Tataniaga Hasil Tangkapan Ikan di PPI Muara Angke, Kotamadya Jakarta Utara

TATANIAGA HASIL TANGKAPAN IKAN
DI PPI MUARA ANGKE, KOTAMADYA JAKARTA UTARA

ZEPANYA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tataniaga Hasil
Tangkapan Ikan di PPI Muara Angke, Kotamadya Jakarta Utara adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.


Bogor, Desember 2013

Zepanya
C44080034

ABSTRAK
ZEPANYA. Tataniaga Hasil Tangkapan Ikan di PPI Muara Angke, Kotamadya
Jakarta Utara. Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan MULYONO S
BASKORO.
PPI Muara Angke memiliki potensi distribusi hasil tangkapan ikan yang
baik, dilihat dari letaknya yang sangat strategis, yaitu terletak di Ibukota Negara
dengan jumlah penduduk yang padat dan didukung dengan sarana yang memadai.
Jumlah hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke dan potensi
distribusi yang besar ini dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan
ekonomi nelayan, pedagang ikan, dan pelaku usaha perikanan lainnya jika
didukung oleh sistem tataniaga hasil tangkapan yang efisien. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi lembaga dan saluran tataniaga hasil tangkapan
ikan di PPI Muara Angke, mengidentifikasi fungsi-fungsi tataniaga yang
dilakukan masing-masing lembaga tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara
Angke, mengidentifikasi struktur dan perilaku pasar tataniaga hasil tangkapan

ikan di PPI Muara Angke, serta menganalisis efisiensi tataniaga hasil tangkapan
ikan di PPI Muara Angke. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui
pendekatan studi kasus. Berdasarkan hasil penelitian, lembaga tataniaga yang
terlibat yaitu nelayan, pedagang pengumpul, pedagang grosir dan pedagang
pengecer. Saluran tataniaga terpendek terjadi pada saluran yang melalui
pelelangan, yaitu meliputi nelayan dan pedagang pengecer. Saluran tataniaga
terpanjang terjadi pada saluran tidak melalui pelelangan, yaitu meliputi nelayan,
pedagang pengumpul, pedagang grosir muara angke, pedagang grosir non lokal
dan pedagang pengecer. Secara umum struktur pasar yang dihadapi oleh lembagalembaga tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke cenderung mengarah
ke pasar persaingan tidak sempurna. Sistem tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI
Muara Angke belum efisien.
Kata kunci: Efisiensi Tataniaga, PPI Muara Angke, Struktur Pasar

ABSTRACT
ZEPANYA . Marketing of Fish Catches in PPI Muara Angke , North Jakarta .
Supervised by WAWAN OKTARIZA and MULYONO S BASKORO.
PPI Muara Angke has a good potential in distribution of fish catches,
judging from its very strategic location, which is within a capital city with dense
population and sufficient means. Number of fish catches landing at PPI Muara
Angke and those great distribution potential can contribute to the economic

income of fishermen, fish traders, and other fishing businesses if supported by an
efficient marketing system of fish catches. This research aims to identify the
organizations and flow of commodities in the marketing system on PPI Muara
Angke, to identify the functions which are carried out by each organization in the
marketing system on PPI Muara Angke, to identify the structure and conduct
market of the marketing system catches on PPI Muara Angke , as well as to
analyze the efficiency marketing system catches on PPI Muara Angke. This
research uses descriptive method through the case study approach. Based on the
results of this study, the involved marketing firms is fishermen, collector trader,
wholesaler and retailer. The shortest channel occurs on the marketing system
through auctions, which includes fishermen and retailer. Longest channel occurs
on the marketing system which doesn’t involve auction, which includes fishermen,
collector trader, Muara Angke wholesaler, non local wholesaler and retailer. In
general, the market structure of fish catches in PPI Muara Angke tends to lead to
imperfect competition market. Marketing system of fish on PPI Muara Angke
inefficient.
Keywords : Marketing Efficiency, Market Structure , PPI Muara Angke

TATANIAGA HASIL TANGKAPAN IKAN
DI PPI MUARA ANGKE, KOTAMADYA JAKARTA UTARA


ZEPANYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judu1 Skripsi : Tataniaga Hasil Tangkapan Ikan di PPI Muara Angke,
Kotamadya Jakarta Utara
Nama
: Zepanya
NIM

: C44080034
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:
Komisi Pembimbing

Ketua,

Anggota,

Ir. Wa n Oktariza, M.Si
NIP: 19661016199103 1 004

Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc
NIP: 19620303 198803 1 001

Diketahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Tanggal Lulus:


1 B セec@

2013

Judul Skripsi : Tataniaga Hasil Tangkapan Ikan di PPI Muara Angke,
Kotamadya Jakarta Utara
Nama
: Zepanya
NIM
: C44080034
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:
Komisi Pembimbing

Ketua,

Anggota,


Ir. Wawan Oktariza, M.Si
NIP: 19661016 199103 1 004

Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc
NIP: 19620303 198803 1 001

Diketahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc
NIP: 19621223 198703 1 001

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala kasih dan
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan sesuai dengan harapan.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar sarjana
pada Departemen Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November 2012

sampai dengan Desember 2012 dengan judul skripsi yaitu Tataniaga Hasil
Tangkapan Ikan di PPI Muara Angke, Kotamadya Jakarta Utara.
Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis ucapkan
kepada:
1. Ir. Wawan Oktariza, M.Si selaku pembimbing pertama dan Prof. Dr. Ir.
Mulyono S Baskoro, M.Sc selaku pembimbing kedua yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis selama penyelesaian skripsi.
2. Dr. Sugeng Hari Wisudo, M.Si atas arahan dan masukannya selaku dosen
penguji pada sidang skripsi.
3. Dr. Yopi Novita, S.Pi, M.Si atas arahan dan masukannya selaku komisi
pendidikan Departemen PSP pada sidang skripsi.
4. Seluruh dosen PSP yang telah memberikan pengajaran selama masa
perkuliahan dan staf departemen PSP, Mbak Fina, Pak Zulfa, Mang Yana,
Mang Isman dan Teh Hani.
5. Nugroho Syamsubagiyo, SE, MM selaku kepala UPT PKPP & PPI Muara
Angke dan Samsuri, S.Sos, M.Si selaku kepala Pasar Grosir Muara Angke
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Adiyanto Kusuma, S.Pt yang telah membantu dalam proses pengumpulan
data.
7. Mamak, Kakak, Abang dan Jabian atas dukungan, doa dan kasih sayang yang

