Penggerombolan dan Posisi Relatif Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Terhadap Beberapa Indikator Pendidikan dan KesehatanPenggerombolan dan Posisi Relatif Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Terhadap Beberapa Indikator Pendidikan dan Kesehatan

PENGGEROMBOLAN DAN POSISI RELATIF KECAMATAN DI
KABUPATEN PURWAKARTA TERHADAP BEBERAPA INDIKATOR
PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

ADITYA SUBUR PURWANA
G14103037

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN
ADITYA SUBUR PURWANA. Penggerombolan dan Posisi Relatif Kecamatan di Kabupaten
Purwakarta terhadap beberapa Indikator Pendidikan dan Kesehatan. Dibawah bimbingan Bapak
Farit Mochamad Afendi, S.Si, M.Si dan Bapak Dr.Ir.R. Waluyo Sakarsono, CES, DEA.
Keberhasilan pembangunan dalam suatu daerah salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber
daya manusia. Pendidikan dan kesehatan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan antara lain bertujuan agar
semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan secara mudah, murah
dan merata. Agar melalui upaya tersebut diharapkan bisa mencapai derajat pendidikan dan

kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Di Kabupaten Purwakarta memerlukan penambahan guru SD dan SMP agar tercapai rasio
yang efektif (1:23). Pada rasio sekolah yang besar memerlukan pembatasan jumlah siswa ataupun
penambahan ruang kelas. AMH seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Purwakarta berada di
atas standar yang ada (80%) dan hanya Kecamatan Purwakarta saja yang RLS-nya berada di atas
9 tahun. Perlu adanya sekolah (SD, SMP dan SMA) pada setiap Kecamatan di Kabupaten
Purwakarta yang seimbang dengan jumlah siswa dan diimbangi dengan jumlah guru agar bisa
meningkatkan APM, AMH dan RLS yang ada di Kabupaten Purwakarta sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan kualitas SDM yang ada di Kabupaten Purwakarta. Serta perlu adanya fasilitas,
SDM kesehatan dan program pemerintah di setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan SDM
yang ada di Kabupaten Purwakarta.
Dari gerombol yang dihasilkan terungkap bahwa masih ada perbedaan dalam tingkat
keberhasilan pembangunan khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan di Kabupaten
Purwakarta. Dari gerombol yang terbentuk berdasarkan beberapa indikator pendidikan dihasilkan
tiga kecamatan yang tergolong baik, 13 kecamatan cukup baik dan satu kecamatan tergolong
kurang baik. Sedangkan gerombol yang terbentuk berdasarkan beberapa indikator kesehatan
dihasilkan satu kecamatan tergolong baik, satu kecamatan tergolong cukup baik dan 15 kecamatan
tergolong kurang baik.
Hasil analisis biplot berdasarkan beberapa indikator pendidikan dan kesehatan menunjukan

ada beberapa Kecamatan yang mempunyai karakteristik yang sama dan mempunyai nilai besar
maupun kecil pada peubah tertentu.

PENGGEROMBOLAN DAN POSISI RELATIF KECAMATAN DI
KABUPATEN PURWAKARTA TERHADAP BEBERAPA INDIKATOR
PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

Oleh :
Aditya Subur Purwana
G14103037

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Departemen Statistika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Judul

: PENGGEROMBOLAN DAN POSISI RELATIF
KECAMATAN DI KABUPATEN PURWAKARTA
TERHADAP BEBERAPA INDIKATOR
PENDIDIKAN DAN KESEHATAN
: Aditya Subur Purwana
: G14103037

Nama
NRP

Menyetujui :

Pembimbing I,

Pembimbing II,


Farit Mochamad Afendi, S.Si, M.Si
NIP. 132314007

Dr.Ir.R. Waluyo Sakarsono, CES, DEA
NIP. 110047150

Mengetahui :

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS
NIP. 131473999

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 23 Desember 1984 sebagai anak ke empat dari
empat bersaudara pasangan Bapak OMIN, B.A (Alm) dan R. Eni Nuraeni.
Pada tahun 1997 Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di SDN Tegal Munjul III

Purwakarta. Kemudian dilanjutkan di SMPN 1 Purwakarta hingga tahun 2000. Pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan Pendidikan Menengah Atas di SMAN 2 Purwakarta dan pada tahun yang
sama diterima di Departeman Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB ( USMI ).
Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan
profesi Gama Sigma Beta sebagai staf Departemen Keilmuan periode 2003/2004 dan 2004/2005,
Perhimpunan Mahasiswa Purwakarta cabang Bogor sebagai ketua umum cabang tahun 2005/2006
dan Pengurus Besar Perhimpunan Mahasiswa Purwakarta sebagai ketua IV (bidang Sosial dan
Kemasyarakatan) tahun 2005/2007. Penulis pernah menjadi tim surveyor Departemen Dalam
Negeri pada tahun 2006 dan Petugas Supervisor Pelaporan Quick Count Pilkada DKI Jakarta pada
tahun 2007. Praktik lapang dilakukan Penulis di Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat
pada bulan Februari-Mei 2007. Penulis sampai saat ini magang di PT. Danareksa Sekuritas debt
riset (Fixed Income Research) serta Penulis pernah menjadi juara IV kompetisi Statistika antar
mahasiswa se-Indonesia dalam rangkaian acara Statistika Ria pada tahun 2006.

PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan umatnya hingga
akhir zaman.

Terima kasih Penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
karya ilmiah ini, terutama kepada :
• Bapak Farit Mochamad Afendi, S.Si, M.Si dan Bapak Dr.Ir.R. Waluyo Sakarsono, CES, DEA
terima kasih atas segala bimbingan, saran dan kritik sehingga karya ilmiah ini dapat
diselesaikan.
• Bapak (Alm), Mamah, Aa, teteh dan keponakan yang aku sayangi atas do’a, materi, semangat
dan kasih sayang yang tak pernah berhenti mengalir buat Penulis.
• Segenap staf pengajar Departemen Statistika FMIPA IPB terima kasih atas pengajaran yang
diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi dan karya ilmiah ini.
• Seluruh staf pegawai Departemen Statistika FMIPA IPB : Bu Sulis, Bu Marqonah, Bu Dedeh,
Pa’ Ian, Bang Sudin, Mang Dur, Mang Herman dan Bu Aat yang selalu setia mendampingi
dan membantu segala keperluan yang menyangkut penyelesaian karya ilmiah ini.
• Kang Deni, Misbah, Edo, Arief dan Rara terima kasih bantuannya.
• Anggoro, Rani, Vina, Adiest, Yuni, Mami, Mey, ArieD, ArieL, Yudi, Rio, Ipunk, Daus, Bayu,
Agus “kokom”, Rosit dan rekan-rekan sahabat Statistika 40 yang tidak bisa Penulis sebutkan
satu per satu dan Tim pembahas seminar-Ku.
• Adik-adik Statistika angkatan 41 Zul, Ratih Nurmasari, Renita dan yang tidak bisa Penulis
sebutkan satu per satu serta adik-adik Statistika angkatan 42 semangat ya.
• Teman-teman kostan Batosai, Kang Deni, Agus, Christ “Jono”, Bos “Andre”, Bos “Iwan”,
Greg dan Kang Misbah.

