Faktor Risiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa
FAKTOR RISIKO DEHIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA
GUSTAM
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
ABSTRACT
GUSTAM. Risk Factors of Dehydration in Adolescents and Adults. Supervised by
HARDINSYAH and DODIK BRIAWAN
The objective of this research was to analyzed risk factors of dehydration
among adolescents and adults. The research was carried out throught analyzing
a data set of THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study) collected in
2008 and 2009 by applying a crossectional study design among 604 adolescents
(male and female aged 15-18 yrs) and 582 adults (male and female aged 25-55
yrs) in North Jakarta, Lembang, Surabaya, Malang, Makasar and Malino. Data
processing and analysis were conducted in Bogor in April-June 2011. The results
shows that the mean fluid intake among all subjects is 2750±753 mL/d, and
among adolescents and adults is 2773±439 mL/d and 2730±456 mL/d
respectively. Based on the urine specific gravity, 46,3% of the subject
categorized as dehydration, and among adolescents and adults is 44,5% and
48,1% respectively. The results of logistic regression analysis showed that the
dehydration risk factors in adolescents are ecological areas, gender, body
temperature, hydration knowledge, and fluid intake. Dehydration risk factors in
adults are ecological areas and body temperature. Dehydration risk factors in all
subjects are ecological areas, body temperature, hydration knowledge, and fluid
intake.
Keywords: dehydration, risk factors, fluid intake, ecology.
RINGKASAN
GUSTAM. Faktor Risiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa. Dibimbing oleh
HARDINSYAH dan DODIK BRIAWAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko
dehidrasi pada remaja dan dewasa. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu:
(1) Mengetahui asupan air remaja dan dewasa, (2) Mengetahui status dehidrasi
remaja dan dewasa dewasa (3) Menganalisis faktor risiko dehidrasi meliputi jenis
kelamin, aktivitas fisik, suhu tubuh, status gizi, tingkat asupan air, pengetahuan
tentang air minum dan hidrasi, dan letak geografis pada remaja dan dewasa.
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study.
Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil
penelitian mengenai Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan
Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh THIRST (The
Indonesian Regional Hydration Study). Wilayah penelitian ini terdiri atas enam
lokasi yaitu Lembang (Jawa Barat), Jakarta Utara (DKI Jakarta), Malang dan
Surabaya (Jawa Timur), serta Malino dan Makasar (Sulawesi Selatan).
Pengumpulan data penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja
dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda dilakukan dari akhir tahun 2008
sampai awal tahun 2009 (Hardinsyah et al. 2010). Pengolahan, analisis, dan
interpretasi data dilakukan pada bulan April-Juni 2011 di Kampus IPB Darmaga
Bogor, Jawa Barat.
Jumlah subyek dihitung berdasarkan perhitungan rumus jumlah minimum
subyek studi cross-sectional penelitian memperhitungkan proporsi diasumsikan
dehidrasi 30% (Manz & Wentz 2005). Setelah mempertimbangkan dua kelompok
jenis kelamin, dua kelompok umur dan dua lokasi penelitian, maka jumlah total
subyek yang menjadi subyek penelitian yaitu 1186 subyek. Kelompok usia
remaja (15-18 tahun) merupakan pelajar SMU. Penelitian ini juga mencakup
subyek dari golongan usia dewasa. Pemilihan subyek dewasa dilakukan dengan
cara memilih guru dan karyawan sekolah yang berusia 25-55 tahun yang berada
di semua lokasi penelitian.
Data terdiri atas karakteristik subyek yang terdiri dari wilayah ekologi,
umur, jenis kelamin, status gizi (berat badan dan tinggi badan) aktivitas fisik
(jenis dan durasi dari berbagai aktivitas selama 6 hari), konsumsi makanan dan
minuman (jenis, jumlah dan sumber air minum dan minuman). Pengetahuan
tentang air minum (kuisioner berisi pertanyaan kebutuhan air minum dan hidrasi,
jenis minuman yang aman diminum, jenis minuman dan hubungannya dengan
dehidrasi) pemeriksaan fisik (suhu tubuh) status dehidrasi (berat jenis urin). Data
yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer
Microsoft Office Excell 2007 for Windows dan SPSS 16 for Windows. Proses
pengolahan meliputi coding, entry dan analisis.
Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara univariat, bivariat,
dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan data
karakteristik subyek dan asupan air serta status dehidrasi. Analisis bivariat
menggunakan uji beda-t (Independent Sample t-Test), analisis Chi square dan
korelasi Spearman. Analisis multivariat digunakan untuk melihat faktor risiko
dehidrasi dengan menggunakan analisis regresi logistik.
Total asupan air rata-rata pada remaja adalah 2770±439 mL/hari yang
terbagi kedalam 1623±574 mL minuman air putih, 474±465 mL minuman lainnya,
513±211 mL air dari makanan, serta 196±86 mL air metabolik. Total asupan air
pada dewasa tidak jauh berbeda dengan total asupan air pada remaja dengan
iii
nilai yang lebih kecil yaitu rata-rata 2730±456 mL/hari. Pada dewasa total
asupan air berasal dari asupan minuman air putih rata-rata sebesar 1584±590
mL/hari, minuman lainnya 474±465 mL/hari, air dari makanan 535±198 mL/hari
serta air metabolik 186±64 mL/hari. Total asupan air rata-rata pada total subyek
adalah 2750±753 mL/hari yang terbagi ke dalam 1611±580 mL minuman air
putih, 456±449 mL minuman lainnya, 524±205 mL air dari makanan, serta
191±76 mL air metabolik
Status dehidrasi berdasarkan berat jenis urin pada remaja dan dewasa
yaitu masing masing yaitu 48,1% dan 44,5% dan total dehidrasi pada semua
subyek yaitu 46,3%. Faktor risiko dehidrasi pada remaja adalah willayah ekologi,
suhu tubuh, jenis kelamin, tingkat pengetahuan, tingkat asupan air. Faktor risiko
dehidrasi pada dewasa adalah wilayah ekologi dan suhu tubuh. Faktor risiko
dehidrasi pada total subyek adalah willayah ekologi, suhu tubuh, tingkat
pengetahuan serta tingkat asupan air.
Pada remaja, subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,74 kali
mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi.
Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,50 kali
mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal.
Subyek wanita berisiko 1,60 kali mengalami dehidrasi dibandingkan pada subyek
laki-laki. Subyek dengan tingkat pengetahuan kurang berisiko 1,42 kali
mengalami dehidrasi dibandingkan dengan subyek dengan tingkat pengetahuan
baik. Tingkat asupan air subyek yang kurang dari 90% berisiko mengalami
dehidrasi 1,67 kali jika dibandingkan dengan subyek yang asupan airnya lebih
dari 90%.
Pada dewasa, subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,88 kali
mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi.
Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,54 kali
mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal.
Pada total subyek, yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,75 kali mengalami
dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Subyek yang
memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,54 kali mengalami dehidrasi
dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal. Subyek dengan tingkat
pengetahuan kurang berisiko 1,33 kali mengalami dehidrasi dibandingkan
dengan subyek dengan tingkat pengetahuan baik. Tingkat asupan air subyek
yang kurang dari 90% berisiko mengalami dehidrasi 1,31 kali jika dibandingkan
dengan subyek yang asupan airnya lebih dari 90%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah ekologi di dataran rendah
dimana suhu lingkungan yang panas berisiko besar menyebabkan dehidrasi.
Kondisi ini perlu disadari dengan menggantikan air yang hilang melalui
penguapan dan keringat dengan asupan air yang cukup. Kondisi lain seperti
suhu tubuh, jenis kelamin, status gizi, pengetahuan dan sikap serta khususnya
tingkat asupan air juga perlu diperhatikan dalam rangka untuk menjaga
keseimbangan air tubuh. Tanda-tanda dehidrasi berupa haus serta mukosa
mulut kering merupakan pertanda akurat seseorang sedang mengalami
dehidrasi ringan, sehingga regulasi minum perlu untuk dijaga.
FAKTOR RISIKO DEHIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA
GUSTAM
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Faktor Risiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa
: Gustam
: I14070109
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II,
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS
Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN
NIP. 19590807 198303 1 001
NIP. 19660701 199002 1 001
Mengetahui :
Ketua
Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS
NIP: 19621218 198703 1 001
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan sebagai anak bungsu dari empat bersaudara oleh
pasangan Bapak H. Sereng Andokke dan Ibu Hj. Binsing Panji. Penulis
dilahirkan di Jambi pada tanggal 2 Maret 1989. Penulis menempuh Pendidikan
Sekolah Dasar pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001 di Sekolah Dasar
Negeri 102 Kota Jambi. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah
pertama pada tahun 2001 sampai 2004 di MTS N Model Jambi. Pada tahun
2004 sampai 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Geragai
Tanjung Jabung Timur Jambi.
Pada tahun 2007, melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Provinsi
Jambi penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia di Institut Pertanian Bogor. Selama
menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai Staf Kementrian Lingkungan Hidup
BEM KM IPB periode 2008/2009, Badan Pengawas Himpunan Mahasiswa Ilmu
Gizi FEMA IPB (BP HIMAGIZI FEMA IPB) 2008/2009, Ketua Himpunan
Mahasiswa Ilmu Gizi FEMA IPB (HIMAGIZI FEMA IPB) periode 2009/2010, Tim
formatur dan pengurus Klub Gizi Peduli HIMAGIZI FEMA IPB, Dewan
Pertimbangan Agung Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia (DPA ILMAGI)
periode 2010/2011. Selain itu penulis juga aktif di Organisasi Daerah Himpunan
Mahasiswa
Jambi
(HIMAJA)
serta
dalam
berbagai
kepanitiaan
yang
diselenggarakan oleh BEM KM IPB, BEM FEMA IPB, DPM FEMA IPB, BP
HIMAGIZI, HIMAGIZI FEMA IPB serta DPA ILMAGI.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sukajadi,
Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor selama 2 bulan terhitung dari JuniAgustus 2010. Penulis juga telah melaksanakan Internship Dietetik di Rumah
Sakit Umum Daerah Cibinong Bogor pada bulan Juni 2011.
PRAKATA
Besar rasa syukur penulis tujukan kepada Allah SWT atas karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Risiko
Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Ir.
Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing skripsi, dan kepada dr. Yekti
Hartanti Effendi selaku dosen penguji skripsi. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada kedua orangtua atas dukungan yang telah diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah terlibat dalam
penyusunan skripsi penulis.
Besar harapan penulis semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat
dan daya guna, khususnya bagi penulis dan semua pihak pada umumnya. Amin.
Bogor, 03 Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFAR TABEL .............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xi
PENDAHULUAN...........................................................................................
1
Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan ..................................................................................................
Hipotesis ..............................................................................................
Kegunaan ............................................................................................
1
3
3
3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
4
Remaja dan Dewasa ............................................................................
Air sebagai Zat Gizi Esensial….. ..........................................................
Kebutuhan Air ......................................................................................
Keseimbangan Air Tubuh ....................................................................