tiada henti.
8. Saudara segamparan ex-Terror’s: Gepeng dan Gero atas dukungan serta
kebersamaannya selama ini;
9. Penghuni dan Alumni Asrama Sylvalestari dan Sylvapinus, Komisi Diaspora
PMK IPB, Komunitas Pondok Bang Iwan serta Rekan-rekan PSP 45 atas
dukungan serta kebersamaannya selama ini.
10. Pihak Eka Tjipta Foundation yang telah memberikan beasiswa kepada penulis
selama masa studi 4 tahun di Institut Pertanian Bogor.
11. Seluruh pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.

Bogor, Desember 2013

Zepanya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................1
Perumusan Masalah ...........................................................................................3
Tujuan Penelitian ...............................................................................................5
Manfaat Penelitian .............................................................................................5
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................6
Metode Penelitian...............................................................................................6
Bahan dan Alat ...................................................................................................6
Jenis dan Sumber Data .......................................................................................6
Metode Pengambilan Sampel.............................................................................7
Analisis Data ......................................................................................................8
Analisis Lembaga dan Fungsi-Fungsi Tataniaga .........................................8
Analisis Saluran Tataniaga
..........................................................8
Analisis Struktur dan Perilaku Pasar ............................................................9
Analisis Margin Tataniaga ...........................................................................9
Analisis Bagian Harga yang Diterima Nelayan ...........................................9
Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya .......................................................10
Analisis Efisiensi Tataniaga .......................................................................10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Lembaga Tataniaga ..........................................................................................11
Nelayan ......................................................................................................11
Pedagang Perantara ....................................................................................16
Saluran Tataniaga .............................................................................................18
Saluran Tataniaga I ....................................................................................19
Saluran Tataniaga II ...................................................................................20
Saluran Tataniaga III ..................................................................................21
Fungsi-Fungsi Tataniaga ..................................................................................22
Fungsi-Fungsi Tataniaga di Tingkat Nelayan ............................................23
Fungsi-Fungsi Tataniaga di Tingkat Pedagang Pengumpul ......................25
Fungsi-Fungsi Tataniaga di Tingkat Pedagang Grosir...............................26
Fungsi-Fungsi Tataniaga di Tingkat Pedagang Pengecer ........................227
Struktur Pasar ...................................................................................................28
Struktur Pasar di Tingkat Nelayan .............................................................28
Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengumpul ........................................29
Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Grosir ................................................29
Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer ...........................................30
Perilaku Pasar ...................................................................................................30
Praktik Pembelian dan Penjualan ...............................................................30
Sistem Penentuan dan Pembentukan Harga ...............................................31

Sistem Pembayaran ................................................................................... 31
Kerjasama antar Lembaga ......................................................................... 32
Analisis Keragaan Pasar .................................................................................. 32
Margin Tataniaga....................................................................................... 32
Bagian Harga yang Diterima Nelayan ....................................................... 35
Rasio Keuntungan dan Biaya .................................................................... 37
Efisiensi Tataniaga .......................................................................................... 37
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................
Kesimpulan ...................................................................................................... 40
Saran ................................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 42
LAMPIRAN .......................................................................................................... 44

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jumlah produksi ikan yang didaratkan di Jakarta Utara menurut
pelabuhan perikanan tahun 2007-2011 ........................................................1
Produksi dan nilai produksi ikan dominan yang didaratkan
di PPI Muara Angke tahun 2011 ..................................................................2
Data yang diperlukan dan sumbernya .....................................................227
Fungsi-fungsi tataniaga ................................................................................8
Sebaran jenis alat tangkap nelayan responden di PPI Muara Angke
tahun 2012 ..................................................................................................11
Perkembangan jumlah dan jenis alat tangkap di PPI Muara Angke
tahun 2007-2011 ....................................................................................112
Sebaran ukuran kapal nelayan responden di PPI Muara Angke
tahun 2012 ..................................................................................................12
Perkembangan jumlah armada perikanan di PPI Muara Angke menurut
kelompok ukuran GT tahun 2007-2011 .....................................................13
Sebaran jumlah ABK dan lama trip nelayan responden di PPI Muara
Angke tahun 2012 ......................................................................................14
Sebaran produksi per trip nelayan responden di PPI Muara Angke
tahun 2012 ..................................................................................................14
Volume dan nilai produksi ikan hasil tangkapan per bulan di PPI Muara
Angke tahun 2011 ......................................................................................15
Volume dan nilai produksi di PPI Muara Angke tahun 2007-2011 ...........16
Sebaran umur, pengalaman dan jenis kelamin pedagang responden ........17
Fungsi-fungsi tataniaga hasil tangkapan ikan dominan di PPI Muara
Angke ........................................................................................................24
Karakteristik dan struktur tataniaga pertanian ..........................................28
Ringkasan margin tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke ..33
Bagian harga yang diterima nelayan pada saluran tataniaga hasil
tangkapan ikan di PPI Muara Angke ........................................................36

