Analisis Determinan Status Dehidrasi Latihan pada Atlet Remaja
ANALISIS DETERMINAN STATUS DEHIDRASI LATIHAN
PADA ATLET REMAJA
UMBARA NUNGGAL PASKINDRA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Determinan
Status Dehidrasi Latihan pada Atlet Remaja adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Umbara Nunggal Paskindra
NIM I14080087
ABSTRAK
UMBARA NUNGGAL PASKINDRA. Analisis Determinan Status Dehidrasi
Latihan pada Atlet Remaja. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF dan IKEU
EKAYANTI.
Pada aktivitas fisik spesifik yang sangat keras seperti latihan intensif, atlet
harus mampu membuat strategi konsumsi cairan yang tepat untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang, sehingga terhindar dari dehidrasi. Dehidrasi dapat mengganggu
fungsi fisiologis tubuh, meninkatkan resiko dari exertional heat injury dan
menghambat laju produksi energi yang secara negatif dapat mengganggu performa
olahraga. Tujuan utama dari penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap status dehidrasi latihan pada atlet remaja. Penelitian
dilakukan di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) DKI Jakarta pada bulan
Agustus sampai dengan Oktober 2013 dengan menggunakan desain cross sectional
study. Berdasarkan persentase perubahan berat badan pada saat latihan, 56,1% dari
total contoh terhidrasi dengan baik pada saat latihan dan 43,9% dari contoh
mengalami dehidrasi tingkat ringan. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa variabel
yang berhubungan dengan status dehidrasi latihan adalah jenis kelamin, persentase
lemak tubuh total, tingkat kecukupan air harian latihan, dan laju keringat pada saat
latihan. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap status dehidrasi latihan pada atlet remaja adalah jenis
kelamin, tingkat kecukupan air harian latihan, dan laju keluarnya keringat.
Kata kunci: atlet, dehidrasi, detrminan, faktor resiko
ABSTRACT
UMBARA NUNGGAL PASKINDRA. Determinant Analysis of Exercise
Dehydration Status in Young Athlete. Supervised by HIDAYAT SYARIEF and
IKEU EKAYANTI.
During intensive exercise, athlete must able to make right strategy of fluid
consumption to replace body water loss to prevent dehydration. Dehydration can
compromise physiologic function, increase the risk of exertional injury, blocked the
rate of energy production, and negatively influence performance. The main purpose
of this study is to analysis of determinant of exercise dehydration status in young
athlete. The research has been done at PPLP DKI in August to October 2013 by
using cross sectional study design. Based on the percentage of body weight change
in exercise, 56,1% of subject catagorized as well dehydrated and 43,9% of subject
catagorized as dehydration (minimal dehydration) in exercise. The results of
correlation analysis showed that significant relationship between gender,
percentage of total body fat, sufficient level of fluid in exercise period, and sweat
rate in exercise with exercise dehydration status. The results of multiple linier
regression showed that the determinant of exercise dehydration status in young
athlete are gender, sufficient level of fluid in exercise period, and sweat rate in
exercise.
Key word: ahlete, dehydration, determinant, risk factor.
ANALISIS DETERMINAN STATUS DEHIDRASI LATIHAN
PADA ATLET REMAJA
UMBARA NUNGGAL PASKINDRA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
Dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Determinan Status Dehidrasi Latihan pada Atlet Remaja
Nama
: Umbara Nunggal Paskindra
NIM
: I14080087
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS
Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MS
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini ialah gizi
olahraga, dengan judul Analisis Determinan Status Dehidrasi Latihan pada Atlet
Remaja.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS dan Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MS selaku dosen
pembimbing pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan
banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama penyusunan
skripsi ini.
2. Ibu Katrin Roosita, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberikan banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi
penulis selama menempuh mata kuliah.
3. dr. Naufal Muharam Nurdin selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang
telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi.
4. Bapak dan ibu yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dorongan,
serta semangat tiada henti kepada penulis. Adikku Dera dan Putri Anggraeni
yang juga senantiasa memberikan dukungan serta keceriaan kepada penulis.
5. Pihak PPLP DKI Jakarta, coach Wardoyo, coach Narto, Anita Maya yang
telah memberikan izin meneliti dan menerima penulis dengan baik selama
pengambilan data.
6. Desty Sri Kurnia atas doa, semangat, dukungan, dan senantiasa memberi
banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Nurayu Annisa dan teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 45 dan 46.
8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan
dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.
Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan bermanfaat dan
daya guna, khususnya bagi penulis dan semua pihak pada umumnya. Amin.
Bogor, Februari 2014
Umbara Nunggal Paskindra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
KERANGKA BERFIKIR
3
METODE
5
Desain, Tempat, dan Waktu
5
Cara Pengambilan contoh
5
Jenis dan Cara Pengambilan Data
5
Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
6
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
11
Karakteristik Individu
11
Komposisi Tubuh
13
Tingkat Aktivitas Fisik
14
Tingkat Kecukupan Air Harian
15
Laju Keringat Latihan
15
Status Dehidrasi Latihan
16
Hubungan antar faktor pada status dehidrasi latihan
17
Determinan status dehidrasi latihan
23
SIMPULAN DAN SARAN
24
Simpulan
24
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
28
RIWAYAT HIDUP
38
DAFTAR TABEL
1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data
2 Klasifikasi IMT/U berdasarkan Kemenkes RI tahun 2010 untuk usia
5-18 tahun
3 Nilai komposisi tubuh ideal pada atlet
4 Indeks status hidrasi menurut NATA tahun 2000
5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik
6 Sebaran contoh berdasarkan komposisi tubuh
7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik
8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan air
9 Sebaran contoh berdasarkan laju keringat latihan
10 Sebaran contoh berdasarkan status dehidrasi
11 Sebaran karakteristik contoh berdasarkan status dehidrasi latinan
12 Sebaran komposisi tubuh contoh berdasarkan status dehidrasi latihan
13 Sebaran tingkat aktivitas fisik contoh hari latihan bedasarkan status
dehidrasi latihan
14 Sebaran tingkat kecukupan air harian contoh pada hari latihan
berdasarkan status dehidrasi latihan
15 Sebaran laju keringat latihan berdasarkan status dehidrasi latihan
16 Hasil regresi linier berganda determinan status dehidrasi latihan pada
atlet remaja
6
7
7
10
11
13
14
15
16
16
17
19
20
21
22
23
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka berfikir determinan dan faktor resiko status dehidrasi latihan
pada atlet remaja
4
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per satuan
waktu tertentu (PAR)
Perhitungan kebutuhan energi
Kuesioner penelitian
Form food recall konsumsi pangan 1x24 jam (Libur/latihan)
Form recall aktivitas fisik 1x24 jam (libur/latihan)
Form laju keringat latihan dan status dehidrasi latihan
Hasil analisis regresi linier berganda determinan status dehidrasi
28
29
30
34
35
36
37
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penerapan ilmu dan teknologi dalam dunia olahraga atau lebih dikenal sport
science dalam dua dekade terakhir menghasilkan pemahaman yang sangat
komprehensif bagi atlet profesional dalam menampilkan performa dan prestasi
terbaiknya. Di negara–negara maju, keterlibatan sport science sudah diterapkan
sejak lama, sementara di Indonesia belum sepenuhnya diterapkan. Walaupun sudah
menjadi wacana sejak lama, namun aplikasinya terlihat stagnan bahkan nyaris tidak
terlihat. Secara umum, sport science memiliki lima cabang, yaitu fisiologi,
psikologi, biomekanik, sport medichine, dan sport nutrition yang lebih dikenal oleh
masyarakat Indonesia dengan sebutan gizi olahraga.
Bagi atlet, mutu gizi asupan pangan yang terkait dengan olahraga (sport
nutrition) mempunyai arti penting selain untuk mempertahankan kebugaran juga
untuk meningkatkan prestasi atlet. Selain itu, menjaga keseimbangan cairan di
dalam tubuh sebelum, selama, dan setelah latihan atau pertandingan melalui strategi
konsumsi cairan yang tepat merupakan faktor yang perlu diperhatikan bagi seorang
atlet. Tidak sesuainya asupan makanan terhadap kebutuhan gizi dan konsumsi
cairan yang tidak mencukupi hingga mengakibatkan dehidrasi merupakan dua
penyebab terjadinya penurunan kebugaran dan performa olahraga seorang atlet.
Selama latihan atau olahraga, penguapan berupa keringat merupakan
mekanisme yang utama dalam pembuangan panas, dengan demikian air atau cairan
menjadi salah satu kunci penting selama berolahraga. Atlet yang mengeluarkan
keringat melebihi asupan cairan akan mengalami dehidrasi selama latihan atau
pertandingan. Menurut National Athletic Trainers Association (2000), dehidrasi
akibat berkurangnya 1-2% berat badan akan mulai menggangu fungsi fisiologis
tubuh dan secara negatif akan mempengaruhi terhadap performa, bahkan
berkurangnya berat badan melebihi 3% lebih lanjut sudah mengganggu fungsi
fisiologis tubuh dan meningkatkan resiko exertional heat ilness seperti heat cramps,
heat exhaustion, atau heat stroke. Selain itu, menurut Irawan (2007) berkurangnya
1-2% berat badan akibat dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat dapat
menurunkan performa olahraga hingga sebesar 10%, berkurang 5% berat badan
dapat menurunkan performa sebesar 30%. Khusus untuk olahraga dengan intensitas
tinggi dan olahraga yang bersifat ketahanan, berkurangnya 2.5% berat badan akibat
dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat dapat menurunkan performa olahraga
hingga 45%.
Seorang atlet dengan laju pengeluaran keringat tinggi yang melakukan latihan
intensif dalam kondisi lingkungan yang panas atau lembab dapat dengan cepat
mengalami dehidrasi. Latihan pada kondisi daerah yang panas dapat mengalami
dehidrasi dengan laju sebesar 1-2 liter per jam, tidak hanya itu, atlet olahraga
endurance seperti sepakbola yang melakukan pertandingan pada suhu 10oC juga
tercatat mengalami pengurangan cairan tubuh sebesar 2 liter dalam 90 menit
pertandingan. Laju keluarnya keringat terbesar dalam dunia olahraga tercatat
pernah dialami oleh atlet maraton pada olimpiade 1984 dengan laju sebesar 3.7
liter/jam (Kraemer et al. 2012).
Di Indonesia, hasil penelitian The Indonesian Hydration Regional Study
(THIRST) (2009) mengungkap bahwa 46,1% subjek yang diteliti mengalami
dehidrasi ringan. Ironisnya, sekitar 60% dari subjek yang diteliti tidak mengetahui
2
bahwa diperlukan asupan cairan yang lebih banyak bagi orang kelompok khusus
seperti orang yang berkeringat atau olahragawan.
