Pengaruh penyemprotan kalsium klorida terhadap kondisi getah kuning buah manggis (Garcinia mangostana L.)

PENGARUH PENYEMPROTAN KALSIUM KLORIDA
TERHADAP KONDISI GETAH KUNING BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)

Oleh:
FEBRIYANTI BARASA
A34304005

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PENGARUH PENYEMPROTAN KALSIUM KLORIDA
TERHADAP KONDISI GETAH KUNING BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor


PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN

FEBRIYANTI BARASA. Pengaruh Penyemprotan CaCl2 terhadap Kondisi
Getah Kuning Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), dibimbing oleh
ROEDHY POERWANTO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari penyemprotan kalsium
klorida dengan berbagai konsentrasi pada buah manggis sebelum dipanen
terhadap kondisi getah kuning dan perubahan yang dialaminya. Perubahan
tersebut berupa perubahan fisik buah, cita rasa dan kandungan kalsium pada kulit
buah.
Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
satu faktor, yaitu dosis CaCl2, yang terdiri dari 5 taraf percobaan dengan 3
ulangan. Kelima taraf tersebut ialah kontrol (0 g), 5 g, 15 g, 22.5 g dan 30 g
kalsium klorida. Setiap perlakuan terdiri dari 3 pohon sebagai ulangan, sehingga

satu ulangan terdiri dari satu pohon. Jumlah pohon manggis yang dipakai dalam
penelitian ini ada sebanyak 15 pohon. Setiap pohon diambil sampel sebanyak 20
butir buah manggis. Penyemprotan kalsium di lakukan di kebun (lapang) pada
saat bunga mekar (5-10 hari setelah pentil bunga muncul) sampai buah siap panen
(105-114 hari setelah anthesis). Penyemprotan dilakukan secara teratur 2 minggu
sekali pada bunga yang telah diberi label yaitu pada tanggal 15 Oktober 2007, 29
Oktober 2007, 12 November 2007, 26 November 2007, 10 Desember 2007, 24
Desember 2007 dan 7 Januari 2008. Ukuran banyaknya penyemprotan kalsium
yang diberikan ke buah adalah sampai seluruh buah menjadi basah. Pengamatan
dan analisis dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika dan
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, IPB. Pengamatan tersebut adalah
pengamatan skor getah kuning, bobot, diameter buah, kekerasan kulit, persentase
kandungan kalsium, padatan total terlarut (PTT) dan total asam tertitrasi (TAT).
Perlakuan penyemprotan kalsium klorida sebanyak 22.5 g menghasilkan
kandungan kalsium pada kulit buah yang berbeda nyata dengan kontrol, tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan kalsium yang lain. Persentase kalsium yang
terkandung pada kulit buah manggis dengan penambahan 22.5 g CaCl2 lebih
tinggi daripada kontrol.
Perlakuan penyemprotan kalsium dengan berbagai taraf konsentrasi
menghasilkan skor getah kuning berbeda nyata dengan kontrol. Pemberian

kalsium tersebut nyata menurunkan getah kuning baik pada kulit maupun aril
buah tetapi tidak berbeda diantara taraf konsentrasi penyemprotan. Sehingga
dengan penambahan 5 g kalsium klorida sudah cukup untuk mengurangi skor
getah kuning pada manggis.
Bobot dan diameter buah manggis dengan penambahan 15 g CaCl2
(115.03 g) berbeda nyata pada bobot dan diameter buah manggis dengan
penambahan 5 g (94.90 g) dan 30 g (82.34 g) kalsium klorida tetapi tidak berbeda
nyata dengan kontrol (114.51 g). Kekerasan kulit buah manggis dengan
penambahan 15 g (0.68 mm/1kg) dan 22.5 g (0.69 mm/1kg) kalsium klorida
berbeda nyata dengan kontrol (0.75 mm/1kg) tetapi tidak berbeda nyata dengan
manggis yang diberi perlakuan 5 g (0.71 mm/1kg) dan 30 g (0.70 mm/1kg)
kalsium klorida.

Kandungan total gula pada manggis dengan penambahan 5 g CaCl2 (19.82
Brix) berbeda nyata dengan kontrol (18.57 oBrix) tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan konsentrasi kalsium lainnya. Persentase total asam buah
manggis yang disemprot dengan 15 g CaCl2 (0.69%) berbeda nyata dengan
manggis yang disemprot 30 g CaCl2 (0.63%), 22.5 g (0.55%) dan kontrol (0.61%).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan 22.5 g CaCl2 pada
buah manggis mempunyai nisbah PTT/TAT (34.66) lebih tinggi dibanding dengan

dengan kontrol dan perlakuan konsentrasi kalsium lainnya.
Sebagian besar parameter yang diuji tidak berkorelasi, kecuali diameter
dengan bobot (0.99), kekerasan dengan getah kuning aril (0.97), getah kuning
kulit dengan getah kuning aril (0.92) dan asam tertitrasi dengan rasa buah (rasio
PTT/TAT) sebesar -0.96.

o

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: PENGARUH PENYEMPROTAN KALSIUM KLORIDA
TERHADAP KONDISI GETAH KUNING MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)

Nama

: Febriyanti Barasa


Nrp

: A34304005

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc
NIP. 131 284 818

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr
NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP


Penulis lahir di kota Kisaran, kabupaten Asahan, Sumatera Utara pada
tanggal 15 Februari 1986 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari
pasangan Wasinten Barasa dan Siti Albu Simanjuntak.
Penulis memulai pendidikan dari Taman Kanak-Kanak Sanggar Bambini
Air Batu pada tahun 1990-1992, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri
010047 Air Batu pada Tahun 1992-1998. Pada tahun 1998-2001 penulis
bersekolah di SLTP Negeri I Air Batu dan melanjut ke SMU Negeri I Kisaran
pada tahun 2001-2004.
Tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada program
studi Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Semasa kuliah penulis mengikuti berbagai jenis organisasi yaitu
Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK), Komisi Pelayanan dan Permuridan (KPP),
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan (Himpunan Mahasiswa
Agronomi (HiMaGron). Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen
untuk mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi dan melakukan magang kerja di Kebun
Raya Bogor (KRB) bagian kultur jaringan tanaman anggrek.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura, penulis membuat tugas akhir dengan
judul “Pengaruh Penyemprotan Kalsium Klorida Terhadap Kondisi Getah
Kuning Manggis (Garcinia mangostana L.), dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir.