Dehidrasi dan Gejala Dehidrasi ...........................................................
Pengukuran Status Dehidrasi ..............................................................
Faktor Risiko Dehidrasi ........................................................................
4
5
6
7
9
10
12
KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................
17
METODE ......................................................................................................
19
Desain, Tempat dan Waktu ..................................................................
Jumlah dan Cara Penarikan Subyek ....................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ......................................................
Pengolahan dan Analisis Data .............................................................
Definisi Operasional .............................................................................
19
19
20
20
25
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................
27
Karakteristik Subyek ............................................................................
Asupan Air Remaja dan Dewasa..........................................................
Status Dehidrasi...................................................................................
Status dehidrasi dan jenis kelamin ..................................................
Status dehidrasi dan wilayah ekologi...............................................
Status dehidrasi dan tingkat asupan air ...........................................
Status dehidrasi dan indeks massa tubuh .......................................
Status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik .......................................
Status dehidrasi dan tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi ....
Status dehidrasi dan suhu tubuh .....................................................
Faktor Risiko Dehidrasi ........................................................................
27
28
29
30
31
32
35
36
38
39
40
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... … 45
Kesimpulan ...................................................................................... … 45
Saran ............................................................................................... … 46
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
47
LAMPIRAN ...................................................................................................
51
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Volume air menurut sumber dan pengeluaran tubuh ............................
7
2
Kekuatan dan kelemahan metode penilaian kecukupan air ..................
12
3
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL ............................
14
4
Aspek, cakupan, data, dan metode yang digunakan dalam penelitian .
20
5
Kategori status gizi berdasarkan nilai IMT/U ........................................
22
6
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL ............................
23
7
Sebaran subyek menurut karakteristik subyek .....................................
27
8
Asupan air subyek berdasarkan sumbernya ........................................
29
9
Rata-rata nilai USG, jumlah dan persentase dehidrasi berdasarkan
kelompok umur, jenis kelamin dan status dehidrasi .............................
30
Sebaran subyek menurut kelompok umur, jenis kelamin dan status
dehidrasi ..............................................................................................
31
Sebaran subyek menurut kelompok umur, wilayah ekologi dan status
dehidrasi ..............................................................................................
32
Sebaran subyek menurut rata-rata kebutuhan cairan pada remaja
dan dewasa .........................................................................................
33
13
Asupan air pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi .....
33
14
Sebaran subyek menurut kelompok umur, tingkat asupan air dan
status dehidrasi....................................................................................
34
Indeks massa tubuh berdasarkan kelompok umur dan status
dehidrasi ..............................................................................................
35
16
Sebaran subyek menurut kelompok umur, status gizi dan status
dehidrasi ..............................................................................................
36
17
Rata-rata nilai PAL berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi .
36
18
Sebaran subyek menurut kelompok umur, tingkat aktivitas fisik dan
status dehidrasi....................................................................................
37
Rata-rata skor tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok umur dan
status dehidrasi....................................................................................
38
20
Sebaran subyek menurut kelompok umur, tingkat pengetahuan air
minum dan hidrasi dan status dehidrasi ...............................................
38
21
Rata-rata suhu tubuh berdasarkan status dehidrasi ............................
39
22
Sebaran subyek menurut kelompok umur, suhu tubuh dan status
dehidrasi ..............................................................................................
40
23
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja, dewasa dan
total subyek..........................................................................................
41
10
11
12
15
19
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Kerangka pemikiran faktor risiko dehidrasi pada remaja dan
dewasa ..........................................................................................
18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Peubah dan data yang digunakan dari kuesioner THIRST ...................
52
2
Hasil uji t antara karakteristik subyek remaja dan dewasa ...................
53
3
Hasil uji t antara asupan air remaja dan dewasa ..................................
54
4
Hasil uji t antara nilai berat jenis urin pada remaja dehidrasi dan tidak
dehidrasi .............................................................................................. 54
5
Hasil uji t antara nilai berat jenis urin pada dewasa dehidrasi dan tidak
dehidrasi .............................................................................................. 55
6
Hasil uji t antara nilai berat jenis urin dehidrasi dan tidak dehidrasi ......
55
7
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan kelompok umur ............
55
8
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada
remaja.................................................................................................. 55
9
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada
dewasa ................................................................................................ 56
10
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada total
subyek ................................................................................................. 56
11
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan wilayah ekologi pada
remaja.................................................................................................. 56
12
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan wilayah ekologi pada
dewasa ................................................................................................ 57
13
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan wilayah ekologi total
subyek ................................................................................................. 57
14
Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada remaja ........
57
15
Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada dewasa ......
57
16
Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada total subyek
58
17
Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada remaja .............
58
18
Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada dewasa ...........
58
19
Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada total subyek.....
68
20
Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu
tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada
remaja.................................................................................................. 59
21
Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu
tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada
dewasa ................................................................................................ 60
22
Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu
tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada
total subyek.......................................................................................... 61
xii
23
Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada total
subyek ................................................................................................. 62
24
Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada
dewasa ................................................................................................ 62
25
Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada
remaja.................................................................................................. 62
26
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada total
subyek ................................................................................................. 63
27
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada
dewasa ................................................................................................ 63
28
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada
remaja.................................................................................................. 63
29
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan pada total
subyek ................................................................................................. 64
30
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan pada
dewasa ................................................................................................ 64
31
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan pada
remaja.................................................................................................. 64
32
Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada total subyek....
64
33
Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada dewasa ..........
65
34
Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada remaja............
65
35
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja ......................
65
36
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada dewasa .....................
66
37
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada total subyek ..............
66
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air
merupakan
bagian
terbesar dari
komposisi
tubuh
manusia.
Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas
75% air dan 25% bahan padat. Muchtadi et al. (1993) menjelaskan bahwa tubuh
manusia rata-rata tersusun atas 63% air, 17% protein, 13% lemak, 6% mineral,
1% karbohidrat dan vitamin. Seseorang yang kehilangan 40% lemak dan protein
sampai terjadi penurunan berat badan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi
kehilangan 20% air dapat menyebabkan kematian.
Reaksi di dalam tubuh manusia hampir sepenuhnya memerlukan air. Air
merupakan komponen utama dari semua struktur sel dan merupakan media
kelangsungan
proses
metabolisme
dan
reaksi
kimia
di dalam tubuh.
Metabolisme tubuh akan berjalan dengan baik, apabila pemenuhan kebutuhan
air untuk menggantikan air tubuh yang hilang dapat terpenuhi setiap harinya
(Atam 2005).
Hydration for Health (2010) menyatakan bahwa setiap hari, setidaknya
2,6 L air hilang melalui pernapasan, keringat, feses dan urin. Dalam laporan
yang dipublikasikan oleh World Health Organization (WHO) (2005), jumlah
asupan air yang diperlukan (termasuk air yang diambil dari makanan) untuk
mempertahankan keseimbangan air untuk rata-rata orang dewasa dalam kondisi
normal adalah 2,9 L/hari untuk laki-laki dan 2,2 L/hari untuk wanita. The
European Food Safety Authority (EFSA) dan Institute of Medicine (IOM)
menyatakan bahwa pola makan rata-rata menyediakan 20% dari asupan air total
yang direkomendasikan. Berdasarkan pendapat ahli EFSA untuk asupan air
harian yang direkomendasikan, ini dapat dihitung sebagai 2 L untuk laki-laki dan
1,6 L untuk wanita.
Hartanto (2007) menyatakan bahwa pada keadaan normal, seseorang
harus memenuhi asupan air rata-rata sebanyak 2000-2500 mL/hari, dalam
bentuk air maupun makanan padat. Jumlah tersebut untuk menggantikan
kehilangan 250 mL air dari feses, 800-1500 mL dari urin, dan hampir 600 mL
kehilangan air yang tidak disadari (insensible water loss) dari kulit dan paru-paru.
Asupan air yang direkomendasikan pada usia dewasa untuk memenuhi
kecukupan aktivitas dan metabolisme yaitu antara 1,01 sampai 1,08 mL/kkal
untuk Jerman dan 1,21 sampai 1,31 mL/kkal di Amerika (Manz & Wentz 2005).
2
Penelitian Maulad (2009) menunjukkan bahwa pada remaja laki-laki ratarata asupan air dari makanan sebesar 777,5 mL atau 26,4% dari total asupan air
dan pada wanita rata-rata sebesar 542,5 mL atau 24,1% dari total asupan air.
Asupan air pada anak usia sekolah rata-rata asupan air dari makanan yaitu 492
mL perhari dan rata-rata asupan air dari minuman sebesar 1791 mL (Annisa
2009).
Kebutuhan air tubuh yang tidak terpenuhi dikarenakan karena jumlah
yang keluar lebih banyak daripada jumlah yang masuk akan menyebabkan
dehidrasi. Asian Food Information Centre (AFIC) (2000) menyebutkan bahwa
rasa haus merupakan pertanda sedang mengalami dehidrasi. Air tubuh
mempunyai fungsi yang sangat vital. Whitmire (2004) menyatakan
bahwa
kekurangan air tubuh 1% akan mulai menimbulkan rasa haus dan gangguan
mood, kekurangan air tubuh 2-3% meningkatkan suhu tubuh, rasa haus dan
gangguan stamina, kekurangan air tubuh 4% dapat menurunkan kemampuan
fisik 25%, dan pingsan bila kadar air tubuh berkurang sampai 7%.
Sebagian besar individu tidak minum dalam jumlah yang cukup, sehingga
kebutuhan akan asupan air tidak terpenuhi. Di Perancis, 70% dari populasi
minum kurang dari 1,5 L/hari, survei di Inggris menunjukkan bahwa 40% dari
anak 11-18 tahun asupan air kurang dari 1,5 L/hari. Data dari Jerman
mengungkapkan bahwa asupan air dari 28% orang tua (usia 65-74 tahun) dan
41% usia lanjut (usia > 85 tahun) di bawah target yang direkomendasikan (Manz
& Wentz 2005).
Di Indonesia, hasil penelitian The Indonesian Hydration Study (THIRST)
(2009) menunjukkan bahwa hampir setengah dari penduduk Indonesia
mengalami gejala dehidrasi ringan. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak
46,1% dari 1.200 orang penduduk Indonesia di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur dan Sulawesi Selatan, mengalami dehidrasi ringan. Penelitian Rachma
(2009), pada siswi kelas 4 dan 5 sebesar 62,8% mengalami dehidrasi ringan
berdasarkan tanda-tanda dehdrasi. Berdasarkan data mengenai tingginya
kecenderungan dehidrasi di Indonesia, maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh
mengenai faktor yang mempengaruhi risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa
di Indonesia.
3
Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko
dehidrasi pada remaja dan dewasa. Adapun tujuan khusus penelitian ini, yaitu
(1) mengetahui asupan air remaja dan dewasa, (2) mengetahui status dehidrasi
remaja dan dewasa dewasa, (3) menganalisis faktor risiko dehidrasi meliputi
jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu tubuh, status gizi, pengetahuan tentang air
minum dan hidrasi, tingkat asupan air serta wilayah ekologi pada remaja dan
dewasa.