Air sebagai salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh sering terlupakan
pemenuhannya. Tubuh tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan tubuh akan air.
Oleh karena itu, air perlu dipenuhi manusia khususnya atlet yang mempunyai
aktivitas spesifik yang berat melalui asupan air yang cukup. Berdasarkan data
mengenai tingginya kecenderungan dehidrasi serta dampak negatif yang
ditimbulkan dari kondisi dehidrasi pada atlet, maka peneliti ingin mengetahui lebih
jauh mengenai faktor yang berpengaruh terhadap status dehidrasi pada atlet remaja.
Atlet remaja masih berada dalam usia pertumbuhan yang sangat sensitif terhadap
kekurangan atau kelebihan zat gizi. Usia remaja tersebut memerlukan asupan gizi
dan air yang cukup sesuai dengan aktivitas spesifik yang dilakukan.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fator-faktor
yang berpengaruh terhadap status dehidrasi latihan pada atlet remaja. Adapun
tujuan khusus dari penelitian ini, adalah (1) mengetahui karakteristik atlet remaja,
(2) menganalisis persentase total komposisi tubuh atlet remaja, (3) menganalisis
tingkat aktivitas fisik harian atlet remaja, (4) menganalisis tingkat kecukupan air
harian atlet remaja, (5) menganalisis faktor yang berhubungan dengar status
dehidrasi latihan pada atlet remaja, (6) menganalisis determinan status dehidrasi
latihan yang meliputi karaktersistik, komposisi tubuh, tingkat aktivitas harian,
tingkat asupan air harian, serta laju keringat latihan pada atlet remaja.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
menyediakan informasi mengenai hal-hal yang berpengaruh terhadap status hidrasi
latihan pada atlet remaja. Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan oleh atlet dan pihak terkait untuk lebih memperhatikan strategi
hidrasi dan rehidrasi yang tepat sesuai dengan karakteristik masing-maing atlet
guna meningkatkan performa dan menunjang prestasi olahraga Indonesia.
3
KERANGKA BERFIKIR
Untuk mencapai prestasi yang optimal, pembinaan prestasi olahraga perlu
disusun perencanaan gizi yang berjangka, baik jangka pendek, menengah, maupun
jangka panjang. Perencanaan gizi atlet perlu diselaraskan dengan perencanaan
program latihan yang meliputi periode persiapan/latihan, pertandingan, dan transisi.
Pada periode latihan, baik sebelum, selama, ataupun setelah latihan, menjaga
keseimbangan cairan didalam tubuh melalui strategi konsumsi cairan yang tepat
merupakan faktor yang perlu diperhatikan bagi seorang atlet supaya terhindar dari
dehidrasi. Dehidrasi pada atlet ketika menjalani program latihan akan mengganggu
kinerja atletik yang berkaitan dengan performa, membahayakan fungsi fisiologis
tubuh, meningkatkan resiko heat exertional ilness, penurunan kemampuan
konsentrasi, kecepatan reaksi, meningkatkan suhu tubuh dan menghambat laju
produksi energi.
Atlet dengan laju keringat tinggi yang melakukan program latihan intensif
dalam kondisi lingkungan yang panas dapat dengan cepat mengalami dehidrasi.
Selain itu, kurangnya konsumsi air harian, terbatasnya kesempatan konsumsi cairan
saat latihan atau pertandingan, serta tidak mengkonsumsi cairan dengan volume
yang sesuai dengan pengeluaran keringat dapat juga menyebabkan atlet mengalami
dehidrasi. Konsumsi air sangat berkaitan dengan kebutuhan. Setiap individu
memiliki kebutuhan air yang bervariasi satu sama lain. Besarnya kebutuhan akan
air dipengaruhi oleh karakteristik individu seperti usia dan jenis kelamin. Selain itu,
kebutuhan air juga dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban
lingkungan, serta aktivitas fisik. Dalam tubuh manusia, air diperoleh dari tiga
sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air hasil metabolisme (air
metabolik).
Air yang berasal dari minuman merupakan jumlah terbesar yang diperoleh
tubuh, yaitu sekitar dua per tiga (65-75%) dari total asupan air. Jumlah air dari
makanan yang diperoleh tubuh tergantung pada pola konsumsi makan. Bila
seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, maka sumber air dari
makanan akan lebih tinggi dan begitu pula sebaliknya. Proses metabolisme di dalam
tubuh menghasilkan air tetapi jumlahnya relatif sedikit. Semakin banyak produksi
energi dari makanan berkarbohidrat akan semakin banyak air metabolik yang
dihasilkan tubuh. Kontribusi asupan air dari air yang berasal dari makanan dan air
metabolik hanya sekitar sepertiga total asupan air (35%) (Santoso et al. 2011).
4
Jenis Kelamin
% Lemak tubuh total
% Air tubuh total
% Otot tubuh total
Karakteristik Atlet
Usia
Status gizi
DEHIDRASI
Laju Keringat
Tingkat Kecukupan
Air Harian
Aktivitas Fisik
Jenis olahraga
Jenis latihan
Durasi latihan
Asupan Air
Asupan air latihan
Asupan air recovery
Keterangan gambar
Kebutuhan Air
Kebutuhan air
latihan
:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka berfikir faktor resiko dehidrasi latihan pada atlet remaja
5
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu
Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study
dengan metode observasional. Penelitian dilakukan di Pusat Pendidikan dan
Latihan Pelajar (PPLP) DKI Jakarta pada bulan Agustus sampai dengan Oktober
2013. Pemilihan tempat secara purposive dengan pertimbangan bahwa PPLP DKI
Jakarta merupakan pusat diklat atlet remaja provinsi DKI Jakarta yang telah
berkontribusi dalam melahirkan atlet-atlet terbaik Indonesia baik di tingkat nasional
maupun internasional.
Cara Pengambilan Contoh
Contoh pada penelitian ini adalah anggota populasi (atlet remaja provinsi DKI
Jakarta yang sedang menjalani pendidikan dan pelatihan di PPLP DKI Jakarta)
sebanyak 41 orang. Cara pengambilan dilakukan secara purposive sampling dengan
kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria inklusi :
a. Usia 10-19 tahun, dimana usia tersebut merupakan rentang usia untuk remaja
(WHO 2011)
b. Sedang menjalani pendidikan dan latihan di PPLP DKI Jakarta
c. Terdaftar sebagai atlet dari tiga cabang olahraga yang berbeda (endurance,
sprint, strength)
d. Dapat diajak berinteraksi
e. Bersedia berpartisipasi
f. Tidak mempunyai masalah dengan pihak-pihak tertentu terutama institusi
pendidikan dan latihan
2. Kriteria ekslusi :
a. Tidak berada di pusat diklat ketika pengambilan data
b. Tidak mengikuti program pendidikan dan pelatihan secara penuh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data dekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh, antropometri, aktivitas
fisik, konsumsi pangan, laju keringat, dan status dehidrasi. Data primer diperoleh
melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner, pengamatan
langsung, dan pengukuran langsung kepada contoh. Pengukuran dalam penelitian
merupakan pengukuran antropometri yaitu terhadap dimensi tubuh (berat badan,
tinggi badan) dan komposisi tubuh. Metode pengukuran antropometri memiliki
prosedur yang sederhana akan tetapi secara ilmiah diakui kebenarannya (Supariasa
et al. 2001). Secara lengkap, data primer yang dikumpulkan disajikan pada tabel 1.
Data sekunder digunakan sebagai pertimbangan awal dalam pemilihan lokasi
dan pengambilan contoh penelitian. Data sekunder diperoleh dari data administrasi
di sekretatiat PPLP DKI Jakarta, yang meliputi :
1. Data mengenai keadaan umum serta fasilitas latihan dan pendidikan di PPLP
DKI Jakarta
2. Data mengenai cabang olahraga, jumlah atlet dan staf pelatih, serta prestasi atlet
di PPLP DKI Jakarta
6
Tabel 1 Variabel, jenis dan cara pengumpulan data
No
1
Variabel
Karakteristik
contoh
Jenis Data
Umur
Jenis kelamin
Cabang olahraga
Status gizi
Berat badan
Tinggi badan
3
Komposisi
tubuh
4
Tingkat
Aktivitas fisik
5
6
7
Persen lemak tubuh
Persen air tubuh
Persen otot tubuh
Jenis
Durasi
Frekuensi
Tingkat
Konsumsi Pangan
kecukupan air Jenis
Jumlah
Frekuensi
Laju keringat BB pre-post latihan
latihan
Konsumsi air latihan
Durasi latihan
Status
BB pre-post latihan
dehidrasi
latihan
Tanda
dan
gejala
dehidrasi
Cara pengumpulan data
Wawancara langsung kepada
contoh dengan menggunakan
kuisioner
Berat badan ditimbang dengan
menggunakan timbangan berat
badan digital (kapasitas 150 kg
dengan ketelitian 50 g)
Tinggi badan diukur dengan alat
ukur tinggi badan microtoise
(kapasitas ukur 2 m dengan
ketelitian 0,1)
Diukur dengan menggunakan
body composition analizer merk
Transtek tipe GBF 385 dengan
four high precision G sensor
Wawancara langsung kepada
contoh dengan menggunakan
kuisioner recall aktivitas fisik
Wawancara langsung kepada
contoh dengan menggunakan
metode recall 1x24 jam pada hari
libur dan latihan
Ditimbang dengan timbangan
berat badan digital
Pengamatan secara langsung
Ditimbang dengan timbangan
berat badan digital
Wawancara langsung kepada
contoh dengan kuisioner
Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara statistik.
Pengolahan data dimulai dengan pengkodean (coding), pemasukan data (entry), dan
pengecekan ulang (cleaning). Tahap pengkodean dimulai dengan cara menyusun
kode-kode tertentu sebagai panduan dalam mengentri dan pengolahan data. Tahap
selanjutnya yaitu data dientri ke dalam tabel yang sudah tersedia. Kemudian
dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam
mengentri data. Setelah itu, tahapan terakhir yang dilakukan yaitu pengolahan data
dengan menggunakan program Microsoft Excell 2013. Hasil pengolahan data
kemudian dianalisis dengan menggunakan Statistical Program for Social Science
(SPSS) versi 20.0 for windows.
