Pengoptimalan Operasi Penangkapan Jaring Cumi di PPI Muara Angke, Jakarta

PENGOPTIMALAN OPERASI PENANGKAPAN JARING
CUMI DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA

FEBBY YOSELLA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengoptimalan Operasi
Penangkapan Jaring Cumi di PPI Muara Angke, Jakarta adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar P ustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, September 2014

Febby Yosella
NIM C44100064

ABSTRAK
FEBBY YOSELLA. Pengoptimalan Operasi Penangkapan Jaring Cumi di PPI
Muara Angke, Jakarta. Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO dan PRIHATIN IKA
WAHYUNINGRUM.
Pangkalan pendaratan ikan Muara Angke merupakan salah satu pangkalan
pendaratan ikan terbesar di Indonesia yang memiliki hasil produksi yang tinggi.
Salah satu alat tangkap yang dominan di PPI Muara Angke adalah jaring cumi,
namun belum optimal dalam pengoperasiannya. Tujuan dari penelitian ini yaitu
menganalisis aspek teknis, biologi, ekonomi dan sosial, menentukan alokasi
optimal tiap-tiap faktor produksi, dan merumuskan strategi dalam operasi
penangkapan ikan menggunakan alat tangkap jaring cumi di PPI Muara Angke.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang masuk ke dalam
kategori metode penelitian deskriptif. Secara teknis, jaring cumi yang ada di PPI
Muara Angke termasuk dalam kelompok yang dijatuhkan (falling gear). Jaring ini
terdiri dari kantong jaring, badan jaring yang terdiri dari beberapa lapisan, tali
kolor, tali kerek, cincin, pemberat, dan rig. Selain itu, secara biologi, alat tangkap
ini memiliki keanekaragaman yang tinggi dan selektivitas yang rendah.

Sedangkan secara sosial, nelayan jaring cumi yang ada di PPI Muara Angke
berasal dari Indramayu, Bugis dan Jakarta yang biasanya memiliki kekerabatan
yang dekat antara nelayan yang satu dengan lainnya, selain itu upah yang diterima
nelayan jaring cumi masih di bawah upah minimum regional DKI Jakarta. Secara
ekonomi, usaha perikanan jaring cumi ini mendapatkan keuntungan yang cukup
besar sehingga layak untuk dilanjutkan. Faktor- faktor produksi operasi
penangkapan ikan seperti BBM dan dimensi alat tangkap memiliki pengaruh
nyata terhadap produksi hasil tangkapan jaring cumi sehingga strategi yang cocok
untuk kegiatan penangkapan ikan adalah mengoptimalkan hasil cumi yang
didaratkan, perluasan dimensi alat tangkap untuk pengembangan usaha,
mengoptimalkan aktivitas penangkapan cumi dan mengoptimalkan kebutuhan
BBM.
Kata kunci: cumi-cumi, jaring cumi, operasi penangkapan ikan, pengoptimalan
PPI Muara Angke

ABSTRACT
FEBBY YOSELLA. Optimization of Squid Net’s Fishing Operation at PPI Muara
Angke in Jakarta. Supervised by EKO SRI WIYONO and PRIHATIN IKA
WAHYUNINGRUM.
Muara Angke fish landing is one of the largest fish landing bases in

Indonesia, which has a high production yield. One of the dominant fishing gear in
PPI Muara Angke is squid net but it hasn’t been optimal on its operation. This
study aimed to analyze the technical, biological, economic and social aspects, to
determine the optimal allocation of each factor of production, and formulate
strategies in fishing operations using squid net in PPI Muara Angke. This research
used survey method that fit into the category of descrip tive research method.
Technically, squid nets that exist in Muara Angke fish landing included in falling
gear category. The squid net consist of net bag, net body which is made up of
several layers, purse line, winch line, ballasts, and rigs. Moreover, biologically,
this gear has a high diversity and low selectivity. While socially, squid net
fishermen that exist in Muara Angke fish landing came from Indramayu, Bugis
and Jakarta, which usually have a close kinship between one another. Futhermore
the wages that received by squid net fishermen are still bellow the regional
minimum wage of Jakarta. Economically, this fisheries get large enough profit
and making it feasible to be continued. Production factors of fishing operations
such as fuel and fishing gear dimension have significant effect on the production
of squid net catch so that the strategies that is suitable for fishing activities are to
optimize the catch of squid were landed, gear dimension for the expansion of
business development, optimizing the activity of catching squid and optimize fuel
needs.

Key words: squid, squid net, optimization, fishing operations, Muara Angke fish
landing

PENGOPTIMALAN OPERASI JARING CUMI DI PPI
MUARA ANGKE, JAKARTA

FEBBY YOSELLA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Pengoptimalan Operasi Penangkapan Jaring Cumi di PPI Muara
Angke, Jakarta
Nama
: Febby Yosella
NIM
: C44100064
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr Eko Sri Wiyono, SPi MSi
Pembimbing I

Prihatin Ika Wahyungingrum, SPi MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
pengoptimalan operasi penangkapan ikan, dengan judul Pengoptimalan Operasi
Penangkapan Jaring Cumi di PPI Muara Angke, Jakarta. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2014 di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Muara Angke, Jakarta.
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1) Dr Eko Sri Wiyono, SPi MSi dan Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi MSi
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama
pengerjaan penelitian ini.
2) Mama (Herlina Samosir) dan Papa (Tatang Goeltom) serta seluruh keluarga
besar yang senantiasa memberikan doa, semangat, dan moril.
3) Rizki Maulana yang telah memberikan semangat bagi saya untuk segera
menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga kepada Soraya Gigentika, SPi
MSi, Dwi Putra Yuwandana, SPi, Andikha Pratama, Rizky Nur Ainun, Chitra

Novia Anandhita, Arsheilla Febrina, Linly Amelianing M., Yowan Riyandi,
Mochamad Ramadhani yang telah membantu dalam penelitian dan
penyusunan skripsi.
4) Teman-teman PSP 47 atas dukungan dan persahabatan selama ini
5) PPI Muara Angke yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam
melakukan penelitian
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Febby Yosella

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Alat Penelitian
Metode Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
Analisis Keragaan
Analisis Alokasi Optimal Faktor-faktor Produksi
Analisis Strategi dalam Operasi Penangkapan Ikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Teknis
Kapal
Alat Tangkap
Nelayan
Daerah dan Musim Penangkapan Ikan
Operasi Penangkapan Ikan
Keragaan Biologi
Keragaan Usaha Jaring Cumi PPI Muara Angke
Keragaan Sosial Nelayan Jaring Cumi PPI Muara Angke
Alokasi Optimal Faktor- faktor Produksi
Analisis Strategi Operasi Penangkapan Ikan Jaring Cumi

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xii
xii
xii
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3

