Hubungan Perilaku Menonton Orang Pinggiran di Trans 7 dengan Empati Remaja di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Bogor

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON ORANG PINGGIRAN
DI TRANS 7 DENGAN EMPATI REMAJA DI DESA
CIHIDEUNG ILIR KECAMATAN CIAMPEA BOGOR

ANDIKA SEFRI MULYA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Perilaku
Menonton Orang Pinggiran di Trans 7 dengan Empati Remaja di Desa Cihideung
Ilir Kecamatan Ciampea Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Andika Sefri Mulya
NIM I34090082

ABSTRAK
ANDIKA SEFRI MULYA. Hubungan Perilaku Menonton Orang Pinggiran di
Trans 7 dengan Empati Remaja di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea
Bogor. Dibimbing oleh HADIYANTO
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor internal remaja
dengan perilaku menonton, hubungan faktor eksternal remaja dengan perilaku
menonton, dan hubungan perilaku menonton dengan empati remaja. Sampel
penelitian ini adalah remaja Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Bogor yang
pernah menonton program Orang Pinggiran di Trans 7. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan durasi menonton. Usia,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan televisi tidak berhubungan
dengan perilaku menonton. Pada pengujian interaksi dengan keluarga dan

interaksi dengan teman terdapat hubungan nyata dengan perilaku menonton.
Terakhir, perilaku menonton tayangan Orang Pinggiran di Trans 7 tidak
berhubungan nyata dengan empati remaja.

Kata kunci: faktor internal, faktor eksternal, perilaku menonton, empati

ABSTRACT
ANDIKA SEFRI MULYA. Relationship Viewing Behavior of “Orang Pinggiran”
in Trans 7 with Adolescence Empathy in Cihideung Ilir Village Ciampea District
Bogor. Supervised by HADIYANTO
This study aimed to analyze the correlation between internal factors
adolescense with viewing behavior, the correlation between external factors
adolescense with viewing behavior, and correlation viewing behavior with
adolescense empathy. The research sample was adolescense in Cihideung Ilir
Village Ciampea District Bogor who had seen the program in “Orang Pinggiran”
Trans 7. The results of the study explain that the gender associated with the
duration of the watch. Age, level of education, occupation, and television
ownership was not associated with viewing behavior. On testing the interaction
with family and interaction with friends wasreal associated with viewing behavior.
Finally, the viewing behavior of “Orang Pinggiran” Trans 7 was not associated

with adolescense empathy.
Keywords: internal factors, external factors, viewing behavior, empathy

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON ORANG PINGGIRAN
DI TRANS 7 DENGAN EMPATI REMAJA DI DESA
CIHIDEUNG ILIR KECAMATAN CIAMPEA BOGOR

ANDIKA SEFRI MULYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Hubungan Perilaku Menonton Orang Pinggiran di Trans 7 dengan
Empati Remaja di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea
Bogor
Nama
: Andika Sefri Mulya
NIM
: I34090082

Disetujui oleh

Ir. Hadiyanto, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: __________________


PRAKATA
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi berjudul Hubungan Perilaku Menonton Orang Pinggiran di Trans 7
dengan Empati Remaja di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Bogor.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Hadiyanto, MSi
sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses
penulisan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan
hormat dan rasa terimakasih kepada Ayahanda Mochammad Mulyono, Ibunda
Dwi Manofriyanti, Nenek Kaminah, Wandita Nofri Mulya Ningsih, kakak
tersayang, yang selalu memberi motivasi, semangat, doa, dukungan, dan semua
pengorbanan dengan ikhlas kepada penulis. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada sahabat-sahabat terbaik di KPM 46, Adistya Artik, Tiara
Triutami, Tyas Widyastini, Fadil Afrianto, Anggi Lestari, Faris Budiman, Elbie
Yudha, Linda Dessy, Shitta Narendra, Lidya Agustina, Tiara Pridatika, Denissa

Aryandi, Agustin, Gilang AP serta keluarga besar KPM 46 atas kebersamaannya
selama di KPM. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman
sebimbingan Fina Feryandes dan Ela yang selalu memberikan dukungan kepada
penulis untuk merampungkan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada orang tua angkat yaitu ibu Novarita Dwisuryani Nasdian dan
ibu Elfy Purna Djaja yang tidak pernah berhenti memberikan semangat dan
motivasinya kepada penulis.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga
dapat membangun ke arah yang lebih baik lagi.
Bogor, April 2014

Andika Sefri Mulya

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii


DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3


Manfaat Penelitian

3

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka

5

Komunikasi Massa

5

Televisi sebagai Media Massa

7

Karakteristik Khalayak


8

Karakteristik Remaja

10

Perilaku MenontonTelevisi

11

Empati

11

Kerangka Pemikiran

13

Hipotesis Penelitian


14

Definisi Operasional

14

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian

17

Teknik Pengumpulan Data

17

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

18

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Desa Cihideung Ilir

21

Karakteristik Penduduk Desa Cihideung Ilir

21

GAMBARAN UMUM STASIUN TV TRANS 7 DAN PROGRAM ACARA
ORANG PINGGIRAN
Gambaran Umum Trans 7

25

Program Acara Orang Pinggiran

26

FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL REMAJA DI DESA
CIHIDEUNG ILIR
Faktor Internal Remaja

29

Usia

29

Jenis Kelamin

30

Tingkat Pendidikan

30

Jenis Pekerjaan

30

Kepemilikan Televisi

31

Faktor Eksternal Remaja

31

Interaksi dengan Keluarga

32

Interaksi dengan Teman

32

PERILAKU MENONTON TAYANGAN ORANG PINGGIRAN DI TRANS 7
DAN EMPATI REMAJA
Frekuensi Menonton

33

Durasi Menonton

34

Empati Remaja

35

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL REMAJA DENGAN
PERILAKU MENONTON TAYANGAN ORANG PINGGIRAN DI TRANS 7
Hubungan Faktor Internal Remaja dengan Perilaku Menonton Tayangan Orang
Pinggiran di Trans 7
37
Hubungan Usia dengan Perilaku Menonton

