Perbanyakan Anggrek Spesies Paphiopedilum Glaucophyllum J.J. Smith Melalui Proliferasi Tunas Adventif Secara In Vitro

PERBANYAKAN ANGGREK SPESIES Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith MELALUI PROLIFERASI TUNAS
ADVENTIF SECARA IN VITRO

TUBAGUS KIKI KAWAKIBI AZMI
A24051953

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

PERBANYAKAN ANGGREK SPESIES Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith MELALUI PROLIFERASI TUNAS
ADVENTIF SECARA IN VITRO

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

TUBAGUS KIKI KAWAKIBI AZMI

A24051953

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

i

RINGKASAN

TB KIKI KAWAKIBI AZMI. Perbanyakan Anggrek Spesies Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith Melalui Proliferasi Tunas Adventif secara In Vitro.
(Dibimbing oleh NI MADE ARMINI WIENDI)
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh zat pengatur tumbuh
BAP dan media MS (Murashige & Skoog) dan KC (Knudson C) terhadap
kemampuan proliferasi tunas adventif Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Smith
secara in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman
Fakultas Pertanian IPB pada bulan Juni 2009 – Oktober 2009.
Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua

faktor perlakuan yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah BAP yang
terdiri dari 1 mg/l dan 2 mg/l, penggunaan BAP dikombinasikan dengan
0.5 mg/l 2.4-D. Faktor kedua adalah media (MS dan KC), dengan konsentrasi hara
makro dan mikro masing-masing adalah: ¼ konsentrasi, ½ konsentrasi,
¾ konsentrasi, dan 1 konsentrasi. Terdapat 16 kombinasi perlakuan, yaitu : MS
¼ konsentrasi + 1 mg/l BAP (MS 1), MS ½ konsentrasi + 1 mg/l BAP (MS 2),
MS ¾ konsentrasi + 1 mg/l BAP (MS 3), MS 1 konsentrasi + 1 mg/l BAP (MS 4),
MS ¼ konsentrasi + 2 mg/l BAP (MS 5), MS ½ konsentrasi + 2 mg/l BAP (MS
6), MS ¾ konsentrasi + 2 mg/l BAP (MS 7), MS 1 konsentrasi + 2 mg/l BAP
(MS 8), KC ¼ konsentrasi + 1 mg/l BAP (KC 1), KC ½ konsentrasi + 1 mg/l BAP
(KC 2), KC ¾ konsentrasi + 1 mg/l BAP (KC 3), KC 1 konsentrasi + 1 mg/l BAP
(KC 4), KC ¼ konsentrasi + 2 mg/l BAP (KC 5), KC ½ konsentrasi + 2 mg/l BAP
(KC 6), KC ¾ konsentrasi + 2 mg/l BAP (KC 7), dan KC 1 konsentrasi + 2 mg/l
BAP (KC 8). Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali dan ditanam tiga
planlet setiap ulangan, sehingga terdapat 144 planlet sebagai unit pengamatan.
Bahan tanaman yang digunakan adalah planlet hasil pengecambahan biji secara in
vitro yang telah berumur 1 tahun 9 bulan yang diperoleh dari Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor.
Proliferasi tunas adventif tidak terjadi pada semua perlakuan. Hasil uji F
menunjukkan perlakuan media (MS dan KC) berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan daun dan akar. Pertumbuhan daun dan akar optimum diperoleh pada

ii
¾ konsentrasi hara makro dan mikro pada kedua jenis media. Pertumbuhan daun
tertinggi diperoleh pada media KC ¾ konsentrasi hara makro dan mikro ditambah
2 mg/l BAP (KC 7), jumlah total helai daun yang dihasilkan adalah 6.4 helai daun
per planlet. Media KC ¾ konsentrasi hara makro dan mikro ditambah 1 mg/l BAP
(KC 3) menghasilkan jumlah total akar tertinggi, yaitu 5.6 akar per planlet.
Pertumbuhan daun dan akar meningkat dengan peningkatan konsentrasi hara
makro dan mikro sampai ¾ konsentrasi hara makro dan mikro pada kedua jenis
media.
BAP berpengaruh nyata terhadap persentase planlet berkalus. Penggunaan
1 mg/l BAP (penggunaan BAP dikombinasikan dengan 0.5 mg/l 2.4-D)
menghasilkan jumlah planlet berkalus tertinggi pada semua konsentrasi hara
makro dan mikro dari kedua jenis media (MS dan KC), kecuali KC ½ konsentrasi
hara makro dan mikro. Jumlah planlet berkalus tertinggi diperoleh pada media MS
½ konsentrasi hara makro dan mikro, MS ¾ konsentrasi hara makro dan mikro,
dan KC 1 konsentrasi hara makro dan mikro yang semuanya mengandung 1 mg/l
BAP (MS 2, MS 3, dan KC 4), yaitu 66.67 %.


iii

Judul

: PERBANYAKAN ANGGREK SPESIES
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith MELALUI
PROLIFERASI TUNAS ADVENTIF SECARA IN
VITRO

Nama

: TUBAGUS KIKI KAWAKIBI AZMI

NIM

: A24051953

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi


Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MS
NIP. 19610412 1987 03 2 003

Mengetahui
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr
NIP. 19611101 1987 03 1 003