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kapal Motor Jaring Cumi (a), Purse Seine (b) dan Gill Net (c) di PPI
Muara Angke ............................................................................................ 13
Nelayan Responden Nelayan Jaring Cumi (a), Nelayan Purse Seine (b)
dan Nelayan Gill Net (c) di PPI Muara Angke ......................................... 16
Pedagang Grosir Pasar Grosir Muara Angke (a) dan Pedagang Pengecer
Pasar Ikan Luar Batang (b) ....................................................................... 18
Saluran Tataniaga 1 Hasil Tangkapan Ikan di PPI Muara Angke
melalui Pelelangan ................................................................................. 1919
Saluran Tataniaga 2 Hasil Tangkapan Ikan di PPI Muara Angke
Tidak melalui Pelelangan .......................................................................... 20
Saluran Tataniaga 3 Hasil Tangkapan Ikan di PPI Muara Angke
Tidak melalui Pelelangan .......................................................................... 21
Aktivitas pelelangan ikan di PPI Muara Angke ....................................... 25
Alat pengangkut ikan (gerobak) di PPI Muara Angke (a) dan
Keranjang ikan (trays) di PPI Muara Angke (b) ....................................... 26
Contoh transportasi yang digunakan pedagang pengecer melakukan
fungsi pengangkutan ................................................................................. 27

DAFTAR LAMPIRAN
1 Layout lokasi penelitian ....................................................................... 44445
2 Data profil responden nelayan di PPI Muara Angke ........................... 44446
3 Data profil responden pedagang perantara tataniaga
hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke .......................................... 44447
4 Analisis margin tataniaga hasil tangkapan ikan saluran Ia dan Ib ..... 44449
5 Analisis margin tataniaga hasil tangkapan ikan saluran II .................. 44450
6 Analisis margin tataniaga hasil tangkapan ikan saluran IIIa ............... 44451
7 Analisis margin tataniaga hasil tangkapan ikan saluran IIIb ............... 44453
8 Analisis margin tataniaga hasil tangkapan ikan saluran IIIc ............... 44454
9 Rasio keuntungan dan biaya tataniaga hasil tangkapan ikan
saluran Ia, Ib dan II ............................................................................. 44455
10 Rasio keuntungan dan biaya tataniaga hasil tangkapan ikan
saluran IIIa, IIIb dan IIIc .................................................................... 44456

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan wilayah Ibukota Negara yang
memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi. Bahkan, pada tahun 2009 DKI
Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia dengan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 13.925 jiwa/ km2 (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2010). Peduduk DKI
Jakarta tahun 2011 berjumlah 10.187.595 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk yaitu 15.381 km2/ jiwa (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2013). Menurut
Hanafiah dan Saeffudin (2006) jumlah penduduk di suatu tempat atau negeri
merupakan konsumen potensial. Artinya jumlah penduduk yang cukup banyak di
DKI Jakarta merupakan konsumen potensial terhadap konsumsi bahan makanan,
termasuk ikan. Berdasarkan hasil kegiatan sosialisasi penghitungan angka
konsumsi ikan 2010 yang diselenggarakan oleh Subdit Analisa dan Informasi
Pemasaran Dalam Negeri, Direktorat Pemasaran Dalam Negeri, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, angka konsumsi ikan pada tahun 2010 di Wilayah DKI
Jakarta mencapai 23,45 kg/ kapita/ tahun (Anonim, 2011). Dibutuhkan peranan
distribusi hasil tangkapan ikan sebagai jembatan penyedia kebutuhan konsumen
terhadap konsumsi ikan dan memperlancar upaya untuk pemenuhan kebutuhan
tersebut. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) hal ini membutuhkan kecepatan
dan fasilitas pengangkutan, wadah fasilitas penyimpanan dan pendinginan,
pembiayaan dan mengharuskan tersedianya jasa-jasa penting lainnya untuk
mengumpulkan hasil perikanan dari banyak usaha perikanan atau pelabuhan
perikanan serta menyalurkannya kepada konsumen yang tersebar di seluruh
daerah.
Tabel 1 Jumlah produksi ikan yang didaratkan di Jakarta Utara menurut pelabuhan
perikanan tahun 2007-2011
(ton)
Tahun

Pelabuhan Perikanan
2007

2008

2009

2010

2011

PPI Muara Angke

9.307,95

6.464,71

18.269,06

16.620,89

20.624,70

PPS Muara Baru

99.992,39

16.804,03

93.003,23

90.763,97

182.998,86

PPI Pasar Ikan

722,31

183,74

160,22

164,12

-

TPI Kamal Muara

521,25

467,58

430,11

433,57

271,09

TPI Kalibaru

533,40

473,65

503,72

496,29

348,35

TPI Cililncing

263,96

276,52

213,54

205,39

121,95

Sumber: Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, 2008, 2009, 2010,
2011 dan 2012 (data diolah kembali)
Kotamadya Jakarta Utara merupakan pusat perikanan di DKI Jakarta.
Wilayah ini merupakan pusat distribusi hasil tangkapan ikan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi ikan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Di wilayah ini
terdapat beberapa pelabuhan atau pusat pendaratan ikan seperti PPS Muara Baru,
PPI Muara Angke, PPI Pasar Ikan, PPI Kamal Muara, PPI Kali Baru dan PPI

2

Cilincing. PPI Muara Angke merupakan salah satu pusat distribusi hasil
tangkapan ikan yang cukup penting di Jakarta Utara, hal ini ditunjukkan dengan
cukup besarnya jumlah produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke sejak
periode 2007-2011 (Tabel 1).
Jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke beraneka
ragam. Komposisi jenis hasil tangkapan ikan dominan yang didaratkan di PPI
Muara Angke yaitu cumi-cumi mencapai 5.861.756 kilogram atau sebesar 43,75%
dari total seluruh jenis ikan dengan nilai produksi sebesar 50,51 %. Selanjutya
ikan tenggiri dengan volume dan nilai produksi secara berturut-turut sebesar
3,43% dan 5,57%, ikan layang sebesar 9,16% dan 4,92%, ikan lemuru sebesar
3,80% dan 4,09% serta ikan tembang sebesar 4,86% dan 3,76% dari total seluruh
jenis ikan (Tabel 2).
Tabel 2 Produksi dan nilai produksi ikan dominan yang didaratkan di PPI Muara
Angke tahun 2011
No

Jenis Ikan

1.

Cumi-Cumi

2.

Tenggiri

3.

Volume Produksi
Kg

%

Nilai Produksi
Rp

%

5.861.756

43,75

22.599.763.112

50,51

459.555

3,43

2.490.511.398

5,57

Layang

1.227.448

9,16

2.203.159.615

4,92

4.