3
5
5
8
8
8
9
11
11
12
12
13
14
15
16
18
18
19
19
21

32

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Matriks evaluasi faktor internal
Matriks evaluasi faktor eksternal
Matriks IFAS dan EFAS
Spesifikasi kapal jaring cumi di PPI Muara Angke
Spesifikasi alat tangkap jaring cumi
Jumlah hasil tangkapan dominan jaring cumi Februari 2014
Parameter usaha perikanan jaring cumi di PPI Muara Angke
Analisis ragam faktor produksi unit penangkapan jaring cumi di PPI
Muara Angke
Nilai koefisien regresi, standard error, dan t-hitung fungsi produksi unit
penangkapan jaring cumi di PPI Muara Angke
Matriks IFE strategi operasi penangkapan jaring cumi
Matriks EFE strategi operasi penangkapan jaring cumi
Matriks SWOT strategi operasi penangkapan jaring cumi

6
6
8
8
10
12
14
15
16
17
17
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Peta lokasi penelitian
Diagram analisis SWOT
Alat tangkap jaring cumi
Daerah penangkapan cumi nelayan PPI Muara Angke
Perbandingan hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
pada alat tangkap jaring cumi

2
7
10
11
13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data produksi hasil tangkapan dominan jaring cumi Februari 2014
2 Analisis usaha perikanan jaring cumi ukuran kapal 28 GT (KM Sumber
Harapan 1)
3 Penerimaan dari hasil tangkapan jaring cumi ukuran kapal 28 GT (KM
Sumber Harapan 1)
4 Uji Mulitikolinieritas
5 Uji Autokorelasi
6 Uji Heteroskedastisitas
7 Output software pengolahan data statistik dengan menggunakan metode
Backwards
8 Perhitungan bobot skor faktor internal dan eksternal
9 Dokumentasi penelitian

21
21
22
24
25
25
26
29
30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangkalan pendaratan ikan Muara Angke merupakan salah satu pangkalan
pendaratan ikan terbesar di Indonesia yang memiliki hasil produksi yang tinggi.
Hal tersebut ditunjukkan dengan produksi hasil tangkapan yang mencapai
20.520.709 ton pada tahun 2013 (UPT PPI Muara Angke 2013). Hasil tangkapan
tersebut sudah memiliki tujuan distribusinya. Tujuan distribusi utama hasil
tangkapan ikan PPI Muara Angke adalah kota Jakarta Utara, daerah sekitar
Jakarta, dan ekspor.
Alat penangkap ikan yang terdapat di PPI Muara Angke terdiri dari berbagai
jenis yang didominasi oleh jaring cumi, pukat cincin, bubu, cantrang, dan gillnet.
Selain itu terdapat alat tangkap dalam jumlah kec il seperti muroami, jaring
rampus, payang, lampara, dan pancing. Jumlah jaring cumi pada tahun 2013
mencapai 1.064 unit dari 1.375 unit alat tangkap yang ada di PPI Muara Angke
atau sekitar 77,38% dari jumlah keseluruhan unit alat tangkap (UPT PPI Muara
Angke 2013).
Unit penangkapan jaring cumi merupakan unit penangkapan ikan yang
paling banyak digunakan di PPI Muara Angke, dengan jumlah sebesar 1.064
(77,38 %) dari keseluruhan alat tangkap yang ada di PPI Muara Angke, jaring
cumi mampu menyumbang total hasil tangkapan sebesar 68,93 %. Namun,
sebagian besar dari hasil tangkapan tersebut merupakan hasil tangkapan
sampingan, bukan hasil tangkapan utama. Jumlah hasil tangkapan sampingan
yang diperoleh nelayan jaring cumi sebesar 196.757 (71%) sedangkan hasil
tangkapan utama hanya sebesar 78.919 (29%) (UPT PPI Muara Angke 2013).
Dapat dikatakan bahwa kegiatan operasi penangkapan jaring cumi ini belum
optimal karena hasil tangkapan utama dari jaring cumi sangat sedikit
dibandingkan dengan hasil tangkapan sampingannya.
Menurut Nelwan et al. (2012), kegiatan penangkapan ikan merupakan
aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah hasil tangkapan dalam
rangka memenuhi permintaan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap.
Pelaksanaannya, operasi penangkapan ikan masih belum optimal ditambah dengan
masalah- masalah dari luar seperti persaingan dengan alat tangkap lain, cuaca yang
buruk, dan jumlah armada jaring cumi yang semakin meningkat.
Berdasarkan permasalahan di atas penelitian di PPI Muara Angke mengenai
kegiatan operasi penangkapan jaring cumi di PPI Muara Angke dilihat dari faktorfaktor produksi penting dilakukan untuk dapat mengoptimalkan kegiatan operasi
penangkapan jaring cumi melalui strategi-strategi tertentu dalam mengatasi
permasalahan yang ada di PPI Muara Angke.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1) Menganalisis keragaan alat tangkap jaring cumi di PPI Muara Angke, Jakarta
yang meliputi aspek teknis, aspek biologis, aspek ekonomi dan sosial.

2
2) Menentukan alokasi optimal dari tiap faktor-faktor produksi dalam operasi
penangkapan jaring cumi di PPI Muara Angke, Jakarta.
3) Merumuskan strategi dalam operasi penangkapan dengan menggunakan jaring
cumi di PPI Muara Angke, Jakarta.

Manfaat Penelitian
Berikut merupakan beberapa manfaat bagi pihak-pihak terkait:
1) Mengoptimalkan kegiatan operasi penangkapan ikan bagi nelayan jaring cumi
di PPI Muara Angke.
2) Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi.
3) Membantu pengambil kebijakan agar dapat membuat kebijakan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada sekarang ini.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke
Jakarta (Gambar 1). Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 Februari
sampai dengan 9 Maret 2014.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Sumber: Ainun (2014)

Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Alat tulis
2) Kamera digital
3) Kuisioner

3
4) Microsoft excel
5) Software pengolah data statistik
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Metode ini masuk
ke dalam kategori metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir
1988). Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh
fakta- fakta dari gejala- gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara
faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok
ataupun suatu daerah (Nazir 1988).

Metode pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan wawancara
secara langsung dilapangan dengan beberapa narasumber, antara lain nelayan,
pemilik kapal, dan petugas pelabuhan. Data primer yang dikumpulkan dalam
penelitian ini, yaitu konstruksi alat tangkap jaring cumi di PPI Muara Angke,
dimensi utama kapal jaring cumi yang digunakan dalam operasi penangkapan,
metode penangkapan ikan, daerah dan musim penangkapan ikan, hasil tangkapan
jaring cumi, pendapatan serta pengeluaran dalam pengoperasian alat tangkap
jaring cumi dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh nelayan jaring
cumi, seperti persaingan dengan alat tangjap lain, cuaca yang buruk, dan jumlah
armada jaring cumi yang meningkat. Responden berjumlah 33 orang, terdiri dari
26 ABK, 3 pemilik kapal, dan 4 nahkoda. Teknik sampling yang digunakan
adalah metode purposive sampling.
Selain data primer, diperlukan data sekunder berupa data produksi TPI
Muara Angke tahun 2013-2014, data kapal dan alat tangkap serta data penunjang
lainnya. Data sekunder ini diperoleh melalui instansi yang ada di PPI Muara
Angke.