Tanggal Lulus :

iv

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Serang, Banten pada tanggal 13 Juli 1986.
Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Tubagus Ahmad Kurdi Yurani
(Alm) dan Durrotul Bahiyyah. Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1992
di SD Negeri 2 Cipocok Jaya dan lulus pada tahun 1998. Penulis melanjutkan
studi di SMP Negeri 3 Cipocok Jaya dan lulus pada tahun 2001, kemudian

melanjutkan studi di SMA Negeri 1 Cipocok Jaya dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2005 penulis mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB). Setelah satu tahun melalui
Tingkat Persiapan Bersama (TPB), tahun 2006 penulis diterima pada Mayor
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian. Pada tahun 2007 penulis
mengikuti magang Budidaya Anggrek di Balai Penelitian Tanaman Hias
(BALITHI) Cianjur selama satu bulan. Selama masa studi di IPB, penulis aktif di
Keluarga Mahasiswa Banten (KMB). Selain itu, penulis juga pernah menjadi
anggota Uni Konservasi Fauna (UKF). Penulis juga aktif sebagai anggota
Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) pada divisi Club Tanaman Hias dan
Buah (CTHB) pada tahun 2008 - 2009. Pada tahun 2009 penulis menjadi anggota
dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian yang
didanai oleh DIKTI. Pada tahun yang sama, penulis menjadi asisten praktikum
untuk mata kuliah Dasar Bioteknologi Tanaman. Penulis melakukan penelitian
pada bidang kultur jaringan tanaman dengan judul Perbanyakan Anggrek Spesies
Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Smith Melalui Proliferasi Tunas Adventif
Secara In Vitro dibawah bimbingan Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MS guna
menyelesaikan tugas akhirnya di IPB.

v


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan

skripsi

yang

berjudul

Perbanyakan

Anggrek

Spesies

Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Smith Melalui Proliferasi Tunas Adventif
Secara In Vitro.

Ucapan terimakasih Penulis sampaikan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Mamah, Babah (Alm), nenek, Teh Eva, Aa Lutfi, Teh anna, Ayi, Nia,
Fawaz, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu ikhlas dan sabar
dalam memberikan kasih sayang, cinta, do’a, semangat, serta dukungan
moril dan materil kepada penulis dalam menjalankan studi.
2. Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MS sebagai dosen pembimbing skripsi
yang selalu memberikan masukan dan arahan yang begitu besar
manfaatnya selama penelitian dan penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Dewi Sukma, MSi dan Ir. Dini Dinarti, MSi sebagai dosen penguji
yang telah memberikan masukan kepada penulis.
4. Prof. Dr. Ir. Bambang .S Purwoko, MSc sebagai dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan nasehat serta bimbingannya selama
perkuliahan.
5. Kepada teknisi lab, Pak Wasil dan rekan-rekan satu lab (Mba Neng, Seri,
Lina, Kang Asep, Mba Ai, Mba Okti, Kak Yogo) atas bantuannya selama
ini.
6. Seluruh teman-teman terbaik di Agronomi dan Hortikultura atas dorongan
dan do’a yang telah diberikan, serta semua pihak yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.


Bogor, April 2010

Penulis

vi

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................



DAFTAR ISI ...................................................................................................

vi 

DAFTAR TABEL ............................................................................................

vii 


DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

viii 

PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan ....................................................................................................
Hipotesis.................................................................................................






TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith ..............................................
Perbanyakan Paphiopedilum Secara In Vitro.........................................
Multiplikasi Tunas Secara In Vitro ........................................................
Media MS (Murashige dan Skoog) dan KC (Knudson C) Pada
Perbanyakan Anggrek secara In Vitro ...................................................

Sitokinin .................................................................................................





10 
11 

BAHAN DAN METODE ................................................................................
Waktu dan Tempat .................................................................................
Bahan dan alat ........................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ...........................................................................
Pengamatan ............................................................................................

13 
13 
13 
15 
17 

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Keadaan Umum......................................................................................
Jumlah Planlet Mati dan Kontaminasi ...................................................
Jumlah Tunas .........................................................................................
Jumlah Daun ..........................................................................................
Jumlah Akar ...........................................................................................
Pembentukan Kalus................................................................................
Pembentukan Plb (Protocorm like bodies) ............................................

18 
18 
19 
20 
21 
25 
30 
34 

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan ............................................................................................
Saran.......................................................................................................

35 
35 
35 

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

36 

LAMPIRAN .....................................................................................................

39 

vii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Kombinasi Perlakuan Media (MS dan KC) dan BAP yang digunakan
didalam Penelitian Perbanyakan Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith
secara In Vitro ..............................................................................................

14

2. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Media (MS dan KC), BAP, dan
Interaksinya terhadap Jumlah Total Helai Daun Planlet Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST ..........................

21

3. Pengaruh Konsentrasi Media (MS dan KC) terhadap Jumlah Total Helai
Daun Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro
selama 16 MST ............................................................................................

22

4. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Total Helai Daun Planlet
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST .

24

5. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Media (MS dan KC), BAP, dan
Interaksinya terhadap Jumlah Total Akar Planlet Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST ..........................

25

6. Pengaruh Konsentrasi Media (MS dan KC) terhadap Jumlah Total Akar
Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama
16 MST ........................................................................................................

26

7. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Total Akar Planlet Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST ..........................

28

8. Pengaruh Konsentrasi Media (MS dan KC) terhadap Jumlah Planlet
Berkalus Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro pada
16 MST ........................................................................................................

30

9. Pengaruh Dua Taraf BAP terhadap Jumlah Planlet Berkalus
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro pada 16 MST.....

31

viii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Morfologi Bunga Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith ........................

5

2. Morfologi Tanaman Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith....................

5

3. Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith yang telah Berumur 1
Tahun 9 Bulan pada Media KC sebagai Sumber Bahan Tanaman ..............

13

4. Kondisi Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith pada Setiap
Kombinasi Perlakuan pada 16 MST .............................................................

18

5. Kontaminasi Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith akibat
Cendawan ......................................................................................................

19

6. Pencoklatan Daun Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith
secara In Vitro pada 13 MST ........................................................................

23

7. Pengaruh Dua Taraf BAP terhadap Pertumbuhan Daun Planlet
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST ..

23

8. Pengaruh Dua Taraf BAP terhadap Pertumbuhan Akar Planlet
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST ..

27

9. Akar Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith In Vitro yang
Mengalami Pencoklatan ................................................................................

29

10. Kondisi Akar Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith setelah 7
MST ............................................................................................................

29

11. Grafik Batang Persentase Planlet Berkalus Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro terhadap Perlakuan Media (MS
dan KC) dan BAP pada 16 MST .................................................................