Hipotesis
Terdapat hubungan jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu tubuh, status gizi,
pengetahuan tentang air minum dan hidrasi, tingkat asupan air serta wilayah
ekologi terhadap risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa.
Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengetahui status
dehidrasi di Indonesia khususnya pada remaja dan dewasa serta faktor risiko
yang mempengaruhinya.
TINJAUAN PUSTAKA
Remaja dan Dewasa
Yulianasari (2009) yang mengacu pada WHO (1995) mengkategorikan
usia remaja berada pada kisaran umur 10-19 tahun dan dewasa berada pada
kisaran umur 20-59 tahun. Ciri-ciri yang spesifik pada usia remaja adalah
pertumbuhan yang cepat, perubahan emosional, dan perubahan sosial.
Wahlquist (1997) menegaskan bahwa pada fase remaja seseorang mengalami
perubahan pada karakteristik fisik, psikis, aturan sosial dan tanggung jawab.
Satu hal yang penting akibat perubahan tersebut adalah kontrol yang berlebihan
terhadap pola asupan makanan dan asupan minuman ke arah yang kurang baik.
Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan
psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh
oleh lingkungan. Lebih jauh, kebiasaan makan dan minum pada remaja
dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media, terutama iklan di televisi. Teman
sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan.
Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya
“terkucil” dan akan merusak rasa percaya diri (Mann & Stewart 2007).
Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari
bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran
yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa
adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya. Selain itu orang
dewasa telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan
orang dewasa lainnya.
Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa
dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada umur
18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis
yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini
merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 hingga
60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas
nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia
dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan
dengan masa remaja.
Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat
(menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi
5
psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami perubahan
kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga
akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa lanjut
dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan
psikologis cepat menurun (Hurlock 2004).
Air sebagai Zat Gizi Esensial
Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Asupan air yang kurang ataupun berlebih akan menimbulkan masalah
bagi tubuh. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Bayi normal berkisar
70-75% berat badan, pada bayi prematur sebesar 80%, sebelum pubertas
sebesar 65-70%, dan orang dewasa 50-60% dari berat badan (Santoso et al.
2011). Almatsier (2003) menyatakan bahwa air mempunyai berbagai fungsi
dalam proses vital tubuh, antara lain:
Pelarut dan alat angkut
Air
di
dalam
tubuh
berfungsi
sebagai
pelarut
zat-zat
gizi berupa
monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, serta mineral dan bahan-bahan
lain yang oleh tubuh seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat gizi dan
hormon ini dibawa ke sel-sel yang membutuhkan. Disamping itu, air sebagai
pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme termasuk karbondioksida dan
ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit dan ginjal.
Pelumas
Air berperan sebagai pelumas dalam sendi-sendi tubuh.
Katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,
termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau
menghidrolisis
zat
gizi
kompleks
menjadi
bentuk-bentuk
yang
lebih
sederhana.
Fasilitator pertumbuhan
Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan, dalam hal
ini air berperan sebagai zat pembangun.
Pengatur suhu
Air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh karena
kemampuan air untuk menyalurkan panas. Sebagian panas yang dihasilkan
dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada
37°C. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh.
6
Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera
disalurkan ke luar. Sebagian besar pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan
melalui penguapan air dari permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu
mendinginkan diri melalui penguapan air.
Kebutuhan Air
Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan air
individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu tubuh dan
kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk
orang sehat dapat didasarkan pada umur, berat badan, asupan energi dan luas
permukaan tubuh (Proboprastowo & Dwiriyani 2004). Kebutuhan
yang
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, kelompok umur, berat badan, iklim atau suhu
(ekologi) serta diet (asupan air pangan) akan berpengaruh terhadap jenis
makanan dan minuman yang diasupan air dan jumlah asupan air yang menjadi
salah satu tolak ukur pemenuhan kebutuhan air seseorang (Hardinsyah et al.
2009).
The National Research Council (NRC) (1989) dalam Manz dan Wentz
(2003) merekomendasikan asupan air 1,5 mL/kkal untuk bayi dan 1mL/kkal
untuk anak-anak dan dewasa. Selain itu NRC (1989) dalam Sawka et al. (2005)
juga merekomendasikan asupan air harian yaitu sekitar 1 mL/kkal energi yang
dikeluarkan.
Kebutuhan air akan meningkat seiring bertambahnya umur, mulai 0,6 L
pada bayi hingga 1,7 L pada anak-anak. Pada orang dewasa kebutuhan air
meningkat menjadi 2,5 L untuk aktivitas sedentary dan 3,2 L untuk aktivitas fisik
sedang, untuk orang dewasa yang lebih aktif yang tinggal di lingkungan panas
memiliki kebutuhan air sekitar 6 L (Sawka et al. 2005). Secara rata-rata tubuh
orang dewasa akan kehilangan 2,5 L air/harinya. Sekitar 1,5 L air tubuh keluar
melalui urin, 500 mL melalui keluarnya keringat, 400 mL keluar dalam bentuk
uap air melalui proses respirasi (pernapasan) dan 100 mL keluar bersama
dengan feses (Irawan 2007).
Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa air harus diminum saat merasa
haus. Air harus diminum saat bangun pagi untuk memperbaiki dehidrasi yang
dihasilkan selama tidur panjang. Air harus diminum sebelum olahraga untuk
menyediakan serta menggantikan air yang akan keluar menjadi keringat. Air juga
harus diminum oleh orang yang sembelit dan tidak cukup makan buah dan
sayur.
7
Keseimbangan Air Tubuh
Keseimbangan air ditentukan antara air yang masuk ke dalam tubuh dan
air yang dikeluarkan dari tubuh. Air yang masuk ke dalam tubuh diperoleh dari
makanan dan minuman serta pertukaran zat bahan yang sudah berada dalam
tubuh. Air dikeluarkan dari tubuh melalui air seni, keringat dan dalam penguapan
air melalui pernapasan paru-paru (Harper 1986). Pengeluaran air tubuh dapat
berupa keluaran air wajib dan keluaran air kehendak sendiri (alektif). Keluaran air
wajib yaitu keluaran air berasal dari urin, kulit, saluran nafas, dan feses. Keluaran
air alektif yaitu pengeluaran air tubuh yang biasanya dipengaruhi oleh suhu dan
aktivitas fisik (Santoso et al. 2011).
Keseimbangan air tercapai apabila volume asupan air sama dengan
keluaran air. Asupan dan keluaran air dapat berupa asupan atau keluaran wajib
dan asupan atau keluaran alektif. Keseimbangan air tubuh dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Volume air menurut sumber dan pengeluaran tubuh
No
Sumber air tubuh
1.
2.
3.
Minuman
Makanan
Hasil metabolisme
Jumlah
(mL)
550-1500
700-1000
200-300
Total
1450-2800
Sumber: Santoso et al. (2011)
No
Pengeluaran air tubuh
1.
2.
3.
4.
Urin/Ginjal
Keringat/kulit
Pernapasan/paru
Tinja
Total
Jumlah
(mL)
500-1400
450-900
350
150
1450-2800
Laporan yang dipublikasikan oleh WHO (2007) menunjukkan bahwa
jumlah air yang diperlukan (termasuk air yang diambil dari makanan) untuk
mempertahankan keseimbangan air untuk rata-rata orang dewasa dalam kondisi
normal adalah 2,9 L/hari untuk laki-laki dan 2,2 L/hari untuk wanita.
Batmanghelidj (2007) mengemukakan bahwa tubuh manusia terus menerus
membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika bernafas.
Tubuh juga kehilangan air melalui keringat, produksi urin dan ketika buang air
besar. Tolak ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air adalah warna dari
urin. Seseorang yang terhidrasi dengan baik menghasilkan urin yang tidak
berwarna. Seseorang yang relatif terdehidrasi menghasilkan urin yang kuning
dan seseorang yang terdehidrasi berat menghasilkan urin berwarna jingga
(orange).
Kehilangan air dari tubuh terutama melalui ginjal (urin) dan saluran
pencernaan (feses) disebut dengan sensible/measurable water loss. Kehilangan
8
air melalui paru paru dan kulit disebut dengan invisible water loss. Ginjal
merupakan organ utama yang mengatur kehilangan air kentara (Whitmire 2004).
Hartanto (2007) menyatakan bahwa pada keadaan normal, seseorang harus
memenuhi asupan air rata-rata sebanyak 2000-2500 mL per hari, dalam bentuk
air maupun makanan padat. Jumlah tersebut untuk menggantikan kehilangan
250 mL air dari feses, 800-1500 mL dari urin, dan hampir 600 mL kehilangan air
yang tidak disadari dari kulit dan paru-paru dari invisible water loss.
Tubuh kehilangan air terutama melalui urin, tinja, pernapasan, dan
penguapan yang biasanya tidak disadari oleh tubuh. Orang yang tinggal di iklim
panas biasanya kehilangan beberapa liter tambahan keringat sehari. Tubuh
mendapatkan asupan air sebagian besar dari air yaitu sekitar 75% sampai 80%
dan sisanya 20-25% dari makanan. Pada saat haus, tubuh sudah mengalami
dehidrasi. Dibandingkan mengukur dari rasa haus, warna urin dan frekuensi
buang air kecil adalah alat ukur yang lebih baik. Urin yang berwarna kuning
emas, gelap atau kuning jeruk bisa menjadi tanda dehidrasi (Biali 2007).
Manz dan Wentz et al. (2003) menyatakan bahwa asupan air merupakan
total air dari makanan dan minuman serta air metabolik. Briggs dan Calloway
(1987) menyatakan bahwa kehilangan air harus diganti dengan air yang
diperoleh dari tiga sumber, yaitu dari minuman, air yang terkandung dalam
makanan serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme.
Kandungan air pada makanan padat bervariasi, mulai 5% pada makanan
yang sangat kering seperti crackers sampai lebih dari 90% pada buah dan
sayuran segar seperti tomat, semangka, strawberry, bunga kol, dan daun selada.
Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa asupan air seseorang dipenuhi dalam
beberapa cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 mL
per hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu dan sebagainya. Air dalam
makanan padat menyumbangkan 750 mL.
Total asupan air pada penelitian Hellert et al. (2001) diperoleh dari air
yang terkandung dalam makanan, minuman serta air oksidasi. Hasil penelitian
Hellert et al. (2001) menunjukkan bahwa secara keseluruhan total asupan air
meningkat seiring bertambahnya umur, yaitu dari 1114 g/hari pada anak umur 23 tahun air meningkat menjadi 1891 g/hari untuk anak laki-laki umur 9-13 tahun
serta 1676±386 g/hari untuk anak wanita umur 9-13 tahun. Total asupan air yang
berasal dari makanan berkisar antara 33-38%, dari minuman 49-55% dan dari
hasil oksidasi sebesar 12-13%.
