang ditampilkan ular sanca hijau
di kandang penangkaran. Dalam penelitian ini digunakan ular sanca hijau (Morelia
viridis) dewasa sebanyak enam ekor.
Metode pengamatan yang digunakan dalam penelitian tingkahlaku harian
adalah metode ad libitum sampling dan pengamatan tingkahlaku khusus (makan)
dengan metode focal animal sampling dan metode one zero untuk pencatatan. Data
yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, analisis grafik, dan persentase. Peubah
yang diukur pada tingkahlaku harian antara lain istirahat, bergerak (lokomosi),
memeriksa (investigasi), makan dan minum (ingesti), perawatan tubuh (epimiletik),
defekasi dan urinasi (eliminasi), tingkahlaku khusus (makan) antara lain
mengamati/memeriksa, menerkam/meng-gigit, membelit, menelan, dan istirahat.
Hasil aktivitas harian ular sanca hijau meliputi istirahat (34,70%), bergerak
(33,70%), memeriksa (30,90%), minum (0,25%), perawatan tubuh (0,45%), defekasi
dan urinasi (0,00%). Proses tingkahlaku makan meliputi mengamati/memeriksa
(3,65%), menerkam/menggigit (2,25%), membelit (20,80%), menelan (45,00%), dan
istirahat (28,30%). Hasil yang didapat pada penelitian ini diharapkan dapat
membantu pelestarian dan budidaya ular sanca hijau agar populasinya tidak
mengalami penurunan dengan memberi perhatian pada lingkungan penangkaran
guna meningkatkan kesejahteraan satwa ular sanca hijau.
Kata-kata kunci: ular sanca hijau, arboreal, nokturnal, APENDIX III

ABSTRACT
Daily Behaviour and Eating Behaviour of Green Tree Python (Morelia viridis)
in CV Terraria Indonesia
Jeromias, J., S.S. Manjoer, and D.T.H. Sihombing
Green tree python (Morelia viridis) is a nocturnal animal which mostly
activities on trees (arboreal). The color of juveniles green tree python haves two
basic type color, golden yellow and maroon. The color of juveniles are not
permanent. There are many variation colors, and sometimes its shows extreme
variation within these two types and it will changes into green when it becomes
adult. It has vertical eye pupils, big visible head with narrow neck. Green tree python
represents the groups of snakes which its status have been listed in Appendix III or in
other word have been protected by regulation and in the short time other species will
immediately following to be registered.
The aim of this research was to observe the daily and feeding behaviours in
captivity, using ad libitum and focal animal sampling methods. The result of the
observation in CV Terraria Indonesia as the exsitu conservation site, green tree
pythons started their daily activities from 05.00 pm up to 05.00 am at their cages.
Daily activitis of green tree pythons were resting (34.70%), locomotion (33.70%),
investigation (30.90%), drinking (0.25%), epimiletic (0.45%), and elimination
(defecation and urination) (0.00%). The feeding behaviour progress, were
investigation (3.65%), nipping (2.25%), twisting (20.80%), swallowing (45.00%),
and resting (28.30%). To conserve green tree pythons in order to avoid the
degradation of populations, is developing through breeding conservation and give
more attention to the environment facilities to improved the animal wellfare.
Keywords: green tree pythons, arboreal, nocturnal, Appendix III

TINGKAHLAKU HARIAN DAN TINGKAHLAKU MAKAN
ULAR SANCA HIJAU (Morelia viridis)
DI CV TERRARIA INDONESIA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
JERRY JERROMIAS
D14101073

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

Judul

: Tingkahlaku Harian Dan Tingkahlaku Makan Ular Sanca Hijau
(Morelia viridis) Di CV Terraria Indonesia

Nama

: Jerry Jerromias

NRP

: D.14101073

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

(Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini M.)
NIP 130354159

(Prof. drh. D.T.H Sihombing, M.Sc., Ph.D.)
NIP 130188196

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

(Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc)
NIP 131624188

Tanggal lulus

: 01 Desember 2005

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Januari 1983 di D.K.I Jakarta. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Daniel Denny Susanto
dan Ibu Sylvester Sylvie Darmawi.
Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 1995 di SD Santa Maria
Jakarta. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di
SMP Santa Maria Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada
tahun 2001 di SMU Budi Mulia Jakarta.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi
Ternak, Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 2001.