32

12. Pembentukan Kalus dari Akar Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J.
Smith In Vitro pada 16 MST .......................................................................

33

13. Perbedaan Kalus dari Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith
In Vitro secara Visual pada 16 MST ...........................................................

34

PERBANYAKAN ANGGREK SPESIES Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith MELALUI PROLIFERASI TUNAS
ADVENTIF SECARA IN VITRO

TUBAGUS KIKI KAWAKIBI AZMI
A24051953

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

PERBANYAKAN ANGGREK SPESIES Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith MELALUI PROLIFERASI TUNAS
ADVENTIF SECARA IN VITRO

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

TUBAGUS KIKI KAWAKIBI AZMI
A24051953

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

i

RINGKASAN

TB KIKI KAWAKIBI AZMI. Perbanyakan Anggrek Spesies Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith Melalui Proliferasi Tunas Adventif secara In Vitro.
(Dibimbing oleh NI MADE ARMINI WIENDI)
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh zat pengatur tumbuh
BAP dan media MS (Murashige & Skoog) dan KC (Knudson C) terhadap
kemampuan proliferasi tunas adventif Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Smith
secara in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman
Fakultas Pertanian IPB pada bulan Juni 2009 – Oktober 2009.
Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua
faktor perlakuan yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah BAP yang
terdiri dari 1 mg/l dan 2 mg/l, penggunaan BAP dikombinasikan dengan
0.5 mg/l 2.4-D. Faktor kedua adalah media (MS dan KC), dengan konsentrasi hara
makro dan mikro masing-masing adalah: ¼ konsentrasi, ½ konsentrasi,
¾ konsentrasi, dan 1 konsentrasi. Terdapat 16 kombinasi perlakuan, yaitu : MS
¼ konsentrasi + 1 mg/l BAP (MS 1), MS ½ konsentrasi + 1 mg/l BAP (MS 2),
MS ¾ konsentrasi + 1 mg/l BAP (MS 3), MS 1 konsentrasi + 1 mg/l BAP (MS 4),
MS ¼ konsentrasi + 2 mg/l BAP (MS 5), MS ½ konsentrasi + 2 mg/l BAP (MS
6), MS ¾ konsentrasi + 2 mg/l BAP (MS 7), MS 1 konsentrasi + 2 mg/l BAP
(MS 8), KC ¼ konsentrasi + 1 mg/l BAP (KC 1), KC ½ konsentrasi + 1 mg/l BAP
(KC 2), KC ¾ konsentrasi + 1 mg/l BAP (KC 3), KC 1 konsentrasi + 1 mg/l BAP
(KC 4), KC ¼ konsentrasi + 2 mg/l BAP (KC 5), KC ½ konsentrasi + 2 mg/l BAP
(KC 6), KC ¾ konsentrasi + 2 mg/l BAP (KC 7), dan KC 1 konsentrasi + 2 mg/l
BAP (KC 8). Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali dan ditanam tiga
planlet setiap ulangan, sehingga terdapat 144 planlet sebagai unit pengamatan.
Bahan tanaman yang digunakan adalah planlet hasil pengecambahan biji secara in
vitro yang telah berumur 1 tahun 9 bulan yang diperoleh dari Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor.
Proliferasi tunas adventif tidak terjadi pada semua perlakuan. Hasil uji F
menunjukkan perlakuan media (MS dan KC) berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan daun dan akar. Pertumbuhan daun dan akar optimum diperoleh pada

ii
¾ konsentrasi hara makro dan mikro pada kedua jenis media. Pertumbuhan daun
tertinggi diperoleh pada media KC ¾ konsentrasi hara makro dan mikro ditambah
2 mg/l BAP (KC 7), jumlah total helai daun yang dihasilkan adalah 6.4 helai daun
per planlet. Media KC ¾ konsentrasi hara makro dan mikro ditambah 1 mg/l BAP
(KC 3) menghasilkan jumlah total akar tertinggi, yaitu 5.6 akar per planlet.
Pertumbuhan daun dan akar meningkat dengan peningkatan konsentrasi hara
makro dan mikro sampai ¾ konsentrasi hara makro dan mikro pada kedua jenis
media.
BAP berpengaruh nyata terhadap persentase planlet berkalus. Penggunaan
1 mg/l BAP (penggunaan BAP dikombinasikan dengan 0.5 mg/l 2.4-D)
menghasilkan jumlah planlet berkalus tertinggi pada semua konsentrasi hara
makro dan mikro dari kedua jenis media (MS dan KC), kecuali KC ½ konsentrasi
hara makro dan mikro. Jumlah planlet berkalus tertinggi diperoleh pada media MS
½ konsentrasi hara makro dan mikro, MS ¾ konsentrasi hara makro dan mikro,
dan KC 1 konsentrasi hara makro dan mikro yang semuanya mengandung 1 mg/l
BAP (MS 2, MS 3, dan KC 4), yaitu 66.67 %.

iii

Judul

: PERBANYAKAN ANGGREK SPESIES
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith MELALUI
PROLIFERASI TUNAS ADVENTIF SECARA IN
VITRO

Nama

: TUBAGUS KIKI KAWAKIBI AZMI

NIM

: A24051953

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MS
NIP. 19610412 1987 03 2 003

Mengetahui
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr
NIP. 19611101 1987 03 1 003