Karakteristik Contoh
Data karakteristik contoh meliputi jenis kelamin, usia, cabang olahraga, dan
status gizi. Pertimbangan utama dalam pemilihan contoh adalah atlet junior dan
masih berusia remaja yang belum banyak dilibatkan dalam event-event besar
7
sehingga dimungkinkan lebih mudah dalam pengumpulan data. Pengukuran
antropometri penting dilakukan pada masa remaja karena pertumbuhannya cukup
sensitif terhadap kekurangan atau kelebihan gizi. WHO (2011) menyatakan bahwa
usia remaja adalah 10-19 tahun. Contoh dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin
yaitu laki-laki dan perempuan. Contoh dikelompokkan ke dalam tiga kelompok
usia, yaitu kelompok usia remaja awal (early adolescence) dengan rentang usia 1012 tahun, remaja pertengahan (middle adolescence) dengan rentang usia 13-15
tahun dan remaja akhir (late adolescence) dengan rentang usia 16-19 tahun. Contoh
dikelompokkan ke dalam tiga jenis cabang olahraga, yaitu bulutangkis, atletik, dan
angkat besi.
Status gizi dihitung berdasarkan standar penilaian status gizi menggunakan
Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur. Rumus perhitungan IMT sebagai
berikut.
�
� �=
� � �� �
Menurut WHO (2007) pengukuran status gizi pada usia 5 hingga 19 tahun, dalam
hal ini atlet usia remaja sudah tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi
menggunakan indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) karena seiring dengan
perubahan umur yang terjadi pada masa remaja terjadi pula perubahan pada
komposisi tubuh dan densitas tubuh. Nilai indeks massa tubuh menurut IMT/U
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi IMT menurut umur berdasarkan Kemenkes RI 2010 untuk usia
5-18 tahun
Nilai Z-Score
z-skor ≥ +2
+1 < z-skor < +2
-2 < z-skor < +1
-3 < z-skor < -2
z-skor < -3
Klasifikasi
Obesitas (overweight)
Gemuk (overweight)
Normal
Kurus
Sangat Kurus
Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh yang di amati dalam penelitian meliputi persentase lemak
tubuh total, persentase air tubuh total, dan persentase massa otot tubuh total.
Persentase lemak tubuh total dan persentase air tubuh total dikelompokkan ke
dalam tiga kategori yaitu kurang, normal, dan berlebih, sedangkan persentase massa
otot tubuh total dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kurang dan normal.
Pengelompokkan untuk komposisi tubuh mengacu pada tabel 3.
Tabel 3 Nilai komposisi tubuh ideal pada atlet
Komposisi tubuh
% Lemak tubuh
% Air tubuh
% massa otot tubuh
Laki-laki
6% - 13%
65% - 70%
>40%
Perempuan
14% – 20%
50% -60%
>34%
Tingkat Aktivitas Fisik
Pengukuran tingkat aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis dan durasi waktu
aktivitas fisik dan latihan olahraga yang dilakukan contoh dalam 24 jam pada hari
libur dan latihan. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan selama 24 jam dinyatakan
8
dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik (WHO/FAO 2001).
PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan
PAL
PARi
�
=
∑ � � ��
24 ��
:
: Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
: Physical activity rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap
jenis aktivitas per jam)
Wi
: Alokasi waktu tiap aktivitas
PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat
badan dalam 24 jam. Kategori tingkat aktivitas berdasarkan nilai PAL yaitu ringan
bila nilai PAL berada pada kisaran 1.40-1.69, sedang bila nilai PAL berada pada
kisaran1.70-1.99, dan berat bila nilai PAL berada pada kisaran 2.00-2.40. Nilai
PAR (Physical Activity Rate) untuk berbagai jenis aktivitas dan tingkat aktivitas
fisik menurut WHO/FAO (2004) disajikan pada lampiran 1.
Kebutuhan Air
Dalam penelitian ini, kebutuhan air harian contoh dihitung berdasarkan
metode perkiraan kebutuhan air menurut Popkin et al. (2010) yang telah
dimodifikasi (ditambah dengan laju keringat latihan yang telah dikalikan dengan
durasi latihan). Metode perkiraan kebutuhan air menurut Popkin membandingkan
antara Adequate Intake (AI) air dengan Estimated Energy Requirement (EER) pada
remaja. Metode perkiraan kebutuhan air menurut Popkin (2010) adalah sebagai
berikut :
Kebutuhan air untuk laki-laki
Kebutuhan air untuk perempuan
= 1.18 ml/kkal kebutuhan energi
= 1.15 ml/kkal kebutuhan energi
Estimated Energy Requirement (EER) atau kebutuhan energi pada remaja dihitung
berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (2002)
dalam Mahan dan Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation.
Penentuan Estimated Energy Requirement (EER) disajikan pada lampiran 2.
Asupan Air
Air yang berasal dari minuman dan makanan diperoleh berdasarkan data food
recall 1x24 jam pada hari libur dan hari latihan. Air yang berasal dari minuman
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu air putih dan bukan air putih (teh, kopi,
susu kental manis, sirup, susu, jus, minuman karbonasi dan lainnya). Berat bukan
air putih yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam kandungan air menggunakan
koreksi berat padatan zat gizi yang dikandungnya. Konsumsi air yang berasal dari
bukan air putih dan berasal dari makanan dikonversikan ke dalam kandungan air
dengan menggunakan DKBM (2008), Energy and Nutrition Composition of Food
Singapore (Health Promotion Board-Singapore Government 2009) dan National
Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Konversi dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
Keterangan :
Kgi j
: kandungan air dalam bahan makanan j
Bj
: berat makanan j yang dikonsumsi (g)
9
Gij
BDDj
: kandungan air dalam 100 g BDD bahan makanan j
: bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan seperti
karbohidrat, protein, dan lemak yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Verdu
dan Navarrete (2009), 1 gram karbohidrat, lemak, dan protein masing-masing
menghasilkan 0.55 ml, 1.07 ml, dan 0.40 ml air.
Air metabolik (ml) = (Karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0.55 mL) +
(Protein yang dikonsumsi (g) x 0.40 mL) +
(Lemak yang dikonsumsi (g) x 1.07 mL)
Estimasi Asupan Air
Estimasi total asupan air pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
jumlah air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi oleh contoh jika data yang
diketahui adalah jumlah air dari makanan dan air metabolik. Estimasi total asupan
air yang digunakan dalam penelitian ini adalah presentase kontribusi air dari
makanan dan metabolik terhadap total asupan air sebesar 30%, sedangkan
kontribusi air dari minuman terhadap total asupan air sebesar 70%, persentase ini
diambil berdasarkan penelitian Fauzi (2011).
Estimasi asupan air dari minuman (ml) = 7/3 x [asupan air dari makanan (ml)
+ air metabolik (ml)]
Tingkat Kecukupan Air Harian
Tingkat kecukupan air harian menggambarkan seberapa besar asupan air
memenuhi kebutuhan air harian. Berikut adalah perhitungan tingkat kecukupan air :
Tingkat Kecukupan Air (%) =
�
��
� � �
ℎ � �
x 100%
Cut off point tingkat kecukupan air mengacu pada cut off point tingkat kecukupan
energi Depkes (2004) yaitu defisit tingkat berat jika (120%). Kategori ini sesuai dengan pengklasifikasian tingkat kecukupan energi
menurut Gibson (2005).
Laju Keringat Latihan
Laju keringat contoh pada saat latihan dipengaruhi oleh asupan cairan,
volume urin, kondisi lingkungan, dan durasi latihan. Laju keringat pada saat latihan
dihitung dengan formula berikut :
Laju keringat (L/jam) = [(berat badan sebelum latihan – berat badan setelah latihan)
+ intake cairan – volume urin] / durasi latihan
Status Dehidrasi Latihan
Status dehidrasi selama latihan diperkirakan melalui perbedaan perentase
berat badan sebelum dan setelah latihan. Persentase perubahan berat badan
diperoleh dengan formula dibawah ini :
% perubahan berat badan = [(berat badan sebelum latihan – berat badan setelah
latihan)/berat badan setelah latihan] x 100
10
Tabel 4 Indeks status hidrasi menurut National Athletic Trainers Association
(NATA) tahun 2000
% perubahan berat badan
+1 sampai -1
-1 sampai -3
-3 sampai -5
>5
Kondisi
Well hydrated
Minimal dehydration
Significant dehydration
Serious dehydration
Kategori
Tidak dehidrasi
Dehidrasi
Analisis Data
Hasil pengolahan data kemudian dianalisis secara statistik yang terdiri dari
uji normalitas data, uji beda, uji hubungan dan pengaruh. Analisis explore dan One
Sample Kolmogorov Smirnov digunakan untuk uji normalitas data, dimana uji ini
berguna untuk menentukan apakah uji selanjutnya (uji beda, uji hubungan)
menggunakan analisis paramertrik atau analisis nonparametrik. Uji beda dalam
penelitian ini menggunakan Independent Samples T Test (perbedaan rata-rata status
gizi, persentase air tubuh total, persentase otot tubuh total, tingkat aktivitas fisik
hari latihan, dan tingkat kecukupan air hari latihan pada contoh dehidrasi dan tidak
dehidrasi), Two Independent Samples Test (perbedaan rata-rata usia, persentase
lemak tubuh total, dan laju keringat latihan pada contoh dehidrasi dan tidak
dehidrasi), Paired Sample T Test (perbedaan rata-rata tingkat aktivitas fisik dan
tingkat kecukupan air pada hari libur dan latihan), dan analisis Chi Square
(perbedaan rata-rata jenis kelamin dan cabang olahraga pada contoh dehidrasi dan
tidak dehidrasi).
Uji hubungan dalam penelitian ini menggunakan korelasi Pearson (hubungan
antara status gizi, persentase air tubuh total, persentase otot tubuh total, tingkat
aktivitas fisik hari latihan, dan tingkat kecukupan air hari latihan dengan status
dehidrasi latihan), korelasi Spearman (hubungan antara usia, persentase lemak
tubuh total, dan laju keringat dengan status dehidrasi latihan), dan analisis Chi
Square (hubungan antara jenis kelamin dan cabang olahraga dengan status
dehidrasi latihan). Dalam penelitian ini, determinan status dehidrasi pada saat
latihan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda (pengaruh
jenis kelamin, persentase lemak tubuh total, tingkat kecukupan air hari latihan, dan
laju keringat latihan terhadap status dehidrasi latihan).
Definisi Operasional
Contoh adalah altet remaja yang merupakan atlet di Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pelajar DKI Jakarta
Karakteristik contoh adalah ciri khusus yang dimiliki oleh contoh yang dapat
mempengaruhi status dehidrasi, yaitu jenis kelamin, umur, cabang olahraga,
dan status gisi.
Status dehidrasi latihan adalah kekurangan air tubuh contoh yang ditandai dengan
penurunan berat badan atlet remaja pada saat latihan
Determinasi status dehidrasi latihan adalah faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian dehidrasi pada atlet remaja pada sesi latihan.