9
Third National Health and Nutrition Survey (NHANES III) dalam Manz
dan Wentz (2005) menyatakan
bahwa pada anak-anak dan orang dewasa
sekitar 80% total asupan air diperoleh dari minuman, sementara 20% sisanya
diperoleh dari makanan. Hasil penelitian Bossingham et al. (2005) tentang
keseimbangan air dan status hidrasi pada orang muda dan dewasa menyatakan
bahwa total asupan air tidak berbeda antara orang muda dan dewasa. Mereka
juga melaporkan bahwa umur tidak mempengaruhi total asupan air.
Tubuh dalam jumlah yang terbatas akan memproduksi air melalui proses
oksidasi. Studi pada kelompok dewasa laki-laki dengan berat 70 kg, dengan
asupan energi 2900 kkal rata-rata membutuhkan air sebesar 2900 mL/hari. Jika
produksi air dalam tubuh sebesar 250 mL, maka selebihnya kebutuhan air harus
dipenuhi dari minuman dan makanan (Kleiner 1999).
Minum air yang cukup penting untuk menghindari dehidrasi dan dari hasil
penelitian menunjukkan jenis minuman yang diminum tidak berpengaruh
signifikan. Berdasarkan hasil penelitian antara subyek yang asupan minumannya
berupa air putih dengan asupan minuman dari berkafein atau jus tidak memiliki
perbedaan yang signifikan terhadap status hidrasi. Air dalam bentuk yang paling
murni dapat memberikan manfaat lain seperti suplemen fluorida, tapi bukan satusatunya cara untuk menghindari dehidrasi (Grandjean 2003).
Dehidrasi dan Gejala Dehidrasi
Greenleaf (1992) dalam Shirreffs (2003) menyebutkan Euhydration
adalah keadaan atau situasi keseimbangan air. Hyperhydration adalah keadaan
keseimbangan air positif (kelebihan air) dan hypohydration adalah keadaaan
dalam keseimbangan air negatif (kekurangan air). Dehydration adalah proses
kehilangan air dari tubuh, sedangkan rehydration adalah proses mendapatkan air
tubuh.
Dehidrasi didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan air
dan elektrolit tubuh yang dapat berakibat serius dan berpotensi mematikan
(Thompson et al. 2008). Menurut Gavin (2006) dehidrasi dapat terjadi akibat
kehilangan air yang terlalu banyak, tidak minum air dalam jumlah cukup, ataupun
akibat kedua hal di atas. AFIC (2000) menyebutkan bahwa rasa haus merupakan
pertanda
seseorang
sedang
mengalami
dehidrasi.
Banyak
orang
mengasumsikan bahwa haus merupakan indikator yang baik dari kebutuhan air.
Meskipun demikian, haus sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru
saja mengalami dehidrasi.
10
Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa pengaturan air manusia
bergantung pada sensasi hausnya. Namun sensasi haus seperti yang dipahami
sampai saat ini (yaitu mulut yang kering) bukanlah pertanda yang akurat dari
kebutuhan air yang sebenarnya. Jika tidak merasa haus, manusia cenderung
tidak minum air. Biasanya, seseorang menunggu sampai haus sebelum mulai
berpikir untuk minum air. Primana (2009) menyatakan bahwa minum air jangan
menunggu sampai rasa haus timbul karena rasa haus tidak cukup baik sebagai
indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan lebih
sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa haus baru
timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi).
Tanda-tanda dehidrasi bervariasi mulai dari haus dan lemas sampai
kerusakan fungsi ginjal. Menurut AFIC (2000) tanda-tanda dehidrasi adalah
sebagai berikut:
Dehidrasi tingkat ringan: haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan
kering.
Dehidrasi tingkat sedang: detak jantung makin cepat, pusing, tekanan darah
rendah, lemas, konsentrasi urinnya pekat, tetapi volumenya kurang.
Dehidrasi tingkat berat: muscle spams (kejang), swollen tongue (lidah
bengkak), kegagalan fungsi ginjal, poor blood circulation (sirkulasi darah
yang tidak lancar) dan sebagainya.
Whitmire (2004) menyatakan bahwa gejala dehidrasi akut bervariasi
sesuai dengan pengurangan berat badan. Pada kehilangan berat badan 1-2%
akan timbul rasa haus, lemah, lelah, sedikit gelisah serta hilang selera makan.
Mulut kering, penurunan jumlah urin dan kulit kering akan terjadi pada
pengurangan berat badan sebesar 3-4%. Kehilangan 5-6% berat badan akan
menimbulkan sulit berkonsentrasi, sakit kepala, kegagalan pengaturan suhu
tubuh serta peningkatan frekuensi nafas. Kehilangan 7-10% berat badan dapat
mengakibatkan otot kaku serta colapse. Pada kehilangan 11% berat badan
dapat menimbulkan penurunan volume darah serta dapat berakibat pada
kegagalan fungsi ginjal.
Pengukuran Status Hidrasi
Dokter dapat mendiagnosa kondisi dehidrasi berdasarkan tanda-tanda
dan gejala seperti buang air kecil sedikit atau jarang, mata cekung, kulit yang
tidak elastis serta ketika mengalami dehidrasi tekanan darah cenderung rendah,
jantung berdetak lebih cepat dari kondisi normal. Untuk memperkuat diagnosis
11
dan menentukan tingkat dehidrasi, perlu menjalani tes lain seperti tes darah dan
analisis urin. Pada tes darah, contoh darah dapat digunakan untuk memeriksa
sejumlah faktor seperti tingkat elektrolit tubuh, terutama natrium dan kalium serta
seberapa baik kerja ginjal. Pada urinalisis pengujian dilakukan pada urin untuk
dapat menentukan status dehidrasi dan derajat dehidrasi (Mayo 2011).
Manz dan Wentz (2005) menjelaskan beberapa indikator yang sering
digunakan untuk mengukur status hidrasi antara lain parameter keseimbangan
air (contoh: asupan air), perubahan berat badan atau total air tubuh, indikator
plasma, serta indikator urin. Bossingham et al. (2005) menjelaskan bahwa
pengukuran status hidrasi dapat dilakukan menggunakan urine specific gravity
(USG) dan osmolalitas plasma. USG diasumsikan sama dengan densitas urin
yang diukur dengan menimbang volume urin selama 24 jam. Pengukuran
osmolalitas plasma dilakukan dengan menimbang darah sampel kemudian
disentrifugasi untuk mendapatkan plasma dan diukur nilai osmolalitasnya dengan
osmometer. Nilai USG yang normal adalah 1,006-1,020, sedangkan osmolalitas
plasma yang normal adalah 280-300 mOsm/kg.
Metode yang dapat digunakan dalam untuk penilaian kecukupan air bagi
tubuh yaitu penurunan berat badan (body mass loss), air tubuh total (total body
water) dengan pemeriksaan isotop (D2O), analisis aktivitas neutron, multiple
frequency bioelectrical impedance, volume darah, perubahan volume darah,
perubahan volume plasma, osmolaritas plasma, berat jenis urin, osmolaritas urin,
konduktivitas urin, volume urin 24 jam, warna urin, variabel tambahan (urine
dipsticks), pemeriksaan klinis mengenai status hidrasi, rasa haus (ratings of
thirst). Metode yang memiliki tingkat akurasi tinggi yaitu metode isotop, analisis
aktivitas neutron, osmolaritas plasma atau urin, perubahan volume plasma.
Metode ini memerlukan biaya, keahlian serta risiko yang tinggi, sehingga metode
yang sering digunakan yaitu penurunan berat badan, berat jenis urin, volume urin
24 jam, warna urin serta rasa haus.
Metode berat jenis urin memiliki kolerasi kuat dengan metode osmolaritas
urin, warna urin juga berkolerasi kuat dengan berat jenis urin (r2=0,80) maupun
osmolaritas urin (r2=0,82). Oleh karena itu, pada tingkat laboratorium, metode
yang digunakan adalah berat jenis urin, sedangkan pada tingkat masyarakat,
metode warna urin dapat digunakan untuk penilaian kecukupan air. Kekuatan
dan kelemahan metode penilaian kecukupan air dapat dilihat pada Tabel 2.
12
Tabel 2 Kekuatan dan kelemahan metode penilaian kecukupan air
No
Metode
Biaya
Waktu
analisis
1 Berat jenis Sedang Singkat
urin
2 Penurunan Rendah Singkat
berat badan
3 Volume urin Rendah Lama
24jam
4 Warna urin
5 Rasa haus Rendah Singkat
Sumber: Santoso et al. (2011)
Keahlian
yang
diperlukan
Sedang
Ketepatan
Portabilitas
alat
Sedang
Ya
Risiko
bagi
subyek
Rendah
Minimal
Sedang
Ya
Rendah
Minimal
Sedang
Tidak
Rendah
Minimal
Rendah
Ya
Rendah
Rendah
Faktor Risiko Dehidrasi
Jenis kelamin
Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan air.
Berdasarkan Dietary Recommendation International (DRI), kebutuhan laki-laki
terhadap air (2,4-3,7 L) lebih besar daripada kebutuhan wanita (2,1-2,7 L). Hal ini
karena, aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki biasanya lebih banyak daripada
wanita sehingga dibutuhkan air yang lebih banyak untuk menggantikan air yang
keluar akibat aktivitas tersebut (Didinkaem 2006).
Almatsier (2003) menyatakan bahwa kandungan air laki-laki lebih banyak
daripada wanita. Pada remaja wanita yang mengalami pubertas juga
menunjukkan persentase air yang lebih rendah dibandingkan laki-laki karena
massa lemak yang tinggi (Novak 1989 dalam Pivarnik & Palmer 1994). Penelitian
yang dilakukan Viktor (2007) menunjukkan bahwa asupan air laki-laki lebih
banyak dari makanan dan minuman dibandingkan wanita. Wanita mengontrol
kelebihan energi sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki menggunakan
kelebihan energinya untuk mensintesis protein (WHO 2000).
Usia
Hal ini berkaitan dengan perkembangan tubuh, semakin tinggi usia
seseorang semakin banyak air yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan
metabolisme dan aktivitas yang dilakukan oleh tubuh (Didinkaem 2006). Pada
masa remaja fungsi pengaturan keseimbangan air berada dalam kondisi yang
cukup baik artinya semua sistem organ yang terlibat telah mengalami
pematangan yang sempurna dibanding masa anak-anak. Adanya keadaan yang
dapat mengancam keseimbangan air, normalnya dapat diatasi dengan baik
13
melalui fungsi ginjal, sehingga pada kondisi sehat remaja tidak mengalami
dehidrasi (Hardinsyah 2
GUSTAM
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
ABSTRACT
GUSTAM. Risk Factors of Dehydration in Adolescents and Adults. Supervised by
HARDINSYAH and DODIK BRIAWAN
The objective of this research was to analyzed risk factors of dehydration
among adolescents and adults. The research was carried out throught analyzing
a data set of THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study) collected in
2008 and 2009 by applying a crossectional study design among 604 adolescents
(male and female aged 15-18 yrs) and 582 adults (male and female aged 25-55
yrs) in North Jakarta, Lembang, Surabaya, Malang, Makasar and Malino. Data
processing and analysis were conducted in Bogor in April-June 2011. The results
shows that the mean fluid intake among all subjects is 2750±753 mL/d, and
among adolescents and adults is 2773±439 mL/d and 2730±456 mL/d
respectively. Based on the urine specific gravity, 46,3% of the subject
categorized as dehydration, and among adolescents and adults is 44,5% and
48,1% respectively. The results of logistic regression analysis showed that the
dehydration risk factors in adolescents are ecological areas, gender, body
temperature, hydration knowledge, and fluid intake. Dehydration risk factors in
adults are ecological areas and body temperature. Dehydration risk factors in all
subjects are ecological areas, body temperature, hydration knowledge, and fluid
intake.