Tanggal Lulus :

iv

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Serang, Banten pada tanggal 13 Juli 1986.
Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Tubagus Ahmad Kurdi Yurani
(Alm) dan Durrotul Bahiyyah. Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1992
di SD Negeri 2 Cipocok Jaya dan lulus pada tahun 1998. Penulis melanjutkan
studi di SMP Negeri 3 Cipocok Jaya dan lulus pada tahun 2001, kemudian
melanjutkan studi di SMA Negeri 1 Cipocok Jaya dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2005 penulis mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB). Setelah satu tahun melalui
Tingkat Persiapan Bersama (TPB), tahun 2006 penulis diterima pada Mayor
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian. Pada tahun 2007 penulis
mengikuti magang Budidaya Anggrek di Balai Penelitian Tanaman Hias
(BALITHI) Cianjur selama satu bulan. Selama masa studi di IPB, penulis aktif di
Keluarga Mahasiswa Banten (KMB). Selain itu, penulis juga pernah menjadi
anggota Uni Konservasi Fauna (UKF). Penulis juga aktif sebagai anggota
Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) pada divisi Club Tanaman Hias dan
Buah (CTHB) pada tahun 2008 - 2009. Pada tahun 2009 penulis menjadi anggota
dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian yang
didanai oleh DIKTI. Pada tahun yang sama, penulis menjadi asisten praktikum
untuk mata kuliah Dasar Bioteknologi Tanaman. Penulis melakukan penelitian
pada bidang kultur jaringan tanaman dengan judul Perbanyakan Anggrek Spesies
Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Smith Melalui Proliferasi Tunas Adventif
Secara In Vitro dibawah bimbingan Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MS guna
menyelesaikan tugas akhirnya di IPB.

v

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan

skripsi

yang

berjudul

Perbanyakan

Anggrek

Spesies

Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Smith Melalui Proliferasi Tunas Adventif
Secara In Vitro.
Ucapan terimakasih Penulis sampaikan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Mamah, Babah (Alm), nenek, Teh Eva, Aa Lutfi, Teh anna, Ayi, Nia,
Fawaz, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu ikhlas dan sabar
dalam memberikan kasih sayang, cinta, do’a, semangat, serta dukungan
moril dan materil kepada penulis dalam menjalankan studi.
2. Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MS sebagai dosen pembimbing skripsi
yang selalu memberikan masukan dan arahan yang begitu besar
manfaatnya selama penelitian dan penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Dewi Sukma, MSi dan Ir. Dini Dinarti, MSi sebagai dosen penguji
yang telah memberikan masukan kepada penulis.
4. Prof. Dr. Ir. Bambang .S Purwoko, MSc sebagai dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan nasehat serta bimbingannya selama
perkuliahan.
5. Kepada teknisi lab, Pak Wasil dan rekan-rekan satu lab (Mba Neng, Seri,
Lina, Kang Asep, Mba Ai, Mba Okti, Kak Yogo) atas bantuannya selama
ini.
6. Seluruh teman-teman terbaik di Agronomi dan Hortikultura atas dorongan
dan do’a yang telah diberikan, serta semua pihak yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.

Bogor, April 2010

Penulis

vi

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................



DAFTAR ISI ...................................................................................................

vi 

DAFTAR TABEL ............................................................................................

vii 

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

viii 

PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan ....................................................................................................
Hipotesis.................................................................................................






TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith ..............................................
Perbanyakan Paphiopedilum Secara In Vitro.........................................
Multiplikasi Tunas Secara In Vitro ........................................................
Media MS (Murashige dan Skoog) dan KC (Knudson C) Pada
Perbanyakan Anggrek secara In Vitro ...................................................
Sitokinin .................................................................................................





10 
11 

BAHAN DAN METODE ................................................................................
Waktu dan Tempat .................................................................................
Bahan dan alat ........................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ...........................................................................
Pengamatan ............................................................................................

13 
13 
13 
15 
17 

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Keadaan Umum......................................................................................
Jumlah Planlet Mati dan Kontaminasi ...................................................
Jumlah Tunas .........................................................................................
Jumlah Daun ..........................................................................................
Jumlah Akar ...........................................................................................
Pembentukan Kalus................................................................................
Pembentukan Plb (Protocorm like bodies) ............................................

18 
18 
19 
20 
21 
25 
30 
34 

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan ............................................................................................
Saran.......................................................................................................

35 
35 
35 

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

36 

LAMPIRAN .....................................................................................................

39 

vii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Kombinasi Perlakuan Media (MS dan KC) dan BAP yang digunakan
didalam Penelitian Perbanyakan Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith
secara In Vitro ..............................................................................................

14

2. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Media (MS dan KC), BAP, dan
Interaksinya terhadap Jumlah Total Helai Daun Planlet Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST ..........................

21

3. Pengaruh Konsentrasi Media (MS dan KC) terhadap Jumlah Total Helai
Daun Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro
selama 16 MST ............................................................................................

22

4. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Total Helai Daun Planlet
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST .

24

5. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Media (MS dan KC), BAP, dan
Interaksinya terhadap Jumlah Total Akar Planlet Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST ..........................

25

6. Pengaruh Konsentrasi Media (MS dan KC) terhadap Jumlah Total Akar
Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama
16 MST ........................................................................................................

26

7. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Total Akar Planlet Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST ..........................

28

8. Pengaruh Konsentrasi Media (MS dan KC) terhadap Jumlah Planlet
Berkalus Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro pada
16 MST ........................................................................................................

30

9. Pengaruh Dua Taraf BAP terhadap Jumlah Planlet Berkalus
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro pada 16 MST.....

31

viii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Morfologi Bunga Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith ........................

5

2. Morfologi Tanaman Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith....................

5

3. Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith yang telah Berumur 1
Tahun 9 Bulan pada Media KC sebagai Sumber Bahan Tanaman ..............

13

4. Kondisi Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith pada Setiap
Kombinasi Perlakuan pada 16 MST .............................................................

18

5. Kontaminasi Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith akibat
Cendawan ......................................................................................................

19

6. Pencoklatan Daun Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith
secara In Vitro pada 13 MST ........................................................................

23

7. Pengaruh Dua Taraf BAP terhadap Pertumbuhan Daun Planlet
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST ..

23

8. Pengaruh Dua Taraf BAP terhadap Pertumbuhan Akar Planlet
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST ..

27

9. Akar Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith In Vitro yang
Mengalami Pencoklatan ................................................................................