Lemuru

509.395

3,80

1.828.190.848

4,09

5.

Tembang

651.738

4,86

1.682.206.329

3,76

Sumber. Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan
Pangkalan Pendaratan Ikan (UPT PKPP & PPI) Muara Angke, 2012
PPI Muara Angke memiliki potensi distribusi hasil tangkapan ikan yang
cukup baik, dilihat dari letaknya yang sangat strategis, yaitu terletak di Ibukota
Negara dengan jumlah penduduk yang padat dan didukung dengan sarana yang
memadai. Jumlah hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke dan
potensi distribusi yang besar ini dapat memberikan kontribusi terhadap
pendapatan ekonomi nelayan, pedagang ikan, dan pelaku usaha perikanan lainnya
jika didukung oleh sistem tataniaga hasil tangkapan yang efisien.
Di Indonesia istilah tataniaga disamakan dengan pemasaran atau distribusi.
Perdagangan biasanya dijalankan melalui pasar maka tataniaga disebut juga
pemasaran atau marketing (Safitri, 2009). Limbong dan Sitorus (1987)
menyatakan bahwa pemasaran mencakup segala aktivitas yang diperlukan dalam
pemindahan hak milik yang menyelenggarakan saluran fisiknya termasuk jasajasa dan fungsi-fungsi dalam menjalankan distribusi barang dari produsen sampai
ke konsumen termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan
perubahan-perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk mempermudah
penyaluran dan memberikan kepuasan yang lebih tingi kepada konsumen. Dengan
kata lain tataniaga merupakan serangkaian fungsi yang diperlukan untuk
menggerakkan produksi mulai dari produsen utama hingga sampai ke konsumen
akhir. Konsep ini menunjukkan adanya kegunaan bentuk, kegunaan waktu,
kegunaan tempat, dan kegunaan hak milik yang menyebabkan tataniaga
merupakan kegiatan yang produktif.

3

Menurut Limbong dan Sitorus (1987) tataniaga disebut efisien apabila
tercipta keadaan dimana pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembagalembaga tataniaga maupun konsumen memperoleh kepuasaan dengan adanya
aktivitas tataniaga tersebut. Dengan adanya efisiensi tataniaga hasil tangkapan
ikan diharapkan kesehjateraan nelayan, pedagang ikan, dan pelaku usaha
perikanan lainnya meningkat yang nantinya mempengaruhi terciptanya
pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Pengkajian mengenai
sistem tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke perlu dilakukan untuk
mengetahui gambaran karakterisitik tataniaga, seperti lembaga tataniaga yang
terlibat, saluran dan fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan lembaga tersebut,
stuktur pasar, perilaku pasar serta efisiensi tataniaga hasil tangkapan ikan tersebut.
Batasan penelitian ini menganalisis kegiatan tataniaga hasil tangkapan
ikan dominan di PPI Muara Angke dilihat dari struktur pasar, perilaku pasar dan
keragaan pasar serta melihat lembaga tataiaga apa saja yang terlibat, bagaimana
salurannya dan fungsi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut dalam
kegiatan tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke. Dalam analisis
tersebut dapat diidentifikasi bagaimana efisiensi tataniaga hasil tangkapan ikan
yang kemudian memberikan gambaran secara umum mengenai kegiatan tataniaga
hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke.

Perumusan Masalah
PPI Muara Angke memiliki potensi distribusi hasil tangkapan yang cukup
baik karena letaknya strategis, yaitu di Ibukota Negara dengan kepadatan
penduduk tinggi dan sarana yang memadai. Bahkan, konsumen akhir yang
menjadi tujuan distribusi hasil tangkapan ikan tidak hanya di DKI Jakarta saja,
tetapi juga termasuk daerah luar Jakarta, seperti Bogor, Tangerang, Depok dan
Bekasi. Kebutuhan konsumsi ikan ini sebagai daya tarik nelayan baik dari
perairan Jakarta maupun dari luar Jakarta untuk mendaratkan hasil tangkapan ikan
di PPI Muara Angke sehingga produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke
cukup besar.
Tataniaga merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan usaha
produksi, karena tataniaga merupakan ujung tombak untuk menilai berhasil
tidaknya usaha yang dijalankan. Tujuan akhir dari suatu proses produksi
menghasilkan produk untuk dipasarkan atau dijual dengan harapan mendapat
imbalan berupa penghasilan dan keuntungan yang memadai (Safitri, 2009).
Beberapa permasalahan tataniaga hasil tangkapan ikan di Indonesia
diantaranya yaitu masalah pola saluran tataniaga. Menurut Hanafiah dan Saefudin
(2006) bila pedagang perantara yang dilalui banyak, maka dikatakan bahwa
saluran tataniaga hasil tangkapan tersebut panjang. Saluran tataniaga yang
panjang biasanya mengurangi efisiensi tataniaga dan berpengaruh pada
menurunnya tingkat pendapatan dan kesehjateraan nelayan. Permasalahannya
yaitu nelayan memiliki ikatan dengan pedagang pengumpul di daerah produksi
dan di daerah konsumsi pedagang eceran memiliki ikatan dengan pedagang grosir.
Ikatan tersebut menyebabkan nelayan tidak dapat menghindari saluran tataniaga
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer juga tidak dapat menghindari
saluran tataniaga pedagang grosir sehingga saluran tataniaga menjadi panjang.

