Aktivitas insektisida campuran ekstrak empat jenis tumbuhan terhadap Larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae)

AKTIVITAS INSEKTISIDA
CAMPURAN EKSTRAK EMPAT JENIS TUMBUHAN
TERHADAP LARVA Crocidolomia pavonana (F.)
(LEPIDOPTERA: PYRALIDAE)

Oleh:

Nia Yunia
A44101026

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
NIA YUNIA. Aktivitas Insektisida Campuran Ekstrak Empat Jenis Tumbuhan
terhadap Larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae). Dibimbing
oleh DADANG.
Sampai saat ini usaha pengendalian hama kubis masih tergantung pada
penggunaan insektisida sintetik. Penggunaan insektisida sintetik yang kurang

bijaksana dapat berpengaruh buruk pada ekosistem, sehingga perlu dicari
alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan.
Penelitian bertujuan untuk mempelajari aktivitas insektisida campuran dari
empat ekstrak tumbuhan terhadap kematian hama kubis C. pavonana dan
mendapatkan kombinasi ekstrak tumbuhan yang paling baik dalam mempengaruhi
kematian hama C. pavonana.
Sumber ekstrak yang digunakan berasal dari biji Aglaia odorata, Annona
squamosa, Swietenia mahogani dan Piper retrofractum. Uji mortalitas dilakukan
pada konsentrasi 0,05%; 0,1%; 0,2%; 0,4%; 0,8% dan 1%. Perbandingan
campuran ekstrak yang digunakan adalah 3:7, 1:1 dan 7:3. Uji mortalitas
dilakukan dengan metode pencelupan daun. Larva diberi makan daun perlakuan
selama 48 jam, kemudian diberi makan daun tanpa perlakuan. Setiap perlakuan
diulang 5 kali.
Campuran ekstrak yang memiliki potensi tinggi terhadap mortalitas larva
C. pavonana adalah MS 3:7 0,05%; OS 3:7 0,05%; OS 1:1 0,05%; RS 3:7 0,05%;
RS 1:1 0,05% dan RS 7:3 0,05%. Mortalitas yang disebabkan oleh masing- masing
campuran setelah 48 jam perlakuan berkisar antara 94%-100% dan pada
pengamatan terakhir yaitu 72 jam setelah perlakuan ekstrak campuran
mengakibatkan kematian hingga 100%. Dari enam campuran ekstrak di atas,
setiap campuran terdapat ekstrak A. squamosa. A. squamosa yang diaplikasikan

dalam bentuk campuran memiliki aktivitas senyawa yang tinggi terhadap
mortalitas C. pavonana.

AKTIVITAS INSEKTISIDA
CAMPURAN EKSTRAK EMPAT JENIS TUMBUHAN
TERHADAP LARVA Crocidolomia pavonana (F.)
(LEPIDOPTERA: PYRALIDAE)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
Nia Yunia
A44101026

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul Skripsi

Nama Mahasisiwa
NRP

: AKTIVITAS INSEKTISIDA CAMPURAN EKSTRAK
EMPAT JENIS TUMBUHAN TERHADAP LARVA
Crocidolomia
pavonana
(F.)
(LEPIDOPTERA:
PYRALIDAE)
: Nia Yunia
: A44101026

Menyetujui,
Pembimbing


Dr. Ir. Dadang, MSc
NIP. 131879337

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr
NIP. 130422698

Tanggal lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Majalengka, Jawa Barat pada tanggal 8 Juni 1982
sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M. Erfand Kosasih
dan Ibu Cicih Suhayaningsih.
Penulis memperoleh pendidikan sekolah lanjutan atas di SMU Negeri 2
Majalengka pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama
penulis mengikuti Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Program

Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis aktif di pengurusan HIMASITA pada periode 2001-2002. Penulis juga
merupakan salah satu anggota di Yayasan PEKA Indonesia pada tahun 20032004. Aktif juga mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Fakultas (MPF) 2004
sebagai anggota P3K, serta di bidang akademik penulis menjadi asisten dosen
untuk mata kuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi.

PRAKATA
Segala puji penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas karunia, rahmat dan hidayat-Nya sehingga
penulis dapat mnyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan lancar
karena semua daya dan upaya hanya milik ALLAH SWT semata. Skripsi yang
berjudul “ Aktivitas Insektisida Kombinasi Ekstrak Empat Jenis Tumbuhan
terhadap Larva Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: Pyralidae)” ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institutr Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu, Bapak yang telah
membesarkan dengan penuh kasih sayang dan cinta yang tulus serta doanya untuk
keberhasilan penulis di dunia dan akhirat. Saudara-saudaraku tercinta (Teh Reni,
Teh Angi, Ima, A Rama dan Niko) yang telah mendukung secara moral dan
material selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Terimakasih juga penulis

haturkan kepada Bapak Dr. Ir. Dadang, MSc atas bimbingan, nasihat, dan
perhatiannya selama penelitian dan saat penyusunan skripsi dan kepada Ibu Ir.
Ivon Oley Sumarauw, MSi atas ketersediaannya menjadi penguji tamu dan atas
saran-sarannya yang bermanfaat bagi penulis. Kepada Pak Agus, Mba Nana, Iis,
Budi, Ferdy dan anggota Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga yang
sering diajak berdiskusi tentang berbagai masalah oleh penulis. Kepada Pak Sodik
dan Mas Agung yang telah membantu saat penelitian. Teman-teman Tim KKP
Gunung Keling terima kasih atas persahabatan yang tak terlupakan. Kepada anakanak Andaleb dan Wisma Nadia serta teman-teman DPT angkatan 38 yang selalu
memberikan semangat. Tidak lupa kepada sahabat-sahabatku (Winta, Indah, Iis
dan Nita) yang selalu siap menemani, menghibur dan membantu. Terimakasih
atas perhatian dan dukungannya. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis
ungkapkan satu persatu.
Semoga penelitian dan skripsi ini dapat memberikan manfaat yang banyak
bagi kita semua. Amin.

Bogor, Januari 2006

Penulis

DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5
Brokoli ................................................................................................ 5
Bioekologi Crocidolomia pavonana .................................................. 5
Annona squamosa ............................................................................. 8
Aglaia odorata .................................................................................... 9
Swietenia mahogani ........................................................................... 10
Piper retrofractum .............................................................................. 11
Prospek Insektisida Botani ................................................................... 12
BAHAN DAN METODE .............................................................................. 15
Tempat dan Waktu ............................................................................. 15
Metode ................................................................................................ 15

Sumber Ekstrak ......................................................................
Penanaman Brokoli ................................................................
Perbanyakan Serangga Uji . ...................................................
Ekstraksi .................................................................................
Uji Mortalitas ..........................................................................