Analisis Data
1)
(1)

Analisis Keragaan
Keragaan Alat Tangkap
Analisis teknis digunakan untuk mengkaji faktor yang berkaitan dengan
keragaan teknis unit penangkapan ikan di PPI Muara Angke khususnya jaring
cumi. Analisis teknis ini digunakan untuk mengetahui secara teknis alat tangkap
jaring cumi berdasarkan konstruksi, metode penangkapan ikan, daerah
penangkapan ikan dan musim penangkapan ikan.

4
(2)

Keragaan Biologi
Analisis biologi merupakan analisis yang berkaitan dengan hasil tangkapan
yang diperoleh setelah operasi penangkapan ikan dilakukan. Analisis biologi ini
menggunakan analisis diversitas hasil tangkapan. Analisis diversitas hasil
tangkapan ini digunakan untuk menentukan keanekaragaman ikan dan berkaitan
pula dengan selektivitas alat tangkap terhadap target penangkapan. Analisis ini
menggunakan Indeks Diversitas Shannon-Wiener (Wiyono et al. 2006), dengan
rumus sebagai berikut:
H′ = −∑������
��
��
H′ = −∑
�� ( )
Keterangan:
H′
: indeks diversitas Shannon-Wiener
bi
: jumlah bobot (kg) spesies ke-i
B
: jumlah bobot (kg) semua spesies

Kriteria:
H′ > 0 maka keanekaragaman tinggi, selektivitas alat tangkap rendah
H′ ≈ 0 maka keanekaragaman rendah, selektivitas alat tangkap tinggi

(3)

Keragaan Usaha
Analisis usaha merupakan suatu cara untuk memeriksa keuangan suatu
usaha perikanan selama usaha tersebut berjalan. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan suatu usaha perikanan yang
telah dijalankan selama ini meliputi analisis pendapatan usaha ( � ). Analisis
pendapatan usaha (�) digunakan untuk melihat keuntungan dari sebuah usaha atau
jumlah nominal yang diperoleh dari selisih antara biaya pemasukan dengan biaya
pengeluaran pada suatu kegiatan sehingga usaha tersebut dapat disimpulkan
berhasil atau tidak (Kurniasih 2012). Rumus � yang digunakan adalah :
� = �� − �

Keterangan:
� : Keuntungan
TR : Total Pemasukan (Total Revenue)
TC : Total Pengeluaran (Total Cost)

Kriteria:
Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung atau layak untuk dilanjutkan
Jika total penerimaan < total biaya, usaha rugi atau tidak layak untuk dilanjutkan
Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas)

(4)

Keragaan Sosial
Analisis aspek sosial digunakan untuk mengkaji keadaan sosial nela yan
jaring cumi di PPI Muara Angke, Jakarta. Analisis ini meliputi kondisi nelayan,
ada tidaknya konflik antar nelayan, ada tidaknya hubungan patron-klien antara
nelayan dengan pemilik modal dan tingkat kesejahteraan nelayan.

5
2)

Analisis Alokasi Optimal Faktor-faktor Produksi
Fungsi Cobb-Douglas
Fungsi Cobb-Douglas digunakan untuk mengetahui hubungan antara input
dan output. Fungsi Cobb-Douglas ini merupakan suatu fungsi atau persamaan
yang melibatkan dua atau lebih variabel. Penyelesaian hubungan antara variabel
juga menggunakan kaidah-kaidah regresi, maka persamaan matematik fungsi
Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 1994):
Y = aX1 b1 X2b2 …..Xibi…...Xn bn eu
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut, maka diubah
menjadi bentuk linier sebagai berikut:
LnY = Lna0 + b1 LnX1 + b2 LnX2 + …. + bn LnXn + Ln e
Keterangan:
Y
= Variabel yang dijelaskan
X
= Variabel yang menjelaskan
a
= Intercept
b
= Koefisien regresi yang akan diduga
e
= Logaritma natural e=2,718

Penggunaan hubungan antara faktor- faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis, yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa:
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F, yaitu:
H0 :b1 = 0 (untuk I = 1, 2, 3,…., n), berarti antara Y dengan Xi tidak ada
hubungan
H1 : minimal salah satu bi ≠ 0 (untuk I = 1, 2, 3,…., n), berarti bahwa Y
tergantung terhadap xi secara bersama-sama
Jika Fhitung > Ftabel = H0 ditolak
Jika Fhitung < Ftabel = H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing- masing faktor produksi terhadap produksi
dilakukan dengan menggunakan uji t-student, yaitu:
H0 :b1 = 0 (untuk I = 1, 2, 3,…., n), berarti antara Y dengan Xi tidak ada
hubungan
H1 : minimal salah satu bi ≠ 0 (untuk I = 1, 2, 3,…., n), berarti bahwa Y
tergantung terhadap xi secara bersama-sama
Jika thitung > ttabel = H0 ditolak
Jika thitung < ttabel = H0 diterima
3)

Analisis Strategi dalam Operasi Penangkapan Jaring Cumi
Analisis yang digunakan untuk menentukan strategi operasi penangkapan
jaring cumi adalah analisis Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT).
Analisis ini menggambarkan faktor-faktor baik itu internal maupun eksternal.
Faktor internal terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses),
sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman
(threats).

6
Analisis faktor internal dapat dilakukan dengan menggunakan matriks IFE
(Internal Factor Evaluation), sedangkan analisis faktor eksternal dapat dilakukan
dengan menggunakan matriks EFE (External Factor Evaluation) (Tabel 1 dan
Tabel 2) . Tahap pertama yang harus dilakukan dalam penyusunan matriks IFE
dan matriks EFE adalah dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan
pada matriks IFE dan semua peluang serta ancaman pada matriks EFE (Rangkuti
2005).
Tabel 1. Matriks evaluasi faktor internal
Faktor strategis internal
Kekuatan:
1. …
2….
3….

Kelemahan:
1….
2….
3….

Total
Sumber: David 2003

Bobot

Rating

Skor

….
….
….
….

….
….
….
….

….
….
….
….

….
….
….
….
….

….
….
….
….
….

….
….
….
....
….

Tahap skor pembobotan berkisar dari terendah 1,0 hingga yang tertinggi
adalah 4,0 dengan rata-rata skor 2,5. Apabila total skor pembobotan di bawah ratarata yaitu 2,5 maka menunjukkan bahwa faktor internal organisasi lemah, sedangkan
jika di atas rata-rata yaitu 2,5 maka mengidentifikasikan bahwa fakto r internal
organisasi yang kuat (David 2003).
Tabel 2. Matriks evaluasi faktor eksternal
Faktor strategis eksternal
Peluang:
1….
2….
3….

Ancaman:
1….
2….
3….

Total

Bobot

Rating

Skor

….
….
….
….

….
….
….
….

….
….
….
….

….
….
….
….
….

….
….
….
….
….

….
….
….
....
….