Aktivitas fisik adalah adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk
melakukan berbagai kegiatan fisik yang dinyatakan dalam PAL (Physical
Activity Level). PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per
kilogram berat badan dalam 24 jam.
11
Latihan atau exercise adalah suatu proses kerja yang dilakukan secara sistematis,
kontinu dimana beban dan intensitas latihan semakin bertambah yang pada
akhirnya memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh dan
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental secara bersama
sama (Harsono 1983).
Kebutuhan air adalah jumlah air harian yang dibutuhkan oleh tubuh contoh
Asupan air adalah jumlah air yang masuk ke dalam tubuh individu atlet remaja yang
diperoleh dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air
hasil metabolisme
Air dari minuman adalah air yang diperoleh dari minuman yang di konsumsi yang
memberikan kontribusi asupan air atlet remaja
Air dari makanan adalah air yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi yang
memberikan kontribusi asupan air atlet remaja
Air metabolik adalah air yang berasal dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein,
lemak) di dalam tubuh yang memberikan kontribusi asupan air atlet remaja
Tingkat kecukupan air adalah persentase yang menggambarkan seberapa besar
asupan air harian dapat memenuhi kebutuhan air harian contoh pada
hari/periode libur/tidak ada program latihan dari pelatih.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Contoh
Karakteristik contoh yang diteliti pada penelitian meliputi jenis kelamin,
usia, cabang olahraga, dan status gizi. Total contoh yang terlibat dalam penelitian
berjumlah 41 atlet.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik
Variabel
Jenis kelamin
Laki-laki
Wanita
Total
Usia
Remaja awal
Remaja pertengahan
Remaja akhir
Total
Cabang Olahraga
Bulutangkis
Atletik
Angkat Besi
Total
Status gizi
Sangat kurus
Kurus
Normal
overweight
Total
n
%
17
24
41
41,46
58,54
100,00
1
23
17
41
2,44
56,10
41,46
100,00
13
16
12
41
31,71
39,02
29,27
100,00
1
0
29
11
41
2,44
0,00
70,73
26,83
100.00
12
Jenis kelamin
Berdasarkan Tabel 5, pada variabel jenis kelamin dapat diketahui bahwa
sebagian besar atlet yang dijadikan sebagai contoh pada penelitian adalah berjenis
kelamin wanita dengan persentase sebesar 58.54%, sedangkan contoh yang berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebesar 41.46%. Tingginya persentase atlet yang berjenis
kelamin perempuan dibandingkan dengan atlet yang berjenis kelamin laki-laki tidak
memiliki pengaruh dalam perencanaan program latihan, semua atlet memiliki porsi
latihan yang sama sesuai dengan program latihan masing-masing atlet.
Usia
Pada variabel usia, atlet yang menjadi contoh penelitian memiliki usia
berkisar antara 12 tahun sampai dengan 18 tahun dengan usia rata-rata adalah
15,2±1,28 tahun. Omran dan Al-Hafez (2001) menyatakan bahwa usia remaja di
klasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu early adolescent (remaja awal usia 1012 tahun), middle adolescent (remaja pertengahan uisa 13-15 tahun), dan late
adolescent (remaja akhir usia 16-19 tahun). Berdasarkan tabel 5, sebagian besar
contoh termasuk kedalam kategori remaja pertengahan dengan persentase mencapai
56,1%, sedangkan untuk contoh yang berada pada kategori remaja awal dan remaja
akhir berturut-turut adalah 2,44% dan 41,46%. Remaja pertengahan dikenal dengan
istilah pubertas. Pada masa pubertas pertumbuhan dan kematangan fisik
berlangsung cepat, perubahan berat badan dan tinggi badan berada pada puncaknya,
serta mulai terjadi perubahan-perubahan karakteristik secondary sex, fisik, sosial,
emosional, dan mental. Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada remaja
sangat dipengaruhi oleh asupan gizi baik itu jumlah dan jenisnya. Pengaturan yang
tepat terhadap kebutuhan gizi pada atlet remaja sangat penting dan menjadi salah
satu kunci untuk mendukung pertumbuhan dan kematangan optimal serta
mendukung aktivitas fisik spesifik yang menjadi rutinitas yang dilakukan oleh atlet
remaja.
Cabang olahraga
Pada variabel cabang olahraga, cabang olahraga yang dipilih dalam penelitian
mengacu pada tiga jenis olahraga yang dikemukaan oleh Mougios (2006) yaitu
olahraga endurance (daya tahan), sprint (kecepatan), dan resistance (kekuatan).
Contoh dalam penelitian berasal dari tiga cabang olahraga yang berbeda yaitu
bulutangkis (endurance), atletik jarak pendek-menengah (sprint), dan angkat besi
(strength). Berdasarkan tabel 5, jumlah contoh pada setiap cabang olahraga
memiliki persentase yang hampir sama, 31,71% untuk cabang olahraga bulutangkis,
39,02% untuk cabang olahraga atletik, dan 29,27% untuk cabang olahraga angkat
besi.
Status Gizi
Berdasarkan tabel 5, sekitar 70,73% contoh memiliki status gizi yang normal,
sekitar dan sekitar 26,83% tergolong pada kategori overweight. Dari seluruh contoh
yang memiliki status gizi overweight, sebayak 55,54% berasal dari cabang olahraga
angkat besi. Cabang olahraga angkat besi diperlombakan berdasarkan kelas berat
badan tertentu, sehingga untuk olahraga angkat besi mempergunakan kriteria IMT
tersendiri tergantung kelas yang diikuti (Abidin 2013). Status gizi yang baik
diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu
pertumbuhan, serta menunjang pembinaan prestasi olahragawan (Irianto 2006).
Pengukuran antropometri sangat penting pada masa remaja untuk mengetahui
13
perubahan pertumbuhan dan kematangan yang dipengaruhi oleh faktor hormonal.
Selain itu, menurut Riyadi (2003), pengukuran antropometri penting dilakukan
pada masa remaja karena pertumbuhannya cukup sensitif terhadap kekurangan atau
kelebihan gizi.
Komposisi Tubuh
Tubuh manusia termasuk remaja terdiri atas dua bagian utama yaitu jaringan
adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Jaringan bebas
lemak terdiri atas tulang, otot, air ekstraselular, jaringan syaraf, serta semua
jaringan lain selain jaringan lemak. Terjadinya peningkatan tinggi dan berat badan
pada masa remaja mengakibatkan adanya perubahan pada komposisi tubuh
(Supariasa et al. 2001). Komposisi tubuh yang diamati dalam penelitian meliputi
persentase lemak tubuh total, persentase air tubuh total, dan persentase otot tubuh
total.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan komposisi tubuh
Variabel
% Lemak tubuh total
Kurang
Normal
Berlebih
Total
% Air Tubuh Total
Kurang
Normal
Berlebih
Total
% Otot tubuh total
Kurang
Normal
Total
n
%
7
21
13
41
17,07
51,22
31,71
100,00
2
14
25
41
4,88
34,15
60,98
100,00
0
41
41
0
100,00
100,00
Persentase Lemak Tubuh Total
Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa sebagian besar contoh yaitu sekitar
51,22% memiliki persentase lemak tubuh kategori normal, hanya sekitar 17,07%
contoh memiliki persentase total lemak tubuh yang kurang dan sekitar 31,71%
memiliki persentase lemak tubuh yang tergolong kategori berlebih. Proporsi lemak
tubuh bagi seorang atlet bergantung pada jenis olahraga, namun demikian kisaran
lemak tubuh optimal bagi seorang atlet berkisar antara 6% - 13% untuk atlet lakilaki dan 14% – 20% untuk atlet perempuan. Pada masa remaja, kadar lemak tubuh
pada perempuan terus meningkat namun menurun pada laki-laki. Hal ini
disebabkan oleh tingginya kadar hormon estrogen yang menstimulasi penumpukan
lemak subkutan (lemak bawah kulit) pada perempuan.
Persentase Air Tubuh Total
Berbeda dengan persentase total lemak tubuh yang sebagian besar contoh
tergolong pada kategori normal, pada persentase total air tubuh sebagian besar
contoh atau sekitar 60,98% tergolong pada kategori berlebih, sekitar 34,15% contoh
tergolong pada kategori normal, dan hanya sekitar 4,88% tergolong pada kategori
kurang. Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Sekitar 50-70%
dari total berat badan seseorang terdiri dari air. Untuk tubuh yang terlatih dan
14
terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang atlet akan mengandung lebih banyak air
jika dibandingkan tubuh non atlet.
Persentase Otot Tubuh Total
Persentase total otot tubuh, semua contoh yang yang termasuk dalam
penelitian memiliki persentase total otot tubuh yang tergolong pada kategori normal.
Ketika usia anak mulai memasuki usia remaja, perubahan proporsi jaringan bebas
lemak pun dimulai. Laki-laki menghasilkan hormon testosteron yang mendorong
terbentuknya lebih banyak massa otot, menumbuhkan tulang yang lebih padat dan
berat, serta membangun sel darah merah yang lebih banyak dibanding perempuan.
Bagi seorang atlet, proporsi massa otot tubuh optimal bisa lebih besar tergantung
dari jenis olahraga yang menjadi spesifikasi dari atlet.
Tingkat Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah kegiatan yang
menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti
berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik menentukan energi
yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot (FKM-UI 2007).
Physical activity level atau yang lebih dikenal dengan tingkat aktivitas fisik
merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan
dalam 24 jam. Tingkat aktivitas fisik pada atlet tentunya berbeda di setiap
perencanaan program. Periode istirahat/libur, periode persiapan/latihan, priode
pertandingan, dan periode transisi akan memiliki aktivitas fisik yang berbeda.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik
Variabel
Tingkat aktivitas fisik libur
Ringan
Sedang
Berat
Total
Tingkat aktivitas fisik latihan
Ringan
Sedang
Berat
Total
n
%
7
21
13
41
60,98
29,27
9,76
100,00
2
14
25
41
0
41,46
58,54
100,00
Tabel 7 menunjukkan tingkat aktivitas fisik contoh pada periode libur dan
periode latihan. Pada periode libur, sebagian besar contoh atau sekitar 60,98%
memiliki tingkat aktivitas fisik yang ringan dan hanya 9,76% dari contoh memiliki
tingkat aktivitas fisik yang berat. Berbeda dengan pada periode libur, tingkat
aktivitas fisik pada periode latihan sebagian besar contoh atau sekitar 58,54%
berada pada kategori berat, 41,46% dari contoh memiliki tingkat aktivitas fisik
tingkat sedang, dan tidak ada contoh yang memiliki tingkat aktivitas tingkat ringan.