15
15
16
16
16

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 18
Aktivitas Campuran Ekstrak terhadap Kematian Crocidolomia

pavonana ............................................................................................. 18
Pembahasan Umum .............................................................................. 26

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 29
Kesimpulan ......................................................................................... 29

Saran ................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30
LAMPIRAN ……………………………………………………………….... 34

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman
Teks

1. Perkembangan mortalitas C. pavonana yang diperlakukan campuran
ekstrak S. mahogani dan A. squamosa (MS) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) ...... . 19
2. Perkembangan mortalitas C. pavonana yang diperlakukan campuran
ekstrak A. odorata dan P retrofractum (OR) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) ……. 20
3. Perkembangan mortalitas C. pavonana yang diperlakukan campuran
ekstrak A. odorata dan A. squamosa (OS) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) ............ . 21
4. Perkembangan mor6alitas C. pavonana yang diperlakuan campuran
ekstrak P. retrofractum dan S. mahogani (RM) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) ..... 22
5. Perkembangan mortalitas C. pavonana yang diperlakukan campuran

ekstrak P. retrofractum dan A. squamosa (RS) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) .… 23
6. Perkembangan mortalitas C. pavonana yang diperlakukan campuran
ekstrak A. odorata dan S. mahogani (OM) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) ……… 25

DAFTAR LAMPIRAN
No

Halaman
Teks

1. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak S. mahogani dan A. squamosa (MS) 3:7...................... 34
2

Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak S. mahogani dan A. squamosa (MS) 1:1...................... 34

3. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak S. mahogani dan A. squamosa (MS) 7:3 .................... 35
4.


Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan P. retrofractum (OR) 3:7 .................. 35

5. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan P. retrofractum (OR) 1:1 .................. 36
6. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan P. retrofractum (OR) 7:3 ................... 36

7. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan A. squamosa (OS) 3:7 ......................... 37

8. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan A. squamosa (OS) 1:1 ………………. 37

9. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan A. squamosa (OS) 7:3……………….. 38

10. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak P. retrofractum dan S. mahogani (RM) 3:7………….

38

11. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak P. retrofractum dan S. mahogani (RM) 1:1 …………. 39

12. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak P. retrofractum dan S. mahogani (RM) 7:3 ………… 39

AKTIVITAS INSEKTISIDA
CAMPURAN EKSTRAK EMPAT JENIS TUMBUHAN
TERHADAP LARVA Crocidolomia pavonana (F.)
(LEPIDOPTERA: PYRALIDAE)

Oleh:

Nia Yunia
A44101026

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
NIA YUNIA. Aktivitas Insektisida Campuran Ekstrak Empat Jenis Tumbuhan
terhadap Larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae). Dibimbing
oleh DADANG.
Sampai saat ini usaha pengendalian hama kubis masih tergantung pada
penggunaan insektisida sintetik. Penggunaan insektisida sintetik yang kurang
bijaksana dapat berpengaruh buruk pada ekosistem, sehingga perlu dicari
alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan.
Penelitian bertujuan untuk mempelajari aktivitas insektisida campuran dari
empat ekstrak tumbuhan terhadap kematian hama kubis C. pavonana dan
mendapatkan kombinasi ekstrak tumbuhan yang paling baik dalam mempengaruhi
kematian hama C. pavonana.
Sumber ekstrak yang digunakan berasal dari biji Aglaia odorata, Annona
squamosa, Swietenia mahogani dan Piper retrofractum. Uji mortalitas dilakukan
pada konsentrasi 0,05%; 0,1%; 0,2%; 0,4%; 0,8% dan 1%. Perbandingan
campuran ekstrak yang digunakan adalah 3:7, 1:1 dan 7:3. Uji mortalitas
dilakukan dengan metode pencelupan daun. Larva diberi makan daun perlakuan
selama 48 jam, kemudian diberi makan daun tanpa perlakuan. Setiap perlakuan
diulang 5 kali.
Campuran ekstrak yang memiliki potensi tinggi terhadap mortalitas larva
C. pavonana adalah MS 3:7 0,05%; OS 3:7 0,05%; OS 1:1 0,05%; RS 3:7 0,05%;
RS 1:1 0,05% dan RS 7:3 0,05%. Mortalitas yang disebabkan oleh masing- masing
campuran setelah 48 jam perlakuan berkisar antara 94%-100% dan pada
pengamatan terakhir yaitu 72 jam setelah perlakuan ekstrak campuran
mengakibatkan kematian hingga 100%. Dari enam campuran ekstrak di atas,
setiap campuran terdapat ekstrak A. squamosa. A. squamosa yang diaplikasikan
dalam bentuk campuran memiliki aktivitas senyawa yang tinggi terhadap
mortalitas C. pavonana.

AKTIVITAS INSEKTISIDA
CAMPURAN EKSTRAK EMPAT JENIS TUMBUHAN
TERHADAP LARVA Crocidolomia pavonana (F.)
(LEPIDOPTERA: PYRALIDAE)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
Nia Yunia
A44101026

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul Skripsi

Nama Mahasisiwa
NRP

: AKTIVITAS INSEKTISIDA CAMPURAN EKSTRAK
EMPAT JENIS TUMBUHAN TERHADAP LARVA
Crocidolomia
pavonana
(F.)
(LEPIDOPTERA:
PYRALIDAE)
: Nia Yunia
: A44101026

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Dadang, MSc
NIP. 131879337

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr
NIP. 130422698

Tanggal lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Majalengka, Jawa Barat pada tanggal 8 Juni 1982
sebagai anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M. Erfand Kosasih
dan Ibu Cicih Suhayaningsih.
Penulis memperoleh pendidikan sekolah lanjutan atas di SMU Negeri 2
Majalengka pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama
penulis mengikuti Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Program
Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis aktif di pengurusan HIMASITA pada periode 2001-2002. Penulis juga
merupakan salah satu anggota di Yayasan PEKA Indonesia pada tahun 20032004. Aktif juga mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Fakultas (MPF) 2004
sebagai anggota P3K, serta di bidang akademik penulis menjadi asisten dosen
untuk mata kuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi.