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Tingkahlaku Harian dan Tingkahlaku Makan Ular Sanca Hijau (Morelia
viridis) di CV Terraria Indonesia. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana peternakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Ular sanca hijau (Morelia viridis) merupakan hewan yang sebagian besar
kegiatannya pada pepohonan (arboreal), dan aktif pada malam hari (nokturnal). Ular
ini mempunyai ciri berwarna kuning atau merah kecoklatan pada saat muda, dan
berwarna hijau saat dewasa, pupil mata vertikal, kepala yang tampak besar dengan
leher yang semakin mengecil. Ular sanca hijau merupakan jenis ular yang statusnya
sudah terdaftar dalam APENDIX III, dengan kata lain sudah dilindungi dan bukan
tidak mungkin spesies lain akan segera menyusul. Salah satu cara untuk melestarikan
ular sanca hijau agar populasinya tidak mengalami penurunan, bahkan punah adalah
dengan mengembangkan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian baik di
habitat aslinya (insitu) maupun di luar habitat aslinya (exsitu). Penangkaran
merupakan cara perlindungan dan pelestarian diluar habitat aslinya (exsitu).
Skripsi ini merupakan hasil penelitian mengenai Tingkahlaku harian dan
Tingkahlaku makan ular sanca hijau di CV Terraria Indonesia yang terletak di Desa
Gunung Sindur, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Bogor. Penulis menyadari bahwa
karya ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga hasil yang
didapat pada penelitian ini dapat membantu usaha teknik pembudidayaan dan
pelestarian satwa ular sanca hijau, agar kekayaan alam Indonesia tersebut mendapat
perhatian dan tidak mengalami kepunahan.

Bogor, September 2005
Penulis

DAFTAR ISI

RINGKASAN .....................................................................................

Halaman
i

ABSTRACT ........................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP .............................................................................

v

KATA PENGANTAR .........................................................................

vi

DAFTAR ISI .......................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ...............................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR...........................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................

xi

PENDAHULUAN ...............................................................................

1

Latar Belakang.........................................................................
Tujuan......................................................................................
Manfaat....................................................................................

1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................

4

Klasifikasi................................................................................
Habitat dan Penyebaran ...............................................................
Karakteristik Biologis ..................................................................
Morfologi dan Anatomi ............................................... .
Reproduksi ...................................................................
Tingkahlaku..................................................................
Tingkahlaku Istirahat dan Bergerak.................
Tingkahlaku Makan dan Minum......................
Tingkahlaku seksual........................................
Tingkahlaku Ganti Kulit dan Merawat tubuh...
Tingkahlaku Eliminasi ....................................
Penangkaran.............................................................................

4
4
5
5
9
11
12
12
13
14
15
15

METODE ............................................................................................

16

Lokasi dan Waktu ....................................................................
Materi dan Peralatan ................................................................
Pengumpulan Data ...................................................................
Tingkahlaku Harian ......................................................
Tingkahlaku Makan......................................................
Keadaan Umum Penangkaran...................................................
Analisis Data............................................................................

16
16
17
17
17
18
18

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................

19

Keadaan Umum Penangkaran...................................................
Lokasi penangkaran......................................................
Fasilitas Penangkaran ...................................................

19
19
19

Kegiatan Ekspor ...........................................................
Pemeliharaan Satwa......................................................
Tingkahlaku Harian..................................................................
Tingkahlaku Istirahat ....................................................
Tingkahlaku Bergerak ..................................................
Tingkahlaku Memeriksa ...............................................
Tingkahlaku Minum .....................................................
Tingkahlaku Merawat Tubuh........................................
Tingkahlaku Makan .................................................................
Tingkahlaku Mengamati/Memeriksa.............................
Tingkahlaku Menerkam/Menggigit...............................
Tingkahlaku Membelit..................................................
Tingkahlaku Menelan ...................................................
Tingkahlaku Istirahat ....................................................

21
21
22
23
25
26
28
28
29
31
32
32
33
34

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................

36

UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................

37

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

38

LAMPIRAN ........................................................................................

40

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Data Morfologi Ular Sanca Hijau (Morelia viridis) .......................

8

2. Performa Reproduksi Ular Sanca Hijau (Morelia viridis) ..............

11

3. Satwa Reptil Yang Telah Ditangkarkan dan Diekspor ...................

21

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Ular Sanca Hijau Muda Sesaat Setelah Menetas............................