Berdasarkan analisis paired sample t test, terdapat perbedaan rata-rata tingkat
aktivitas fisik yang dilakukan oleh contoh antara periode libur dengan periode
latihan (p
PADA ATLET REMAJA
UMBARA NUNGGAL PASKINDRA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Determinan
Status Dehidrasi Latihan pada Atlet Remaja adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Umbara Nunggal Paskindra
NIM I14080087
ABSTRAK
UMBARA NUNGGAL PASKINDRA. Analisis Determinan Status Dehidrasi
Latihan pada Atlet Remaja. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF dan IKEU
EKAYANTI.
Pada aktivitas fisik spesifik yang sangat keras seperti latihan intensif, atlet
harus mampu membuat strategi konsumsi cairan yang tepat untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang, sehingga terhindar dari dehidrasi. Dehidrasi dapat mengganggu
fungsi fisiologis tubuh, meninkatkan resiko dari exertional heat injury dan
menghambat laju produksi energi yang secara negatif dapat mengganggu performa
olahraga. Tujuan utama dari penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap status dehidrasi latihan pada atlet remaja. Penelitian
dilakukan di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) DKI Jakarta pada bulan
Agustus sampai dengan Oktober 2013 dengan menggunakan desain cross sectional
study. Berdasarkan persentase perubahan berat badan pada saat latihan, 56,1% dari
total contoh terhidrasi dengan baik pada saat latihan dan 43,9% dari contoh
mengalami dehidrasi tingkat ringan. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa variabel
yang berhubungan dengan status dehidrasi latihan adalah jenis kelamin, persentase
lemak tubuh total, tingkat kecukupan air harian latihan, dan laju keringat pada saat
latihan. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap status dehidrasi latihan pada atlet remaja adalah jenis
kelamin, tingkat kecukupan air harian latihan, dan laju keluarnya keringat.
Kata kunci: atlet, dehidrasi, detrminan, faktor resiko
ABSTRACT
UMBARA NUNGGAL PASKINDRA. Determinant Analysis of Exercise
Dehydration Status in Young Athlete. Supervised by HIDAYAT SYARIEF and
IKEU EKAYANTI.
During intensive exercise, athlete must able to make right strategy of fluid
consumption to replace body water loss to prevent dehydration. Dehydration can
compromise physiologic function, increase the risk of exertional injury, blocked the
rate of energy production, and negatively influence performance. The main purpose
of this study is to analysis of determinant of exercise dehydration status in young
athlete. The research has been done at PPLP DKI in August to October 2013 by
using cross sectional study design. Based on the percentage of body weight change
in exercise, 56,1% of subject catagorized as well dehydrated and 43,9% of subject
catagorized as dehydration (minimal dehydration) in exercise. The results of
correlation analysis showed that significant relationship between gender,
percentage of total body fat, sufficient level of fluid in exercise period, and sweat
rate in exercise with exercise dehydration status. The results of multiple linier
regression showed that the determinant of exercise dehydration status in young
athlete are gender, sufficient level of fluid in exercise period, and sweat rate in
exercise.
Key word: ahlete, dehydration, determinant, risk factor.
ANALISIS DETERMINAN STATUS DEHIDRASI LATIHAN
PADA ATLET REMAJA
UMBARA NUNGGAL PASKINDRA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
Dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Determinan Status Dehidrasi Latihan pada Atlet Remaja
Nama
: Umbara Nunggal Paskindra
NIM
: I14080087
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS
Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MS
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini ialah gizi
olahraga, dengan judul Analisis Determinan Status Dehidrasi Latihan pada Atlet
Remaja.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS dan Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MS selaku dosen
pembimbing pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan
banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama penyusunan
skripsi ini.
2. Ibu Katrin Roosita, SP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberikan banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi
penulis selama menempuh mata kuliah.
3. dr. Naufal Muharam Nurdin selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang
telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi.
4. Bapak dan ibu yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dorongan,
serta semangat tiada henti kepada penulis. Adikku Dera dan Putri Anggraeni
yang juga senantiasa memberikan dukungan serta keceriaan kepada penulis.
5. Pihak PPLP DKI Jakarta, coach Wardoyo, coach Narto, Anita Maya yang
telah memberikan izin meneliti dan menerima penulis dengan baik selama
pengambilan data.
6. Desty Sri Kurnia atas doa, semangat, dukungan, dan senantiasa memberi
banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Nurayu Annisa dan teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 45 dan 46.
8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan
dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.
Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan bermanfaat dan
daya guna, khususnya bagi penulis dan semua pihak pada umumnya. Amin.
Bogor, Februari 2014
Umbara Nunggal Paskindra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
KERANGKA BERFIKIR
3
METODE
5
Desain, Tempat, dan Waktu
5
Cara Pengambilan contoh
5
Jenis dan Cara Pengambilan Data
5
Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
6
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
11
Karakteristik Individu
11
Komposisi Tubuh
13
Tingkat Aktivitas Fisik
14
Tingkat Kecukupan Air Harian
15
Laju Keringat Latihan
15
Status Dehidrasi Latihan
16
Hubungan antar faktor pada status dehidrasi latihan
17
Determinan status dehidrasi latihan
23
SIMPULAN DAN SARAN
24
Simpulan
24
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
28
RIWAYAT HIDUP
38
DAFTAR TABEL
1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data
2 Klasifikasi IMT/U berdasarkan Kemenkes RI tahun 2010 untuk usia
5-18 tahun
3 Nilai komposisi tubuh ideal pada atlet
4 Indeks status hidrasi menurut NATA tahun 2000
5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik
6 Sebaran contoh berdasarkan komposisi tubuh
7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik
8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan air
9 Sebaran contoh berdasarkan laju keringat latihan
10 Sebaran contoh berdasarkan status dehidrasi
11 Sebaran karakteristik contoh berdasarkan status dehidrasi latinan
12 Sebaran komposisi tubuh contoh berdasarkan status dehidrasi latihan
13 Sebaran tingkat aktivitas fisik contoh hari latihan bedasarkan status
dehidrasi latihan
14 Sebaran tingkat kecukupan air harian contoh pada hari latihan
berdasarkan status dehidrasi latihan
15 Sebaran laju keringat latihan berdasarkan status dehidrasi latihan
16 Hasil regresi linier berganda determinan status dehidrasi latihan pada
atlet remaja
6
7
7
10
11
13
14
15
16
16
17
19
20
21
22
23
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka berfikir determinan dan faktor resiko status dehidrasi latihan
pada atlet remaja
4
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per satuan
waktu tertentu (PAR)
Perhitungan kebutuhan energi
Kuesioner penelitian
Form food recall konsumsi pangan 1x24 jam (Libur/latihan)
Form recall aktivitas fisik 1x24 jam (libur/latihan)
Form laju keringat latihan dan status dehidrasi latihan
Hasil analisis regresi linier berganda determinan status dehidrasi
28
29
30
34
35
36
37
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penerapan ilmu dan teknologi dalam dunia olahraga atau lebih dikenal sport
science dalam dua dekade terakhir menghasilkan pemahaman yang sangat
komprehensif bagi atlet profesional dalam menampilkan performa dan prestasi
terbaiknya. Di negara–negara maju, keterlibatan sport science sudah diterapkan
sejak lama, sementara di Indonesia belum sepenuhnya diterapkan. Walaupun sudah
menjadi wacana sejak lama, namun aplikasinya terlihat stagnan bahkan nyaris tidak
terlihat. Secara umum, sport science memiliki lima cabang, yaitu fisiologi,
psikologi, biomekanik, sport medichine, dan sport nutrition yang lebih dikenal oleh
masyarakat Indonesia dengan sebutan gizi olahraga.
Bagi atlet, mutu gizi asupan pangan yang terkait dengan olahraga (sport
nutrition) mempunyai arti penting selain untuk mempertahankan kebugaran juga
untuk meningkatkan prestasi atlet. Selain itu, menjaga keseimbangan cairan di
dalam tubuh sebelum, selama, dan setelah latihan atau pertandingan melalui strategi
konsumsi cairan yang tepat merupakan faktor yang perlu diperhatikan bagi seorang
atlet. Tidak sesuainya asupan makanan terhadap kebutuhan gizi dan konsumsi
cairan yang tidak mencukupi hingga mengakibatkan dehidrasi merupakan dua
penyebab terjadinya penurunan kebugaran dan performa olahraga seorang atlet.
Selama latihan atau olahraga, penguapan berupa keringat merupakan
mekanisme yang utama dalam pembuangan panas, dengan demikian air atau cairan
menjadi salah satu kunci penting selama berolahraga. Atlet yang mengeluarkan
keringat melebihi asupan cairan akan mengalami dehidrasi selama latihan atau
pertandingan. Menurut National Athletic Trainers Association (2000), dehidrasi
akibat berkurangnya 1-2% berat badan akan mulai menggangu fungsi fisiologis
tubuh dan secara negatif akan mempengaruhi terhadap performa, bahkan
berkurangnya berat badan melebihi 3% lebih lanjut sudah mengganggu fungsi
fisiologis tubuh dan meningkatkan resiko exertional heat ilness seperti heat cramps,
heat exhaustion, atau heat stroke. Selain itu, menurut Irawan (2007) berkurangnya
1-2% berat badan akibat dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat dapat
menurunkan performa olahraga hingga sebesar 10%, berkurang 5% berat badan
dapat menurunkan performa sebesar 30%. Khusus untuk olahraga dengan intensitas
tinggi dan olahraga yang bersifat ketahanan, berkurangnya 2.5% berat badan akibat
dari keluarnya cairan tubuh melalui keringat dapat menurunkan performa olahraga
hingga 45%.
Seorang atlet dengan laju pengeluaran keringat tinggi yang melakukan latihan
intensif dalam kondisi lingkungan yang panas atau lembab dapat dengan cepat
mengalami dehidrasi. Latihan pada kondisi daerah yang panas dapat mengalami
dehidrasi dengan laju sebesar 1-2 liter per jam, tidak hanya itu, atlet olahraga
endurance seperti sepakbola yang melakukan pertandingan pada suhu 10oC juga
tercatat mengalami pengurangan cairan tubuh sebesar 2 liter dalam 90 menit
pertandingan. Laju keluarnya keringat terbesar dalam dunia olahraga tercatat
pernah dialami oleh atlet maraton pada olimpiade 1984 dengan laju sebesar 3.7
liter/jam (Kraemer et al. 2012).
Di Indonesia, hasil penelitian The Indonesian Hydration Regional Study
(THIRST) (2009) mengungkap bahwa 46,1% subjek yang diteliti mengalami
dehidrasi ringan. Ironisnya, sekitar 60% dari subjek yang diteliti tidak mengetahui
2
bahwa diperlukan asupan cairan yang lebih banyak bagi orang kelompok khusus
seperti orang yang berkeringat atau olahragawan.