PRAKATA
Segala puji penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas karunia, rahmat dan hidayat-Nya sehingga
penulis dapat mnyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan lancar
karena semua daya dan upaya hanya milik ALLAH SWT semata. Skripsi yang
berjudul “ Aktivitas Insektisida Kombinasi Ekstrak Empat Jenis Tumbuhan
terhadap Larva Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: Pyralidae)” ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institutr Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu, Bapak yang telah
membesarkan dengan penuh kasih sayang dan cinta yang tulus serta doanya untuk
keberhasilan penulis di dunia dan akhirat. Saudara-saudaraku tercinta (Teh Reni,
Teh Angi, Ima, A Rama dan Niko) yang telah mendukung secara moral dan
material selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Terimakasih juga penulis
haturkan kepada Bapak Dr. Ir. Dadang, MSc atas bimbingan, nasihat, dan
perhatiannya selama penelitian dan saat penyusunan skripsi dan kepada Ibu Ir.
Ivon Oley Sumarauw, MSi atas ketersediaannya menjadi penguji tamu dan atas
saran-sarannya yang bermanfaat bagi penulis. Kepada Pak Agus, Mba Nana, Iis,
Budi, Ferdy dan anggota Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga yang
sering diajak berdiskusi tentang berbagai masalah oleh penulis. Kepada Pak Sodik
dan Mas Agung yang telah membantu saat penelitian. Teman-teman Tim KKP
Gunung Keling terima kasih atas persahabatan yang tak terlupakan. Kepada anakanak Andaleb dan Wisma Nadia serta teman-teman DPT angkatan 38 yang selalu
memberikan semangat. Tidak lupa kepada sahabat-sahabatku (Winta, Indah, Iis
dan Nita) yang selalu siap menemani, menghibur dan membantu. Terimakasih
atas perhatian dan dukungannya. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis
ungkapkan satu persatu.
Semoga penelitian dan skripsi ini dapat memberikan manfaat yang banyak
bagi kita semua. Amin.

Bogor, Januari 2006

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5
Brokoli ................................................................................................ 5
Bioekologi Crocidolomia pavonana .................................................. 5
Annona squamosa ............................................................................. 8
Aglaia odorata .................................................................................... 9
Swietenia mahogani ........................................................................... 10
Piper retrofractum .............................................................................. 11
Prospek Insektisida Botani ................................................................... 12
BAHAN DAN METODE .............................................................................. 15
Tempat dan Waktu ............................................................................. 15
Metode ................................................................................................ 15
Sumber Ekstrak ......................................................................
Penanaman Brokoli ................................................................
Perbanyakan Serangga Uji . ...................................................
Ekstraksi .................................................................................
Uji Mortalitas ..........................................................................

15
15
16
16
16

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 18
Aktivitas Campuran Ekstrak terhadap Kematian Crocidolomia

pavonana ............................................................................................. 18
Pembahasan Umum .............................................................................. 26

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 29
Kesimpulan ......................................................................................... 29
Saran ................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30
LAMPIRAN ……………………………………………………………….... 34

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman
Teks

1. Perkembangan mortalitas C. pavonana yang diperlakukan campuran
ekstrak S. mahogani dan A. squamosa (MS) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) ...... . 19
2. Perkembangan mortalitas C. pavonana yang diperlakukan campuran
ekstrak A. odorata dan P retrofractum (OR) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) ……. 20
3. Perkembangan mortalitas C. pavonana yang diperlakukan campuran
ekstrak A. odorata dan A. squamosa (OS) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) ............ . 21
4. Perkembangan mor6alitas C. pavonana yang diperlakuan campuran
ekstrak P. retrofractum dan S. mahogani (RM) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) ..... 22
5. Perkembangan mortalitas C. pavonana yang diperlakukan campuran
ekstrak P. retrofractum dan A. squamosa (RS) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) .… 23
6. Perkembangan mortalitas C. pavonana yang diperlakukan campuran
ekstrak A. odorata dan S. mahogani (OM) 3:7 (a), 1:1 (b), 7:3 (c) ……… 25

DAFTAR LAMPIRAN
No

Halaman
Teks

1. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak S. mahogani dan A. squamosa (MS) 3:7...................... 34
2

Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak S. mahogani dan A. squamosa (MS) 1:1...................... 34

3. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak S. mahogani dan A. squamosa (MS) 7:3 .................... 35
4.

Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan P. retrofractum (OR) 3:7 .................. 35

5. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan P. retrofractum (OR) 1:1 .................. 36
6. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan P. retrofractum (OR) 7:3 ................... 36

7. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan A. squamosa (OS) 3:7 ......................... 37

8. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan A. squamosa (OS) 1:1 ………………. 37

9. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan A. squamosa (OS) 7:3……………….. 38

10. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak P. retrofractum dan S. mahogani (RM) 3:7………….

38

11. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak P. retrofractum dan S. mahogani (RM) 1:1 …………. 39

12. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak P. retrofractum dan S. mahogani (RM) 7:3 ………… 39

13. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak P. retrofractum dan A. squamosa (RS) 3:7 …………. 40

14. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak P. retrofractum dan A. squamosa (RS) 1: 1 ………… 40

15. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak P. retrofractum dan A. squamosa (RS) 7:3 …………. 41
16. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan S. mahogani (OM) 3:7 ……………… 41
17. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak S A. odorata dan S. mahogani (OM) 1:1 ……………. 42
18. Persentase rata-rata kematian larva C. pavonana yang diberi perlakuan
campuran ekstrak A. odorata dan S. mahogani (OM) 7:3 ……………… 42