6

2. Empat Ras Ular Sanca Hijau .........................................................

6

3. Berbagai Macam Ukuran Sex Proof ..............................................

8

4. Telur Ular Sanca Hijau..................................................................

9

5. Ular Sanca Hijau Sedang Mengeram ............................................

10

6. Tingkahlaku Istirahat Ular Sanca Hijau ........................................

12

7. Ular Sanca Hijau Sesaat Sebelum Menerkam Mangsanya ............

13

8. Tingkahlaku Kawin Ular Sanca Hijau ..........................................

14

9. Tingkahlaku Ganti Kulit Ular Sanca Hijau ..................................

14

10. Keadaan Bangunan Penampungan.................................................

20

11. Fasilitas Ternak Mencit dan Tikus Untuk Pakan Reptil .................

22

12. Frekuensi Tingkahlaku Harian Ular Sanca Hijau...........................

23

13. Tingkahlaku Istirahat ....................................................................

24

14. Frekuensi Tingkahlaku Istirahat Ular Sanca Hijau.........................

24

15. Tingkahlaku Bergerak...................................................................

25

16. Frekuensi Tingkahlaku Bergerak Ular Sanca Hijau .......................

26

17. Tingkahlaku Memeriksa................................................................

27

18. Frekuensi Tingkahlaku Memeriksa Ular Sanca Hijau ....................

27

19. Tingkahlaku Minum......................................................................

28

20. Tingkahlaku Menguap ..................................................................

29

21. Berbagai Ukuran Mencit dan Tikus Sebagai Pakan Ular................

30

22. Grafik Tingkahlaku Makan Ular Sanca Hijau................................

30

23. Tingkahlaku Mengamati/Memeriksa .............................................

31

24. Tingkahlaku Menerkam/Menggigit ...............................................

32

25. Tingkahlaku Membelit ..................................................................

33

26. Tingkahlaku Menelan ...................................................................

34

27. Tingkahlaku Istirahat ....................................................................

35

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Aktivitas Harian Ular Sanca Hijau (Morelia viridis).........................

41

2. Tingkahlaku Makan Ular Sanca Hijau (Morelia viridis) ..................

43

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Flora dan fauna sebagai pendukung kehidupan manusia harus senantiasa
diperhatikan, dilestarikan dan dijaga kelangsungan hidupnya. Ketidakhadiran salah
satu spesies saja di muka bumi ini, akan mengakibatkan pergeseran keseimbangan
daur kehidupan makhluk hidup masa mendatang, manusia turut ambil bagian di
dalamnya. Keberadaan satwa ular merupakan fenomena alam yang unik dan
mengundang berbagai pertanyaan, karena karakter salah satu jenis reptilia ini cukup
unik dan penuh misteri.
Ular adalah salah satu binatang yang masuk dalam rangkaian alur mata rantai
kehidupan. Sampai saat ini, karena minimnya pengembangan studi tentang ular di
masyarakat, paradigma masyarakat umum tentang ular cenderung negatif. Semua
jenis ular terkesan menyeramkan dan mematikan, akibatnya banyak sekali ular yang
mati sia-sia karena dianggap binatang yang berbahaya. Pada kenyataannya dari 2.700
spesies ular yang sudah tercatat di dunia, sebanyak 70% menetas dan sisanya
melahirkan, dan hanya 25% yang memiliki bisa. Dari 250 spesies ular yang sudah
tercatat di Indonesia hanya sekitar 5% yang berbisa dan mematikan sehingga perlu
diwaspadai.
Sejak awal kehidupan manusia ular selalu menjadi makhluk yang ditakuti
karena ular dianggap menyeramkan, mematikan dan karena itu sering pula
didewakan dalam mitos, religi, dan medis. Orang Inggris kuno percaya bahwa ular
memilki kekuatan untuk menyembuhkan, untuk mengobati penyakit, dokter selalu
menggunakan ular untuk kesembuhan pasiennya. Orang-orang yang menyebut
dirinya kaum “Druids”, percaya bahwa ular tertentu atau ular berbisa memiliki telur
ajaib. Telur itu disebut dengan “Adders stones” (batu ular berbisa) yang dipercaya
dapat memberikan keberuntungan dan menangkal berbagai penyakit. Di Irlandia
tidak terdapat ular. Menurut cerita, Santo Patrick telah mengusir semua ular di
Irlandia. Di Mesir, ular kobra dipuja sebagai Dewa Ejo, dan tidak hanya dipuja,
tetapi juga sebagai hiasan di kepala pada waktu itu. Suku Indian (Arizona) dan Suku
Aborigin (Australia) memuja Dewa Ular sebagai Dewa yang dapat memberikan
hujan untuk tanah mereka dengan menarikan tarian ular. Di Afrika, beberapa ritual
dalam beberapa suku di Afrika memasukkan tarian ular untuk memohon memberikan