Keywords: dehydration, risk factors, fluid intake, ecology.
RINGKASAN
GUSTAM. Faktor Risiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa. Dibimbing oleh
HARDINSYAH dan DODIK BRIAWAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko
dehidrasi pada remaja dan dewasa. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu:
(1) Mengetahui asupan air remaja dan dewasa, (2) Mengetahui status dehidrasi
remaja dan dewasa dewasa (3) Menganalisis faktor risiko dehidrasi meliputi jenis
kelamin, aktivitas fisik, suhu tubuh, status gizi, tingkat asupan air, pengetahuan
tentang air minum dan hidrasi, dan letak geografis pada remaja dan dewasa.
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study.
Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil
penelitian mengenai Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan
Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh THIRST (The
Indonesian Regional Hydration Study). Wilayah penelitian ini terdiri atas enam
lokasi yaitu Lembang (Jawa Barat), Jakarta Utara (DKI Jakarta), Malang dan
Surabaya (Jawa Timur), serta Malino dan Makasar (Sulawesi Selatan).
Pengumpulan data penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja
dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda dilakukan dari akhir tahun 2008
sampai awal tahun 2009 (Hardinsyah et al. 2010). Pengolahan, analisis, dan
interpretasi data dilakukan pada bulan April-Juni 2011 di Kampus IPB Darmaga
Bogor, Jawa Barat.
Jumlah subyek dihitung berdasarkan perhitungan rumus jumlah minimum
subyek studi cross-sectional penelitian memperhitungkan proporsi diasumsikan
dehidrasi 30% (Manz & Wentz 2005). Setelah mempertimbangkan dua kelompok
jenis kelamin, dua kelompok umur dan dua lokasi penelitian, maka jumlah total
subyek yang menjadi subyek penelitian yaitu 1186 subyek. Kelompok usia
remaja (15-18 tahun) merupakan pelajar SMU. Penelitian ini juga mencakup
subyek dari golongan usia dewasa. Pemilihan subyek dewasa dilakukan dengan
cara memilih guru dan karyawan sekolah yang berusia 25-55 tahun yang berada
di semua lokasi penelitian.
Data terdiri atas karakteristik subyek yang terdiri dari wilayah ekologi,
umur, jenis kelamin, status gizi (berat badan dan tinggi badan) aktivitas fisik
(jenis dan durasi dari berbagai aktivitas selama 6 hari), konsumsi makanan dan
minuman (jenis, jumlah dan sumber air minum dan minuman). Pengetahuan
tentang air minum (kuisioner berisi pertanyaan kebutuhan air minum dan hidrasi,
jenis minuman yang aman diminum, jenis minuman dan hubungannya dengan
dehidrasi) pemeriksaan fisik (suhu tubuh) status dehidrasi (berat jenis urin). Data
yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer
Microsoft Office Excell 2007 for Windows dan SPSS 16 for Windows. Proses
pengolahan meliputi coding, entry dan analisis.
Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara univariat, bivariat,
dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan data
karakteristik subyek dan asupan air serta status dehidrasi. Analisis bivariat
menggunakan uji beda-t (Independent Sample t-Test), analisis Chi square dan
korelasi Spearman. Analisis multivariat digunakan untuk melihat faktor risiko
dehidrasi dengan menggunakan analisis regresi logistik.
Total asupan air rata-rata pada remaja adalah 2770±439 mL/hari yang
terbagi kedalam 1623±574 mL minuman air putih, 474±465 mL minuman lainnya,
513±211 mL air dari makanan, serta 196±86 mL air metabolik. Total asupan air
pada dewasa tidak jauh berbeda dengan total asupan air pada remaja dengan
iii
nilai yang lebih kecil yaitu rata-rata 2730±456 mL/hari. Pada dewasa total
asupan air berasal dari asupan minuman air putih rata-rata sebesar 1584±590
mL/hari, minuman lainnya 474±465 mL/hari, air dari makanan 535±198 mL/hari
serta air metabolik 186±64 mL/hari. Total asupan air rata-rata pada total subyek
adalah 2750±753 mL/hari yang terbagi ke dalam 1611±580 mL minuman air
putih, 456±449 mL minuman lainnya, 524±205 mL air dari makanan, serta
191±76 mL air metabolik
Status dehidrasi berdasarkan berat jenis urin pada remaja dan dewasa
yaitu masing masing yaitu 48,1% dan 44,5% dan total dehidrasi pada semua
subyek yaitu 46,3%. Faktor risiko dehidrasi pada remaja adalah willayah ekologi,
suhu tubuh, jenis kelamin, tingkat pengetahuan, tingkat asupan air. Faktor risiko
dehidrasi pada dewasa adalah wilayah ekologi dan suhu tubuh. Faktor risiko
dehidrasi pada total subyek adalah willayah ekologi, suhu tubuh, tingkat
pengetahuan serta tingkat asupan air.
Pada remaja, subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,74 kali
mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi.
Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,50 kali
mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal.
Subyek wanita berisiko 1,60 kali mengalami dehidrasi dibandingkan pada subyek
laki-laki. Subyek dengan tingkat pengetahuan kurang berisiko 1,42 kali
mengalami dehidrasi dibandingkan dengan subyek dengan tingkat pengetahuan
baik. Tingkat asupan air subyek yang kurang dari 90% berisiko mengalami
dehidrasi 1,67 kali jika dibandingkan dengan subyek yang asupan airnya lebih
dari 90%.
Pada dewasa, subyek yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,88 kali
mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi.
Subyek yang memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,54 kali
mengalami dehidrasi dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal.
Pada total subyek, yang tinggal di dataran rendah berisiko 2,75 kali mengalami
dehidrasi dibandingkan subyek yang berada di dataran tinggi. Subyek yang
memiliki suhu tubuh di luar batas normal berisiko 1,54 kali mengalami dehidrasi
dibandingkan subyek yang memiliki suhu tubuh normal. Subyek dengan tingkat
pengetahuan kurang berisiko 1,33 kali mengalami dehidrasi dibandingkan
dengan subyek dengan tingkat pengetahuan baik. Tingkat asupan air subyek
yang kurang dari 90% berisiko mengalami dehidrasi 1,31 kali jika dibandingkan
dengan subyek yang asupan airnya lebih dari 90%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah ekologi di dataran rendah
dimana suhu lingkungan yang panas berisiko besar menyebabkan dehidrasi.
Kondisi ini perlu disadari dengan menggantikan air yang hilang melalui
penguapan dan keringat dengan asupan air yang cukup. Kondisi lain seperti
suhu tubuh, jenis kelamin, status gizi, pengetahuan dan sikap serta khususnya
tingkat asupan air juga perlu diperhatikan dalam rangka untuk menjaga
keseimbangan air tubuh. Tanda-tanda dehidrasi berupa haus serta mukosa
mulut kering merupakan pertanda akurat seseorang sedang mengalami
dehidrasi ringan, sehingga regulasi minum perlu untuk dijaga.
FAKTOR RISIKO DEHIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA
GUSTAM
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Faktor Risiko Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa
: Gustam
: I14070109
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II,
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS
Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN
NIP. 19590807 198303 1 001
NIP. 19660701 199002 1 001
Mengetahui :
Ketua
Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS
NIP: 19621218 198703 1 001
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan sebagai anak bungsu dari empat bersaudara oleh
pasangan Bapak H. Sereng Andokke dan Ibu Hj. Binsing Panji. Penulis
dilahirkan di Jambi pada tanggal 2 Maret 1989. Penulis menempuh Pendidikan
Sekolah Dasar pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001 di Sekolah Dasar
Negeri 102 Kota Jambi. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah
pertama pada tahun 2001 sampai 2004 di MTS N Model Jambi. Pada tahun
2004 sampai 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Geragai
Tanjung Jabung Timur Jambi.
Pada tahun 2007, melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Provinsi
Jambi penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia di Institut Pertanian Bogor. Selama
menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai Staf Kementrian Lingkungan Hidup
BEM KM IPB periode 2008/2009, Badan Pengawas Himpunan Mahasiswa Ilmu
Gizi FEMA IPB (BP HIMAGIZI FEMA IPB) 2008/2009, Ketua Himpunan
Mahasiswa Ilmu Gizi FEMA IPB (HIMAGIZI FEMA IPB) periode 2009/2010, Tim
formatur dan pengurus Klub Gizi Peduli HIMAGIZI FEMA IPB, Dewan
Pertimbangan Agung Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia (DPA ILMAGI)
periode 2010/2011. Selain itu penulis juga aktif di Organisasi Daerah Himpunan
Mahasiswa
Jambi
(HIMAJA)
serta
dalam
berbagai
kepanitiaan
yang
diselenggarakan oleh BEM KM IPB, BEM FEMA IPB, DPM FEMA IPB, BP
HIMAGIZI, HIMAGIZI FEMA IPB serta DPA ILMAGI.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sukajadi,
Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor selama 2 bulan terhitung dari JuniAgustus 2010. Penulis juga telah melaksanakan Internship Dietetik di Rumah
Sakit Umum Daerah Cibinong Bogor pada bulan Juni 2011.
PRAKATA
Besar rasa syukur penulis tujukan kepada Allah SWT atas karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Risiko
Dehidrasi pada Remaja dan Dewasa” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Ir.
Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing skripsi, dan kepada dr. Yekti
Hartanti Effendi selaku dosen penguji skripsi. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada kedua orangtua atas dukungan yang telah diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah terlibat dalam
penyusunan skripsi penulis.
Besar harapan penulis semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat
dan daya guna, khususnya bagi penulis dan semua pihak pada umumnya. Amin.
Bogor, 03 Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFAR TABEL .............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xi
PENDAHULUAN...........................................................................................
1
Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan ..................................................................................................
Hipotesis ..............................................................................................
Kegunaan ............................................................................................
1
3
3
3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
4
Remaja dan Dewasa ............................................................................
Air sebagai Zat Gizi Esensial….. ..........................................................
Kebutuhan Air ......................................................................................
Keseimbangan Air Tubuh ....................................................................
Dehidrasi dan Gejala Dehidrasi ...........................................................
Pengukuran Status Dehidrasi ..............................................................
Faktor Risiko Dehidrasi ........................................................................
4
5
6
7
9
10
12
KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................
17
METODE ......................................................................................................
19
Desain, Tempat dan Waktu ..................................................................