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kubis (Brassicaceae) adalah salah satu sayuran yang penting
yang banyak diusahakan di dataran tinggi di Indonesia. Tanaman kubis juga
merupakan sayuran daun yang digemari masyarakat sehingga merupakan jenis
sayuran yang paling banyak dihasilkan di Indonesia. Pada tahun 1992 luas areal
pertanaman kubis di Indonesia sekitar 36.250 ha dengan produksi rata-rata
660.467 ton atau sekitar 18,2 ton per ha (Ba lai penelitian Hortikultura dalam
Islamiah 2003). Kubis memiliki potensi produksi yang tinggi karena berdaya hasil
tinggi, sehingga tepatlah bila kubis diprioritaskan sebagai salah satu tanaman
sayuran daun yang perlu diperhatikan lebih lanjut guna memperbaiki gizi
masyarakat Indonesia. Namun demikian pada tahun-tahun terakhir ini terjadi
penurunan produksi kubis.
Penurunan hasil panen tanaman sayuran dalam beberapa tahun belakangan
ini disebabkan oleh penggunaan benih yang kurang baik, gangguan hama dan
penyakit, serta pengurangan luasan areal pertanaman kubis akibat penggunaan
lahan untuk aktivitas lain. Usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman
kubis telah dilakukan dengan penggunaan bibit unggul, meningkatkan
pemeliharaan tanaman dan pengendalian ha ma dan penyakit (Permadi &
Sastrosiswojo 1993). Di antara beberapa kendala dalam peningkatan produktivitas
tanaman kubis gangguan hama merupakan salah satu kendala yang memicu
semakin rendahnya produktivitas tanaman kubis.
Salah satu serangga hama tanaman kubis yang sangat merugikan dan
merusak, terutama pada musim kemarau yaitu Crocidolomia pavonana (F.)
(Lepidoptera

:

Pyralidae)

disamping

Plutella

xylostella

(Lepidoptera:

Yponomeutidae) (Kalshoven 1981). Sejak tahun 1916 telah diketahui bahwa P.
xylostella dan C. pavonana merupakan hama utama tanaman kubis di dataran
tinggi di Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, dan daerah lain di Indonesia. C.
pavonana menyerang tanaman sejak awal pembentukan krop hingga pembentukan
krop, namun dapat juga serangga ini menyerang tanaman kubis mulai awal tanam.
Akibat kerusakan tersebut kuantitas dan kualitas kubis menurun dan dalam

keadaan yang ekstrem kubis tidak dapat dipanen sama sekali. Apabila tidak
dilakukan pengendalian kerusakan oleh hama tersebut dapat mencapai 100 %
(Permadi dan Sastrosiswojo 1993).
Sampai saat ini untuk mengendalikan hama kubis tersebut petani masih
tergantung pada penggunaan insektisida sintetik. Petani umumnya menggunakan
insektisida sintetik secara rutin tanpa mempertimbangkan populasi hama maupun
tingkat keracunan tanaman (Satrosiswojo 1984). Seperti yang telah terjadi di
Lembang yaitu petani kubis mengaplikasikan insektisida hingga mencapai 18 kali
per musim tanam (Setiawati & sastrosiswojo 1995). Penggunaan insektisida
sintetik sangat diminati oleh petani karena mudah dalam aplikasi dan dapat
mengendalikan hama dalam waktu singkat (Prijono 1998). Namun demikian
apabila aplikasi yang dilakukan tidak bijaksana, insektisida sintetik dapat
menimbulkan dampak negatif bagi organisme bukan sasaran seperti parasitoid dan
predator, resistensi dan resurgensi hama. Selain itu insektisida sintetik juga dapat
mencemari lingkungan, meracuni tanaman serta manusia terutama para petani
yang melakukan aplikasi langsung di lapangan.
Sekarang ini upaya pencarian insektisida alami yang tidak bersifat
persisten di alam (lebih mudah terurai) mulai dikembangkan untuk mengatasi
dampak negatif dari aplikasi insektisida sintetik. Insektisida yang banyak menarik
perhatian saat ini adalah yang berasal dari tumbuhan. Banyak senyawa insektisida
yang berasal dari tumbuhan yang memiliki cara kerja yang spesifik. Diharapkan
aplikasi insektisida botani (insektisida yang berasal dari bahan tumbuhan) dapat
bekerja secara selektif terhadap musuh alami dan tidak menimbulkan residu ya ng
tinggi karena sifatnya yang mudah terurai di alam (Prijono 1999; Dadang 2000).
Sumber insektisida botani yang potensial antara lain dari berbagai jenis
tanaman dalam famili Meliaceae, Annonaceae, Piperaceae, Asteraceae dan
Zingiberaceae (Dadang 1999). Sedangkan menurut Schmutterer (1995) insektisida
botani yang diketahui memiliki potensi besar dalam pengendalian hama adalah
Meliaceae, Rutaceae, Annonaceae, Labiatae, Malvaceae, Zingiberaceae dan
Solanaceae.
Tanaman yang telah banyak diteliti sifat insektisida antara lain tanaman
dari famili Meliaceae. Ekstrak tanaman ini umumnya bersifat sebagai penghambat

makan dan penghambat perkembangan serangga (Prijono 1998). Salah satu
contoh tumbuhan famili Meliaceae yang berpotensi sebagai insektisida botani
adalah biji mahoni (Swietenia mahogani). Tumbuhan ini mengandung senyawa
limonoid yang berpotensi sebagai repellent, antifeedant dan insektisida. Ekstrak
biji S. mahogani diketahui dapat menghambat aktivitas makan P. xylostella
hingga 100% pada konsentrasi 5 % (Dadang & Ohsawa 2000). S. mahogani juga
dapat mempengaruhi biologi C. pavonana, yaitu menghambat aktivitas makan dan
menyebabkan kematian.
Anggota famili Meliaceae lain yang juga berpotensi adalah Aglaia
odorata. A. odorata mengandung senyawa aktif rokaglamida (golongan
benzofuran) dan beberapa senyawa turunannya yang terbukti efektif sebagai
antifeedant, penghambat perkembangan dan insektisida. Ekstrak ranting A.
odorata mampu mematikan larva C. pavonana instar II dengan LC 50 pada
konsentrasi 0,04 % (Nugroho 1999), sementara ekstrak daunnya pada konsentrasi
0,5% mampu mematikan larva 98,7%.
Umumnya penelitian mengenai insektisida botani dilakukan dalam bentuk
tunggal. Namun insektisida botani dalam bentuk tunggal memiliki beberapa
kekurangan karena begitu kompleksnya hama yang menyerang pertanaman di
lapangan, tidak selalu tersedianya suatu jenis tanaman yang berpotensi sebagai
insektisida botani di alam, untuk lebih mengefisienkan waktu dan biaya aplikasi,
serta untuk menghindari munculnya resistensi serangga hama terhadap suatu jenis
bahan aktif insektisida, maka akhir-akhir ini dilakukan penelitian mengenai
insektisida botani dalam bentuk campuran. Salah satu keunggulan dari
penggunaan campuran insektisida botani ini yaitu dapat mengefisienkan
katersediaan bahan tanaman. Bahan tanaman yang diperlukan menjadi lebih
sedikit karena digantikan oleh bahan tanaman lain. Tetapi penggunaan campuran
insektisida botani ini masih sangat sedikit dilakukan sehingga perlu penelitian
lebih lanjut untuk digali potensinya.

Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mempelajari aktivitas insektisida campuran dari
empat ekstrak tumbuhan terhadap kematian hama kubis C. pavonana dan
mendapatkan

campuran ekstrak

tumbuhan

yang

paling

efektif

dalam

mempengaruhi kematian hama C. pavonana.

Manfaat

Diharapkan hasil penelitian digunakan sebagai sarana pengendalian hama
Crocidolomia pavonana yang paling efektif dan ramah lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA

Brokoli
Dilihat secara morfologi, brokoli (kubis bunga hijau) memang mirip
dengan kubis bunga putih. Tanaman ini membentuk sejenis kepala bunga yang
terdiri dari kuntum-kuntum bunga berwarna hijau dengan tangkai bunga yang
berdaging. Tebal kepala bunga yang utama dapat mencapai 15 cm atau lebih. Pada
ketiak daun timbul juga kepala bunga yang lebih kecil, kepala bunga samping
akan cepat keluar bila kepala bunga utama telah dipanen. Kepala bunga utama,
samping dan tangkai yang berdaging dapat disayur. Brokoli banyak mengandung
vitamin A, vitamin C dan beberapa mineral lain seperti kalsium dan besi dalam
jumlah yang cukup (Pracaya 1990).
Tanaman brokoli memerlukan tanah yang subur. Tanah yang kurang subur
memerlukan pupuk buatan atau pupuk organik, baik pupuk kandang atau kompos.
Tetapi bila pertumbuhannya terlalu subur, tangkai bunga akan jadi berlubang.
Brokoli agak tahan garam tapi memerlukan banyak nitrogen diband ing kubis
bunga putih dan juga memerlukan cukup banyak unsur molybden serta boron
(Pracaya 1990).
Kubis bunga hijau (brokoli) dapat tumbuh baik pada iklim yang dingin
atau sejuk. Udara panas tidak cocok, karena kuntum bunga akan mmbuka lebih
awal hingga kepala bunga akan cepat menjadi tidak kompak dan beberapa jam
setelah dipanen menjadi layu. Udara panas pada periode panen akan menimbulkan
daun yang tak diharapkan pada kepala bunga sehingga bisa menurunkan harga
(Pracaya 1990).

Bioekologi Crocidolomia pavonana
Di dalam upaya meningkatkan produksi tanaman kubis masalah hama dan
penyakit tanaman merupakan salah satu faktor pembatas yang dapat menghambat
keberhasilan usaha tersebut. Di antara sekian banyak hama, ulat krop kubis (C.
pavonana) dan ulat daun kubis (P. xylostella) merupakan hama utama yang selalu
menimbulkan kerusakan dan mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup berarti.

Ulat krop kubis (C. pavonana) tergolong famili Pyralidae, ordo
Lepidoptera, bersama hama daun P. xylostella, merupakan hama penting pada
pertanaman kubis, yang dapat mengakibatkan kerusakan cukup besar. Pada
tanaman kubis P. xylostella sering ditemukan pada tanaman muda sedangkan C.
pavonana kebanyakan ditemukan pada tanaman yang telah dewasa dan
membentuk krop (Sudarwohadi & Permadi 1999). Selain menyerang kubis, C.
pavonana ternyata dapat juga menyerang tanaman petsai, lobak, caisin, turlip dan
sawi baik yang dibudidayakan maupun yang tumbuh liar. Kerugian akibat
serangan C. pavonana rata-rata 30% walaupun sering kali dapat mencapai 100%
apabila tidak dilakukan pengendalian (Kalshoven 1981).
Daerah penyebaran C. pavonana meliputi Asia Selatan, Asia Tenggara,
Afrika Selatan, Australia, Papua Nugini dan beberapa kepulauan di Samudera
Pasifik (Kalshoven 1981, Waterhouse dan Norris dalam Islamiah 2003). Di pulau
Jawa serangga ini ditemukan baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi
(Kalshoven 1981).
Habitat yang sesuai dengan perkembangan C. pavonana adalah tanaman
kubis-kubisan. Tanaman kubis-kubisan mengandung senyawa mustard oil
glycoside yang mampu menarik (sebagai antraktan) serangga-serangga hama
untuk datang dan memakan tanaman tersebut. Sebenarnya senyawa tersebut
merupakan racun bagi banyak spesies serangga, akan tetapi bagi spesies serangga
tertentu senyawa ini justru menarik, sehingga memanfaatkan tanaman yang
mengandung senyawa tersebut sebagai tanaman inang (Rockstein 1978 dalam
Islamiah 2003).
Telur C. pavonana berwarna hijau muda atau kekuningan yang diletakkan
pada permukaan daun bagian bawah secara berkelompok dan berbentuk pipih.
Telur berubah menjadi cokelat kemerahan sebelum menetas. Periode inkubasi
telur hasil biakan pada kubis 3-6 hari dengan persentase penetasan 92,4%
(Othman 1982), sedangkan Prijono & Hasan (1992) melaporkan periode inkubasi
telur hasil biakan pada brokoli 4-5 hari.
Larva dapat menyerang tanaman dari fase awal tanam hingga menjelang
panen, serangan yang terjadi pada tanaman kubis yang telah membentuk krop
akan menurunkan nilai ekonomi. Bagian yang dimakan oleh instar awal biasanya