kesuburan pada gadis-gadis. Di India ular king cobra dipercaya sebagai Dewa
Pencipta yang dipuja dengan mempersembahkan sesaji. Perayaan Nagpanchmi yang
jatuh pada hari kelima bulan Hindu Shravana, selama perayaan patung ular dan sesaji
dibawa ke candi. Cerita rakyat Cina kaya akan legenda dan fabel yang berkaitan
dengan ular. Mereka sering mementaskan drama “Madam White Snake”, dan fabel
yang paling terkenal adalah cerita tentang ular putih yang merupakan jelmaan dari
seorang puteri cantik yang menikah dengan manusia dan memilki seorang putera.
Ular juga digunakan sebagai lambang dalam penanggalan Cina.
Dalam hal religi, agama Hindu percaya bahwa ular king cobra merupakan
simbol dari keberuntungan dan kesuburan. Dalam agama Budha dikisahkan, suatu
saat ular sedang mengamati Sang Budha yang sedang bertapa di sebuah tempat yang
terbuka, tetapi tiba-tiba jatuh di dekat Sang Budha, ular itu lalu menggulung
tubuhnya dan mengangkat kepalanya kemudian melebarkan tudungnya untuk
menghalau roh-roh yang datang untuk mengganggu Sang Budha, setelah selesai
bertapa Sang Budha menggunakan jari tengah dan telunjuknya untuk memberkati
ular tersebut dengan membuat tanda seperti mata pada tudungnya. Dalam agama
Kristen ular dikutuk oleh Allah, “.... ia akan melata dengan menggunakan perutnya,
dan keturunannya akan bermusuhan dengan manusia. Keturunan manusia akan
meremukkan kepalanya dan ia akan meremukkan tumit manusia”. Allah juga
memperingatkan bangsa Israel yang sudah mulai tidak setia kepada Allah dengan
mengirimkan ular-ular berbisa dan mematuk mereka, kemudian Allah memberikan
kuasa kepada Musa untuk membuat ular tembaga di atas tongkatnya, dan setiap
orang yang melihat akan sembuh.
Dalam bidang medis, tubuh ular dapat digunakan untuk menyembuhkan
berbagai penyakit. Dalam ilmu pengobatan Cina, sup ular dapat digunakan untuk
menyembuhkan penyakit kulit, ada juga yang percaya meminum rendaman ular
dengan anggur sebagai penawar dari gigitan ular dan juga sebagai obat kuat. Masih
banyak lagi bagian dari tubuh ular yang dapat digunakan dalam pengobatan, antara
lain bisanya yang digunakan sebagai penawar bisa, oleh karenanya dijadikan
lambang kefarmasian di seluruh dunia.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat
mengandung resiko semakin sempitnya ruang hidup ular. Kebutuhan manusia akan

ular juga mengalami peningkatan. Manusia terus memburu demi memenuhi
kebutuhan akan ular, beberapa diburu untuk dikonsumsi, diambil kulitnya, bagian
tubuhnya diambil dan digunakan sebagai bahan dasar kosmetik, obat, dan untuk
dijadikan hewan peliharaan. Selain itu ular juga mempunyai fungsi yang tidak kalah
penting sebagai pemangsa dalam siklus rantai makanan. Ular sanca hijau diburu
karena mempunyai warna kulit yang indah dan mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi untuk dijadikan hewan peliharaan. Ular sanca hijau merupakan jenis ular yang
statusnya sudah terdaftar dalam APENDIX III, atau dengan kata lain sudah
dilindungi dan bukan tidak mungkin spesies lain akan segera menyusul.
Salah satu cara untuk melestarikan ular agar populasinya tidak mengalami
penurunan bahkan punah adalah dengan mengembangkan melalui kegiatan
perlindungan dan pelestarian baik di habitat aslinya (insitu) maupun di luar habitat
aslinya (exsitu). Penangkaran merupakan cara perlindungan dan pelestarian diluar
habitat aslinya (exsitu). Kegiatan penangkaran dapat menunjang dalam upaya
perlindungan dan pemanfaatan ular secara lestari. Dalam upaya pengembangan
penangkaran ular sanca hijau, penelitian mengenai teknik penangkaran ular sanca
hijau mutlak untuk dilakukan, yang sampai saat ini informasi mengenai hal tersebut
masih sangat terbatas jumlahnya. Informasi tersebut selanjutnya dapat dijadikan
sebagai data dasar untuk pembudidayaan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengumpulkan informasi dasar pola tingkahlaku ular
sanca hijau (Morelia viridis) di penangkaran.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk
membantu usaha pengembangan teknik pembudidayaan dan pelestarian satwa ular
sanca hijau (Morelia viridis), agar kekayaan alam Indonesia tersebut mendapat
perhatian dan tidak mengalami kepunahan.