37

Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Menonton

38

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Menonton

40

Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Perilaku Menonton

41

Hubungan Kepemilikan Televisi dengan Perilaku Menonton

43

Hubungan Faktor Eksternal Remaja dengan Perilaku Menonton Tayangan
Orang Pinggiran di Trans 7

45

Hubungan Interaksi Keluarga dengan Perilaku Menonton

45

Hubungan Interaksi Teman dengan Perilaku Menonton

46

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON TAYANGAN ORANG
PINGGIRAN DI TRANS 7 DENGAN EMPATI REMAJA
Hubungan Perilaku Menonton Tayangan Orang Pinggiran di Trans 7 dengan
Empati Remaja
49

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

53

Saran

53

DAFTAR PUSTAKA

55

LAMPIRAN

57

RIWAYAT HIDUP

77

xii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

7

8
9

10

11
12
13

14

15

16

17

Jumlah dan persentase penduduk di Desa Cihideung Ilir menurut
kelompok usia dengan jenis kelamin tahun 2012
Jumlah dan persentase tingkat pendidikan di Desa Cihideung Ilir
tahun 2012
Jumlah dan persentase responden berdasarkan faktor internal
remaja di Desa Cihideung Ilir tahun 2013
Jumlah dan persentase responden berdasarkan faktor eksternal
remaja di Desa Cihideung Ilir tahun 2013
Jumlah dan persentase responden berdasarkan empati remaja di
Desa Cihideung Ilir tahun 2013
Hasil uji statistik hubungan antara usia dengan perilaku menonton
tayangan Orang Pinggiran di Trans 7 di Desa Cihideung Ilir tahun
2013
Tabulasi silang dan uji Chi Square hubungan antara jenis kelamin
dengan frekuensi menonton tayangan Orang Pinggiran di Desa
Cihideung Ilir tahun 2013
Tabulasi silang dan uji Chi Square hubungan antara jenis kelamin
dengan durasi menonton tayangan Orang Pinggiran di Desa
Cihideung Ilir tahun 2013
Hasil uji statistik hubungan antara tingkat pendidikan dengan
perilaku menonton tayangan Orang Pinggiran di Trans 7 di Desa
Cihideung Ilir tahun 2013
Tabulasi silang dan uji Chi Square hubungan antara jenis pekerjaan
dengan frekuensi menonton tayangan Orang Pinggiran di Desa
Cihideung Ilir tahun 2013
Tabulasi silang dan uji Chi Square hubungan antara jenis pekerjaan
dengan durasi menonton tayangan Orang Pinggiran di Desa
Cihideung Ilir tahun 2013
Tabulasi silang dan uji Chi Square hubungan antara kepemilikan
televisi dengan frekuensi menonton tayangan Orang Pinggiran di
Desa Cihideung Ilir tahun 2013
Tabulasi silang dan uji Chi Square hubungan antara kepemilikan
televisi dengan durasi menonton tayangan Orang Pinggiran di Desa
Cihideung Ilir tahun 2013
Hasil uji statistik hubungan antara interaksi keluarga dengan
perilaku menonton tayangan Orang Pinggiran di Trans 7 di Desa
Cihideung Ilir tahun 2013
Hasil uji statistik hubungan antara interaksi teman dengan perilakun
menonton tayangan Orang Pinggiran di Trans 7 di Desa Cihideung
Ilir tahun 2013
Tabulasi silang dan uji rank Spearman hubungan antara frekuensi
menonton tayangan Orang Pinggiran dengan empati remaja di Desa
Cihideung Ilir tahun 2013
Tabulasi silang dan uji rank Spearman hubungan antara durasi
menonton tayangan Orang Pinggiran dengan empati remaja di Desa
Cihideung Ilir tahun 2013

22
23
29
31
35

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

49

50

xiii

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Kerangka pemikiran
Logo Trans 7
Logo Program Orang Pinggiran
Persentase responden berdasarkan frekuensi menonton di Desa
Cihideung Ilir tahun 2013.
Persentase responden berdasarkan durasi menonton di Desa
Cihideung Ilir tahun 2013

13
26
27
33
34

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
2 Kerangka Sampling
3 Kuesioner
4 Hasil Uji Statistik Chi Square
5 Hasil Uji Statistik rank Spearman

57
58
61
67
71

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peran media massa tidak hanya sekedar memberikan informasi dan
hiburan semata, tetapi mengajak khalayak untuk melakukan perubahan perilaku
melalui pembingkaian pesan melalui teks, gambar, dan suara (Tamburaka 2013).
Salah satu jenis media massa yang ada di sekeliling kita yang cukup banyak
diminati oleh khalayak adalah televisi. Sebanyak 91.68 persen penduduk yang
berumur sepuluh tahun ke atas yang menonton televisi, sedangkan penduduk
yang berumur sepuluh tahun ke atas yang mendengar radio sebanyak 18.57 persen
(BPS 2012). Televisi merupakan media massa yang disukai dan banyak
dimanfaatkan masyarakat dalam memperoleh informasi dan hiburan. Televisi
telah menjadi fenomena besar di abad ini, perannya amat besar dalam membentuk
pola dan pendapat umum, termasuk pendapat untuk menyenangi produk-produk
tertentu, demikian pula perannya amat besar dalam pembentukan perilaku dan
pola berpikir (Subroto 1994). Sebagaimana fungsi penyiaran pada UU Penyiaran
No. 32 Tahun 2002 Pasal 4 ayat 1 adalah sebagai media informasi, pendidikan,
hiburan yang sehat, kontrol, dan perekat sosial. Pada ayat 2 dalam menjalankan
fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga mempunyai fungsi
ekonomi dan kebudayaan.
Begitu banyak stasiun televisi yang ada di Indonesia menjadikan masingmasing stasiun televisi beramai-ramai membuat program acara yang kreatif dan
berbeda dari yang lainnya. Program televisi yang ditayangkan membawa banyak
dampak dalam kehidupan masyarakat, baik positif atau negatif. UU No 32 Tahun
2002 Pasal (36) telah mengatur bahwa isi siaran wajib mengandung informasi,
pendidikan, hiburan dan manfaat bagi pembentukan intelektualitas, watak, moral,
kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan
nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi menonton televisi adalah
karakteristik individu yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan dan lain lain. Penelitian Feberia (2012) menyebutkan bahwa semakin
tua umur responden, maka semakin tinggi frekuensi menonton mereka, hal ini
disebabkan karena mereka membutuhkan banyak hiburan sehingga mereka
meluangkan banyak waktunya untuk menonton televisi. Penelitian Daisiwan
(2007) menyebutkan bahwa remaja yang berjenis kelamin perempuan lebih sering
menonton sinetron remaja untuk menghibur diri, mengisi waktu luang, menambah
pengetahuan mengenai gaya hidup, pergaulan dan menambah bahan percakapan.
Berbeda halnya dengan remaja laki-laki yang sangat jarang menonton sinetron
remaja. Mereka memenuhi kebutuhan hiburan mereka dengan bertemu dengan
teman atau berolahraga.
Hasil penelitian Sandy (2012) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan responden maka cenderung lebih selektif terhadap tayangan yang
ingin mereka tonton. Selain itu responden yang berpendidikan tinggi bukan hanya