29

10. Kondisi Akar Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith setelah 7
MST ............................................................................................................

29

11. Grafik Batang Persentase Planlet Berkalus Paphiopedilum
glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro terhadap Perlakuan Media (MS
dan KC) dan BAP pada 16 MST .................................................................

32

12. Pembentukan Kalus dari Akar Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J.
Smith In Vitro pada 16 MST .......................................................................

33

13. Perbedaan Kalus dari Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith
In Vitro secara Visual pada 16 MST ...........................................................

34

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Komposisi Media Robert Ernst (RE) ............................................................

40

2. Komposisi Media Dasar MS (Murashige dan Skoog) dan KC (Knudson
C) .................................................................................................................

40

3. Tata Letak Percobaan Perbanyakan Paphiopedilum glaucophyllum J.J.
Smith secara In Vitro.....................................................................................

41

4. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Media (MS dan KC) dan BAP
terhadap Jumlah Total Helai Daun Planlet Paphiopedilum glaucophyllum
J.J. Smith secara In Vitro ..............................................................................

42

5. Pengaruh Dua Taraf BAP terhadap Jumlah Total Helai Daun Planlet
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST .

44

6. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Media (MS dan KC) dan BAP
terhadap Jumlah Total Akar Planlet Paphiopedilum glaucophyllum J.J.
Smith secara In Vitro.....................................................................................

44

7. Pengaruh Dua Taraf BAP terhadap Jumlah Total Akar Planlet
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith secara In Vitro selama 16 MST .

46

8. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Media (MS dan KC) dan BAP
terhadap Persentase Planlet Berkalus Paphiopedilum glaucophyllum J.J.
Smith secara In Vitro.....................................................................................

46

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Paphiopedilum glaucophyllum adalah salah satu spesies dari genus
Paphiopedilum dalam famili Orchidaceae. Anggrek tersebut memiliki tipe
pertumbuhan simpodial yang titik tumbuhnya berhenti setelah tanaman
menghasilkan bunga. Secara umum tanaman dewasa yang telah selesai berbunga
akan menghasilkan tunas anakan (offshoot) dari bagian pangkal batang bawah.
Perbanyakan secara konvensional melalui pemisahan anakan tetapi membutuhkan
waktu yang cukup lama. Birk (1983) melaporkan bahwa dalam perbanyakan
Paphiopedilum sp. melalui pemisahan tunas anakan harus memperhatikan kondisi
pertumbuhannya yang tepat, yaitu telah memiliki akar yang cukup untuk
mendukung pertumbuhannya. Kondisi yang tepat untuk pemisahan dapat dicapai
dalam waktu dua sampai tiga tahun setelah muncul mata tunas anakan.
Paphiopedilum glaucophyllum yang berasal dari Pulau Jawa ini cukup
diminati penggemar anggrek. Perbanyakan jenis anggrek ini masih jarang
dilakukan oleh petani anggrek, hampir seluruh Paphiopedilum glaucophyllum
yang dipasarkan di Indonesia merupakan tanaman yang langsung diambil dari
hutan. Habitatnya yang sangat terbatas dan pertumbuhannya yang lambat
menyebabkan anggrek tersebut mudah hilang dari habitat aslinya, jika
perambahan untuk tujuan komersial tetap dilakukan. Cribb (1997) memperkirakan
25 dari 60 spesies Paphiopedilum yang terdapat di alam liar sangat terancam
keberadaanya, dengan penyebab utamanya adalah perambahan untuk tujuan
komersial. Perdagangan internasional terhadap spesies liar Paphiopedilum telah
dibatasi dengan menempatkan seluruh spesiesnya dalam Appendix I dari CITES
(Convention in Trade on Endangered Spesies of Flora and Fauna).
Metode perbanyakan tanaman secara in vitro melalui proliferasi tunas
adventif merupakan cara untuk mendapatkan tanaman dalam jumlah besar dalam
waktu singkat dan efisien. Tunas aksilar memiliki peluang yang lebih rendah
untuk menghasilkan tunas dalam jumlah besar dibandingkan melalui tunas
adventif. Planlet Paphiopedilum glaucophyllum memiliki batang yang pendek dan
jumlah ruas yang sedikit. Metode perbanyakan tanaman melalui proliferasi tunas

2
adventif dapat dijadikan jalan keluar yang tepat untuk mengatasi masalah
perbanyakan Paphiopedilum glaucophyllum. Tanaman dapat diperbanyak secara
in vitro dengan cara proliferasi tunas adventif pada medium dan lingkungan
tumbuh yang sesuai. Pengecambahan biji Paphiopedilum melalui metode in vitro
sering digunakan dalam perbanyakan Paphiopedilum, terutama untuk membantu
pengecambahan biji. Cara lain dalam perbanyakan in vitro Paphiopedilum adalah
menggunakan jaringan tanaman sebagai sumber eksplan. Ting-Yu et al (2002)
menggunakan ruas batang dari planlet Paphiopedilum philippinense (hibrida
PH59 dan PH60) sebagai eksplan yang diregenerasi secara in vitro menjadi
tanaman lengkap pada media MS (Murashige & Skoog) setengah konsentrasi dari
hara makro dan mikro yang ditambah TDZ dan 2.4-D.
Sitokinin dan auksin adalah zat pengatur tumbuh (ZPT) yang umum
dipakai sebagai tambahan pada media kultur in vitro untuk menghasilkan tanaman
lengkap dari eksplan tertentu. BAP dan 2.4-D digunakan sebagai perlakuan
pertama dalam percobaan ini, untuk menghasilkan proliferasi tunas dari planlet
tunggal Paphiopedilum glaucophyllum. Jenis media (media MS dan Knudson C)
pada berbagai konsentrasi akan digunakan sebagai perlakuan kedua. Kombinasi
dari perlakuan tersebut diharapkan akan memberikan hasil yang dapat mendukung
perbanyakan Paphiopedilum glaucophyllum secara in vitro.