Roedhy Poerwanto, MSc. Penulis dinyatakan lulus ujian skripsi pada tanggal 15
Desember 2008.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penyemprotan CaCl2 Terhadap Kondisi Getah Kuning Buah
Manggis (Garcinia mangostana L. )”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari penyemprotan CaCl2
dengan berbagai konsentrasi melalui penyemprotan pada buah manggis sebelum
dipanen terhadap kondisi getah kuning dan perubahan yang dialaminya.
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
membina penulis selama kuliah dan dalam penulisan skripsi ini.
Terimakasih itu penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc, selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan bantuan selama proses bimbingan
penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Sobir MSi dan Dr. Dewi Sukma. SP. Msi selaku dosen penguji .

3. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc, selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan pengarahan kepada penulis selama
kurang lebih empat tahun.
4. Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) dan teman-teman satu bimbingan,
Wulan, Mput dan Abdi.
5. Yayasan Indonesia Belajar Mandiri (IJARI) atas beasiswa yang diberikan
selama tiga tahun berturut-turut.
6. Bapak dan mama selaku orang tua yang sangat penulis kasihi, sayangi dan
cintai. Beribu-ribu ucapan terimakasih tidak akan cukup untuk
mengimbangi pengorbanan yang telah Bapak dan mama lakukan. Penulis
hanya bisa katakan “I Love You Very Much mom/dad”.
7. Opung Parlilitan, Opung Sei Silau Bapa Tua/ Mak Tua, Bapa Uda/Inang
Uda, Amang Boru/ Namboru, Tulang dan Nantulang yang memberikan
doa dan dukungan selama penulis mengikuti perkuliahan.

8. Tulang Pardamean Simanjuntak/ Nantulang Br Sitorus, Tante Shinta
Natalia br Simanjuntak/uda Tarigan, Tulang Robert Simanjutak dan
Nantulang Br. Silalahi yang sudah banyak sekali membantu, menasehati
dan mendukung penulis dalam berbagai hal.
9. Secara Khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada Tulang Dion,

Tulang Yuna dan Tante Sion yang sudah menjaga, memberi kasih sayang,
merawat penulis dan memberi dukungan mulai saat penulis masih bayi
sampai penulisan skripsi ini selesai.
10. Adik-adik penulis Ivan, Vina, dan Daniel, kakak berjanji akan menjadi
teladan kalian. Jangan pernah berhenti meraih cita-cita.
11. Temen-temen horti 41 selama perkualiahan yang telah banyak membantu
khususnya Lena, Rima, Yayu, Anita.
12. Terimakasih yang dalam penulis ucapkan kepada Derby Purba, David
Hutabarat, Simanjuntak family (Op Gustaf, Op Gunawan, T‟ Marthin, T‟
Rumiris), KPP Family, Kelompok Kecilku (K‟NatNat dan May), GMKI
cab Bogor, Oriflame Family (Erika, Eci dan Budhe), P‟19 Family (Vero,
Ari, Wastin, Elyne, Ayusta), khususnya Bu Santi dan Pak Benny.
Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat hendaknya, setidaknya bagi penulis,
dan siapa saja yang berkenan membacanya.

Bogor, Januari 2009

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
Hipotesis............................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah, Penyebaran dan Botani Tanaman Manggis ............................
Khasiat buah Manggis .........................................................................
Getah Kuning .......................................................................................
Peranan Pupuk Kalsium Terhadap Struktur Dinding Sel .....................
Pengaruh Aplikasi Kalsium .................................................................
Faktor yang Mempengaruhi Aplikasi Kasium .....................................

3
5
5
6
7
7


BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ...............................................................................
Bahan dan Alat .....................................................................................
Metode Penelitian.................................................................................
Pelaksanaan Penelitian .........................................................................
Pengamatan ..........................................................................................

9
9
9
11
12

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................... 25
Saran ..................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26
LAMPIRAN .................................................................................................... 30

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Kandungan Kalsium pada
Kulit Buah ................................................................................................. 15

2.

Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Getah Kuning Kulit dan
Getah Kuning Aril ..................................................................................... 16

3.

Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Ukuran dan Kekerasan
Buah .......................................................................................................... 21

4.

Pengaruh Pemberian

5.

Korelasi Setiap Peubah yang Diamati ....................................................... 24

CaCl2 terhadap Cita Rasa Buah ...................... 22

DAFTAR GAMBAR
Nomer

Halaman

1. Persentase Skor Getah Kuning Aril yang Layak Ekspor dan Tidak Layak
Ekspor pada Masing-masing Perlakuan. ..................................................... 17
2. Persentase Skor Getah Kuning Kulit yang Layak Ekspor dan Tidak Layak
Ekspor pada Masing-masing Perlakuan. ..................................................... 18
3. Buah manggis yang Terkena Getah Kuning dan Buah Manggis
yang Tidak Terkena Getah Kuning ............................................................. 18

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap
Persentase Kandungan Kalsium Pada Kulit Buah ................................... 31
2. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap
Getah Kuning Kulit .................................................................................. 31
3. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap
Getah Kuning Aril .................................................................................... 31
4. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap
Bobot Buah .............................................................................................. 32
5. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap
Diameter Buah ......................................................................................... 32
6. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap
Kekerasan Buah ........................................................................................ 32
7. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap
Padatan Total Terlarut .............................................................................. 33
8. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap
Total Asam Tertitrasi ............................................................................... 33
9. Sidik Ragam Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap
Nisbah PTT/TAT ..................................................................................... 33
10. Data Iklim Darmaga Tahun 2007-2008…..... ............................................ 34

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manggis merupakan tanaman asli dari Indonesia yang banyak di temukan
di daerah Sumatera. Manggis berasal dari famili Guttiferae (Clusiaceae) dengan
tidak kurang dari 400 genus yang tersebar secara luas di kawasan tropis Asia,
Afrika, Kaledonia Baru dan Polinesia (Chay, 2006). Species yang paling umum
dikenal dan paling disukai karena rasanya yang enak adalah manggis (Verheij,
1992)
Manggis memiliki prospek cerah sebagai komoditas ekspor karena
memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan pesaing yang relatif sedikit seperti
Malaysia, Thailand dan Amerika Latin (Kastaman, 2007). Total ekspor dan
produksi manggis relatif meningkat dari tahun ketahun. Produksi manggis pada
tahun 2006 sangat rendah yaitu hanya 0.5% dari total produksi nasional, tetapi
memiliki kontribusi ekspor yang tinggi yaitu sebesar 37.4% dari total ekspor
buah-buahan nasional (Deptan, 2007).
Getah kuning atau biasa disebut gamboge merupakan salah satu masalah
utama yang terdapat pada buah manggis (Verheij, 1992). Getah kuning terdapat di
semua bagian dari tanaman mulai dari akar, batang, daun dan buah (Asano et al.,
1995). Diduga getah kuning yang menyerang buah manggis terjadi akibat
lemahnya dinding sel dari kulit buah tersebut sehingga kanal bercabang (saluran
latex yang mengandung eksudat resin) pecah dan cairannya menyebar ke bagian
daging buah maupun ke bagian kulit buah (Dickison, 2000).
Getah kuning yang pecah ini dapat mengotori buah dan masuk ke dalam
segmen daging buah yang menyebabkan daging buah terasa pahit (Juaidi, 2003).
Getah kuning juga seringkali menempel pada kulit buah dan membentuk bintikbintik berwarna kuning (Ashari et al., 2006) sehingga mempengaruhi penampilan,
rasa dan kualitas buah manggis itu sendiri (Syah et al., 2007)
Defisiensi kalsium cenderung menyebabkan pecahnya sel pada tanaman
lechi (Huang et al., 2005). Pemberian kalsium klorida (CaCl2) dapat
meningkatkan kekuatan kulit dan umur simpan buah persik (Prussia et al., 2007).
Pemberian CaCl2 selain dapat meningkatkan umur simpan buah mangga dengan