2
terdedah dengan televisi saja akan tetapi dengan media massa lain seperti koran,
radio, dan internet. Menurut Pridatika (2013) karakteristik sosiologis tidak
memiliki hubungan yang nyata dengan frekuensi menonton iklan layanan
masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu.
Sekarang ini program televisi swasta di Indonesia lebih banyak
menayangkan acara sinetron, musik dan komedi yang pada umumnya berisi
mengenai masalah percintaan, gaya hidup dan hiburan semata. Sinetron salah satu
contoh acara dengan segmentasi remaja yang lebih banyak menonjolkan cerita
kehidupan percintaan dengan masalah perselingkuhan, kebebasan hidup, seks
bebas, narkoba, dan kekerasan pada remaja. Masalah ini tentunya akan memiliki
dampak negatif terhadap perkembangan kehidupan remaja. Peran tokoh dan gaya
hidup yang ditampilkan dalam sinetron kemungkinan besar akan ditiru oleh para
remaja yang menonton tayangan tersebut, seperti model pakaian yang dikenakan,
sifat konsumtif, bahkan dengan tayangan sinetron yang mengandung unsur
kekerasan telah mengubah sikap remaja menjadi anarkis. Hasil penelitian
Daisiwan (2007) menyebutkan bahwa sinetron remaja memberikan perubahan
sikap pada diri remaja, semakin lama mereka menonton sinetron remaja maka
pengetahuan mengenai gaya hidup menjadi bertambah dan hal itu mengarahkan
remaja pada sikap konsumtif. Erikson dalam Hurlock (1990) menyatakan bahwa
masa remaja adalah masa kritis identitas, dimana identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam
masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru,
mereka menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam
mencapai identitas akhir. Diduga hal ini terjadi karena remaja berada pada masa
transisi dimana mereka berusaha mencari identitas diri mereka masing-masing.
Remaja perlu membuka pengetahuan mereka tentang lingkungan sosial yang ada
di masyarakat dengan menonton tayangan yang mengandung informasi, mendidik
dan unsur sosial.
Sudah banyak program yang menonjolkan kehidupan sosial masyarakat
menengah ke bawah, dimana banyak terdapat makna dalam setiap program yang
diambil, salah satunya yaitu melalui program reality show yang bertemakan sosial.
Acara televisi yang mengandung unsur sosial mampu menumbuhkan rasa empati
terhadap remaja. Empati merupakan suatu aktivitas untuk memahami apa yang
sedang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain (Taufik 2012). Penelitian Rizkia
(2010) menyebutkan bahwa tayangan “Jika Aku Menjadi” mampu menumbuhkan
rasa empati remaja terhadap kemiskinan setelah menonton tayangan tersebut.
Terpaan tayangan Jika Aku Menjadi, baik frekuensi maupun durasi menonton
memiliki hubungan yang nyata dengan empati remaja terhadap kemiskinan.
Penelitian mengenai empati remaja dengan melihat pengaruh dari tayangan
televisi masih sangat sedikit. Menurut Rizkia (2010), program acara diharapkan
bisa membangkitkan semangat bertoleransi dan solidaritas sosial dari masyarakat
kelas atas terhadap masyarakat kalangan bawah. Kenyataannya adalah masih
banyak masyarakat yang tidak peduli dan kurang berempati terhadap nasib orang
yang kurang beruntung. Sekarang ini program acara yang bertemakan sosial sudah
banyak ditayangkan di televisi. Salah satu program yang menjadi perhatian
khalayak adalah program Orang Pinggiran di Trans 7.

3
Program Orang Pinggiran ditayangkan setiap hari Senin sampai Jumat pukul
17.15 dengan durasi tayang 45 menit. Orang Pinggiran merupakan program semi
dokumenter dengan segmentasi kalangan remaja yang menceritakan mengenai
perjuangan orang pinggiran untuk bisa bertahan hidup meskipun kehidupan
mereka terus tergerus oleh perkembangan zaman. Tayangan ini menceritakan
kehidupan mereka untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup meskipun dengan
keterbatasan dan ketertinggalan. Semangat dan motivasi mereka dalam menjalani
kehidupan menjadi inspirasi tersendiri bagi penonton. Mereka memiliki motivasi
dan semangat untuk menjalani hidup dan mengatasi berbagai halangan yang ada
dikehidupannya. Realita yang ditayangkan pada program Orang Pinggiran
menunjukkan bahwa masih banyak orang-orang di sekitar yang kurang mampu,
namun mereka tetap berusaha untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidup
mereka.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara
perilaku menonton tayangan Orang Pinggiran di Trans 7 dengan empati remaja
yang ada di desa.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan utama yang diangkat
dalam penelitian adalah apakah perilaku menonton Orang Pinggiran memiliki
hubungan dengan empati remaja. Perumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan faktor internal remaja dengan perilaku menonton
tayangan Orang Pinggiran di Trans 7?
2. Bagaimana hubungan faktor eksternal remaja dengan perilaku menonton
tayangan Orang Pinggiran di Trans 7?
3. Bagaimana hubungan perilaku menonton tayangan Orang Pinggiran dengan
empati remaja?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis hubungan faktor internal remaja dengan perilaku menonton
tayangan Orang Pinggiran di Trans 7.
2. Menganalisis hubungan faktor eksternal remaja dengan perilaku menonton
tayangan Orang Pinggiran di Trans 7.
3. Menganalisis hubungan perilaku menonton tayangan Orang Pinggiran dengan
empati remaja.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi beberapa pihak, yakni:
1. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi referensi penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan perilaku menonton terhadap sikap remaja.