• Bapak Ir. H. Gatot Sriyono, drh. Yosi Irianto dan Drs. Endang Koswara, M.Si terima kasih
atas bimbingannya.
• Semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada Penulis yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, masih banyak
kekurangan dalam karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2007

Aditya Subur Purwana

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
Indikator ..............................................................................................................................

Pendidikan ...........................................................................................................................
Kesehatan ............................................................................................................................
Indikator Pendidikan ...........................................................................................................
Indikator Kesehatan ............................................................................................................
Analisis Gerombol .............................................................................................................
Analisis Biplot ....................................................................................................................

1
2
2
2
2
2
3

BAHAN DAN METODE
Bahan .................................................................................................................................. 4
Metode ................................................................................................................................ 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pendidikan Di Kabupaten Purwakarta ................................................................

Penggerombolan Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Berdasarkan Beberapa Indikator
Pendidikan ...........................................................................................................................
Hasil Analisis Biplot Berdasarkan Beberapa Indikator Pendidikan ....................................
Deskripsi Kesehatan Di Kabupaten Purwakarta .................................................................
Penggerombolan Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Berdasarkan Beberapa Indikator
Kesehatan ............................................................................................................................
Hasil Analisis Biplot Berdasarkan Beberapa Indikator Kesehatan .....................................

6
7
9
10
10
12

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .............................................................................................................................. 13
Saran .................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 13
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 14


DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Daftar Objek Pengamatan .................................................................................................... 5

2.

Daftar Indikator Pendidikan dan Kodenya .......................................................................... 5

3.

Daftar Indikator Kesehatan dan Kodenya ............................................................................ 5

4.

Daftar anggota masing-masing gerombol berdasarkan beberapa indikator
pendidikan ............................................................................................................................ 8


5.

Daftar anggota masing-masing gerombol berdasarkan beberapa indikator
kesehatan .............................................................................................................................. 11

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta .................................................................. 15

2.

Boxplot Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta .................................................... 16

3.

Nilai Korelasi antar peubah Indikator Pendidikan ............................................................... 17

4.

Dendogram hasil penggerombolan kecamatan di Kabupaten Purwakarta
berdasarkan beberapa indikator Pendidikan ......................................................................... 18

5.

Nilai rata-rata peubah dan kategori di setiap gerombol ....................................................... 18

6.

Kriteria untuk setiap kategori ............................................................................................... 19

7.

Peta Kabupaten Purwakarta Hasil Penggerombolan berdasarkan beberapa Indikator
Pendidikan ........................................................................................................................... 19

8.

Hasil Analisis Biplot berdasarkan beberapa Indikator Pendidikan ...................................... 20

9.

Indikator Kesehatan di Kabupaten Purwakarta ................................................................... 21

10. Boxplot Indikator Kesehatan di Kabupaten Purwakarta ....................................................... 22
11. Boxplot dan Tabel Jumlah Penduduk di Kabupaten Purwakarta ......................................... 23
12. Nilai Korelasi antar peubah Indikator Kesehatan ................................................................. 23
13. Dendogram hasil penggerombolan kecamatan di Kabupaten Purwakarta
berdasarkan beberapa indikator Kesehatan .......................................................................... 24
14. Nilai rata-rata peubah dan kategori di setiap gerombol ....................................................... 24
15. Kriteria untuk setiap kategori ............................................................................................... 25
16. Peta Kabupaten Purwakarta Hasil Penggerombolan berdasarkan beberapa Indikator
Kesehatan ............................................................................................................................ 25
17. Hasil Analisis Biplot berdasarkan beberapa Indikator Kesehatan ........................................ 26

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Purwakarta memiliki posisi
yang strategis karena terletak diantara
perlintasan yang sangat strategis yaitu jalur
Bandung-Purwakarta, Jakarta-Purwakarta dan
Cirebon-Purwakarta. Selain itu didukung juga
dengan adanya jalan tol Bandung-Cikampek
dan Jakarta-Cikampek yang berujung di
wilayah Kabupaten Purwakarta. Sehingga
posisi ini menjadikan Kabupaten Purwakarta
potensial dalam berbegai sektor pembangunan,
yang tentu saja hal ini harus didukung dengan
adanya SDM yang ada di Kabupaten
Purwakarta (Purwakarta, 2007).
Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten
Purwakarta periode sekarang (2003-2008)
memiliki visi dan misi pembangunan dengan
landasan pembangunan (Basic Core) yang
terdiri dari tiga parameter, yaitu Pendidikan,
Kesehatan dan Agama.
Keberhasilan pembangunan, sekarang ini
lebih
ditekankan
kepada
keberhasilan
pembangunan
manusia
yang
diimplementasikan
ke
dalam
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) (Menkokesra,
2007). IPM ini terdiri dari tiga parameter, yaitu
Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi.
Penelitian
ini
ingin
mengetahui
pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemda
Kabupaten Purwakarta berdasarkan parameter
Basic Core dan IPM (Pendidikan dan
Kesehatan) selama masa periode 2003-2005.
Dewasa ini pendidikan dan kesehatan
masyarakat
merupakan
syarat
dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
dimana pendidikan dan kesehatan merupakan
bagian dari parameter yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan pembangunan manusia.
Tingkat partisipasi sekolah yang menunjukan
minat dan kemampuan masyarakat dalam
proses belajar, serta tingkat/derajat kesehatan
masyarakat tentu harus diimbangi dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang ada
(BPS 2006).
Pendidikan dan kesehatan merupakan
variabel
yang
sangat
penting
dalam
pembangunan dan keberlangsungan generasi
penerus suatu daerah, namun dengan
kompleksnya permasalahan pendidikan dan
kesehatan maka diperlukan langkah-langkah
yang lebih terarah dalam menyusun rencana
penetapan pola pendidikan dan kesehatan
berdasarkan daerah dan pola kehidupan
masyarakat di daerah tersebut.

Pembangunan bidang pendidikan dan
kesehatan antara lain bertujuan agar semua
lapisan masyarakat memperoleh pelayanan
pendidikan dan kesehatan secara mudah, murah
dan merata. Agar melalui upaya tersebut
diharapkan bisa mencapai derajat pendidikan
dan kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Perbedaan kemampuan masyarakat di
setiap daerah menjadikan pemerintah agar
dapat
mengidentifikasi
permasalahan
pendidikan dan kesehatan dengan tepat dan
dapat memberikan solusi yang sesuai dengan
kebutuhan daerahnya. Metode yang dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi
permasalahan dan karakteristik daerah adalah
analisis gerombol dan analisis biplot.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Menggambarkan kondisi pendidikan dan
kesehatan di Kabupaten Purwakarta.
2. Penggerombolan Kecamatan di Kabupaten
Purwakarta
berdasarkan
beberapa
indikator pendidikan dan kesehatan.
3. Melihat
posisi
relatif
KecamatanKecamatan di Kabupaten Purwakarta
terhadap indikator pendidikan dan
kesehatan.
4. Mengevaluasi Kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Purwakarta berdasarkan basic
core pembangunan dari tahun 2003-2005.
5. Memberikan
saran
kepada
Pemda
Kabupaten Purwakarta terkait hasil analisis
yang digunakan.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan acuan bagi Pemerintah Daerah, Dinas
Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Dewan
Pendidikan
Kabupaten Purwakarta untuk
meningkatkan kualitas Pendidikan dan
Kesehatan yang ada di Kabupaten Purwakarta.
1.