Air sebagai salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh sering terlupakan
pemenuhannya. Tubuh tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan tubuh akan air.
Oleh karena itu, air perlu dipenuhi manusia khususnya atlet yang mempunyai
aktivitas spesifik yang berat melalui asupan air yang cukup. Berdasarkan data
mengenai tingginya kecenderungan dehidrasi serta dampak negatif yang
ditimbulkan dari kondisi dehidrasi pada atlet, maka peneliti ingin mengetahui lebih
jauh mengenai faktor yang berpengaruh terhadap status dehidrasi pada atlet remaja.
Atlet remaja masih berada dalam usia pertumbuhan yang sangat sensitif terhadap
kekurangan atau kelebihan zat gizi. Usia remaja tersebut memerlukan asupan gizi
dan air yang cukup sesuai dengan aktivitas spesifik yang dilakukan.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fator-faktor
yang berpengaruh terhadap status dehidrasi latihan pada atlet remaja. Adapun
tujuan khusus dari penelitian ini, adalah (1) mengetahui karakteristik atlet remaja,
(2) menganalisis persentase total komposisi tubuh atlet remaja, (3) menganalisis
tingkat aktivitas fisik harian atlet remaja, (4) menganalisis tingkat kecukupan air
harian atlet remaja, (5) menganalisis faktor yang berhubungan dengar status
dehidrasi latihan pada atlet remaja, (6) menganalisis determinan status dehidrasi
latihan yang meliputi karaktersistik, komposisi tubuh, tingkat aktivitas harian,
tingkat asupan air harian, serta laju keringat latihan pada atlet remaja.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
menyediakan informasi mengenai hal-hal yang berpengaruh terhadap status hidrasi
latihan pada atlet remaja. Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan oleh atlet dan pihak terkait untuk lebih memperhatikan strategi
hidrasi dan rehidrasi yang tepat sesuai dengan karakteristik masing-maing atlet
guna meningkatkan performa dan menunjang prestasi olahraga Indonesia.
3
KERANGKA BERFIKIR
Untuk mencapai prestasi yang optimal, pembinaan prestasi olahraga perlu
disusun perencanaan gizi yang berjangka, baik jangka pendek, menengah, maupun
jangka panjang. Perencanaan gizi atlet perlu diselaraskan dengan perencanaan
program latihan yang meliputi periode persiapan/latihan, pertandingan, dan transisi.
Pada periode latihan, baik sebelum, selama, ataupun setelah latihan, menjaga
keseimbangan cairan didalam tubuh melalui strategi konsumsi cairan yang tepat
merupakan faktor yang perlu diperhatikan bagi seorang atlet supaya terhindar dari
dehidrasi. Dehidrasi pada atlet ketika menjalani program latihan akan mengganggu
kinerja atletik yang berkaitan dengan performa, membahayakan fungsi fisiologis
tubuh, meningkatkan resiko heat exertional ilness, penurunan kemampuan
konsentrasi, kecepatan reaksi, meningkatkan suhu tubuh dan menghambat laju
produksi energi.
Atlet dengan laju keringat tinggi yang melakukan program latihan intensif
dalam kondisi lingkungan yang panas dapat dengan cepat mengalami dehidrasi.
Selain itu, kurangnya konsumsi air harian, terbatasnya kesempatan konsumsi cairan
saat latihan atau pertandingan, serta tidak mengkonsumsi cairan dengan volume
yang sesuai dengan pengeluaran keringat dapat juga menyebabkan atlet mengalami
dehidrasi. Konsumsi air sangat berkaitan dengan kebutuhan. Setiap individu
memiliki kebutuhan air yang bervariasi satu sama lain. Besarnya kebutuhan akan
air dipengaruhi oleh karakteristik individu seperti usia dan jenis kelamin. Selain itu,
kebutuhan air juga dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban
lingkungan, serta aktivitas fisik. Dalam tubuh manusia, air diperoleh dari tiga
sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air hasil metabolisme (air
metabolik).
Air yang berasal dari minuman merupakan jumlah terbesar yang diperoleh
tubuh, yaitu sekitar dua per tiga (65-75%) dari total asupan air. Jumlah air dari
makanan yang diperoleh tubuh tergantung pada pola konsumsi makan. Bila
seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, maka sumber air dari
makanan akan lebih tinggi dan begitu pula sebaliknya. Proses metabolisme di dalam
tubuh menghasilkan air tetapi jumlahnya relatif sedikit. Semakin banyak produksi
energi dari makanan berkarbohidrat akan semakin banyak air metabolik yang
dihasilkan tubuh. Kontribusi asupan air dari air yang berasal dari makanan dan air
metabolik hanya sekitar sepertiga total asupan air (35%) (Santoso et al. 2011).
4
Jenis Kelamin
% Lemak tubuh total
% Air tubuh total
% Otot tubuh total
Karakteristik Atlet
Usia
Status gizi
DEHIDRASI
Laju Keringat
Tingkat Kecukupan
Air Harian
Aktivitas Fisik
Jenis olahraga
Jenis latihan
Durasi latihan
Asupan Air
Asupan air latihan
Asupan air recovery
Keterangan gambar
Kebutuhan Air
Kebutuhan air
latihan
:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka berfikir faktor resiko dehidrasi latihan pada atlet remaja
5
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu
Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study
dengan metode observasional. Penelitian dilakukan di Pusat Pendidikan dan
Latihan Pelajar (PPLP) DKI Jakarta pada bulan Agustus sampai dengan Oktober
2013. Pemilihan tempat secara purposive dengan pertimbangan bahwa PPLP DKI
Jakarta merupakan pusat diklat atlet remaja provinsi DKI Jakarta yang telah
berkontribusi dalam melahirkan atlet-atlet terbaik Indonesia baik di tingkat nasional
maupun internasional.
Cara Pengambilan Contoh
Contoh pada penelitian ini adalah anggota populasi (atlet remaja provinsi DKI
Jakarta yang sedang menjalani pendidikan dan pelatihan di PPLP DKI Jakarta)
sebanyak 41 orang. Cara pengambilan dilakukan secara purposive sampling dengan
kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria inklusi :
a. Usia 10-19 tahun, dimana usia tersebut merupakan rentang usia untuk remaja
(WHO 2011)
b. Sedang menjalani pendidikan dan latihan di PPLP DKI Jakarta
c. Terdaftar sebagai atlet dari tiga cabang olahraga yang berbeda (endurance,
sprint, strength)
d. Dapat diajak berinteraksi
e. Bersedia berpartisipasi
f. Tidak mempunyai masalah dengan pihak-pihak tertentu terutama institusi
pendidikan dan latihan
2. Kriteria ekslusi :
a. Tidak berada di pusat diklat ketika pengambilan data
b. Tidak mengikuti program pendidikan dan pelatihan secara penuh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data dekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh, antropometri, aktivitas
fisik, konsumsi pangan, laju keringat, dan status dehidrasi. Data primer diperoleh
melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner, pengamatan
langsung, dan pengukuran langsung kepada contoh. Pengukuran dalam penelitian
merupakan pengukuran antropometri yaitu terhadap dimensi tubuh (berat badan,
tinggi badan) dan komposisi tubuh. Metode pengukuran antropometri memiliki
prosedur yang sederhana akan tetapi secara ilmiah diakui kebenarannya (Supariasa
et al. 2001). Secara lengkap, data primer yang dikumpulkan disajikan pada tabel 1.
Data sekunder digunakan sebagai pertimbangan awal dalam pemilihan lokasi
dan pengambilan contoh penelitian. Data sekunder diperoleh dari data administrasi
di sekretatiat PPLP DKI Jakarta, yang meliputi :
1. Data mengenai keadaan umum serta fasilitas latihan dan pendidikan di PPLP
DKI Jakarta
2. Data mengenai cabang olahraga, jumlah atlet dan staf pelatih, serta prestasi atlet
di PPLP DKI Jakarta
6
Tabel 1 Variabel, jenis dan cara pengumpulan data
No
1
Variabel
Karakteristik
contoh
Jenis Data
Umur
Jenis kelamin
Cabang olahraga
Status gizi
Berat badan
Tinggi badan
3
Komposisi
tubuh
4
Tingkat
Aktivitas fisik
5
6
7
Persen lemak tubuh
Persen air tubuh
Persen otot tubuh
Jenis
Durasi
Frekuensi
Tingkat
Konsumsi Pangan
kecukupan air Jenis
Jumlah
Frekuensi
Laju keringat BB pre-post latihan
latihan
Konsumsi air latihan
Durasi latihan
Status
BB pre-post latihan
dehidrasi
latihan
Tanda
dan
gejala
dehidrasi
Cara pengumpulan data
Wawancara langsung kepada
contoh dengan menggunakan
kuisioner
Berat badan ditimbang dengan
menggunakan timbangan berat
badan digital (kapasitas 150 kg
dengan ketelitian 50 g)
Tinggi badan diukur dengan alat
ukur tinggi badan microtoise
(kapasitas ukur 2 m dengan
ketelitian 0,1)
Diukur dengan menggunakan
body composition analizer merk
Transtek tipe GBF 385 dengan
four high precision G sensor
Wawancara langsung kepada
contoh dengan menggunakan
kuisioner recall aktivitas fisik
Wawancara langsung kepada
contoh dengan menggunakan
metode recall 1x24 jam pada hari
libur dan latihan
Ditimbang dengan timbangan
berat badan digital
Pengamatan secara langsung
Ditimbang dengan timbangan
berat badan digital
Wawancara langsung kepada
contoh dengan kuisioner
Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara statistik.
Pengolahan data dimulai dengan pengkodean (coding), pemasukan data (entry), dan
pengecekan ulang (cleaning). Tahap pengkodean dimulai dengan cara menyusun
kode-kode tertentu sebagai panduan dalam mengentri dan pengolahan data. Tahap
selanjutnya yaitu data dientri ke dalam tabel yang sudah tersedia. Kemudian
dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam
mengentri data. Setelah itu, tahapan terakhir yang dilakukan yaitu pengolahan data
dengan menggunakan program Microsoft Excell 2013. Hasil pengolahan data
kemudian dianalisis dengan menggunakan Statistical Program for Social Science
(SPSS) versi 20.0 for windows.