4
2. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam mengontrol
perilaku menonton televisi berlebihan yang dilakukan remaja serta semakin
selektif dalam memilih program acara yang layak untuk ditonton.
3. Bagi pihak stasiun televisi, khususnya Trans 7, penelitian ini menjadi masukan
agar pihak stasiun televisi lebih kreatif lagi dalam membuat konsep program
acara yang menghibur sekaligus mendidik remaja.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa menurut Bungin (2008) adalah proses
komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan
komunikasi dan bentuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Pesanpesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai
sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.
Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang
kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Unsur-unsur penting yang ada dalam komunikasi massa menurut Bungin
(2006) adalah:
a. Komunikator, merupakan pihak yang mengandalkan media massa dengan
teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi,
maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik.
b. Media massa, merupakan media komunikasi dan informasi yang melakukan
penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara
massal.
c. Informasi (pesan) massa, merupakan informasi yang diperuntukkan kepada
masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi
pribadi.
d. Gatekeeper, merupakan penyeleksi informasi. Sebagaimana diketahui bahwa
komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media
massa, mereka inilah yang akan menyeleksi setiap informasi yang akan
disiarkan atau tidak disiarkan.
e. Khalayak (publik), merupakan massa yang menerima informasi massa yang
disebarkan oleh media massa, mereka ini terdiri dari publik pendengar atau
pemirsa sebuah media massa.
f. Umpan balik, dalam komunikasi massa umumnya bersifat tertunda sedangkan
umpan balik pada komunikasi tatap muka bersifat langsung. Akan tetapi,
konsep umpan balik tertunda dalam komunikasi massa telah dikoreksi karena
semakin majunya media teknologi.
Melihat pengertian dan unsur-unsur di atas, Cangara (1998) menjelaskan
ciri-ciri komunikasi massa sebagai berikut :
a. Proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber
yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang
bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film.
b. Sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara
mekanik. Sumber merupakan suatu lembaga yang terdiri dari banyak orang
sehingga penyampaian pesan lebih formal, terencana dan rumit.
c. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya
lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Namun dengan perkembangan

6
teknologi komunikasi maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan
cepat kepada penyiar.
d. Sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat,
serempak dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama
bila didokumentasikan.
Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan
penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara
massal pula. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Cangara (1998) adalah
sebagai berikut:
a. Informasi, yaitu kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan
pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang
terjadi diluar dirinya.
b. Sosialisasi, yaitu menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan
bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai
anggota masyarakat secara efektif.
c. Motivasi, yaitu mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain
melalui apa yang mereka baca, lihat, dan dengar lewat media massa.
d. Bahan diskusi, yaitu menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk
mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang
menyangkut orang banyak.
e. Pendidikan, yaitu membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan
secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun di luar sekolah.
f. Memajukan kebudayaan, yaitu media massa menyebarluaskan hasil-hasil
kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi, ataukah
bahan tercetak seperti buku dan penerbit lainnya. Pertukaran ini akan
memungkinkan peningkatan daya kreativitas guna memajukan kebudayaan
nasional masing-masing negara.
g. Hiburan, yaitu media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua
golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam rumah
tangga.
h. Integrasi, yaitu untuk menjembatani perbedaan-perbedaan berdasarkan
kepentingan-kepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras sehingga
dapat memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa.
Komunikasi massa memiliki proses yang berbeda dengan komunikasi tatap
muka, karena sifat komunikasi massa yang melibatkan banyak orang, maka proses
komunikasinya sangat rumit dan kompleks. Menurut McQuail dalam Bungin
(2006) menjelaskan proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk:
a. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar.
b. Proses komunikasi massa juga dilakukan melalui satu arah, yaitu dari
komunikator ke komunikan.
c. Proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris diantara komunikator
dan komunikan yang menyebabkan komunikasi di antara mereka berlangsung
datar dan bersifat sementara.
d. Proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal (non pribadi) dan
tanpa nama.
e. Proses komunikasi massa juga berlangsung berdasarkan pada hubunganhubungan kebutuhan di masyarakat.