menekan laju respirasi dan produksi etilen juga menambah tingkat kekuatan kulit
buahnya (Sari et al., 2004). Penelitian dengan perlakuan dan hasil yang sama juga
ditemukan pada apel (Moor et al., 2005; Neilsen et al., 1985; Safner et al., 1998;
Sams et al., 1993). Pada Lechi, penyemprotan yang paling efektif dilakukan pada
tahap awal (2 minggu setelah anthesis) lalu diikuti dengan pemberian kalsium
sebelum perkembangan aril (Huang et al., 2005).

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari penyemprotan kalsium
klorida yang diberikan pada buah manggis sebelum dipanen terhadap kondisi
getah kuning dan perubahan yang dialaminya.

Hipotesis
Pemberian

kalsium

klorida

mengurangi getah kuning pada manggis.

melalui

penyemprotan

diduga

dapat

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah, penyebaran dan Botani Tanaman Manggis
Manggis (Garcinia mangostana L.) pada umumnya dikenal sebagai
tanaman budidaya dan merupakan hasil silangan alotetraploid dari species liar
Garcinia hombroniana Pierre dengan Garcinia malaccensis T. Anderson
(Verheij, 1992).
Manggis merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak sekali ditemukan
di daerah Sumatera dan mempunyai lebih dari 400 genus yang tersebar di wilayah
tropika Asia, Afrika, Kaledonia Baru dan Polinesia (Chay, 2005). Tanaman
manggis menyebar ke Timur sampai ke Papua Nugini dan Kepulauan Mindanau
(Filipina), ke Utara melalui semenanjung Malaysia menyebar terus kebagian
Selatan, Myanmar, Vietnam dan Kamboja. Tanaman ini telah dikenal oleh para
peneliti dari Barat sejak awal tahun 1631 (Kastaman, 2007).
Menurut Verheij (1992) penamaan ilmiah Garcinia mangostana L.
diberikan sesuai dengan nama penjelajah dari Perancis yang bernama Laurent
Garcin (1683-1751). Pada awalnya dikenal dengan nama Mangostana garcinia
gaertner, termasuk ke dalam famili Guttiferae yang memiliki 35 genera dan lebih
dari 800 species yang berasal dari daerah tropik. Di antaranya sembilan genera
dengan species yang merupakan pohon buah-buahan. Lima genera dengan sekitar
50 species dari famili yang berasal dari Asia Tenggara. Genus Garcinia
merupakan genus yang terbesar (lebih dari 400 species), 40 species dapat dimakan
dan banyak ditemukan di Pulau Kalimantan.
Pertumbuhan manggis tergolong sangat lama tetapi mempunyai umur yang
panjang. Perbanyakan melalui biji mengalami berbagai kendala, tanaman manggis
yang berasal dari biji baru dapat dipanen buahnya pertama kali setelah berumur
15-17 tahun. Sistem perakaran pada manggis mudah patah, lambat tumbuh, dan
mudah terganggu karena tidak dijumpai akar rambut pada akar utama maupun
akar lateral (Nakasone and Paull, 2004).
Manggis tergolong tanaman pohon yang mempunyai ketinggian 6-25 m
dan diameter batang 60 cm dengan percabangan ke segala arah (Ashari, 2006)
Bunga bersifat uniseksual dioecious (berumah dua), akan tetapi hanya bunga

betina yang dapat dijumpai, sedangkan bunga jantan tidak berkembang sempurna
(rudimenter), yaitu tumbuh kecil kemudian mengering dan tidak dapat berfungsi
(Mulyani, 2000). Oleh karena itu buah manggis dihasilkan secara partenogenesis
(tanpa penyerbukan). Dengan demikian bijinya tidak terjadi melalui perkawinan,
tetapi terjadi karena pengaruh hormon kelamin betina (endengan). Biji seperti ini
disebut apomiksis yang sifatnya adalah vegetatif sehingga biji manggis sifatnya
polinuselus yang berarti dari satu biji dapat tumbuh lebih dari satu semai (Verheij,
1992; Chay, 2005).
Buah partenokarpi biasanya berbentuk bundar, berdaging lunak, saat
dimasak, pipih pada bagian dasarnya dimana bagian bawahnya terdapat petal yang
tebal dan rongga-rongga stigma, sisa rongga stigma ini tetap tinggal pada ujung
buahnya. Buah berbentuk bulat atau agak pipih dan relatif kecil dengan diameter
3,5-8 cm (Verheij, 1992; Nakasone and Paull, 2004).
Ketebalan kulit buah manggis bervariasi, di Indonesia tebalnya 5.5-9 mm
(Deptan, 2007) sedangkan di Australia tebalnya 5-7 mm (Chay, 2006). Buah
matang berwarna merah dan keungu-unguan yang biasanya mengandung cairan
kekuning-kuningan yang rasanya pahit, cairan ini disebut sebagai getah kuning
yang juga terdapat pada semua jaringan utama tanaman yang mengandung tanin
dan senyawa berbentuk kristal yang disebut xanton (Asano et al., 1995).
Arillus buah mempunyai bobot 30% dari berat total, berwarna putih sedikit
transparan, dan terdiri dari 4-8 segmen ( Chay, 2005). Segmen-segmen umumnya
berukuran tidak sama dan satu atau dua dari segmen ini biasanya berisi biji
(Verheij, 1992). Biji manggis merupakan biji apomiktis yang terbentuk dari selsel nuselus (Mulyani, 2000). Biji berwarna cokelat dengan panjang 2-2.5 cm,
lebar 1.5-2 cm dan tebal antara 0.7-1.2 cm. Berat biji bervariasi antara 0.1-2.2
gram. Biji diselimuti oleh aril yang berwarna putih, empuk, transparan dan
mengandung sari buah. Penampakan embrio tidak jelas mengenai lokasi plumula
dan radikel dari pemeriksaan menunjukkan kemungkinan adanya perluasan titik
tumbuh di sepanjang biji (Verheij, 1992).