TINJAUAN PUSTAKA
Indikator
Indikator
adalah
petunjuk
yang
memberikan indikasi tentang suatu keadaan
dan merupakan refleksi dari keadaan tersebut
Dengan kata lain, indikator merupakan variabel
penolong dalam mengukur suatu keadaan yang
nilainya tidak bisa diukur secara langsung
(BPS 2006).

1

Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat (wikipedia,
2007).

3.

4.

Kesehatan
5.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (wikipedia, 2007).

6.

Indikator Pendidikan
Indikator pendidikan yang digunakan
untuk mengindikasikan kualitas pendidikan
yaitu :
1. Rasio siswa-guru menunjukan jumlah
siswa yang berada di bawah pengawasan
seorang guru. Jika rasio siswa-guru kecil
berarti harus ada pendistribusian guru dan
jika besar berarti harus ada penambahan
jumlah guru agar rasio siswa-guru menjadi
seimbang.
2. Rasio siswa-sekolah menunjukan jumlah
siswa dalam satu sekolah. Jika rasio ini
besar maka harus ada penambahan jumlah
ruang kelas atau pembatasan jumlah siswa.
3. Angka partisipasi murni adalah persentase
penduduk usia sekolah yang bersekolah
dalam suatu jenjang pendidikan terhadap
penduduk usia normal pada jenjang
tersebut.
4. Angka melek huruf adalah persentase
penduduk usia 10 tahun keatas yang bisa
membaca dan menulis huruf latin.
5. Rata-rata lama sekolah yaitu rata-rata
tingkat pendidikan yang dicapai oleh
penduduk usia 10 tahun keatas (dalam
hitungan tahun).
Indikator Kesehatan
Indikator kesehatan yang digunakan untuk
mengindikasikan kualitas kesehatan yaitu :
1. Rasio RSU yaitu banyaknya rumah sakit
umum yang ada di Kecamatan baik swasta
maupun
milik
Pemerintah
setelah
dirasiokan terhadap jumlah penduduk.
2. Rasio Rumah Bersalin yaitu banyaknya
rumah bersalin yang ada di Kecamatan

7.

8.

9.

setelah dirasiokan terhadap jumlah
penduduk.
Rasio Puskesmas yaitu banyaknya sub
bagian dari pelayanan kesehatan yang
melayani keluhan kesehatan di daerah
pedesaan, tempat kontrol dari sistem
kesehatan masyarakat dilingkungannya
setelah dirasiokan terhadap jumlah
penduduk.
Rasio Apotek yaitu banyaknya tempat
yang menjual obat-obatan untuk keperluan
masyarakat disekitarnya setelah dirasiokan
terhadap jumlah penduduk.
Rasio Dokter yaitu banyaknya tenaga
medis ahli yang menangani berbagai
keluhan kesehatan masyarakat setelah
dirasiokan terhadap jumlah penduduk.
Rasio Perawat yaitu banyaknya tenaga
bantu dalam melayani kesehatan di RSU,
Puskesmas dan lainnya setelah dirasiokan
terhadap jumlah penduduk.
Rasio Bidan yaitu banyaknya tenaga ahli
penolong
persalinan
dan
keluhan
kesehatan lainnya setelah dirasiokan
terhadap jumlah penduduk.
Rasio Kematian bayi yaitu banyaknya
kematian bayi yang ada di Kecamatan
setelah dirasiokan terhadap jumlah
penduduk.
Rasio Balita gizi buruk yaitu banyaknya
balita gizi buruk yang ada di Kecamatan
setelah dirasiokan terhadap jumlah
penduduk.
Analisis Gerombol

Analisis gerombol merupakan suatu
metode peubah ganda untuk mengelompokan n
objek pengamatan ke dalam m gerombol (m≤n)
berdasarkan
karakteristik-karakteristiknya
(Johnson & Winchern, 2002).
Tujuan dari penggerombolan ini untuk
menemukan
gerombol
alamiah
dari
sekumpulan unit pengamatan, dengan harapan
keragaman antar unit pengamatan dalam
gerombol lebih homogen (mirip) dibandingkan
keragaman antar unit pengamatan yang berbeda
gerombol (Jolliffe, 2002).
Prinsip analisis gerombol didasarkan pada
ukuran kemiripan atau ketakmiripan dari setiap
individu (objek), yang dinyatakan dalam fungsi
jarak (Johnson & Winchern, 2002).
Salah satu ukuran jarak yang paling sering
digunakan adalah ukuran jarak euclid yang
didefinisikan sebagai berikut:
 p
2
d ij = ∑ (X ik − X jk ) 

 k =1

1

2

.............(1)

2

dengan :
dij = jarak antara objek ke-i dan objek ke-j
Xik = nilai objek ke-i pada peubah ke-k
Xjk = nilai objek ke-j pada peubah ke-k
p = banyaknya peubah yang diamati.
Kemiripan antara dua unit pengamatan semakin
dekat jika dij semakin kecil.
Jika satuan pengukuran data tidak sama,
maka perlu dilakukan transformasi data awal
ke bentuk baku (Z) sebelum jarak antar objek
dihitung (Jolliffe, 2002). Pembakuan tersebut
berguna untuk mengurangi keragaman akibat
perbedaan satuan pengukuran.
Jika terjadi korelasi antar peubah yang
diamati, maka dapat dilakukan transformasi
terhadap data awal dengan melakukan Analisis
Komponen Utama (AKU) (Jolliffe, 2002).
Akan tetapi, menurut Jolliffe (2002) jarak
euclid antara dua pengamatan dengan atau
tanpa transformasi komponen utama akan sama
bila seluruh komponen utama digunakan.
Selain itu, penelitian ini tidak bertujuan untuk
mereduksi peubah dan komponen utama ada
kalanya sulit diinterpretasikan (Sartono, 2003)
sehingga AKU tidak digunakan dalam
penelitian ini.
Cara lain yang dapat ditempuh jika
terdapat korelasi antar peubah adalah
menggunakan ukuran jarak mahalanobis
sebagai ukuran kedekatan, yaitu:
d (x, y ) =

(x

i

) (

)

'
− y i S −1 x i − y i .........(2)

di mana S adalah matriks ragam peragam
contoh. Namun tanpa pengetahuan awal dari
gerombol yang ada maka nilai S tidak dapat
ditentukan (Johnson & Wichern, 2002). Karena
itulah maka penggunaan jarak euclid lebih
disukai dalam analisis gerombol (Johnson &
Wichern, 2002).
Menurut Johnson & Winchern (2002) ada
dua metode penggerombolan, yaitu:
1. Metode gerombol berhirarki
Metode gerombol berhirarki digunakan
bila banyaknya gerombol yang akan dibentuk
tidak diketahui sebelumnya dan banyaknya
amatan tidak besar.
2. Metode gerombol tak-berhirarki.
Metode gerombol tak-berhirarki umumnya
digunakan bila banyaknya gerombol yang akan
dibentuk telah ditentukan jumlahnya dan
banyaknya amatan relatif besar.
Dalam metode gerombol berhirarki
terdapat beberapa metode perbaikan jarak yang
dapat digunakan, antara lain metode pautan
tunggal, metode pautan lengkap dan metode
pautan rataan (Johnson & Winchern, 2002).