4

Ikatan tersebut lebih banyak disebabkan karena masalah permodalan nelayan dan
perkreditan. Nelayan mencari modal pinjaman (kredit) dari pihak pedagang
pengumpul (tengkulak) atau dari tukang pembunga uang (pelepas uang), agar
dapat melanjutkan usaha penangkapan ikan, walaupun dengan tingkat bunga yang
tinggi. Praktik perkreditan tersebut menyebabkan bergaining position nelayan
lemah dalam penentuan harga hasil tangkapan ikan, bahkan tengkulaklah yang
menentukan harga hasil tangkapan ikan nelayan.
Tataniaga hasil tangkapan dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga yang
melakukan serangkaian fungsi tataniaga. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan
lembaga-lembaga tataniaga bertujuan untuk menyampaikan hasil tangkapan ikan
dari nelayan kepada konsumen dengan melakukan kegiatan produktif yang terjadi
dalam upaya menciptakan atau menambah nilai guna bentuk, waktu, tempat dan
kepemilikan. Seringkali fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan lembaga-lembaga
tataniaga tidak efektif. Hal ini mengakibatkan tidak adanya efisiensi tataniaga
hasil tangkapan ikan yang berpengaruh pada kesehjateraan nelayan, lembaga
pelaku usaha penangkapan ikan, dan masyarakat sebagai konsumen akhir.
Bila lembaga-lembaga tataniaga ini melaksanakan fungsinya dengan baik
maka akan terjadi mekanisme pasar yang kompetitif. Akan tetapi pada
kenyataannya, ada lembaga tertentu yang berperan dominan dalam akses pasar
sehingga menimbulkan permasalahan sistem pasar yang tidak kompetitif. Sistem
pasar yang tidak kompetitif menyebabkan keterbatasan akses nelayan terhadap
pasar baik dalam memasarkan hasil tangkapannya maupun dalam memperoleh
informasi pasar. Informasi pasar umumnya hanya dimiliki oleh pihak-pihak
tertentu dalam rantai pasokan komoditi, yaitu pedagang perantara. Keterbatasan
informasi pasar mengakibatkan nelayan menjual hasil tangkapan kepada pedagang
perantara dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar yang sesungguhnya
disetujui pasar.
Menurut Kusnadi (2007) sebagian besar kategori sosial nelayan Indonesia
terdiri dari nelayan tradisional dan nelayan buruh. Nelayan tersebut merupakan
penyumbang utama kuantitas produksi perikanan tangkap nasional. Sebagian
besar usaha penangkapan ikan dilakukan oleh nelayan. Sebagai pengguna utama
sumberdaya perikanan seharusnya nelayan dapat merasakan keuntungan yang
setimpal dari pemanfaatan sumberdaya tersebut.
Posisi tawar antar lembaga-lembaga tataniaga akan mempengaruhi margin
di masing-masing tingkat lembaga tataniaga, yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada tingkat keuntungan yang diterima oleh pedagang perantara
maupun nelayan. Margin tataniaga yang diperoleh dari perbedaan harga jual
nelayan dan harga yang dibayarkan konsumen akhir dapat menggambarkan
seberapa efisien saluran tataniaga yang ditempuh nelayan. Besarnya margin
tataniaga, bagian harga yang diterima nelayan serta rasio keuntungan dan biaya
akan menentukan efisiensi tataniaga. Sistem tataniaga yang efiesien akan
menciptakan kondisi usaha yang menguntungkan bagi nelayan dan pelaku-pelaku
tataniaga yang terlibat.
Melihat kondisi tersebut ada beberapa permasalahan yang terjadi dan perlu
dikaji antara lain:
1. Bagaimana lembaga dan saluran tataniaga hasil tangkapan ikan yang ada di
PPI Muara Angke?

5

2. Fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan masing-masing lembaga
tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke?
3. Bagaimana struktur dan perilaku pasar tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI
Muara Angke?
4. Bagaimana efisiensi tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi lembaga dan saluran tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI
Muara Angke.
2. Mengidentifikasi fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan masing-masing
lembaga tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke.
3. Mengidentifikasi struktur dan perilaku pasar tataniaga hasil tangkapan ikan di
PPI Muara Angke.
4. Menganalisis efisiensi tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Dapat dijadikan proses pembelajaran serta penerapan ilmu yang telah
diperoleh peneliti.
2. Dapat memberikan informasi bagi UPT PKPP & PPI Muara Angke dan dapat
dijadikan landasan untuk mengatur tataniaga hasil tangkapan ikan.
3. Dapat menambah pengetahuan serta dapat menjadi referensi dalam penelitian
berikutnya bagi pembaca dan pihak lain.

6

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PPI Muara Angke, Kotamadya Jakarta Utara,
Provinsi DKI Jakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2012
sampai Desember 2012.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan studi
kasus. Sevilla et al (1993) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai
kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang
berjalan dari pokok suatu penelitian. Tujuan utama menggunakan metode ini
untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat
penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
Pendekatan dengan studi kasus menurut Nazir (2003) adalah penelitian
tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau
khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus untuk memberikan
gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakterkarakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari
sifat-sifat tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Dengan
dilakukan studi kasus deskriptif, maka hasil penelitian dapat menggambarkan
tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari interview guided
atau panduan wawancara sebagai bahan wawancara dan data sekunder yang
berkaitan dengan tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke. Alat yang
digunakan terdiri dari alat tulis dan kamera.

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara
kepada nelayan, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer
dengan menggunakan interview guided atau panduan wawancara yang telah
disiapkan sebelumnya. Data sekunder bersumber dari berbagai instansi dan
lembaga pemerintah yang terkait dengan masalah penelitian diantaranya Dinas
Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, Kantor Unit Pelaksana Teknis Pengelola
Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan (UPT PKPP &
PPI) Muara Angke, dan Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Data

7

sekunder lainnya dapat diperoleh dari bahan pustaka maupun dari referensi lain
yang relevan yang dapat menunjang dalam penulisan penelitian ini. Data-data
yang diperlukan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Data yang diperlukan dan sumbernya
No

Data

Sumber Data

1.

Lembaga dan saluran tataniaga hasil tangkapan ikan di
PPI Muara Angke.

Primer (interview guided)

2.

Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan lembaga
tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara Angke.

Primer (interview guided)

3.

Struktur dan perilaku pasar hasil tangkapan ikan di PPI
Muara Angke

Primer (interview guided)

4.

Efisiensi tataniaga hasil tangkapan ikan di PPI Muara
Angke

Primer (interview guided)

5.