Khasiat Buah Manggis
Asano et al. (1995) menyatakan bahwa getah kuning yang terdapat pada
Garcinia Hanbiryi mengandung beberapa 11 jenis xanthone. Senyawa xanthone
yang bersifat sitotoksik tersebut adalah ganbogin, morellin, dimethyl acetal,
isomoreollin B, moreollic acid, gambogenic acid, gambogenin, isogambogenin,
desoxygambogenin, gambogenin dimethyl acetal, gambogellic acid dan hanburin
(Asano et al.,1995).
Senyawa xanthone yang terdapat pada perikarp manggis telah banyak
diteliti dan digunakan sebagai obat. Ji et al. (2007) menemukan enam jenis
xanthon

(3-isomangostin,

hyroxycalabaxanthone dan

8-desoxygartanin,

gartanin,

α-mangostin,

9-

-mangostin) pada Garcinia mangostana L. yang

dapat digunakan sebagai obat kanker. Menurut Matsumoto et al. (2004) αmangostin dapat mengobati dan mencegah kanker darah (leukimia), Nakatani et
al. (2002) menyatakan bahawa

-mangostin dapat menghambat produksi

cyclooxygenase (COX) dan prostaglandin E2 yang berbahaya bagi tubuh manusia
sedangkan Moongkarndi et al. (2003) Crude Methanolic Extract (CME) berperan
dalam penyembuhan kanker payudara

Getah Kuning
Daging buah manggis yang terkena penyakit getah kuning menempel ke
kulit buah dan menimbulkan rasa yang pahit. Selain di daging buah, getah kuning
ini juga muncul di kulit buah, yang akan mengeras seiring dengan bertambahnya
umur simpan buah manggis yang telah dipanen. Hal ini dapat menurunkan
kualitas buah baik secara fisik maupun rasa, buah akan terlihat buruk dan kurang
menarik (Yaacob dan Tyndall, 1995). Getah kuning dapat terjadi pada buah muda
maupun yang sudah masak dan hanya diketahui jika buah sudah dibuka (Juaidi,
2003).
Getah kuning merupakan eksudat resin (cairan getah) berwarna kuning
yang tumpah akibat pecahnya saluran resin (Asano et al., 1996). Getah kuning
disebut dengan nama gamboge. Selain berbentuk cairan, getah kuning juga dapat
berupa bintik-bintik kuning yang juga terdapat pada daging dan kulit buah
(Verheij, 1997; Ashari, 2006).

Kanal bercabang merupakan rangkaian sel-sel yang mengandung cairan
getah disebut lateks (Fahn, 1990). Lateks yang merupakan suatu suspensi atau
dalam keadaan tertentu berupa emulsi dari partikel-partikel kecil dalam suatu
cairan dengan indeks bias yang bervariasi, umumnya dijumpai dalam
angiospermae (Dickison, 2000).
Dinding sel pada kanal bercabang terdiri dari dinding tebal dan dinding
tipis. Dinding tebal mengandung selulosa, substansi pektat dan hemiselulosa.
Dinding-dinding tersebut sangat mudah terdegradasi dan elastis (Fahn, 1990).
Diduga pecahnya dinding sel pada latisifer dikarenakan kurangnya kalsium pada
sel tersebut.
Bunsiri et al. (2003) melaporkan pecahnya dinding sel pada perikarp buah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kandungan lignin, asam fenolik dan
aktifitas peroksidase. Semakin sedikit kandungan lignin pada buah manggis maka
kulit buah akan semakin lunak. Selain lignin kulit juga mengandung senyawa
fenol (Mulyani, 2000).
Selain itu musim hujan juga berpengaruh pada kerusakan perikarp buah
manggis (Syah et al., 2007). Kandungan air yang banyak akan mendorong sel,
sehingga menjadi membesar dan pada akhirnya pecah, sehingga cairan latex
tumpah dan jatuh pada bagian arilus yaitu bagian buah yang dapat dimakan
(Yacoob dan Tyndall, 1995).

Peranan Pupuk Kalsium Terhadap Struktur Dinding Sel
Kalsium dibutuhkan oleh semua tanaman tingkat tinggi dan diambil dalam
bentuk Ca2+ (Mengel, 1973). Kalsium banyak dijumpai di dalam daun dan dalam
beberapa tanaman dijumpai dalam bentuk Ca-oksalat di dalam sel-sel tanaman
tersebut. Kalsium juga dapat dijumpai dalam bentuk ion di dalam cairan sel
(Marschner, 1995). Kalsium digolongkan sebagai unsur yang immobil dalam
tanaman (Leiwakabessy, Wahjudin dan Suwarno, 2003).
Kalsium berperan dalam pembentukan dan peningkatan kadar protein
dalam mitokondria, sehingga kalsium juga berperan dalam absorbsi nitrat dan
aktivitas beberapa enzim (Fennema, 1996). Menurut Winarno dan Aman (1981)

kalsium berperan dalam absorbsi nitrat dan aktivitas beberapa enzim yang aktif
dalam sintesa dan degradasi pati, fosforilasi, pembentukan polimer serta respirasi.
kalsium bersama dengan pektat berperan dalam menjaga turgiditas sel yaitu
membuat dinding sel semakin tegar, kuat dan kokoh (Fennema, 1996; Winarno
dan Aman, 1981; Marschner, 1995). Kalsium juga berperan sebagai perekat antara
dinding sel yang satu dengan dinding sel yang lain (Marschner, 1995).

Pengaruh Aplikasi Kalsium
Defisiensi kalsium cenderung menyebabkan pecahnya sel pada tanaman
lechi (Huang et al., 2005). Pemberian kalsium klorida (CaCl2) dapat
meningkatkan kekuatan kulit dan umur simpan buah persik (Prussia et al., 2007).
Pemberian CaCl2 selain dapat meningkatkan umur simpan buah mangga dengan
menekan laju respirasi dan produksi etilen juga menambah kekuatan kulit
buahnya (Sari et al., 2004; Taddei et al., 2005). Penelitian dengan perlakuan dan
hasil yang sama juga ditemukan pada apel (Moor et al., 2005). Menurut Huang et
al. (2005), penyemprotan yang paling efektif dilakukan pada tahap awal (2
minggu setelah anthesis) lalu diikuti dengan pemberian kalsium sebelum
perkembangan aril.

Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Kasium
Menurut Fennema (1996), kalsium klorida adalah suatu senyawa organik
yang tidak larut dalam air sehingga akan mudah sekali mengering dan membentuk
endapan jika didiamkan. Pro stiker adalah jenis surfaktan nonionik (tidak
Bermuatan) yang berfungsi sebagai zat pembasah yaitu dengan membungkus ion
kalsium dan membuatnya tolak menolak dengan air sehingga posisinya
mengambang dan dapat bertahan untuk tetap basah beberapa saat lebih lama
sebelum menyusup ke dalam perikarp buah (Huang et al., 1995). Chelating
agents/ sequetrants/ agen pengkelat adalah suatu senyawa yang berperan dalam
menyerap atau mengikat logam dan senyawa organik yang tidak larut dalam air
dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang larut dalam air (Fennema, 1996).
Penyerapan kalsium oleh perikarp buah juga dipengaruhi oleh jumlah
stomata, lenti sel dan lapisan kutikula (Dorly, 2008; Marschner, 1995; Huang et

al., 2005. Menurut Huang et al. (2005) semakin sedikit jumlah stomata pada
perikarp buah lechi maka semakin sedikit ion kalsium yang menempel pada
permukaan buah yang dapat diserap. Kondisi iklim seperti kelembaban dan
temperatur juga mempengaruhi tingkah laku stomata sehingga memberikan efek
nyata terhadap penyerapan kalsium yang diberikan (Mulyani, 2000)
Kalsium yang memasuki perikarp akan ditranslokasikan pada dinding sel.
Kalsium merupakan elemen yang kurang mobil, mekanisme translokasi kalsium
masih belum jelas akan tetapi pemberian kalsium dapat diendapkan dengan asam
organik yang ada pada perikarp seperti asam oksalat (Huang et al. 2005).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2007 hingga April 2008 di
desa Karacak, Leuwiliang, Bogor. Analisis dan pengukuran getah kuning kulit,
getah kuning aril, bobot, diameter, PTT dan TAT dilakukan di laboratorium Pusat
Kajian Buah Tropika (PKBT), Baranangsiang, sedangkan untuk analisis
kandungan kalsium pada kulit buah dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah manggis,
CaCl2, Citrid Acid (CA) sebagai pengkelat (chelating agent) garam kalsium
(pengikat kalsium sehingga mudah untuk diserap), Pro Stiker sebagai
perekat/pelindung garam kalsium di buah agar tidak cepat tercuci oleh hujan,
larutan NaOH 0,1 N, indikator penalphtalein (PP) dan akuades. Alat-alat yang
digunakan terdiri dari timbangan analitik untuk mengukur bobot kalsium dan
Citrid Acid, timbangan digital untuk mengukur bobot buah, refraktometer untuk
mengukur tingkat kemanisan, buret untuk titrasi asam, jangka sorong untuk
mengukur diameter buah dan atomic absorbtion spectrophotometer (AAS) untuk
mengukur persentase kandungan kalsium pada kulit buah.

Metode Penelitian
Penelitian dimulai dengan aplikasi penyemprotan kalsium yang dilakukan
di kebun (lapang) pada saat bunga mekar (5-12 hari setelah pentil bunga muncul)
sampai buah siap panen (105-114 hari setelah anthesis). Penelitian selanjutnya
dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika dan Laboratorium Kimia
dan Kesuburan Tanah, IPB untuk menganalisis setiap parameter yang diuji.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
satu faktor, yaitu dosis CaCl2, yang terdiri dari 5 taraf percobaan dengan 3
ulangan. Kelima taraf tersebut antara lain:
A = Perlakuan 1 (kontrol/tidak diberi CaCl2)
B = Perlakuan 2 (5 g/L CaCl2 )
C = Perlakuan 3 (15 g/L CaCl2)
D = Perlakuan 4 (22.5 g/L CaCl2)
E = Perlakuan 5 (30 g/L CaCl2)
Setiap perlakuan terdiri dari 3 pohon sebagai ulangan, sehingga satu
ulangan terdiri dari satu pohon. Jumlah pohon manggis yang dipakai dalam
penelitian ini ada sebanyak 15 pohon. Setiap pohon diambil sampel sebanyak 20
butir buah manggis. Pengambilan contoh dilakukan secara acak (random).
Kemudian data dianalisis menggunakan ANOVA.
Model matematika yang digunakan sebagai analisis statistik dalam penelitian ini
adalah:
Yij = µ + αi +

j+

ε ij

Keterangan:
Yij

= Nilai pengamatan pada perlakuan aplikasi
dolomit ke-i terhadap ulangan ke-j

µ

= Nilai rataan umum

αi

= Pengaruh perlakuan aplikasi dolomit ke-i

j

ε ij

= Pengaruh kelompok ke-j
= Pengaruh galat pada perlakuan aplikasi
dolomit ke-i terhadap kelompok ke-j

i = 1, 2, 3 ; j = 1, 2, 3
Data dianalisis menggunakan uji F jika hasilnya berbeda nyata akan
dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan pohon
Pohon manggis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon yang
memenuhi syarat jumlah bunga (20-40) yang mekar secara bersamaan. Jumlah
bunga sengaja diperbanyak untuk mengantisipasi terjadinya gugur bunga
(rontok). Jumlah pohon yang di pakai dalam penelitian ini adalah sebanyak 15
pohon.
2. Pelabelan
Pelabelan dilakukan terhadap bunga yang telah ditetapkan menjadi unit
percobaan dengan maksud agar tidak terjadi kekeliruan baik dalam aplikasi
penyemprotan kalsium maupun dalam pemanenan. Pelabelan dilaksanakan
pada tanggal 26 September, 2009-14 Oktober, 2009. Setiap perlakuan diberi
label dengan lima warna yang berbeda.
3. Pembuatan Larutan pupuk
Masing-masing dosis pupuk kalsium yang menjadi perlakuan ditimbang
kemudian dikemas di dalam plastik kecil yang bersih. Masing-masing dosis
kalsium dan kontrol ditambahkan 5 g asam sitrat (CA) dan 1 ml surfaktan pro
stiker kemudian dilarutkan dengan air dalam botol sprayer 1 liter. Pembuatan
larutan dilakukan sebanyak penyemprotan yaitu tujuh kali dengan tujuan untuk
menghindari kontaminasi dan pengendapan kalsium, sehingga larutan pupuk
yang tersisa selalu dibuang.
4. Penyemprotan
Penyemprotan dilakukan secara teratur 2 minggu sekali pada bunga yang
telah diberi label yaitu pada tanggal 15 Oktober, 29 Oktober, 12 November, 26
November, 10 Desember, 24 Desember dan 7 Januari. Ukuran banyaknya
pupuk kalsium yang diberikan ke buah adalah sampai seluruh bagian basah
yaitu ± 10 ml/L.
5. Panen
Buah mulai dipanen pada akhir Januari yaitu ketika telah memenuhi syarat
umur pemanenan. Buah yang dipanen umumnya berumur 105-114 hari setelah
anthesis (bunga mekar).

Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan ukuran, citarasa,
kandungan kalsium pada kulit dan skor getah kuning baik pada kulit maupun pada
aril buah. Pengamatan ukuran dan citarasa buah adalah:
1. Bobot buah (gram)
Bobot keseluruhan buah dihitung dengan menggunakan timbangan digital.
2. Diameter buah (cm)
Diameter transversal diukur dengan menggunakan jangka sorong secara
melintang melingkari buah pada bagian tengah.
3. Kekerasan kulit buah (mm)
Tingkat kekerasan atau tekstur kulit buah diukur bagian pangkal, ujung
dan tengahnya dengan menggunakan jangka sorong.
4. Padatan total terlarut (PTT )
Daging buah yang sudah dihancurkan diambil cairan buahnya dengan cara
menyaringnya dengan kain filter. Cairan buah tersebut diukur padatan total
terlarutnya (oBrix) dengan menggunakan refraktometer.
5. Total asam terlarut (TAT)
Kandungan total asam terlarut diukur dengan metode titrasi NaOH.
TAT = ml NaOH x N x fp x BE x 100%
mg contoh
BE= berat molekul asam sitrat (64)
N = normalitas NaOH (0.1 N)
fp = faktor pengenceran (100/25)
6. Nisbah PTT/TAT
Nisbah PTT/TAT diperoleh dari perbandingan antara padatan total terlarut
dengan total asam tertitrasi.
Pengukuran kandungan kalsium pada kulit buah dilakukan di laboratorium
Kimia dan Kesuburan Tanah, IPB dengan metode pengabuan yang menggunakan
alat atomic absorbtion spectrophotometer (AAS) sedangkan pengamatan dan
pengukuran skor pencemaran getah kuning yang muncul dilakukan dengan
menggunakan skoring (Kartika, 2004). Skor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu
skor getah kuning pada kulit dan skor getah kuning pada aril.

 Getah kuning pada kulit buah
Skor 1: baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.
Skor 2: baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa
mempengaruhi warna buah.
Skor

3: cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang
mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 4: buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang
menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan
buah.
Skor 5: buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk
jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi
kusam.
 Getah kuning pada daging buah
Skor 1: baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik
diantara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah.
Skor 2: baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil)
karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung.
Skor 3: cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu
juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.
Skor 4: buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, diantara
juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi
pahit.
Skor 5: buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring, diantara juring
atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit,
warna daging buah menjadi bening.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Lokasi percobaan berbentuk lereng dengan usia pohon 25-30 tahun dan
jarak tanam 3x3 m2. Menurut Joemono, Kuntarsih dan Sobir (2007) jarak tanam
pohon manggis berdasarkan standar operasional prosedurnya adalah 9 x 9 m2
dengan ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm3 pada tanah gembur. Dirjen
Hortikultura (2007) menyatakan penanaman manggis dengan tanah yang kaya
humus dan gembur menggunakan jarak tanam 10 x 10 m2 dengan ukuran lubang
tanam 60 x 60 x 60 cm3. Selama penelitian berlangsung, data iklim yang tercatat
oleh Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor, 2008, menunjukkan bahwa suhu ratarata bulanan di sekitar tempat penelitian adalah 25.3 0C dan kelembaban udara
rata-rata 86.4%. Curah hujan rata-rata tahunan di lokasi penelitian adalah 2 037
mm/tahun, dengan hari hujan mencapai 144 hari/tahun. Adapun curah hujan ratarata bulanan adalah 207mm/bulan, dengan hari hujan 14.4 hari/bulan. Jenis tanah
kebun percobaan penelitian ini didominasi liat.

Kandungan Kalsium pada Kulit Buah
Perlakuan penyemprotan kalsium klorida sebanyak 22.5 g menghasilkan
kandungan kalsium pada kulit buah yang berbeda nyata dengan kontrol, tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan kalsium yang lain. Persentase kalsium yang
terkandung pada kulit buah manggis dengan penambahan 22.5 g CaCl2 lebih
tinggi daripada kontrol. Persentase kalsium yang dapat diserap perikarp (kulit)
buah antara lain dipengaruhi oleh lapisan kutikula dan jumlah stomata (Huang et
al., 2005). Dorly (2008) menyatakan jumlah stomata pada manggis yang berumur
dua minggu setelah anthesis tidak berubah hingga menjadi buah dewasa. Ion
kalsium

yang

berhasil

diserap

oleh

buah

manggis

melalui

stomata

ditranslokasikan pada dinding sel kemudian berikatan dengan pektat dan
membentuk kalsium pektat yang berperan dalam menjaga turgiditas sel (Huang et
al., 2005; Winarno dan Aman, 1981) sehingga diduga cairan resin yang terdapat
pada kanal bercabang tidak tumpah dan mengotori kulit maupun aril buah.

Tabel 1. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Kandungan Kalsium pada Kulit
Buah
Perlakuan
Parameter
CaCl2 (g/L)

Persentase Ca pada Kulit Buah

0

0.16b

5

0.24ab

15

0.17ab

22.5

0.25a

30

0.23ab

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.
Skor Getah Kuning
Getah kuning merupakan eksudat resin berwarna kuning yang tumpah
akibat pecahnya saluran resin (Asano et al., 1995; Dickison, 2000; Fahn, 1990).
Saluran resin ini dikenal dengan nama kanal bercabang (Fahn, 1990; Dickison,
2000). Dinding sel pada kanal bercabang terdiri dari dinding tebal dan dinding
tipis. Dinding tebal mengandung selulosa, substansi pektat dan hemiselulosa.
Dinding-dinding tersebut sangat mudah terdegradasi dan elastis (Fahn, 1990).
Sebagian besar ion kalsium dalam tanaman berlokasi pada dinding sel. Menurut
Marscher (1986) ada dua tempat pada dinding sel dengan konsentrasi Ca2+ tinggi,
yaitu pada lamela tengah dan permukaan luar membran plasma. Pada dua lokasi
tersebut Ca2+ mempunyai peran struktural penting, khususnya dalam pengendalian
permebilitas membran dan penguatan dinding sel.
Kandungan getah pada kulit dan daging buah dinyatakan dalam bentuk
skor, makin besar nilai skornya maka makin banyak kandungan getah yang
terdapat pada daging buah. Perlakuan penyemprotan kalsium dengan berbagai
taraf konsentrasi menghasilkan skor getah kuning berbeda nyata dengan kontrol.
Pemberian kalsium tersebut nyata menurunkan getah kuning baik pada kulit
maupun aril buah tetapi tidak berbeda diantara taraf konsentrasi penyemprotan.
Sehingga dengan penambahan 5 g kalsium klorida sudah cukup untuk mengurangi
skor getah kuning pada manggis.