Sumber: David 2003

Total skor pembobotan terendah untuk sebuah organisasi adalah 1,0 dan yang
tertinggi adalah 4,0 dengan rata-rata skor 2,5. Apabila total skor pembobotan di atas
rata-rata yaitu 2,5 maka mengidentifikasikan bahwa organisasi tersebut dapat
merespon peluang maupun ancaman dengan baik (David 2003).

7
Analisis SWOT lebih menekankan untuk memaksimalkan kekuatan (strength)
dan peluang (opportunities) serta meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman
(threats). Diagram analisis SWOT adalah sebagai berikut (Gambar 2).

PELUANG
Kuadran 3
Mendukung strategi turn around

Kuadran 1
Mendukung strategi agresif

KELEMAHAN

KEKUATAN

Kuadran 4
Mendukung strategi defensif

Kuadran 2
Mendukung strategi diversifikasi
ANCAMAN

(1)

(2)

(3)

(4)

Gambar 2 Diagram analisis SWOT
Keterangan:
Kuadran 1 merupakan situasi yang menguntungkan saat perusahaan
memiliki kekuatan dan peluang sehingga peluang yang ada dapat
dimanfaatkan. Strategi yang diterapkan pada situasi ini adalah kebijakan
pertumbuhan;
Kuadran 2 merupakan situasi meskipun ada ancaman, perusahaan ini
masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk pasar)
Kuadran 3 merupakan situasi perusahaan mempunyai peluang dalam
melaksanakan kebijakan, tetapi dari pihak internal masih terdapat
kelemahan yang harus dikurangi;
Kuadran 4 merupakan situasi yang tidak menguntungkan karena dalam
menentukan dan melaksanakan suatu program terdapat berbagai
kelemahan yang berasal dari pihak internal dan pihak eksternal.

Keterkaitan antara faktor internal dan eksternal dapat digambarkan dalam
bentuk matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi dapat sesuai dengan kekuatan dan kelemahan yang ada.
Analisis ini didasarkan pada memaksimalkan kekuatan dengan peluang yang ada
dan secara bersamaan meminimumkan kelemahan dan ancaman. Sebelum
merumuskan strategi maka matriks internal factor analysis summary (IFAS) dan
external factor analysis summary (EFAS) harus dibuat terlebih dahulu (Tabel 3)
(Pangesti et al. 2011)

8
Tabel 3. Matriks IFAS dan EFAS
IFAS

EFAS
Opportunities (O)
Menentukan 5-10
faktor-faktor peluang
eksternal
Threats (T)
Menentukan 5-10
faktor-faktor gangguan
eksternal

Stengths (S)
Menentukan 5-10 faktorfaktor kekuatan internal

Weakness (W)
Menentukan 5-10 faktorfaktor kelemahan internal

Strategi SO
Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi ST
Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi
ancaman

Strategi WO
Strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WT
Strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk
menghindari ancaman

Sumber: Rangkuti 2005
IFAS: Internal Strategic Factors Analysis Summary
EFAS: External Strategic Factors Analysis Summary

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Teknis
Kapal (Jaring Cumi)
Ukuran kapal jaring cumi yang digunakan oleh para nelayan untuk
melakukan penangkapan ikan di PPI Muara Angke sangat bervariasi, mulai dari
15-88 GT. Namun, kebanyakan kapal yang ditemui pada saat penelitian di PPI
Muara Angke berkisar antara 25-30 GT. Hampir seluruh kapal jaring cumi yang
ada di PPI Muara Angke terbuat dari kayu dengan inboard engine sebagai tenaga
penggeraknya. Umumnya kapal yang digunakan memiliki panjang sebesar 12-18
meter, sedangkan lebarnya 3,5-5 meter, dan tingginya 1,8-2,5 meter. Berikut
spesifikasi dari kapal jaring cumi (Tabel 4).
Tabel 4 Spesifikasi kapal jaring cumi di PPI Muara Angke 25-30 GT
Spesifikasi Kapal
1. Dimensi Utama
a. Panjang (L)
b. Lebar (B)
c. Dalam (D)
2. Palka
a. Kapasitas
b. Jumlah
3. Winch hauler
4. Mesin
a. Kekuatan
b. Jumlah

Ukuran

Satuan

12-18
3,5-5
1,8-2,5

Meter
Meter
Meter

20-60
4-7
1

Ton
Unit
Unit

120-310
2-3

HP
Unit

9
Kapal jaring cumi yang ada di PPI Muara Angke sudah dilengkapi dengan
palka berpendingin. Kapasitas palka bergatung pada besarnya gross tonase kapal.
Umumnya, semakin besar gross tonase kapal maka makin besar pula kapasitas
yang dapat ditampung oleh kapal tersebut. Jumlah palka dapat berkisar antara 4-7
unit sehingga dapat menampung hasil tangkapan antara 20-60 ton. Selain palka,
kapal jaring cumi juga dilengkapi dengan winch hauler yang berfungsi untuk
menaikkan alat tangkap ke atas kapal.
Mesin yang digunakan untuk mengoperasikan kapal adalah mesin diesel
dengan merk Mitsubishi, Nissan, atau Yanmar. Tiap kapal umumnya memiliki
dua hingga tiga mesin. Satu mesin utama sebagai tenaga penggerak kapal dan
sisanya berfungsi sebagai mesin bantu yang digunakan untuk menyalakan lampu
dan freezer saat pengoperasian penangkapan ikan berlangsung. Mesin kapal jaring
cumi ini memiliki kekuatan antara 120-310 HP dengan solar sebagai bahan
bakarnya.
Alat Tangkap Jaring Cumi
Jaring cumi termasuk dalam kelompok alat tangkap yang dijatuhkan
(falling gear) (Brandt 2005). Alat ini merupakan alat tangkap yang cukup mudah
untuk dioperasikan. Alat tangkap jaring cumi yang digunakan oleh nelayan di PPI
Muara Angke terdiri dari beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut adalah kantong
jaring, badan jaring yang terdiri dari beberapa lapisan, tali kolor, tali kerek, serta
perlengkapan lain yang terdiri dari cincin, pemberat, dan rig (Gambar 3).
Bagian jaring pada alat tangkap ini terdiri dari kantong dan badan jaring.
Kantong terbuat dari bahan polyamida (PA) dengan ukuran mata jaring 1 inch.
Badan jaring terbuat dari polyamida (PA) yang terdiri dari 4 lapisan dimulai dari
bagian yang paling dalam hingga terluar dengan kantong jaring hingga bagian
yang dekat dengan pemberat. Lapisan pertama memiliki ukuran mata jaring
sebesar 1,5 inch, lapisan kedua sebesar 2 inch, lapisan ketiga sebesar 2,5 inch, dan
lapisan keempat sebesar 3 inch. Selain bagian jaring, terdapat pula bagian tali
yang terdiri dari tali kolor dan tali kerek. Tali kolor terbuat dari bahan
polyethylene (PE) dengan diameter sebesar 3 cm, panjang 30-50 m, dan berjumlah
satu buah. Tali kerek juga terbuat dari bahan polyethylene (PE) dengan panjang
40-50 m, diameter 2,5 cm, dan jumlahnya dua buah.
Perlengkapan lainnya terdiri dari pemberat, cincin, dan rig. Pemberat
terbuat dari timah dengan berat 500 gram dan jumlahnya 708-768 buah. Cincin
terbuat dari stainless dengan berat 500 gram, diameter sebesar 20 cm, dan
jumlahnya sebanyak 60-65 buah. Rig terbuat dari besi dengan panjang 3-4 m dan
berjumlah dua buah (Tabel 5).