Metode
pautan
rataan
bertujuan
meminimumkan rataan jarak semua pasangan
pengamatan dari dua gerombol yang
digabungkan, cenderung membuat gerombol
dengan ragam yang kecil (Saidah, 2002).
Hasil dari metode gerombol dapat
digambarkan dalam bentuk diagram pohon
yang disebut dendogram (Johnson &
Winchern, 2002). Jumlah gerombol yang
dihasilkan didapat dari pemotongan dendogram
pada saat terjadi lompatan terjauh antar jarak
pengabungan atau jarak yang dianggap
menghasilkan gerombol yang lebih bermakna.
Analisis Biplot
Biplot
merupakan
grafik
yang
merepresentasikan informasi dari data matriks
berukuran nxp, dimana n menunjukan jumlah
contoh (pengamatan) dan p menunjukan jumlah
peubah (Johnson & Winchern, 2002). Metode
ini tergolong dalam analisis eksplorasi peubah
ganda yang ditunjukan untuk menyajikan data
peubah ganda dalam peta dua dimensi,
sehingga perilaku data mudah dilihat dan
diinterpretasikan.
Biplot adalah teknik statistika deskriptif
yang dapat menyajikan secara simultan n
obyek pengamatan terhadap p peubah dalam
ruang dua dimensi, sehingga ciri-ciri peubah
dan obyek pengamatan serta posisi relatif antar
obyek pengamatan dengan peubah dapat
dianalisis (Jolliffe, 2002).
Informasi dan interpretasi yang diperoleh
dari biplot (Sartono, 2003):
1. Hubungan (korelasi) antar peubah
Biplot akan menggambarkan peubah
sebagai garis berarah. Dua peubah yang
memiliki korelasi positif tinggi akan
digambarkan sebagai dua buah garis dengan
arah yang sama atau membentuk sudut sempit
(< 900), sedangkan dua peubah yang memiliki
korelasi negatif tinggi akan digambarkan dalam
bentuk dua garis dengan arah yang berlawanan
atau membentuk sudut tumpul (> 900). Hal ini
berkaitan dengan nilai kosinus dari sudut yang
dibentuk oleh kedua peubah (Sumertajaya,
Bambang S dan Heriyanto, 1997).
2. Keragaman peubah
Peubah
dengan
keragaman
kecil
digambarkan sebagai vektor yang pendek
sedangkan peubah yang ragamnya besar
digambarkan sebagai vektor yang panjang.
3. Kedekatan antar obyek
Dua obyek dengan karakteristik yang sama
akan digambarkan sebagai dua titik yang
posisinya berdekatan.

3

4.

Nilai peubah pada suatu obyek.
Karakteristik suatu obyek bisa disimpulkan
dari posisi relatifnya yang paling dekat dengan
suatu peubah.
Analisis Biplot terhadap segugus data
diperoleh dari penguraian nilai singular (PNS)
(Jolliffe, 2002). Misalkan suatu matriks data X
berukuran n pengamatan dan p peubah yang
dikoreksi terhadap nilai rata-ratanya dan
berpangkat r, dapat dituliskan menjadi:
X = U L A’ .............(3)
Dengan matriks U dan A masing-masing
berukuran
(nxr)
dan
(pxr)
sehingga
U’U=A’A=Ir (matriks identitas berdimensi r).
Sedangkan L adalah matriks diagonal
berukuran
(rxr)
dengan
unsur-unsur
diagonalnya adalah akar kuadrat dari akar ciri
X’X dengan λ 1 ≥ λ 2 ≥ ... ≥
λ r . Unsurunsur diagonal matriks L ini disebut nilai
singular dari matriks X. Kolom-kolom matriks
A
adalah vektor ciri dari X’X
yang
berpadanan dengan akar ciri λ.
Dengan
penjabaran
persamaan
(3)
menjadi:
X = U Lα L1-α A’ …….…(4)
untuk 0 ≤ α ≤ 1. Misalkan G=U Lα serta
H’=L1-α A’. Hal ini berarti unsur ke-(i,j)
matriks X dapat dituliskan sebagai berikut:
X ij = gi’hj ………………(5)
i = 1,2,3,...,n
j = 1,2,3,...,p
dengan gi’ dan hj’ masing-masing merupakan
baris-baris matriks G dan H (Sumertajaya,
Bambang S dan Heriyanto, 1997).
Nilai α yang digunakan dapat merupakan
nilai sembarang (0 ≤ α ≤ 1), tetapi pengambilan
nilai-nilai ekstrem α=0 dan α=1 akan berguna
dalam interpretasi biplot (Jolliffe, 2002). Jika
α=0, maka G=U dan H’=LA’ atau H=AL,
sehingga diperoleh:
X’X = (GH’)’(GH’)
= HG’ GH’
= HU’ UH’
= HH’ ....................................(6)
(Jolliffe, 2002).
Jarak euclid antara objek pengamatan ke-h
dan ke-i dalam biplot akan sebanding dengan
jarak mahalanobis antara pengamatan ke-h dan
ke-i. Karena X’X=HH’ maka hk’hk
menggambarkan keragaman peubah ke-k

(Sumertajaya, Bambang S dan Heriyanto,
1997). Karena itu korelasi antara peubah ke-j
dan ke-k ditunjukan oleh nilai kosinus antara
vektor hj dan hk (Sumertajaya, Bambang S dan
Heriyanto, 1997). Pada α=0 menerangkan
pereduksian dimensi yang mempertahankan
keragaman.
Jika α=1, maka G=UL dan H’=A’ atau
H=A sehingga diperoleh:
XX’ = (GH’)(GH’)’
= GH’ HG’
= GA’ AG’
= GG’ .....................................(7)
(Sumertajaya, Bambang S dan Heriyanto,
1997).
Pada α=1 menerangkan jarak antar objek
pengamatan.
Biplot merupakan upaya membuat gambar
di ruang berdimensi banyak menjadi gambar di
ruang berdimensi dua. Pereduksian dimensi ini
mempunyai
konsekuensi
berkurangnya
informasi yang terkandung dalam biplot. Biplot
yang mampu memberikan informasi sebesar
70% dari seluruh informasi dianggap cukup
mewakili dari karakteristik populasi yang ada
(Sartono, 2003).
Besarnya keragaman yang diterangkan
oleh biplot didefinisikan sebagai:

ρ2 = (λ1+λ2)/Σpi=1 λi ………..(8)
keterangan:
λ1 = Akar ciri terbesar pertama
λ2 = Akar ciri terbesar kedua
λi = Akar ciri terbesar ke-i dari X’X
i = 1, 2, …, p.
Jika ρ2 semakin mendekati nilai satu
berarti biplot yang diperoleh akan memberikan
penyajian yang semakin baik mengenai
informasi-informasi yang terdapat pada data
yang sebenarnya (Sumertajaya, Bambang S dan
Heriyanto).