Perkembangan jumlah dan jenis armada perikanan, alat
tangkap, dan produksi hasil tangkapan ikan di PPI
Muara Angke

Sekunder (UPT PKPP & PPI
Muara Angke)

Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan melalui:
1. Pengumpulan data melalui pengamatan, dalam istilah sederhana adalah proses
dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian (Sevilla et al, 1993).
2. Pengumpulan data melalui wawancara, adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara
si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guided atau panduan wawancara
(Nazir, 2003).
3. Pengumpulan data melalui studi pustaka, memperoleh berbagai data dan
informasi yang bisa menunjang penelitian seperti landasan teori, data-data,
artikel-artikel serta rujukan-rujukan yang relevan dengan topik penelitian.

Metode Pengambilan Sampel
Penelusuran dan pemilihan responden untuk nelayan dalam penelitian ini
dilakukan secara purposive sampling. Menurut Made (2006) purposive sampling
adalah pengambilan responden yang dilakukan secara sengaja tetapi dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan dalam penelitian ini nelayan responden
merupakan nelayan yang hasil tangkapannya merupakan lima ikan dominan yang
didaratkan di PPI Muara Angke yaitu nelayan dengan ikan hasil tangkapan cumicumi, ikan tenggiri, lemuru, layang dan tembang.
Pengambilan responden terhadap beberapa kelompok pedagang dilakukan
dengan cara snowball sampling. Penarikan sampel untuk pedagang dan lembaga
tataniaga lainnya dengan cara mengikuti alur tataniaga hingga produk sampai ke
konsumen dan menelusuri saluran tataniaga ikan hasil tangkapan di daerah
penelitian berdasarkan informasi yang didapat dari pelaku pasar yaitu mulai dari

8

tingkat nelayan sampai pedagang pengecer. Responden yang terlibat dalam
penelitian ini sejumlah 46 responden yang terdiri dari 7 nelayan, 5 pedagang
pengumpul, 15 pedagang grosir dan 19 pedagang pengecer.

Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui secara mendalam mengenai pola saluran tataniaga, lembaga
tataniaga yang terlibat, fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masingmasing lembaga tataniaga serta struktur dan perilaku pasar yang terjadi. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis margin tataniaga, bagian
harga yang diterima nelayan serta rasio keuntungan dan biaya.
Analisis Lembaga dan Fungsi-Fungsi Tataniaga
Lembaga tataniaga berperan sebagai perantara penyampaian barang dari
produsen ke konsumen. Menurut Kohls dan Uhl (2002), pendekatan kelembagaan
lebih menekankan kepada orang atau lembaga tataniaga yang menjadi pelaku
aktivitas tataniaga. Analisis fungsi tataniaga dilihat berdasarkan kegiatan pokok
yang dilakukan masing-masing lembaga tataniaga. Analisis dari fungsi tataniaga
dapat digunakan untuk mengevaluasi biaya tataniaga. Dengan memperhatikan
fungsi-fungsi tataniaga ini memungkinkan diperbaiki proses tataniaga serta
meniadakan hambatan-hambatan dalam proses tataniaga (Sudiyono, 2002).
Tabel 4 Fungsi-fungsi tataniaga
No
1

Macam Fungsi
Fungsi Pertukaran

Jenis Fungsi
Fungsi Pembelian
Fungsi Penjualan

2

Fungsi Fisik

Fungsi Penyimpanan
Fungsi Pengemasan
Fungsi Pengangkutan

3

Fungsi Fasilitas

Standarisasi dan Grading
Fungsi Penanggungan Resiko
Fungsi Pembiayaan
Fungsi Informasi Harga

Sumber: Limbong dan Sitorus, 1987
Analisis Saluran Tataniaga
Metode analisis ini digunakan untuk mengetahui aliran tataniaga hasil
tangkapan ikan dari pihak produsen sampai ke konsumen. Panjang pendeknya
saluran tataniaga yang dilalui hasil tangkapan ikan tergantung pada beberapa
faktor, diantaranya jarak antara produsen dan konsumen, mudah tidaknya produk
itu rusak, skala produksi dan posisi keuangan perusahaan. Alur tataniaga hasil
tangkapan ikan ditelusuri mulai dari nelayan sampai kepada pengecer dan
nantinya akan sampai ke konsumen akhir. Alur tataniaga ini yang akan menjadi
dasar dalam penggambaran pola tataniaga dari komoditi hasil tangkapan ikan.

9

Semakin panjang saluran tataniaga, maka saluran tataniaga tersebut semakin tidak
efisien karena margin yang tercipta dari semakin panjangnya saluran tataniaga
semakin besar antara nelayan dan konsumen akhir. Perbedaan saluran tataniaga
yang dilalui suatu komoditi akan mempengaruhi pembagian pendapatan yang
diterima masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat didalamnya (Limbong
dan Sitorus, 1987).
Analisis Struktur dan Perilaku Pasar
Analisis ini diperlukan untuk mengetahui kecenderungan struktur suatu
pasar, apakah mendekati persaingan sempurna atau persaingan tidak sempurna
dengan melihat komponen-komponen yang mengarahkan pasar ke arah struktur
tertentu. Beberapa indikator untuk menganalisa struktur pasar yaitu jumlah
pedagang pengumpul di tiap tingkat tataniaga, hambatan masuk dan keluar usaha
tataniaga, metoda transaksi, frekuensi transaksi, sifat dan karakter dari hasil
tangkapan ikan, sistem kelembagaan dan tataniaga, serta hak dan kontrol pelaku
tataniaga (Sudiyono, 2002).
Perilaku pasar dapat diketahui melalui tata cara penjualan dan pembelian
serta keterkaitan antara berbagai lembaga tataniaga yang terlibat dan sistem
penentuan harga dan sistem pembayarannya (Dahl dan Hammond, 1977).
Analisis Margin Tataniaga
Margin tataniaga merupakan perbedaan harga antara produsen dan
konsumen tingkat akhir, dimana didalamnya terdapat harga penambahan nilai
kegunaan dan fungsi serta keuntungan bagi lembaga tataniaga. Menurut Sudiyono
(2002) secara matematis margin tataniaga dapat dituliskan sebagai berikut.
Mi = Ci + i
Dimana:
Mi
= Margin tataniaga pada lembaga ke-i
Ci
= Biaya tataniaga pada lembaga ke-i
i
= Keuntungan lembaga tataniaga pada lembaga ke-i
Besarnya total margin tataniaga atau margin total (MT) pada suatu saluran
tataniaga tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari margin pada masingmasing lembaga tataniaga yang terlibat. Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut.
MT = ∑ Mi
Dimana:
MT = Margin total
Mi
= Margin tataniaga pada lembaga ke-i
Analisis Bagian Harga yang Diterima Nelayan
Kriteria lain yang dapat menentukan efisiensi tataniaga suatu komoditas
perikanan yaitu bagian harga yang diterima nelayan atau biasa disebut fisherman’s
share. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) Fisherman’s share merupakan
bagian harga yang diterima nelayan terhadap harga yang dibayarkan oleh
konsumen akhir dan dinyatakan dalam presentase. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Fsi = Pfi/ Pri × 100%