7
Televisi sebagai Media Massa
Televisi sudah bukan lagi menjadi barang mewah bagi sebagian besar
masyarakat karena hampir diseluruh rumah memiliki televisi. Beragam stasiun
televisi dengan aneka program siarannya yang disajikan dengan kualitas gambar
dan tata suara yang apik menjadikan televisi sebagai sumber informasi, berita dan
juga hiburan yang dibutuhkan kita semua. Televisi merupakan media komunikasi
terpopuler dan digemari umat manusia saat ini yang telah mengubah medium
interaksi manusia dengan benda di sekitarnya karena televisi adalah benda mati
yang mampu “berinteraksi” dengan manusia, tidak sekedar melalui kognisi
manusia, namun secara fisik manusia saling berinteraksi dalam program yang
dirancang secara interaktif tanpa batas waktu dan tempat (Bungin 2008).
Sekarang ini media massa terus mengalami perkembangan yang sangat
pesat dari waktu ke waktu. Awal mula dimulai dari kemunculan surat kabar,
majalah, radio, televisi, hingga internet. Sekarang ini dunia cetak perlahan-lahan
mulai beralih ke dunia digital dan elektronik. Bila dibandingkan dengan media
massa lainnya, televisi merupakan salah satu media massa yang paling menarik
dan paling memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia. Salah satu alasannya
adalah karena televisi memiliki keunggulan pada karakteristiknya, yaitu televisi
mampu menyajikan informasi secara audio visual. Effendy (2001) menyatakan
bahwa televisi memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh media massa lain,
adapun keunggulannya adalah sebagai berikut :
a. Keunggulan karakteristik
Televisi mampu menyampaikan pesan audio dan visual dalam waktu yang
bersamaan. Penggunaan televisi melibatkan dua indera secara bersamaan,
sehingga audience dapat mengolah pesan yang diterima dengan cepat.
b. Menjangkau khalayak luas
Televisi sekarang merupakan media yang hampir dimiliki oleh semua orang.
Pesan yang disampaikan melalui televisi dapat diterima oleh khalayak karena
kemampuan televisi dalam menjangkau khalayak dari wilayah perkotaan
hingga ke wilayah pedesaan. Kemampuan menjangkau khalayak yang luas ini
menjadikan televisi sebagai salah satu media yang digunakan untuk
menyebarluaskan informasi. Proses penyebaran informasi menggunakan
media televisi menjadi lebih efektif karena karakteristiknya yang dapat
memberikan informasi dalam bentuk audio dan visual kepada khalayak luas.
Televisi berkembang begitu pesat sejalan dengan perkembangan teknologi
elektronika, telah menjadi fenomena besar di abad ini, perannya amat besar dalam
membentuk pola dan pendapat umum, termasuk pendapat untuk menyenangi
produk-produk tertentu, demikian pula perannya amat besar dalam pembentukan
perilaku dan pola berpikir (Subroto 1994). Televisi di Indonesia sudah berdiri
sejak lima puluh tahun yang lalu yaitu pada tahun 1962. Televisi Nasional
Indonesia yang pertama berdiri dan beroperasi adalah Televisi Republik Indonesia
(TVRI). Menurut Hoffman (1999) pada tahun 1982 separuh dari penduduk
Indonesia sudah biasa menonton televisi. Stasiun televisi di Indonesia juga
mengalami perkembangan yang sangat cepat. Hal ini terbukti dengan munculnya
stasiun televisi baru, baik stasiun televisi swasta maupun stasiun televisi lokal.
Televisi swasta yang pertama muncul adalah RCTI kemudian muncul lagi SCTV,

8
Indosiar, Antv, dan TPI. Seiring bertambahnya kebutuhan masyarakat akan
informasi, maka sekitar tahun 2000 muncul lima stasiun televisi swasta lainnya,
yaitu Metro, Trans, TV7, Lativi, dan Global dan beberapa televisi daerah yang
saat ini jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi lokal (Morissan 2009).
Maraknya televisi swasta membawa banyak dampak dalam kehidupan masyarakat,
baik positif atau negatif. Kehadiran mereka pun sering menimbulkan pro dan
kontra dalam masyarakat. Pada satu sisi masyarakat dapat memperoleh
pengetahuan dan merubah perilaku atas informasi yang diterima melalui programprogram yang disajikan oleh televisi. Televisi sebagai sebuah media massa yang
memiliki pengaruh besar terhadap khalayaknya, mempunyai beberapa fungsi,
yang dinyatakan oleh Hoffman (1999) mengenai teori lima fungsi dari televisi,
yaitu:
a. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia. Fungsi ini sering disebut
informasi. Fungsi televisi yang sebenarnya adalah mengamati kejadian di
dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan
yang ditemukan.
b. Menghubungkan satu dengan yang lain. Menurut Neil Postman dalam
Hoffmann (1999) televisi tidak berkesinambungan. Akan tetapi televisi yang
menyerupai mosaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan lain secara
jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. Apabila televisi
berfungsi sesuai dengan kepentingan masyarakat yang ditangkap oleh
pembuat program, televisi sangat ampuh untuk membuka mata pemirsa.
c. Menyalurkan kebudayaan. Fungsi ini dilihat sebagai fungsi pendidikan
namun istilah “pendidikan” sengaja dihindari karena di dalam kebudayaan
audio-visual tidak ada yang namanya kurikulum atau target tertentu yang
dirancang oleh seorang pendidik. Kebudayaan yang diperkembangkan oleh
televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus di dalamnya.
d. Hiburan. Kebudayaan audio-visual paling sedikit memiliki unsur hiburan.
Kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton.
Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia karena tanpa
hiburan manusia tidak dapat hidup wajar. Hiburan ini merupakan rekreasi,
artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk kegiatan-kegiatan yang
lain.
e. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat. Fungsi ini
mudah disalahgunakan oleh seorang penguasa akan tetapi dalam situasi
tertentu ini cukup masuk akal. Misalnya kalau terjadi wabah penyakit di suatu
daerah, televisi bisa saja memberitakan berdasarkan fungsinya sebagai
pengawas. Berita ini kemudian dapat dihubungkan dengan keterangan tentang
vaksinasi. Televisi harus proaktif memberi motivasi dan menganjurkan
supaya orang mau dibantu secara preventif.
Karakteristik Khalayak
Khalayak menurut Cangara (1998) merupakan salah satu aktor dari proses
komunikasi. Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, audience,
pemirsa atau komunikan. Morissan (2009) membagi khalayak menjadi empat
segmentasi yaitu segmentasi demografis, segmentasi geografis, segmentasi