BAHAN DAN METODE
Bahan
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder tahun 2005 yang
didapatkan dari BPS dan BAPPEDA
Kabupaten Purwakarta. Objek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua Kecamatan
di Kabupaten Purwakarta. Daftar objek
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1.

4

Tabel 1 Daftar Objek Pengamatan
No.
Kecamatan
1
Jatiluhur
2
Sukasari
3
Maniis
4
Tegalwaru
5
Plered
6
Sukatani
7
Darangdan
8
Bojong
9
Wanayasa
10
Kiarapedes
11
Pasawahan
12
Pondoksalam
13
Purwakarta
14
Babakancikao
15
Campaka
16
Cibatu
17
Bungursari
Indikator pendidikan yang digunakan
sebagai dasar pengelompokan beserta kodenya
dapat dilihat pada Tabel 2.
Pemilihan indikator pendidikan ini
berdasarkan kemudahan mendapat data,
indikator yang telah ditetapkan Depdiknas dan
indikator yang telah ditetapkan BPS ( indikator
input X1-X6, proses X7-X9 dan output X10-X11 ).
Tabel 2 Daftar Indikator Pendidikan dan
Kodenya
Kode
Indikator Pendidikan
X1

Rasio Guru SD

X2

Rasio SD

X3

Rasio Guru SMP

X4

Rasio SMP

X5

Rasio Guru SMA

X6

Rasio SMA

X7

Angka Partisipasi Murni SD

X8

Angka Partisipasi Murni SMP

X9

Angka Partisipasi Murni SMA

X10

Angka Melek Huruf

X11

Rata-rata Lama Sekolah

Indikator yang digunakan dalam bidang
kesehatan adalah data yang dirasiokan terhadap
jumlah penduduk masing-masing Kecamatan,
sehingga dapat melihat kelayakan fasilitas dan
SDM kesehatan terhadap jumlah penduduk.
Indikator kesehatan yang digunakan sebagai

dasar pengelompokan beserta kodenya dapat
dilihat pada Tabel 3.
Pemilihan
indikator
kesehatan
ini
berdasarkan kemudahan mendapat data dan
indikator yang telah ditetapkan BPS ( indikator
input X1 - X7 dan output X8 - X9 ).
Tabel 3 Daftar Indikator Kesehatan dan
Kodenya
Kode
Indikator Kesehatan
X1
Rasio RSU
X2
Rasio Rumah Bersalin
X3
Rasio Puskesmas
X4
Rasio Apotek
X5
Rasio Dokter
X6
Rasio Perawat
X7
Rasio Bidan
X8
Rasio Kematian Bayi
X9
Rasio Balita Gizi Buruk
Indikator kesehatan tersebut dibagi ke dalam
tiga kelompok, yaitu kelompok fasilitas (X1X4), SDM kesehatan (X5-X7) dan kelompok
kasus (X8-X9).
Metode
Tahapan metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pada tahap awal dilakukan
pendeskripsian indikator-indikator pendidikan
dan kesehatan yang digunakan untuk melihat
gambaran umum kondisi pendidikan dan
kesehatan yang dihadapi oleh Kabupaten
Purwakarta. Selanjutnya dilakukan analisis
gerombol, metode yang digunakan adalah
metode analisis gerombol berhirarki karena
jumlah amatan atau objek yang digunakan
relatif kecil (Johnson & Winchern, 2002). Jarak
yang digunakan menggunakan jarak euclid
(Jolliffe, 2002) dan metode memperbaiki
matriks jaraknya adalah metode pautan rataan
karena cenderung membuat gerombol dengan
ragam yang kecil (Saidah, 2002). Tahap
selanjutnya adalah melakukan analisis biplot
untuk mengetahui posisi relatif Kecamatan
terhadap peubah yang digunakan.
Untuk mengetahui kategori dari tiap
gerombol yang terbentuk dilihat berdasarkan
nilai rata-rata tiap peubah pada masing-masing
gerombol. Pengkategoriannya adalah sebagai
berikut:
• Kategori tinggi (T) jika nilai rata-rata
peubah ke-j pada gerombol berada diatas
nilai ( x j

s j ).

5



Kategori sedang (S) jika nilai rata-rata
peubah ke-j pada gerombol berada diantara
nilai ( x j



s j ) dan ( x j

s j ).

Kategori rendah (R) jika nilai rata-rata
peubah ke-j pada gerombol berada
dibawah nilai ( x j s j ).

dimana

xj

s j adalah masing-masing

rataan dan simpangan baku dari peubah ke-j.
Tahapan pembentukan biplot adalah
sebagai berikut:
1) persiapan gugus data yang digunakan (data
berukuran nxp).
2) pembentukan matriks data X (gugus data
yang dikoreksi terhadap rataan masingmasing peubah).
3) perhitungan akar ciri dan vektor ciri dari
matriks X’X
4) penjabaran matriks X menjadi X = U L A’
5) perhitungan matriks U, L dan A
6) penjabaran matriks X pada langkah 4
menjadi:
X = U Lα L1-α A’
7) pemisalan G=U Lα dan H’=L1-α A’
8) perhitungan matriks G dan H’, dengan
menggunakan α=0 dan α=1.
9) ambil 2 kolom pertama dari matriks G
sebagai koordinat objek pengamatan dan 2
baris pertama matriks H’ sebagai
koordinat peubah pada hasil perhitungan
dengan menggunakan α=0, karena biplot
lebih menekankan pada posisi relatif objek
atau pengamatan terhadap peubah dan
dapat mempertahankan keragaman data.
10) menghitung keragaman yang dapat
diterangkan oleh biplot.
Semua tahapan metode yang digunakan
dalam penelitian ini dianalisis menggunakan
software Microsoft Excell 2003, MINITAB 14
dan SAS 9.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pendidikan
Di Kabupaten Purwakarta
Pada tahap awal dilakukan analisis
deskriptif untuk mengetahui gambaran umum
dari pendidikan di Kabupaten Purwakarta,
dengan cara membuat tabel dan diagram kotak
garis untuk tiap indikator pendidikan yang
digunakan sehingga memudahkan dalam
interpretasinya.
Gambaran umum kondisi pendidikan di
Kabupaten Purwakarta yaitu pencapaian angka
melek huruf penduduk di Kecamatan