10

Dimana:
Fsi = Persentase bagian harga yang diterima petani waktu ke-i
Pfi = Harga di tingkat nelayan waktu ke-i
Psi = Harga di tingkat konsumen waktu ke-i
Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya
Analisis ini digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan
dan biaya pada masing-masing lembaga tataniaga. Menurut Sudiyono (2002) rasio
keuntungan dan biaya secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
Rasio Keuntungan dan Biaya = πi/ Ci
Dimana :
πi = Keuntungan lembaga tataniaga waktu ke-i
Ci = Biaya tataniaga waktu ke-i
Analisis Efisiensi Tataniaga
Tataniaga disebut efisien apabila tercipta keadaan dimana pihak-pihak
yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga tataniaga maupun konsumen
memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas tataniaga tersebut. Efisiensi
tataniaga merupakan maksimalisasi dari rasio input dan output. Perubahan yang
mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan
meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi biaya input tetapi
mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi tataniaga (Limbong
dan Sitorus, 1987). Kinerja tataniaga merupakan bagaimana suatu sistem tataniaga
dijalankan dan apa yang diharapkan oleh lembaga-lembaga atau pihak yang
terlibat di dalamnya. Efisiensi yang tinggi menggambarkan kinerja tataniaga yang
baik, sedangkan efisiensi yang rendah berarti sebaliknya (Safitri, 2009).
Tataniaga yang efisien merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam
suatu sistem tataniaga. Suatu saluran tataniaga dapat dikatakan efisien
berdasarkan dari hasil analisis tataniaga yang meliputi: saluran dan lembaga
tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga, struktur pasar, perilaku pasar serta keragaan
pasar yang berdasarkan pada tiga indikator yaitu margin tataniaga, farmer’s share,
serta rasio keuntungan dan biaya (Asmarantaka, 2008). Menurut Limbong dan
Sitorus (1987), rendahnya nilai margin tataniaga suatu komoditi belum tentu dapat
mencerminkan efisiensi yang tinggi dalam pemasaran suatu komoditi. Salah satu
indicator yang berguna adalah memperbandingkan bagian farmer’s share dari
harga yang dibayar dari konsumen akhir. Menurut Soekartawi dalam Fajarwulan
(2008) efisiensi tataniaga akan terjadi bila: (1) biaya tataniaga dapat ditekan
sehingga keuntungan tataniaga dapat lebih tinggi. (2) persentase perbedaan harga
yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi. (3) Tersedianya
fasilitas fisik tataniaga yang memadai untuk melancarkan transaksi jual beli
barang, penyimpanan, transportasi. (4) Adanya kompetisi pasar yang sehat.
.

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Lembaga Tataniaga
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986) lembaga tataniaga adalah badanbadan yang menyelenggarakan kegiatan tataniaga dengan mana barang-barang
bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Menurut Kohls dan Uhl
(2002), pendekatan kelembagaan lebih menekankan kepada orang atau lembaga
tataniaga yang menjadi pelaku aktivitas tataniaga. Sistem tataniaga hasil
tangkapan ikan di PPI Muara Angke melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu
nelayan yang berperan sebagai produsen serta pedagang perantara yang terdiri
dari pedagang pengumpul, pedagang grosir dan pedagang pengecer. Lembaga
tataniaga ini memiliki karakteristik tertentu yang mempengaruhi kegiatan
tataniaga dari titik produksi ke titik konsumsi.
Nelayan
Nelayan merupakan produsen sebagai penghasil tangkapan ikan. Nelayan
responden merupakan nelayan di kawasan PPI Muara Angke yang menangkap
hasil tangkapan ikan dominan yang terdiri dari cumi-cumi, ikan tenggiri, lemuru,
tembang dan layang. Alat tangkap yang digunakan nelayan responden untuk
mendapatkan hasil tangkapan ikan dominan terdiri dari alat tangkap boukeami,
jaring cumi, purse seine dan gill net. Sebanyak 14,29% nelayan responden
menggunakan alat tangkap boukeami, serta 28,57% menggunakan alat tangkap
jaring cumi, purse seine dan gill net (Tabel 5). Nelayan memilih alat tangkap
purse seine karena hasil tangkapannya cukup banyak, beragam dan dapat
dioperasikan kapan saja. Jaring cumi dan boukeami dipilih sebagai alat tangkap
oleh nelayan karena menjanjikan jumlah hasil tangkapan yang mempunyai harga
stabil dan musim penangkapan yang stabil pula.
Tabel 5 Sebaran jenis alat tangkap nelayan responden di PPI Muara Angke tahun
2012
Jumlah
(unit)

Persentase
(%)

Jaring Cumi

2

28,57

Boukeami

1

14,29

Purse Seine

2

28,57

Gill Net

2

28,57

Jenis Alat Tangkap

Sumber: Data Primer, 2012
Pada tahun 2011 alat tangkap jaring cumi di PPI Muara Angke berjumlah
787 unit, sedangkan jumlah alat tangkap purse seine sebanyak 274 unit dan gill
net 119 unit. Jumlah unit alat tangkap yang terbanyak di PPI Muara Angke tahun
2011 yaitu Boukeami sebanyak 1225 unit. Sejak tahun 2007 sampai dengan 2011
alat tangkap jaring cumi mengalami pertumbuhan tiap tahunnya dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 6,24%, sedangkan boukeami, purse seine dan gill net ratarata pertumbuhannya tiap tahunya sebesar -6,13%, 18,39% dan 26,99 % (Tabel 6).