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Menurut Maxwell (2003), ular sanca hijau mempunyai klasifikasi sebagai
berikut: Filum Chordata, Sub Filum Vertebrata, Kelas Reptilia, Sub Kelas
Lepidasauria, Ordo Squamata, Sub Ordo Serpentes, Famili Boidae, Sub Famili
Pythoninae, Genus Morelia, dan Spesies Morelia viridis.
Masih terdapat kerancuan pada beberapa literatur dan sumber-sumber
informasi dari situs internet ular sanca hijau dimasukan dalam genus Chondropython,
sehingga spesiesnya menjadi Chondropython viridis. Hal ini dikarenakan perubahan
taksonomi dari Genus Chondropython menjadi Morelia baru terjadi tahun 1994.
Perubahan taksonomi ini dikarenakan adanya keeratan hubungan antara ular sanca
hijau dengan salah satu Genus dari Sub Famili Pythoninae, yaitu Morelia. Salah satu
contoh ular dari Genus Morelia adalah ular sanca karpet (Morelia spilota), yang
memiliki banyak kemiripan dengan ular sanca hijau (Bartlett dan Wagner, 1997).
Habitat dan Penyebaran
Selama proses evolusi berlangsung, margasatwa beradaptasi dengan berbagai
faktor fisik, vegetasi dan margasatwa lain. Hasil adaptasi tersebut menyebabkan
margasatwa menetap di suatu daerah dengan kondisi lingkungan yang sesuai dengan
kehidupannya. Kondisi lingkungan tersebut meliputi tempat-tempat untuk mencari
makan, minum, berlindung, bermain dan tempat berkembang biak yang secara
keseluruhan disebut habitat (Alikodra, 1980).
Ular sanca hijau hidup di daerah beriklim tropis, dengan kelembaban relatif
sekitar 80%, vegetasi lebat, suhu berkisar antara 22–32°C (Maxwell, 2003).
Penyebarannya meliputi hutan hujan tropis, pegunungan di Papua, kepulauan
Salomon dan sedikit terdapat di Australia bagian utara (Stoops dan Wright, 1993).
Secara umum pada habitat aslinya ular muda akan memakan mamalia kecil
seperti tikus, reptila seperti cicak, kadal atau tokek, dan kodok. Ular dewasa akan
memakan mamalia, reptilia, dan burung (O’Shea dan Halliday, 2001). Makanan yang
terbaik bagi ular di penangkaran adalah seperti keadaan yang ada di alam, seperti
tikus, burung, tokek, dan kadal (Schmidt, 1995).
Karakteristik Biologis
Morfologi dan Anatomi

Ular adalah binatang yang mempunyai sisik, memiliki sepasang tulang rusuk
pada setiap ruas tulang belakang, mempunyai paru-paru, telurnya bercangkang, dan
berdarah dingin. Ular hanya dapat mendengar melalui tulang tengkorak, yang
meneruskan getaran dari tanah. Matanya tidak pernah berkedip tertutup sisik bening
mengkilat (Carr, 1980). Ular sanca hijau memiliki semua organ dalam yang umum
dimiliki oleh hewan bertulang belakang, seperti jantung, lambung, hati, empedu,
usus, dan memiliki dua paru-paru (Weidensaul, 2004).
Semua jenis ular memiliki organ yang membantu dalam indera penciuman
yang dinamakan Organ Jacobson’s. Semua jenis partikel di udara seperti: bau, tetes
air, serbuk sari dan lain sebagainya ditangkap melalui lidah. Setelah lidah
dimasukkan semua unsur yang tertangkap kemudian di transfer ke unit khusus yang
terdapat di langit-langit mulut yaitu Organ Jacobson’s. Lidah ular bercabang berguna
untuk mengecap secara stereo, sehingga dapat menentukan arah mangsanya dari
jauh. Ular memiliki tulang rahang yang unik, bagian rahang atas dan bawah terbagi
dua dan memiliki pangkal tulang rahang yang berbentuk segiempat, yang secara
keseluruhan dihubungkan dengan otot elastis sehingga ular dapat menelan mangsa
yang lebih besar dari kepalanya (Stafford, 1986).
Menurut Schmidt (1995) ular sanca hijau yang masih muda mempunyai
warna yang lebih bervariasi mulai dari kuning terang, coklat keputihan, coklat
kemerahan, dan bahkan merah (Gambar 1). Ular ini memiliki sisik yang halus
terutama pada bagian kepala, pupil mata yang vertikal, dan mempunyai ujung ekor
prehensile berwarna hitam dengan sedikit putih. Semua jenis ular tidak memiliki
kaki tetapi dalam famili ular-ular besar (Boidae), hal tersebut masih dapat dilihat
dalam bentuk cakar yang terdapat di bagian anal (Geus, 1995). Selanjutnya
dinyatakan oleh Stafford (1986), ular dari famili Boidae adalah salah satu dari sedikit
famili ular yang memiliki sisa kaki yang kecil akibat proses rudimenter berupa kuku
terletak di mulut kloaka, yang merupakan peninggalan dari masa lalu.