Tegalwaru paling kecil yaitu sebesar 91.54%,
jauh tertinggal dibandingkan penduduk di
Kecamatan Purwakarta yang mencapai
99.49%. Simpangan baku angka melek huruf
cukup kecil yaitu sebesar 2.05 hal ini
menunjukan angka melek huruf tiap
Kecamatan tidak berbeda jauh. Berdasarkan
standar AMH (80%) (nakertrans, 2007),
Kecamatan-Kecamatan
di
Kabupaten
Purwakarta sudah berada diatas nilai standar
yang ada. Pada peubah rata-rata lama sekolah
(RLS), Kecamatan Maniis menempati urutan
paling rendah yaitu sebesar 5.89 tahun jauh
tertinggal dibandingkan Kecamatan Purwakarta
yang mempunyai RLS paling tinggi yaitu 10.56
tahun. Simpangan baku RLS cukup kecil yaitu
sebesar 1.16 hal ini berarti RLS antar
Kecamatan tidak terlalu jauh bebeda, tetapi
secara umum bahwa RLS antar Kecamatan di
Kabupaten Purwakarta masih rendah, hanya
Kecamatan Purwakarta saja yang RLS-nya
diatas 9 tahun (lampiran 1).
Secara rata-rata, deskriptif dari masingmasing tingkatan sekolah adalah sebagai
berikut: rasio guru SD adalah sebesar 35 dan
rasio SD sebesar 217. Rasio guru SMP adalah
sebesar 25 dan rasio SMP sebesar 575. Rasio
guru SMA dan rasio SMA secara berturut-turut
adalah sebesar 12 dan 327. Angka partisipasi
murni SD, SMP dan SMA secara berturut-turut
adalah sebesar 96.72%, 46.45% dan 24.53%.
AMH dan RLS adalah 95.77% dan 7.33 tahun
(lampiran 1).
Berdasarkan standar rasio guru terhadap
siswa yang ada yaitu 1:23 (duniaesai, 2007),
rasio guru SD di Kabupaten Purwakarta cukup
besar (1:35) hal ini berarti seorang guru
mengasuh banyak sekali siswa sehingga
memerlukan penambahan guru SD agar proses
belajar menjadi lebih efektif (1:23). Pada
beberapa Kecamatan yang mempunyai rasio
guru SD kecil memerlukan pendistribusian
guru SD yang sebanding dengan jumlah siswa
yang diasuhnya, sedangkan pada Kecamatan
yang mempunyai rasio guru SD besar
memerlukan penambahan guru SD agar rasio
ini menjadi seimbang. Rasio guru SMP di
Kabupaten Purwakarta cukup efektif tetapi jika
berdasarkan standar yang ada yaitu 1:23
(duniaesai, 2007), rasio guru SMP di
Kabupaten Purwakarta belum efektif sehingga
diperlukan penambahan guru SMP. Pada
Kecamatan yang mempunyai rasio guru SMP
besar diperlukan penambahan guru SMP agar
rasio ini menjadi seimbang, sedangkan pada
Kecamatan yang mempunyai rasio guru SMP
kecil memerlukan pendistribusian guru SMP
yang sebanding dengan jumlah siswa yang

6

diasuhnya. Proses penambahan guru pada tiap
Kecamatan dapat dilakukan dari hasil
pendistribusian guru ataupun merekrut guru
baru. Rasio guru SMA dan rasio SMA masih
kecil, hal ini mungkin diakibatkan sedikitnya
penduduk usia sekolah SMA yang bersekolah.
Hal ini juga dapat dilihat dari APM SMA yang
kecil yaitu 24.53% yang menunjukan penduduk
usia sekolah SMA masih banyak yang tidak
bersekolah. APM SMP juga kecil yaitu sebesar
46.45%. Hal ini menunjukan bahwa penduduk
usia sekolah SMP di Kabupaten Purwakarta
masih banyak yang tidak bersekolah. Ini
menunjukan bahwa penduduk Kabupaten
Purwakarta sebagian besar bersekolah sampai
tingkat SD, hal ini dapat dilihat juga dari RLS
Kabupaten Purwakarta sebesar 7.33 tahun yang
menunjukan penduduk Kabupaten Purwakarta
bersekolah hanya sampai kelas 2 SMP
(pendidikan terakhir SD) (lampiran 1).
Berdasarkan simpangan baku masingmasing indikator, terlihat bahwa simpangan
baku pada angka partisipasi murni menunjukan
semakin tinggi jenjang pendidikan maka
simpangan bakunya semakin besar, hal ini
berarti semakin tinggi jenjang pendidikan
keragaman angka partisipasi murni antar
Kecamatan semakin besar. Pada rasio sekolah,
simpangan baku semakin besar dengan
semakin tingginya jenjang pendidikan, hal ini
menunjukan bahwa semakin tinggi jenjang
pendidikan, keragaman ketersediaan sekolah
antar Kecamatan di Kabupaten Purwakarta
semakin besar (lampiran 1).
Pada diagram kotak garis (lampiran 2)
memperlihatkan
adanya
pencilan
pada
beberapa peubah. Pencilan yang ada
seluruhnya merupakan pencilan atas. Pada
peubah rasio guru SD mempunyai pencilan
besar di Kecamatan Bojong, hal ini
menunjukan bahwa seorang guru mengasuh
banyak sekali siswa sehingga hal ini menjadi
tidak efektif dan harus dilakukan penambahan
guru SD agar proses belajar menjadi efektif
(1:23), sehingga kualitas pendidikan siswa
semakin baik. Peubah APM SMA mempunyai
pencilan besar di Kecamatan Babakancikao,
hal ini berarti penduduk usia sekolah SMA di
Kecamatan Babakancikao banyak yang
bersekolah dan peubah RLS memiliki pencilan
besar di Kecamatan Purwakarta yang
menunjukan
penduduk
di
Kecamatan
Purwakarta memiliki jenjang pendidikan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan
lainnya.
Perlu adanya sekolah (SD, SMP dan SMA)
pada setiap Kecamatan di Kabupaten
Purwakarta yang seimbang dengan jumlah