12

Tabel 6 Perkembangan jumlah dan jenis alat tangkap di PPI Muara Angke tahun
2007-2011
Tahun
2007
(unit)

2008
(unit)

2009
(unit)

2010
(unit)

2011
(unit)

Rata-Rata
Pertumbuhan
(%)

1.619

1.277

1.367

1.361

1.225

-6,13

Bubu

211

235

105

102

243

22,79

Jaring cumi

621

679

767

798

787

6,24

Purse seine

485

560

116

115

274

18,39

Gill Net

173

261

50

50

119

26,99

Cantrang

125

65

-

-

-

-37,00

Lainnya

58

61

364

43

102

137,73

3.292

3.138

2.769

2.469

2.750

-4,91

-13,33

-12,15

10,21

Jenis Alat Tangkap
Boukeami

Jumlah
Pertumbuhan (%)

Sumber: UPT PKPP & PPI Muara Angke, 2012
Kapal merupakan suatu bangunan terapung yang berfungsi sebagai wadah,
tempat bekerja (working area) dan sarana transportasi kapal ikan termasuk di
dalamnya. Kerja pada kapal ikan meliputi mencari fishing ground,
mengoperasikan alat, mengejar ikan dan sebagai wadah hasil tangkapan (Iskandar
dan Novita, 1997). Sebanyak 14,29% nelayan responden menggunakan kapal
motor dengan ukuran kapal sebesar 11-20 GT dan 85,71% kapal motor dengan
ukuran 21-30 GT (Tabel 7). Ada kapal penangkap ikan nelayan responden yang
sudah tidak menggunakan palkah lagi untuk menyimpan hasil tangkapannya,
melainkan freezer agar mutu hasil tangkapannya tetap baik. Selain mempengaruhi
mutu hasil tangkapan, keuntungan lain menggunakan frezeer yaitu memperkecil
biaya operasional untuk perbekalan es karena pengeluarannya tidak terlalu mahal
jika dibandingkan dengan menggunakan es.
Tabel 7 Sebaran ukuran kapal nelayan responden di PPI Muara Angke tahun 2012
Ukuran Kapal
11 - 20 GT
21 - 30 GT

Jumlah
(unit)

Persentase
(%)

1
6

14,29
85,71

Sumber: Data Primer, 2012
Pada tahun 2011 kapal motor yang digunakan sebagai armada perikanan
untuk mendukung kegiatan perikanan di kawasan PPI Muara Angke lebih
didominasi oleh KM berukuran < 30 GT yaitu sebanyak 74,76% atau 2.056 unit
dibandingkan KM berukuran ≥ 30 GT yang hanya berjumlah 694 unit atau
25,24% (Tabel 8). Selama periode 2007-2011 armada KM > 30 GT relatif
memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibanding KM < 30 GT. Pada periode
tersebut kapal motor dengan ukuran kapal < 30 GT mengalami pertumbuhan
dengan rata-rata tiap tahun menurun sebesar 16,23%. Kapal motor > 30 GT ratarata pertumbuhan tiap tahun menurun sebesar -0,60%.

13

Tabel 8 Perkembangan jumlah armada perikanan di PPI Muara Angke menurut
kelompok ukuran GT tahun 2007-2011
Tahun

KM < 30 GT
(unit)

Persentase
(%)

KM > 30 GT
(unit)

Persentase
(%)

2007

3.662

85,20

636

14,80

Jumlah
Armada
(unit)
4.298

2008

3.511

84,58

640

1542

4.151

2009

2.541

84,59

463

15,41

3.004

2010

2.361

78,46

648

21,54

3.009

2011

2.056

74,76

694

25,24

2.750

Rata-Rata
Pertumbuhan (%)

-16,23

-0,60

-12,74

Sumber: UPT PKPP & PPI Muara Angke, 2012

(a)

(b)

(c)
Gambar 1 Kapal Motor Jaring Cumi (a), Purse Seine (b) dan
Gill Net (c) di PPI Muara Angke
Jumlah ABK masing-masing kapal disesuaikan dengan pengoperasian alat
tangkap. Alat tangkap purse seine biasanya memerlukan jumlah nelayan/ ABK
yang lebih banyak dibandingkan alat tangkap boukeami, jaring cumi dan gill net.
Jumlah ABK masing-masing kapal responden lebih dari 30 orang sebanyak
28,57%, 11 – 20 orang sebanyak 42,86% dan kurang dari 10 orang sebanyak
28,57% (Tabel 9). Nelayan biasanya terdiri dari nakhoda yang bertanggungjawab

14

terhadap keberhasilan penangkapan dan keselamatan anak buahnya, kepala kamar
mesin (KKM) bertugas menjaga kestabilan operasi penangkapan dan anak buah
kapal (ABK) yang bertugas melakukan operasi penangkapan. Seluruh nelayan
responden merupakan nelayan pekerja, bukan nelayan pemilik. Nelayan pekerja
sebagai responden merupakan nelayan yang diberi kuasa dalam memasarkan hasil
tangkapan ikan oleh juragan kapal. Dalam hal pembagian hasil tangkapan ikan
antara nelayan dengan pemilik kapal, ada yang melakukan bagi hasil ada pula
nelayan pekerja dibayar dengan sistem gaji. Nelayan responden penelitian berasal
dari Jakarta, Tegal, Lampung dan Pekalongan.
Tabel 9 Sebaran jumlah ABK dan lama trip nelayan r