Karakteristik Contoh
Data karakteristik contoh meliputi jenis kelamin, usia, cabang olahraga, dan
status gizi. Pertimbangan utama dalam pemilihan contoh adalah atlet junior dan
masih berusia remaja yang belum banyak dilibatkan dalam event-event besar
7
sehingga dimungkinkan lebih mudah dalam pengumpulan data. Pengukuran
antropometri penting dilakukan pada masa remaja karena pertumbuhannya cukup
sensitif terhadap kekurangan atau kelebihan gizi. WHO (2011) menyatakan bahwa
usia remaja adalah 10-19 tahun. Contoh dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin
yaitu laki-laki dan perempuan. Contoh dikelompokkan ke dalam tiga kelompok
usia, yaitu kelompok usia remaja awal (early adolescence) dengan rentang usia 1012 tahun, remaja pertengahan (middle adolescence) dengan rentang usia 13-15
tahun dan remaja akhir (late adolescence) dengan rentang usia 16-19 tahun. Contoh
dikelompokkan ke dalam tiga jenis cabang olahraga, yaitu bulutangkis, atletik, dan
angkat besi.
Status gizi dihitung berdasarkan standar penilaian status gizi menggunakan
Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur. Rumus perhitungan IMT sebagai
berikut.
�
� �=
� � �� �
Menurut WHO (2007) pengukuran status gizi pada usia 5 hingga 19 tahun, dalam
hal ini atlet usia remaja sudah tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi
menggunakan indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) karena seiring dengan
perubahan umur yang terjadi pada masa remaja terjadi pula perubahan pada
komposisi tubuh dan densitas tubuh. Nilai indeks massa tubuh menurut IMT/U
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi IMT menurut umur berdasarkan Kemenkes RI 2010 untuk usia
5-18 tahun
Nilai Z-Score
z-skor ≥ +2
+1 < z-skor < +2
-2 < z-skor < +1
-3 < z-skor < -2
z-skor < -3
Klasifikasi
Obesitas (overweight)
Gemuk (overweight)
Normal
Kurus
Sangat Kurus
Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh yang di amati dalam penelitian meliputi persentase lemak
tubuh total, persentase air tubuh total, dan persentase massa otot tubuh total.
Persentase lemak tubuh total dan persentase air tubuh total dikelompokkan ke
dalam tiga kategori yaitu kurang, normal, dan berlebih, sedangkan persentase massa
otot tubuh total dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kurang dan normal.
Pengelompokkan untuk komposisi tubuh mengacu pada tabel 3.
Tabel 3 Nilai komposisi tubuh ideal pada atlet
Komposisi tubuh
% Lemak tubuh
% Air tubuh
% massa otot tubuh
Laki-laki
6% - 13%
65% - 70%
>40%
Perempuan
14% – 20%
50% -60%
>34%
Tingkat Aktivitas Fisik
Pengukuran tingkat aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis dan durasi waktu
aktivitas fisik dan latihan olahraga yang dilakukan contoh dalam 24 jam pada hari
libur dan latihan. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan selama 24 jam dinyatakan
8
dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik (WHO/FAO 2001).
PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan
PAL
PARi
�
=
∑ � � ��
24 ��
:
: Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
: Physical activity rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap
jenis aktivitas per jam)
Wi
: Alokasi waktu tiap aktivitas
PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat
badan dalam 24 jam. Kategori tingkat aktivitas berdasarkan nilai PAL yaitu ringan
bila nilai PAL berada pada kisaran 1.40-1.69, sedang bila nilai PAL berada pada
kisaran1.70-1.99, dan berat bila nilai PAL berada pada kisaran 2.00-2.40. Nilai
PAR (Physical Activity Rate) untuk berbagai jenis aktivitas dan tingkat aktivitas
fisik menurut WHO/FAO (2004) disajikan pada lampiran 1.
Kebutuhan Air
Dalam penelitian ini, kebutuhan air harian contoh dihitung berdasarkan
metode perkiraan kebutuhan air menurut Popkin et al. (2010) yang telah
dimodifikasi (ditambah dengan laju keringat latihan yang telah dikalikan dengan
durasi latihan). Metode perkiraan kebutuhan air menurut Popkin membandingkan
antara Adequate Intake (AI) air dengan Estimated Energy Requirement (EER) pada
remaja. Metode perkiraan kebutuhan air menurut Popkin (2010) adalah sebagai
berikut :
Kebutuhan air untuk laki-laki
Kebutuhan air untuk perempuan
= 1.18 ml/kkal kebutuhan energi
= 1.15 ml/kkal kebutuhan energi
Estimated Energy Requirement (EER) atau kebutuhan energi pada remaja dihitung
berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (2002)
dalam Mahan dan Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation.
Penentuan Estimated Energy Requirement (EER) disajikan pada lampiran 2.
Asupan Air
Air yang berasal dari minuman dan makanan diperoleh berdasarkan data food
recall 1x24 jam pada hari libur dan hari latihan. Air yang berasal dari minuman
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu air putih dan bukan air putih (teh, kopi,
susu kental manis, sirup, susu, jus, minuman karbonasi dan lainnya). Berat bukan
air putih yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam kandungan air menggunakan
koreksi berat padatan zat gizi yang dikandungnya. Konsumsi air yang berasal dari
bukan air putih dan berasal dari makanan dikonversikan ke dalam kandungan air
dengan menggunakan DKBM (2008), Energy and Nutrition Composition of Food
Singapore (Health Promotion Board-Singapore Government 2009) dan National
Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Konversi dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
Keterangan :
Kgi j
: kandungan air dalam bahan makanan j
Bj
: berat makanan j yang dikonsumsi (g)
9
Gij
BDDj
: kandungan air dalam 100 g BDD bahan makanan j
: bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan seperti
karbohidrat, protein, dan lemak yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Verdu
dan Navarrete (2009), 1 gram karbohidrat, lemak, dan protein masing-masing
menghasilkan 0.55 ml, 1.07 ml, dan 0.40 ml air.
Air metabolik (ml) = (Karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0.55 mL) +
(Protein yang dikonsumsi (g) x 0.40 mL) +
(Lemak yang dikonsumsi (g) x 1.07 mL)
Estimasi Asupan Air
Estimasi total asupan air pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
jumlah air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi oleh contoh jika data yang
diketahui adalah jumlah air dari makanan dan air metabolik. Estimasi total asupan
air yang digunakan dalam penelitian ini adalah presentase kontribusi air dari
makanan dan metabolik terhadap total asupan air sebesar 30%, sedangkan
kontribusi air dari minuman terhadap total asupan air sebesar 70%, persentase ini
diambil berdasarkan penelitian Fauzi (2011).
Estimasi asupan air dari minuman (ml) = 7/3 x [asupan air dari makanan (ml)
+ air metabolik (ml)]
Tingkat Kecukupan Air Harian
Tingkat kecukupan air harian menggambarkan seberapa besar asupan air
memenuhi kebutuhan air harian. Berikut adalah perhitungan tingkat kecukupan air :
Tingkat Kecukupan Air (%) =
�
��
� � �
ℎ � �
x 100%
Cut off point tingkat kecukupan air mengacu pada cut off point tingkat kecukupan
energi Depkes (2004) yaitu defisit tingkat berat jika (120%). Kategori ini sesuai dengan pengklasifikasian tingkat kecukupan energi
menurut Gibson (2005).
Laju Keringat Latihan
Laju keringat contoh pada saat latihan dipengaruhi oleh asupan cairan,
volume urin, kondisi lingkungan, dan durasi latihan. Laju keringat pada saat latihan
dihitung dengan formula berikut :
Laju keringat (L/jam) = [(berat badan sebelum latihan – berat badan setelah latihan)
+ intake cairan – volume urin] / durasi latihan
Status Dehidrasi Latihan
Status dehidrasi selama latihan diperkirakan melalui perbedaan perentase
berat badan sebelum dan setelah latihan. Persentase perubahan berat badan
diperoleh dengan formula dibawah ini :
% perubahan berat badan = [(berat badan sebelum latihan – berat badan setelah
latihan)/berat badan setelah latihan] x 100
10
Tabel 4 Indeks status hidrasi menurut National Athletic Trainers Association
(NATA) tahun 2000
% perubahan berat badan
+1 sampai -1
-1 sampai -3
-3 sampai -5
>5
Kondisi
Well hydrated
Minimal dehydration
Significant dehydration
Serious dehydration
Kategori
Tidak dehidrasi
Dehidrasi
Analisis Data
Hasil pengolahan data kemudian dianalisis secara statistik yang terdiri dari
uji normalitas data, uji beda, uji hubungan dan pengaruh. Analisis explore dan One
Sample Kolmogorov Smirnov digunakan untuk uji normalitas data, dimana uji ini
berguna untuk menentukan apakah uji selanjutnya (uji beda, uji hubungan)
menggunakan analisis paramertrik atau analisis nonparametrik. Uji beda dalam
penelitian ini menggunakan Independent Samples T Test (perbedaan rata-rata status
gizi, persentase air tubuh total, persentase otot tubuh total, tingkat aktivitas fisik
hari latihan, dan tingkat kecukupan air hari latihan pada contoh dehidrasi dan tidak
dehidrasi), Two Independent Samples Test (perbedaan rata-rata usia, persentase
lemak tubuh total, dan laju keringat latihan pada contoh dehidrasi dan tidak
dehidrasi), Paired Sample T Test (perbedaan rata-rata tingkat aktivitas fisik dan
tingkat kecukupan air pada hari libur dan latihan), dan analisis Chi Square
(perbedaan rata-rata jenis kelamin dan cabang olahraga pada contoh dehidrasi dan
tidak dehidrasi).
Uji hubungan dalam penelitian ini menggunakan korelasi Pearson (hubungan
antara status gizi, persentase air tubuh total, persentase otot tubuh total, tingkat
aktivitas fisik hari latihan, dan tingkat kecukupan air hari latihan dengan status
dehidrasi latihan), korelasi Spearman (hubungan antara usia, persentase lemak
tubuh total, dan laju keringat dengan status dehidrasi latihan), dan analisis Chi
Square (hubungan antara jenis kelamin dan cabang olahraga dengan status
dehidrasi latihan). Dalam penelitian ini, determinan status dehidrasi pada saat
latihan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda (pengaruh
jenis kelamin, persentase lemak tubuh total, tingkat kecukupan air hari latihan, dan
laju keringat latihan terhadap status dehidrasi latihan).
Definisi Operasional
Contoh adalah altet remaja yang merupakan atlet di Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Pelajar DKI Jakarta
Karakteristik contoh adalah ciri khusus yang dimiliki oleh contoh yang dapat
mempengaruhi status dehidrasi, yaitu jenis kelamin, umur, cabang olahraga,
dan status gisi.
Status dehidrasi latihan adalah kekurangan air tubuh contoh yang ditandai dengan
penurunan berat badan atlet remaja pada saat latihan
Determinasi status dehidrasi latihan adalah faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian dehidrasi pada atlet remaja pada sesi latihan.
Aktivitas fisik adalah adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk
melakukan berbagai kegiatan fisik yang dinyatakan dalam PAL (Physical
Activity Level). PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per
kilogram berat badan dalam 24 jam.