Tabel 2. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Skor Getah Kuning
Perlakuan
Parameter
CaCl2 (g/L)

Getah Kuning pada Kulit

Getah Kuning pada Aril

0

4.25a

2.52a

5

3.07b

1.60b

15

2.97b

1.27b

22.5

2.79b

1.19b

30

2.34b

1.35b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.
Skor 1 berarti buah manggis mempunyai aril yang baik sekali, daging
putih bersih, tidak terdapat getah kuning, baik diantara aril dengan kulit maupun
di pembuluh buah. Skor 2 hanya terdapat sedikit noda (bercak kecil) pada satu
ujung, sehingga menjadikan manggis yang mempunyai skor ini termasuk jenis
yang layak ekspor. Berdasarkan Gambar 1, penambahan 22.5 g CaCl2 memiliki
100% aril buah yang layak ekspor sedangkan kontrol mempunyai 45.8% buah
yang tidak layak ekspor. Noda atau gumpalan getah kuning terdapat pada buah
yang memiliki skor 3, 4 dan 5 sehingga menyebabkan rasa buah menjadi pahit dan
membuat warna aril menjadi bening.
Penambahan 5 gram kalsium klorida berbeda nyata dalam menurunkan
getah kuning pada aril manggis, tetapi pada perlakuan ini masih dihasilkan 13.9%
buah yang tidak layak ekspor. Biaya yang dikeluarkan pada penambahan 5 gram
lebih rendah dibanding perlakuan kalsium yang lain, tetapi jika aplikasi
penambahan 5 gram kalsium klorida ini diterapkan pada skala produksi yang lebih
besar akan memberikan hasil yang kurang memuaskan.

Persentase Skor Getah Kuning

120
100
80

Skor 1dan 2 (Layak
Ekspor)

60

Skor 3,4 dan 5 (Tidak
Layak Ekspor)

40
20
0
Kontrol

5

15

22.5

30

Konsentrasi CaCl2 (g/L)

Gambar 1. Persentase skor getah kuning aril yang layak ekspor dan tidak layak
ekspor pada masing-masing perlakuan.
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada kontrol diperoleh 85.67%
buah yang tidak layak ekspor sedangkan pada penambahan 15 g CaCl 2
menghasilkan 83.34% buah yang layak ekspor. Kondisi kulit buah pada skor 1, 2
dan 3 adalah mulus dengan 1-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa
mempengaruhi warna kulit buah, sehingga tetes-tetes getah kuning yang
mengering tersebut dapat dibersihkan tanpa harus melukai jaringan kulit buah.
Buah yang dihasilkan pada skor 4 dan 5 dikatakan tidak layak ekspor karena
memiliki kulit yang buruk sekali dan kotor akibat tetesan getah kuning yang
membentuk jalur-jalur berwarna kuning dipermukaan buah sehingga membuat
warna kulit buah menjadi kusam. Persyaratan mutu buah untuk tujuan ekspor
kelas super menurut Dirjen Hortikultura (2007) adalah kulit buah mulus tidak
bercacat, baik cacat mikrobiologis maupun cacat mekanis seperti burik dan getah
kuning tidak lebih dari 5%.

Persentase Skor Getah Kuning

90
80
70
60

Skor 1, 2 dan 3 (Layak
Ekspor)

50
40

Skor 4 dan 5 (Tidak
Layak Ekspor)

30
20
10
0
Kontrol

5

15

22.5

30

Konsentrasi CaCl2 (g/L)

Gambar 2. Persentase skor getah kuning kulit yang layak ekspor dan tidak layak
ekspor pada masing-masing perlakuan.

(a)

(c)

(b

(d)

Gambar 3. Buah Manggis yang Terkena Getah Kuning dan Buah Manggis yang
Tidak Terkena Getah Kuning. (a) Kulit buah manggis bergetah kuning pada
kontrol (b) Kulit buah manggis yang diberi penyemprotan 30 gram CaCl2 (c) Aril
manggis bergetah kuning pada kontrol (d) Aril manggis yang diberi penyemprotan
22.5 gram CaCl2

Kastaman (2007) melaporkan bahwa Indonesia mempunyai
peluang yang sangat besar dalam pengembangan manggis karena bersama
Thailand, Philipina dan Malaysia, Indonesia termasuk pemasok terbesar
komoditas buah manggis segar ke pasar manggis dunia. Kualitas buah manggis
sangat diperhatikan agar dapat bersaing di pasar dunia. Getah kuning dapat berupa
cairan maupun bintik-bintik berwarna kuning (Verheij, 1997; Ashari, 2006).
Manggis yang memiliki getah kuning pada aril buahnya kurang disukai
konsumen meskipun dalam jumlah kecil karena akan menyebabkan rasa pahit
pada buah (Syah et al, 2007). Seleksi getah kuning pada bagian aril manggis
adalah tahap yang paling sulit, karena harus membuka buah terlebih dahulu
(Kastaman, 2007). Buah yang dihasilkan pada 22.5 g CaCl2 mempunyai 26% kulit
buruk tetapi aril buah yang dihasilkan 100% baik dan layak untuk diekspor
sedangkan pada 15 g CaCl2 masih menghasilkan 8.1% aril buah yang buruk dan
tidak layak untuk diekspor.
Luas lahan 1 ha dapat ditanami 100 pohon manggis dan 152 tanaman
pelindung seperti pisang dan pepaya ( Deptan, 2007). Jumlah buah pada penelitian
ini mencapai 20-40 buah/pohon. Penelitian ini ditujukan untuk para petani di
Indonesia sehingga bahan kimia yang dipakai (kalsium klorida, asam sitrat dan
surfaktan) diperoleh dari toko kimia biasa dengan harga yang dapat dijangkau.
Harga bahan kimia tersebut adalah Rp 10.000/kg CaCl2, Rp 37.500/kg CA, Rp
5500/btl surfaktan pro stiker (300 ml). Biaya penyemprotan 5 g CaCl2 yang
diperlukan untuk satu kali masa panen adalah Rp 35.500-Rp 71.000/ha sedangkan
untuk 22.5 g CaCl2 adalah Rp 60.000- Rp 120.000/ha.