9
geodemografis, dan segmentasi psikodemografis. Salah satu segmentasi yang
akan dijelaskan adalah mengenai segmentasi demografis. Segmentasi demografis
pada dasarnya adalah segmentasi yang didasarkan kependudukan misalnya:
a. Usia. Biasanya khalayak dibedakan menurut usia anak-anak, remaja, dewasa,
dan orang tua. Lembaga rating media A.C Nielsen mengelompokkan
khalayak berdasarkan usia menjadi: (a) 5-9 tahun, (b) 10-19 tahun, (c) 20-29
tahun, (d) 30-39 tahun, dan (e) 40+ tahun. Sementara itu, Biro Pusat Statistik
(BPS) mengelompokkan khalayak berdasarkan usia menjadi: (a) 0-14 tahun,
(b) 15-20 tahun, (c) 20-29 tahun, (d) 30-39 tahun, dan (e) 40+ tahun.
b. Jenis kelamin. Semua program belum tentu dapat dibedakan dengan menurut
jenis kelamin. Program drama komedi jarang membedakan khalayak
berdasarkan jenis kelamin, tetapi program-program tertentu seperti program
olah raga (laki-laki), infotaiment (perempuan), sinetron (perempuan),
program memasak (perempuan), dan program berita (laki-laki) dapat
membedakan khalayak berdasarkan jenis kelaminnya.
c. Pekerjaan. Khalayak umumnya juga memiliki selera yang berbeda dalam
mengkonsumsi program. Kalangan eksekutif lebih menyukai program yang
dapat mendorong daya pikir/membantu dalam mengambil keputusan
misalnya program berita/film tertentu. Sementara itu, kalangan pekerja kasar
lebih menyukai musik dangdut.
d. Pendidikan. Khalayak dapat juga dikelompokkan berdasarkan tingkat
pendidikan yang juga dapat menentukan tingkat intelektualitas seseorang.
Kemudian, tingkat intelektualitas tersebut pada akhirnya akan menentukan
pilihan khalayak terhadap jenis program televisi yang diikutinya.
e. Pendapatan. Pendapatan seseorang akan menentukan di kelas sosial mana dia
berada dan kedudukan seseorang dalam kelas sosial akan mempengaruhi
kemampuannya berakses pada sumber-sumber daya misalnya kepemilikan
media komunikasi berupa televisi. Pendapatan biasanya dibagi ke dalam tiga
kalangan yaitu kalangan berpendapatan tinggi, kalangan berpendapatan
menengah, kalangan berpendapatan rendah.
f. Agama. Segmentasi khalayak berdasarkan agama biasanya terkait dengan
program-program tertentu misalnya sinetron religius, ceramah agama, dan
sebagainya.
g. Suku dan kebangsaan. Segmentasi khalayak berdasarkan suku dan
kebangsaan biasanya terkait dengan program-program tertentu yang
menyangkut keberagaman dalam hal kebiasaan dan ciri khas yang dimiliki
masing-masing suku.
Penelitan Toriza (2010) menyebutkan bahwa semakin rendah umur
seseorang maka semakin rendah pula frekuensi dan durasi seseorang menonton
suatu program untuk memenuhi kebutuhan kognitifnya seperti pada anak yang
tergolong masih rendah. Hal ini disebabkan karena anak-anak umumnya
menonton televisi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan semata.
Penelitian Daisiwan (2007) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang nyata
antara perilaku menonton dengan jenis kelamin. Menurutnya remaja yang berjenis
kelamin perempuan lebih sering menonton sinetron remaja untuk menghibur diri,
mengisi waktu luang, menambah pengetahuan mengenai gaya hidup, pergaulan
dan menambah bahan percakapan. Berbeda halnya dengan remaja laki-laki yang

10
sangat jarang menonton sinetron remaja. Mereka memenuhi kebutuhan hiburan
mereka dengan bertemu dengan teman atau berolahraga.
Hasil penelitian Sandy (2012) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang
nyata antara tingkat pendidikan dengan perilaku menonton. Responden yang
berpendidikan tinggi cenderung lebih selektif terhadap tayangan yang ingin
mereka tonton. Mereka juga tidak hanya terdedah oleh televisi saja namun
terdedah oleh media lain seperti koran, radio, dan internet.
Toriza (2010) menjelaskan bahwa lingkungan sosial seperti keluarga dan
teman memiliki hubungan dengan perilaku menonton televisi, baik frekuensi dan
durasi menontonnya. Semakin tinggi keluarga mendukung terpaan media televisi
maka semakin tinggi pula terpaan media televisi pada anak. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin sering suatu keluarga menonton televisi maka semakin sering pula
anak menonton televisi. Sama halnya dengan teman, semakin sering teman
mengajak menonton dan menceritakan kembali jalan cerita maka semakin tinggi
pula kemungkinan seorang anak untuk menonton televisi.
Karakteristik Remaja
Erikson dalam Hurlock (1990) menyatakan bahwa masa remaja adalah
masa kritis identitas, dimana identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha
mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru, mereka menempatkan idola
dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.Remaja
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang berusia 15-24 tahun dan
belum menikah. Menurut Santrock (2003), sebagian besar ahli mengklasifikannya
kembali menjadi dua tahapan, yaitu remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal
merupakan mereka yang tergolong dalam kategori usia 15-19 tahun, sedangkan
remaja akhir 20-24 tahun. Karakteristik remaja menurut Haryanto (2011) terdiri
dari delapan, yaitu :
a. Perkembangan fisik psikologi remaja, terdiri dari perkembangan seks primer
dan perkembangan seks sekunder.
b. Perkembangan kognitif psikologi remaja, merupakan pertumbuhan otak
mencapai kesempurnaan pada usia 12-20 tahun secara fungsional berupa
mulai dapat berpikir logis tentang gagasan abstrak, membuat keputusankeputusan serta memecahkan masalah, munculnya kemampuan nalar secara
ilmiah, memikirkan masa depan, dan wawasan berpikirnya semakin luas.
c. Perkembangan emosi psikologi remaja,remaja mengalami puncak emosional
dan emosi tingkat tinggi sehingga apabila berkembang di lingkungan yang
kurang kondusif akan timbul sikap agresif dan lari dari kenyataan.
d. Perkembangan moral psikologi remaja, remaja sudah mampu berperilaku
yang hanya tidak mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan
psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain).
e. Perkembangan sosial psikologi remaja, suatu kemampuan untuk memahami
orang lain dan menjalin persahabatan. Namun perkembangan sikap yang
cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity yaitu kecenderungan
untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebaya berbuat.

11
f.

g.

Perkembangan kepribadian psikologi remaja, mereka akan sibuk dan heboh
dengan masalah “siapa saya?” sehingga remaja risau mencari idola-idola
dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan.
Perkembangan kesadaran beragama, mereka mulai membawa nilai-nilai
agama ke dalam kalbu dan kehidupannya, tetapi mereka juga mengamati
secarakritis kepincangan-kepincangan di masyarakat dengan gaya hidup yang
kurang mempedulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku
amoral lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja
mengalami benturan-benturan dan ujian.