Tujuan
1. Mempelajari pengaruh taraf konsentrasi jenis media dan BAP terhadap
daya proliferasi tunas adventif dari planlet Paphiopedilum glaucophyllum
secara in vitro.
2. Mendapatkan komposisi media yang optimal untuk perbanyakan
Paphiopedilum glaucophyllum melalui induksi proliferasi tunas adventif
secara in vitro.

Hipotesis
1. Diduga jenis media dan taraf konsentrasinya berpengaruh nyata terhadap
daya proliferasi tunas adventif Paphiopedilum glaucophyllum secara in
vitro.

3
2. Diduga zat pengatur tumbuh BAP berpengaruh nyata terhadap daya
proliferasi tunas adventif Paphiopedilum glaucophyllum secara in vitro.
3. Diduga terdapat interaksi yang nyata antara taraf konsentrasi jenis media
dan taraf konsentrasi BAP dalam menginduksi daya proliferasi tunas
adventif Paphiopedilum glaucophyllum secara in vitro.

TINJAUAN PUSTAKA
Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith
Paphiopedilum glaucophyllum pertama kali ditemukan oleh B.J.C. Verhey
pada tahun 1897 disekitar pegunungan dekat Turen di wilayah Jawa Timur, pada
ketinggian 200 sampai 300 meter diatas permukaan laut. Paphiopedilum
glaucophyllum merupakan anggrek tropis yang hanya ditemukan di pulau Jawa,
tersebar disekitar pegunungan wilayah barat sampai timur. Habitat dari anggrek
ini bervariasi pada setiap daerah, tetapi secara umum merupakan anggrek litofit
yang habitatnya pada lereng gunung yang curam dan terbuka, tidak ternaungi oleh
pepohonan besar. Sebagian besar spesies Paphiopedilum glaucophyllum
ditemukan tumbuh pada batuan kapur lapuk yang dilapisi lumut dan humus
dibagian permukaannya (Cribb, 1998).
Ukuran tanaman Paphiopedilum glaucophyllum sedang, bentuk daun
sedikit oblong-elliptic sampai loriform dengan ujung tumpul membulat, dengan
panjang 20 – 28.5 cm dan lebar 4.5 – 5.3 cm. Warna daun hijau dan memiliki pola
yang cukup jelas saat masih muda, kemudian memudar saat daun telah dewasa.
Jumlah daun sekitar empat sampai enam pada setiap tanaman. Panjang tangkai
bunga 15 – 20 cm dengan warna dasar hijau serta motif ungu yang jelas dan bulu
yang halus. Satu tangkai bunga dapat membentuk bunga sampai dua puluh kali
atau lebih, dengan menghasilkan satu bunga secara berulang dari tangkai yang
sama (sequential), bunga selanjutnya akan berkembang setelah bunga pertama
gugur. Bunganya memiliki stamen dan pistill, serta alat perhiasan bunga yang
terdiri dari dorsal sepal, synsepal, labellum, dan sepal, seperti disajikan pada
Gambar 1. Sebagian besar spesies Paphiopedilum umumnya secara alami
menyerbuk silang dengan bantuan serangga (Cribb, 1998).

5

Gambar 1. Morfologi Bunga Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith
Reproduksi secara alami dapat melalui biji (secara generatif) ataupun tunas
anakan yang muncul dari bagian pangkal batang (secara vegetatif). Biji dalam
buah mencapai fase kematangan antara sembilan sampai dua belas bulan setelah
terjadi fertilisasi. Buah yang matang dan cukup kering akan pecah dan biji akan
tersebar dengan bantuan angin. Perkecambahan akan terjadi segera setelah biji
tersebar pada tanah yang tertutup humus dan gelap atau pada media tumbuh yang
sesuai. Protocorm yang terbentuk setelah perkecambahan menghasilkan rizoid
yang bersimbiosis dengan mikoriza. Secara vegetatif, tanaman dewasa dapat
menghasilkan tunas pada pangkal batang yang akan berkembang sebelum
tanaman

induk

selesai

berbunga

(Cribb,

1997).

Morfologi

tanaman

Paphiopedilum glaucophyllum disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Morfologi Tanaman Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith

6
Tanaman dalam famili anggrek memiliki keragaman yang sangat luas.
Klasifikasi anggrek dapat dilakukan berdasarkan banyak faktor seperti morfologi
(terutama bunga), karakteristik pertumbuhan vegetatif, ekologi, penyerbukan
(mekanisme dan vektor), sitologi dan sitogenetik, evolusi, biokimia, fitokimia,
dan anatomi (Arditti, 1998).
Taksonomi Paphiopedilum glaucophyllum adalah sebagai berikut (Cribb, 1998) :
Famili

: Orcidaceae

Sub famili

: Cypripedioideae

Genus

: Paphiopedilum

Spesies

:P. glaucophyllum

Perbanyakan Paphiopedilum Secara In Vitro
Perbanyakan Paphiopedilum melalui perkecambahan biji secara in vitro
sangat baik untuk diterapkan. Usaha untuk mengecambahkan biji anggrek
dilakukan secara simbiotik, sebelum ditemukannya metode perbanyakan tanaman
secara in vitro. Metode simbiotik dilakukan dengan menebarkan biji anggrek pada
permukaan media atau kompos dari tanaman induk. Keberhasilan biji untuk dapat
berkecambah melalui metode tersebut sangat kecil, hanya sekitar 10 persen.
Metode in vitro dapat mengecambahkan biji anggrek dengan persentase biji
berkecambah sampai dengan 100 %. Perbanyakan Paphiopedilum secara
konvensional sangat lambat, metode pengecambahan biji anggrek secara in vitro
dapat mempercepat perbanyakannya (Bennet, 1985). Anggrek tertentu memiliki
kriteria yang lebih khusus agar mampu berkecambah dengan baik pada media in
vitro. Paphiopedilum merupakan salah satu anggrek yang membutuhkan media
khusus untuk perkecambahan bijinya. Media RE merupakan formulasi media
yang sangat baik untuk perkecambahan Paphiopedilum secara in vitro (Arditti,
1992). Komposisi media RE disajikan pada Lampiran 1.
Regenerasi tanaman secara in vitro dapat dilakukan secara tidak langsung
melalui pembentukan kalus yang memiliki sifat totipotensi. Kalus totipotensi
dapat diinduksi dari biji, seperti yang dilakukan pada biji Paphiopedilum hibrida
hasil