10

Gambar 3 Alat tangkap jaring cumi
Sumber: Ainun (2014)

Tabel 5 Spesifikasi alat tangkap jaring cumi
Bagian Jaring
Kantong

Material
Polyamida (PA)

Badan Jaring

Polyamida (PA)

Keterangan
Mesh size 1,0 inch
Mesh size tiap lapisan berbeda
(urutan lapisan mulai dari dekat
kantong hingga dekat pemberat)
- Lapisan 1: 1,5 inch
- Lapisan 2: 2,0 inch
- Lapisan 3: 2,5 inch
- Lapisan 4: 3,0 inch

Bagian tali
Tali kolor

Polyethylene (PE)

Tali kerek

Polyethylene (PE)

Panjang 30-50 meter
Diameter 3 cm
Jumlah 1 buah
Panjang 40-50 meter
Diameter 2,5 cm
Jumlah 2 buah

Perlengkapan lain
Pemberat
Cincin
Rigs

Timah
Stainless
Besi

Berat 500 gram
Jumlah 708-768 buah
Berat 500 gram
Diameter 20 cm
Jumlah 60-65 buah
Panjang 3-4 meter
Jumlah 2 buah

Jaring cumi dalam pengoperasiannya memerlukan beberapa alat bantu.
Alat bantu yang digunakan, yaitu GPS, Fish Finder, Echosounder, Radio Contact,
VMS (Vessel Monitoring System), serok dan lampu. GPS berguna untuk

11
menentukan arah pelayaran atau fishing ground, fish finder dan echosounder
berguna untuk membantu nelayan menemukan posisi tempat ikan berkumpul.
Radio contact berguna untuk berkomunikasi dengan kapal lainnya atau pihak
pelabuhan. VMS (Vessel Monitoring System) berguna untuk mempermudah
pengawasan dan pemantauan terhadap kegiatan atau aktifitas kapal penangkap
ikan berdasarkan posisi kapal yang terpantau di monitor VMS di Pusat
Pemantauan Kapal Perikanan (Fisheries Monitoring Center) di Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pengawasan. Serok digunakan untuk memindahkan hasil tangkapan
dari jaring ke dek kapal, dan lampu sebagai atraktor cahaya untuk menarik
perhatian cumi- cumi. Lampu yang digunakan dalam pengoperasian jaring cumi
berkisar antara 30-60 buah dengan kekuatan lampu sebesar 1.500-2.000 volt.
Nelayan
Nelayan jaring cumi di PPI Muara Angke sebagian besar merupakan
nelayan penuh yang seluruh waktunya digunakan untuk melakukan kegiatan
operasi penangkapan ikan. Nelayan jaring cumi terdiri dari pemilik kapal dan
nelayan buruh. Pemilik berjumlah 1 orang dan nelayan buruh berjumlah 9-17
orang, terdiri dari 1 orang nahkoda, 2 orang juru mesin, dan 6-14 orang ABK.
Daerah dan M usim Penangkapan Ikan
Daerah penangkapan ikan armada jaring cumi di PPI Muara Angke
bergantung pada musim. Saat musim puncak maka nelayan jaring cumi akan
mengoperasikan alat tangkap di daerah Kalimantan sedangkan pada musim barat
penangkapan ikan dilakukan di daerah Sumatera khususnya Bangka Belitung dan
ini termasuk ke dalam WPP 771 (Gambar 4). Berdasarkan hasil wawancara
musim puncak berkisar antara bulan Agustus hingga November, sedangkan
musim paceklik berada pada bulan Desember hingga Februari. Hal berbeda
ditemui pada penelitian Ainun (2014) bahwa musim penangkapan di WPP 711
terbagi menjadi musim penangkapan sedang dan musim penangkapan puncak.
Musim penangkapan sedang terjadi pada saat musim barat (Desember-Februari),
musim peralihan 1 (Maret-Mei) dan musim timur (Juni- Agustus). Sedangkan
musim penangkapan puncak terjadi pada saat musim peralihan 2 yaitu SeptemberNovember.

Gambar 4 Daerah penangkapan cumi nelayan PPI Muara Angke

12
Ope rasi Penangkapan Ikan
Alat tangkap jaring cumi pada umumnya dioperasikan selama 60-88 hari
per trip dengan 4 kali trip per tahunnya. Lamanya waktu yang digunakan dari
fishing base hingga menuju fishing ground adalah 3-4 hari. Metode pengoperasian
jaring cumi terdiri dari tahap persiapan, setting dan hauling. Persiapan dilakukan
sekitar 10-15 menit mulai dari menentukan fishing ground yang akan menjadi
tempat sasaran operasi hingga mempersiapkan alat tangkap yang akan digunakan.
Pada saat setting, rig atau tiang melintang dibentangkan dan mulai mengatur tali
temali pada jaring. Kemudian, semua lampu yang ada pada bagian sisi kanan dan
kiri kapal dinyalakan dengan tujuan untuk menarik perhatian cumi-cumi. Dalam
semalam setting dapat dilakukan 5-8 kali. Setelah cumi-cumi mulai banyak
berkumpul di permukaan maka proses hauling siap dilakukan. Setelah tertangkap,
jaring diangkat dan hasil tangkapan diambil dengan menggunakan serok. Hauling
juga dilakukan 5-8 kali dalam satu malam.

Keragaan Biologi
Hasil tangkapan utama alat tangkap jaring cumi berupa cumi-cumi mulai
dari cumi-cumi berukuran 1-5. Cumi 1 berukuran 26-31 cm, cumi 2 berukuran 2125 cm, cumi 3 berukuran 16-20 cm, cumi 4 berukuran 12-15 cm, sedangkan cumi
5 < 15 cm. Selain cumi- cumi, terdapat pula ikan- ikan pelagis lainnya seperti
tenggiri, semar, tembang, tongkol, kembung, dan sebagainya (Tabel 6).
Tabel 6 Jumlah hasil tangkapan dominan jaring cumi Februari 2014
Bawal Hitam
Bilis
Cumi
Jaan
Japuh
Layang
Lemuru
Selar
Semampar
Semar
Tembang
Tenggiri
Tengkek
Tongkol

Jumlah Bobot
(Kg)
3.806
3.194
78.919
1.877
6.217
4.671
28.896
77.467
7.997
6.308
23.179
4.026
19.099
4.074

Presentase
(%)
1,3806
1,1586
28,6274
0,6809
2,2552
1,6944
10,4819
28,1007
2,9009
2,2882
8,4081
1,4604
6,9281
1,4778

Ikan lainnya

5.946

14,778

Jenis Ikan

Jumlah
275.676
100.0000
Sumber: Laporan Bulanan PPI Muara Angke 2014 (Diolah)

Jumlah hasil tangkapan sampingan lebih besar dibandingkan dengan hasil
tangkapan utama (Gambar 5). Jumlah hasil tangkapan sampingan yang diperoleh
nelayan jaring cumi sebesar 196.757 kg (71%) sedangkan hasil tangkapan utama
sebesar 78.919 kg atau sekitar 29% dari total keseluruhan hasil tangkapan.
Menurut nelayan hasil tangkapan sampingan memiliki proporsi lebih besar

13
daripada hasil tangkapan utama karena ikan- ikan hasil tangkapan sampingan yang
tertangkap memiliki sifat fototaksis positif. Sifat fototaksis positif tersebut
berhubungan erat dengan perikanan jaring cumi yang menggunakan lampu
sebagai alat bantu pengumpul ikan.