menyisakan epidermis daun bagian atas sehingga berwarna keperakan. Pada instar
lanjut umumnya daun habis dimakan dan keberadaan larva dalam krop terdeteksi
dengan adanya sisa kotoran berwarna kehijauan. Serangan berat mengakibatkan
daun tinggal tulang, bila serangan sudah mencapai titik tumbuh maka
pembentukkan krop akan terhambat dan tanaman tidak dapat dipetik hasilnya
(Sastrosiswojo & Setiawati 1993). Serangan biasanya diikuti oleh serangan
cendawan dan bakteri sehingga crop menjadi busuk.
Perkembangan larva C. pavonana pada saat larva melalui empat instar
sebelum membentuk pupa. Stadium larva 8-14 hari pada suhu 25,5-28,00 C dengan
kelembaban nisbi 60-70% (Prijono & Hasan 1992). Pada akhir fase larva instar
akhir, larva tidak makan lagi, tubuhnya mulai mengecil/mengkerut, dilanjutkan
dengan pembentukkan pupa di tanah. Pupa berwarna cokelat kekuningan yang
kemudian berangsur-angsur menjadi cokelat tua. Stadium pupa berlangsung
selama 9-13 hari (Othman 1982), tetapi kadang hanya satu minggu. Imago C.
pavonana secara visual dapat dibedakan antara jantan dengan yang betina. Imago
betina memiliki ukuran abdomen lebih besar daripada jantan. Corak sayap imago
jantan lebih jelas dan berawarna cokelat tua.
Serangga betina yang diberi madu mampu meletakkan 2-21 kelompok
telur yang mengandung 60-598 butir telur, dengan periode peletakkan telur 3-10
hari (Othman 1982). Siklus hidup serangga betina berkisar 23-28 hari, sedangkan
jantan 24-29 hari (Prijono & Hasan 1992).
Di alam C. pavonana diserang oleh beberapa musuh alami antara lain
parasitoid telur Starmia inconspicuoides Bar. (Diptera: Tachinidae) dan parasitoid
larva Eriborus argenteopilosus (Cameron) (Hymenoptera: Ichneumonidae).
Tingkat parasitisasi oleh kedua spesies tersebut rendah (Sastrosiswojo & Setiawati
1993) sehingga pengendalian dengan musuh alami tidak efektif.

Annona squamosa
Tumbuh di daerah tropika dan subtropika. Tumbuhan dari famili ini
mengandung senyawa-senyawa bioaktif yang mempunyai aktifitas sebagai anti
tumor, anti malaria, anti mikroba dan pestisida.

Tumbuhan dari keluarga Annonaceae mengandung alkaloid, karbohidrat,
lemak 42-45 %, asam amino, protein, polifenol, minyak atsiri, terpen dan
senyawa-senyawa aromatik seperti tumbuhan pada umumnya. Senyawa-senyawa
bioaktif dari keluarga tumbuhan Annonaceae dikenal dengan nama asetogenin.
Dari bijinya telah berhasl diisolasi senyawa aktifnya yaitu squamosin dan
asimisin. Beberapa anggota famili Annonaceae telah diketahui mampu
menghambat pertumbuhan larva Myzus brassicae, C.

pavonana,. dan P.

xyllostella. Selain bijinya, bagian tanaman lain yang mengandung bahan aktif
yang efektif sebagai pestisida nabati adalah buah mentah, daun dan akar.
Kandungan aktif tersebut bekerja sebagai racun kontak dan perut serta bersifat
sebagai insektisida, repellent dan antifeedant (Kardinan 2001).
Penyiapan ekstrak dapat dilakukan dengan cara biji/kulit
dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dikeringanginkan, dikuliti, dan digiling.
Biji yang sudah berupa tepung direndam dalam metanol, eter atau heksana.
Kemudian disaring dan diekstrak dengan alat ekstraksi. Aplikasi dilakukan
dengan penyemprotan. A. glabra dan A. squamosa pada konsentrasi 2% dan 0,4%
mengakibatkan penghambatan aktifitas makan yang tinggi pada larva C.
pavonana ( Herawati 1998).
Aplikasi ekstrak biji A. squamosa pada tanaman padi secara tidak
langsung menurunkan persentase terjadinya penyakit tungro karena terjadi
penurunan aktivitas makan pada vektor. Dengan demikian aplikasi ekstrak-ekstrak
tumbuhan yang dapat menghambat makan serangga selain memberikan pengaruh
langsung pada penurunan aktivitas serangga sasaran juga secara tidak langsung
menurunkan terjadinya penyakit tanaman yang ditularkan oleh serangga vektor
(Dadang 1999).
Aglaia odorata
Aglaia odorata termasuk famili Meliaceae. Tanaman ini bukan asli
tanaman Indonesia tetapi didatangkan dari daerah Cina dan diperkenalkan di
Indonesia sekitar tahun 1692 (Sastropradja & Bimantoro 1983).
Tanaman A. odorata merupakan perdu tegak yang dapat mencapai tinggi 2
m hingga 5 m (Heyne 1987). Tanaman yang dikenal dengan nama pacar cina ini
memiliki batang berkayu. Daunnya majemuk, anak daun berjumlah 3-5 buah per

tangkai, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3-6 cm, dan lebar 1-3
cm (Kardinan 2001). Bunga berwarna kuning kehijauan dalam malai rapat dengan
panjang 5-16 cm. Buah berbentuk bulat lonjong dengan warna merah.
Perbanyakan dilakukan dengan stek batang atau cabang (Wijayakesuma et al.
1993). Tanaman A. odorata dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah dan
tinggi pada tempat terbuka dan terkena sinar matahari langsung (Heyne 1987).
Daun A. odorata digunakan secara tradisional antara lain sebagai obat
batuk, influenza dan pereda iritasi maupun peradangan dan bunganya sering
digunakan sebagai bahan campuran pewangi teh (Pannel dalam Suhaendah 2001).
A. odorata banyak ditanam di halaman rumah sebagai tanaman pagar atau
tanaman peneduh. Batang yang keras sering digunakan sebagai bahan ukiran
sedangkan bunganya dicampur dengan teh sebagai pewangi. Daun sering
digunakan sebagai obat tradisional untuk luka terpukul dan bisul (Wijayakesuma
et al. 1993). A. odorata banyak mengandung zat kimia seperti minyak atsiri,
alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin (Kardinan 2001).
Sifat insektisida tanaman ini sudah banyak diteliti dan diketahui berpotensi
sebagai sumber insektisida botani. Ekstrak sederhana ranting A. odorata yang
disiapkan dengan perebusan dalam air dengan atau tanpa detergen 0,1% selama 15
hingga 30 menit pada konsentrasi 100 g/l memiliki aktifitas yang sedang terhadap
kematian C. pavonana. Menurut Suharto (2000) ekstrak daun A. odorata yang
diujikan pada Spodoptera litura (Lepidoptera:Noctuidae) lebih bersifat racun
perut (LC50: 4,43%) dari pada racun kontak (LC50: 33,52%). Bagian tanaman
yang paling aktif dari tanaman ini adalah ekstrak ranting. Sudarmo (2001) juga
melaporkan bahwa perlakuan ekstrak pada konsentrasi 0,25% dan rokaglamida
pada konsentrasi 80 ppm terhadap larva C. pavonana mengakibatkan mortalitas
berturut-turut 90% dan lebih dari 60% pada dua hari setelah perlakuan. Senyawasenyawa tersebut dapat bersifat sebagai racun kontak dan menghambat aktifitas
makan larva serangga. Senyawa aktif ini dihasilkan dari isolasi sehingga
menghasilkan enam turunan rokaglamida yang bersifat racun kontak dan
menghambat aktivitas makan (Nugroho 1999).