persilangan

antara

Paphiopedilum

callosum

dan

Paphiopedilum

lawrenceanum. Pembentukan dan proliferasi kalus dari biji hasil persilangan

7
kedua spesies tersebut diperoleh pada media yang ditambahkan kombinasi
Thidiazuron (TDZ) dan 2.4-D. Penambahan kombinasi TDZ dan 2.4-D ke media
pada konsentrasi 1 mg/l dan 5 mg/l memberikan hasil yang baik dalam
memelihara kalus tetap pada kondisi proliferasi. Kalus yang dihasilkan kemudian
menunjukkan kemampuan regenerasinya saat dilakukan pemindahan pada media
baru yang diformulasikan untuk regenerasi planlet. Penginduksian kalus pada
media dengan penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang sama dari eksplan
batang, ujung akar, dan daun Paphiopedilum hibrida tersebut menghasilkan kalus
yang perkembangannya sangat lambat (Yung-Haw et al, 2000).
Perbanyakan Paphiopedilum philippinense hibrida (hibrida PH59 dan
PH60) dapat dilakukan dengan cara multiplikasi tunas dan regenerasi tanaman
dari eksplan batang berbuku tanaman in vitro. Zat pengatur tumbuh yang
digunakan adalah Thidiazuron (TDZ) dan 2.4-D (Ting-Yu et al, 2002). Tunas
adventif dapat terbentuk dari eksplan daun pada hibrida PH59 tanpa menggunakan
ZPT dalam kondisi gelap selama satu bulan, pada modifikasi media MS. Eksplan
daun pada Hibrida PH60 tidak membentuk tunas pada kondisi yang sama (TingYu et al, 2004). Jumlah tunas per eksplan dapat meningkat atau terhambat dengan
penambahan TDZ dan 2.4-D. Konsentrasi 1 mg/l TDZ dapat meningkatkan
jumlah tunas per eksplan pada Hibrida PH59. Perlakuan 1 mg/l 2.4-D ditambah
0.12 mg/l TDZ dapat mendorong pembentukan tunas pada Hibrida PH60.
Paphiopedilum philippinense hibrida menunjukkan respon yang berbeda terhadap
masing-masing perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
regenerasi tanaman dipengaruhi oleh faktor genotipe (Ting-Yu et al, 2004).

Multiplikasi Tunas Secara In Vitro
Multiplikasi tunas merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan
dalam perbanyakan tanaman secara in vitro. Multiplikasi tunas dapat diinduksi
dari mata tunas aksilar ataupun dari benih yang ditanam pada media yang
mengandung sitokinin. Tunas aksilar atau tunas adventif akan tumbuh dan
selanjutnya di subkultur. Tahapan dalam perbanyakan melalui multiplikasi tunas
secara langsung diawali dengan tahap inisiasi yang dilanjutkan dengan tahap
multiplikasi tunas. Pada kedua tahap tersebut dapat terjadi pada media yang sama

8
tanpa melalui pemindahan ke media baru. Tahap selanjutnya adalah pengakaran
tunas adventif yang telah dihasilkan untuk mendapatkan planlet. Perbanyakan
melalui multiplikasi tunas merupakan metode yang banyak digunakan dalam
perbanyakan tanaman secara in vitro karena selain cepat juga memiliki peluang
yang kecil untuk terjadinya penyimpangan secara genetik (Wiendi et al, 1991).
Perbanyakan tanaman secara in vitro terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis tanaman, diantaranya adalah :
1. Genotipe dari sumber bahan tanaman yang digunakan
2. Fisiologi jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan
3. Media, mencakup tentang komponen penyusun media dan juga zat
pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan
4. Lingkungan tumbuh, yaitu keadaan fisik tempat kultur ditumbuhkan.
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi dan harus bersinergis satu dengan
lainnya sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan optimal
dan diperoleh tanaman lengkap (Wiendi et al, 1991).
Terdapat lima tipe dasar dalam regenerasi tanaman secara vegetatif pada
perbanyakan tanaman secara in vitro, yaitu pemanjangan pucuk meristem
(meristem-tip

elongation),

pembentukan

tunas

samping

(axyllary

shoot

production), inisiasi tunas adventif (adventitious shoot initiation), organogenesis,
dan embriogenesis. Pembentukan tunas samping adalah titik tumbuh samping dari
eksplan pada bagian atas dari buku dan bawah meristem apikal yang terstimulasi
untuk tumbuh. Pertumbuhan dari tunas samping tersebut menghasilkan
multiplikasi yang cepat dimana jumlah tanaman yang diperoleh meningkat secara
eksponensial melalui subkultur berulang (Hartmann dan Kester, 1983).
Induksi tunas adventif secara langsung dari akar, daun, dan organ lain dari
tanaman merupakan metode yang umum digunakan dalam perbanyakan tanaman
secara in vitro. Eksplan hasil pemotongan bagian tanaman mampu diinduksi
membentuk tunas adventif. Tunas adventif dapat berkembang secara langsung
dari eksplan itu sendiri atau secara tidak langsung melalui pembentukan kalus
terlebih dahulu. Pembentukan tunas adventif secara umum mampu menghasilkan
rataan multiplikasi yang lebih tinggi dibandingkan dari tunas samping. Pada
organogenesis, terjadi inisiasi tunas adventif dan akar secara bersamaan dari