siswa dan diimbangi dengan jumlah guru.
Sehingga
dapat
meningkatkan
derajat
pendidikan yang pada akhirnya akan
meningkatkan SDM yang ada di Kabupaten
Purwakarta.
Diharapkan
agar
pembangunan
di
Kabupaten Purwakarta khususnya dalam
bidang pendidikan lebih merata sehingga
semua lapisan masyarakat memperoleh
pelayanan pendidikan secara mudah, murah,
dan merata. Agar melalui upaya tersebut
diharapkan bisa mencapai derajat pendidikan
masyarakat yang lebih baik.
Penggerombolan Kecamatan
Di Kabupaten Purwakarta Berdasarkan
Beberapa Indikator Pendidikan
Penggerombolan Kecamatan di Kabupaten
Purwakarta berdasarkan beberapa indikator
pendidikan
menggunakan
metode
penggerombolan
berhirarki
dengan
menggunakan ukuran jarak euclid dan metode
memperbaiki matriks jaraknya adalah metode
pautan rataan.
Lampiran 3 menunjukan nilai korelasi
antar peubah yang digunakan. Matriks korelasi
tersebut menunjukan adanya korelasi diantara
beberapa peubah, yaitu:
• Peubah rasio guru SD (X1) berkorelasi
dengan APM SD (X7) (0.548).
• Peubah rasio SMP (X4) berkorelasi dengan
angka partisipasi murni SMP (X8) (0.628),
AMH (X10) (0.533) dan RLS (X11) (0.609).
• Peubah rasio guru SMA (X5) berkorelasi
dengan rasio SMA (X6) (0.881) dan APM
SMA (X9) (0.610).
• Peubah rasio SMA (X6) berkorelasi
dengan APM SMP (X8) (0.555) dan APM
SMA (X9) (0.769).
• Peubah APM SD (X7) berkorelasi negatif
dengan RLS (X11) (0.673).
• Peubah APM SMP (X8) berkorelasi
dengan AMH (X10) (0.556) dan RLS (X11)
(0.596).
• Peubah AMH (X10) berkorelasi dengan
RLS (X11) (0.828).
Untuk mengatasi adanya korelasi antar
peubah tersebut, bisa dilakukan transformasi
sebelum melakukan analisis gerombol dan
salah satu metode yang biasa dipakai adalah
Analisis Komponen Utama (AKU) (Jolliffe,
2002). Namun pada penelitian ini transformasi
AKU tidak digunakan, hal ini dikarenakan
jarak euclid antar pengamatan dengan atau
tanpa transformasi komponen utama akan sama
bila semua komponen utama digunakan

7

(Jolliffe, 2002). Selain itu, penelitian ini tidak
bertujuan untuk mereduksi peubah dan
komponen
utama
ada
kalanya
sulit
diinterpretasikan (Sartono, 2003).
Berdasarkan analisis gerombol yang
dilakukan,
Kecamatan-Kecamatan
di
Kabupaten Purwakarta dapat dibagi ke dalam
tiga gerombol. Pemotongan dendogram
dilakukan secara subjektif berdasarkan
kepentingan penelitian (lampiran 4).
Tabel 4 Daftar anggota masing-masing
gerombol
Gerombol
No.
Kecamatan
1
Jatiluhur
2
Sukasari
3
Maniis
4
Tegalwaru
5
Plered
1
6
Sukatani
7
Darangdan
9
Wanayasa
10
Kiarapedes
12
Pondoksalam
15
Campaka
16
Cibatu
17
Bungursari
2
8
Bojong
11
Pasawahan
3
13
Purwakarta
14
Babakancikao
Interpretasi masing-masing gerombol
Interpretasi dari tiga gerombol
terbentuk adalah sebagai berikut:

yang

Gerombol satu
Gerombol satu terdiri dari 13 Kecamatan
yaitu Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, Maniis,
Tegalwaru, Plered, Sukatani, Darangdan,
Wanayasa,
Kiarapedes,
Pondoksalam,
Campaka, Cibatu dan Kecamatan Bungursari.
Gerombol satu mempunyai karakteristik
yaitu semua peubah yang digunakan berada
dalam kategori sedang dan jika dibandingkan
dengan gerombol lain maka gerombol satu
mempunyai nilai yang tidak jauh berbeda
dengan rataan Kabupaten (lampiran 5).
Ciri dari gerombol satu ini adalah
mempunyai nilai rasio SMP, APM SMP dan
AMH yang terkecil dibandingkan gerombol
lainnya (lampiran 5). Kecilnya APM SMP
dapat diakibatkan kurangnya sarana dan guru
SMP (nakertrans, 2007) sehingga pada
gerombol ini harus dilakukan penambahan

sarana dan guru SMP. Sedangkan AMH yang
kecil menunjukan bahwa masih banyak
penduduk yang buta huruf dibandingkan
dengan gerombol lainnya.
Gerombol satu mempunyai tingkat
keberhasilan pembangunan khususnya di
bidang pendidikan cukup baik dibandingkan
Kecamatan-Kecamatan lainnya yang terletak di
Kabupaten Purwakarta.
Gerombol dua
Gerombol dua terdiri dari satu Kecamatan
yaitu Kecamatan Bojong.
Karakteristik dari gerombol ini yaitu untuk
peubah rasio guru SD tergolong kategori tinggi
dan nilainya sangat jauh dari rataan Kabupaten
sehingga memerlukan penambahan guru SD
agar proses belajar menjadi efektif. Peubah
APM SD tergolong kategori tinggi berarti
jumlah penduduk usia sekolah SD yang
bersekolah lebih besar dari nilai gerombol
lainnya dan rataan Kabupaten. Rasio guru
SMA dan rasio SMA berada dikategori rendah.
APM SMA berada dalam kategori sedang dan
nilainya yang sangat kecil sekali dibandingkan
dengan gerombol lainnya dan terhadap rataan
Kabupaten, hal ini mungkin diakibatkan tidak
adanya SMA di gerombol ini sehingga
masyarakat enggan bersekolah ke luar
Kecamatan karena jauhnya jarak dan peubah
RLS berada dalam kategori sedang yang
nilainya
terkecil
dibandingkan
dengan
gerombol lainnya. Sehingga pada gerombol ini
memerlukan SMA (lampiran 5).
Ciri gerombol ini yaitu mempunyai nilai
rasio guru SD dan
APM SD terbesar
dibandingkan dengan gerombol lainnya, tidak
adanya SMA, APM SMA dan RLS terendah
(lampiran 5). Pada gerombol ini memerlukan
penambahan guru SD sehingga rasio guru SD
menjadi efektif. APM SMA yang kecil dapat
diakibatkan kurangnya sarana dan guru SMA
(nakertrans, 2007) sehingga pada gerombol ini
harus dilakukan penambahan/pengadaan sarana
dan guru SMA. Sedangkan RLS yang kecil
menunjukan tingkat pendidikannya masih
rendah.
Gerombol
ini
mempunyai
tingkat
keberhasilan pembangunan khususnya di
bidang pendidikan yang kurang baik
dibandingkan Kecamatan-Kecamatan lainnya
yang terletak di Kabupaten Purwakarta. Hal ini
mungkin diakibatkan oleh jauhnya jarak
Kecamatan Bojong terhadap pusat kota dan
pemerintahan.