Ukuran dan Tingkat Kekerasan Buah
Bobot dan diameter buah manggis dengan penambahan 15 gram CaCl2
berbeda nyata pada bobot dan diameter buah manggis dengan penambahan 5 gram
dan 30 gram kalsium klorida tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Pertambahan bobot buah terjadi sebagai akibat pertambahan luas (kulit buah) dan
volume (daging buah). Kalsium berperan dalam pembentukan dan peningkatan
kadar protein dalam mitokondria (Leiwakabessy, 2003). Selain itu kalsium juga
berperan dalam absorbsi nitrat dan aktivitas beberapa enzim yang aktif dalam
sintesa dan degradasi pati, fosforilasi, pembentukan polimer serta respirasi
(Winarno dan Aman, 1981).
Kekerasan kulit buah manggis dengan penambahan 15 gram dan 22.5
gram kalsium klorida berbeda nyata dengan kontrol tetapi tidak berbeda nyata
dengan manggis yang diberi perlakuan 5 gram dan 30 gram kalsium klorida.
Kekerasan pada kulit buah berkaitan dengan pembentukan senyawa sekunder
yang dihasilkan di kulit. Kulit memiliki lapisan gabus, lignin, senyawa flavanoid
dan fenol sehingga terjadi penebalan dilapisan kulit (Bunsiri et al., 2003). Hal
inilah yang mempengaruhi tingkat kekerasan kulit disamping kulit juga
mengandung lapisan lilin.
Kekerasan kulit buah dipengaruhi oleh adanya enzim poligalakturonase
(PG) yang berperan dalam pemutusan ikatan polimer beberapa senyawa molekul
di dinding sel, misalnya selulosa, hemiselulosa, selobiosa dan liginin serta enzim
selulase yang berfungsi untuk merusak dinding sel. Enzim poligalakturonase
disintesis dalam sitosol sel tidak berfungsi saat buah masih muda. Aktivitas kerja
enzim ini baru terlihat dan semakin meningkat selama pemasakan buah. Selama
proses pemasakan enzim ini berperan dalam pembelahan dan pemecahan selulosa
dan hemiselulosa yang merupakan komponen penyusun dinding sel (Tucker,
1993).

Tabel 3. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Bobot, Diameter dan Kekerasan
Buah
Perlakuan
Parameter
Kekerasan
CaCl2 (g/L)

Bobot (g)

Diameter (cm)

(mm/1kg)

0

114.51a

5.95a

0.75a

5

94.90bc

5.54bc

0.71ab

15

115.03a

5.98a

0.68b

22.5

105.34ab

5.74ab

0.69b

82.34c

5.31c

0.70ab

30

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Cita Rasa Buah
Salah satu kriteria buah manggis yang disukai konsumen adalah manggis
yang mempunyai rasa yang manis dan tidak asam. Kandungan total gula pada
manggis dengan penambahan 5 g CaCl2 berbeda nyata dengan kontrol.
Kandungan total gula merupakan jumlah keseluruhan gula invert berupa glukosa
dan fruktosa yang berasal dari hidrolisis sukrosa. Kadar gula total yang dianalisis
adalah sukrosa dan gula-gula sederhana lain yang terkandung dalam arilus buah
manggis. Kalsium berperan dalam pembentukan enzim α-amylase dan asam
phosphat pada sel aleuron di tanaman barley (Jones dan Carbonell, 1984).
Kalsium dan kalmodulin berperan dalam biosintesis dan sekresi enzim α-Amylase
selama stadium awal germinasi pada sel skutelum biji gandum (Mitsui et al.,
1984).
Persentase total asam buah manggis yang disemprot dengan 15 g CaCl2
berbeda nyata dengan manggis yang disemprot 22.5 g, 30 g CaCl2 dan kontrol.
Manggis yang sudah matang mengandung komponen asam seperti asam askorbat,
asam sitrat dan asam-asam lain dengan porsi yang kecil. Total asam yang
dianalisis pada penelitian ini adalah total asam maksimum. Menurut Lodh dan
Pantastico (1989) buah manggis akan mencapai total asam maksimumnya pada
puncak pertumbuhan dan perkembangan buah, dan akan menurun selama

penyimpanan. Kalsium berpengaruh dalam pembentukan asam phophat (Jones
dan Carbonell, 1984).
Nisbah PTT/TAT merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam
mengukur dan menilai mutu buah manggis. Pada umumnya semakin tinggi nilai
nisbah PTT/TAT maka mutu buah akan semakin baik untuk dikonsumsi (Lodh
dan Pantastico, 1986). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
penambahan 22.5 gram CaCl2 pada buah manggis mempunyai nisbah PTT/TAT
berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Hal ini terjadi karena nisbah
PTT/TAT dipengaruhi oleh komposisi gula dan asam pada buah. Total asam pada
perlakuan ini adalah merupakan total asam terendah dari semua perlakuan.

Tabel 4. Pengaruh Pemberian CaCl2 terhadap Citarasa Buah
Perlakuan

Parameter
PTT (oBrix)

TAT (%)

PTT/TAT

0

18.57b

0.61b

30.60b

5

19.82a

0.65ab

30.35b

15

19.41ab

0.69a

28.34b

22.5

19.06ab

0.55c

34.66a

30

19.38ab

0.63b

30.78b

CaCl2 (g/L)

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.

Korelasi
Nilai korelasi menunjukkan ada atau tidak adanya hubungan antara dua
parameter yang diuji yang bernilai positif atau negatif. Sebagian besar parameter
yang diuji tidak berkorelasi, kecuali diameter dengan bobot (0.99), kekerasan
dengan getah kuning aril (0.97), getah kuning kulit dengan getah kuning aril
(0.92) dan asam tertitrasi dengan rasa buah (rasio PTT/TAT) sebesar -0.96.
Korelasi antara bobot dan diameter menunjukkan bahwa semakin besar
bobot buah makan ukuran akan semakin besar akibat pertambahan luas (kulit
buah) dan volume (daging buah) sehingga lingkar buah juga akan semakin
meningkat. Korelasi antara total asam dengan nisbah PTT/TAT menunjukkan
bahwa semakin asam rasa buah maka rasa buah menjadi kurang disukai. Hal ini
berarti mutu buah menjadi kurang baik karena kurang disukai untuk dikonsumsi.
Korelasi antara kekerasan dan getah kuning aril menunjukkan adanya hubungan
antara skor getah kuning dengan tingkat kekerasannya, semakin tinggi skor getah
kuning maka kulit akan semakin keras, karena sel-sel saluran getah kuning yang
pecah akan mengerut dan berikatan erat antara sel yang satu dengan sel yang
lainnya sebagai akibat keluarnya cairan dalam sel yang berwarna kuning.
Hasil penelitian menunjukkan getah kuning pada kulit berkorelasi positif
dengan getah kuning pada aril. Hal ini menunjukkan bahwa munculnya getah
kuning baik pada kulit maupun aril dipengaruhi oleh faktor yang sama yaitu,
faktor dinding sel kanal bercabang yang lemah. Dinding sel yang lemah terkait
erat dengan keberadaan ion kalsium. Kalsium berperan penting dalam menjaga
turgor dinding sel dan pembukaan stomata (Huang et al., 2005). Syah et al. (2007)
menyatakan perubahan tekanan turgor akibat terjadinya perubahan air tanah yang
flukt