Gambar 1. Ular Sanca Hijau Muda Sesaat Setelah Menetas
Sumber: Maxwell, (2003)

Terdapat empat perbedaan ras ular sanca hijau yang telah diketahui (Gambar
2), empat ras tersebut adalah ras Pulau Biak, ras Pulau Aru, ras daratan Sorong, dan
ras dataran Merauke atau Cape York, Wamena (Maxwell, 2003).

a

b

c

d

Gambar 2. Empat Ras Ular Sanca Hijau a) Ras Aru, b) Ras Sorong, c) Ras
Biak, dan d) Ras Wamena
Sumber: Maxwell, (2003)

Perubahan dari fase anakan, remaja, menuju dewasa ditandai dengan adanya
perubahan warna tiap individu. Tidak terdapat ketentuan di dalam proses perubahan
warna pada ular sanca hijau seekor individu dapat berubah dengan cepat, bahkan
dalam waktu semalam. Beberapa individu ada yang membutuhkan waktu sampai
beberapa tahun untuk menyelesaikan perubahan warna dari anakan, remaja, menuju
dewasa. Individu yang menetas dengan warna kuning memiliki perbedaan kelajuan
dalam proses perubahan warna dibandingkan dengan individu yang menetas dengan
warna gelap seperti merah, oranye, coklat atau hitam. Rata-rata ular sanca hijau
muda akan memulai proses perubahan warna pada umur kira-kira enam bulan sampai
satu tahun. Anakan yang lahir dengan warna kuning biasanya memulai proses
perubahan warna ditandai dengan munculnya beberapa warna hijau pada sisiknya.
Beberapa sisik warna hijau kemudian akan menyebar ke seluruh bagian tubuh dan
setelah beberapa lama akan menutupi hampir ke seluruh bagian tubuh. Proses
perubahan ini kadang memakan waktu sangat cepat, tetapi seringkali membutuhkan
waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan (Maxwell, 2003).
Ular sanca hijau mempunyai panjang tubuh maksimal 2,0 m, dengan panjang
rata-rata 1,2 m. Ular sanca hijau jantan dewasa memiliki panjang tubuh rata-rata 1,2–
1,5 m dengan bobot yang berkisar antara 900–1.200 g, sedangkan ular sanca hijau
betina dewasa memiliki panjang tubuh sedikit lebih panjang daripada jantan dengan
bobot yang berkisar antara 1.200–1.500 g, bahkan dapat mencapai 2.000 g (Maxwell,
2003). Ular ini mempunyai badan yang tampak padat jika dilihat dari samping, dan
memiliki kepala yang tampak besar dengan leher yang semakin mengecil,
mempunyai warna dasar hijau terang, terdapat juga sedikit warna kuning atau putih
kusam berupa garis yang terletak di punggung (Coborn, 1992).
Ular sanca hijau jantan dan betina dapat dibedakan dari segi fisiknya, ular
jantan memiliki bentuk kepala lebih ramping, memiliki ekor lebih panjang dan
ramping, memiliki kuku di bagian anal (sisa kaki) lebih besar, serta memiliki badan
lebih ramping daripada ular betina, akan tetapi dengan cara melihat secara fisik
belum tentu dapat diketahui jenis kelaminnya secara pasti. Penentuan jenis kelamin

ular sanca hijau dapat melalui pengamatan pada bagian alat reproduksi dengan
menggunakan sex proof (Gambar 3).

Gambar 3. Berbagai Macam Ukuran Sex Proof
sex proof adalah sebuah alat yang dipakai untuk mengetahui jenis kelamin satwa
reptil (ular dan kadal) yang penggunaannya dilakukan dengan cara dimasukkan ke
dalam lubang kloaka, dimana ciri jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat
panjang sex proof yang masuk ke dalam lubang kloaka. Individu jantan mempunyai
ukuran sex proof lebih panjang dibandingkan dengan betina. Panjangnya ukuran sex
proof individu jantan disebabkan oleh adanya organ hemipenis dengan saluran
kloaka yang lebih panjang (Gow, 1989).
Tabel 1. Data Morfologi Ular Sanca Hijau (Morelia viridis)

Kriteria (satuan)

Panjang untuk dewasa
Jantan (m)
Betina (m)
Panjang lahir (cm)
Bobot dewasa
Jantan (g)
Betina (g)
Bobot lahir (g)

Keterangan

1,3-1,5
1,5-2,0
± 30,0
900-1.200
1.800-2.000
± 9,0

Sumber: Maxwell, (2003) dan Schmidt, (1995)