Jumlah dan Cara Penarikan Subyek ....................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ......................................................
Pengolahan dan Analisis Data .............................................................
Definisi Operasional .............................................................................
19
19
20
20
25
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................
27
Karakteristik Subyek ............................................................................
Asupan Air Remaja dan Dewasa..........................................................
Status Dehidrasi...................................................................................
Status dehidrasi dan jenis kelamin ..................................................
Status dehidrasi dan wilayah ekologi...............................................
Status dehidrasi dan tingkat asupan air ...........................................
Status dehidrasi dan indeks massa tubuh .......................................
Status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik .......................................
Status dehidrasi dan tingkat pengetahuan air minum dan hidrasi ....
Status dehidrasi dan suhu tubuh .....................................................
Faktor Risiko Dehidrasi ........................................................................
27
28
29
30
31
32
35
36
38
39
40
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... … 45
Kesimpulan ...................................................................................... … 45
Saran ............................................................................................... … 46
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
47
LAMPIRAN ...................................................................................................
51
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Volume air menurut sumber dan pengeluaran tubuh ............................
7
2
Kekuatan dan kelemahan metode penilaian kecukupan air ..................
12
3
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL ............................
14
4
Aspek, cakupan, data, dan metode yang digunakan dalam penelitian .
20
5
Kategori status gizi berdasarkan nilai IMT/U ........................................
22
6
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL ............................
23
7
Sebaran subyek menurut karakteristik subyek .....................................
27
8
Asupan air subyek berdasarkan sumbernya ........................................
29
9
Rata-rata nilai USG, jumlah dan persentase dehidrasi berdasarkan
kelompok umur, jenis kelamin dan status dehidrasi .............................
30
Sebaran subyek menurut kelompok umur, jenis kelamin dan status
dehidrasi ..............................................................................................
31
Sebaran subyek menurut kelompok umur, wilayah ekologi dan status
dehidrasi ..............................................................................................
32
Sebaran subyek menurut rata-rata kebutuhan cairan pada remaja
dan dewasa .........................................................................................
33
13
Asupan air pada remaja dan dewasa berdasarkan status dehidrasi .....
33
14
Sebaran subyek menurut kelompok umur, tingkat asupan air dan
status dehidrasi....................................................................................
34
Indeks massa tubuh berdasarkan kelompok umur dan status
dehidrasi ..............................................................................................
35
16
Sebaran subyek menurut kelompok umur, status gizi dan status
dehidrasi ..............................................................................................
36
17
Rata-rata nilai PAL berdasarkan kelompok umur dan status dehidrasi .
36
18
Sebaran subyek menurut kelompok umur, tingkat aktivitas fisik dan
status dehidrasi....................................................................................
37
Rata-rata skor tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok umur dan
status dehidrasi....................................................................................
38
20
Sebaran subyek menurut kelompok umur, tingkat pengetahuan air
minum dan hidrasi dan status dehidrasi ...............................................
38
21
Rata-rata suhu tubuh berdasarkan status dehidrasi ............................
39
22
Sebaran subyek menurut kelompok umur, suhu tubuh dan status
dehidrasi ..............................................................................................
40
23
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja, dewasa dan
total subyek..........................................................................................
41
10
11
12
15
19
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Kerangka pemikiran faktor risiko dehidrasi pada remaja dan
dewasa ..........................................................................................
18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Peubah dan data yang digunakan dari kuesioner THIRST ...................
52
2
Hasil uji t antara karakteristik subyek remaja dan dewasa ...................
53
3
Hasil uji t antara asupan air remaja dan dewasa ..................................
54
4
Hasil uji t antara nilai berat jenis urin pada remaja dehidrasi dan tidak
dehidrasi .............................................................................................. 54
5
Hasil uji t antara nilai berat jenis urin pada dewasa dehidrasi dan tidak
dehidrasi .............................................................................................. 55
6
Hasil uji t antara nilai berat jenis urin dehidrasi dan tidak dehidrasi ......
55
7
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan kelompok umur ............
55
8
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada
remaja.................................................................................................. 55
9
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada
dewasa ................................................................................................ 56
10
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan jenis kelamin pada total
subyek ................................................................................................. 56
11
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan wilayah ekologi pada
remaja.................................................................................................. 56
12
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan wilayah ekologi pada
dewasa ................................................................................................ 57
13
Hasil analisis Chi square status dehidrasi dan wilayah ekologi total
subyek ................................................................................................. 57
14
Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada remaja ........
57
15
Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada dewasa ......
57
16
Hasil uji t antara status dehidrasi dan kebutuhan air pada total subyek
58
17
Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada remaja .............
58
18
Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada dewasa ...........
58
19
Hasil uji t antara status dehidrasi dan asupan air pada total subyek.....
68
20
Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu
tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada
remaja.................................................................................................. 59
21
Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu
tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada
dewasa ................................................................................................ 60
22
Hasil uji korelasi Spearman status dehidrasi, tingkat asupan air, suhu
tubuh, aktivitas fisik, skor pengetahuan dan indeks massa tubuh pada
total subyek.......................................................................................... 61
xii
23
Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada total
subyek ................................................................................................. 62
24
Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada
dewasa ................................................................................................ 62
25
Hasil uji t antara status dehidrasi dan indeks massa tubuh pada
remaja.................................................................................................. 62
26
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada total
subyek ................................................................................................. 63
27
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada
dewasa ................................................................................................ 63
28
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat aktivitas fisik pada
remaja.................................................................................................. 63
29
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan pada total
subyek ................................................................................................. 64
30
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan pada
dewasa ................................................................................................ 64
31
Hasil uji t antara status dehidrasi dan tingkat pengetahuan pada
remaja.................................................................................................. 64
32
Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada total subyek....
64
33
Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada dewasa ..........
65
34
Hasil uji t antara status dehidrasi dan suhu tubuh pada remaja............
65
35
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada remaja ......................
65
36
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada dewasa .....................
66
37
Hasil regresi logistik faktor risiko dehidrasi pada total subyek ..............
66
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air
merupakan
bagian
terbesar dari
komposisi
tubuh
manusia.
Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas
75% air dan 25% bahan padat. Muchtadi et al. (1993) menjelaskan bahwa tubuh
manusia rata-rata tersusun atas 63% air, 17% protein, 13% lemak, 6% mineral,
1% karbohidrat dan vitamin. Seseorang yang kehilangan 40% lemak dan protein
sampai terjadi penurunan berat badan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi
kehilangan 20% air dapat menyebabkan kematian.
Reaksi di dalam tubuh manusia hampir sepenuhnya memerlukan air. Air
merupakan komponen utama dari semua struktur sel dan merupakan media
kelangsungan
proses
metabolisme
dan
reaksi
kimia
di dalam tubuh.
Metabolisme tubuh akan berjalan dengan baik, apabila pemenuhan kebutuhan
air untuk menggantikan air tubuh yang hilang dapat terpenuhi setiap harinya
(Atam 2005).
Hydration for Health (2010) menyatakan bahwa setiap hari, setidaknya
2,6 L air hilang melalui pernapasan, keringat, feses dan urin. Dalam laporan
yang dipublikasikan oleh World Health Organization (WHO) (2005), jumlah
asupan air yang diperlukan (termasuk air yang diambil dari makanan) untuk
mempertahankan keseimbangan air untuk rata-rata orang dewasa dalam kondisi
normal adalah 2,9 L/hari untuk laki-laki dan 2,2 L/hari untuk wanita. The
European Food Safety Authority (EFSA) dan Institute of Medicine (IOM)
menyatakan bahwa pola makan rata-rata menyediakan 20% dari asupan air total
yang direkomendasikan. Berdasarkan pendapat ahli EFSA untuk asupan air
harian yang direkomendasikan, ini dapat dihitung sebagai 2 L untuk laki-laki dan
1,6 L untuk wanita.
Hartanto (2007) menyatakan bahwa pada keadaan normal, seseorang
harus memenuhi asupan air rata-rata sebanyak 2000-2500 mL/hari, dalam
bentuk air maupun makanan padat. Jumlah tersebut untuk menggantikan
kehilangan 250 mL air dari feses, 800-1500 mL dari urin, dan hampir 600 mL
kehilangan air yang tidak disadari (insensible water loss) dari kulit dan paru-paru.
Asupan air yang direkomendasikan pada usia dewasa untuk memenuhi
kecukupan aktivitas dan metabolisme yaitu antara 1,01 sampai 1,08 mL/kkal
untuk Jerman dan 1,21 sampai 1,31 mL/kkal di Amerika (Manz & Wentz 2005).
2
Penelitian Maulad (2009) menunjukkan bahwa pada remaja laki-laki ratarata asupan air dari makanan sebesar 777,5 mL atau 26,4% dari total asupan air
dan pada wanita rata-rata sebesar 542,5 mL atau 24,1% dari total asupan air.
Asupan air pada anak usia sekolah rata-rata asupan air dari makanan yaitu 492
mL perhari dan rata-rata asupan air dari minuman sebesar 1791 mL (Annisa
2009).
Kebutuhan air tubuh yang tidak terpenuhi dikarenakan karena jumlah
yang keluar lebih banyak daripada jumlah yang masuk akan menyebabkan
dehidrasi. Asian Food Information Centre (AFIC) (2000) menyebutkan bahwa
rasa haus merupakan pertanda sedang mengalami dehidrasi. Air tubuh
mempunyai fungsi yang sangat vital. Whitmire (2004) menyatakan
bahwa
kekurangan air tubuh 1% akan mulai menimbulkan rasa haus dan gangguan
mood, kekurangan air tubuh 2-3% meningkatkan suhu tubuh, rasa haus dan
gangguan stamina, kekurangan air tubuh 4% dapat menurunkan kemampuan
fisik 25%, dan pingsan bila kadar air tubuh berkurang sampai 7%.
Sebagian besar individu tidak minum dalam jumlah yang cukup, sehingga
kebutuhan akan asupan air tidak terpenuhi. Di Perancis, 70% dari populasi
minum kurang dari 1,5 L/hari, survei di Inggris menunjukkan bahwa 40% dari
anak 11-18 tahun asupan air kurang dari 1,5 L/hari. Data dari Jerman
mengungkapkan bahwa asupan air dari 28% orang tua (usia 65-74 tahun) dan
41% usia lanjut (usia > 85 tahun) di bawah target yang direkomendasikan (Manz
& Wentz 2005).
Di Indonesia, hasil penelitian The Indonesian Hydration Study (THIRST)
(2009) menunjukkan bahwa hampir setengah dari penduduk Indonesia
mengalami gejala dehidrasi ringan. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak
46,1% dari 1.200 orang penduduk Indonesia di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur dan Sulawesi Selatan, mengalami dehidrasi ringan. Penelitian Rachma
(2009), pada siswi kelas 4 dan 5 sebesar 62,8% mengalami dehidrasi ringan
berdasarkan tanda-tanda dehdrasi. Berdasarkan data mengenai tingginya
kecenderungan dehidrasi di Indonesia, maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh
mengenai faktor yang mempengaruhi risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa
di Indonesia.