9
kalus. Organogenesis diawali dari peningkatan jumlah vakuola dan sebagian besar
sel parenkima pada kalus mampu berkembang menjadi meristemoid, kemudian
mengalami inisiasi menjadi organ pada kondisi kultur in vitro yang sesuai. Proses
tersebut sama dengan inisiasi tunas adventif dari eksplan, yang berbeda adalah
periode proliferasi kalus (Hartmann dan Kester, 1983).
Multiplikasi merupakan suatu tahap dalam perbanyakan tanaman secara in
vitro yang bertujuan meningkatkan jumlah propagula tanaman yang kemudian
diakarkan sehingga menghasilkan tanaman lengkap. Multiplikasi tunas vegetatif
bergantung pada pembentukan tunas samping atau inisiasi tunas adventif dari
jaringan dibagian dasar tunas yang membentuk kalus. Multiplikasi akan terus
terjadi dengan interval yang tetap dan pada tahap yang berurutan. Kemampuan
untuk multiplikasi tunas dipengaruhi spesies tanaman dan metode perbanyakan
yang digunakan. Kondisi kultur yang ideal dapat meningkatkan multiplikasi tunas.
Keberhasilan multiplikasi dapat dilihat dari planlet yang dihasilkan, yaitu
memiliki ukuran seragam dan dapat segera tumbuh pada media baru (Hartmann
dan Kester, 1983).
Massa dari propagula tanaman yang telah membentuk banyak tunas harus
diketahui batas kritisnya, jika terlalu banyak harus dilakukan pemisahan dan
dipindahkan pada media baru (subkultur). Pemanjangan pada satu tunas saja dapat
menghambat sejumlah besar tunas lainnya. Masalah tersebut dapat diatasi dengan
meletakan massa dari propagula tanaman secara horizontal pada media untuk
multiplikasi selanjutnya, atau dilakukan pemisahan dahulu sebelum dipindahkan
ke media baru. Frekuensi subkultur sangat penting, jika terlambat dapat
menyebabkan deteriorasi dan lambat untuk memperbaiki pertumbuhannya.
Subkultur mungkin diperlukan setelah dua sampai empat minggu dan kondisi
kultur in vitro harus disesuaikan dengan pertumbuhan yang semakin memanjang
(Hartmann dan Kester, 1983).
Pemilihan ZPT yang sesuai dan konsentrasi yang optimum dalam media
kultur in vitro sangat penting untuk dapat menghasilkan planlet yang seragam
(Hartmann dan Kester, 1983). Penggunaan auksin rendah dan sitokinin tinggi
secara umum dapat menginduksi pembentukan tunas dari kalus. Sitokinin yang
tinggi digunakan untuk menghasilkan proliferasi tunas samping (axillary shoot),

10
konsentrasi yang biasa digunakan adalah 1 mg/l sampai 5.63 mg/l. Auksin tidak
mendorong pembentukan tunas samping, tetapi penambahan auksin rendah
membantu dalam mengendalikan pengaruh konsentrasi sitokinin yang lebih tinggi
pada pemanjangan tunas samping dan memperbaiki pertumbuhan tunas secara
normal (Chawla, 2002).

Media MS (Murashige dan Skoog) dan KC (Knudson C) Pada Perbanyakan
Anggrek secara In Vitro
Media KC (Knudson C) dan VW (Vacin dan Went) merupakan media
yang paling umum digunakan dalam perbanyakan anggrek secara in vitro, baik
untuk perkecambahan biji ataupun perbanyakan klonal menggunakan jaringan
meristem (mericlone) (George dan Sherrington, 1984). Dua media tersebut
didisain secara khusus untuk perkecambahan biji anggrek. Komposisi hara
mineralnya lebih sederhana dibandingkan dengan media yang digunakan untuk
kultur jaringan tanaman lain, salah satunya media MS (Murashige dan Skoog)
(Goh,

1990).

Banyak

faktor

yang

mempengaruhi

pertumbuhan

dan

perkecambahan biji anggrek secara in vitro, salah satunya adalah hara mineral
dalam media. Kebutuhan hara mineral pada anggrek, khususnya untuk
perkecambahan biji, secara umum membutuhkan media yang memiliki unsur hara
sederhana dan konsentrasi rendah. Media KC dan VW sangat baik digunakan
untuk perkecambahan biji anggrek (Chawla, 2002). Media KC banyak digunakan
dalam perbanyakan anggrek secara in vitro, terutama untuk pengecambahan biji
(Suryowinoto, 1996).
Media MS telah digunakan secara luas untuk berbagai keperluan
perbanyakan tanaman secara in vitro. Dalam perkembangannya, media MS
menunjukkan komposisi nutrisi yang penting serta konsentrasinya yang sesuai
bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Chawla, 2002). Media MS
digunakan dalam perbanyakan klonal beberapa anggrek simpodial (Cattleya,
Brassavola, Dendrobium, Miltonia, dan Brassia) dan monopodial (Phalaenopsis,
Ascocentrum, Aerides, dan Neofinetia) sebagai media inisiasi, proliferasi, dan
perakaran (Jones dan Tisserat, 1990). Media dasar MS dan modifikasinya
digunakan dalam perbanyakan in vitro anggrek Cymbidium aloifolium dan

11
Dendrobium nobile, dengan eksplan yang digunakan adalah potongan melintang
batang (thin cross section) dari ruas batang planlet in vitro (Nayak et al, 2002).
Induksi kalus dari eksplan tunas planlet in vitro Dendrobium fimbriatum var.
Oculatum menggunakan modifikasi media KC (Roy dan Banerjee, 2003).
Pada perbanyakan anggrek Satyrium nepalense melalui pengecambahan
biji secara in vitro, biji yang ditanam pada media MS menunjukan persentase
berkecambah tertinggi, yaitu 60.5 %. Pada media KC, persentase biji
berkecambah 40 %. Embrio pada media MS mengalami pembesaran dan
berkembang mengarah pada pembentukan protocorm. Pada media KC, embrio
tetap dalam kondisi pembesaran. Protocorm menunjukan perke