Reproduksi
Menurut Goin dan Goin (1978) daerah tropis dengan kondisi suhu cukup
stabil dan curah hujan cukup tinggi mempengaruhi reproduksi reptil, sehingga
potensi induk berkembang biak sepanjang tahun stabil. Waktu alami ular sanca hijau
bertelur di habitat aslinya berkisar dari bulan Mei hingga Agustus (Schmidt, 1995).
Di daerah tropis dimana periode hibernasi tidak ada, menjadikan dewasa
kelamin lebih cepat dicapai karena pertumbuhan tidak terputus (Goin dan Goin,
1978). Ular sanca hijau di kandang penangkaran mencapai dewasa kelamin pada
umur tiga tahun dan memiliki bobot badan paling tidak 1.000 g dimana pada umur
ini ular betina sudah dapat bertelur untuk yang pertama kalinya, sedangkan untuk
jantan membutuhkan waktu 18 bulan (Maxwell, 2003).
Pada umumnya Reptilia adalah ovipar yaitu bertelur dan menetas diluar tubuh
induk (Goin dan Goin, 1971). Menurut Gow (1989) ular sanca hijau adalah salah satu
spesies ular ovipar. Selama pengeraman terbentuk gigi telur di bagian moncong bayi
ular yang berguna dalam mempercepat proses penetasan. Selanjutnya dikatakan
setelah bagian kepala bayi ular keluar dari cangkang telur, gigi telur ini akan tanggal.
Secara alami induk ular sanca hijau di habitat aslinya membuat sarang dari
dedaunan kering, kemudian meletakkan telurnya di dasar hutan maupun lubanglubang kayu pada tempat yang cukup lembab dan cukup panas sehingga proses
penetasan dapat berlangsung dengan baik. Telur yang dikeluarkan akan diikat oleh
lendir sehingga telur tidak terpisah satu persatu. Bentuk telur umumnya agak bundar
atau oval dengan kulit telur yang tidak mudah retak atau elastis (Gambar 4).

Gambar 4. Telur Ular Sanca Hijau
Sumber: Maxwell, (2003)

Setelah ular sanca hijau bertelur segera telur-telur tersebut dikumpulkan
dengan cara menggerakkan ekor dan tubuhnya. Selanjutnya telur-telur ditutup
dengan material di sekitarnya sehingga membentuk piramid yang dilingkarinya
(Gambar 5). Tubuh melingkar membentuk spiral dan kepala menutupi bagian atas.
Selama pengeraman tubuh induk mengalami peningkatan suhu tubuh di atas suhu
lingkungan. Peningkatan suhu ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot secara
spasmodik yang dilakukan selama pengeraman (Gow, 1989).

Gambar 5. Ular Sanca Hijau Sedang Mengeram
Sumber: Maxwell, (2003)

Goin dan Goin (1971) menjelaskan bahwa panas dibutuhkan bagi
pertumbuhan embrio. Pada Aves dan Mamalia endotermik, embrio memerlukan
panas konstan yang berasal dari tubuh induknya. Akibatnya periode embriotik selalu
konstan untuk setiap spesies. Pada Reptilia yang bersifat ektotermik penetasan sangat
tergantung pada temperatur lingkungan yang sangat bervariasi dari tempat dan
waktu. Kondisi ini menjadikan periode embriotik sangat bervariasi meskipun dari
spesies yang sama.
Ular sanca hijau memiliki masa bunting antara 110-120 hari, dan bertelur
selama 18–19 hari dengan jumlah telur 15–25 butir, dengan rata-rata ukuran telur

3,9x2,5 cm dan bobot rata-rata 15 g (Maxwell, 2003). Ular sanca hijau termasuk
pengeram sejati, karena menghasilkan panas yang berasal dari otot-otot yang
mengejang. Dalam keadaan dierami secara alami oleh induknya telur ular sanca hijau
akan menetas dalam waktu 50–62 hari, tetapi dalam inkubator dengan suhu 28-29°C
membutuhkan waktu antara 50–65 hari (Schmidt, 1995).
Tabel 2. Performa Reproduksi Ular Sanca Hijau (Morelia viridis)

Kriteria (satuan)

Umur dewasa kelamin
Jantan (bulan)
Betina (bulan)
Umur dikawinkan pertama kali
Jantan (tahun)
Betina (tahun)
Waktu bunting (hari)
Masa pengeraman alami (hari)
Masa inkubasi (hari)
Jumlah telur (butir)
Ukuran telur (cm)
Bobot telur (g)

Keterangan

± 18,0
25,0-27,0
± 2,0
± 3,0
110-120
50-62
50-65
15-25
3,9x2,5
± 15,0

Sumber: Maxwell, (2003) dan Schmidt, (1995)