3
Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko
dehidrasi pada remaja dan dewasa. Adapun tujuan khusus penelitian ini, yaitu
(1) mengetahui asupan air remaja dan dewasa, (2) mengetahui status dehidrasi
remaja dan dewasa dewasa, (3) menganalisis faktor risiko dehidrasi meliputi
jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu tubuh, status gizi, pengetahuan tentang air
minum dan hidrasi, tingkat asupan air serta wilayah ekologi pada remaja dan
dewasa.
Hipotesis
Terdapat hubungan jenis kelamin, aktivitas fisik, suhu tubuh, status gizi,
pengetahuan tentang air minum dan hidrasi, tingkat asupan air serta wilayah
ekologi terhadap risiko dehidrasi pada remaja dan dewasa.
Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengetahui status
dehidrasi di Indonesia khususnya pada remaja dan dewasa serta faktor risiko
yang mempengaruhinya.
TINJAUAN PUSTAKA
Remaja dan Dewasa
Yulianasari (2009) yang mengacu pada WHO (1995) mengkategorikan
usia remaja berada pada kisaran umur 10-19 tahun dan dewasa berada pada
kisaran umur 20-59 tahun. Ciri-ciri yang spesifik pada usia remaja adalah
pertumbuhan yang cepat, perubahan emosional, dan perubahan sosial.
Wahlquist (1997) menegaskan bahwa pada fase remaja seseorang mengalami
perubahan pada karakteristik fisik, psikis, aturan sosial dan tanggung jawab.
Satu hal yang penting akibat perubahan tersebut adalah kontrol yang berlebihan
terhadap pola asupan makanan dan asupan minuman ke arah yang kurang baik.
Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan
psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh
oleh lingkungan. Lebih jauh, kebiasaan makan dan minum pada remaja
dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media, terutama iklan di televisi. Teman
sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan.
Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya
“terkucil” dan akan merusak rasa percaya diri (Mann & Stewart 2007).
Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari
bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran
yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa
adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya. Selain itu orang
dewasa telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan
orang dewasa lainnya.
Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa
dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada umur
18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis
yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini
merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 hingga
60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas
nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia
dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan
dengan masa remaja.
Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat
(menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi
5
psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami perubahan
kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga
akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa lanjut
dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan
psikologis cepat menurun (Hurlock 2004).
Air sebagai Zat Gizi Esensial
Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Asupan air yang kurang ataupun berlebih akan menimbulkan masalah
bagi tubuh. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Bayi normal berkisar
70-75% berat badan, pada bayi prematur sebesar 80%, sebelum pubertas
sebesar 65-70%, dan orang dewasa 50-60% dari berat badan (Santoso et al.
2011). Almatsier (2003) menyatakan bahwa air mempunyai berbagai fungsi
dalam proses vital tubuh, antara lain:
Pelarut dan alat angkut
Air
di
dalam
tubuh
berfungsi
sebagai
pelarut
zat-zat
gizi berupa
monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, serta mineral dan bahan-bahan
lain yang oleh tubuh seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat gizi dan
hormon ini dibawa ke sel-sel yang membutuhkan. Disamping itu, air sebagai
pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme termasuk karbondioksida dan
ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit dan ginjal.
Pelumas
Air berperan sebagai pelumas dalam sendi-sendi tubuh.
Katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,
termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau
menghidrolisis
zat
gizi
kompleks
menjadi
bentuk-bentuk
yang
lebih
sederhana.
Fasilitator pertumbuhan
Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan, dalam hal
ini air berperan sebagai zat pembangun.
Pengatur suhu
Air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh karena
kemampuan air untuk menyalurkan panas. Sebagian panas yang dihasilkan
dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada
37°C. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh.
6
Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera
disalurkan ke luar. Sebagian besar pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan
melalui penguapan air dari permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu
mendinginkan diri melalui penguapan air.
Kebutuhan Air
Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan air
individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu tubuh dan
kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk
orang sehat dapat didasarkan pada umur, berat badan, asupan energi dan luas
permukaan tubuh (Proboprastowo & Dwiriyani 2004). Kebutuhan
yang
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, kelompok umur, berat badan, iklim atau suhu
(ekologi) serta diet (asupan air pangan) akan berpengaruh terhadap jenis
makanan dan minuman yang diasupan air dan jumlah asupan air yang menjadi
salah satu tolak ukur pemenuhan kebutuhan air seseorang (Hardinsyah et al.
2009).
The National Research Council (NRC) (1989) dalam Manz dan Wentz
(2003) merekomendasikan asupan air 1,5 mL/kkal untuk bayi dan 1mL/kkal
untuk anak-anak dan dewasa. Selain itu NRC (1989) dalam Sawka et al. (2005)
juga merekomendasikan asupan air harian yaitu sekitar 1 mL/kkal energi yang
dikeluarkan.
Kebutuhan air akan meningkat seiring bertambahnya umur, mulai 0,6 L
pada bayi hingga 1,7 L pada anak-anak. Pada orang dewasa kebutuhan air
meningkat menjadi 2,5 L untuk aktivitas sedentary dan 3,2 L untuk aktivitas fisik
sedang, untuk orang dewasa yang lebih aktif yang tinggal di lingkungan panas
memiliki kebutuhan air sekitar 6 L (Sawka et al. 2005). Secara rata-rata tubuh
orang dewasa akan kehilangan 2,5 L air/harinya. Sekitar 1,5 L air tubuh keluar
melalui urin, 500 mL melalui keluarnya keringat, 400 mL keluar dalam bentuk
uap air melalui proses respirasi (pernapasan) dan 100 mL keluar bersama
dengan feses (Irawan 2007).
Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa air harus diminum saat merasa
haus. Air harus diminum saat bangun pagi untuk memperbaiki dehidrasi yang
dihasilkan selama tidur panjang. Air harus diminum sebelum olahraga untuk
menyediakan serta menggantikan air yang akan keluar menjadi keringat. Air juga
harus diminum oleh orang yang sembelit dan tidak cukup makan buah dan
sayur.
7
Keseimbangan Air Tubuh
Keseimbangan air ditentukan antara air yang masuk ke dalam tubuh dan
air yang dikeluarkan dari tubuh. Air yang masuk ke dalam tubuh diperoleh dari
makanan dan minuman serta pertukaran zat bahan yang sudah berada dalam
tubuh. Air dikeluarkan dari tubuh melalui air seni, keringat dan dalam penguapan
air melalui pernapasan paru-paru (Harper 1986). Pengeluaran air tubuh dapat
berupa keluaran air wajib dan keluaran air kehendak sendiri (alektif). Keluaran air
wajib yaitu keluaran air berasal dari urin, kulit, saluran nafas, dan feses. Keluaran
air alektif yaitu pengeluaran air tubuh yang biasanya dipengaruhi oleh suhu dan
aktivitas fisik (Santoso et al. 2011).
Keseimbangan air tercapai apabila volume asupan air sama dengan
keluaran air. Asupan dan keluaran air dapat berupa asupan atau keluaran wajib
dan asupan atau keluaran alektif. Keseimbangan air tubuh dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Volume air menurut sumber dan pengeluaran tubuh
No
Sumber air tubuh
1.
2.
3.
Minuman
Makanan
Hasil metabolisme
Jumlah
(mL)
550-1500
700-1000
200-300
Total
1450-2800
Sumber: Santoso et al. (2011)
No
Pengeluaran air tubuh
1.
2.
3.
4.
Urin/Ginjal
Keringat/kulit
Pernapasan/paru
Tinja
Total
Jumlah
(mL)
500-1400
450-900
350
150
1450-2800
Laporan yang dipublikasikan oleh WHO (2007) menunjukkan bahwa
jumlah air yang diperlukan (termasuk air yang diambil dari makanan) untuk
mempertahankan keseimbangan air untuk rata-rata orang dewasa dalam kondisi
normal adalah 2,9 L/hari untuk laki-laki dan 2,2 L/hari untuk wanita.
Batmanghelidj (2007) mengemukakan bahwa tubuh manusia terus menerus
membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika bernafas.
Tubuh juga kehilangan air melalui keringat, produksi urin dan ketika buang air
besar. Tolak ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air adalah warna dari
urin. Seseorang yang terhidrasi dengan baik menghasilkan urin yang tidak
berwarna. Seseorang yang relatif terdehidrasi menghasilkan urin yang kuning
dan seseorang yang terdehidrasi berat menghasilkan urin berwarna jingga
(orange).
Kehilangan air dari tubuh terutama melalui ginjal (urin) dan saluran
pencernaan (feses) disebut dengan sensible/measurable water loss. Kehilangan
8
air melalui paru paru dan kulit disebut dengan invisible water loss. Ginjal
merupakan organ utama yang mengatur kehilangan air kentara (Whitmire 2004).
Hartanto (2007) menyatakan bahwa pada keadaan normal, seseorang harus
memenuhi asupan air rata-rata sebanyak 2000-2500 mL per hari, dalam bentuk
air maupun makanan padat. Jumlah tersebut untuk menggantikan kehilangan
250 mL air dari feses, 800-1500 mL dari urin, dan hampir 600 mL kehilangan air
yang tidak disadari dari kulit dan paru-paru dari invisible water loss.
Tubuh kehilangan air terutama melalui urin, tinja, pernapasan, dan
penguapan yang biasanya tidak disadari oleh tubuh. Orang yang tinggal di iklim
panas biasanya kehilangan beberapa liter tambahan keringat sehari. Tubuh
mendapatkan asupan air sebagian besar dari air yaitu sekitar 75% sampai 80%
dan sisanya 20-25% dari makanan. Pada saat haus, tubuh sudah mengalami
dehidrasi. Dibandingkan mengukur dari rasa haus, warna urin dan frekuensi
buang air kecil adalah alat ukur yang lebih baik. Urin yang berwarna kuning
emas, gelap atau kuning jeruk bisa menjadi tanda dehidrasi (Biali 2007).
Manz dan Wentz et al. (2003) menyatakan bahwa asupan air merupakan
total air dari makanan dan minuman serta air metabolik. Briggs dan Calloway
(1987) menyatakan bahwa kehilangan air harus diganti dengan air yang
diperoleh dari tiga sumber, yaitu dari minuman, air yang terkandung dalam
makanan serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme.
Kandungan air pada makanan padat bervariasi, mulai 5% pada makanan
yang sangat kering seperti crackers sampai lebih dari 90% pada buah dan
sayuran segar seperti tomat, semangka, strawberry, bunga kol, dan daun selada.
Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa asupan air seseorang dipenuhi dalam
beberapa cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 mL
per hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu dan sebagainya. Air dalam
makanan padat menyumbangkan 750 mL.