Jumlah HT (Kg)

250000
196757

200000

150000
100000

78919

50000

0
Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan utama

Hasil tangkapan sampingan

Gambar 5 Perbandingan hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
pada alat tangkap jaring cumi
Hasil perhitungan analisis diversitas dengan menggunakan indeks
keragaman Shannon-Wiener, diperoleh hasil sebesar 2,053. Nilai indeks diversitas
hasil penelitian ini termasuk kedalam diversitas ikan yang tinggi (H>1,5)
(McDonald 2003 dalam Wiyono 2010). Nilai diversitas yang tinggi menunjukkan
adanya keragaman spesies jenis ikan yang tertangkap. Contoh perhitungan
keanekaragaman Shannon-Wiener dapat dilihat pada Lampiran 2.

Keragaan Usaha Jaring Cumi di PPI Muara Angke
Usaha perikanan jaring cumi di PPI Muara Angke pada umumnya
tergolong dalan usaha perikanan skala besar. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
tangkapan yang diperoleh dan kebutuhan modal usaha yang besar. Biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam usaha perikanan jaring cumi meliputi biaya investasi,
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi merupakan biaya awal yang harus
dikeluarkan oleh pemilik untuk memulai usahanya dalam pengadaan kapal, alat
tangkap, mesin dan lampu. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan dan biaya
perawatan dari setiap barang-barang investasi. Sedangkan biaya variabel adalah
biaya yang dikeluarkan setiap dilakukannya kegiatan penangkapan ikan atau biasa
disebut dengan biaya kebutuhan melaut. Kebutuhan melaut tersebut terdiri dari
ransum, solar, oli, air tawar, retribusi dan bagi hasil ABK.

14
Tabel 7 Parameter usaha perikanan jaring cumi di PPI Muara Angke
Parameter Usaha
Investasi
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Total Biaya (TC)
Total Penerimaan (TR)
Keuntungan (π)

Jumlah
1.180.000.000,00
173.900.000,00
986.953.338,60
1.160.853.338,60
1.597.090.500,00
436.237.161,40

Satuan
Rupiah
Rupiah/tahun
Rupiah/tahun
Rupiah/tahun
Rupiah/tahun
Rupiah/tahun

Berdasarkan Tabel 7 dapat terlihat gambaran usaha dari perikanan jaring
cumi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa total penerimaan (TR) yang
diperoleh nelayan jaring cumi dalam setahun mencapai Rp. 1.597.090.000,00
sedangkan total biaya (TC) yang dikeluarkan selama setahun mencapai Rp.
1.160.853.338,60. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.
Karena total penerimaan (TR) lebih besar dibandingkan dengan total biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan operasi penangkapan ikan dalam setahun (TC)
maka usaha tersebut memperoleh keuntungan dan layak untuk dilanjutkan.
Keragaan Sosial Nelayan Jaring Cumi di PPI Muara Angke
Nelayan jaring cumi yang terdapat di PPI Muara Angke umumnya berasal
dari Indramayu. Selain Indramayu, adapula yang berasal dari suku Bugis, Tegal,
maupun Jakarta. Kebanyakan nelayan-nelayan jaring cumi ini hanya menempuh
tingkat pendidikan di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Sangat
jarang dari mereka yang mencapai tingkat pendidikan di Sekolah Menengah Atas.
Karena latar pendidikan mereka yang rendah, kebanyakan dari mereka mengikuti
jejak dari para orangtuanya untuk menjadi nelayan sehingga kebanyakan dari
mereka merupakan sanak saudara.
.
Nelayan jaring cumi cukup memberi andil dalam menjalankan sistem
usaha penangkapan ikan. Setiap andil yang mereka jalankan diberikan upah
dengan sistem bagi hasil atau sistem gaji. Apabila penerimaan upah menggunakan
sistem bagi hasil, maka presentase bagi hasil tersebut berkisar 60% untuk nela yan
pemilik dan 40% untuk nelayan buruh setelah dikurangi biaya operasional,
retribusi dan bonus untuk nahkoda. Apabila penerimaan upah menggunakan
sistem gaji, maka mereka akan memperoleh Rp. 15.000,00 – Rp. 20.000,00 setiap
harinya. Dibandingkan dengan pendapatan nelayan yang ada di PPS Belawan,
pendapatan nelayan jaring cumi di PPI Muara Angke termasuk kecil. Di PPS
Belawan nelayan mendapatkan gaji sebesar Rp. 30.000 – Rp. 35.000 per harinya
(Saptanto 2012). Menurut nelayan, sistem bagi hasil lebih menguntungkan karena
pada saat musim puncak hasil pendapatan mereka lebih besar dibandingkan
dengan pendapatan yang mereka terima dengan sistem gaji.
Upah minimum regional (UMR) yang ditetapkan oleh pemerintah DKI
Jakarta tahun 2014 adalah sebesar Rp 2.441.301,- (Anonim 2013). Apabila
dibandingkan dengan UMR, jelas upah yang diberikan kepada nelayan sangatlah
rendah. Untuk menambah penghasilan, para nelayan akan memancing saat kondisi
terang bulan atau disaat senggang. Hasil tangkapan yang mereka peroleh harus
dijual kepada nelayan pemilik. Apapun hasil tangkapan yang diperoleh dari hasil
memancing akan dijual kepada nelayan pemilik dengan harga Rp. 5000,00/kg.
Meskipun harga jualnya sangat rendah, namun nelayan harus tetap mematuhi