Tingkahlaku
Menurut Tinbergen (1969), perilaku hewan adalah gerak-gerik hewan, dan
cenderung dianggap sebagai gerak atau perubahan gerak, termasuk dari bergerak ke
tidak bergerak. Tingkahlaku ini meliputi antara lain gerak pada waktu makan, kawin,
mengeluarkan bunyi, bahkan perilaku ini dapat juga berupa sikap diam.
Tingkahlaku hewan dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari individu
yang bersangkutan. Faktor dalam antara lain hormon dan sistem syaraf, sedangkan
faktor luar berupa cahaya, suhu dan kelembaban (Grier, 1984). Aktivitas ular secara
umum dapat berupa diam (istirahat), bergerak: melata, melompat atau memanjat,
makan, minum, memeriksa, eliminasi, ganti kulit, kawin, dan bertelur (Taylor dan
O’Shea, 2004) .
Tingkahlaku istirahat dan bergerak (lokomotive behaviour). Menurut Coborn
(1992) ular sanca hijau mempunyai tingkahlaku istirahat yang sangat unik yaitu
dengan menggulung badannya pada batang pohon dengan letak kepalanya berada

tepat ditengah (Gambar 6). Menurut Taylor dan O’Shea (2004) ular memiliki empat
cara dalam bergerak; serpentine (gerakan ke samping bergelom-bang/berombak),
rectilinear (gerakan seperti garis lurus), concertina (gerakan pegas), dan sidewinding
(gerakan menyamping). Kemudian diketahui bahwa ular bergerak tidak hanya dalam
satu cara saja melainkan kombinasi dari empat cara tersebut tergantung kondisi.

Gambar 6. Tingkahlaku Istirahat Ular Sanca Hijau
Sumber: Maxwell, (2003)

Tingkahlaku makan dan minum (ingestive behaviour). Tingkahlaku makan ular
sanca hijau sama seperti ular sanca yang lainnya yaitu memulai gerakan dengan
membentuk posisi huruf “S” (Gambar 7), kemudian dengan cep at menerkam dan
membunuh mangsanya terlebih dahulu dengan membelit hingga mangsanya sulit
untuk bernapas, setelah itu dengan bergantung di cabang batang pohon menggunakan
ekornya ular ini akan mencari bagian kepala dari mangsanya (jika dalam keadaan
normal) dan menelan mulai dari bagian kepala untuk menghindari kesulitan dalam
menelan, lalu menelannya secara utuh (Maxwell, 2003). Pada tingkahlaku minum
ular sanca hijau akan menjulurkan lidahnya sebagai indera perasa secara berulangulang untuk mendeteksi keberadaan sumber air, kemudian setelah mengetahui
adanya sumber air ular sanca hijau akan meminumnya dengan menjulurkan lidahnya
secara berulang-ulang (Stafford, 1986).

Gambar 7. Ular Sanca Hijau Membentuk Posisi Huruf “S” Sebelum
Menerkam Mangsanya
Sumber: Maxwell, (2003)

Tingkahlaku seksual (sexual behaviour). Pada tingkahlaku kawin awalnya
pejantan akan menggosokkan dagunya disepanjang punggung tubuh betina secara
berulang-ulang. Selanjutnya pejantan berusaha menyejajarkan tubuhnya di atas tubuh
betina, membuat gerakan kejang dan mengkerut. Tindakan selanjutnya adalah
pejantan membuat gerakan seperti gelombang dari arah ekor ke arah kepala, gerakan
ini dimaksudkan merangsang betina untuk kopulasi. Pejantan akhirnya akan
menggosokkan tubuh betina, mengangkat atau mendorong bagian bawah ekor betina
untuk mendapatkan posisi yang cocok untuk kopulasi. Perilaku ini berulang-ulang
sampai betina menjadi benar-benar responsif dan ekor mereka bergulung (Gambar
8). Apabila betina tidak siap untuk kopulasi ia akan mengibaskan ekornya kemudian
melata menjauhi pejantan. Famili Boidae (Pythons dan Boas) pejantan menggunakan
cloacal spurs untuk merangsang betina, pada saat kopulasi berlangsung kemudian
diikuti dengan gerakan ekor yang kejang (Gow, 1989). Ular sanca hijau di
penangkaran cenderung untuk melakukan perkawinan pada waktu malam, dan tidak
menghiraukan manipulasi cahaya lampu (Stoops dan Wright, 1993).

Gambar 8. Tingkahlaku Kawin Ular Sanca Hijau
Sumber: Maxwell, (2003)

Tingkahlaku ganti kulit dan merawat tubuh (e