Perilaku MenontonTelevisi
Perilaku menonton adalah tindakan yang dilakukan khalayak dalam
menonton program acara televisi karena adanya dorongan dari dalam dirinya
untuk menyaksikan program acara televisi. Menurut DeFleur dan Lowery (1994),
perilaku menonton televisi mencakup tiga aspek yaitu:
a. Durasi menonton, yaitu total waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi.
Durasi menonton biasanya diukur dengan meminta khalayak untuk
memperkirakan berapa banyak waktu “rata-rata” sehari yang digunakan untuk
menonton televisi. Sandy (2012) menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka akan semakin rendah durasi mereka dalam
menonton tayangan tersebut. Artinya, responden yang cenderung
berpendidikan tinggi lebih selektif terhadap tayangan yang ingin mereka
tonton, mereka cenderung bukan hanya terdedah dengan televisi saja tetapi
dengan media lain seperti radio, internet, dan handphone.
b. Pilihan acara yang ditonton, biasanya diukur dengan meminta khalayak untuk
membuat daftar acara favorit mereka.
c. Frekuensi menonton, intensitas khalayak melihat suatu program secara
berulang. Biasanya diukur dengan menanyakan khalayak mengenai programprogram yang memang disiarkan berulang pada setiap periode waktu tertentu
seberapa sering mereka menyaksikannya. Sandy (2012) menjelaskan bahwa
khalayak yang memiliki frekuensi menonton tinggi lebih banyak berasal dari
responden yang bermata pencaharian pedagang dan wiraswasta. Mereka
memiliki banyak kesempatan ditengah kesibukan mereka untuk menonton
televisi. Berbeda halnya dengan responden yang memiliki pekerjaan sebagai
PNS maupun karyawan swasta yang cenderung memiliki waktu yang sedikit
dalam menonton tayangan televisi. Hal ini dikarenakan responden yang
bekerja sebagai karyawan swasta dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) hanya
mempunyai sedikit waktu untuk menonton tayangan televisi.
Empati
Empati merupakan suatu aktivitas untuk memahami apa yang sedang
dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh
yang bersangkutan terhadap kondisi yang sedang dialami orang lain tanpa yang
bersangkutan kehilangan kontrol dirinya (Taufik 2012). Menurut Baron dan Byrne
(2003) menjelaskan empati sebagai berikut:

12
“Empati merupakan respons afektif dan kognitif yang kompleks pada
distres emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk
merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik, dan
mencoba menyelesaikan masalah dengan mengambil perspektif orang
lain.
Interpersonal Reactivity Index (IRI) menurut Davis dalam Taufik (2012)
digunakan untuk mengukur empati yang mengarah kepada pengukuran
multidimensional dan disposisional. Melalui alat ukur ini empati terdiri atas
seperangkat alat ukur yang terpisah, namun konstruknya saling terkait. Instrumen
ini terdiri atas empat subskala item, yaitu :
a. Perspective-Taking (PT)
Terdiri atas item-item yang mengukur kecenderungan untuk memahami
pandangan-pandangan dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh dari item ini, “Saya kadang-kadang mencoba memahami temanteman saya secara lebih baik dengan cara membayangkan bagaimana sesuatu
itu dipandang dari perspektif mereka.”
b. Empathic Concern (EC)
Subskala ini untuk mengukur kecenderungan terhadap pengalamanpengalaman yang berhubungan dengan “kehangatan”, “rasa iba”, dan
perhatian terhadap kemalangan orang lain. Salah satu contoh dari item ini
adalah “saya sering merasa kasihan terhadap orang-orang yang kurang
beruntung dibandingkan dengan saya.”
c. Personal Distress (PD)
Item-item dalam subskala PD mengukur reaksi-reaksi emosional tertentu, di
mana seseorang merasa tidak nyaman dengan perasaannya sendiri ketika
melihat ketidaknyamanan pada emosi orang lain. Salah satu contoh dari item
disubskala ini adalah “Saya takut berada pada situasi yang menegangkan.”
d. Fantasy (FS)
Item-item pada pengukuran ini cenderung untuk menempatkan diri sendiri ke
dalam perasaan dan perilaku-perilaku dari karakter-karakter yang ada di
dalam buku-buku cerita, novel, film, game, dan situasi-situasi fiksi lainnya.
Sebagaimana diketahui seseorang sering mengidentifikasi dirinya sebagai
tokoh tertentu dan melakukan imitasi terhadap karakter-karakter dan perilakuperilaku tokoh yang dikaguminya. Salah satu contoh dari item ini adalah
“Saya benar-benar terinspirasi dengan karakter-karakter tokoh di dalam
novel.”
Penelitian Rizkia (2010) menjelaskan bahwa perilaku menonton televisi,
baik berupa frekuensi dan durasi menonton dalam menyaksikan tayangan Jika
Aku Menjadi memiliki hubungan yang nyata dengan empati remaja terhadap
kemiskinan. Hasilnya menjelaskan bahwa semakin tinggi frekuensi menonton dan
semakin lama durasi menonton tayangan Jika Aku Menjadi, responden menjadi
lebih paham dan mengerti tentang empati, lebih mengerti tentang keadaan orangorang miskin yang ada disekitar mereka, respons mereka lebih positif terhadap
orang lain dan mereka lebih peka terhadap apa yang dialami oleh orang lain

13
setelah menonton tayangan Jika Aku Menjadi, sehingga hasil tersebut
menunjukkan bahwa perilaku menonton televisi dapat menimbulkan rasa empati
seorang remaja terhadap kemiskinan.
Kerangka Pemikiran
Tayangan yang bertemakan sosial di televisi berpotensi memunculkan
pengaruh yang positif terhadap remaja, salah satunya program acara Orang
Pinggiran di Trans 7. Tayangan tersebut diduga dapat menimbulkan rasa empati
pada diri remaja terhadap orang miskin. Empati remaja diduga memiliki
hubungan dengan perilaku menonton Orang Pinggiran yang disinyalir banyak
menampilkan informasi yang ditujukan untuk memberi pemahaman dan empati
pada masyarakat. Perilaku menonton Orang Pinggiran dapat diukur dari frekuensi
menonton dan durasi menonton. Perilaku menonton Orang Pinggiran diduga
memiliki hubungan dengan faktor internal dan faktor eksternal dari remaja. Faktor
internal remaja yang diteliti terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan dan kepemilikan media, sedangkan faktor eksternal yang diteliti
terdiri dari interaksi dengan keluarga dan interaksi dengan teman. Hubungan antar
variabel-variabel penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

1.
2.
3.
4.
5.