8

Gerombol tiga
Gerombol tiga terdiri dari tiga Kecamatan
yaitu Kecamatan Pasawahan, Purwakarta dan
Kecamatan Babakancikao.
Nilai-nilai indikator pendidikan pada
gerombol tiga yaitu sebagian besar berada
dalam kategori sedang. Ada beberapa peubah
yang berada dalam kategori tinggi yaitu peubah
rasio SMA, APM SMP, APM SMA dan RLS
yang menunjukan bahwa derajat pendidikannya
lebih bagus dibandingkan dengan gerombol
lainnya dan satu peubah dalam kategori rendah
yaitu APM SD (lampiran 5). Rendahnya APM
SD dapat diakibatkan kurangnya sarana dan
guru SD (nakertrans, 2007) sehingga pada
gerombol ini harus dilakukan penambahan
sarana dan guru SD.
Ciri dari gerombol tiga adalah rasio SMA
yang sangat besar sehingga diperlukan
pembatasan jumlah siswa ataupun penambahan
ruang kelas SMA sehingga rasio SMA menjadi
seimbang, APM SMP, APM SMA, AMH dan
RLS terbesar dibandingkan dengan gerombol
lainnya (lampiran 5).
Gerombol tiga mempunyai tingkat
keberhasilan pembangunan khususnya di
bidang pendidikan yang baik dibandingkan
Kecamatan-Kecamatan lainnya yang terletak di
Kabupaten Purwakarta. Hal ini mungkin
diakibatkan oleh letaknya yang dekat dengan
pusat kota dan pemerintahan.
Hasil Analisis Biplot Berdasarkan
Beberapa Indikator Pendidikan
Hasil analisis Biplot berdasarkan beberapa
indikator pendidikan disajikan pada lampian 8.
Keragaman data yang mampu diterangkan oleh
biplot pendidikan di Kabupaten Purwakarta ini
sebesar 97.8%. Keragaman dimensi 1 sebesar
64.3% dan keragaman dimensi 2 sebesar
33.5%. Hal ini menunjukan bahwa interpretasi
biplot pendidikan di Kabupaten Purwakarta
yang dihasilkan dinilai cukup baik (>70%) dan
sudah cukup mewakili dari karakteristik
populasi yang ada (Sartono, 2003).
Tampilan biplot pada lampiran 8
memperlihatkan kedekatan antar Kecamatan
dan posisi relatif Kecamatan dengan beberapa
peubah, diantaranya:
1. Kecamatan Jatiluhur, Campaka, Plered,
Bungursari, Purwakarta dan Pasawahan
memiliki karakteristik yang sama yaitu
mempunyai nilai peubah rasio SMP (X4)
yang besar karena posisinya berdekatan
dan searah dengan peubah rasio SMP (X4).
Sehingga memerlukan pembatasan jumlah
siswa SMP atau penambahan jumlah ruang

kelas SMP. Sedangkan Kecamatan
Sukasari dan Cibatu memiliki karakteristik
yang sama pada nilai peubah rasio SMP
(X4) yang kecil karena posisinya
berlawanan arah dengan peubah rasio SMP
(X4).
2. Kecamatan Babakancikao, Wanayasa dan
Pasawahan memiliki karakteristik yang
sama pada nilai peubah rasio SMA (X6)
yang besar karena posisinya berdekatan
dan searah dengan peubah rasio SMA
(X6). Sehingga memerlukan pembatasan
jumlah siswa SMA ataupun penambahan
jumlah ruang kelas SMA. Sedangkan
Kecamatan Bojong dan Kiarapedes
memiliki karakteristik yang sama pada
nilai peubah rasio SMA (X6) yang kecil
karena posisinya berlawanan arah dengan
peubah rasio SMA (X6).
3. Kecamatan Purwakarta dan Pasawahan
memiliki karakteristik yang sama pada
nilai peubah APM SMP (X8) yang besar
karena posisinya searah dengan peubah
APM SMP (X8). Hal ini menunjukan
penduduk usia sekolah SMP pada
Kecamatan Purwakarta dan Pasawahan
banyak yang bersekolah.
4. Kecamatan Babakancikao memiliki nilai
peubah APM SMA (X9) yang besar karena
posisinya searah dengan peubah APM
SMA (X9). Hal ini menunjukan penduduk
usia sekolah SMA pada Kecamatan
Babakancikao banyak yang bersekolah.
5. Kecamatan Bojong memiliki nilai peubah
rasio guru SD (X1) yang besar karena
posisinya searah dengan peubah rasio
guru SD (X1). Sehingga memerlukan
penambahan guru SD agar proses belajar
menjadi efektif.
Sedangkan Kecamatan-Kecamatan yang
lain tidak mempunyai karakteristik tertentu,
karena posisi peubah-peubah yang lain
berkumpul pada titik pusat. Sudut dari masingmasing peubah menunjukan besarnya korelasi.
Beberapa peubah yang berkorelasi tinggi
diantaranya:
• Peubah rasio SMP (X4) berkorelasi dengan
angka partisipasi murni SMP (X8).
• Peubah rasio SMA (X6) berkorelasi
dengan angka partisipasi murni SMA (X9).
Pada analisis biplot, peubah dengan
keragaman kecil digambarkan sebagai vektor
pendek sedangkan peubah yang ragamnya
besar digambarkan sebagai vektor yang
panjang, berarti peubah rasio SMA (X6)
mempunyai keragaman paling besar kemudian
diikuti oleh peubah rasio SMP (X4). Sementara
peubah lainnya mempunyai keragaman yang

9

kecil. Ini terlihat dari posisi peubah-peubah
tersebut yang mengumpul mendekati titik
pusat. Peubah rasio SMA (X6) dan peubah
rasio SMP (X4) mengindikasikan sangat
bervariasinya peubah-peubah tersebut di setiap
Kecamatan di Kabupaten Purwakarta.
Deskripsi Kesehatan
Di Kabupaten Purwakarta
Pada tahap awal dilakukan analisis
deskriptif untuk mengetahui gambaran umum
dari bidang kesehatan di Kabupaten
Purwakarta, dengan cara membuat tabel dan
diagram kotak garis untuk tiap indikator
pendidikan
yang
digunakan,
sehingga
memudahkan dalam interpretasinya.
Data yang digunakan dalam bidang
kesehatan adalah jumlah fasilitas, SDM
kesehatan dan kasus yang telah dirasiokan
terhadap jumlah penduduk masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Purwakarta sehingga
dapat dilihat kelayakan fasilitas dan SDM
kesehatan terhadap jumlah penduduk.
Sebaran dari jumlah penduduk di
Kabupaten Purwakarta dapat dilihat pada
lampiran 11. Jumlah penduduk mempunyai
nilai terbesar pada Kecamatan Purwakarta,
yaitu sebesar 143.760 orang dan terkecil ada
pada Kecamatan sukasari sebesar 14.262 orang.
Simpangan baku jumlah penduduk cukup besar
yaitu
sebesar
28949.44,
hal
ini
mengidentifikasikan jumlah penduduk antar
Kecamatan berbeda jauh.
Gambaran umum kondisi kesehatan di
Kabupaten Purwakarta secara keseluruhan
dapat dilihat pada lampiran 9. Terlihat bahwa
rata-rata rasio fasilitas dan SDM kesehatan di
Kabupaten Purwakarta masih sangat kecil
sehingga memerlukan penambahan fasilitas
dan SDM kesehatan. Di Kabupaten Purwakarta
masih terdapat kasus kematian bayi dan kasus
balita gizi buruk walaupun nilai rasionya kecil
hal ini mungkin disebabkan kurangnya fasilitas
dan SDM kesehatan ataupun program
pemerintah, sehingga di Kabupaten Purwakarta
diperlukan pengadaan/penambahan fasilitas,
SDM kesehatan ataupun program pem