11
Latihan atau exercise adalah suatu proses kerja yang dilakukan secara sistematis,
kontinu dimana beban dan intensitas latihan semakin bertambah yang pada
akhirnya memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh dan
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental secara bersama
sama (Harsono 1983).
Kebutuhan air adalah jumlah air harian yang dibutuhkan oleh tubuh contoh
Asupan air adalah jumlah air yang masuk ke dalam tubuh individu atlet remaja yang
diperoleh dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air
hasil metabolisme
Air dari minuman adalah air yang diperoleh dari minuman yang di konsumsi yang
memberikan kontribusi asupan air atlet remaja
Air dari makanan adalah air yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi yang
memberikan kontribusi asupan air atlet remaja
Air metabolik adalah air yang berasal dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein,
lemak) di dalam tubuh yang memberikan kontribusi asupan air atlet remaja
Tingkat kecukupan air adalah persentase yang menggambarkan seberapa besar
asupan air harian dapat memenuhi kebutuhan air harian contoh pada
hari/periode libur/tidak ada program latihan dari pelatih.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Contoh
Karakteristik contoh yang diteliti pada penelitian meliputi jenis kelamin,
usia, cabang olahraga, dan status gizi. Total contoh yang terlibat dalam penelitian
berjumlah 41 atlet.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik
Variabel
Jenis kelamin
Laki-laki
Wanita
Total
Usia
Remaja awal
Remaja pertengahan
Remaja akhir
Total
Cabang Olahraga
Bulutangkis
Atletik
Angkat Besi
Total
Status gizi
Sangat kurus
Kurus
Normal
overweight
Total
n
%
17
24
41
41,46
58,54
100,00
1
23
17
41
2,44
56,10
41,46
100,00
13
16
12
41
31,71
39,02
29,27
100,00
1
0
29
11
41
2,44
0,00
70,73
26,83
100.00
12
Jenis kelamin
Berdasarkan Tabel 5, pada variabel jenis kelamin dapat diketahui bahwa
sebagian besar atlet yang dijadikan sebagai contoh pada penelitian adalah berjenis
kelamin wanita dengan persentase sebesar 58.54%, sedangkan contoh yang berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebesar 41.46%. Tingginya persentase atlet yang berjenis
kelamin perempuan dibandingkan dengan atlet yang berjenis kelamin laki-laki tidak
memiliki pengaruh dalam perencanaan program latihan, semua atlet memiliki porsi
latihan yang sama sesuai dengan program latihan masing-masing atlet.
Usia
Pada variabel usia, atlet yang menjadi contoh penelitian memiliki usia
berkisar antara 12 tahun sampai dengan 18 tahun dengan usia rata-rata adalah
15,2±1,28 tahun. Omran dan Al-Hafez (2001) menyatakan bahwa usia remaja di
klasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu early adolescent (remaja awal usia 1012 tahun), middle adolescent (remaja pertengahan uisa 13-15 tahun), dan late
adolescent (remaja akhir usia 16-19 tahun). Berdasarkan tabel 5, sebagian besar
contoh termasuk kedalam kategori remaja pertengahan dengan persentase mencapai
56,1%, sedangkan untuk contoh yang berada pada kategori remaja awal dan remaja
akhir berturut-turut adalah 2,44% dan 41,46%. Remaja pertengahan dikenal dengan
istilah pubertas. Pada masa pubertas pertumbuhan dan kematangan fisik
berlangsung cepat, perubahan berat badan dan tinggi badan berada pada puncaknya,
serta mulai terjadi perubahan-perubahan karakteristik secondary sex, fisik, sosial,
emosional, dan mental. Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada remaja
sangat dipengaruhi oleh asupan gizi baik itu jumlah dan jenisnya. Pengaturan yang
tepat terhadap kebutuhan gizi pada atlet remaja sangat penting dan menjadi salah
satu kunci untuk mendukung pertumbuhan dan kematangan optimal serta
mendukung aktivitas fisik spesifik yang menjadi rutinitas yang dilakukan oleh atlet
remaja.
Cabang olahraga
Pada variabel cabang olahraga, cabang olahraga yang dipilih dalam penelitian
mengacu pada tiga jenis olahraga yang dikemukaan oleh Mougios (2006) yaitu
olahraga endurance (daya tahan), sprint (kecepatan), dan resistance (kekuatan).
Contoh dalam penelitian berasal dari tiga cabang olahraga yang berbeda yaitu
bulutangkis (endurance), atletik jarak pendek-menengah (sprint), dan angkat besi
(strength). Berdasarkan tabel 5, jumlah contoh pada setiap cabang olahraga
memiliki persentase yang hampir sama, 31,71% untuk cabang olahraga bulutangkis,
39,02% untuk cabang olahraga atletik, dan 29,27% untuk cabang olahraga angkat
besi.
Status Gizi
Berdasarkan tabel 5, sekitar 70,73% contoh memiliki status gizi yang normal,
sekitar dan sekitar 26,83% tergolong pada kategori overweight. Dari seluruh contoh
yang memiliki status gizi overweight, sebayak 55,54% berasal dari cabang olahraga
angkat besi. Cabang olahraga angkat besi diperlombakan berdasarkan kelas berat
badan tertentu, sehingga untuk olahraga angkat besi mempergunakan kriteria IMT
tersendiri tergantung kelas yang diikuti (Abidin 2013). Status gizi yang baik
diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu
pertumbuhan, serta menunjang pembinaan prestasi olahragawan (Irianto 2006).
Pengukuran antropometri sangat penting pada masa remaja untuk mengetahui
13
perubahan pertumbuhan dan kematangan yang dipengaruhi oleh faktor hormonal.
Selain itu, menurut Riyadi (2003), pengukuran antropometri penting dilakukan
pada masa remaja karena pertumbuhannya cukup sensitif terhadap kekurangan atau
kelebihan gizi.
Komposisi Tubuh
Tubuh manusia termasuk remaja terdiri atas dua bagian utama yaitu jaringan
adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Jaringan bebas
lemak terdiri atas tulang, otot, air ekstraselular, jaringan syaraf, serta semua
jaringan lain selain jaringan lemak. Terjadinya peningkatan tinggi dan berat badan
pada masa remaja mengakibatkan adanya perubahan pada komposisi tubuh
(Supariasa et al. 2001). Komposisi tubuh yang diamati dalam penelitian meliputi
persentase lemak tubuh total, persentase air tubuh total, dan persentase otot tubuh
total.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan komposisi tubuh
Variabel
% Lemak tubuh total
Kurang
Normal
Berlebih
Total
% Air Tubuh Total
Kurang
Normal
Berlebih
Total
% Otot tubuh total
Kurang
Normal
Total
n
%
7
21
13
41
17,07
51,22
31,71
100,00
2
14
25
41
4,88
34,15
60,98
100,00
0
41
41
0
100,00
100,00
Persentase Lemak Tubuh Total
Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa sebagian besar contoh yaitu sekitar
51,22% memiliki persentase lemak tubuh kategori normal, hanya sekitar 17,07%
contoh memiliki persentase total lemak tubuh yang kurang dan sekitar 31,71%
memiliki persentase lemak tubuh yang tergolong kategori berlebih. Proporsi lemak
tubuh bagi seorang atlet bergantung pada jenis olahraga, namun demikian kisaran
lemak tubuh optimal bagi seorang atlet berkisar antara 6% - 13% untuk atlet lakilaki dan 14% – 20% untuk atlet perempuan. Pada masa remaja, kadar lemak tubuh
pada perempuan terus meningkat namun menurun pada laki-laki. Hal ini
disebabkan oleh tingginya kadar hormon estrogen yang menstimulasi penumpukan
lemak subkutan (lemak bawah kulit) pada perempuan.
Persentase Air Tubuh Total
Berbeda dengan persentase total lemak tubuh yang sebagian besar contoh
tergolong pada kategori normal, pada persentase total air tubuh sebagian besar
contoh atau sekitar 60,98% tergolong pada kategori berlebih, sekitar 34,15% contoh
tergolong pada kategori normal, dan hanya sekitar 4,88% tergolong pada kategori
kurang. Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Sekitar 50-70%
dari total berat badan seseorang terdiri dari air. Untuk tubuh yang terlatih dan
14
terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang atlet akan mengandung lebih banyak air
jika dibandingkan tubuh non atlet.
Persentase Otot Tubuh Total
Persentase total otot tubuh, semua contoh yang yang termasuk dalam
penelitian memiliki persentase total otot tubuh yang tergolong pada kategori normal.
Ketika usia anak mulai memasuki usia remaja, perubahan proporsi jaringan bebas
lemak pun dimulai. Laki-laki menghasilkan hormon testosteron yang mendorong
terbentuknya lebih banyak massa otot, menumbuhkan tulang yang lebih padat dan
berat, serta membangun sel darah merah yang lebih banyak dibanding perempuan.
Bagi seorang atlet, proporsi massa otot tubuh optimal bisa lebih besar tergantung
dari jenis olahraga yang menjadi spesifikasi dari atlet.
Tingkat Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah kegiatan yang
menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti
berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik menentukan energi
yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot (FKM-UI 2007).
Physical activity level atau yang lebih dikenal dengan tingkat aktivitas fisik
merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan
dalam 24 jam. Tingkat aktivitas fisik pada atlet tentunya berbeda di setiap
perencanaan program. Periode istirahat/libur, periode persiapan/latihan, priode
pertandingan, dan periode transisi akan memiliki aktivitas fisik yang berbeda.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik
Variabel
Tingkat aktivitas fisik libur
Ringan
Sedang
Berat
Total
Tingkat aktivitas fisik latihan
Ringan
Sedang
Berat
Total
n
%
7
21
13
41
60,98
29,27
9,76
100,00
2
14
25
41
0
41,46
58,54
100,00
Tabel 7 menunjukkan tingkat aktivitas fisik contoh pada periode libur dan
periode latihan. Pada periode libur, sebagian besar contoh atau sekitar 60,98%
memiliki tingkat aktivitas fisik yang ringan dan hanya 9,76% dari contoh memiliki
tingkat aktivitas fisik yang berat. Berbeda dengan pada periode libur, tingkat
aktivitas fisik pada periode latihan sebagian besar contoh atau sekitar 58,54%
berada pada kategori berat, 41,46% dari contoh memiliki tingkat aktivitas fisik
tingkat sedang, dan tidak ada contoh yang memiliki tingkat aktivitas tingkat ringan.
Berdasarkan analisis paired sample t test, terdapat perbedaan rata-rata tingkat
aktivitas fisik yang dilakukan oleh contoh antara periode libur dengan periode
latihan (p