Faktor Internal
Usia
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Kepemilikan televisi

Perilaku menonton
‘Orang Pingiran’ :
1. Frekuensi
Menonton
2. Durasi Menonton

Faktor Eksternal
1. Interaksi dengan
Keluarga
2. Interaksi dengan
Teman

: berhubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Empati
Remaja

14
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran dapat disusun hipotesis sebagai
berikut :
1. Diduga terdapat hubungan yang nyata antara faktor internal dengan
perilaku menonton Orang Pinggiran di Trans 7.
2. Diduga terdapat hubungan yang nyata antara faktor eksternal dengan
perilaku menonton Orang Pinggiran di Trans 7.
3. Diduga terdapat hubungan yang nyata antara perilaku menonton
Orang Pinggiran di Trans 7 dengan empati remaja.
Definisi Operasional

1.

2.
3.

4.

5.

6.

7.

Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
Usia merupakan lamanya seseorang hidup yang dihitung semenjak ia lahir
hingga penelitian ini dilakukan yang diukur dalam satuan tahun. Usia remaja
dibagi menjadi dua, yaitu remaja awal (15-19 tahun) dan remaja akhir (20-24
tahun). Pengukuran data dilakukan mengikuti skala ordinal dengan dua
kategori yaitu:
Tinggi
: usia 20-24 tahun
Rendah
: usia 15-19 tahun
Jenis kelamin merupakan status biologis yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Pengukuran data dilakukan mengikuti skala nominal.
Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
pernah ditempuh dan telah memperoleh kelulusan. Pengukuran data
dilakukan mengikuti skala ordinal dengan tiga kategori yaitu:
Tinggi
: SMA/MA/Sederajat dan Perguruan Tinggi (Diploma dan
Sarjana)
Sedang
: SMP/MTS/Sederajat
Rendah
: Tidak lulus SD/MI/Sederajat dan SD/MI/Sederajat
Jenis pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan individu sebagai pokok
penghidupannya dan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengukuran data dilakukan mengikuti skala nominal dengan tiga kategori
yaitu bekerja, sekolah/kuliah, serta tidak bekerja dan tidak sekolah/kuliah.
Kepemilikan televisi adalah televisi yang digunakan untuk menonton
merupakan televisi milik pribadi atau milik bersama. Pengukuran data
dilakukan mengikuti skala nominal dengan dua kategori yaitu kepemilikan
pribadi dan kepemilikan bersama
Interaksi dengan Keluarga merupakan tingkat keseringan dalam menceritakan
aktivitas yang dilakukan bersama dan kebiasaan menonton televisi dengan
keluarga. Pengukuran data dilakukan mengikuti skala ordinal dengan tiga
kategori yaitu:
Tinggi
: 15-18
Sedang
: 11-14
Rendah
: 7-10
Interaksi dengan Teman merupakan tingkat keseringan dalam menceritakan
aktivitas yang dilakukan bersama dan kebiasaan menonton televisi dengan

15
teman. Pengukuran data dilakukan mengikuti skala ordinal dengan tiga
kategori yaitu:
Tinggi
: 14-17
Sedang
: 10-13
Rendah
: 6-9
8. Frekuensi menonton merupakan berapa kali responden menonton tayangan
‘Orang Pinggiran’ dalam waktu satu minggu terakhir saat penelitian
dilakukan, karena program ini tayang setiap hari Senin sampai Jumat (1
minggu = 7 hari, jadi total tayangan 5 kali penayangan dalam satu minggu).
Pengukuran data dilakukan mengikuti skala ordinal dengan dua kategori
yaitu:
Tinggi
: 3-5 kali
Rendah
: 1-2 kali
9. Durasi menonton merupakan waktu rata-rata yang digunakan responden
untuk menonton tayangan ‘Orang Pinggiran’ dalam sekali penayangan.Sekali
penayangan program ‘Orang Pinggiran’ adalah 45 menit. Pengukuran data
dilakukan mengikuti skala ordinal dengan dua kategori yaitu:
Tinggi
: ≤ 30 menit
Rendah
: > 30 menit
10. Empati remaja merupakan kemampuan seorang remaja untuk merasakan
keadaan emosional orang lain dengan cara memahami pandangan-pandangan
dengan orang lain (Perspective Taking), pengalaman yang berhubungan
dengan kehangatan, rasa iba dan perhatian (Empathic Concern), reaksi
emosional seseorang (Personal Distress), dan menempatkan diri sendiri ke
dalam perasaan dan perilaku-perilaku dari karakter yang ada di dalam film
(Fantasy). Pengukuran data dilakukan mengikuti skala ordinal dengan tiga
kategori yaitu:
Tinggi
: 69-78
Sedang
: 59-68
Rendah
: 49-58

17

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan tempat dilakukan secara
sengaja (purposive) sesuai dengan kebutuhan penelitian. Lokasi penelitian ini
dipilih dengan pertimbangan bahwa dilokasi jumlah remaja cukup banyak,
sebagian besar masyarakat sudah memiliki pesawat televisi, sinyal Trans 7 sudah
terjangkau, dan ada remaja yang pernah menonton tayangan Orang Pinggiran di
Trans 7. Lokasi ini diharapkan mampu mewakili dalam menjelaskan empati
remaja dan perilaku menonton Orang Pinggiran di Trans 7.
Pengumpulan data primer dan data sekunder dilakukan pada bulan AprilSeptember 2013. Pengolahan data dan hasil pembahasan laporan selanjutnya
dilakukan pada bulan September 2013-Januari 2014. Kegiatan penelitian meliputi
penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal, pengambilan data
lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi,
dan perbaikan laporan penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survei
dengan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Pengumpulan data
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data kualitatif
diperoleh melalui wawancara dengan responden sebagai pelengkap data pada
kuesioner. Data yang diperoleh selanjutnya dijelaskan dalam bentuk penelitian
deskriptif dan korelasi karena menjelaskan hubungan antar variabel melalui
pengujian hipotesis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yang didapat langsung dari responden melalui kuesioner serta wawancara dan data
sekunder yang didapat dari Kantor De