Swietenia mahogani
Swietenia mahogani termasuk tanaman famili Meliaceae. Tanaman ini
berasal dari Hindia Belanda dan dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati atau
ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung (Wijayakesuma et al. 1996).
Tanaman S. mahogani adalah tanaman tahunan, tinggi tanaman berkisar
antara 5-25 m dengan akar tunggal, batang bulat, banyak cabang dan batang
bergetah. Daunnya termasuk daun majemuk, menyirip genap, helaian daun bulat
telur, ujung dan pangkal runcing tepi rata dan tulang menyirip. Daun berwarna
merah ketika masih muda dan hijau setelah tua. Tanaman ini berbunga setelah
berumur 7 tahun. Buah berbentuk kapsul berwarna cokelat dan biji berbentuk
pipih berwarna hitam (Wijayakesuma et al.1996).
Tanaman S. mahogani sudah banyak dibudidayakan di pulau Jawa pada
tanah kering. Batangnya digunakan sebagai peralatan rumah tangga atau bahan
seni. Kulit biji digunakan untuk menyembuhkan penyakit demam dan diare
sedangkan bijinya untuk penyakit kencing manis dan hipertensi (Wijayakesuma et
al. 1996). Selain digunakan sebagai obat, biji S. mahogani juga telah diteliti sifat
insektisidanya. Ekstrak tanaman ini dilaporkan dapat menghambat aktifitas
peneluran yang cukup tinggi pada C. chinensis (Dadang 1999). Menurut Dadang
dan Ohsawa (2000) ekstrak kasar biji S. mahogani ini pada konsentrasi 5% dapat
menghambat aktifitas makan P. xylostella hingga 100%. Dadang dan Ohsawa
(2000) telah berhasil mengisolasi senyawa triterpenoid dari ekstrak biji S.
mahogani yang dapat menghambat aktivitas makan larva P. xylostella secara total
pada konsentrasi 5%.
Piper retrofractum
Tanaman cabe jawa (Piper retrofractum) sering disebut dengan lada
panjang, termasuk dalam genus piper, famili piperaceae, ordo piperales, sub klas
monoklamidae,

kelas

dikotiledon,

sub

divisi

angiospermae

dan

divisi

spermathophyta (Tjitrosoepomo 1998).
Cabe jawa merupakan tumbuhan memanjat dan berkayu dengan
percabangan yang seolah membagi diri menyerupai tumbuhan terna. Daun
memiliki bentuk lonjong dengan jari-jari pertulangan yang jelas dan helai daun

tidak kaku. Buah berbentuk silinder dengan panjang sekitar 4-5 cm, diameter
sekitar 0,6 cm. Buah yang masih muda berwarna hijau muda beraroma tajam dan
pedas. Semakin tua warna semakin kuning dan akhirnya merah serta menjadi
lunak. Buah tua tersebut sedikit manis dan mengandung butir-butir kehitaman
yang terasa pedas menyerupai cabe.
Cabe jawa merupakan tanaman tropis, ya ng penyebarannya sangat luas.
Hampir di seluruh wilayah Indonesia tanaman ini dapat tumbuh dengan baik.
Cabe jawa tumbuh pada ketinggian antara 0-600 m di atas permukaan laut dan
masih dapat tumbuh dengan hasil baik hingga ketinggian 100 m dpl (Heyne
1987).
Habitat alaminya adalah hutan tropis, tanaman tumbuh memanjat sehingga
mencapai tajuk yang terkena sinar matahari. Umumnya pada habitat alamiah
tanaman akan tumbuh bergerombol dalam kelompok murni, sehingga buah cabe
jawa mudah diperoleh (Heyne 1987).
Pada habitat alami, tanaman cabe jawa yang tidak dipangkas akan tumbuh
dan sulit menghasilkan buah. Tanaman akan mulai berbuah setelah berumur 6
bulan dan akan menghasilkan buah sepanjang tahun dengan hasil rata-rata 30-40
buah per hari/tanaman. Tanaman yang telah berumur lebih dari satu tahun akan
berbunga dan berbuah sepanjang tahun.

Prospek Insektisida Botani
Pestisida merupakan bahan berbahaya yang dapat menimbulkan pengaruh
negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Namun demikian, sebaliknya
pestisida dapat memberikan manfaat, oleh karena itu pestisida dapat digunakan
dalam pembangunan di berbagai sektor termasuk sektor pertanian. Sehubungan
dengan itu maka pestisida perlu dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga dapat
diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya tetapi dengan dampak negatif yang
sekecil-kecilnya.
Penggunaan

pestisida

merupakan

alternatif

terakhir

apabila

cara

pengendalian lain dianggap sudah tidak efektif dan tidak efisien lagi. Oleh karena
itu, apabila pestisida benar-benar diperlukan maka penggunaannya harus secara
bijaksana mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu benar, tepat dan aman (Kompes 1999).

Beberapa kerugian di dalam penggunaan insektisida sintetik yaitu
timbulnya resistensi (kekebalan), timbulnya resurjensi (kenaikan populasi),
timbulnya

organisme

pengganggu,

masalah

residu

pestisida

pada

tanaman/makanan, pencemaran lingkungan, keracunan dan kematian musuh alami
organisme pengganggu dan hewan bukan sasaran lainnya, keracunan dan
kematian pada manusia serta keracunan dan kematian pada tanaman. Setelah
diketahui dampak samping akibat pengunaan insektisida yang kurang bijaksana,
perlu adanya pengendalian alternatif lainnya seperti tumbuhan sebagai sumber
insektisida baru.
Pemanfaatan insektisida botani di tingkat petani masih terbatas karena
beberapa kendala antara lain terbatasnya bahan-bahan alami yang bersifat
insektisida, persistensi yang relatif singkat di lapangan, dan biaya produksi yang
tidak selalu lebih murah dibandingkan biaya insektisida sintetik. Untuk mengatasi
hal tersebut perlu dilakukan pencarian tanaman sumber insektisida botani yang
efektif dan penelitian cara perbanyakan (Irmayetri 2001).
Tumbuhan merupakan organisme yang kaya akan senyawa kimia.
Senyawa metabolit sekunder tumbuhan seperti flavonoid, terpenoid, alkaloid, dan
limonoid diketahui sebagai pertahanan kimia tumbuhan. Senyawa-senyawa kimia
tanaman dapat memberikan pengaruh yang merugikan kehidupan serangga
diantaranya mengganggu pertumbuhan, menghambat pembentukkan kulit,
mengganggu