15
peraturan tersebut karena itu merupakan kesepakatan yang ditelah disepakati
bersama antara pemilik dengan nelayan.
Selain masalah dalam hal ekonomi, terdapat pula konflik yang terjadi
diantara nelayan suatu armada dengan armada lainnya. Konflik terjadi saat
dilakukannya operasi penangkapan ikan antara kapal jaring cumi yang berukuran
besar dengan kapal jaring cumi yang berukuran kecil dimana lampu dari kapal
yang lebih besar menyebabkan tangkapan lebih banyak berkumpul disekitar kapal
tersebut. Usaha yang dilakukan oleh nelayan kecil untuk menghidari konflik
tersebut adalah dengan menjauh dari kapal yang berukuran lebih besar sehingga
kegiatan operasi penangkapan dapat berjalan dengan baik.
Analisis Alokasi Optimal Faktor-faktor Produksi
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan alat tangkap jaring cumi di PPI Muara Angke
meliputi BBM (X1 ), hari operasi (X2 ), ukuran kapal (X3 ), nelayan (X4 ), jumlah
lampu (X5 ), dan dimensi alat tangkap (X6 ). Analisis linier berganda telah
dilakukan untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh terhadap produksi ikan.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode pembuatan model
regresi backward, penggunaan metode ini dikarenakan dalam proses pembentukan
modelnya telah mempertimbangkan semua kriteria signifikansi model, meliputi:
uji multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas (Lampiran 4,5,6).
Hasil analisis regresi linier berganda dengan metode backward
menghasilkan 2 variabel yang signifikan dari 6 variabel yang ada yaitu BBM dan
dimensi alat tangkap. Nilai koefisien determinasi (R2 ) untuk model fungsi produk
unit penangkapan jaring cumi di PPI Muara Angke tersebut adalah sebesar 0.751,
yang berarti bahwa presentasi sumbangan pengaruh variabel bebas dari BBM (X1 )
dan dimensi alat (X6 ) sebesar 75,1 persen dan sisanya dipengaruhi oleh fakorfaktor lain yang tidak terdapat pada penelitian ini. Contoh perhitungan alokasi
optimal faktor-faktor produksi dapat dilihat pada Lampiran 7. Faktor yang diduga
berpengaruh terhadap produksi ikan adalah kondisi perairan, musim, cuaca,
musim penangkapan, keadaan sumberdaya dan biaya investasi.
Tabel 8 Analisis ragam faktor produksi unit penangkapan jaring cumi di PPI
Muara Angke
Model
Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
0,417
0,138
0,555

df
2
27
29

ANOVA
Mean
Square
0,208
0,005

F

Sig.

F Tabel

40,734

,000e

3,35

Berdasarkan Tabel 8, nilai F hit (40,734) lebih besar dari nilai F tab (3,35)
pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor- faktor
produksi secara bersama-sama memberikan pengaruh signifikan terhadap naik
turunnya hasil tangkapan jaring cumi. Selanjutnya untuk analisis secara parsial,
maka uji t digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk melihat

16
pengaruh masing- masing variabel faktor produksi terhadap hasil tangkapan (Tabel
9).
Tabel 9 Nilai koefisien regresi, standard error, dan t-hitung fungsi produksi unit
penangkapan jaring cumi di PPI Muara Angke
Coefficientsa
Model
(Constant)
X1
X6

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
0,372
1,705
0,580
0,260
0,521
0,207

Standardized
Coefficients
Beta
0,422
0,476

T

Sig.

0,218 0,829
2,236 0,034
2,523 0,018

Hasil pengujian ini memperlihatkan bahwa variabel BBM (X1 ) dan
dimensi alat tangkap (X6 ) merupakan variabel yang memberikan pengaruh nyata
secara langsung terhadap hasil tangkapan jaring cumi pada tingkat kepercayaan 95
persen. Berdasarkan Tabel 9 (Nilai koefisien regresi (b 1 ) dan uji t fungsi produksi
unit penangkapan jaring cumi) maka dapat disusun model penduga fungsi
produksi ikan, dengan persamaan sebagai berikut:
Y= 0,372 + 0,580 X1 + 0,521 X6
(R2 = 0,751)
Pada hasil fungsi produksi tersebut, faktor produksi bahan bakar (X1 )
menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan jaring cumi dengan
nilai 0,580 yang berarti dalam setiap penambahan satu liter bahan bakar maka
akan menambah produksi hasil tangkapan sebesar 0,580 kg. Pada faktor produksi
dimensi alat tangkap (X6 ) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan jaring cumi dengan nilai 0,521 yang berarti dalam setiap penambahan 1
m2 alat akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0,521 kg.
Koefisien regresi dari faktor produksi BBM (X1 ) menunjukkan bahwa
ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh nyata yang searah pada
produksi tangkapan jaring cumi. Hal ini diduga karena bertambahnya bahan bakar
minyak yang digunakan dalam suatu operasi penangkapan dapat digunakan oleh
nelayan untuk pergi ke daerah penangkapan yang lebih potensial sehingga hal ini
tentu dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan nelayan jaring cumi.
Demikian pula dengan faktor produksi dimensi alat tangkap (X6 ), faktor ini
diduga memberikan pengaruh yang nyata karena semakin luasnya alat tangkap
jaring cumi, terutama pada jaringnya, maka semakin besar dan semakin banyak
pula kemungkinan ikan yang tertangkap.
Analisis Strategi Operasi Penangkapan Jaring Cumi
Kegiatan operasi penangkapan ikan jaring cumi di PPI Muara Angke
memerlukan strategi yang tepat dalam pelaksanaannya. Hal ini bertujuan agar
kegiatan penangkapan ikan menghasilkan hasil yang optimal. Pada penelitian ini,
penentuan arah strategi operasi penangkapan ikan jaring cumi di PPI Muara
Angke dilakukan dengan analisis SWOT. Analisis tersebut melihat faktor internal

17
(kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) dari sistem
perikanan jaring cumi tersebut (Tabel 10 dan Tabel 11).
Tabel 10 Matriks IFE strategi operasi penangkapan jaring cumi
No
Faktor Strategi Internal
Bobot
Rating
Kekuatan
1 Usaha perikanan skala besar (armada)
0,0025
3
2 Hasil tangkapan komoditas ekspor
0,3142
4
3 Tersedianya modal
0,1833
4
Kelemahan
Tingkat keanekaragaman tinggi, selektivitas
1 rendah
0,0002
2
2 Hasil tangkapan cumi belum optimal
0,0744
1
Tingginya presentasi hasil tangkapan
3 sampingan
0,0005
2
4 Jumlah armada jaring cumi meningkat
0,4250
2
Total
1,0000
Tabel 11 Matriks EFE strategi operasi penangkapan jaring cumi
Faktor Strategi Eksternal
No
Bobot
Rating
Peluang
1 Permintaan komoditas cumi tinggi
0,0078
4
2 Tersedianya pasar
0,0020
4
Potensi sumberdaya cumi-cumi masih
3 tersedia
0,4902
3
Ancaman
1 Persaingan dengan alat tangkap lain
0,3942
2
2 Cuaca yang tidak menentu
0,0985
2
3 Komoditas ditolak oleh negara tujuan ekspor
0,0073
1
Total
1,0000

Skor
0,0075
1,2569
0,7332

0,0003
0,0744
0,0009
0,8500
2,9231

Skor
0,0314
0,0078
1,4706
0,7883
0,1971
0,0073
2,5025

Hasil perhitungan matriks IFE adalah 2,9231 yang artinya perikanan jaring
cumi di PPI Muara Angke memiliki kekuatan untuk mengatasi berbagai
kelemahan yang dimilikinya. Sedangkan hasil perhitungan matriks EFE adalah
2,5025 yang artinya perikanan jaring cumi mampu merespon peluang untuk
mengatasi ancaman. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8.