Total asupan air pada penelitian Hellert et al. (2001) diperoleh dari air
yang terkandung dalam makanan, minuman serta air oksidasi. Hasil penelitian
Hellert et al. (2001) menunjukkan bahwa secara keseluruhan total asupan air
meningkat seiring bertambahnya umur, yaitu dari 1114 g/hari pada anak umur 23 tahun air meningkat menjadi 1891 g/hari untuk anak laki-laki umur 9-13 tahun
serta 1676±386 g/hari untuk anak wanita umur 9-13 tahun. Total asupan air yang
berasal dari makanan berkisar antara 33-38%, dari minuman 49-55% dan dari
hasil oksidasi sebesar 12-13%.
9
Third National Health and Nutrition Survey (NHANES III) dalam Manz
dan Wentz (2005) menyatakan
bahwa pada anak-anak dan orang dewasa
sekitar 80% total asupan air diperoleh dari minuman, sementara 20% sisanya
diperoleh dari makanan. Hasil penelitian Bossingham et al. (2005) tentang
keseimbangan air dan status hidrasi pada orang muda dan dewasa menyatakan
bahwa total asupan air tidak berbeda antara orang muda dan dewasa. Mereka
juga melaporkan bahwa umur tidak mempengaruhi total asupan air.
Tubuh dalam jumlah yang terbatas akan memproduksi air melalui proses
oksidasi. Studi pada kelompok dewasa laki-laki dengan berat 70 kg, dengan
asupan energi 2900 kkal rata-rata membutuhkan air sebesar 2900 mL/hari. Jika
produksi air dalam tubuh sebesar 250 mL, maka selebihnya kebutuhan air harus
dipenuhi dari minuman dan makanan (Kleiner 1999).
Minum air yang cukup penting untuk menghindari dehidrasi dan dari hasil
penelitian menunjukkan jenis minuman yang diminum tidak berpengaruh
signifikan. Berdasarkan hasil penelitian antara subyek yang asupan minumannya
berupa air putih dengan asupan minuman dari berkafein atau jus tidak memiliki
perbedaan yang signifikan terhadap status hidrasi. Air dalam bentuk yang paling
murni dapat memberikan manfaat lain seperti suplemen fluorida, tapi bukan satusatunya cara untuk menghindari dehidrasi (Grandjean 2003).
Dehidrasi dan Gejala Dehidrasi
Greenleaf (1992) dalam Shirreffs (2003) menyebutkan Euhydration
adalah keadaan atau situasi keseimbangan air. Hyperhydration adalah keadaan
keseimbangan air positif (kelebihan air) dan hypohydration adalah keadaaan
dalam keseimbangan air negatif (kekurangan air). Dehydration adalah proses
kehilangan air dari tubuh, sedangkan rehydration adalah proses mendapatkan air
tubuh.
Dehidrasi didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan air
dan elektrolit tubuh yang dapat berakibat serius dan berpotensi mematikan
(Thompson et al. 2008). Menurut Gavin (2006) dehidrasi dapat terjadi akibat
kehilangan air yang terlalu banyak, tidak minum air dalam jumlah cukup, ataupun
akibat kedua hal di atas. AFIC (2000) menyebutkan bahwa rasa haus merupakan
pertanda
seseorang
sedang
mengalami
dehidrasi.
Banyak
orang
mengasumsikan bahwa haus merupakan indikator yang baik dari kebutuhan air.
Meskipun demikian, haus sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru
saja mengalami dehidrasi.
10
Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa pengaturan air manusia
bergantung pada sensasi hausnya. Namun sensasi haus seperti yang dipahami
sampai saat ini (yaitu mulut yang kering) bukanlah pertanda yang akurat dari
kebutuhan air yang sebenarnya. Jika tidak merasa haus, manusia cenderung
tidak minum air. Biasanya, seseorang menunggu sampai haus sebelum mulai
berpikir untuk minum air. Primana (2009) menyatakan bahwa minum air jangan
menunggu sampai rasa haus timbul karena rasa haus tidak cukup baik sebagai
indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan lebih
sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa haus baru
timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi).
Tanda-tanda dehidrasi bervariasi mulai dari haus dan lemas sampai
kerusakan fungsi ginjal. Menurut AFIC (2000) tanda-tanda dehidrasi adalah
sebagai berikut:
Dehidrasi tingkat ringan: haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan
kering.
Dehidrasi tingkat sedang: detak jantung makin cepat, pusing, tekanan darah
rendah, lemas, konsentrasi urinnya pekat, tetapi volumenya kurang.
Dehidrasi tingkat berat: muscle spams (kejang), swollen tongue (lidah
bengkak), kegagalan fungsi ginjal, poor blood circulation (sirkulasi darah
yang tidak lancar) dan sebagainya.
Whitmire (2004) menyatakan bahwa gejala dehidrasi akut bervariasi
sesuai dengan pengurangan berat badan. Pada kehilangan berat badan 1-2%
akan timbul rasa haus, lemah, lelah, sedikit gelisah serta hilang selera makan.
Mulut kering, penurunan jumlah urin dan kulit kering akan terjadi pada
pengurangan berat badan sebesar 3-4%. Kehilangan 5-6% berat badan akan
menimbulkan sulit berkonsentrasi, sakit kepala, kegagalan pengaturan suhu
tubuh serta peningkatan frekuensi nafas. Kehilangan 7-10% berat badan dapat
mengakibatkan otot kaku serta colapse. Pada kehilangan 11% berat badan
dapat menimbulkan penurunan volume darah serta dapat berakibat pada
kegagalan fungsi ginjal.
Pengukuran Status Hidrasi
Dokter dapat mendiagnosa kondisi dehidrasi berdasarkan tanda-tanda
dan gejala seperti buang air kecil sedikit atau jarang, mata cekung, kulit yang
tidak elastis serta ketika mengalami dehidrasi tekanan darah cenderung rendah,
jantung berdetak lebih cepat dari kondisi normal. Untuk memperkuat diagnosis
11
dan menentukan tingkat dehidrasi, perlu menjalani tes lain seperti tes darah dan
analisis urin. Pada tes darah, contoh darah dapat digunakan untuk memeriksa
sejumlah faktor seperti tingkat elektrolit tubuh, terutama natrium dan kalium serta
seberapa baik kerja ginjal. Pada urinalisis pengujian dilakukan pada urin untuk
dapat menentukan status dehidrasi dan derajat dehidrasi (Mayo 2011).
Manz dan Wentz (2005) menjelaskan beberapa indikator yang sering
digunakan untuk mengukur status hidrasi antara lain parameter keseimbangan
air (contoh: asupan air), perubahan berat badan atau total air tubuh, indikator
plasma, serta indikator urin. Bossingham et al. (2005) menjelaskan bahwa
pengukuran status hidrasi dapat dilakukan menggunakan urine specific gravity
(USG) dan osmolalitas plasma. USG diasumsikan sama dengan densitas urin
yang diukur dengan menimbang volume urin selama 24 jam. Pengukuran
osmolalitas plasma dilakukan dengan menimbang darah sampel kemudian
disentrifugasi untuk mendapatkan plasma dan diukur nilai osmolalitasnya dengan
osmometer. Nilai USG yang normal adalah 1,006-1,020, sedangkan osmolalitas
plasma yang normal adalah 280-300 mOsm/kg.
Metode yang dapat digunakan dalam untuk penilaian kecukupan air bagi
tubuh yaitu penurunan berat badan (body mass loss), air tubuh total (total body
water) dengan pemeriksaan isotop (D2O), analisis aktivitas neutron, multiple
frequency bioelectrical impedance, volume darah, perubahan volume darah,
perubahan volume plasma, osmolaritas plasma, berat jenis urin, osmolaritas urin,
konduktivitas urin, volume urin 24 jam, warna urin, variabel tambahan (urine
dipsticks), pemeriksaan klinis mengenai status hidrasi, rasa haus (ratings of
thirst). Metode yang memiliki tingkat akurasi tinggi yaitu metode isotop, analisis
aktivitas neutron, osmolaritas plasma atau urin, perubahan volume plasma.
Metode ini memerlukan biaya, keahlian serta risiko yang tinggi, sehingga metode
yang sering digunakan yaitu penurunan berat badan, berat jenis urin, volume urin
24 jam, warna urin serta rasa haus.
Metode berat jenis urin memiliki kolerasi kuat dengan metode osmolaritas
urin, warna urin juga berkolerasi kuat dengan berat jenis urin (r2=0,80) maupun
osmolaritas urin (r2=0,82). Oleh karena itu, pada tingkat laboratorium, metode
yang digunakan adalah berat jenis urin, sedangkan pada tingkat masyarakat,
metode warna urin dapat digunakan untuk penilaian kecukupan air. Kekuatan
dan kelemahan metode penilaian kecukupan air dapat dilihat pada Tabel 2.
12
Tabel 2 Kekuatan dan kelemahan metode penilaian kecukupan air
No
Metode
Biaya
Waktu
analisis
1 Berat jenis Sedang Singkat
urin
2 Penurunan Rendah Singkat
berat badan
3 Volume urin Rendah Lama
24jam
4 Warna urin
5 Rasa haus Rendah Singkat
Sumber: Santoso et al. (2011)
Keahlian
yang
diperlukan
Sedang
Ketepatan
Portabilitas
alat
Sedang
Ya
Risiko
bagi
subyek
Rendah
Minimal
Sedang
Ya
Rendah
Minimal
Sedang
Tidak
Rendah
Minimal
Rendah
Ya
Rendah
Rendah
Faktor Risiko Dehidrasi
Jenis kelamin
Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan air.
Berdasarkan Dietary Recommendation International (DRI), kebutuhan laki-laki
terhadap air (2,4-3,7 L) lebih besar daripada kebutuhan wanita (2,1-2,7 L). Hal ini
karena, aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki biasanya lebih banyak daripada
wanita sehingga dibutuhkan air yang lebih banyak untuk menggantikan air yang
keluar akibat aktivitas tersebut (Didinkaem 2006).
Almatsier (2003) menyatakan bahwa kandungan air laki-laki lebih banyak
daripada wanita. Pada remaja wanita yang mengalami pubertas juga
menunjukkan persentase air yang lebih rendah dibandingkan laki-laki karena
massa lemak yang tinggi (Novak 1989 dalam Pivarnik & Palmer 1994). Penelitian
yang dilakukan Viktor (2007) menunjukkan bahwa asupan air laki-laki lebih
banyak dari makanan dan minuman dibandingkan wanita. Wanita mengontrol
kelebihan energi sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki menggunakan
kelebihan energinya untuk mensintesis protein (WHO 2000).
Usia
Hal ini berkaitan dengan perkembangan tubuh, semakin tinggi usia
seseorang semakin banyak air yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan
metabolisme dan aktivitas yang dilakukan oleh tubuh (Didinkaem 2006). Pada
masa remaja fungsi pengaturan keseimbangan air berada dalam kondisi yang
cukup baik artinya semua sistem organ yang terlibat telah mengalami
pematangan yang sempurna dibanding masa anak-anak. Adanya keadaan yang
dapat mengancam keseimbangan air, normalnya dapat diatasi dengan baik
13
melalui fungsi ginjal, sehingga pada kondisi sehat remaja tidak mengalami
dehidrasi (Hardinsyah 2