penemuan

inang,

menghambat

perkembangan

serangga,

menurunkan fertilitas, dan membunuh telur (Dadang 1998).
Insektisida botani berpotensi untuk digunakan dalam PHT karena cukup
aman terhadap musuh alami dan memiliki tingkat persistensi yang singkat
sehingga tidak dikhawatirkan meninggalkan residu pada hasil panen (Prijono
1999), sebagai contoh insektisida dari ekstrak biji Aglaia harmsiana yang
diberikan secara kontak tidak berdampak negatif terhadap betina Eriborus
argenteopilosus (Dono 1998), pengujian lapangan ekstrak biji S. mahogani secara
umum tidak mempengaruhi aktivitas parasitoid larva P. xylostella dan C.
pavonana karena ekstrak mahoni memiliki efek panghambat makan, sedangkan
imago parasitoid tidak melakukan aktivitas makan dan hanya memerlukan inang
untuk meletakkan telur (Ruranto 2003).

Tanaman dari famili Meliaceae seperti A. harmsiana dan Trichilia trijuga
pada konsentrasi 0,25% mempunyai pengaruh mematikan terhadap larva C.
pavonana (Prijono 1999). A. glabra dan A. squamosa pada konsentrasi 2% dan
0,4% mengakibatkan penghambatan aktivitas makan yang tinggi pada larva C.
pavonana (Herawati 1998). Sediaan pestisida yang berbahan aktif piretrin yang
berasal dari bunga Chrysanthemum cinerariaefolium (piretrum), nikotin dari daun
Nicotiana spp. telah digunakan secara luas untuk mengendalikan berbagai jenis
hama. Beberapa fakta yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa tumbuhan
mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai agens pengendali serangga.
PHT adalah suatu metode pengendalian hama agar hama tersebut secara
ekonomis tidak merugikan dan kelestarian lingkungan dapat diperhatikan (Ria
1995). PHT pada dasarnya mencakup semua strategi pengendalian hama termasuk
penggunaan insektisida. Namun demikian, dalam sistem ini ditekankan pada
penggunaan insektisida sebagai alternatif terakhir dan insektisida yang digunakan
harus mudah terdegradasi, selektif terhadap hama sasaran dan aman bagi
pengguna dan lingkungan (Dadang 1998). Insektisida botani memiliki sifat yang
dimaksud di atas sehingga sangat cocok dikembangkan sebagai alternatif
pengendalian. Insektisida botani terdiri dari beberapa bahan aktif yang

dapat

mengurangi kemampuan hama untuk membentuk sistem pertahanan sekaligus dan
ini dapat menunda terjadinya resistensi pada hama (Prijono 1999)
Penggunaan insektisida botani dalam bentuk campuran diharapkan dapat
lebih memberikan manfaat di dalam perkembangan pertanian. Dengan
penggunaan bahan tanaman campuran yang didalamnya terdapat bahan aktif atau
senyawa-senyawa yang berasal dari kedua tanaman tadi dapat menghasilkan suatu
campuran ekstrak yang dapat mematikan serangga dengan cepat dan efektif untuk
berbagai serangga hama.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian, Bogor.
Penelitian dilaksanakan mulai April hingga Oktober 2005.

Sumber Ekstrak
Sumber ekstrak yang digunakan adalah biji mahoni (Swietenia mahogani)
famili Meliaceae, ranting pacar cina (Aglaia odorata) famili Meliaceae, biji
srikaya (Annona squamosa) famili Annonaceae dan cabe jawa (Piper
retrofractum) famili Piperaceae. Bahan-bahan ini diperoleh dari Jawa Timur.
Sebelum diekstrak bahan tumbuhan ini dikeringanginkan selama kurang lebih satu
minggu dalam ruangan.

Penanaman Brokoli
Benih yang digunakan yaitu benih Brokoli. Benih brokoli di

Dokumen yang terkait

Aktivitas Insektisida Tujuh Ekstrak Tumbuhan Asal Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Terhadap Larva Crocidolomia Pavonana (F) (Lepidoptera Crambidae)

0 2 58

Aktivitas Campuran Formulasi Bacillus thuringiensis dan Ekstrak Piper retrofractum Vahl. (Piperaceae) terhadap Larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae)

0 6 114

Aktivitas Insektisida Ekstrak Daun Tephrosia vogelii (Leguminosae) dan Buah Piper aduncum (Piperaceae) terhadap Larva Crocidolomia pavonana

0 4 87

Kepekaan Larva Crocidolomia pavonana Asal Cianjur, Jawa Barat, terhadap Tiga Jenis Insektisida

0 9 69

Aktivitas Insektisida Campuran Ekstrak Buah Piper aduncum (Piperaceae) dan Sapindus rarak (Sapindaceae) terhadap Larva Crocidolomia pavonana

0 7 63

Sifat Aktivitas Campuran Ekstrak Buah Piper Aduncum (Piperaceae) Dan Daun Tephrosia Vogelii (Leguminosae) Terhadap Larva Crocidolomia Pavonana

1 8 41

UJI EKSTRAK METANOL BAGIAN TUMBUHAN LEGUNDI (Vitex trifolia L: VERBENACEAE ) TERHADAP LARVA Crocidolomia pavonana (F. ) ( LEPIDOPTERA : CRAMBIDAE ).

0 0 6

Aktivitas Residu Ekstrak Biji Barringtonia asiatica (L.) Kurz. terhadap larva Crocidolomia pavonana F. (Lepidoptera : Pyralidae).

0 1 2

Aktivitas Insektisida Ekstrak Kulit Batang Empat Famili Tumbuhan terhadap Ulat Krop Kubis Crocidolomia pavonana (F.) | Syahputra | Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 12208 23987 2 PB

0 0 10

EFEK MORTALITAS DAN PENGHAMBATAN MAKAN BEBERAPA EKSTRAK TUMBUHAN ASAL KABUPATEN MERAUKE, PAPUA TERHADAP LARVA CROCIDOLOMIA PAVONANA (F.) (LEPIDOPTERA: CRAMBIDAE)

0 0 8