18
Tabel 12 Matriks SWOT strategi operasi penangkapan jaring cumi
IFAS

Strengths (S)
1. Usaha perikanan skala
besar
2. Hasil tangkapan utama
komoditas ekspor
3. Tersedianya modal

Weaknesses (W)
1. Tingkat keragaman tinggi,
selektivitas rendah
2. Hasil tangkapan cumi
belum optimal
3. Tingginya presentase hasil
tangkapan sampingan
4. Jumlah armada jaring cumi
meningkat

EFAS
Opportunities (O)
Strategi SO
Strategi WO
1. Permintaan komoditas
1. Meningkatkan produksi
1. Mengkombinasi antara
cumi tinggi
cumi (S1, S2, O1, O2, O3)
ukuran alat tangkap dan
2. Tersedianya pasar
lampu (W2, W4, O1, O2,
3. Potensi sumberdaya cumi
O3)
masih tersedia
Threats (T)
1. Persaingan dengan alat
tangkap lain
2. Cuaca yang tidak
menentu
3. Komoditas ditolak oleh
negara tujuan ekspor

Strategi ST
Strategi WT
1. Mengoptimalkan operasi 1. Meningkatkan kemudahan
penangkapan ikan (S1, S2,
dalam memperoleh BBM
S3, T1, T2)
(W2, T1)

Strategi dihasilkan melalui optimalisasi kekuatan dengan peluang (SO),
memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan (WO), menggunakan
kekuatan untuk menekan ancaman (ST), mengeliminir kelemahan dan ancaman
(WT) (Pangesti et al. 2011). Matriks SWOT menghasilkan 4 strategi untuk
optimalisasi operasi penangkapan ikan alat tangkap jaring cumi di PPI Muara
Angke, yaitu meningkatkan produksi cumi, mengkombinasikan antara ukuran alat
tangkap dan lampu, mengoptimalkan operasi penangkapan ikan dan meningkatkan
kemudahan dalam memperoleh BBM (Tabel 12).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1)

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
Keragaan teknis, jaring cumi termasuk ke dalam kelompok alat tangkap
yang dijatuhkan (falling gear) dan mudah untuk dioperasikan. Keragaan
biologi dari alat tangkap jaring cumi yaitu, hasil tangkapan jaring cumi di
PPI Muara Angke memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi dan
memiliki selektivitas yang rendah dengan nilai keanekaragaman (H′) sebesar
2,053. Keragaan usaha perikanan jaring cumi di PPI Muara Angke memberi
keuntungan dan layak untuk dilanjutkan. Keragaan sosial nelayan jaring
cumi yang ada di PPI Muara Angke, yaitu nelayan jaring cumi berasal dari

19

2)

3)

Indramayu, Bugis dan Jakarta yang biasanya memiliki kekerabatan yang
dekat antara nelayan yang satu dengan lainnya. Selain itu, upah yang
diterima nelayan jaring cumi masih di bawah upah minimum regional
(UMR).
Faktor-faktor produksi yang secara signifikan berpengaruh adalah BBM
(X1 ) dan dimensi alat tangkap (X6 ) memiliki pengaruh nyata terhadap
produksi hasil tangkapan jaring cumi di PPI Muara Angke.
Strategi operasi yang dapat ditawarkan adalah dengan meningkatkan
produksi cumi, mengkombinasikan antara ukuran alat tangkap dan lampu,
mengoptimalkan operasi penangkapan ikan dan meningkatkan kemudahan
dalam memperoleh BBM.
Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka pemerintah perlu memperhatikan
ketersediaan BBM agar nelayan dapat dengan mudah memperolehnya dan
kegiatan operasi penangkapan ikan bisa berjalan dengan optimal. Selain itu perlu
kajian lebih lanjut mengenai kombinasi antara ukuran alat tangkap dengan lampu
berkaitan dengan catchability area.

DAFTAR PUSTAKA
Ainun RN. 2014. Musim Penangkapan dan Pemetaan Daerah Penangkapan Jaring
Cumi di WPP 711 [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 2013. Daftar Lengkap Peringkat Upah Minimum Regional (UMR) di
Seluruh Provinsi Indonesia Tahun 2014. http://indoline-indonesia.com [23
Agustus 2014].
Cohran WG. 1991. Teknik Penarikan Sampel Edisi Ketiga. Jakarta(ID): UI Press.
488 hal.
David FR. 2003. Strategic Management, Concept and Cases.10th edition. New
Jersey: Pearson Education Inc.
Kurniasih TU. 2012. Analisis Kelayakan dan Pengembangan Usaha Perikanan
Jaring Insang Hanyut di Teluk Banten [skripsi]. Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor
Nazir M. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Hlm 63-68
Nelwan AFP, Susaniati W, Kurnia M. 2012. Produktivitas Daerah Penangkapan
Ikan Bagan Tancap yang Berbeda Jarak dari Pantai di Perairan Kabupaten
Jeneponto. Jurnal Akuatika. 4(1): 68-79
Pangesti TP, Nurani TW, Wiyono ES. 2011. Strategi pengelolaan untuk
meningkatkan produksi udang di Kabupaten Cilacap. Marine Fisheries.
2(2): 189-199

20
Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta(ID):
Ghalia Indonesia.
Saptanto S, Apriliani T. 2012. Aspek Penting dalam Pengembangan Pelabuhan
Perikanan Samudera Belawan untuk Mendukung Program Industrialisasi
Perikanan. Buletin Riset Sosek Kelautan dan Perikanan. 7(2): 46-53
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta(ID): Grafindo Persada.
[TPI] Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke. 2014. Laporan Bulanan
Kegiatan Tempat Pelelangan Ikan Koperasi Perikanan “Mina Jaya” DKI
Jakarta. Jakarta (ID): PPI Muara Angke.
[UPT] Unit Pelaksana PPI Muara Angke. 2013. Laporan Bulanan PPI Muara
Angke. Jakarta (ID): PPI Muara Angke.
Von Brandt. 2005. Fish Catching Methods of the World 4 th Edition. England
(UK): Fishing New Book Ltd. 523 hal.
Wiyono ES. 2010. Komposisi, Diversitas dan Produktivitas Sumberdaya Ikan
Dasar di Perairan Pantai Cirebon, Jawa Barat. Jurnal Ilmu Kelautan. 15(4):
214-220.
Wiyono ES, Yamada S, Tanaka E, Kitakido T. 2006. Dynamics of Fishing Gear
Allocation by Fishers in Small-Scale Coastal Fisheries of Palabuhanratu
Bay, Indonesia. Fisheries Research Journal. 12(2): 185-195.

21

LAMPIRAN
Lampiran 1 Data produksi hasil tangkapan dominan jaring cumi Februari 2014
Jenis Ikan
Bawal Hitam
Bilis
Cu